Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTHS


PADA KUBIS (Brassica Oleracea) YANG DIJUAL DI PASAR
BATAN KENDAL, DENPASAR SELATAN

Oleh :
AMELIA ADE WARDANI
NIM. P07134120097

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI DIPLOMA III
DENPASAR 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan penyakit
endemik di negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang
yang memiliki kondisi sanitasi dan hygiene yang kurang baik menjadi
salah satunya. Spesies utama yang menginfeksi manusia adalah cacing
gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan
cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Lebih
dari 1,5 miliar orang, atau 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing
tanah. Infeksi ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis (WHO, 2022)
Di Indonesia Prevalensi Cacingan masih sangat tinggi, terutama
pada kelompok penduduk kurang mampu, dengan sanitasi yang kurang
baik. Prevalensi Cacingan antara 2,5% - 62% (Permenkes RI, 2017).
Sedangkan saat ini, secara nasional angka prevalensi cacingan di Bali
masih dalam kelompok sedang yang masuk di kisaran 20-40 persen,
tepatnya 24 persen. (NusaBali, 2018)
Cacingan mempengaruhi asupan (intake), penghancuran
(digestive), pelepasan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Infeksi
cacingan dapat menimbulkan kerugian bagi kebutuhan zat gizi karena
kurangnya kalori, protein dan darah. Karena dapat memperlambat
perkembangan fisik, kecerdasan dan efektifitas saat bekerja, dapat
menurunkan imunitas tubuh sehingga mudah terkena penyakit lain
(Permenkes RI, 2017).
Penularan telur cacing ke manusia dapat terjadi melalui tanah yang
mengandung telur cacing. Telur cacing yang ditularkan melalui tanah
dikeluarkan bersama-sama dengan kotoran orang yang terinfeksi. di daerah
dengan sanitasi yang tidak memadai, telur cacing ini dapat mencemari
tanah. Telur cacing bisa menempel pada sayuran dan tertelan saat sayuran
tidak dicuci atau dimasak dengan benar (Wardhana et al., 2014). Jalur
penularan cacing melalui konsumsi sayuran mudah terjadi dalam
kehidupan sehari-hari karena sayur adalah makanan yang sangat di
perlukan oleh tubuh setiap hari (Adrianto, 2017).
Sayuran adalah makanan pokok yang bergizi. Sayuran
mengandung protein, vitamin, dan mineral. hampir semua jenis vitamin
dan mikronutrien penting (terutama mineral) untuk tubuh terdapat pada
sayuran. Selain vitamin dan mineral, sayuran memiliki kandungan serat
tinggi, sayuran biasanya dimakan mentah sebagai lalapan. (Yahyadi et al.,
2017).
Salah satu tipe sayuran yang kerap terkontaminasi oleh Soil
Transmitted Helminths (STH) merupakan kubis. Kubis (Brassica
oleracea) ialah tipe sayuran yang biasanya disantap secara mentah, sebab
dilihat dari tekstur serta organoleptik sayur ini memungkinkan untuk
dijadikan lalapan. Sayur kubis mempunyai permukaan daun yang
berlekuk- lekuk akibatnya memungkinkan telur cacing menetap di
dalamnya. Apabila dalam proses pengolahan serta pencucian sayuran ini
tidak baik, maka akan memungkinan untuk telur cacing masih menempel
pada sayur- mayur serta tertelan saat sayur- mayur dimakan (Pratama,
2016).
Pencemaran sayur- mayur oleh telur cacing ini bisa juga
diakibatkan oleh petani yang banyak memakai tinja sebagai pupuk yang
memungkinkan untuk bakteri, virus ataupun parasit patogen ada di
dalamnya. Perihal tersebut pastinya tidak menjadi permasalahan apabila
sayuran tidak dimakan dalam kondisi mentah ataupun dilakukan pencucian
yang baik saat sebelum dikonsumsi (Mutiara, 2015)
Penelitian Soil Transmitted Helminths pada sayuran masih jarang
dilakukan, hal ini disebabkan bidang kedokteran hanya berfokus pada
pemeriksaan tinja manusia sebagai pasien. Sedangkan ilmu dibidang non
kedokteran seperti biologi, pangan, dan lingkungan tidak semuanya
mempelajari helmintologi (ilmu yang mempelajari tentang cacing)
(Adrianto, 2017)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di pasar kota Denpasar oleh
Soeharto et al., (2019). Didapatkan sebanyak 8 kubis positif terinfeksi
parasit dari 60 sampel kubis yang diteliti atau 13,3% kubis positif
mengandung telur cacing. Dimana prevalensi terbanyak positif parasit
terletak di pasar Abian Timbul sebanyak 80 %, kemudian diikuti pasar
Asoka, pasar Satriya, pasar Kumbasari, dan pasar Pidada sebanyak 20%,
sedangkan pasar Kepaten, pasar Badung, pasar Gunung Agung, pasar
Sanglah, pasar Anyar Sari, pasar Kumbasari Malam, dan pasar Badung
Malam didapatkan hasil negatif.
Masih tingginya prevalensi kecacingan dan kontaminasi telur Soil
Transmitted Helminths (STH) pada sayuran kubis yang dijual di pasar
tradisional bila diikuti dengan pengolahan dan pencucian yang buruk,
memungkinkan terjadinya kecacingan. Hal ini menjadi alasan penting bagi
peneliti ingin melakukan identifikasi Soil Transmitted Helminths pada
kubis (Brassica oleracea) di pasar Batan Kendal, Denpasar Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, permasalahan


yang diajukan pada penelitian ini adalah apakah masih terdapat
kontaminasi telur cacing Soil Transmitted Helminths pada kubis ( Brassica
oleracea ) yang dijual di pasar Batan Kendal, Denpasar Selatan.
BAB III

A. Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi


Kubis (Brassica Oleracea)
kualitas kubis :

1. Cara penyimpanan
sayur
2. Cara pencucian sayur
Pemeriksaan Laboratorium 3. Tempat peletakan
sayur

Ditemukan telur Tidak ditemukan telur


Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths

Jenis telur cacing (STH)

Ascaris lumbricoides

Trichuris trichiura

Necator americanus
dan
Ancylostoma duodenale
Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa
sayuran kubis memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sayur
kubis yaitu : cara penyimpanan sayur, cara pencucian sayur, tempat
peletakan sayur. Di daerah yang tidak memiliki sanitasi yang memadai,
telur ini akan mengkontaminasi tanah. Kebiasaan menggunakan pupuk
dari kotoran manusia untuk budidaya sayuran akan menjadi tempat
berkembang biak dari telur Soil Transmitted Helminths yaitu, Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm. Untuk mengidentifikasi
telur STH di sayuran kubis dapat dibuktikan dengan uji laboraturium yang
akan menyatakan hasil dengan jelas dan valid.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan laboratorik yaitu untuk mengetahui gambaran hasil identifikasi
jenis dan jumlah telur cacing pada sayur kubis (Brassica oleracea) di pasar
Batan Kendal, Denpasar Selatan. Alasan peneliti memilih penelitian
deskriptif adalah untuk mendapatkan gambaran lengkap dari data baik
dalam bentuk verbal maupun numerik yang berhubungan dengan data
yang diteliti

Anda mungkin juga menyukai