Januari 2017
Hemofilia
Nama
No. Stambuk
: N 111 16 002
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Sebenarnya hemofilia telah ditemukan sejak lama sekali, dan belum
memiliki nama.
setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus di khitan jika
dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat di khitan. Seorang dokter asal
Arab, Albucasis, yang hidup pada abad ke 12 telah menulis tentang sebuah
keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat
luka kecil.1
Kemudian pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal
Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu
keluarga tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya
pada pria. Ia menelusuri penyakit tersebut pada seorang wanita dengan tiga
generasi sebelumnya yang tinggal dekat Plymouth, New Hampshire pada tahun
1780.1,2
Kata hemofilia pertamakali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica,
istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.
Sepanjang hidupnya Schonlein berusaha menjadikan kedokteran sebagai sebuah
cabang ilmu pengetahuan alam. Upaya Schonlein dalam hal inilah yang
memungkinkan kedokteran mengembangkan metode pengajaran dan praktek
kedokteran klinik.Schonlein yang adalah seorang guru besar kedokteran di tiga
universitas besar di Jerman - Wurzburg (1824 - 1833), Zurich (1833 - 1830) dan
Berlin (1840 - 1859) - adalah dokter pertama yang memanfaatkan mikroskop
untuk melakukan analisis kimiawi terhadap urin dan darah guna menegakkan
diagnosis atas penyakit yang diderita seorang pasien.2
Pada saat ini diperkirakan angka kejadian hemofilia sekitar 1 diantara
10.000 penduduk tidak tergantung kepada ras maupun letak geografis. Dengan
angka ini diperkirakan 350.000 penduduk dunia mengidap hemofilia. Dari jumlah
2
itu hanya 25% saja yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Padahal
penderita hemofilia yang memperoleh pengobatan secara memadai akan menjadi
individu dewasa yang produktif dan kemampuan berprestasi lazimnya individu
normal.1
Sedangkan di Indonesia dengan jumlah penduduk 200 juta diperkirakan
terdapat 20.000 penderita hemofilia, namun yang tercatat baru 757 penderita.
Sedangkan di wilayah DKI Jakarta dengan penduduk 10 juta, saat ini hanya
terdapat sekitar 230 penderita yang mendapatkan perawatan di Pusat Pelayanan
Terpadu Hemofilia Nasional RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.1
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir/Usia
Alamat
: Towaya
Agama
: Islam
Waktu Masuk
Tempat Pemeriksaan
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Jejas merah-kebiruan pada tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak Laki-laki usia 6 tahun 3 bulan masuk ke RS dengan
keluhan adanya jejas merah-kebiruan yang sering muncul pada bagian
tubuhnya apabila terbentur. Jejas diakui mudah muncul apabila terjadi
trauma, jejas tersebut lama bertahan dan tidak langsung hilang. Jejas
terkadang disertai rasa nyeri. Riwayat epistaksis (+), riwayat
perdarahan gusi (+). Sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), Demam (-),
Kejang (-), Sesak (-), Nyeri perut (-), Batuk (-), flu (-), BAB biasa dan
lancer, BAK Lancar. Nyeri persendian (+), terkadang sendi-sendi
pasien terasa sakit dan sulit digerakkan serta kadang diikuti dengan
pembengkakan sendi.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien pernah mengalami hal yang serupa, namun belum pernah
dibawa ke rumah sakit.
: Compos mentis
Berat Badan
: 19 kg
Tinggi Badan
: 115 cm
Status Gizi
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Denyut Nadi
Respirasi
Suhu axilla
: 36,80C
1. Kulit:
Warna
: Sawo matang
Efloresensi
: Tidak ditemukan
Sianosis
Turgor
Kelembaban
Lapisan lemak
Rumple leed
: Tidak ada
: Segera kembali (<1 detik)
: Cukup
: Cukup
: (-)
2. Kepala:
Bentuk
: Normocephalus
Rambut
3. Mata:
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
Refleks cahaya
Refleks kornea
Pupil
Exophthalmus
Cekung
:
:
:
:
:
:
Ikterik (-/-)
(+/+)
(+/+)
Bulat, isokor
(-/-)
(-/-)
4. Hidung:
Pernafasan cuping hidung
: tidak ada
Epistaksis
Rhinorrhea
: tidak ada
: (-)
5. Mulut:
Bibir : Kering, sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi
Gusi
6.
Lidah:
Tremor
: (-)
Kotor/Berselaput
: (-)
6
7. Telinga:
Sekret
: Tidak ditemukan
Serumen
Nyeri
: Minimal
: Tidak ada
8. Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-/-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid
Trakea
: posisi central
Kaku Kuduk
: (-)
Faring
: Hiperemis(-)
Tonsil
: T1-T1
9. Toraks:
a. Dinding Dada/Paru:
Inspeks
pernapasan
thoraco-abdominal,
pola
Palpasi
Perkusi
Palpasi
: Nyeri
tekan
epigastrium
(-),
distensi
(-),
meteorismus (-).
Hati
: Hepatomegali (-)
Lien
: Tidak teraba
Ginjal
: Tidak teraba
++
13. Otot-Otot: Eutrofi
, kesan normal
+ +
++
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selasa, 24/12/2016
Hasil
Rujukan
Satuan
12,0
4,88
3,73
355
39,5
11,7 15,5
3,8 10,5
3,8 5,2
150 440
40 52
g/dl
103/uL
106/uL
103/uL
%
0,1
1,1
0
75
33
5
0-1
2-4
3-5
50-70
30-45
2-8
%
%
%
%
%
%
MCV
MCH
MCHC
81,2
28,7
36,8
80-94
27-31
35-45
Fl
Pg
%
12 10
7 15
7-11
4-10
Menit
Menit
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Hematokrit
E.
RESUME
Pasien anak Laki-laki usia 6 tahun 3 bulan masuk ke RS dengan
keluhan adanya jejas merah-kebiruan yang sering muncul pada bagian
tubuhnya apabila terbentur. Jejas diakui mudah muncul apabila terjadi
trauma, jejas tersebut lama bertahan dan tidak langsung hilang. Jejas
terkadang disertai rasa nyeri. Riwayat epistaksis (+), riwayat perdarahan
gusi (+). Nyeri persendian (+), terkadang sendi-sendi pasien terasa sakit dan
sulit digerakkan serta kadang diikuti dengan pembengkakan sendi. Menurut
Ibu pasien, kakek pasien dahulu pernah memiliki gejala yang sama yakni
lebam merah-kebiruan pada sendi lututnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, denyut nadi 78/menit kuat angkat, respirasi
24/menit, suhu axilla 36,80C. Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi
rutin menunjukkan eritrosit 3,73106/uL, dan hematokrit 39,5 %. Hasil uji
koagulasi Darah Clotting Time = 12 menit 10 detik.
10
F. DIAGNOSIS
a. Diagnosis kerja : Hemofilia
G. TERAPI
Non-Medikamentosa
-
Tirah baring
Terapi RICE (rest, ice, compression, elevation) pada sendi atau jejas
yang dikeluhkan.
Medikamentosa
-
11
H. FOLLOW UP
Hari/Tanggal: Minggu, 1 Januari 2017
S
Nyeri persendian ( ), batuk (-), flu (-), nyeri perut (-),
sakit kepala (-)
BAB biasa,
BAK lancar
O
Keadaan Umum: Sakit Ringan
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi
: 88 x/menit, kuat angkat
Respirasi
: 25 x/menit
Suhu Tubuh
: 36,5 0C
TD
: 100/60
Berat Badan
: 19 kg
Tinggi Badan
: 115 cm
Status Gizi
: CDC 95%, gizi baik
Paru
- Inspeksi
: Ekspansi paru simetris
bilateral
- Palpasi
: Vocal Fremitus kanan =
kiri
- Perkusi
: Sonor +/+
- Auskultasi :
Bronchovesicular +/
+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi
: Pulsasi ictus cordis teraba
pada SIC V arah medial linea
midclavicula sinistra
- Perkusi
:
Batas
jantung normal, Cardiomegali (-)
- Auskultasi :
Bunyi jantung S1
dan S2 murni reguler, bunyi tambahan:
murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi
:
Bunyi timpani (+)
diseluruh abdomen, dullness (+) pada
area hepar & lien.
- Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-),
meteorismus (-). Hepatomegaly (-)
Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas
: Jejas biru-keunguan (+) pada
ekstremitas atas dan bawah. Nyeri tekan pada area
Jejas (-).
12
A
P
Hemofilia
Non-Medikamentosa
-
Tirah baring
Terapi
RICE
elevation) pada
(rest,
ice,
sendi atau
compression,
jejas
yang
mL/Jam
(15
dikeluhkan.
Medikamentosa
-
IVFD
Ringer
Lactat
60
gtt/menit)
-
Hemofilia
Non-Medikamentosa
-
Tirah baring
Medikamentosa
-
Aff Infus
Pada hari Senin, 2 Januari 2017 pasien dibolehkan pulang oleh dokter
karena keluhan yang dirasakan oleh pasien telah berkurang.
14
BAB III
DISKUSI KASUS
A. Definisi
Hemofilia adalah penyakit kongenital herediter yang disebabkan
karena gangguan sintesis faktor pembekuan darah. Faktor-faktor pembekuan
berjumlah 13 dan diberi nomor dengan angka Romawi (I-XIII).
Ada 3 jenis Hemofilia :
1. Hemofilia A : defek pada faktor VIII (AHF)
2. Hemofilia B : defek pada faktor IX (pravelensi hemofilia A : B = (5-8) : 1)
3. Hemofilia C : defek pada faktor XI (jarang)3,4
B. Epidemiologi
Hemofilia, terutama hemophilia A, tersebar di seluruh dunia dan
umumnya tidak mengenai ras tertentu. Angka kejadiannya diperkirakan 1
diantara 5 ribu-10 ribu kelahiran bayi laki-laki. Sedangkan hemofilia B,
sekitar 1 diantara 25 ribu-30 ribu kelahiran bayi laki-laki. Sebagian besar
(sekitar 80%) merupakan hemofilia A.5
C. Etio-patogenesis
Hemofilia diturunkan oleh ibu sebagai pembawa sifat yang
mempunyai 1 kromosom X normal dan 1 kromosom X hemofilia. Penderita
hemofilia, mempunyai kromosom Y dan 1 kromosom X hemofilia. Seorang
wanita diduga membawa sifat jika:
1. Ayahnya pengidap hemophilia
2. Mempunyai saudara laki-laki dan 1 anak laki-laki hemofilia, dan
3. Mempunyai lebih dari 1 anak laki-laki hemophilia
Karena sifatnya menurun, gejala klinis hemofilia A atau B dapat
timbul sejak bayi, tergantung beratnya penyakit. Hemofilia A atau B dibagi
tiga kelompok:
1. Berat (kadar faktor VIII atau IX kurang dari 1%)
15
F. Diagnosis Banding
17
I (Ice)
: dikompres es
C (Compression)
: ditekan/dibebat
E (Elevation)
: ditinggikan
18
sama adalah 96%, 88% dan 49% dengan rata-rata usia harapan hidup 75
tahun. Sebagai perbandingan harapan hidup rerata pria di Inggris adalah 97%,
92% dan 59% dengan rata-rata usia harapan hidup 78 tahun. Meskipun angka
harapan hidupnya cukup baik namun cacat sendi sering kali muncul sebagai
morbiditas utama pada hemophilia.5
21
DAFTAR PUSTAKA
1
Price, Sylvia Anderson.2006. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. (Edisi VI). Jakarta: EGC.Pp. 340-84
Hardiono,
dkk.
2005.
Standar
Pelayanan
Medis
Kesehatan
22