Anda di halaman 1dari 6

Pelaksanaan Layanan BK di Sd untuk kelas 1 dan 2

Layanan Bimbingan dan Konseling

A. Strategi Layanan Dasar


1. Bimbingan klasikal
Hal ini berati bahwa dalam peluncuranprogram yang relah dirancang
menuntut konselor untuk melakuakn kontak langsung dengan para
pesrta didik di kelas. Konselor memberikn layanan bimbingan kepada
peserta didik. Kegiatan layanan ini melalui pemberian informasi
tentang berbagai hal yang dipandang bermamfaan bagi peserta didik.

2. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan peserta didik melalui
kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini ditunjukkan untuk
merespons kebutuhan dan minat para peserta didik.

3. Berkolaborasi dengan guru dan mata pelajaran


Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung
oleh semua pihak, dalam layanan ini khisisnya para guru dan mata
pelajaran , konselor berkolaborasi dengan guru dalam rangka
memperoleh informasi tentang peserta didik (prestasi dan
pribadinya), dan mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dengan
peranan guru mata pelajaran dalam pemberian layanan bimbingan
kepada para peserta didik. Aspek-aspek itu diantaranya :
a. Menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi
pelajar peserta didik.
b. Memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam.
c. Menandai peserta didik yang diduga bermasalah.
d. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
melalui program remedial teaching.
e. Mereferal (mengalihtangankan) peserta didik yang melakukan
layanan bimbingan dan konseling kepada guru bimbingan dan
konseling.
f. Memberikan informasi tentangkaitan mata pelajaran dengan
bidang kerja yang diminata peserta didik.
g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan,
sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada peserta
didik tentang dunia kerja.
h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional,
sosial, maupun moral-spiritual, (hal penting ini karean guru
merupppakan ‘’figure central’’ bagi peserta didik).
i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajarai mata
pelajaran yang diberikannya secara efektif.

4. Kerja sama dengan orang tua


Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbinga,
konselor perlu melakukan kerja sama dengan para orang tua peserta
didik. Kerja sama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta
didk tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua
dirumah. Melalui kerja sama ini memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antarkoselor
dan orangtua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik
atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik.

B. Strategi Layanan Responsif


1. Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orangtua, atau
pihak pimpian dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam
memberikan bimbingan kepada para peserta didik.

2. Konseling Individual atau Kelompok


Pemberian layanan konseling ini ditunjukkan untuk membantu para
peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, peserta
didik (konseli) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih tepat.

3. Konseling Krisis
Konseling krisis ini diberikan kepada peserta didik dan keluarga yang
menghadapi situasi atau masalah yang krisis (darurat). Konselor
memberikan intervensi agar peserta didik atau keluarga memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan
segera.

4. Referal (runjukan atau ahli tangan)


Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah konseli, maka sebaiknya dia merefal atau
memeperngalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih
berwenang, seperti psikolog< psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli
yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti
depresi, tindakan kejahatan (kriminalitas), Kecanduan narkoba, dan
penyakit kronis.

5. Bimbingan tema snebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)


Bimbingan teman sebaya ini adalah yang dilakukan oleh peserta didik
lainnya. Peserta didik yang menjadi bimbingan sebelumnya diberikan
latihan atau pembinaan oleh konselor. Peserta didik yang menjadi
pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu
peserta didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
akademik maupun non-akademik. Di samping itu, dia juga berfungsi
sebagai mediator. Yang membantu konselor dengan cara memberiakn
informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik
yang perlu mendapat layanan bantusn bimbingan konseling.

C. Strategi Layanan perencanaan Individual


1. Penilaian individual atau kelompok (individual or Small-Group Apprasial)
Yang dimaksud penilaian ini adalah konselor bersama peserta didik
menganalisis dan menilai kemempuan, minat, keterampila, dan prestasi
belajar peserta didik. Dan juga dapat dikatakakan konselor membantu
peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu
menyangkut tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial,
belajat, dan karier. Melakukan kegiatan penilaian ini, peserta didik akan
memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengetahuan dirinya secara
positif dan konstruktif.

2. Individual or Small-Group Adviment


Konselor memberikan nasihat kepada peserta didik untuk menggunakan
atau memamfaatkan hasil penilaian tentang dirinya atau informasi
tentang pribadi, sosial, pendidikan, dan karier yang diperolehnya untuk :
a. Merumuskan tujuan dan perencanaan kegiatan (alternatif kegiatan).
Yang menunjang pengembangan dirinya.
b. Melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan
yang telah ditetapkan.
c. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

D. Strategi Dukungan sistem


1. Pengembangan Profesional
Konselor secara terus-menerus berusaha untuk “meng-update’’
pengetahuan dan keterampilannya melalui:
a. In-service training.
b. Aktif dalam organisasi profesi.
c. Melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (pascasarjana).
2. Pemberian konsultasi dan berkolaborasi.
Strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerja sama
dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerja sama ini seperti
pihak-pihak:
a. Instansi pemerintah.
b. Instasi swasta.
c. Organisasi propesi seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan Dan Konseling
Indonesia).
d. Para ahli dalam bidang tertentu yang terkait seperti psikolog,
psikiater, dokter, dan orang tua peserta didik.
e. MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling).
f. Depker (dalam rangka bursa kerja/lapangan pekerjaan).
3. Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem
pengelolaan (manaajemen) yang bermuru, dalam arti dilakuakan secara
jelas, sistematis, dan terarah.

Kolaborasi Dengan Personil Sekolah, Orangtua, dan Masyarakat.

Pada saat merencanakan dan melaksanakan program layanan dasar


bimbingan di sekolah, konselor dapat bekerja sama dengan kepala
sekolah, wali kelas, guru bidang studi, staf tata usaha, orangtua, dan
masyarakat disekitarnya.
Pada saat merencanakan program, konselor dapat juga berkolaborasi
dengan wakasek kurikulum, kesiswaan, dan saranan tentang penataaan
waktu pelaksanaan Bk di sekolah, sarana yang dibutuhkan Bk, dan
bentuk-bentuk kegiatan kesiswaan dapat mendorong peserta didik utuk
mau belajar di sekolah.
Pada saat melaksanakan program layanan dasar bimbingan benyak hal
yang dilakukan kolaborasi dengan pihak sekolah maupun luar sekolah.
Pada saat memberikan layanan orientasi sekolah, konselor dapat
berkolaborasi dengan kepala sekolah, wakasek, guru, dan staf
administrasi. Mereka diminta untuk bersedia menjelaskan tugas pokok
dan fungsinya kepada peserta didik, sehingga peserta didik betul-betul
memahami kedudukan dan tugas masing-masing sekolah.
Pada saat mengevaluasi program layanan dasar bimbingan, konselor
dapat bekerja sama dengan pihak sekolah maupun orang tua peserta
didik. Dapat meminta pendapat peserta didik, kepala sekolah, wakasek,
guru bidang studi, wali kelas, dan orangtua tentang perencanaan dan
pelaksanaan program Bk. Mereka dapat diminta untuk efeksitas
program Bk dan keterlibatan personel sekolah dan peserta didik dalam
pelayanan Bk.

Sumber :
Blocher, Donald. (1974). Developmental Counseling. New York: John
Wiley and sons.

Borders, L. Dianne and Drury, Sandra M. (1992). ‘’Comprehensive


School Counseling Programs: A Review for Policymaker and Practitioners
“ Journal of Conseling and Devepment’’70, 487-495.

CrBurbach, Harold J. And Decker, Lavy E. (1997). Planning and


Assessment in Community Education.Michigan: Pendell Publishing
Company.

Crow, Lester D and Crow, alice. (1962. An Introductions to Guidace. New


Delhi: Eurasia Publishing House.

Anda mungkin juga menyukai