Pembimbing :
Disusun oleh :
EAK10170069
BANJARMASIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Infeksi Soil Transmitted Helminths ( STH ) adalah salah satu infeksi yang paling
umun terjadi diseluruh dunia. Lebih dari 24% dari populasi dunia menderita STH (Soil
Transmitted Helminths). Infeksi tersebut tersebar luas didaerah tropis dan subtropis,
dengan jumlah terbesar di Afrika, Amerika, Cina, dan Asia Timur ( WHO, 2017).
Menurut PERMENKES RI nomor 15 tahun 2017 tentang penanggulangan cacingan
disebut bahwa prevalensi cacingan diindonesia sangat tinggi, yaitu berkisar 2,5-62%.
Sementara prevalensi cacingan di Kalimantan Selatan pada tahun 2018 berdasarkan
gasil survei Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ( Litbangkes ) Tanah
Bumbu adalah sebesar 36,7% (133 dari 362 sampel yang diperiksa ) ( Hairani et al,
2018 :68 ).
Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing yang penularanya
melalui perantaraan tanah. Spesies kelompok Helmints tersebut adalah cacing gelang
(Ascaris lumbriciodes), cacing cambuk ( Trichuris trichiura ), dan cacing kait (Nacator
americanus dan Ancylostoma duodenale ) telur Soil Transmitted Helminths (STH)
dikeluarkan bersama dengan feses orang yang terinfeksi. Daerah yang tidak memiliki
sanitasi yang memadai, telur ini dapat mencemari tanah kemudian berpindah atau
menempel pada sayuran dan tertelan jika sayur tidak dicuci dan dimasak denghan hati-
hati. Tidak ada trasmisi langsung dari orang ke orang, atau infeksi dari kotoran segar,
karena telur yang dikeluarkan bersama feses membutuhkan waktu sekitar tiga minggu
untuk matang dalam tanah sebelum menjadi bentuk infeksi. (WHO,2017).
Sayuran segar dapat menjadi agen transmisi larva dan telur cacing yang
merupakan salah satu penyebab infeksi Soil Transmitted Helminths (STH). Sumber
kontaminasi dapat berasal dari feses, air, dan tanah yang digunakan dalam proses
pertanian serta proses pengumpulan, transportasi, persiapan atau selama pengolahan
sayur tersebut. Proses pemupukan sayuran menggunakan feses merupakan salah satu
faktor penyebab sayuran rentan mengalami pencemaran oleh Soil Transmitted
Helminths (STH). Hal tersebut tentunya tidak menjadi masalah apabila sayuran tidak
dimakan dalam keadaan mentah atau dilakukan pencucian yang baik sebelum dimaakan
(Mutiara, 2015 : 29).
Salah satu sayuran yaang dapat terkontaminasi oleh Soil Transmitted Helminths
(STH) adalah sayur kol. Berdasarkan penelitian Loganathan et al. ( 2016 : 191-192),
sayur kol memiliki angka kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) cukup
tinggi, yaitu sebesar 13,36-46,7%. Telur Soil Transmitted Helminths (STH) yang
banyak mengontaminasi sayur kol adalah telur Ascaris lumbricoides, telur Trichuris
trichiura, dan telur cacing kait ( Ancylostoma duodenale dan Necator Americanus ).
Kol merupakan sayuran yang tingginya dekat dengan tanah sehingga dapat kontak
langsung dengan tanah. Keadaan ini kemungkinan telur Soil Transmitted Helminths
(STH) akan mudah menempel pada kol. Sayur kol juga memiliki permukaan daun yang
berlekuk-lekuk sehingga kemungkinan telur cacing menetap didalamnya meskipun
sudah dicuci ( Mutianingsih, 2016 : 2-3 ). Sayur kol juga merupakan sayur yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat, cara pengonsumsian sayur kol sangat beragam, seperti
dapat dikonsumsi langsung sebagai lalapan ( lalap ) baik secara mentah maupun
dimasak seperti dibuat sayur lodeh, campuran bakmi, lotek, pecal, asinan dan aneka
makanan lainya ( Widarti, 2018 :79 ).
Pasar Sungai Andai adalah salah satu pasar yang terletak dikawasan Banjarmasin
Utara. Pasar ini merupakan pasar induk untuk berbagai jenis sayuran, salah satunya
adalah sayur kol. Pemilihan pasar Sungai Andai sebagai populasi penelitian didasarkan
pada survei lokasi dan hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya,
dimana didapat hasil pemeriksaan laboratorium dengan hasil positif, yaitu ditemukan
telur cacing Ascaris lubricoides pada sampel sayur kol yang diperiksa. Hasil tersebut
berhubungan dengan berbagai faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi telur Soil
Transmitted Helminths (STH) pada sayur kol (Brassica oleracea (L.)) yang dijual
dipasar tersebut, diantaranya seperti tempat berjualan yang kurang terawat dan
berdekatan dengan sisa tumpukan sayuran lain yang sudah tidak layak konsumsi,
pendistribusian sayur kol dari satu tempat lain yang dilakukan menggunakan alat
transportasi seadanya, serta adanya vektor penyakit disekitar tempat berjualan.
Berdasarkan latar belakang, penelitian tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai gambaran kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada sayur
kol (Brassica oleracea (L.)) di Pasar Sungai Andai.
B. Tujuan Penelitian.
C. Manfaat Penelitian.
BAB III
Metodologi Penelitian
1. Populasi .
2. Sampel
E. Variabel Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012 :115), variabel penelitian adalah sesuatu yng digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh penelitian tentang
konsep pengertian tertentu. Variabel pada penelitian ini adalah telur Soil Transmitted
Helminths (STH) Pada sayur kol ( Brassica oleracea (L)) dan pada sayur kemangi (
Ocimum basilicum).