Tinjauan Umum
Potret Ripley
Laporan posisi keuangan, yang juga dikenal sebagai neraca, adalah salah satu laporan
utama yang disiapkan oleh akuntan. Seorang akuntan, William Ripley, menyamakan
laporan posisi keuangan ini dengan potret diam (still photograph) badan usaha dengan
aktivanya disisi yang satu dan kewajiban serta ekuitasnya di sisi yang lain.
Aktiva dan Kewajiban
Aktiva pada hakikatnya adalah simpanan manfaat masa depan: kewajiban pada
hakikatnya adalah klaim atas manfaat itu. Berbagai aturan membedakan aktiva dan
kewajiban akuntansi dari perangkat sumberdaya dan kewajiban ekonomis yang lebih
luas.
Pengakuan
Sumberdaya dan kewajiban diakui dalam laporan keuangan sebagai aktiva dan
kewajiban hanya jika hal itu memenuhi definisi relevan yaitu dapat diukur, relevan, dan
dapat diandalkan.
Klasifikasi
Klasifikasi aktiva dan kewajiban diperlukan untuk pelaporan keuangan yang berarti.
Namun, klasifikasi apapun yang digunakan, tak terelakkan akan mengaburkan beberapa
hubungan walau menyoroti hubungan-hubungan lain, sehingga akan mengarah pada
beberapa tujuan sambil mengorbankan yang lain.
POTRET RIPLEY
Penyajian suatu ikhtisar sumberdaya dan kewajiban suatu perusahaan kepada para
pemegang saham dan investor lain dalam interval-interval yang teratur dalam bentuk laporan
posisi keuangan yang merupakan salah satu tujuan utama akuntansi. Laporan ini sehari-hari
dikenal sebagai neraca.
Pendekatan yang lebih tua terhadap penciptaan neraca disebut metode aktiva
kewajiban. Dalam pendekatan ini kita cukup membuat daftar aktiva dan kewajiban perusahaan.
Selisih antara keduanya menunjukkan hak residual pemilik dan jumlah yang membuat kedua
sisi itu seimbang. Jika kita memasukkan ekuitas pemilik dalam perusahaan dengan nilai pasar
yang sebenarnya, neraca tidak akan seimbang. Dalam kasus dimana ekuitas pemilik
dimasukkan dengan nilai pasar, seperti ketika kita mengakuisisi perusahaan lain, terciptalah
suatu penambal (plug) disisi kiri neraca, yang disebut goodwill.
Dalam pendekatan terhadap akuntansi yang didasarkan pada penghasilan, neraca
menjadi laporan residual – sebuah jenjang antara dua laporan laba rugi. Dengan demikian,
neraca seringkali hanya memberikan sedikit informasi karena tidak memiliki interpretabilitas.
Neraca kadang-kadang disebut sebagai titik kedatangan dan pemberangkatan dalam proses
akuntansi, tetapi bila diturunkan dari pendekatan pendapatan-beban.
Walaupun ada kelemahan-kelemahan ini, sudah ada sejumlah pernyataan yang
mendukung neraca tipe residual. Pertama, neraca konvensional dinyatakan menunjukkan
akuntabilitas dolar-dolar yang diinvestasikan oleh pemilik. Rangkaian pernyataan yang kedua
berhubungan dengan fungsi laporan posisi sebagai suatu ikhtisar dari sifat operasi badan usaha
serta sifat aktiva moneter dan jasa perusahaan yang belum dipakai. Ketiga, dinyatakan bahwa
sejarah telah menunjukkan bahwa, bila penilaian yang subyektif dibiarkan didalam neraca,
bukan saja neraca itu menjadi kurang informatif, tetapi laporan laba rugi juga mengalami
distorsi.
Jadi, lebih baik mempunyai satu laporan – laporan laba rugi – yang ditentukan secara
objektif dan bisa dimengerti daripada dua laporan yang menyesatkan dan tidak dapat
diperbandingkan. Permyataan-pernyataan ini sama sekali tidak memadai untuk mendukung
neraca residual. Salah satu alasannya, merekonsiliasi yang subjektif dan yang objektif itu relatif
sederhana. Alasan lainnya, dengan adanya ketentuan membuat laporan arus kas, pembaca
mempunyai satu laporan yang benar-benar objektif yang bisa diandalkan.
PENGAKUAN
Bila suatu sumberdaya atau suatu kewajiban muncul di dalam laporan posisi keuangan,
sumberdaya atau kewajiban itu disebut diakui. Pengakuan tidak secara otomatis mengikuti
definisi: kita tidak dapat mencatat suatu elemen bila kita tidak dapat mengukur elemen itu.
Untuk bisa mengakui suatu kewajiban, misalnya, kewajiban itu harus bisa diukur. Tetapi hanya
karena suatu kewajiban tidak bisa diukur tidak berarti bahwa pos itu bukan kewajiban – pos itu
tetap suatu kewajiban yang belum diakui (unrecognized).
Kewajiban Kontinjen
Masalah pengakuan ini diilustrasikan dengan baik oleh kontinjensi kerugian. Menurut SFAS
5, suatu kontinjensi dideifinisikan sebagai: “suatu kondisi, situasi, atau seperangkat keadaan
yang sedang berlangsung, yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan . . .
keuntungan . . . atau kerugian . . . bagi suatu badan usaha yang pada akhirnya akan terselesaikan
bila satu atau lebih peristiwa masa depan terjadi atau tidak terjadi. Penyelesaian ketidakpastian
ini akan menegaskan . . . adanya suatu kewajiban.”
Jika definisi kontinjensi ini digabungkan dengan definisi kewajiban, suatu kontinjensi
kerugian dapat didefinisikan sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi masa depan,
yang timbul dari kewajiban satuan usaha tertentu pada saat ini, untuk menyerahkan aktiva atau
memberikan jasa kepada satuan usaha lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya tergantung pada satu atau lebih peristiwa masa
depan yang mempunyai probabilitas keterjadian tertentu. SFAS 5 menyatakan bahwa
kontinjensi kerugian semacam itu harus diakui sebagai kewajiban jika:
1. Memenuhi definisi kewajiban.
2. Probabilitas terjadinya peristiwa masa depan itu relatif tinggi.
3. Kerugian kontinjen dapat diestimasi secara wajar.
Kontinjensi kerugian tidak boleh diakui dalam laporan keruangan, tetapi diungkapkan dalam
catatan kaki jika probabilitas terjadinya peristiwa masa depan itu hanya ‘mungkin’ (possible).
Kontinjensi tidak perlu disinggung jika kita menganggap probabilitas terjadinya kecil (remote).
KLASIFIKASI
Klasifikasi diperlukan dalam penelitian dan pengkomunikasian informasi yang relevan dalam
semua ilmu fisika dan sosial. Demikian pula dalam akuntansi. Pengklasifikasian sumberdaya
dan komitmen suatu perusahaan ke dalam kategori-kategori yang tepat diperlukan untuk
menyajikan ikhtisar informasi yang bisa ditafsirkan, yang bisa dimengerti dan dianalisis oleh
para investor dan pemakai laporan keuangan lainnya dalam proses keputusan mereka.
Tujuan Klasifikasi
Penyajian Solvabilitas kepada Kreditor. Tujuan terawal klasifikasi neraca adalah
menyajikan kepada kreditor informasi yang memperlihatkan solvabilitas perusahaan,
yaitu, kemungkinan memperoleh pelunasan seandainya perusahaan dilikuidasi.
Pengujian utama atas keamanan pinjaman mereka adalah likuiditas aktiva-aktiva
tertentu serta tersedianya aktiva-aktiva itu untuk membayar kewajiban, khususnya
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo dalam tahun berikutnya. Penekanan pada
likuiditas aktiva ini serta urutan pembayaran kewajiban timbul dari tidak adanya data
operasi lain yang bisa diandalkan, dan dari fakta bahwa kreditor (khususnya kreditor
jangka pendek) merupakan kelompok utama yang menginginkan informasi keuangan.
Deskripsi Operasi Badan Usaha. Klasifikasi lancar sebagai suatu deskripsi
operasi juga sudah lama ditetapkan dalam akuntansi dana pemerintah. Aktiva lancar
dan kewajiban lancar seringkali ditetapkan sebagai dana yang terpisah, entah dalam
akun atau dalam laporan atau keduanya. Istilah dana digunakan dalam situasi ini untuk
mengacu pada pemisahan aktiva dan kewajiban untuk tujuan tertentu sebagai unit
operasi yang spesifik atau sebagai pusat kepentingan.
Penjelasan Tentang Proses Akuntansi. Klasifikasi akuntansi seringkali
ditetapkan karena memudahkan proses pembukuan. Klasifikasi beban yang
ditangguhkan, misalnya, seringkali digunakan sebagai tempat istirahat bagi debet-debet
yang belum diamortisasi, diskonto saham preferen, dan kerugian yang dikompensasi ke
depan, mendapat tempat di antara aktiva-aktiva dalam neraca yang diterbitkan. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, klasifikasi yang didasarkan pada prosedur-prosedur
akuntansi banyak dikecam dalam tahun-tahun belakangan ini,
Kesulitan utama dalam tujuan ini adalah bahwa tujuan ini merupakan upaya untuk
menjelaskan hasil-hasil prosedur akuntansi teknis dan oleh karenanya bersifat
nonteoritis. Karena tidak mempunyai orientasi logis, penggunaan beban yang
ditangguhkan dan kredit yang ditangguhkan memperbolehkan diterapkannya prosedur-
prosedur yang tidak mempunyai dasar logika, atau paling tidak, tidak memperbolehkan
dijelaskannya arti penangguhan itu. Oleh karena itu, klasifikasi beban pada pendapatan
yang ditangguhkan serta kredit pada pendapatan yang ditangguhkan sangat tidak bisa
disetujui.
Menyoroti Metode-metode Penilaian. Pengelompokkan aktiva menurut konsep-
konsep penilaian mencakup klasifikasi-klasifikasi berikut ini:
1. Kas dan penerimaan kas yang diharapkan (yang didiskontokan sebagaimana
mestinya, bila tepat)
2. Aktiva yang dinilai menurut harga penjualan yang berlaku atau yang diharapkan
(harga keluaran).
3. Aktiva yang dinilai menurut biaya kini (harga masukan).
4. Aktiva yang dinilai menurut biaya historis atau biaya yang dinyatakan kembali
untuk memperhitungkan perubahan dalam tingkat harga umum.