01 GDL Desiaisyar 1929 1 Kti - Desi I PDF
01 GDL Desiaisyar 1929 1 Kti - Desi I PDF
DISUSUN OLEH :
DESI AISYARINI
NIM. P 13 076
DISUSUN OLEH :
DESI AISYARINI
NIM. P 13 076
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan Judul “Pemberian Nebulizer dan Batuk Efektif Terhadap Status
bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes yang telah memberikan
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Prodi Studi DIII Keperawtan yang telah
Surakarta.
3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawtan
yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di
4. Ns. Anisa Cindy Nurul A, M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
iv
5. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Ns. Anisa Cindy Nurul A, M.Kep, selaku dosen penguji II yang telah
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
7. Semua dosen Progran Studi DIII Keperawtan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memeberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu
yang bermanfaat.
Husada Surakarta 3A maupun 3B, teman-teman Fredi’s and Bandy’s Family dan
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Manfaat ............................................................................................6
D. Nebulizer ......................................................................................... 25
vi
G. Kerangka Teori ................................................................................ 37
B. Pengkajian ........................................................................................ 46
D. Perancanaan ...................................................................................... 56
E. Implementasi ..................................................................................... 57
F. Evaluasi ............................................................................................. 63
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................................ 67
C. Perencanaan ...................................................................................... 77
D. Implementasi .................................................................................... 82
E. Evaluasi ............................................................................................. 87
vii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
dunia saat ini tidak hanya bagi negara maju namun juga di negara berkembang
Pada tahun 2008 PPOK menjadi salah satu penyakit dengan angka morbiditas
yang tinggi di Selandia Baru pada tahun 2012 dengan proporsi (14%)
penduduk usia 40 tahun ke atas dan pada tahun berikutnya diperkirakan akan
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM &
Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukan PPOK
berada diurutan pertama dengan angka 35%. Pada tahun 2010 Dinas
1
2
Pumonaly Disease (COPD) adalah penyakit yang dapat diobati dan dicegah
yang abnormal dari paru terhadap udara yang berbahaya yang mengakibatkan
pembuluh darah paru (Brunner & Suddarth, 2002). Penyakit Paru Obstruksi
Kronis sering ditandai oleh sekresi yang sangat banyak dan sekresi tersebut
menahun dan presisten dari jalan nafas di dalam paru (Murwani, 2011).
sirkulasi dan jaringan tubuh, menempatkan pasien pada risiko tinggi terhadap
yang muncul), sesak nafas diberi posisi yang nyaman semi fowler, dehidrasi
timbul, mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara
agar saluran pernafasan kembali efektif. Salah satunya yaitu tindakan yang
bisa di laksanakan klien untuk mengeluarkan sekret yaitu terapi nebulizer dan
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer
atau humidifikasi. Tujuan dari pemberian nebulizer yaitu rileksasi dari psasme
membersihkan sekresi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah
Dengan batuk efektif pasien tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk
batuk, klien dianjurkan untuk minum air hangat dengan rasionalisasi untuk
mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini
dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah inspirasi yang ketiga, anjurkan
untuk melakukan studi kasus tentang pemberian nebulizer dan batuk efektif
5
pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis, karena pada kasus ini pasien
pernafasan bawah. Pada dasarnya jika sputum tertumpuk maka akan terjadi
pengumpalan sekresi pernafasan pada area jalan nafas dan paru-paru serta
menjadi tidak adekuat dan gangguan pernafasan, maka tindakan yang harus
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dengan PPOK
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
PPOK
pemberian nebulizer dan batuk efektif yang pada pasien yang mengalami
3. Bagi Masyarakat
PPOK
4. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Pengertian
b. Klasifikasi
1) Bronkitis kronis
7
8
tahun berturut-turut. Hal ini terdapat pada TBC paru, tumor paru
2) Empisema
3) Bronkitis empisema
2011).
c. Etiologi
1) Usia
2) Merokok
bebas dari iritan, bakteri dan benda asing lainya yang terhirup.
batang rokok per hari selama satu tahun atau mereka yang
10
(Francis, 2008).
d. Manifestasi klinis
1) Batuk kronis
infeksi.
4) Sesak nafas
7) Takipnea
e. Patofisiologi
jalan nafas perifer. Perubahan inflamasi seperti edema jalan nafas dan
vital kuat (forced vital capacity, FPC) menurun, hal ini berhubungan
kelekatan alveolar dan penurunan recoil elastis paru. Sering kali tanda
dikombinasikan.
f. Komplikasi
3) Ulkus peptikum.
12
kegiatan sehari-hari.
g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan farmakologi
a) Bronkodilator
2008).
b) Antibiotik
2008).
c) Indikasi oksigen
a) Aktivitas olahraga
b) Konseling nutrisi
pada lebih dari 50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit.
c) Penyuluhan
(Morton,dkk, 2012).
3) Pemeriksaan diagnostik
yang tepat untuk akurasi yang lebih baik. Hal ini sangat
b) Spirometri
dapat berada diantara batas normal atas dan bawah. Hal ini
d) Pemeriksaan laboratorium
PPOK :
(1) Leukosit
(2) Eritrosit
(3) Hemoglobin
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
(Dermawan, 2012).
Obstruksi Kronis:
2) Sianosis
4) Edema perifer
b. Diagnosa keperawatan
kebutuhan seksual.
ventilasi-perfusi.
dan oksigen.
c. Intervensi keperawatan
ventilasi-perfusi.
Intervensi keperawatan :
Intervensi keperawatan:
ringannya obstruksi.
dikeluarkan.
tidak diindikasikan.
Intevensi keperawatan:
dengan PPOK.
infeksi penafasan
PPOK bernafas dalam dari dada bagian atas dengan cara yang
cepat dan tidak efisien. Jenis bernafas dengan dada atas ini
oksigenasi.
Intervensi keperawatan:
24
membungkuk).
selama aktivitas.
penghematan energi.
Bare, 2002).
Intervensi keperawatan:
selanjutnya.
terhadap olahraga pada periode yang pasti dalam satu hari, hal
ini terutama tampak nyata pada saat bangun di pagi hari, karena
3. Nebulizer
alat bernama nebulizer. Alat ini mengubah cairan menjadi droplet aerosol
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer
antara lain :
2) Mengencerkan sekret
b. Alat
kompresor oksigen)
3) Konektor.
c. Bahan
solusio 100µg/ml.
kartikosteroit.
27
d. Indikasi
1) Asma
2) PPOK
3) Fibrosis kristik
4) Bronkiektasis
6) Prosedur bronkoskopi
8) Hipertensi pulmonal
e. Prosedur
bila diperlukan.
4. Batuk Efektif
atau tidak terkontrol yang tidak produktif akan sangat melelahkan dan
terhadap setiap iritan yang kambuh secara konstan, tindakan yang bisa
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dan pasien
bisa dilakukan pada orang yang sudah bisa diajak kerja sama (kooperatif)
jalan nafas yang sering diakibatkan oleh kemampuan batuk yang menurun
29
(Muttaqin, 2008).
a. Tujuan
(Muttaqin, 2008).
b. Prosedur
tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa
detik.
pada saat batuk, tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada
5) Istirahat
5. Status Pernafasan
antara atmosfir dengan darah serta dengan sel (Potter & Perry, 2005).
kali per menit. Frekuensi pernafasan dapat dipengaruhi oleh penyakit atau
1) Olahraga
2) Nyeri Akut
pergerakan dinding dada jika ada nyeri pada area dada atau
3) Ansietas
stimulasi simpatik.
4) Merokok
5) Anemia
7) Posisi Tubuh
pergerakan ventilasi.
8) Medikasi
b. Gangguan dalam pola nafas menurut Potter & Perry (2005) yaitu :
1) Bradipnea
2) Takipnea
3) Hiperapnea
4) Apnea
5) Hiperventilasi
hipokarbia.
6) Hipoventilasi
hiperkarbia.
7) Pernafasan Cheyne-Stokes
8) Pernafasan Kussmaul
meningkat.
9) Pernafasan Biot
c. Pengkajian Pernafasan
Perry, 2005).
1) Prosedur
yaitu :
kecepatan pernafasan.
2) Sulit bernafas
sekali.
melebarkan hidung.
pernafasan cepat.
37
B. Kerangka Teori
Gejala klinik
Faktor Merokok -batuk kronik
-dahak kronik
- Sesak nafas
Faktor Lingkungan
-paparan asap atau Penyakit Paru Obstruksi
polutan Kronik
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi Barrel
Faktor host
chest Sela iga
-riwayat penyakit
melebar Purse
keluarga atau pasien
lips breathing
Hipertrofi otot
bantu napas
- Auskultasi
Fremitus
melemah Mengi,
Penatalaksanaan ronkhi Ekspirasi
-Diet/nutrisi memanjang
-Olahraga - Perkusi
-Farmakologis Hipersonor
Pem Penunjang
- Spirometri
FEV1/FVC
- Foto toraks
- Analisa gas darah
- Lab darah rutin
Gambar
Status 2.1
Kesehtan COPD
Assessment Test
Subjek aplikasi riset ini adalah pemberian nebulizer dan batuk efektif
B. Tempat danWaktu
1. Nebulizer
b. Masker nebulizer
c. Stetoskop
d. Perlak pengalas
Jenis obat-obat :
38
39
g. Alat tulis
2. Batuk Efektif
a. Sputum pot
b. Lisol 2-3 %
c. Handuk pengalas
d. Peniti
f. Tissue
g. Bengkok
3. Status pernafasan
a. Jam arlogi
b. Alat tulis
D. Prosedur tindakan
40
1. Nebulizer
a. Fase Orientasi
2) Memperkenalkan diri
b. Fase kerja
1) Mencuci tangan
3) Memasang handscoon
perlak pengalas
ON
9) Mematikan nebulizer
c. Fase Terminasi
3) Berpamitan
d. Penampilan
2. Batuk Efektif
a. Fase Orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
b. Fase Kerja
42
1) Mencuci tangan
secret
terdapat sekret
c. Terminasi
1) Melakukan evalusai
d. Penampilan
43
1) Ketenangan
3) Ketelitian
pernafasan.
pernafasan) dalam 30 detik, dan jika ritme teratur, kalikan dua jumlah tadi.
Tabel 3.2
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini akan disampaikan studi kasus pada Tn.A selama tiga hari
kasus yang dilakukan oleh penulis meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa,
A. Identitas Pasien
didapatkan identitas pasien yaitu pasien dengan inisial Tn.A dengan usia 62
juga didapatkan identitas penanggung jawab pasien yaitu nama dengan inisial
45
46
B. Pengkajian
Pada tanggal 07 Januari 2016 pasien masuk IGD jam 21.00 WIB.
putih dan sesak nafas, di IGD pasien mendapat terapi nebulizer berotek
16 tetes : atroven 14 tetes, Nacl 2cc, infus Nacl 0,9 % 20 tetes per menit,
asetil sifein 3 x 1 200 mg. Pada tanggal 08 Januari 2016 jam 04.00 WIB
ampek, bila malam hari pasien sering terbangun karena sesak nafas dan
lemah dan kelelahan, kantung mata sedikit hitam. Tangan kanan pasien
terpasang infus NaCl 20 tetes per menit, dan dari hasil pemeriksaan
dahulu, pasien mengatakan 1½ tahun yang lalu pernah dirawat dan operasi
dan makanan apapun. Pasien mengatakan batuk sudah 2 tahun. Sejak kelas
tahun.
keluarga tidak ada riwayat penyakit yang menular dan menurun seperti
pasien menikah dengan Ny. S dan memiliki empat anak dan tiga cucu.
Genogram :
Tn.A
62 th
48
Keterangan :
: Perempuan meninggal
itu sangat penting sehingga jika terdapat keluarga yang sakit segera
badan : 160 cm, berat badan : 46 kg, makan 3 x sehari dengan porsi 1
piring habis ada nasi, sayur, lauk, air putih 7 – 8 gelas sehari dan teh 1
gelas tiap pagi, tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan tinggi
badan : 160 cm, berat badan : 46 kg, IMT 17,96 (kurang), hemoglobin :
12,4 g/dl (kurang), albumin 3,5 u/L (normal), pasien mengatakan tidak
mual dan muntah, pasien tampak tidak pucat dan konjungtiva tidak
anemis, makan 3 x sehari dengan porsi 1 piring habis ada nasi, sayur,
lauk, buah, air putih 6–7 gelas dan teh 1 gelas sehari, tidak ada keluhan.
warna kuning, tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari tiap pagi, dengan
bentuk lunak dan bau khas, warna kuning kecoklatan, dan juga tidak ada
49
keluhan. Selama sakit pasien mengatakan BAK 4–5 x/hari, warna kuning,
dan tidak ada keluhan. BAK 1 kali sehari pagi hari, dengan bentuk padat
berbentuk dan bau khas, warna kuning kecoklatan, dan juga tidak ada
keluhan.
tidur siang 2 jam dan pasien tidur malam selama 7–8 jam, tidak ada
keluhan tidur dan saat bangun terasa nyaman. Selama sakit pasien
mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 3–4 jam, kantung mata
hitam, pasien tampak lemas, pasien sering terbangun karena sesak nafas
optimis dengan kondisi tubuhnya saat ini. Ideal diri pasien mengatakan
50
ingin cepat sembuh dan cepat pulang. Harga diri pasien mengatakan
merasa dihargai dan disayangi oleh istri dan anak-anaknya. Peran diri,
selama sakit. Identitas diri, pasien mengatakan seorang ayah dan kakek,
dengan keluarga baik, pasien juga ikut serta dalam kegiatan desa seperti
keluarga baik, pasien juga di jenguk oleh tetangga saat pasien sakit.
tahun, pasien saat ini memiliki 4 orang anak 2 laki – laki dan 2
kelamin.
dengan sakitnya saat ini, pasien terlihat menerima dan tabah menghadapi
dirinya.
51
5. Pemeriksaan Fisik
lembab dan tidak ada ketombe, rambut lurus pendek dan beruban. Bentuk
muka simetris kanan dan kiri, palpebra terlihat sedikit hitam, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan dan kiri 2
mm simetris kanan dan kiri, reflek terhadap cahaya positif, dan pasien
ada polip dan terpasang O2 nasal kanul 2 liter per menit. Mulut simetris,
mukosa bibir kering dan tidak ada sianosis. Gigi tampak kekuningan dan
terdapat lubang pada gigi bagian belakang bawah kanan. Telinga simetris,
karena kemasukan air dan ada sedikit serumen. Leher tidak ada
(dada tong) simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus kanan dan
kanan/kiri dan terdapat luka insisi pada kuadran IV, auskultasi bising
terdengar tympani pada kuadran II,III,IV, palpasi tidak teraba massa dan
tidak ada nyeri tekan. Jantung : inspeksi bentuk kanan dan kiri sama dan
ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba pada ICS 4 kelima
reguler.
dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5, capilary refile < 2 detik, akral
6. Pemeriksaan Penunjang
hemoglobin sebesar 13,1 g/dl (nilai normal 13,5 – 17,5) , hematokrit 38%
(33 – 45), leukosit 14,9 ribu/uL (4,5 – 11,0), trombosit 185 ribu/uL (150 –
450), eritrosit 3,93 juta/uL (4,50 – 5,90), MCV 95,7 fL (80,0 – 96,0),
MCH 33,3 pg (28,0 – 33,0), MCHC 34,8 g/dl (33,0 – 36,0), RDW 12,7%
( 11,6 – 14,6), MPV 8,4 fL ( 7,2 – 11,1), PDW 16% (25 – 65), eosinofil
golongan darah B, PT 16,0 detik (10,0 – 15,0), APPT 33,7 detik (20,0 –
40,0), albumin 2,9 g/dL (3,2 – 4,6), creatinine 0,9 mg/dL (0,8 – 1,3),
ureum 38 mg/dL (<50), natrium darah 133 mmol/L (136 – 145), kalium
darah 3,7 mmol/L (3,7 – 5,4), klorida darah 103 mmol/L (98 -106), PH
7,430 mmol/L (7,310 – 7.420), BE 9,9 mmol/L (-2 - +3), PCO2 51,0
mmHg (27,0 – 41,0), PO2 106,0 mmHg (80,0 – 100,0), hematokrit 43%
(37 – 50), HCO3 31,3 mmol/L (21,0 – 28,0), total CO2 36,0 (19,0 –
24,0), O2 saturasi 98,0% (94,0 – 98,0), arteri 1,50 mmol/L ( 0,36 – 0,75),
g/dl (nilai normal 13,5 – 17,5) , hematokrit 38% (33 – 45), leukosit 5,6
ribu/uL (4,5 – 11,0), trombosit 241 ribu/uL (150 – 450), monosit 3,83
juta/uL (4,50 – 5,90), SGOT 41 u/L (<35), SGPT 22 u,L (<45), albumin
7. Terapi
injeksi metil pretnisolon 62,8 gr/8 jam, ceftriaxon 2gr/24 jam (skin test)
mg/8 jam fungsinya untuk mengatasi perdarahan abnormal dan gejala lain
dengan sekret yang berlebih dengan alasan karena merupakan keluhan utama
55
berdahak dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Data obyektif yang didapat
dada barel chest (dada tong) simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus
kanan dan kiri sama, perkusi hipersonor, auskultasi terdengar suara vasekuler
Dengan data penunjang meliputi data subyektif pasien mengatakan sesak nafas
dan dada ampek. Dan data obyektif pasien tampak kelelahan, bernafas dengan
otot bantu pernafasan, bernafas dengan cuping hidung dan pernafasan bibir,
data subyektif pasien mengatakan tiap malam terbangun karna sesak nafas dan
lingkungan yang berisik. Data obyektif pasien tampak lemas, kantung mata
D. Perencanaan Kperawatan
(Time). Pada diagnosa pertama, tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif dengan kriteria hasil tanda-tanda vital dalam
batas normal, mampu batuk efektif secara mandiri, jalan nafas paten, tidak ada
Diagnosa yang kedua, tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah
oksigen.
Pada diagnosa yang ketiga, tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai
pola tidur pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien tidur 7-8 jam per
hari, pasien tampak segar, kantung mata tidak hitam. Rencana keperawatan
yaitu observasi jumlah jam tidur pasien, rasional untuk memantau kebutuhan
E. Implementasi Keperawatan
berdasarkan dignosa yang pertama yaitu pada jam 07.45 WIB mengobservasi
batuk efektif untuk mengeluarkan dahak, dan data obyektif Tn.A tampak
sesuai advis dokter dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk
diberi terapi nebulizer, dan data obyektif Tn.A tampak menghirup uap dan
mengeluarkan dari mulut. Jam 15.00 WIB mengajarkan batuk efektif dengan
dan data obyektif Tn.A tampak melakukan batuk efektif dengan baik dan
mengatakan sesak nafas dan dada ampek, dan data obyektif Tn.A tampak
irama cepat dan dalam. Jam 09.30 WIB memberikan posisi semi fowler
setengah duduk, dan respon obyektif Tn.A tampak nyaman dengan posisi
setengah duduk. Jam 10.00 WIB memberikan oksigen nasal kanul dengan
nyaman, dan data obyektif Tn.A tampak nyaman. Jam 10.30 menjelaskan
mengerti bila sesak nafas menggunakan oksigen nasal kanul agar menambah /
memberikan obat sesuai resep yang diberikan dokter dengan respon subyektif
pasien mengatakan bersedia untuk di suntik, dan data obyektif Tn.A tampak
12.00 WIB mengobservasi jumlah jam tidur pasien dengan respon subyektif
pasien mengatakan malam hari sering terbangun karena sesak nafas dan
lingkungan yang berisik, data obyektif pasien tampak lemas, kantung mata
hitam dan tidur malam 3-4 jam siang ½ jam. Jam 13.00 WIB mendiskusikan
bila malam pasien sering terbangun, data obyektif keluarga pasien tampak
mengerti edukasi yang diberikan untuk mengontrol tidur pasien dan bersikap
tenang saat pasien tidur dan juga memberikan lingkungan yang nyaman. Jam
pasien mengatakan ingin tidur dengan satu bantal dan tirai di tutup, dan data
obyektif Tn.A tampak nyaman dengan posisinya dan keluarga tampak tidak
berisik.
dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diperiksa, dan data
diberi terapi nebulizer untuk mengencerkan dahak, dan data obyektif Tn.A
mulut. Jam 15.00 WIB mengajarkan batuk efektif dengan respon subyektif
pasien mengatakan bersedia untuk melakukan batuk efektif agar dahak dapat
keluar dan pasien masih batuk berdahak, dan data obyektif Tn.A tampak
melakukan batuk efektif dengan baik, sputum dapat keluar ±2 sendok teh,
mengatakan merasa longgar setelah di nebulizer dan batuk efektif, dan data
obyektif Tn.A tampak lemas dan masih memakai oksigen nasal kanul, RR :
27x per menit, Irama : cepat dan dalam. Jam 16.00 WIB memberikan posisi
semi fowler dengan respon subyektif pasien mengatakan mau untuk berposisi
setengah duduk, dan data obyektif Tn.A tampak nyaman berposisi setengah
nasal kanul dengan respon subyektif pasien mengatakan merasa sesak nafas
dan mesih memakai O2 nasal kanul 2 lpm, dan data obyektif pasien tampak
mengatakan tidur malam hanya terbangun sebentar dan tidur lagi, dan data
61
obyektif Tn.A tampak agak segar jumlah jam tidur malam 4-5 jam dan siang 1
jam. Jam 19.00 WIB mendiskusikan tidur yang adekuat dengan respon
pasien sedang tidur dan membantu menutup tirai, dan data obyektif keluarga
mengatakan bersedia untuk disuntik dan meminum obat, dan data obyektif
Tn.A tampak mau disuntik injeksi ranitidin 50 mg/ 8jam dan meminum obat
pasien mengatakan ingin tidur dengan 1 bantal dan bad dinaikan sedikit, dan
data obyektif Tn.A tampak nyaman tidur dengan 1 bantal dan bad dinaikan
dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diperiksa, dan data
diberikan terapi nebulizer berotex : atroven dan NaCl 2cc, dan data obyektif
Tn.A tampak tenang dan menghirup uap nebulizer dan menghembuskan lewat
mulut. Jam 16.00 WIB memberikan terapi batuk efektif dengan respon
62
subyektif pasien mengatakan masih batuk berdahak dan pasien mau untuk
melakukan batuk efektif, dan data obyektif Tn.A tampak melakukan batuk
mengatakan nafas masih sedikit berat dan dada ampek, dan data obyektif Tn.A
tampak nyaman setelah di nebulizer dan batuk efektif dan bernafas dengan
otot bantu pernafasan dan pasien tampak tidak memakai oksigen nasal kanul,
RR: 24x per menit, irama: cepat dan dalam. Jam 18.00 WIB memberikan
posisi semi fowler dengan respon subyektif pasien mengatakan mau untuk
berposisi setengah duduk agar merasa nyaman, dan data obyektif Tn.A tampak
mengatakan malam hari masih terbangun sebentar dan tidur lagi, dan data
obyektif pasien tampak agak segar, jam tidur malam 4-5 jam siang 1½ jam.
tidur, dan data obyektif keluarga pasien tampak memberikan perhatian kepada
pasien dengan membantu menaikan bad tidur. Jam 20.00 WIB memberikan
obat sesuai resep dokter dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia
63
untuk disuntik dan meminum obat, dan data obyektif Tn.A tampak mau untuk
di injeksi ranitidin 50 mg/ 8jam dan meminum obat oral N. asetil sistein 200
mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya saat ini, dan data obyektif Tn.A
F. Evaluasi Keperawatan
suara wheezing, tekanan darah : 130/90 mmHg, nadi : 86 x/menit, suhu : 36,3
meliputi observasi tanda-tanda vital, ajarkan batuk efektif dan berikan terapi
nafas dan dada ampek. Obyektif pasien tampak kelelahan, bernafas dengan
otot bantu pernafasan dan cuping hidung dan pasien menggunakan oksigen
nasal kanul 2 liter per menit. Analisis masalah belum teratasi. Planning
pernafasan pasien, berikan posisi semi fowler, berikan oksigen nasal kanul
terbangun karena sesak nafas dan lingkungan yang berisik. Obyektif pasien
tampak lemah, kantung mata hitam. Analisis masalah belum teratasi. Planning
pasien tampak batuk, terdengar suara wheezing, dahak bisa keluar ±2 sendok
vital, ajarkan batuk efektif, berikan terapi nebulizer sesuai advis dokter.
nafas dan pernafasan pasien lebih nyaman. Obyektif pasien tampak nyaman
dan memakai oksigen nasal kanul 2 liter per menit. Analisis masalah teratasi
meliputi observasi status pernafasan pasien, beri posisi semi fowler, beri
hari terbangun sebentar dan tidur lagi. Obyektif pasien tampak agak segar,
jumlah jam tidur siang 1 jam dan malam 4-5 jam. Analisis masalah teratasi
meliputi observasi jumlah jam tidur pasien, berikan lingkungan yang nyaman,
batuk, terdengar suara wheezing, sputum dapat keluar sebanyak 3 sendok teh,
nafas tetapi dada ampek. Obyektif pasien tampak nyaman dan tidak tampak
masih terbangun sebentar dan tidur lagi. Obyektif pasien tampak agak segar,
kantung mata hitam sedikit berkurang, jumlah jam tidur malam 4-5 jam, siang
PEMBAHASAN
bab ini penulis juga akan membahas tentang faktor pendukung dan
asuhan keperawatan.
A. Pengkajian
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Tujuan dari
67
68
kegiatan studi pustaka penulis mencari sumber yang berkaitan pada kasus ini.
keluhan pasien batuk kronis, sputum yang produktif, mudah terkena iritasi
oleh iritan-iritan inhalan udara dingin atau infeksi, sesak nafas, terdapat otot
menemukan tanda dan gejala PPOK yaitu batuk berdahak dan dahak tidak
dada barel chest (dada tong), menggunakan otot bantu pernafasan, simetris
69
kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi
wheezing.
teori dan observasi serta pengkajian pada Tn.A penulis tidak menemukan
PPOK, dan pada pasien PPOK sesak nafas ditimbulkan karena hipersekresi
2012).
tidur selama sakit Tn.A mengatakan tidak bisa tidur, tidur hanya 3-4 jam per
hari dan sering terbangun karena merasa sesak nafas. Pada pasien PPOK salah
satu masalah yang muncul yaitu gangguan pola tidur. Data dasar pada
Pada Tn.A penyebab dari PPOK yang dialami yaitu karena Tn.A
memiliki riwayat perokok aktif sejak kelas 2 SD, dalam sehari pasien dapat
70
lalu. Dalam teori dijelaskan ada beberapa penyebab dari PPOK, yaitu faktor
PPOK yang paling umum, dan mencakup 80% dari semua kasus PPOK yang
ditemukan. Diduga bahwa 20% orang yang merokok akan mengalami PPOK.
saluran pernafasan bebas dari iritan, bakteri dan benda asing lainya yang
dengan teori yaitu penyebab dari PPOK salah satunya adalah merokok.
pada pasien terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta
penggunaan otot bantu pernafasan. Pada saat inspeksi, biasanya dapat terlihat
pasien mempunyai bentuk dada barrel chest akibat udara yang terperangkap,
penipisan massa otot, bernafas dengan bibir, dan pernafasan abnormal yang
tidak efektif. Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
Hasil dari pemeriksaan fisik paru yang telah dilakukan penulis pada
Tn.A didapatkan inspeksi bentuk dada barel chest (dada tong), menggunakan
71
otot bantu pernafasan, simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus kanan
dengan teori tidak ada kesenjangan, pada pasien PPOK ronkhi dan wheezing
Untuk lebih mendukung tanda dan gejala yang muncul pada pasien
2008).
(nilai normal 33-45), leukosit 5,6 ribu/uL (4,5 – 11,0), sputum berwarna putih,
dari hasil tersebut pada hemoglobin kurang dari normal karena Tn.A yang
Suddarth, 2002).
Terapi yang diberikan pada Tn.A adalah infus NaCl 0,9% 20 tetes per
dan gejala lain seperti hipertensi, injeksi ranitidin 50 mg/12 jam fungsinya
72
B. Diagnosa Keperawatan
kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih
hasil untuk diagnosa pertama, yaitu data subyektif pasien mengatakan batuk
sudah 2 tahun batuk berdahak dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Data
73
obyektif yang didapat adalah pasien tampak batuk dan lemah, pada
menggunakan otot bantu pernafasan, simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal
fremitus kanan dan kiri sama, perkusi hipersonor, auskultasi terdengar suara
dari bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu batuk, suara nafas tambahan,
jumlah berlebih, batuk yang tidak efektif, ortopnea, gelisah, mata terbuka
lebar (Nanda, 2014). Sedangkan batasan karakteristik yang muncul pada Tn.A
yaitu batuk berdahak, dahak sulit keluar, terdapat suara tambahan wheezing.
dengan pencerminan batuk yang menahun atau pun sputum yang produktif
(Murwani, 2011).
74
mengatakan sesak nafas dan dada ampek dan bertambah saat posisi terlentang,
data obyektif pasien tampak bernafas dengan cuping hidung, pernafasan bibir,
Sedangkan batasan karakteristik yang muncul pada Tn.A yaitu sesak nafas
dan dada ampek, bernafas dengan cuping hidung, pernafasan bibir, pasien
(Marton,dkk 2012).
75
mengatakan tiap malam terbangun karena sesak nafas dan lingkungan yang
berisik. Data obyektif pasien tampak lemah, kantung mata hitam dan tidur
malam 3–4 jam per hari. Maka penulis memunculkan masalah gangguan pola
Tn.A yaitu pasien sering terbangun karna sesak nafas, pasien tampak lemah,
gangguan sesak nafas, karena pasien sesak nafas juga akan mengalami
Data pasien melaporkan sering terjaga dimalam hari sudah terkaji oleh penulis
lain. Itu disebabkan Tn.A sudah merasa sesak nafas jika melakukan banyak
aktifitas.
hari yang harus atau yang dilakukan (Nanda, 2014). Batasan karakteristik
2014). Namun karena keterbatasan waktu dan kurang ketelitian penulis maka
tidak efektif. Namun pada kasus penulis diagnosa yang muncul yaitu
gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas. Diagnosa ini penulis
keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri,
C. Intervensi Keperawatan
(Dermawan, 2012).
pada klien, measurable dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan, dan dibau,
time adalah batasan pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas
dan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah setelah dilakukan tindakan
24x/menit), mampu batuk efektif secara mandiri, jalan nafas paten, tidak ada
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dan pasien
dapat mengeluarkan dahak dengan maksimal. Namun latihan ini hanya bisa
dilakukan pada orang yang sudah bisa diajak kerja sama (kooperatif) (potter &
iritan yang kambuh secara konstan, tindakan yang bisa dilakukan untuk
mobilisasi sputum secara mandiri yaitu dengan terapi batuk efektif (Smeltzer
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer
dan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah setelah dilakukan tindakan
mengetahui pola nafas dan adanya bunyi tambahan yang ada ganguan
(Smeltzer, 2002).
antara atmosfir dengan darah serta dengan sel (Potter & Perry, 2005). Pada
umumnya manusia mampu bernafas antara 12-20 kali per menit. Frekuensi
pernafasan dapat dipengaruhi oleh penyakit atau keadaan sakit pada fungsi
Posisi semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan
kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. Pada posisi
semi fowler kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30-45 derajat (Potter &
Perry, 2006).
menurut teori klien diinstruksikan tentang penggunaan oksigen yang tepat dan
tentang bahaya peningkatan laju aliran oksigen tanpa ada arahan yang
eksplisit dari perawat. Berikan terapi O2 nasal kanul 2 liter per menit,
(Muttaqin, 2008)
gangguan pola tidur berhubungan dengan ganguan sesak nafas, dengan tujuan
kriteria hasil yang ingin dicapai adalah setelah dilakukan tidakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan pola tidur pasien terpenuhi dengan kriteria hasil
: pasien tidur 7-8 jam per hari, pasien tampak segar, kantung mata tidak hitam
(Doengoes, 2000).
pada pasien dan keluarga pasien. Kolaborasikan pemberian obat sesuai resep
(Doengoes, 2000).
D. Implementasi Keperawatan
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang lebih baik
berhubungan dengan sekret yang berlebih pada tanggal 11-13 Januari 2016
tanpa menyebabkan sesak nafas dan keletihan, dan dengan batuk yang
kali selama 15 menit, dan Tn.A mendapatkan obat untuk nebulizer yaitu
berotex 16 tetes, atroven 14 tetes dan NaCl 2cc dengan cara penulis mencuci
kedalam tempat obat pada nebulizer dan alat nebulizer sudah penulis pastikan
menyuruh pasien menghirup uap selama 10-15 menit, setelah itu mematikan
alat serta melepas masker lalu penulis mendengarkan suara nafas dan
nebulizer jet, dapat juga digunakan kompresor oksigen), masker, mouth piece,
2014).
terlihat uap keluar dari masker, minta pasien untuk melakukan inspirasi dalam
melalui masker selama uap keluar, tunggu sekitar 15-20 menit sampai uap
84
memberikan terapi batuk efektif 3-4 kali setelah pemberian nebulizer dan
dengan cara penulis mencuci tangan dan memakai sarung tangan, kemudian
penulis melakukan auskultasi dada depan dan belakang dan meminta pasien
tarik nafas panjang, kemudian pasien meminum air hangat dan meminta
pada dada dan pengalas pada pangkuan pasien, kemudian penulis melakukan
claping selama 3-5 menit, dan vibrasi 3 kali pada area yang terdapat sekret,
Menurut teori prosedur batuk efektif yaitu tarik napas dalam lewat
hidung dan tahan napas untuk beberapa detik, Batuk 2 kali, batuk pertama
untuk melepaskan mukus dan batuk kedua untuk mengeluarkan sekret. Jika
klien merasa nyeri dada pada saat batuk, tekan dada dengan bantal, tampung
sekret pada sputum pot yang berisi lisol, untuk batuk menghembus, sedikit
maju ke depan dan ekspirasi kuat dengan suara “hembusan”. Teknik ini
menjaga jalan napas terbuka ketika sekresi bergerak ke atas dan keluar paru,
hindari batuk yang terlalu lama karena dapat menyebabkan kelelahan dan
belum bisa keluar dan status respiratory rate pasien 29x per menit, setelah
sebanyak ± 2 sendok dan status respiratory rate pasien 27x permenit, dan
selanjutnya keluar ± 3 sendok dengan status respiratory rate pasien 24x per
menit.
pemberian nebulizer dan batuk efektif dan setelah pemberian nebulizer dan
terapi nebulizer dan teknik batuk efektif dibuktikan dengan hasil yang
suara tambahan pada Tn.A dengan cara penulis mengamati dada dan abdomen
jumlah 2 dan penulis mencatat nilai respiratory rate pasien pada tanggal 11
Januari 2016 respiratory rate pasien 29 kali per menit, tanggal 12 Januari
2016 respiratory rate pasien 27 kali per menit, tanggal 13 Januari 2016
atau abdomen pasien selama respirasi, hitung jumlah pernafasan (inhalasi dan
ekshalasi dihitung sebagai satu pernafasan) dalam 30 detik, dan jika ritme
teratur, kalikan dua jumlah tadi, jika ritme tidak teratur, hitung jumlah nafas
dalam 1 menit, catat nilai sebagai respirasi per menit (rpm) (Potter & Perry,
2007).
meninggikan bed pasien dengan sudut 45 derajat atau memberikan bantal 1-2
dengan bed dinaikan sedikit atau tanpa bed dinaikan, menjelaskan oksigen
nasal kanul pada pasien bahwa penulis memastikan pada pasien oksigen tidak
liter per menit pada Tn.A, antara implementasi yang dilaksanakan penulis
87
dengan teori sudah sesuai dengan yang ditandai dengan tindakan yang
berhubungan dengan gangguan sesak nafas pada tanggal 11-13 Januari 2016
untuk tenang dan tidak berisik ketika pasien istirahat, diskusikan pentingnya
dengan tindakan yang dilakukan penulis sesuai dengan teori yang ada
(Doengoes, 2000).
E. Evaluasi Keperawatan
respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk
auskultasi terdengar suara wheezing, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 86x
88
per menit, suhu 36,3˚C, respiratory rate 29x per menit, masalah bersihan jalan
batuk efektif dan berikan terapi nebulizer sesuai advis dokter. Hasil evaluasi
pada hari kedua adalah klien mengatakan masih batuk berdahak, tekanan
x/menit, klien tampak batuk, suara wheezing terdengar lirih, dahak bisa keluar
vital, ajarkan batuk efektif, berikan terapi nebulizer sesuai advis dokter. Hasil
evaluasi hari ketiga adalah klien mengatakan masih batuk berdahak, klien
tampak batuk, suara wheezing terdengar lirih, sputum dapat keluar sebanyak
tanda vital, ajarkan batuk efektif, beri terapi nebulizer sesuai advis.
bersihan jalan nafas tidak efektif adalah klien dapat mempertahankan jalan
nafas paten dengan bunyi nafas bersih, batuk efektif dan pengeluaran sekret,
tanda-tanda vital dalam batas normal (Doengoes, 2000). Dari hasil analisa
penulis kriteria pada teori di atas belum dicapai oleh Tn.A karena auskultasi
Pada hari pertama, klien mengatakan masih sesak nafas dan dada
oksigen nasal kanul 2 liter per menit, respiratory rate 29 x/menit, masalah
pola nafas belum teratasi, lanjutkan intervensi dan intervensi yang dilanjutkan
berikan oksigen nasal kanul sesuai advis dokter. Hasil hari kedua klien
mengatakan masih sesak nafas dan pernafasan pasien lebih nyaman, klien
nyaman, masih mengguanakan oksigen nasal kanul 2 liter per menit, masalah
fowler, beri oksigen nasal kanul. Hasil hari ketiga klien mengatakan tidak
sesak nafas tetapi dada ampek, klien tampak nyaman, sedikit tampak
kelelahan, masih bernafas dengan cuping hidung dan otot bantu pernafasan,
semi fowler.
ketidakefektifan pola nafas klien melaporkan tidak sesak nafas, tidak ada
90
sianosis, tidak ada otot bantu pernafasan (Doengoes, 2000). Menurut analisa
penulisan klien pada teori diatas belum mencapai kriteria evaluasi, karena
klien masih menggunakan otot bantu pernafasan karena pasien masih sesak
nafas.
sesak nafas dan lingkungan yang berisik, klien tampak lemah, kantung mata
hitam tidur siang 1 jam, masalah pola tidur belum teratasi, lanjutkan
intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi observasi jumlah jam tidur
adekuat, berikan obat sesuai jadwal dan dosis. Hasil hari kedua klien
mengatakan pada malam hari terbangun sebentar dan tidur lagi, klien tampak
agak segar, jumlah jam tidur siang 1 jam dan malam 4-5 jam, masalah pola
meliputi observasi jumlah jam tidur pasien, berikan lingkungan yang nyaman,
diskusikan pentingnya tidur adekuat, berikan obat sesuai resep dokter. Hasil
hari ketiga klien mengatakan malam hari masih terbangun sebentar dan tidur
lagi, klien tampak agak segar, kantung mata hitam sedikit berkurang, jumlah
jam tidur malam 4-5 jam, siang 1½ jam, masalah pola tidur teratasi sebagian,
jam tidur, beri lingkungan yang nyaman, diskusikan pentingnya tidur adekuat,
penulisan klien pada teori diatas belum mencapai kriteria evaluasi, karena
pada terapi nebulizer dan batuk efektif pada Tn.A dengan diagnosa Penyakit
Paru Obstruksi Kronis menunjukan bahwa terapi nebulizer dan batuk efektif
A. Kesimpulan
kesimpulan :
1. Pengkajian
mengeluarkan dahak, sesak nafas dan dada ampek, pasien tampak batuk
dan kiri, palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi hipersonor,
92
93
2. Diagnosa Keperawatan
nafas.
3. Intervensi Keperawatan
mandiri, jalan nafas paten, tidak ada suara nafas tambahan. Dengan
dan batuk efektif, ajarkan batuk efektif, berikan terapi nebulizer sesuai
advis dokter.
94
vital dalam batas normal, pasien tidak tampak kelelahan. Pada diagnosa
berikan posisi semi fowler, jelaskan manfaat oksigen nasal kanul, berikan
sesak nafas memiliki tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan
terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien tidur 7-8 jam per hari, pasien
tampak segar, kantung mata tidak hitam. Pada diagnosa ketiga rencana
4. Implementasi Keperawatan
dokter.
95
diberikan dokter.
5. Evaluasi Keperawatan
hari ketiga klien masih mengatakan batuk berdahak pasien tampak batuk,
PPOK
x per menit. Klien mengatakan saat diberikan terapi nebulizer dan batuk
dan secret masih belum banyak yang keluar. Hal ini disebabkan karena
96
pasien belum bisa menerapkan teknik batuk efektif dengan baik dan benar
sesuai teori.
B. Saran
efektif terhadap status pernafasan pada asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) penulis akan memberikan usulan dan
kerja sama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jilid I. Jakarta: EGC
Mubarak, Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Potter, A.P, & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Purnamadyawati. (2000). Nebulizer Work Shop II. Jurnal Perbedaan Postural Drainage dan
Latihan Batuk Efektif pada Intervensi Nebulizer Terhadap Penurunan Frekuensi
Batuk pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Diakses tanggal 02 November
2015
Medika
Tanto Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedoktera., edisi 4.Media Aedculapius.
jakarta
Wahyuni, L.(2014). Pengaruh pemberian nebulizer dan batuk efektif terhadap status
pernafasan pasien COPD. Diakses pada tanggal 24 November 2015