KELOMPOK 12:
Tommy, usia 9 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas untuk dikhitan karena saat ini bertepatan
dengan liburan sekolah. Dokter puskesmas melakukan alloanamnesis pada ibunya mengenai riwayat
pendarahan pada Tommy. Menurut ibunya Tommy tidak pernah mengalami luka yang berarti sejak
kecil. Tetapi pada riwayat keluarga, diketahui adik laki-laki ibunya mengalami kelainan pendarahan. Adik
laki-laki ibunya tersebut sering mengalami bengkak di lutut dan meninggal pada usia muda karena
pendarahan hebat pada saat jatuh dari sepeda motor. Dokter puskesmas melakukan pemeriksaan fisik,
tidak ditemukan kelainan pada Tommy. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin normal,
pemeriksaan penyaring hemostasis didapatkan jumlah trombosit 240.000/ml, bleeding time 1’30”,
clotting time 18”. Dokter puskesmas kemudian memutuskan untuk merujuk Tommy ke RS dengan
keterangan “pro sirkumsisi + riwayat keluarga diatesis hemoragik”
Di rumah sakit, Tommy dipersiapkan untuk tindakan sirkumsisi. Sebelumnya dilakukan lagi
pemeriksaan hematologi rutin dan tes skrining hemostasis. Hasil pemeriksaan hematologi rutin dalam
batas normal. Tes skrining hemostasis didapatkan jumlah trombosit 270.000/ml, bleeding time 2’, PT
11” dan APTT 60”. Berdasarkan hasil tersebut sirkumsisi belum dapat dilakukan dan Tommy dikonsulkan
ke Bagian Penyakit Dalam. Pada Tommy direncanakan pemeriksaan factor assay dan tatalaksana lebih
lanjut.
Pada saat dirawat di rumah sakit ibu Tommy bertemu dengan temannya yang melakukan
kontrol setelah dirawat dengan diagnosis trombosis vena dalam pada tungkai. Dari cerita teman ibunya
itu sebelum dirawat beberapa hari terakhir selalu berbaring di rumah karena merasa tidak enak badan.
Tungkai kanannya bengkak, merah dan nyeri. Setelah mendapatkan pengobatan di rumah sakit, ia
diperbolehkan pulang dan dianjurkan kontrol teratur.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Tommy dan teman ibunya?
METODA TUJUH LANGKAH (SEVEN JUMPS)
DALAM TUTORIAL
a. Kelainan Vaskuler
Penyakit dengan kecenderungan perdarahan yang disebkan oleh kelainan patologik pada
dinding pembuluh darah. Penyebab perdarahan paling sering dijumpai di klinik. Biasanya
perdarahan kulit ringan dan berlangsung kurang lebih 48 jam.
Peran vaskuler mencegah perdarahan meliputi proses vasokontriksi serta aktivasi trombosit
dan pembekuan darah
HEREDITER
DIDAPAT
b. Kelainan Trombosit
1. Trobositopenia, penurunan jumlah trombosit
- Leukemia
- Mieloma multipel
- Trombositopeni purpura idiopatik (ITP)
1. Gangguan vascular
A. Purpura Henoch-Schonlein
Rata-rata 14 kasus/100.000 anak usia sekolah; prevalensi tertinggi pada usia 2-11 tahun (75%); 27%
kasus ditemukan pada dewasa,
B. scurvy
Biasanya pasien yang lebih tua atau menggunakan alcohol dan diet rendah buah dan sayur-sayuran. Bayi
dan anak-anak dengan diet yang rendah karena kesehatan, ekonomi atau alas an social yang memiliki
resiko terjadinya scurvy.
3. Gangguan koagulasi
A. Hemophilia A dan B
Angka kejadian hemophilia A indonesia berkisar yang paling rendah 1/20.000 penduduk dan yang paling
tinggi 1/10.000 penduduk, sedangkan untuk hemphilia 1/5 dari kejadian hemophilia b
B. Defisiensi vitamin K
Angka kejadian defisiensi vitamin K tergantung pada keadaan ekonomi, gangguan usus, dan hepar
1. Trombositopenia
Obat sitotoksik
Radioterapi
Leukemia
Anemia megaloblastik
Infitrasi sumsum tulang
Autoimun
Glanzmann disease
Defisiensi glikoprotein membran IIb/IIIa
Sindrom Bernard-Soulier
Gangguan berupa gagalnya perlekatan antara vWf dengan trombosit
Obat antitrombosit (aspirin)
Aspirin dapat menghambat produksi tromboxane A2, yang dapat memicu terjadinya agregasi
3. Gangguan koagulasi
Hemofilia
Terdiri atas hemofilia a (defisiensi faktor VIII), hemofilia b (defisiensi faktor IX), hemofilia c
(defisiensi faktor XI)
Defisiensi vitamin K
Koagulasi intravaskular diseminata (DIC)
Obat-obatan
Patofisiologi hemofilia
Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah. Mekanisme
hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi trombosit, pembentukan
bekuan darah, stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi
antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah.
Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan terpaparnya
darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von 12 Universitas Sumatera Utara Willebrand (vWF) akan
teraktifasi dan diikuti adesi trombosit. Setelah proses ini, adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan
protein lain trombosit dilepaskan granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi
trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan tissue
factor dan mengubah permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan
menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh faktor XIII.3,12
Kaskade pembekuan darah klasik diajukan oleh Davie dan Ratnoff pada tahun 1950an dapat dilihat pada
Gambar 1. Kaskade ini menggambarkan jalur intrinsik dan ekstrinsik pembentukan thrombin. Meskipun
memiliki beberapa kelemahan, kaskade ini masih dipakai untuk menerangkan uji koagulasi yang lazim
dipakai dalam praktek sehari-hari. Pada penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka
pembentukan bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita hemofilia tidak
berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti. Pada perdarahan dalam ruang tertutup seperti
dalam sendi, proses perdarahan terhenti akibat efek tamponade. Namun pada luka yang terbuka
dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak
kuat dan perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan. 5 13
Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kaskade pembekuan darah PK: Prekallikrein, HK: High molecular
weight kininogen, TF: Tissue factor, PTT: Partial Prothrombin time, PT: Prothrombin time 3 Defisit F VIII
dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8 terletak di bagian lengan panjang
kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9 terletak di regio Xq27.2,14 Terdapat lebih dari 2500 jenis
mutasi yang dapat terjadi, namun inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 50% penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini diturunkan
secara x-linked resesif sehingga anak laki-laki atau kaum pria dari pihak ibu yang menderita kelainan ini.
Pada sepertiga kasus mutasi spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya riwayat keluarga
penderita hemofilia pada kasus demikian.15 Universitas Sumatera Utara Wanita pembawa sifat
hemofilia dapat juga menderita gejala perdarahan walaupun biasanya ringan. Sebuah studi di Amerika
Serikat menemukan bahwa 5 di antara 55 orang penderita hemofilia ringan adalah wanita.
Gejala Klinis:
Dapat timbul mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya berupa kebiruan
atau epitaksis selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak jarang terjadi gejala
timbul setelah suatu peradangan infeksi saluran napas bagian atas akut. Kelainan yang
paling sering ditemukan ialah petekie dan kemudian ekimosis yang dapat tersebar
diseluruh tubuh. Keadaan ini kadang-kadang dapat dijumpai pada selaput lendir
terutama hidung dan mulut sehingga dapat terjadi epitaksis dan perdarahan gusi dan
bahkan timbul tanpa kelainan kulit. Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula selaput
lendir yang berisi darah (bula hemoragik). Gejala lainnya ialah perdarahan traktus
pada mata (konjungtiva, retina) dan terberat namun jarang terjadi ialah perdarahan
pada sistem saraf pusat (perdarahan subdural dan lain-lain). Pada fisis umumnya tidak
banyak dijumpai kelainan kecuali adanya petekia dan ekimosis. Pada kira-kira
Mungkin pula ditemukan demam ringan bila ditemukan perdarahan berat atau
darah banyak. Pada ITP menahun, umumnya hanya ditemukan kebiruan atau
perdarahan abnormal lain dengan remisi spontan dan eksaserbasi. Remisi yang terjadi
Gejala Klinis:
Adanya perdarahan mukoktaneus, perdarahan sendi dan intramuscular, epistaksis, gusi berdarah,
menorrhagia, mudah memar.
Gejala klinis:
Petechie, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, lebam pada kulit dan membrane mukosa, perdarahan
multiple.
4. Hemofilia
Gejala klinis:
Manifestasi klinis hemofilia A serupa dengan hemofilia B yaitu perdarahan yang sukar berhenti. Secara
klinis hemofilia dapat dibagi menjadi hemofilia ringan, sedang, berat. Pada penderita hemofilia ringan
perdarahan spontan jarang terjadi dan perdarahan terjadi setelah trauma berat atau operasi. Pada
hemofilia sedang, perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma ringan. Sedangkan pada
hemofilia berat perdarahan spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam sendi, otot dan organ
dalam. Umumnya penderita hemofilia berat, perdarahan sudah mulai terjadi pada usia di bawah 1
tahun. Perdarahan dapat terjadi di mukosa mulut, gusi, hidung, saluran kemih, sendi lutut, pergelangan
kaki dan siku tangan, mudah timbul lebam sejak usia dini.
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
- Petechie
- Ekimosis
- Hemartrosis
- Epitaksis
- Purpura
- Hematoma
- Splenomegali
Penatalaksanaan
Dhiatesis Hemoragik
Trombosis
Komplikasi
1. ITP
a. Perdarahan intracranial
b. Perdarahan GI
c. Perdarahan SSP
2. Von Willebrand
a. Perdarahan GI
b. Nyeri pada persendian
3. DIC
a. Syok
b. Koma
c. Gagal ginjal
d. Gagal napas
e. Iskemia
f. Edema pulmoner
g. Stroke
4. Hemofilia
a. Artropati hemophilia
b. Sinovitis
c. Perdarahan intracranial
5. Scurvy disease
a. Penyakit gusi
b. Sindrom sjogren
Prognosis
1. ITP
50 – 60 % penderita berespons dengan kortikosteroid. Penderita ITP dewasa dapat mengalami remisi
spontan (2%), menjadi kronis (tidak mengalami remisi komplit setelah kortikosteroid dan splenektomi)
sebanyak 43%. Kematian biasanya disebabkan perdarahan serebral (3%), perdarahan berat lain (4%).
2. Von willebrand
Tingkat kematian VWD mendekati nol di negara-negara Barat karena kemampuan untuk
mendiagnosa penyakit dan mengobatinya dengan aman dan efektif.
3. DIC
Prognosis untuk pasien DIC biasanya buruk, 10-50% mengalami kematian bergantung pada luas
thrombosisnya dan komplikasinya, pasien dengan sepsis / infeksi mempunyai % kematian lebih tinggi
yang signifikan.
4. Hemofilia
Bila penanganannya adekuat dalam medikasi dan psikologis maka umumnya
prognosisnya tidak buruk, tetapi bila tidak ditangani dengan tepat dan adekuat dan pasien tidak
menjaga diri, maka prognosis akan buruk dan bisa menyebabkan kematian.
5. Scurvy disease
Skorbut yang tidak diobati ini selalu fatal. Namun, kematian akibatskorbut langka di zaman
modern. Karena semua yang diperlukan untuk pemulihan penuh adalah dimulainya
kembali asupan vitamin Cyang normal, mudah untuk mengobati jika diidentifikasi dengan
benar. Konsumsi suplemen makanan dan / atau buah jeruk adalah cara yang digunakan untuk mencapai
hal ini.
2. Adanya komplikasi
3. Adanya kompetensi tetapi kekurangan fasilitas