Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“AKUNTANSI KLIRING”

Dosen pengampu :

Ramdhansyah, SE,M.Acc

Sondang Aida Silalahi. SE,M.Si

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan 2018/2019)

Disusun Oleh :

Inggrit Larasati Br.Pangganean 7172142006

Putri Wulandari 7173142030

Rahmansyah Harum Nasution 7173342042

Regi Amalya 7173342043

Zaini Rahman 7173342055

PENDIDIKAN AKUNTANSI (B)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kepada penulis sehingga penulisan makalah yang berjudul Akuntansi Kliring ini
dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kapada Bapak/ibu dosen yang
telah memberikan tugas kepada penulis demi bertambahnya pengetahuan penulis terhadap
Akuntansi Kliring.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya tidak terlepas pula dari dukungan pihak-pihak
yang bersangkutan dalam menjalankan tugas ini. penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan
terima kasih. Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
tambahan wawasan dan pengalaman.
Namun dibalik semua isi laporan ini penulis juga sangat menyadari bahwa masih
terdapat banyak kesalahan yang tertuang didalammnya. Untuk itu penulis terlebih dahulu
meminta maaf atas kesalahan tersebut, dan penulis juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya sebuah laporan yang baik untuk
kedepannya.

Medan, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.I Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.II Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
1.III Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2
I.IV Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
II.1 Pengertian Kliring............................................................................................................ 3
II.2 SISTEM KLIRING.......................................................................................................... 4
II.3 WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING ....................................................................... 5
II.4 PENYELENGGARA KLIRING ..................................................................................... 6
II.5 PESERTA KLIRING ..................................................................................................... 7
II.6 PENYEDIAAN PENDANAAN AWAL (PREFUND) ................................................... 7
II.7 TUJUAN DAN MANFAAT SKNBI .............................................................................. 8
II.8 JADWAL KLIRING ....................................................................................................... 9
II.9 TATA CARA PENYELENGGARAAN KLIRING LOKAL MANUAL ...................... 9
II.10 Ilustrasi Kasus.............................................................................................................. 11
II.11 SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH ................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................ 18
III.1 KESIMPULAN ............................................................................................................ 18
III.2 SARAN ........................................................................................................................ 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.I Latar Belakang

Semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pembayaran dengan bank,


mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank. Kelancaran pembayaran
transaksi dituntut semakin mudah dan tersusun rapi dalam menyelesaian semua transaksi
giral. Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antarbank. Bank dapat saling memperhitungkan
hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-masing
nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek,
bilyet giro, atau surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-
surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran
warkat atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah
yang hasil perhitngannya diselesaikan pada waktu tertentu.

1.II Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kliring ?

2. Bagaimana sistem kliring?

3. Apa saja warkat dan dokumen kliring?

4. Bagaimana penyelenggaraan kliring?

5. Siapa saja peserta kliring?

6. Bagaimana Penyediaan pendanaan awal (prefund)?

7. Bagaimana tujuan dan manfaat sknbi?

8. Bagaimana jadwal kliring?

9. Bagaimanakah tata cara penyelenggaraan kliring lokal manual?

1
10. Bagaimana Pencatatan Dalam Kliring ?

1.III Tujuan Penulisan

1 Memahami pengertian Kliring

2 Mengetahui bagaimana sistem kliring

3 Memahami apa saja warkat dan dokumen kliring

4 Mengetahui bagaimana penyelenggaraan kliring

5 Mengetahui siapa saja peserta kliring

6 Memahami bagaimana Penyediaan pendanaan awal (prefund)

7 Mengetahui bagaimana tujuan dan manfaat sknbi

8 Memahami bagaimana jadwal kliring

9 Mengetahui bagaimanakah tata cara penyelenggaraan kliring lokal manual

10 Memahami bagaimana Pencatatan Dalam Kliring

I.IV Manfaat Penulisan

1. Pembaca dapat lebih mengetahui apa itu kliring

2. Dapat mengetahui bagaimana sistem kliring

3. Dapat memahami apa saja warkat dan dokumen kliring

4. Dapat mengetahui bagaimana penyelenggaraan kliring

5. Dapat mengetahui siapa saja peserta kliring

6. Pembaca lebih memahami bagaimana Penyediaan pendanaan awal (prefund)

7. Pembaca lebih mengetahui bagaimana tujuan dan manfaat sknbi

8. Pembaca lebih memahami bagaimana jadwal kliring

9. Pembaca lebih mengetahui bagaimanakah tata cara penyelenggaraan kliring lokal manual

10. Dapat mengetahui bagaimana pencatatan kliring dengan metode yang baik dan benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Kliring

Kliring dibentuk oleh Bank Indonesia (BI) pada tanggal 3 Maret 1967.Kata clearing
(bahasa Inggris) berasal dari kata “clear” yang berarti jelas dan terang. Penggunaan kata
clear menjadi clearing berasal dari kata kerja toclear yang artinya membersihkan dan
menyelesaikan. Istilah clearing kemudian dibahasa Indonesia-kan menjadi Kliring.Pada
Pasal 1 Peraturan bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010 Kliring adalah pertukaran Data
Keuangan Elektronik (DKE) dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Menurut Kasmir (2014:132) definisi kliring adalah penyelesaian hutang piutang antar
bank dengan cara saling menyerahkan warkat – warkat yang akan dikliringkan di lembaga
kliring. Penyelesaian hutang piutang dimaksud adalah penagihan cek atau bilyet giro melalui
bank. Sedangkan pengertian warkat adalah surat berharga seperti cek, bilyet giro, dan surat
piutang lainnya. Kemudian yang dimaksud dengan Lembaga Kliring adalah lembaga yang
dibentuk dan dikordinir oleh Bank Indonesia setiap hari kerja.

Pengertian Kliring menurut Veithzal (2013:352), kliring merupakan sarana


perhitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat berharga dan surat dagang antara bank-
bank peserta kliring yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral yang
mengatur memajukan, memperluas, dan memperlancar arus lalu lintas pembayaran giral serta
terselenggara secara mudah, cepat dan aman.

Jadi dapat disimpulkan kliring adalah suatu proses penyelesaian hutang piutang antar
satu bank dengan bank lain dalam suatu wilayah tertentu. Kliring diselenggarakan dan
dilakukan di Lembaga Kliring yang bertempat di Bank Indonesia setempat atau yang ditunjuk
oleh Bank Indonesia.

3
II.2 SISTEM KLIRING

B. Sistem Kliring Menurut Latumaerissa (2011:99) saat ini penyelenggara kliring


dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) macam sistem kliring, yaitu :

1. Sistem Manual

Sistem manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara manual
oleh setiap peserta. Pada proses sistem manual, perhitungan kliring akan didasarkan pada
warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring.

Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung sistem kliring
secara manual dilakukan dengan memilah warkat secara manual. Namun, sistem ini tidak
terlalu sering dipergunakan karena besarnya resiko kesalahan perhitungan. Sehingga, PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung menggunakan sistem ini bila
terjadi gangguan jaringan untuk melakukan sistem kliring otomasi.

2. Sistem Semi Otomasi

Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakuakan secara otomasi, sedangkan
pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem semi
otomatisasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik (DKE)
yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan.

Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung akan memilah
warkat secara manual kemudian megirimkan data kepada penyelenggara yaitu Bank
Indonesia untuk dilakukan perhitungan secara otomasi. Resiko kesalahan dalam perhitungan
pun dapat diminimalisir.

3. Sistem Otomasi

Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi. Pada proses sistem otomasi, perhitungan kliring akan
didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring.

4
Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung pemilahan
warkat, pelaksanaan perhitungan dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai penyelenggara yang
dimana perhitungannya didasarkan pada warkat yang dibuat oleh PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk Cabang Medan Jalan Bandung. Dengan adanya kliring otomatis diharapkan penggunaan
data secara elektronik di masyarakat dapat meningkat sehingga otomatis akan meningkatkan
simpanan dana masyarakat di Bank yang dapat dipergunakan oleh bank untuk membiayai
sektor-sektor produktif di masyarakat.

4. Sistem Kliring Nasional

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI adalah
sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debit yang penyelesaian akhirnya
dilakukan secara nasional.

Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung sistem kliring
nasional dapat memudahkan nasabah untuk melakukan kegiatan kliring di seluruh Indonesia
yang akan meningkatkan kegiatan transaksi masyarakat Indonesia dan Bank Mandiri dapat
membantu masyarakat Indonesia dalam memajukan perekonomian masyarakat Indonesia.

II.3 WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING

Warkat Adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau
untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan
dalam kliring otomasi adalah:

a. Cek Adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.

b. Bilyet Giro Adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia.

c. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT) Adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD
yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.

d. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) Adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar
kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.

5
e. Warkat Debet Adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat debet yang
dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank
yang menyampaikan warkat debet kepada bank yang akan menerima warkat debet tersebut.

f. Warkat Kredit Adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank ata nasabah bank yang menerima warkat tersebut.

Dokumen Kliring Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat Bantu dalam
proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara.

Formulir Kliring Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal
dengan manual meliputi:

a. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. gabungan formulir ini disediakan oleh


penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi neraca kliring
penyerahn/pengembalian.

b. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan


digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengembalian atas dasar
daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.

c. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan dan
neraca kliring pengembalian.

II.4 PENYELENGGARA KLIRING

Menurut Veithzal (2013:352) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia diselenggarakan oleh :

a. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu unit kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia
yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI) secara nasional; dan

b. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank yang
memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakanSistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di suatu wilayah kliring tertentu.

6
II.5 PESERTA KLIRING

Menurut Thamrin(2012:185), bank peserta kliring adalah bank-bank umum dan bank
pembangunan yang berada di wilayah kliring tertentu yang dikoordinator oleh Bank
Indonesia atau bank yang di wilayah itu.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini, pihak yang dapat menjadi peserta
SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) adalah Bank. Setiap bank dapat menjadi
peserta dalam penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di suatu
wilayah kliring, dengan persyaratan antara lain sebagai berikut:

1. Telah memperoleh izin usaha atau izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia

2. Lokasi kantor bank memungkinkan untuk mengikuti penyelenggaraan Sistem Kliring


Nasional Bank Indonesia (SKNBI) secara tertib sesuai jadwal yang ditetapkan PKL
(Penyelenggara Kliring Lokal).

3. Telah menandatangani perjanjian penggunaan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia


(SKNBI) antara Bank Indonesia dengan bank sebagai peserta.

4. Kantor Bank yang akan menjadi peserta menyediakan perangkat kliring, antara lain
meliputi perangkat Terminal Peserta Kliring (TPK) dan jaringan komunikasi data baik

II.6 PENYEDIAAN PENDANAAN AWAL (PREFUND)

Menurut Hendro (2014:24). dengan diterapkannya mekanisme Failure to Settle (FtS),


maka sebelum mengikuti kliring debet dan kliring kredit, Bank wajib menyediakan prefund
yang dimaksudkan untuk mengantisipasi pemenuhan potensi kewajiban dari seluruh kantor
Bank yang menjadi peserta pada penyelenggaraan kliring debet dan kliring kredit, dengan
ketentuan sebagai berikut :

1. Prefund kliring debet dan prefund kliring kredit dilakukan secara terpisah.

2. Batas minimum prefund :

a. Kliring Debet, tagihan debet (incoming debet) harian terbesar selama 12 (dua belas) bulan
terakhir dengan mengeluarkan data “outlier”.

b. Kliring Kredit, minimal nilai nominal Rp1,00 (satu rupiah).

7
3. Jenis prefund:

a. Kliring Debet, dana tunai (cash prefund) dan atau agunan (collateral prefund). Jenis agunan
dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI)/Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI),
Surat Utang Negara (SUN) dan atau surat berharga atau tagihan lain yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.

b. Kliring Kredit, hanya dalam bentuk dana tunai (cash prefund).

4. Batas waktu penyediaan prefundadalah pukul 08.00 WIB.

5. Dalam hal ini bank tidak melakukan penyediaan salah satu atau kedua jenis prefund maka
Bank tidak dapat mengikuti kliring debet dan kliring kredit.

6. Sebelum melakukan perhitungan akhir hasil kliring, Sistem Sentral Kliring (SSK) akan
melakukan simulasi perhitungan Failure to Settle (FtS) baik untuk kliring debet maupun
kliring kredit .

II.7 TUJUAN DAN MANFAAT SKNBI

Tujuan diterapkannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada


penyelenggaraan kliring di Indonesia adalah untuk meningkatkan efisiensi sistem
pembayaran ritel serta memenuhi prinsip – prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan
kliring.

Adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) menurut Supriyono (2011:48) adalah sebagai berikut:

1. Bagi Bank Indonesia

a. Efisiensi waktu dan biaya, khususnya dalam hal :

1. Operasional kliring dengan ditiadakannya fisik warkat kredit;

2. Maintenance aplikasi kliring dengan digunakannya sistem yang terintegrasi di seluruh


wilayah kliring.

b. Tersedianya jangkauan transfer antar bank melalui kliring yang lebih luas dengan
diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit.

8
c. Memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring yang bersifat
multilateral netting.

2. Bagi Bank

a. Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi warkat kredit.

b. Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah.

3. Bagi Nasabah

a. Transaksi pembayaran lebih cepat mudah, aman, dan tidak memerlukan waktu, tenaga, dan
biaya yang besar.

b. Memperlancar transaksi keuangan dan lalu lintas pembayaran.

II.8 JADWAL KLIRING

Menurut Thamrin (2012:187)Dalam rangka memberikan keleluasaan kepada pelaku


ekonomi di seluruh Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) zona waktu untuk dapat melakukan
transfer kredit dengan lancar, maka kliring kredit dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus kliring.
Pengiriman Data Keungan Elektronik (DKE) kredit pada siklus pertama dilakukan mulai
pukul 08.15 s.d. 11.30 WIB sedangkan pengiriman Data Keungan Elektronik (DKE) kredit
pada siklus kedua dilakukan mulai pukul 12.45 WIB s.d. 15.30 WIB.

Untuk kliring debet pengiriman Keungan Elektronik (DKE) debet ditetapkan oleh
masing-masing Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) dengan batas maksimal pengiriman hasil
perhitungan kliring lokal ke Sistem Sentral Kliring (SSK) pada pukul 15.30 WIB.

II.9 TATA CARA PENYELENGGARAAN KLIRING LOKAL MANUAL

Penyelenggaraan kliring terdiri dari dua tahap yaitu Kliring Penyerahan (Kliring 1)
dan Kliring Pengembalian (Kliring 2) yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta
wajib mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai.

1. Kliring Penyerahan Warkat kliring yang diserahkan oleh masing-masing peserta

a. Warkat Debet Keluar (WDK): Warkat yang disetorkan oleh nasabah suatu bank untuk
keuntungan rekening nasabah tersebut.

9
b. Warkat Kredit Keluar (WKK): Warkat pembebanan ke rekening nasabah yang
menyetorkan untuk keuntungan rekening nasabah lain.

2. Kliring Pengembalian Warkat kliring yang diterima dari peserta lain

a. Warkat Debet Masuk (WDM): Warkat yang diserahkan oleh peserta lain atas beban
nasabah bank yang menerima warkat.

b. Warkat Kredit Masuk (WKM): Warkat yang diserahkan oleh peserta lain untuk
keuntungan nasabah bank yang menerima warkat. Hubungan antara Warkat Debet Keluar
(WDK) dan Warkat Debet Masuk (WDM) dijabarkan sebagai berikut:

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau warkat debet keluar (WDK), akan
menikmati penambahan rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan Bank yang menerima
warkatnya sendiri atau warkat debet masuk (WDM), saldo gironya pada Bank Indonesia akan
berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut. Hubungan Warkat Kredit Keluar (WKK)
dan Warkat Kredit Masuk (WKM) dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau warkat kredit keluar (WKK), akan
menyebabkan pengurangan pada rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan Bank yang
menerima warkat tersbut atau warkat kredit masuk (WKM), saldo gironya pada Bank
Indonesia akan bertambah sebesar nilai nominal warkat tersebut.

10
II.10 Ilustrasi Kasus

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:

Transaksi-transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring


lokal. Peserta kliring adalah Bank Lippo, Bank Mega, dan Bank Niaga Jakarta:

a) Danar Setiawan nasabah Bank Lippo Jakarta telah menarik cek no.011.000.12
sebesar Rp50.000.000 dan cek no.011.000.13 sebesar Rp30.000.000 untuk
membayar pembelian elektronik kepada Yahya nasabah giro Bank Mega
Jakarta.
b) Bank Mega Jakarta menerima bilyet giro dari Erika untuk keuntungan Fahmi
nasabah giro Bank Niaga Jakarta sebesar Rp50.000.000.
c) Bobby nasabah Niaga Jakarta menarik cek untuk membayar barang dagangan
kepada Yanti nasabah Bank Mega Jakarta sebesar Rp60.000.000.
d) Bank Lippo Jakarta menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah giro
Dwiwahyu sebesar Rp20.000.000. Warkat ini diterima dari Bank Niaga
Jakarta melalui Bank Indonesia Jakarta untuk keuntungan giro Fitri.

Diminta:

1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring


2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring

11
1). Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring:

Pencatatan jurnal di Bank Mega Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

A Kliring 1 Dr. RAR Kliring 80.000.000

A Kliring 2 Cr. RAR Kliring 80.000.000

Dr. Giro Bank Indonesia 80.000.000

Cr. Giro Yahya 80.000.000

B Kliring 1 Dr. Giro Erika 50.000.000

Cr. Giro Bank Indonesia 50.000.000

C Kliring 1 Dr. RAR Kliring 60.000.000

C Kliring 2 Cr. RAR Kliring 60.000.000

Dr. Giro Bank Indonesia 60.000.000

Cr. Giro Yanti 60.000.000

Pencatatan jurnal di Bank Lippo Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

A Kliring 2 Dr. Giro Danar Setiawan 80.000.000

12
Cr. Giro BI 80.000.000

D Kliring 2 Dr. Giro Dwiwahyu 20.000.000

Cr. Giro BI 20.000.000

Pencatatan jurnal di Bank Niaga Jakarta

Transaksi Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

B Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 50.000.000

Cr. Giro Fahmi 50.000.000

C Kliring 2 Dr. Giro Bobby 60.000.000

Cr. Giro BI 60.000.000

D Kliring 1 Dr. RAR Kliring 20.000.000

D Kliring 2 Cr. RAR Kliring 20.000.000

Dr. Giro Bank Indonesia 20.000.000

Cr. Giro Fitri 20.000.000

13
2). Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring

Bank Mega

Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

A).WDK 80.000.000 b).WKK 50.000.000

C).WDK 60.000.000

Menang Kliring 90.000.000

Jumlah 140.000.000 Jumlah 140.000.000

Bank Lippo

Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

A). WDM 80.000.000

Kalah Kliring 100.000.000 D). WDM 20.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

14
Bank Niaga

Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)

B).WKM 50.000.000 B). WDM 60.000.000

D).WKM 20.000.000 \

Menang Kliring 10.000.000

Jumlah 70.000.000 Jumlah 70.000.000

Neraca kliring yang disajikan Bank Indonesia

Bank Indonesia

Neraca Kliring

Bank Kalah Kliring Saldo (Rp) Bank Menang Kliring Saldo (Rp)

Bank Lippo 100.000.000 Bank Mega 90.000.000

Bank Niaga 10.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

II.11 SISTEM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH

Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk


melakukan verifikasi secara on-line terhadap cek/BG luar kota.Untuk itu bank Indonesia
mengembangkan system penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal
dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat
luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yng diterbitkan oleh kantor
bank yang bukan peserta di wilayah kliring dimana cek dan BG tersebut dikliringkan.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisien waktu maupun biaya, sebab:

15
a) Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan (same
day settlement)
b) Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya. Dengan manfaat
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar
daerah.

Keterangan:

1. X yang merupakan nasabah Bank B di Surabaya melakukan transaksi dengan Y yang


merupakan nasabah Bank A di Jakarta.Dalam hal ini X melakukan pembayaran
kepada Y dengan memberikan cek/BG Bank B Surabaya.

2. Y kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank A Jakarta.

3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan dapat langsung
mengklringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.

4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/BG tersebut.

16
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B melalui penyelenggara kliring di Jakarta
akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut.

6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG Bank B
dari penyelenggara kliring di Jakarta.

7. Atas informasi, Bank A kemudian akan melakukan pengkreditan ke rekening nasabah


Y.

Dengan memperhatikan mekanisme di atas terlihat bahwa cek/BG yang diterbitkan


oleh Bank B di Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke Surabaya, sebab
Bank B merupakan peserta kliring warkat luar wilayah dan mempunyai kantor di
wilayah kliring Jakarta. Dengan dikliringkan di Jakarta, maka cek/BG tersebut akan
diproses sesuai dengan jadwal Jakarta, sehingga Bank A yang mengkliringkan dapat
memperoleh kepastian efektivitas dana yang lebih cepat atas penagihan cek/BG
tersebut, yaitu pada hari yang sama atau paling lambat keesokan harinya sejak warkat
dikliringkan.

17
BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Kliring adalah suatu proses penyelesaian hutang piutang antar satu bank dengan bank lain
dalam suatu wilayah tertentu. Kliring diselenggarakan dan dilakukan di lembaga kliring yang
bertempat di bank indonesia setempat atau yang ditunjuk oleh bank indonesia.

Peserta kliring dapat dibedakan menjadi dua macam :

1. Peserta langsung, yaitu : bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan
dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan B I atau melalui
PT Trans Warkat sebagai perantara dengan B I. Contoh : Bank Retail, Bank Devisa
2. Peserta tidak langsung, yaitu : bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta kliring
akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melaui bank yang telah terdaftar sebagai
peserta kliring. Contoh : BPR

Warkat Kliring adalah alat yang digunakan dalam transaksi kliring, yaitu :

a) Cek
b) Bilyet Giro
c) Surat Perintah Kiriman Uang (Bukti Transfer)
d) Nota Debet
e) Nota Kredit

Warkat-warkat yang dikliringkan dapat di Golongkan dalam 4 kategori, yaitu :

1. Nota Debet Keluar


2. Nota Debet Masuk
3. Nota Kredit Masuk
4. Nota Kredit Keluar

Jenis jenis kliring

a) kliring umum, adalah : sarana perhitungan warkatwarkat antar bank yang


pelaksanaannya diatur oleh B I.

18
b) Kliring lokal, adalah : sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang berada
dalam suatu wilayah kliring (wilayah yang ditentukan).
c) Kliring antar cabang, adalah : sarana perhitungan warkat antar kantor cabang
suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. KLiring ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari sauatu kantor
cabang untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang
bersangkutan

III.2 SARAN

Untuk menghindarkan Kalah Kliring pihakpeserta kliring dapat memberikan sanksi


kepada nasabah yang melakukan transaksi dengan rekening kosong. Dan peserta Kliring
dapat meningkatkan kualitas dan pelayanan promosi terhadap pelaksanaan kliring yang
dilakukan, sehingga nantinya dapat memberikan prestasi tersendiri sebagai pihak bank.
Untuk Bank Indonesia dapat memberikan tambahan jadwal waktu kliring dan
meringankan biaya adminitrasi dalam transaksi kliring

19
DAFTAR PUSTAKA

Staffnew.uny.ac.id/Akuntansi Kliring diakses pada tanggal 28 Agustus pukul 20.35

Kartika.staff.gunadarma.ac.id/Akuntansi kliring pada tanggal 28 Agustus pukul 20.42

20

Anda mungkin juga menyukai