Anda di halaman 1dari 5

1.

3 Stratigrafi Regional

Dalam skala regional, geologi daerah Karangsambung terkelompokkan dalam sub-cekungan


Banyumas (Banyumas Sub-Basin) yang tersusun atas berbagai formasi batuan dengan umur
pembentukan yang bervariasi dari zaman Creta-Paleosen akhir hingga zaman Holosen pada
periode Kuartener. Secara garis besar, geologi Karangsambung tersusun oleh berbagai macam
jenis batuan dengan struktur geologi yang kompleks. Kekomplekkan kondisi geologi
disebabkan karena daerah ini merupakan tempat penunjaman/subduksi antara lempeng
sumudera Hindia, Australia dengan lempeng benua Eurasia pada zaman Kapur – Eosen.
Stratigrafi daerah ini dimulai dari batuan tertua di Jawa yang mengalami pengangkatan dan
erosi maksimal sehingga muncul di kawasan Karangsambung. Menurut Asikin (1994) stratigrafi
daerah ini meliputi Komplek Melange Luk Ulo, Formasi Totogan-Karangsambung, Formasi
Waturanda, Formasi Penosogan, dan Formasi Halang.

Gambar 1. Kolom stratigrafi Banyumas Sub-Basin, Gambar 2. Stratigrafi Regional Karangsambung


yang merupakan sub-cekungan yang membawahi
area Karangsambung (Asikin, 1974)
1. Komplek Melange Luk Ulo

Komplek Melange Luk Ulo merupakan satuan batuan bancuh (chaotic) dari berbagai
macam batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf pada massa dasar lempung yang
tergerus kuat (pervasively sheared). Kenampakan struktur boudinage dengan kekar gerus
dan cermin sesar merupakan hal yang umum dijumpai pada permukaan batuan. Blok-blok
batuan berupa exotic block maupun native block berukuran centimeter hingga ratusan meter
yang mengambang di atas lempung hitam, tersebar luas dengan pola penyebaran sejajar arah
gerusan.

Komponen Melange Luk Ulo meliputi :

 Batuan Metamorfik, merupakan batuan tertua yang dijumpai dan terdiri dari gneiss, sekis
hijau, sekis mika, sekis biru, filit, amfibolit, eklogit dan marmer. Pengukuran radiometric
K-Ar pada sekis mika menunjukkan umur 117 Ma, (Ketner, et.al, 1976).
 Batuan beku, berupa batuan ultramafik yang merupakan seri batuan ofiolit dijumpai sangat
bagus di daerah ini. Peridotit, serpentinit, gabro dan basalt merupakan batuan yang sering
membentuk struktur bantal. Basalt berstruktur bantal umumnya berasosiasi dengan sedimen
laut dalam.
 Sedimen laut dalam, berupa selang seling rijang dengan lempung merah atau lempung
merah gampingan.
 Batuan sedimen, umumnya berupa perselingan antara batuan pelitik dengan batupasir,
disamping itu dijumpai greywacke dan metagreywacke yang sering membentuk struktur
boudinage.
Berdasarkan penanggalan radiometric K-Ar maka umur metamorfisme sekitar Kapur Akhir
(117 Ma), sedangkan dari fosil radiolaria menghasilkan kapur awal hingga akhir (Wakita et
al, 1991). Asikin (1974) dan Sapri, H., dkk. (1998) berdasarkan nano fosil dari sedimen di
atas mélange menemukan percampuran fauna Paleosen dengan Eosen. Dari data ini maka
diduga umur Komplek Melange berkisar Kapur Akhir hingga Paleosen.
2. Formasi Totogan-Karangsambung

Menurut Asikin (1974), Formasi Karangsambung-Totogan tersusun oleh kelompok


sedimen yang tercampur aduk karena proses pelongsoran gaya berat yang sering dikenal
dengan istilah Olistostrome. Bongkah-bongkah batuan sedimen berukuran centimeter
hingga ratusan meter tersebar secara acak dalam massa dasar lempung hitam bersisik (scaly
clay). Jenis fragmen yang dijumpai bermacam-macam. Pada bagian bawah, variasi
fragmennya sangat heterogen yang menyangkut lebih dari 6 (enam) jenis fragmen seperti
batulempung, batupasir, konglomerat, sekis, filit, batugamping berfosil, kuarsit, basalt,
marmer, rijang dan breksi polimik. Pada bagian atas variasi fragmennya bersifat homogen.
Diameter fragmen sangat bervariasi, sebagian besar berukuran kurang dari 30 cm, sebagian
kecil mencapai ratusan meter. Fragmen berukuran besar dijumpai pada bagian bawah
sampai tengah formasi, fragmen lebih kecil dijumpai pada bagian atas formasi, sebaran
fragmen tidak terpola. Berdasarkan ukuran dan variasi fragmen, diperkirakan bahwa
tingkat gangguan tektonik lebih kuat pada awal sedimentasi, yang kemudian melemah pada
akhir proses sedimentasi. Seluruh satuan olistostrome pada awalnya diendapkan pada
cekungan labil dekat komplek mélange yang kemudian semakin menjauh dari komplek
mélange. Massa dasar berupa batulempung bersisik berwarna abu-abu gelap hingga cerah.
Bagian bawah formasi scaly clay sangat intensif terbentuk namun pada bagian atas tidak.
Perbedaan intensitas pembentukan lempung bersisik disebabkan karena proses pelongsoran
kuat yang berulang-ulang namun kekuatannya semakin berkurang ke arah atas (Ansori, C.,
2002).
Diabas dijumpai sebagai batuan beku intrusif dyke (G. Bujil) serta sill (G. Parang)
yang mengintrusi formasi Karangsambung. Pada beberapa bagian didapatkan aliran lava
berstruktur lava bantal, namun sifatnya lebih andesitik dengan tekstur lebih kasar
dibandingkan lava bantal pada komplek mélange. Kelompok batuan ini mempunyai
afinitas tholeit busur kepulauan yang diduga sebagai hasil vulkanisme bawah laut dengan
pusat erupsi disekitar G. Parang-Dakah, (Yuwono, 1997). Menurut Soeria Atmadja, dkk
(1991) berdasarkan penanggalan radiometrik K-Ar, diabas G. Parang berumur 26 - 39 Ma
atau sekitar Eosen – Oligosen yang identik dengan kisaran umur Formasi Karangsambung
- Totogan. Kemungkinan satuan ini dierupsikan bersamaan dengan pengendapan
Olistostrome dari Formasi Karangsambung - Totogan.

3. Formasi Waturanda

Formasi Waturanda merupakan suatu formasi yang mayoritas tersusun atas perulangan
batuan-batuan vulkanik klastik (utamanya breksi vulkanik dan batupasir) yang terbentuk
pada zaman Miosen Awal (Oligo-Miosen). Selain batuan-batuan vulkanik klastik, pada
formasi ini juga ditemui banyak fragmen-fragmen asing (foreign fragments) yang mayoritas
berasal dari zaman yang sama dengan zaman terbentuknya kompleks mélange Lok Ulo
(Krisnabudhi, et, al., 2015). Lebih lanjut, breksi vulkanik yang terdapat pada Formasi
Waturanda ditenggarai juga merupakan bagian dari Formasi Andesit Tua (Old Andesite
Formation) yang membentang sepanjang Selatan P. Jawa (Krisnabudhi, et, al., 2015).

4. Formasi Penosogan

Terletak selaras di atas Formasi Waturanda, tersusun oleh perlapisan batupasir tipis
hingga sedang, batulempung, kalkarenit, napal tufaan dan tufa. Bagian bawah dicirikan
oleh perlapisan batupasir-batulempung yang butirannya menghalus ke atas dan komponen
karbonatnya semakin tinggi. Bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan lanau tufaan
dengan sisipan tipis kalkarenit. Sekuen Bouma nampak berkembang baik. Bagian paling
atas kandungan tufanya meningkat dengan dominasi napal tufaan dan tufa. Formasi
Penosogan diendapkan pada lingkungan laut dalam yang dipengaruhi arus turbidit.

5. Formasi Halang

Formasi tersebar di bagian selatan, membentang dari barat hingga timur menempati
daerah perbukitan dengan tebal sekitar 400 – 700 m. Litologi penyusun terdiri dari
batupasir gampingan, batupasir kerikilan, batupasir tufaan, napal, napal tufaan,
batulempung, batulempung napalan dan sisipan kalkarenit. Umur formasi yaitu Miosen
Tengah-Pliosen Awal.

Anda mungkin juga menyukai