Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRATIKUM TERKAIT INTEPRETASI CITRA VISUAL

DENGAN MENGGUNKAN DATA DIGITAL PETA PANTAI SELATAN


YOGYAKARTA

Dosen Pengampu

Era Iswara Pangastuti, S.pd. M.Sc

Disusun Oleh

Ahmad Dwi Kurniawan 170210303020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1. Pendahuluan
Interpretasi citra adalah proses pengkajian citra melalui proses
identifikasi dan penilaian mengenai objek yang tampak pada citra. Dengan
kata lain, interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang
berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu. Dalam
mengintepretasi peta, terdapat unsur-unsur intepretasi peta. Unsur Intepretasi
citra merupakan Pendeskripsian unsur- unsur interpretasi citra yang meliputi
rona dan warna, bentuk, pola, dan tekstur dengan penjelasan sebagai berikut:
- Rona (Tone) dan Warna (Colour)
Rona (tone) dan warna (colour) adalah tingkat kegelapan atau
kecerahan obyek pada suatu citra. Rona merupakan tingkatan dari
hitam ke putih atau sebaliknya (Sutanto, 1994: 122).
Rona adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat
kecerahan (relative brightness) atau warna suatu objek/fitur/piksel di
dalam citra. Fariasi tona yang ada di dalam citra memungkinkan
elemen lain, seperti bentuk, tekstur, dan pola suatu objek, dapat
dibedakan. (Indarto, 2014).
Rona biasanya dinyatakan dalam derajat keabuan (gray scal),
misalnya hitam/sangat gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah/putih.
ssTingkat kecerahannya tergantung pada keadaan cuaca pada saat
pengambilan objek, arah datangnya matahari dan waktu pengambilan
gambar. (Cut Meurah R, 2011:23)
Warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum yang sempit, lebih sempit dari spectrum
tampak (Sutanto, 1994: 122). Apabila citra digunakan berwarna
(color), meskipun penyebutannya masih terkombinasi dengan rona,
misalnya merah, hijau, biru, coklat, kekuningan, biru kehijauan agak
gelap, dan sebagainya.
- Bentuk
Bentuk (shape) sebagai unsur interpretasi mengacu ke bentuk
secara umum, konfigurasi, atau garis besar wujud obyek secara
individual. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak
obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja seperti bentuk
lingkaran, memanjang, dan segi empat. Selain itu, bentuk (shape)
merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek (Lo dalam Sutanto, 1994: 135). Dalam konteks
ini bentuk dapat berupa bentuk yang tampak secara umum, namun
menyangkut susunan atau struktur yang lebih rinci.
- Tekstur (Texture)
Tekstur (texture) merupakan ukuran frekuensi perubahan rona
pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil
untuk dibedakan secara individual (Sutanto, 1994: 138). Tekstur dapat
dihasilkan oleh agregasi/pengelompokkan satuan kenampakan yang
terlalu kecil untuk dapat dibedakkan secara induvidual, misalnya
dedaunan pada pohon dan bayangannya, gerombolan satwa liar di
gurun, ataupun batuan yang terserak diatas permukaan tanah. kesan
tekstur juga relatif, dan tergantung pada skala dan resolusi citra yang
digunakan. Selain itu, tekstur sering dinyatakan dalam tingkatan kasar,
sedang dan halus.
- Pola
Pola (pattern)terkait dengan susunan keruangan obyek. Pola
biasanya terkait juga dengan adanya pengulangan bentuk umum suatu
atau sekelompok obyek dalam ruang. Pola atau susunan keruangan
merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia
dan bagi beberapa obyek alamiah (Cut Meurah R, 2011: 26). Istilah-
istilah yang digunakan untuk menyatakan pola misalnya ; teratur, tidak
teratur, kurang teratur. Namun, kadang-kadang perlu digunakan istilah
yang lebih eksprinsif misalnya melingkar, memanjang putus-putus,
konsentris, dsb.

2. Alat dan Bahan


a. Alat
- Kertas OHP ukuran A4
- Spidol warna OHP type F
- Klip kertas
- Penggaris
b. Bahan
- Citra dari google earth Pantai Selatan Yogyakarta

3. Langkah Kerja
a. Siapkan data delinasi yang berupa peta (citra peta) yang telah dicetak dari
google earth (daerah Pantai Selatan Yogyakarta).
b. Setelah itu, siapkan juga kertas OHP ukuran A4, taruh kertas OHP diatas
peta hasil cetak sebelumnya.
c. Lalu, klip kertas OHP dan peta dengan menggunakan klip kertas, agar
kertas tidak meleset.
d. Selanjutnya, peta siap didelinasi. Kenampakan objek pada peta didelinasi
dengan menggunakan spidol OHP dengan type F dan didelinasi sesuai
dengan aturan dan kaidah kartografi.
e. Tahap pertama, berilah batas batas tiap objek, setelah itu, arsir tiap objek
tersebut. Dalam pemberian batas dan arsiran tiap objek berbeda. Contoh
dalam peta Pantai Selatan Yogyakarta, sawah diarsir rapat, karena
mempunyai warna hijau yang pekat, dan sebaliknya. Jika mempunyai
warna kurang pekat, maka diarsir renggang. Juga laut diarsir dengan rapat
karena warna pada laut pekat yang menandakan laut tersebut dalam. Jalan
pada peta diberi warna merah karena sesuai dengan kaidah kartografi.
Pemukiman diberi warna kuning dan diarsir rapat untuk membedakan
dengan objek lain, vegetasi cukup diberi tanda titik hijau.
f. Setelah semua selesai, langkah selanjutnya buatlah legenda sesuai denga
isi peta. Juga beri kompenen peta, seperti kompas, judul, garis tepi, dan
sebagainya. Lalu, beri layout peta sesuai dengan keinginan.

4. Hasil dan Pembahasan


Hasil intepretasi peta dengan memperhatikan unsur interpretasi citra:
1) Permukiman
Bentuk permukiman sangat jelas sehingga dapat dikenali dengan mudah
berdasarkan bentuknya. Dalam peta ini, berbentuk persegi. Teksturnya
yang didapatkan juga lumayan kasar karena mempunyai rona yang terang
sehingga terlihat jelas. Pola pemukiman pada peta ini yaitu tidak merata
dan ada beberapa yang mengikuti jalan.
2) Perairan
Perairan yang terekam dalam citra memiliki warna biru yang cenderung
tua. Tekstur perairan pada wilayah ini mempunyai tekstur yang halus.
Karena perairan (laut) yang terekam tidak memiliki gelombang. Pola
perairan yang terekam pada citra diwilayah ini menyebar, karena yang
terekam disini merupakan pantai. Rona perairan disini berwarna biru
gelap, yang menandkan bahwa wilayah perairan tersebut memiliki
kedalaman yang lumayan dalam.
3) Jalan
Jalan disini memiliki warna (rona) yang terang sehingga kita bisa melihat
dengan jelas dan bisa membedakan dengan objek yang lain. Tekstur yang
terekam dalam citra juga lumayan halus karena tidak terdapat gelombang
pada permukaannya (permukaan relative sama). Pola yang terbentuk disini
memanjang yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain.
4) Vegetasi
Vegetasi yang tertera pada citra ini memiliki warna yang gelap. Sebab
vegetasi disini sangat banyak dan rapat. Warna gelap dihasilkan (hijau
gelap) karena rapatnya vegetasinya. Contohnya pada warna hijau gelap
pada persawahan menandakan bahwa saah tersebut siap sudah muali
menanam. Selain itu, terkstur nya juga halus. Lain halnya dengan yang
berwarna hijau terang, menandakan bahwa vegetasinya tidak terlalu
banyak dan juga mempunyai tekstur halus. Beda dengan pepohonan yang
berada disekitar pemukiman. Mempunyai teksur kasar (biasanya vegetasi
berkayu, semak-semak). Pola citra vegetasi, cenderung mengelompok.

5. Kesimpulan
Daerah Pantai Selatan Yogyakarta berdasarkah hasil intepretasi citra
dengan menggunakan delinasi antara objek dengan objek yang lainnya yang
terdapat di permukaan bumi. Permukaan tersebut (pada peta) berupa
persawahan, perairan (laut), perumahan, jalan, dan permukiman. Permukiman
pada peta disini cenderun menyerbar dan ada beberapa yang mengikuti arah
jalan. Juga vegetasi yang Nampak ada dua, yang bertekstur halus yakni sawah
karena mempunyai pola yang teratur dan pepohonan yang mempunyai tekstur
kasar. Yang menandakan bahwa daerah ini masih banyak yang alami. Dipeta
ini, lebih banyak daerah persawahan (alam) daripada pemukiman yang terlihat
pada citra.

6. Daftar Pustaka
Indarto. 2014. Teori dan Praktik Pengindraan Jauh. Yogyakarta: C.V
ANDI OFFEST.

Meurah R, Cut. 2011. Pengindraan Jauh. Bahan Ajar. Jakarta: Jurusan


Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai