Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin modern, menuntut manusia untuk
lebih cerdas dalam menanggapi setiap masalah, situas dan kondisi. Seperti
halnya pada masalah yang sering dialami oleh masyarakat yang mayoritas
merupakan pribadi yang sibuk, sehingga lupa akan kesehatannya, seperti rasa
nyeri dan demam, baik ringan maupun sedang.
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang
menggambarkan kerusakan tersebut. Rasa nyeri terjadi hampir disetiap bagian
tubuh, baik pada daerah tulang, persendian, daerah gigi, maupun rasa nyeri
yang diakibatkan oleh adanya proses inflamasi dalam tubuh. Rasa nyeri dapat
dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan usia lanjut.
Keadaan inilah yang menyebabkan masyarakat berusaha semaksimal mungkin
untuk menghilang menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Namun bagi orang tua tidak perlu khawatir, jika anaknya mengalami nyeri,
karena diera globalisasi ini, perkembangan industri farmasi di Indonesia
mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Hal tersebut terbukti dengan
banyaknya macam sediaan farmasi yang telah beredar dipasaran, seperti
sediaan tablet analgesik antipiretik.
Tablet termasuk salah satu sediaan farmasi, tablet merupakan sediaan
bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa . Tablet analgesic yang mengandung suatu zat
bermanfaat dengan kadar tertentu yang boleh digunakan dalam sedian obat
dengan mengandung berbagai macam zat tambahan yang dibutuhkan.
Bahan aktif yang sering digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi
nyeri mulai dari yang ringan hingga sedang yaitu antalgin. Antalgin adalah
salah satu obat penghilang rasa nyeri (Analgetik) turunan NSAID, (Non-
Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Umumnya, obat-obatan analgetik adalah
golongan obat antiinflamasi (anti pembengkakan), dan beberapa jenis obat
golongan ini memiliki pula sifat antipiretik (penurun panas), sehingga
dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik
Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat suatu formulasi untuk mengatasi
rasa nyeri dengan bahan aktif antalgin. Sediaan tersebut akan dibuat dalam
bentuk sediaan tablet yang memiliki pewarna dan pengaroma yang berbeda
dari biasanya karena tablet ini ditujukkan untuk anak-anak, yang memiliki
manfaat untuk meringankan dan menghilangkan rasa nyeri dan demam dengan
sedikit efek samping yang ditimbulkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana mutu fisik sediaan antalgin yang diberikan untuk anak-
anak dengan inovasi penambahan perasa dan pewarna?
1.3. Tujuan
 Dapat membuat formulasi tablet antalgin
 Untuk mengetahui evaluasi granul antalgin
 Untuk mengetahui evaluasi mutu fisik tablet antalgin
 Untuk mengetahui masalah yang ada pada proses pembuatan tablet
antalgin
1.4. Manfaat
 Memberikan inovasi baru dari tablet antalgin yang ditujukkan
untuk anak-anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat
aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan
tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi dan
sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin
tablet. (Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:1)
Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis bobot
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (FI edisi III : 6)
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. (FI edisi IV)
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempa cetak,
berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung
satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. (Anonim:1)
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. (IMO;210)
Bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang baik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran, serta variabilitas kandungan
yang paling rendah. (Lachman:645)
Sediaan obat padat takaran tunggal, dicetak dari serbuk kering, kristal atau
granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu dengan mesin yang
sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi. (R. Voight:166)
Dari beberapa pengertian tablet diatas yang diperoleh literatur berbeda,
dapat disimpulkan bahwa tablet merupakan sediaan padat yang terdiri dari satu
atau lebih bahan aktif dan atau tanpa bahan tambahan yang dibuat secara kempa
cetak menggunakan tekanan tinggi.

2.2 Penggolongan Tablet


2.2.1 Tablet oral yang dimasukan ke dalam saluran cerna
1. Tablet kunyah
Adalah tablet yang hancur ketika dikunyah atau dibiarkan larut
dalam mulut, menghasilkan dasar seperti cream dari manitol yang berasa
dan berwarna khusus. (Ansel, 249)
Tablet kunyah : Adalah tablet kempa yang mengandung zat aktif
dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan. (Anonim,5)
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan rasa
enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa
pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi
multivitamin, antasida dan antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat
dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau
sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan
pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau
dibiarkan melarut dalam mulut. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk
memberikan bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah
kepada anak-anak atau orangtua yang sukar menelan obat utuh.
2. Tablet salut gula
Adalah tablet kompresi yang diberi lapisan gula berwarna dan
mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu
ditelan. Gunamya melindungi obat dari udara dan kelembapan serta
member rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya
akibat rasa atau bau bahan obat dan memberikan penampilan yang
menarik. (Ansel, 248)
Tujuan dari pembuatan tablet salut gula yaitu untuk melindungi zat
aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak
enak, memperbaiki penampilan tablet
3. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah yang disalut dengan lapisan yang tidak
melarut atau hancur di lambung tapi di usus. Gunanya untuk menghindari
obat rusak akibat asam lambung, obat dapat mengiritasi mukosa lambung
atau bila melintasi lambung menambah absorbsi obat di usus halus sampai
jumlah yang berarti. (ANSEL, 248-249)

2.2.2 Tablet yang dihantarkan ke rongga mulut


1. Tablet bukal
Adalah tablet yang disisipkan di antara pipi dan gusi di rongga
mulut, biasanya berisi hormone steroid, absorbsi terjadi melalui mukosa
mulut masuk peredaran darah. (IMO, hal 210) Tujuan penggunaan tablek
bukal agar diperoleh absorpsi obat secara cepat karena langsung masuk
pembuluh darah sehingga efek terapi lebih cepat dicapai, misalnya pada
penyakit jantung yang memerlukan efek terapi cepat dari obat yang
diberikan.
2. Tablet Sublingual
Adalah tablet yang digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah
lidah , biasanya berisi hormone steroid. (IMO, 210). Penggunaan tablet
sublingual sama halnya dengan tablet bukal yaitu agar absorpsi obat terjadi
melalui mukosa mulut sehingga diperoleh efek terapi yang cepat.
3. Tablet hisap
Adalah bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam rongga mulut.
Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan.

2.2.3 Tablet yang dilarutkan lebih dulu dalam air lalu diminum
1. Tablet Effervescent
Adalah tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air. (ANSEL, 249)

2.2.4 Tablet untuk dihantarkan ke rongga tubuh lainnya


1. Tablet vaginal
Adalah tablet yang berbentuk seperti amandel, oval, digunakan
sebagai anti infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara local. (IMO,
210)
2. Tablet rektal
Adalah tablet yang penggunaannya ditujukan untuk dimasukkan
melalui dubur, dan dapat memberikan efek lokal maupun sistemik.

2.2.5 Tablet yang ditanam


1. Tablet implantasi
Adalah tablet yang berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril
dimasukkan secara implantasi dalam kulit badan. (IMO, 210)
2.2.6 Tablet untuk menegakkan diagnosis
1. Tablet diagnostic
Adalah tablet yang dimaksudkan untuk mendiagnosis penyakit
tertentu. Pengujian biasanya dilakukan oleh pasien sendiri atau dalam
klinik.

2.3 Kriteria Tablet yang Baik


Adapun kriteria utuk memperoleh tablet yang baik adalah sebagai berikut

a. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi


persyaratan
b. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
c. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
d. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
e. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
f. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
g. Bebas dari kerusakan fisik
h. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
i. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu
tertentu
j. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

2.4 Keuntungan dan Kerugian


2.4.1 Keuntungan
Karena penggunaanya yang sangat luas sebagai sediaan obat, tablet
terbukti menunjukkan bentuk yang efisien, praktis dan ideal untuk terapi
secara oral. Berikut beberapa keuntungannya :
a. Rasa obat yang pahit atau tidak enak dapat tertutupi oleh suatu
penyalut. Salut ini dibuat untuk melindungi.
b. Bentuk sediaan paling ringan dan praktis daripada semua bentuk
sediaan oral.
c. Harga pada umumnya relatif lebih murah dibandingkan dengan sediaan
lainnya.
d. Memudahkan pemberian dosis yang tepat. Dosis dapat didistribusiskan
secara merata dalam keseluruhan tablet untuk memberi kemudahan
dalam pembagian dosis yang tepat bila tablet di potong jadi dua bagian
atau lebih untuk pemberian pada anak-anak.
e. Kandungan tablet dapat disesuaikan dengan berbagai dosis zat aktif.
f. Praktis dan mudah dibawah kemana-mana

2.4.2 Kerugian
Tablet selain memeliki keuntungan besar, terdapat juga kerugian
sediaan tablet diantaranya :
a. Obat yang rasanya pahit dan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen/kelembapan udara
b. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat
jenis.
c. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dan dosis yang digunakan
tinggi atau cukupan.
Diantara keuntungan tablet yang banyak ternyata masih ada kerugian
tetapi jauh lebih sedikit dibanding keuntungannya.

2.5 Metode Pembuatan Tablet


2.5.1 Metode granulasi basah
Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk menggunakan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering
ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.

2.5.2 Metode granulasi kering


Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk menggunakan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering
ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi
basah karena tidak stabil atau peka terhadap pemanasan atau tidak mungkin
dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas.
Granulasi kering dialkukan pada campuran seluruh ingredien dalam suatu
formulasi tablet tanpa menggunakan cairan penggranulasi. Granulasi kering dibuat
dengan mengempa langsung seluruh campuran ingredien formulasi dengan
tekanan tinggimenggunakan suatu mesin pembuat bongkah atau mesin pompaktor.

2.5.3 Metode kempa langsung


Pada proses kempa langsung komponen-komponen tablet dikempakan
dengan mesin cetak tablet atau mesin khusus. Bila campuran serbuk pertama
ditekan kedalam die, yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan
datar, masa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut sluging. Slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan bentuk granul yang daya
mengalirnya lebih seragam dari campuran awal.

2.6 Macam-macam Zat Tambahan pada Tablet


2.6.1 Zat Pengisi
Adalah suatu zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet
sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet,
dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Selain untuk penyesuaian bobot, zat
pengisi juga dibutuhkan untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan
aktif yang sulit di kempa serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat
dikempa langsung. Jumlah bahan pengisi yang di butuhkan bervariasi, berkisar 5
– 80% dari bobot tablet tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang di
inginkan.

Dalam hal ini penyesuain bobot dilakukan untuk menambahkan bobot


sediaan tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk memenuhi ruah tablet.
Walaupun zat pengisi biasanya dianggap sebagai komponen tablet inert, zat ini
secara signifikan dapat mempengaruhi sifat-sifat biofarmasetik, kimia dan fisik
tablet jadi.Secara umum zat pengisi diklasifikasikan menjdi (1) garam kalsium
mengganggu absorbsi tettrasiklin dari saluran cerna, (2), interaksi a min atau
garamnya dengan laktosa dalam lubrikan basa, misalnya magnesium stearat,
terjadi perubahan warna.
Berbagai zat pengisi merupakan hidrat (dibasik kalsium fosfat atau
kalsium sulfat). Pada pemilihan pengisi akan dijumpai zat pengisi yang
mengandunng dua jenis lembab, yaitu terikat dan tidak terikat. Cara pengisi
mengikat lembab lebih penting dari pada daya tarik zat pada lembab atau jumlah
lembab yag ada, misalnya kalsium sulfat hidrat mengandung lembab 12% sebagai
lembab terikat.
Zat pengisi ada dua jenis yaitu larut dan tidak larut dalam air
Tidak larut Larut
Kalsium fosfat dihidrat (tetra alba) Laktosa
Kalsium fosfat, dibasik dihidrat Sukrosa
Kalsium fosfat, tribasik Dekstrosa
Amylum sorbitol Manitol
Amylum yang dimodifikasi Sorbitol
Mikrokristalin selulosa
Tabel 2.6.1 Macam-macam zat pengisi yang larut dan tidak larut

1. Laktosa
Kelebihan : berbentuk serbuk kasar, sehingga memiliki sifat aliran
yang bagus.
Kekurangan : laktosa dalam bentuk murni tidak ada dalam
perdangangan.
2. Gula lain (Sukrosa, dekstrosa)
Kelebihan : dapat menghasilkan tablet yang lunak(soft).
Kekurangan : sifat alir yang dimiliki baik, tetapi sifat kempanya
buruk.
3. Amylum
Kelebihan : dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan
penghancur, tergantung pada tipenya.
Kekurangan : pada formulasi cetak lansung, sifat aliran buruk,
daya ikat menurun.
4. Garam anorganik ( kalsium fosfat, kalsium fosfat tribase, kalsium
sulfat)
Kelebihan : dapat digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat
dalam tablet kempa lansung dan sebagai pengisi dalam granulasi
basah.
Kekurangan :kecenderungannya melengket pada punch dan dies,
dapat mengganggu dalam disolusi obat.

2.6.2 Zat Pengikat


Zat pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk memberi daya
adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk
menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi sehingga memberikan
ikatan yang penting untuk membentuk granul yang membentuk suatu massa yang
kohesif atau kompak yang disebut tablet. Banyaknya larutan pengikat yang
dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan,
ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas,
kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan.
Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik.
Bahan polomerik terdiri atas dua kelas, yaitu :
a. polimer alam seperti pati atau gom mencakup akasia, tragacanth dan
gelatin,
b. polimer sintetis seperti metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa dan polivinilpirolidon.
Kriteria utama dalam pemilihan suatu pengikat adalah kompatibilitasannya
dengan komponen tablet lainnya. Kedua, pengikat harus memberi kohesi yang
cukup pada serbuk untuk memungkinkan melakukan proses normal, tetapi tablet
masih mungkin terdisintegrasi dan sediaan terlarut setelah dicerna dan melepaskan
zat aktif untuk absorbsi.
Jenis pengikat yang digunakan :
Zat pengikat Konsentrasi
Avicel PH MCC 2%- 5%
Povidon (USC) 2%-5%
Kopolovidon 1%-5%
Gelatin NF 1%-3%
Gom alam (gom arab, tragakant, 1%-5%
gom guar, pektin)
Amylum 2%-5%
Amylum pregelatinasi 10%-20%
Sukrosa 50%-70% (pengikat basah)
Na-aglinat 0,5%-3%
Tabel 2.6.2 Jenis-jenis pengikat

2.6.3 Disintegran (penghancur)


Keefektifan suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi obat
tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan permeabilitas
obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam tablet tergantung
pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi dan disolusi dari
tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka ditambahkan
disintegran/bahan penghancur. Bahan penghancur akan membantu hancurnya
tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel partikel penyusun sehingga
akan meningkatkan kecepatan disolusi tablet.

Untuk tablet yang ditelan secara keseluruhan dan kemudian terdisintegrasi


sewaktu tablet masuk lambung atau bahkan tablet yang didispersikan dalam air
sebelum diberikan, gaya kohesif yang dimasukkan dalam massa oleh pengempaan
dan pengikat harus ditangani.
Ada dua metode yang digunakan untuk memasukkan zat disintegran dalam
tablet metode ini disebut penambahan eksternal dan penambahan internal. Dalam
metode penambahan eksternal, disintegran ditambah sebagai fase luar pada granul
yang telah dihaluskan dengan pengadukan tepat pada saat dikempa. Dalam
metode penambahan internal, disintegran dicampur dengan serbuk lain sebelum
campuran serbuk dibasahi dengan larutan penggranulasi. Jadi disintegran
dimasukkan kedalam granul. Penambahan internal adalah penambahan pada fase
dalam sedangkan penambahan eksternal adalah penambahan fase luar.
Mekanisme kerja zat disintegran sebagai zat penghancur tablet pada
umumnya terdiri atas tiga teori klasifikasi, antara lain :
a. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil diseluruh matriks yang
memungkinkan air tertarik kedalam struktur dengan kerja kapiler
sehingga menyebabkan tablet menjadi pecah
b. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan butir-butir pati
pada pemaparan dengan air, sebuah fenomena yang secara fisik
memutuskan ikatan partikel-partikel dalam matriks tablet.
c. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet.
Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air kedalam tablet,
kemudian mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-
pisah. Keefektifan banyak disintegran dipengaruhi oleh posisinya dalam
tabet. Zat yang paling sering digunakan dalam disintegrator dan
mempunyai mekanisme pengembangan untuk membantu tablet menjadi
hancur.
Jenis penghancur yang digunakan:
Zat Konsentrasi
Crospovidon NF 2%-5%
Amilum 5%-20%
Starce 1500 5%-15%
Croscarmelose Na 2%-4%
Asam alginat 5%-10%
CMC 5%-10%
Tabel 2.6.3 Jenis-jenis penghancur
1. Crospovidon NF
Kelebihan : bersifat hidrofilik
Kekurangan : BM yang tinggi dan sambung silang membuat bahan
tidak larut.
2. Starce 1500
Kelebihan : sifat hidrofilik tinggi
Kekurangan : tidak dapat melarut sempurna dalam air.
3. Croscarmelose Na
Kelebihan : dapat mengabsorbsi air dengan jumlah beberapa kali
bobotnya.
Kekurangan : adanya sambung silang, mengurangi kelarutan dalam air.

4. CMC
Kelebihan : mempermudah tablet pecah menjadi partikel halus dalam
saluran cerna.

2.6.4 Lubrikan (pelincir)


Adalah suatu eksipien tablet yang digunakan dalam formulasi sediaan
tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa,
dan untuk mencegah pelekatan pada pons dan dinding lubang kempa. Lubrikan
berfungsi dengan menunjukkan suatu film dengan kekuatan geser rendah pada
antar permukaan antara tablet dinding lubang kempa dan permukaan pons. Fungsi
utama lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul pada antar
permukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan pengeluaran
tablet dari lubang kempa.
Mekanisme lubrikan adalah membantu suatu film pada antar permukaan
tablet dan dinding lubang kempa dan permukaan pons. Jika lubrikan ditambahkan
pada suatu granulasi, zat ini membentuk salut disekeliling tiap partikel yang
kurang lebih tetap utuh selama pengempaan. Salut ini juga dapat meluas pada
permukaan tablet. Karena lubrikan yang terbaik bersifat hidrofobik, keberadaan
salut lubrikan dapat menyebabkan peningkatan waktu disintegrasi dan
berkurangnya laju disolusi. Karena kekuatan tablet bergantung pada daerah
kontak antar partikel, adanya lubrikan juga dapat mempengaruhi ikatan partikel ke
partikel dan menyebabkan kurang kohesiv dan secara mekanik memperlemah
tablet.
Beberapa lubrikan yang sering diunakan :
Lubrikan larut air Lubrikan tidak larut air
Polietilenglikol 4000 Magnesium stearat
Polietilenglikol 6000 Zink stearat
Polietilenglikol 8000 Kalsium stearat
Natrium laurel ssulfat Asam stearat
Magnesium laurel stearat Talk
Natrium benzoate Minyak tumbuh-tumbuhan yang dihidrogenasi
Polietilen monostearat Minyak mineral ringan
Gliserin triasetat Gliserin behanat
Sukrosa monolaurat Malam
Tabel 2.6.4 Jenis-jenis lubrikan

2.6.5 Glidan

Glidan adalah zat yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan


mengurangi gesekan antar partikulat. Zat ini meningkatkan aliran zat dari lubang
corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil dan akhirnya kedalam lubang
kempa mesin tablet. Glidan berfungsi menempatkan partikel-partikelnya diantara
partikel-partikel komponen lainnya. Glidan cenderung mengurangi adesif
sehingga menurunkan gesekan antar partikulat dari sisem secara menyeluruh.
Glidan yang umum digunakan dan rentang kosentrasi lazim
Glidan Persen penggunaan
Talk 1-5
Amylum 1-10
Seng stearat 0,2-1
Kalsium stearat 0,5-2
Magnesium stearat 0,2-2
Magnesium oksida berat 1-3
Tabel 2.6.5 Jneis-jenis gildan

a. Mekanisme kerja glidan yaitu pengurangan gesekan antar partikel dan


kekerasan permukaan dengan lekatnya glidan pada pengikat granulasi
b. Keefektifan glidan
c. Glidan yang efektif jika keragaman bobot menunjukkan simpangan
baku relative kurang dari atau sama dengan 6 %
2.6.6 Anthiaderen
Beberapa zat memiliki adesiv yang kuat terhadap logam pons dan lubang
kempa, walaupun tidak berefek terhadap penggesekan. Hal ini mengakibatkan zat
lebih condong melekat pada permukaan dan menimbulkan permukaan kasar pada
tablet. Pengaruh ini disebut “terkupil”, yang dapat timbul dalam formulasi yang
mengandung lembab secara berlebihan.

Zat Rentang penggunaan lazim (%)


Talk 1-5
Amilum maydis 3-10
Cab – o – sil 0,1-0,5
Syloid 0,1-0,5
DL – leusin 3-10
Natrium laurel sulfat <1
Logam stearat <1
Tabel 2.6.6 Jenis-jenis Antiaderen

2.6.7 Zat Pengaroma


Biasanya digunakan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Pengaroma
dimasukkan dalam bentuk semprot-semprot kering dan sebagai minyak, biasanya
pada tahap lubrilkasi karena kepekaan zat-zat ini terhadap lembab dan
cenderungannya menguap jika dipanaskan. Pengaroma berair atau larut air kurang
dapat diterima karena stabilitasnya berkurang seirig bertambahnya waktu.
Pemanis ditambahkan pada tablet kunyah jika tablet pembawa yang biasa
digunakan seperti manitol, sukrosa, dan dekstrosa tidak cukup menutupi rasa
komponen.

2.6.8 Zat Pewarna


Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan
kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg kurang baik,
identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik
Pewarna dimasukkan dalam tablet pada umumnya untuk satu atau lebih
dari tiga tujuan, pertama, pewarna dapat digunakan untuk memberi identitas pada
produk yang kelihatannya sama dalam suatu jalur produk dalam satu industry
farmasi atau dalam hal tersebut yang penampilannya sama dengan produksi
farmasi yang berbeda. Hal ini tertama penting ketika mengidentifikasi produk
(karena over dosis atau keracunan dan penyalahgunaan obat) merupakan suatu
masalah. Kedua warna dapat membantu meminimalkan kemungkinan
kesimpangsiuran selama pembuatan. Ketiga, kemungkinan kurang penting adalah
penambahan pewarna pada tablet untuk nilai estetik atau nilai pemasarannya. Jadi
sesuai hal tersebut peranan utama pewarna adalah memudahkan identifikasi dan
meningkatkan penampilan estetika produk.

 Jenis zat pewarna


Zat pewarna terdiri atas tiga bentuk, yaitu :
a. Pewarna yang larut air, memberikan warna yang jernih
b. Pigmen yang tidak larut yang harus didispersikan dalam
produk.
c. Pewarna dalam bentuk kusus atau laks.
 Stabilitas pewarna
Kepekaan pewarna terhadap cahaya akan dipengaruhi zat aktif,
eksipien, dan metode pembuatan dan metode penyimpanan dalam produk.
Bahan kimia pengabsorbsi ultra violet ditambahkan dalam tablet untuk
meminimalkan kepekaannya terhadap cahaya.

2.7 Uji Granulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah


memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat
massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks
tablet.

2.7.1 Waktu Alir


Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui
corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan
dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977).

2.7.2 Sudut Diam


Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut,
kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan,
semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).
Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari
35o (Cartensen, 1977).

2.7.3 Indeks Tablet

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk
atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat
volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur ke
atas dan ke bawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang
dari 20% (Cartensen, 1977).

2.8 Uji praformulasi


2.8.1 Uji organoleptik
Uji praformulasi harus dimulai dari pemerian zat aktif. Berikut ini adalah
beberapa hal yang harus di uji pada zat aktif, antara lain:
a. Warna
Warna pada umumnya merupakan fungsi dari struktur kimia
inheren yang lazimnya terkait dengan tingkat ketidakjenuhan molekul.
Warna sediaan tablet bets harus dicatat dengan menggunakan metode
terminology deskriptif agar bias dimanfaatkan pada saat produksi
selanJutnya.

b. Bau

Bahan aktif obat perlu di uji dengan cara membaui dengan berhati
– hati udara yang terdapat pada bagian atas bahan aktif dari kontener obat
sebelumnya tertutup sehingga memungkinkan senyawa yang bersifat atsiri
memekat. Selanjutnya deskripsi bau harus dicatat agar menjadi data untuk
produksi.

c. Rasa

Pada umumnya zat aktif memiliki rasa yang berkarakter. Ketika


mencoba rasa zat aktif, hendaknya harus berhati – hati. Jika rasa dianggap
enak, hendaknya dipertimbangkan untuk menggunakan bahan kimia yang
kurang larut.

d. Bentuk

Bentuk dari zat aktif harus benar – benar dicatat agar data tersebut
bisadigunakan dalam produksi tablet selanjutnya.

2.8.2 Uji titik lebur

Titik lebur suatu zat adalah suhu dimana suatu zat dapat berubah bentuk
dari keadaan padat menjadi bentuk cair Untuk zat murni harga titik leburnya
selalu tetap dan satu. Karena ketidakmurnian maka harganya tidak merupakan
satu angka melainkan dua angka sebagai jarak suhu yang dikenal dengan istilah
jarak lebur.

Suatu zat bisa melebur / mempunyai titik lebur karena adanya panas yang
merupakan salah satu bentuk energi sehingga bisa mengakibatkan ikatan antar
molekul dalam suatu zat memisah / merenggang, kemudian zat tersebut
mengalami perubahan wujud.

Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari
percobaan sama dengan yang ada dalam literatur. Tetapi bila suatu zat itu tidak
murni ( terdapat campuran / campuran eutentik ) maka ikatan antar molekulnya
semakin kecil dan ikatannya mudah lepas sehingga titik leburnya akan lebih kecil
dari pada zat murni.

2.9 Evaluasi Sediaan Tablet

2.9.1 Uji waktu hancur


Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin
tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah
kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput.
Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Indonesia,
1995, 1087)

2.9.2 Uji keseragaman bobot


Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu
persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang
mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu
tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.
(Indonesia, 1979:6)

2.9.3 Uji keseragaman ukuran


Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama percetakan,
perubahan ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak
atau pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji
keseragaman ukuran adalah jangka sorong.

2.9.4 Uji ukuran kerapuhan


Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet
yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang
digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman, 1994:654)

2.9.5 Uji kekerasan


Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya
adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan
minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji
kekerasan adalah hardness tester. (Ansel, 1989:255)

2.10 Sejarah Antalgin


2.10.1 Sifat fisika dan kimia
Nama : Antalgin
Sinonim : Methampiron
Rumus molekul : C13H16N3NaO4S . H2O
BM : 351,37
Kadar bahan aktif : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih
dari 101,0%
Titik Lebur : 1720C.
2.10.2 Mekanisme Kerja
Pada fase ini, antalgin mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung melintasi
sel membrane. (Anif, 1991)

2.10.3 Farmakologis
Antalgin termasuk derivase metasulfonat dari amidopirin yang mudah
larut dalam air dan cepat diserap kedaalm tubuh. bekerja secara sentral pada otak
untuk menghilangakan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatic.
Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa
sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986)
Kontraindikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten,
defisiensi GGPD payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu
terkir, bayi.
Efek samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam,
reaksi alergi sukup sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis,
panistopenia, dan netrosis.
Interaksi obat
 Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida.
 Tidak boleh diberikan bersama etakrinat
 Toksisitas salisilat meningkat bila diberikan secara bersamaan
 Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin
dan obat antihipertensi

2.11 Rancangan Formulasi


 Zat aktif : Antalgin (100mg)
 Pengikat : Avicel pH 102 (5-20%)
 Pengisi : Laktosa (2-20%)
 Lubrikan : Magnesium Stearat (0,2-2%)
 Glidan : Talkum (1-10%)
 Penghancur luar : Amylum manihot (5-25%)
 Pewarna : Ungu
 Pengaroma : Grape

Alasan Pemilihan Bahan


a. Avicel pH 102 sebagai pengikat
Karakter Avicel
Pemerian : jernih, kadang berwarna putih, tidak berbau, tidak
berasa, kadang terlihat seperti bubuk kristal.
Titik lebur : 260 - 270 0 C
Kelarutan : sedikit larut dalam 5% b/v larutan sodium hidroksida,
praktis tidak larut dalam air, asam encer dan sebagian pelarut
organik.
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan
pengikat dalam bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi
permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid
bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan
semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/pembesaran granul.
Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan yang
mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara partikel yang
saling mengikat membentuk granul.
Pemilihan Avicel pH 102 sebagai pengikat dikarenakan
Avicel pH 102 merupakan pengikat yang kuat pada konsentrsi 5 -
20%. Pengikat yang baik akan mengasilkan daya tarik-menarik
antara partikel dengan baik. Selain itu alasan pemilihan amylum
sebagai pengikat adalah karena Avicel pH 102 mudah didapatkan.
Avicel sebagai Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi
daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung
serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi.

b. Amylum manihot kering sebagai penghancur dalam dan


penghancur luar

Rumus Molekul : (C6H10O5)n


Sinonim : Potato Starch
Pemerian bahan : amilum tidak berbau dan tidak berasa, halus,
putih, putih kecoklatan. Amilum terdiri dari bola yang sangat kecil
atau butiran – butiran , yang ukuran dan bentuk tergantung
karakteristik tanamannya.
Kelarutan : Praktis tidak larut pada etanol 96 % dingin dan pada air
dingin. Pati langsung mengembang dalam air panas pada
temperatur diatas suhu gelatinisasi. Pati serbagian larut dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Ukuran partikel : 2 – 32 μm
pH : 4.0 – 8.0
Suhu pengembangan: 64oC
Inkompabitilitas : senyawa pengoksidasi kuat
Penyimpanan : wadah kedap udara di tempat kering yang sejuk
Pemilihan amylum manihot kering sebagai penghancur
dalam karena amylum merupakan penghancur luar yang umum
digunakan. Biasa digunakan dengan dengan konsentrasi 5-25 %.
Penggunaan amylum sebagai penghancur harus dikombinasikan
dengan bahan lain apabila akan digunakan dalam konsentrasi yang
tinggi karena dapat menyebabkan hasil kompresi tidak baik dan
tablet yang dihasilkan memiki friabilitas dan capping yang tinggi.
Alasan pemilihan amilum karena amilum manihot terdiri
dari ikatan rantai karbon, sehingga saat rantai karbon tersebut
terputus karena air panas maka pati akan menyerap air sehingga
pati tersebut akan mengembang. Selain itu, karena ukuran partikel
amilum yang sangat kecil sehingga akan lebih rentan hancur bila
terkena air.

c. Laktosa sebagai pengisi


Pemilihan laktosa sebagai pengisi agar tablet yang
dihasikan berasa manis karena bahan aktif (Furosemid) yang
hampir tidak berasa dengan demikian akan lebih mudah untuk
diterima oleh pasien. Konsentrasi laktosa sebagai pengisi adalah 2-
20 %. Selain itu, dapat mengalami deformasi yang plastis didalam
pencetakan sehingga penggunaannya sebagai bahan pengisi tablet
sangat menguntungkan, dan juga laktosa memiliki sifat alir yang
baik.

d. Magnesium Stearat sebagai lubrikan

Rumus Molekul : C36H70MgO4


Sinonim : Dibasic magnesium stearat
Pemerian bahan : serbuk sangat halur, berwarna putih terang,
sedikit berminyak jika
disentuh, lengket di kulit
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit
larut dalam
benzen hangat dan etanol (95%) hangat
Titik leleh/ lebur : 117-150ºC
Inkompabitilitas : asam kuat, alkalis gdan garam Fe
Penyimpanan : wadah tertutup baik, tempat kering
Magnesium Stearat digunakan sebagai lubrikan karena zat
ini stabil dan tahan pada tempat kering dan dingin. Pemilihan Mg
starat sebagai lubrikan harus dikombinasikan dengan bahan lain
karena Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren
tapi kurang baik sebagai glidant. Mg stearat sebagai lubrikan
konsentrasinya 0,5-5 % tapi apabila dikombinasikan maka
kombinasinya tidak boleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang
hidrofob. Lubrikan hidrofobik seperti magnesium stearat akan
membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling eksipien tablet
sehingga mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda
disintegrasi tablet, dan biasanya hal ini dapat berpengaruh pada
kecepatan disolusi zat aktifnya. Karena itu pemakaian lubrikan
harus dalam jumlah yang tepat dan waktu pencampurannya dengan
seluruh eksipien (serta zat aktif) harus dalam waktu yang tepat pula
agar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu hancur
dan disolusi zat aktifnya.

e. Talkum sebagai glidant

Rumus Molekul : Mg3Si4O10(OH)2


Sinonim : altalc
Pemerian bahan : serbuk kristal sangat halus, berwarna putih
hingga putih
keabu-abuan, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam asam encer
Ukuran partikel : 74 μm atau 44 μm
pH : 7-10 untuk untuk 20 % w/v dispersi aqueos
Inkompabitilitas : Senyawa yang mengandung amonium kuarterner
Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum
merupakan glidan yang baik. Konsentrasi talkum sebagai glidan
adalah 1-4 %. Talkum merupakan glidan yang baik tapi kurang
baik sebagai anti adheren.
Talkum digunakan karna talkum tidak OTT (Obat Tidak
Tercampur) dengan komponen lain, akan menutupi partikel yang
tidak berraturan, tablet mudah di cetak dan tidak lengket.
Komponen pemilihan talkukm sebagai glidan karena talkum adalah
glidan yang baik dan dapat dikombinasikan dengan Mg stearat
untuk memeperbaiki sifat aliran dari granul. sifat fisika kimia
talkum sangat halus, tidak berbau, mudah digunakan, berbentuk
bubuk sehingga talkum mudah melekat, dapat melapisi granul,
lembut jika disentuh dan bebas dari bongkahan kecil. Talek
ginakan sebagai pelicir dalam tablet dengan konsentrasi 5%
(Lachman, 1994 : 703)
BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan :

Alat

 Timbangan kasar dan halus


 Anak timbangan (g & mg)
 Mortir dan stamper
 Gelas ukur
 Beaker glass
 Mesh 12 dan 14
 Corong
 Jangka sorong
 Hardness tester
 Friabilator
 Disintegrator
 Batang pengaduk
 Alat pencetak tablet
Bahan
 Antalgin(Metampiron)
 Amylum manihot
 Sukrosa
 Avicel 102
 Mg Stearat
 Aquadest
 Talk
3.2 Perhitungan Bahan

Nama Bahan Konsentrasi Jumlah per tablet Total


(250 tab)
Antalgin : 25% 100 mg 25 g
Avicel 102 : 20% (20% x 150) + 10% = 33 mg 8,25 g
MgS : 0,5% (0,5% x 150) + 10% = 1,225 0,30 g
mg
Talkum : 5% (5% x 150) + 10% = 8,25 2,125 g
mg
Amylum manihot : 5% (5% x 150) + 10% = 8,25 2,125 g
mg
Sukrosa : Ad 250 mg 250 – 150,7 = 99,3 mg 24,82 g
Pewarna ungu : Qs Qs Qs
Pengaroma grape : Qs Qs Qs
Total 62,62 g

3.3 Prosedur uji praformulasi bahan aktif


a. Titik lebur
1. Disiapkan alat dan bahan yang sudah di cuci
2. Dimasukkan termometer dalam melting point aparatus
3. Dipanaskan salah satu ujung pipa kapiler hingga ujungnya itu tertutup.
4. Diisi pipa kapiler dengan zat uji hingga tinggi zat ujinya mencapai 2,5-
3,5 mm semampat mungkin dengan cara mengetukkan secukupnya pada
permukaan padat.
5. Dipanaskan melting point aparatus.
6. Dimasukkan pipa kapiler yang sudah berisi zat uji dalam lubang tengah
yang ada pada melting point aparatus.
7. Diamati hasilnya.
Dilihat pada suhu berapa zat pertama kali melebur dan pada suhu
berapa zat melebur seluruhnya.

3.4 Prosedur pembuatan granul


1. Bahan aktif (antalgin) dan bahan tambahan (amylum manihot, sukrosa,
talk, mg stearat, avicel ) ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan
2. Membuat pasta untuk amylum manihot dengan cara: amylum manihot
ditambah aquadest (± 10ml), kemudian dipanaskan dan diaduk-aduk
sampai membentuk massa yang bening
3. Antalgin,avicel 102 dan sukrosa dimasukkan dalam mortar, kemudian
digerus ad halus dan homogeny
4. Pasta dari amylum manihot ditambahkan ke dalam bahan no.3 kemudian
gerus sampai terbentuk massa yang lembab dan homogeny
5. Massa yang lembab diayak dengan ayakan 12 mesh dan dikeringkan di
oven dengan suhu 500-600 C selama 30 menit
6. Setelah granul kering, kemudian di ayak dengan ayakan 14 mesh
7. Ditambahkan pewarna dan pengaroma pada no 6
8. Tambahkan Talk, Mg stearat dan campur sampai homogen

3.5 Prosedur pengujian granul


a. Uji waktu alir
1. Massa granul dialirkan melalui corong
2. Dilihat dan dicatat berapa waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir
3. Granul yang baik akan mengalir dalam waktu kurang dari 10detik

b. Uji sudut diam


1. Granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan
membentuk kerucut
2. Diukur sudut kemiringannya
3. Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih
kecil dari 35o

c. Uji Indeks tablet

1. Serbuk atau granul dimasukkan ke alat volumenometer.


2. Diamati dan dicatat penurunan volume sejumlah serbuk atau granul.
3. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20%

3.6 Prosedur pembuatan tablet


1. Dimasukkan granul yang lolos dari uji granul ke cetakan.
2. Cetak granul agar menjadi tablet.

3.7 Prosedur pengujian tablet


3.7.1 Uji waktu hancur
1. Dimasukkan 6 tablet ke dalam mesin disintegratin tester (disentegrator).
2. Uji waktu hancur untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit dan
untuk tablet salut gula/salut selaput tidak lebih dari 60 menit.
3. Apabila, tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna.

3.7.2 Uji keseragaman bobot


1. Ditimbang 20 tablet satu persatu.
2. Dihitung bobot rata-ratanya.
3. Dihitung persen penyimpangannya.
4. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan
lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.

3.7.3 Uji keseragaman ukuran


1. Diambil 20 tablet.
2. Ukur tiap tablet dengan jangka sorong.
3. Catat ketebalan tiap tabletnya.
4. Hitung penyimpangan tablet.

3.7.4 Uji ukuran kerapuhan


1. 20 tablet dibersihkan dnegan sikat halus dan ditimbang.
2. tablet dimasukkan dalam friabilator dan diputar sebanyak 100 putaran.
3. Tablet dibersihkan dan ditimbang lagi.
4. Dihitung friabilitas tablet

3.7.5 Uji kekerasan


1. 20 tablet dinilai kekerasannya engan alat hardness tester.
2. Diukur luas permukaan tablet dengan menggunakan beban (kg).
3. Dihitung kekerasan rata-rata dena standar deviasinya.

Anda mungkin juga menyukai