Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ANALISIS JURNAL MATA KULIAH PSIKOLOGI KOGNITIF

“PENGARUH PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENALARAN PADA


INDIVIDU DENGAN OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER (OCD)”

Dosen Pengampu : Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psi.

Nama Anggota Kelompok :


Silvia Resti Ayu Lestari / 705170162
Theresa Gabye / 705170175
Fristantri Filzah Syarafina / 705170194
Elfira Pipit K. / 705170248

Kelas : R

Tanggal Pengumpulan : 12 September 2019

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS TARUMANAGARA


JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah


Ada berbagai macam gangguan kecemasan, salah satunya adalah
Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Obsesif adalah suatu pikiran yang
terus-menerus secara patologis muncul dalam diri seseorang, bayangan
(image), gagasan, atau impuls-impuls yang menetap (terus-menerus) yang
dirasakan individu mengganggu hingga kesadarannya kehilangan kontrol
dan secara signifikan menyebabkan anxiety dan distress. Kompulsif adalah
tindakan yang didorong impuls yang berulang kali dilakukan, pengulangan
perilaku atau tindakan mental di mana individu merasa harus melakukannya
(Susan & Hoeksema, dalam Wiramihardja, 2005). Menurut American
Psychiatric Association (2013), gejala khas yang timbul pada OCD adalah
bertahap, gejala pertama sering terjadi pada masa remaja dalam usia rata-
rata adalah sekitar 19 tahun (Kessler et al., 2005; McEvoy et al., 2011;
Ruscio, Stein, Chiu, & Kessler, 2010).
Banyak proses kognitif mendasar, seperti perhatian, fungsi eksekutif,
dan memori, akan mempengaruhi individu dengan OCD. Hal tersebut dapat
diamati melalui salah satu ciri OCD yaitu keraguan dan intoleransi terhadap
ketidakpastian (Tolin et al., 2003). Sebagai contoh, individu dengan OCD
akan sering merasa ragu apakah tangan mereka sudah cukup dicuci dengan
bersih atau belum. Jika belum mereka akan secara terus-menerus mencuci
tangannya. Secara deskriptif, keraguan tersebut sesuai dengan anggapan
bahwa individu dengan OCD mengalami kesulitan bernalar secara induktif
(Foa & Kozak, 1985).
Studi yang dilakukan oleh Pélissier, O'Connor, dan Dupuis (2009),
mengungkapkan bahwa individu dengan OCD tampaknya menunjukkan
gaya penalaran induktif yang khas. Komponen penalaran induktif ini dapat
menjelaskan bagaimana individu dengan OCD sampai pada kesimpulan
subjektif tentang keadaan dan menjelaskan bagaimana mereka dapat
percaya pada hal tertentu (O’Connor et al., 2017).
Penalaran melibatkan penarikan kesimpulan berdasarkan informasi
atau bukti yang diketahui (Holyoak & Morrison, 2005). Orang-orang
beralasan untuk membuat keputusan bahwa mereka dapat membenarkan
dan membuat rencana tindakan yang akan memfasilitasi pencapaian tujuan
mereka (Evans, Over, & Manktelow, 1993; Johnson-Laird & Shafir, 1993).
Dalam hal tersebut, individu dengan OCD memiliki perbedaan dengan
individu normal. Studi yang dilakukan oleh Grassi, et al., (2015) menyatakan
bahwa kelompok OCD menunjukkan pengambilan keputusan yang lebih
berisiko dan penalaran probabilistik yang bias dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat
banyak penelitian tentang penalaran dan pengambilan keputusan pada
individu OCD. Oleh sebab itu, kelompok kami tertarik menganalisis dan
membahas lebih lanjut tentang “Pengaruh Pengambilan Keputusan dan
Penalaran pada Individu dengan Obsessive-Compulsive Disorder
(OCD)”.

1.1 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari analisis jurnal ini adalah bagaimana pengaruh
penalaran dan pengambilan keputusan pada individu yang mengalami
Obsessive-Compulsive Disorder?
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)


2.1.1 Pengertian OCD
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan
kecemasan yang ditandai dengan obsesi yaitu pikiran, ide, atau
dorongan yang intrusif dan berulang dan berada di luar kemampuan
seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi sangat
kuat dan persisten sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari
dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan (Nevid
dkk., 2003; Hoeksema, 2001). Suatu kompulsi adalah perilaku yang
berulang (seperti mencuci tangan atau memeriksa kunci pintu) atau
tindakan mental repetitif (seperti berdoa, mengulang-ulang kata-kata
tertentu, atau menghitung) yang dirasakan seseorang sebagai
keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA, 2000).

2.1.2 Pengaruh Kognitif pada OCD


Secara kognitif, individu dengan OCD memiliki gangguan spesifik
dalam menggambarkan kesimpulan induktif tetapi tidak terganggu
dalam penalaran deduktif (Pelissier, O’Connor, & Dupuis, 2009). Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Garety et al., (1991) bahwa individu
dengan OCD secara signifikan akan memakan waktu yang lebih lama
daripada individu normal untuk menarik kesimpulan karena adanya
bias pengumpulan data, pemrosesan data, keraguan, dan
ketidakpastian.

2.2 Penalaran
2.2.1 Pengertian Penalaran
Menurut Suherman dan Winataputra (1993), penalaran
didefinisikan sebagai proses berpikir yang dilakukan dengan suatu
cara untuk menarik kesimpulan. Menurut Shadiq (2004) yang
mengemukakan bahwa penalaran adalah suatu proses atau suatu
aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu
pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penalaran adalah suatu proses kognitif untuk menggambarkan
kesimpulan yang berasal dari prinsip dan bukti.

2.2.2 Jenis Penalaran


Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu
penalaran deduktif dan penalaran induktif. Menurut Pesce (dalam
Sumarmo, 1987), penalaran deduktif adalah proses penalaran dan
pengetahuan prinsip atau pengalaman umum yang menuntun kita
memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus. Menurut Pierce
(dalam Dahlan, 2004), penalaran induksi adalah proses penalaran
yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-hal
atau contoh-contoh khusus. Sedangkan menurut Copi (dalam
Sumarmo, 1987), penalaran induktif merupakan proses penalaran
yang kesimpulannya diturunkan dari premis-premisnya dengan suatu
probabilitas.

2.1 Definisi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan didefinisikan sebagai pengakhiran atau
pemutusan suatu proses pemikiran tentang suatu permasalahan dalam
rangka menjawab pertanyaan ‘apa’ yang harus dilakukan guna mengatasi
permasalahan tersebut dengan cara memilih salah satu di antara alternatif
yang diberikan (Atmosudirdjo, 1990). Menurut Ajzen (1988), menyatakan
bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi decision making sehingga
menghasilkan perilaku di lingkungan yakni attitude toward behavior,
subjective norm, dan perceived behavior control.

2.2 Pengaruh Penalaran dan Pengambilan Keputusan pada Penderita OCD


Pengambilan keputusan melibatkan proses dalam mengevaluasi
peluang dan memilih satu pilihan atas pilihan yang lain. Hal yang penting
dalam mendukung proses tersebut adalah penalaran. Penalaran adalah
proses menggambarkan kesimpulan dari prinsip dan dari bukti (Leighton &
Sternberg, 2004; Sternberg, 2004; Wason & Johnson-Laird, 1972).
Pada individu dengan OCD berbagai faktor biologis, kognitif, dan sosial
dapat mempengaruhi timbulnya gejala OCD. Menurut Rigs dan Foa (1993)
penalaran berpengaruh pada individu dengan OCD. Secara kognitif, individu
dengan OCD memiliki gangguan spesifik dalam menggambarkan
kesimpulan induktif tetapi tidak terganggu dalam penalaran deduktif
(Pelissier, O’Connor, & Dupuis, 2009). Hal tersebut didukung oleh
pernyataan Garety et al., (1991) bahwa individu dengan OCD secara
signifikan akan memakan waktu yang lebih lama daripada individu normal
untuk menarik kesimpulan karena adanya bias pengumpulan data,
pemrosesan data, keraguan, dan ketidakpastian.
BAB III
METODE

3.1 Metode Analisis Jurnal


Pada analisis jurnal, kami menggunakan metode studi literatur. Studi
literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat dicari dari buku, jurnal,
artikel laporan penelitian, dan situs-situs di internet. Hasil dari studi literatur
adalah berupa kumpulan referensi yang relevan dengan rumusan masalah.

3.2 Metode Penelitian pada Jurnal Pertama


Artikel jurnal pertama yang berjudul “Inductive and Deductive
Reasoning in Obsessive-Compulsive Disorder” menggunakan metode
penelitian mix methods, yaitu suatu langkah penelitian dengan
menggabungkan dua bentuk pendekatan dalam penelitian, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011) mix methods adalah metode
penelitian dengan mengkombinasikan antara dua metode penelitian
sekaligus, kualitatif dan kuantitatif dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga
akan diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif.
Penelitian dimulai dengan mewawancarai partisipan melalui Anxiety
and Related Disorders Interview Schedule - 5 (ADIS-5). Lalu pengumpulan
informasi melalui Obsessive-Compulsive Inventory - Revised (OCI-R) secara
online. Kemudian partisipan menyelesaikan tugas pertama induction-
deduction monotonicity task, diikuti oleh premise diversity task. Partisipan
kemudian menyelesaikan Depression Anxiety and Stress Scales-21 (DASS-
21), diikuti oleh tugas kedua monotonicity task. Pada bagian akhir sesi,
partisipan menyelesaikan tes Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence
(WASI). Partisipan mengerjakan secara individu dan membutuhkan 2,5
hingga 3 jam untuk menyelesaikan serangkaian tes tersebut.

3.3 Metode Penelitian pada Jurnal Kedua


Artikel jurnal kedua yang berjudul “Inductive Reasoning and Doubt in
Obsessive-Compulsive Disorder” menggunakan metode penelitian mix
methods, yaitu suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk
pendekatan dalam penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2011) mix methods adalah metode penelitian dengan
mengkombinasikan antara dua metode penelitian sekaligus, kualitatif dan
kuantitatif dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga akan diperoleh data
yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif.
Penelitian dimulai dengan mewawancarai partisipan melalui Anxiety
and Related Disorders Interview Schedule (ADIS). Selanjutnya partisipan
menyelesaikan tes penalaran yang terdiri dari The Reasoning with Inductive
Argument Task (RIAT), The Wason Selection Task (WT), dan The Beads
Task (BT) secara berurutan. Terakhir, partisipan mengerjakan kuesioner
untuk mengetahui tingkat keparahan, kecemasan dan depresi pada OCD,
yaitu YBOCS, The Beck Anxiety Inventory (BAI), dan The Beck Depression
Inventory - II (BDI).

3.4 Metode Penelitian pada Artikel Jurnal Ketiga


Artikel jurnal kedua yang berjudul "Think Twice: Impulsivity and
Decision Making in Obsessive-Compulsive Disorder" menggunakan metode
penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara
kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan kemudian menginterpretasikan hasil analisis tersebut untuk
memperoleh kesimpulan (Sugiyono, 2014).
Penelitian dimulai dengan tes Barratt Impulsiveness Scale (BIS-11),
selanjutnya partisipan menyelesaikan tes YBOCS, Iowa Gambling Task
(WT), dan The Beads Task (BT) secara berurutan.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

ANALISIS ARTIKEL JURNAL 1:


Artikel jurnal pertama yang akan kami analisis berjudul “Inductive and
Deductive Reasoning in Obsessive-Compulsive Disorder”. Jurnal ini berisi
penelitian yang dilakukan oleh Janice Liew, Jessica R. Grisham, dan Brett K.
Hayes pada tahun 2017 dengan tujuan untuk menguji hipotesis bahwa partisipan
yang mengalami OCD menunjukkan penurunan dalam penalaran induktif. Dalam
penelitiannya, para peneliti tersebut mengambil sampel sejumlah 25 partisipan
dengan OCD dan 25 partisipan non-kontrol klinis. Kedua kelompok partisipan
tersebut membuat penilaian induktif dan deduktif melalui serangkaian tes tentang
argumen umum yang bervariasi dan jumlah bukti positif yang diberikan (sampel
premis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam penalaran
deduktif yang ditemukan antara peserta yang didiagnosis dengan OCD dan
peserta kontrol. Namun, partisipan yang OCD mengalami penurunan nilai dalam
bentuk penalaran induktif yang lebih kompleks (misalnya: induksi yang
melibatkan pemahaman bentuk bukti yang beragam untuk kategori yang lebih
luas). Sebaliknya, bentuk penalaran induktif (misalnya: mengevaluasi jumlah
bukti yang mendukung kesimpulan) tampak normal.
Adapun kelebihan dari jurnal pertama yang kami analisis adalah
memberikan informasi kepada para psikolog atau psikiater bahwa individu yang
memiliki tingkat OCD yang tinggi dapat mengalami kesulitan menarik kesimpulan
dari bukti yang diberikan. Selain berpotensi menjadi sumber penting dalam
distorsi kognitif, kesulitan ini juga bisa menjadi penghalang terapi kognitif (Foa &
Kozak, 1985). Terapi yang bertujuan mengubah keyakinan dengan
menghadirkan individu dengan bukti yang relevan harus mengambil
pertimbangan bahwa individu dengan tingkat OCD tinggi tidak akan selalu
menggambar dengan benar kesimpulan dari bukti yang diberikan, terutama
ketika kesimpulan yang probabilistik.
Adapun kekurangan dari jurnal pertama yang kami analisis adalah tidak
adanya kelompok kontrol klinis yang menyebabkan para peneliti kesulitan untuk
mengetahui apakah penurunan dalam penalaran berbasis keragaman memang
dialami pada partisipan dengan OCD atau tidak.

ANALISIS ARTIKEL JURNAL 2:


Artikel jurnal kedua yang kami analisis berjudul “Inductive Reasoning and
Doubt in Obsessive Compulsive Disorder”. Penelitian ini dilakukan oleh Kieron
O’Connor, Samantha Wilson, Annie Tailon, Marie-Claude Pelissier, Jean-
Sebastien Audet pada tahun 2017. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
menguji pengaruh pendukung dibandingkan dengan informasi yang saling
bertentangan yang diberikan oleh peneliti atas item-item yang netral dan OCD
relevan (ansiogenik) menggunakan RIAT (The Reasoning with Inductive
Arguments Task) yang dibangun menggunakan premis / format kesimpulan).
Adapun pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reasoning
task (RIAT), yang memberi tugas penalaran 16 item yang telah divalidasi sebagai
analog untuk membuat keraguan. Clinical Assessment, yang berisi 10 item skala
dokter yang menilai sifat dan tingkat keparahan gejala obsesif kompulsif dengan
konsistensi internal yang baik dan reliabilitas antar penilai.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa baik kelompok OCD dan
kelompok Healthy Control (HC), keduanya mengalami penurunan kepercayaan
diri setelah bertentangan dengan kesimpulan. Dengan kata lain, ketika
kemungkinan saling bertentangan, maka muncul keraguan pada kelompok OCD
dan kelompok HC, tetapi hanya kelompok HC yang meningkatkan kepercayaan
diri ketika disajikan dengan kesimpulan yang mendukung. Hal itu menunjukkan
kurangnya penalaran secara induktif pada individu dengan OCD. Penurunan
kepercayaan pada kelompok OCD berkorelasi dengan tingkat keparahan gejala
OCD.
Kelebihan dari artikel jurnal kedua ini adalah peneliti memberikan
wawasan tentang mekanisme yang mendasari penalaran yang salah dalam OCD
dan memberikan dukungan untuk menyikapi penalaran sebagai strategi
perawatan, mendukung penemuan Wong dan Grisham (2017) yang menemukan
bahwa pelatihan gaya penalaran yang salah meningkatkan gejala obsesif-
kompulsif. Bias induktif yang salah dapat dilatih ulang dengan cara yang sama
seperti bias atensi dimodifikasi. Strategi klinis untuk meningkatkan kepercayaan
pada indera, akal sehat, dan pribadi penilaian dapat merupakan elemen penting
dalam terapi OCD.
Adapun kekurangan dalam artikel jurnal kedua ini yaitu Keterbatasan
penelitian karena ketidakmampuan untuk mencocokkan subtipe yang ada
dengan item yang memicu tematik tertentu di RIAT dan sampel yang kecil.
Penelitian lebih lanjut menggunakan RIAT dapat mencoba menangkap reaksi
istimewa dari peserta OCD ke tematik pribadi mereka sendiri menggunakan
sampel yang lebih besar.

ANALISIS ARTIKEL JURNAL 3:


Artikel jurnal ketiga yang kami analisis berjudul "Think Twice: Impulsivity
and Decision Making in Obsessive-Compulsive Disorder". Penelitian ini dilakukan
oleh Giacomo Grassi, Stefano Pallanti, Lorenzo Righi, Martijn Figee, Mariska
Mantione, Damiaan Denys, Alessandro Rossi, dan Paolo Stratta pada tahun
2015. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyelidiki peran impulsif,
pengambilan keputusan dan penalaran probabilistik, sebagai dimensi inti dari
kecanduan, dalam satu sampel dari pasien dengan diagnosis utama yaitu OCD.
Peserta pada penelitian ini yaitu 40 pasien rawat jalan dengan OCD dari
unit OCD dari University of Florence dan 40 peserta Healthy Control. Pengukuran
yang digunakan antara lain yaitu Barratt Impulsive Scale versi 11 (BIS-11) untuk
menilai sifat implusif, Iowa Gambling Task (IGT) untuk menilai pengambilan
keputusan, dan untuk menilai bias dalam penalaran probabilistik, peserta
menyelesaikan beads task, tugas eksperimental yang dirancang untuk
memeriksa gaya penalaran individu dalam kondisi ketidakpastian (Phillips &
Edwards, 1966).
Hasil dari jurnal ketiga yang kami analisis ini yaitu pasien OCD lebih
impulsif dibandingkan kontrol dan menunjukkan pilihan berisiko dalam
pengambilan keputusan yang berorientasi pada masa depan serta memiliki
penalaran probabilistik yang bias. Adapun kelebihan dari jurnal ini yaitu
dilakukannya penyelidikan eksplorasi dan model kecanduan perilaku OCD,
dengan menilai tiga dimensi inti dari kecanduan pada pasien OCD. Penyelidikan
ini dilakukan sebelum penelitian. Namun kekurangan dari jurnal ini yaitu adanya
hal yang bertentangan dengan beberapa penelitian yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yang berbeda (Stacke et al., 2010 ; Starcke, Tuschen-
Caf fi er, Markowitsch & Brand, 2009), juga terdapat keterbatasan potensial
dimana peneliti tidak menilai analisis Tipologi Intelligence (IQ) dari pasien dan
kontrol, dan selain itu penelitian ini juga tidak bisa langsung mengklarifikasi
komponen mana dari proses pilihan ekonomi terganggu pada OCD, karena tidak
termasuk dalam metode ukuran neurofisiologis.
Berdasarkan pembahasan tersebut, hasil jurnal pada penelitian pertama
dan kedua secara konsisten bahwa individu dengan OCD memiliki gangguan
pada penalaran induktif. Hal itu sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Copi
(dalam Sumarmo, 1987), bahwa penalaran induktif merupakan proses penalaran
yang kesimpulannya diturunkan dari premis-premisnya dengan suatu
probabilitas. Namun, pada penalaran deduktifnya Kelompok individu OCD
dengan kelompok kontrol pada kedua penelitian tersebut tidak menunjukkan hasil
yang signifikan.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa


individu dengan OCD mengalami penurunan nilai pada penalaran induktif, tetapi
tidak dengan penalaran deduktif. Pada penalaran deduktif, baik kelompok
individu OCD maupun kelompok normal tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Akibat dari adanya penalaran induktif yang terganggu penderita OCD
akan mengalami keraguan dalam membuat kesimpulan dengan pernyataan-
pernyataan yang spesifik, terutama ketika kesimpulan yang probabilistik.
Selain membahas mengenai penalaran induktif, dalam pengambilan
keputusan pada individu dengan OCD menunjukkan bahwa kelompok individu
OCD cenderung menentukan keputusannya dengan pilihan yang berisiko
dibandingkan dengan kelompok Healthy Control (HC). Pengambilan keputusan
tersebut berorientasi pada masa depan, dimana individu OCD cenderung
mengambil keputusan yang merugikan di masa depan namun mendukung
kesejahteraan yang sementara.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H. (2014). Proses pengambilan keputusan untuk mengembangkan mutu


madrasah. Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 38-57. Diunduh dari
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/569/516
Grassi, G., Pallanti, S., Righi, L., Figee, M., Mantione,M., Denys, D., Piccagliani,
D., Rossi, A., & Stratta, P. (2015). Think twice: Impulsivity and decision
making in obsessive-compulsive disorder. Journal of Behavioral Addictions,
4(4), 263-272. doi: 10.1556/2006.4.2015.039
Liew, J. H. L. (2015). Inductive and deductive reasoning in obsessive-compulsive
disorder (Skripsi yang dipublikasikan). Diunduh dari
https://unsworks.unsw.edu.au/fapi/datastream/unsworks:38348/SOURCE02?
view=true
Liew, J., Grisham, J. R., & Hayes, B. K. (2018). Inductive and deductive
reasoning in obsessive-compulsive disorder. Journal of Behavior Therapy
and Experimental Psychiatry, 59, 79-86. doi: 10.1016/j.jbtep.2017.12.001
O’Connor, K., Wilson, S., Taillon, A., Pelissier, M.C., & Jean, S. A. (2017).
Inductive reasoning and doubt in obsessive-compulsive disorder. Journal of
Behavior Therapy and Experimental Psychiatry,59, 65-71. doi:
10.1016/j.jbtep.2017.11.002
Sola, E. (2018). Decision making: Sebuah telaah awal. Jurnal Idaarah, 2(2), 208-
215. Diunduh dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/idaarah/article/download/208-215/pdf
Sternberg, R. J., Sternberg, K. (2016). Cognitive psychology (7th ed.).
Wedsworth: USA.
Sumartini, T. S. (2015). Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
melalui pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Pendidikan Matematika,
4(1), 1-10. Diunduh dari
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv4n
1_1
Suryaningrum, C. (2013). Cognitive behavior therapy (cbt) untuk mengatasi
gangguan obsesif kompulsif. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1), 1-11. doi:
10.22219/jipt.v1i1.1352

Anda mungkin juga menyukai