“AKUNTANSI KLIRING”
Dosen pengampu :
Ramdhansyah, SE,M.Acc
Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kepada penulis sehingga penulisan makalah yang berjudul Akuntansi Kliring ini
dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kapada Bapak/ibu dosen yang
telah memberikan tugas kepada penulis demi bertambahnya pengetahuan penulis terhadap
Akuntansi Kliring.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya tidak terlepas pula dari dukungan pihak-pihak
yang bersangkutan dalam menjalankan tugas ini. penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan
terima kasih. Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
tambahan wawasan dan pengalaman.
Namun dibalik semua isi laporan ini penulis juga sangat menyadari bahwa masih
terdapat banyak kesalahan yang tertuang didalammnya. Untuk itu penulis terlebih dahulu
meminta maaf atas kesalahan tersebut, dan penulis juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya sebuah laporan yang baik untuk
kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-
surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran
warkat atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah
yang hasil perhitngannya diselesaikan pada waktu tertentu.
1
10. Bagaimana Pencatatan Dalam Kliring ?
9. Pembaca lebih mengetahui bagaimanakah tata cara penyelenggaraan kliring lokal manual
10. Dapat mengetahui bagaimana pencatatan kliring dengan metode yang baik dan benar
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kliring dibentuk oleh Bank Indonesia (BI) pada tanggal 3 Maret 1967.Kata clearing
(bahasa Inggris) berasal dari kata “clear” yang berarti jelas dan terang. Penggunaan kata
clear menjadi clearing berasal dari kata kerja toclear yang artinya membersihkan dan
menyelesaikan. Istilah clearing kemudian dibahasa Indonesia-kan menjadi Kliring.Pada
Pasal 1 Peraturan bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010 Kliring adalah pertukaran Data
Keuangan Elektronik (DKE) dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Menurut Kasmir (2014:132) definisi kliring adalah penyelesaian hutang piutang antar
bank dengan cara saling menyerahkan warkat – warkat yang akan dikliringkan di lembaga
kliring. Penyelesaian hutang piutang dimaksud adalah penagihan cek atau bilyet giro melalui
bank. Sedangkan pengertian warkat adalah surat berharga seperti cek, bilyet giro, dan surat
piutang lainnya. Kemudian yang dimaksud dengan Lembaga Kliring adalah lembaga yang
dibentuk dan dikordinir oleh Bank Indonesia setiap hari kerja.
Jadi dapat disimpulkan kliring adalah suatu proses penyelesaian hutang piutang antar
satu bank dengan bank lain dalam suatu wilayah tertentu. Kliring diselenggarakan dan
dilakukan di Lembaga Kliring yang bertempat di Bank Indonesia setempat atau yang ditunjuk
oleh Bank Indonesia.
3
II.2 SISTEM KLIRING
1. Sistem Manual
Sistem manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara manual
oleh setiap peserta. Pada proses sistem manual, perhitungan kliring akan didasarkan pada
warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring.
Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung sistem kliring
secara manual dilakukan dengan memilah warkat secara manual. Namun, sistem ini tidak
terlalu sering dipergunakan karena besarnya resiko kesalahan perhitungan. Sehingga, PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung menggunakan sistem ini bila
terjadi gangguan jaringan untuk melakukan sistem kliring otomasi.
Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakuakan secara otomasi, sedangkan
pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem semi
otomatisasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik (DKE)
yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan.
Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung akan memilah
warkat secara manual kemudian megirimkan data kepada penyelenggara yaitu Bank
Indonesia untuk dilakukan perhitungan secara otomasi. Resiko kesalahan dalam perhitungan
pun dapat diminimalisir.
3. Sistem Otomasi
Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh
penyelenggara secara otomasi. Pada proses sistem otomasi, perhitungan kliring akan
didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring.
4
Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung pemilahan
warkat, pelaksanaan perhitungan dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai penyelenggara yang
dimana perhitungannya didasarkan pada warkat yang dibuat oleh PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk Cabang Medan Jalan Bandung. Dengan adanya kliring otomatis diharapkan penggunaan
data secara elektronik di masyarakat dapat meningkat sehingga otomatis akan meningkatkan
simpanan dana masyarakat di Bank yang dapat dipergunakan oleh bank untuk membiayai
sektor-sektor produktif di masyarakat.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI adalah
sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debit yang penyelesaian akhirnya
dilakukan secara nasional.
Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Jalan Bandung sistem kliring
nasional dapat memudahkan nasabah untuk melakukan kegiatan kliring di seluruh Indonesia
yang akan meningkatkan kegiatan transaksi masyarakat Indonesia dan Bank Mandiri dapat
membantu masyarakat Indonesia dalam memajukan perekonomian masyarakat Indonesia.
Warkat Adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau
untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan
dalam kliring otomasi adalah:
a. Cek Adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
b. Bilyet Giro Adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia.
c. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT) Adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD
yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
d. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) Adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar
kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.
5
e. Warkat Debet Adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat debet yang
dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank
yang menyampaikan warkat debet kepada bank yang akan menerima warkat debet tersebut.
f. Warkat Kredit Adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank ata nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
Dokumen Kliring Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat Bantu dalam
proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara.
Formulir Kliring Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal
dengan manual meliputi:
c. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan dan
neraca kliring pengembalian.
Menurut Veithzal (2013:352) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia diselenggarakan oleh :
a. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu unit kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia
yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI) secara nasional; dan
b. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank yang
memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakanSistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di suatu wilayah kliring tertentu.
6
II.5 PESERTA KLIRING
Menurut Thamrin(2012:185), bank peserta kliring adalah bank-bank umum dan bank
pembangunan yang berada di wilayah kliring tertentu yang dikoordinator oleh Bank
Indonesia atau bank yang di wilayah itu.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini, pihak yang dapat menjadi peserta
SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) adalah Bank. Setiap bank dapat menjadi
peserta dalam penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di suatu
wilayah kliring, dengan persyaratan antara lain sebagai berikut:
1. Telah memperoleh izin usaha atau izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia
4. Kantor Bank yang akan menjadi peserta menyediakan perangkat kliring, antara lain
meliputi perangkat Terminal Peserta Kliring (TPK) dan jaringan komunikasi data baik
1. Prefund kliring debet dan prefund kliring kredit dilakukan secara terpisah.
a. Kliring Debet, tagihan debet (incoming debet) harian terbesar selama 12 (dua belas) bulan
terakhir dengan mengeluarkan data “outlier”.
7
3. Jenis prefund:
a. Kliring Debet, dana tunai (cash prefund) dan atau agunan (collateral prefund). Jenis agunan
dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI)/Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI),
Surat Utang Negara (SUN) dan atau surat berharga atau tagihan lain yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
5. Dalam hal ini bank tidak melakukan penyediaan salah satu atau kedua jenis prefund maka
Bank tidak dapat mengikuti kliring debet dan kliring kredit.
6. Sebelum melakukan perhitungan akhir hasil kliring, Sistem Sentral Kliring (SSK) akan
melakukan simulasi perhitungan Failure to Settle (FtS) baik untuk kliring debet maupun
kliring kredit .
Adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) menurut Supriyono (2011:48) adalah sebagai berikut:
b. Tersedianya jangkauan transfer antar bank melalui kliring yang lebih luas dengan
diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit.
8
c. Memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring yang bersifat
multilateral netting.
2. Bagi Bank
a. Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi warkat kredit.
3. Bagi Nasabah
a. Transaksi pembayaran lebih cepat mudah, aman, dan tidak memerlukan waktu, tenaga, dan
biaya yang besar.
Untuk kliring debet pengiriman Keungan Elektronik (DKE) debet ditetapkan oleh
masing-masing Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) dengan batas maksimal pengiriman hasil
perhitungan kliring lokal ke Sistem Sentral Kliring (SSK) pada pukul 15.30 WIB.
Penyelenggaraan kliring terdiri dari dua tahap yaitu Kliring Penyerahan (Kliring 1)
dan Kliring Pengembalian (Kliring 2) yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta
wajib mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai.
a. Warkat Debet Keluar (WDK): Warkat yang disetorkan oleh nasabah suatu bank untuk
keuntungan rekening nasabah tersebut.
9
b. Warkat Kredit Keluar (WKK): Warkat pembebanan ke rekening nasabah yang
menyetorkan untuk keuntungan rekening nasabah lain.
a. Warkat Debet Masuk (WDM): Warkat yang diserahkan oleh peserta lain atas beban
nasabah bank yang menerima warkat.
b. Warkat Kredit Masuk (WKM): Warkat yang diserahkan oleh peserta lain untuk
keuntungan nasabah bank yang menerima warkat. Hubungan antara Warkat Debet Keluar
(WDK) dan Warkat Debet Masuk (WDM) dijabarkan sebagai berikut:
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau warkat debet keluar (WDK), akan
menikmati penambahan rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan Bank yang menerima
warkatnya sendiri atau warkat debet masuk (WDM), saldo gironya pada Bank Indonesia akan
berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut. Hubungan Warkat Kredit Keluar (WKK)
dan Warkat Kredit Masuk (WKM) dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau warkat kredit keluar (WKK), akan
menyebabkan pengurangan pada rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan Bank yang
menerima warkat tersbut atau warkat kredit masuk (WKM), saldo gironya pada Bank
Indonesia akan bertambah sebesar nilai nominal warkat tersebut.
10
II.10 Ilustrasi Kasus
a) Danar Setiawan nasabah Bank Lippo Jakarta telah menarik cek no.011.000.12
sebesar Rp50.000.000 dan cek no.011.000.13 sebesar Rp30.000.000 untuk
membayar pembelian elektronik kepada Yahya nasabah giro Bank Mega
Jakarta.
b) Bank Mega Jakarta menerima bilyet giro dari Erika untuk keuntungan Fahmi
nasabah giro Bank Niaga Jakarta sebesar Rp50.000.000.
c) Bobby nasabah Niaga Jakarta menarik cek untuk membayar barang dagangan
kepada Yanti nasabah Bank Mega Jakarta sebesar Rp60.000.000.
d) Bank Lippo Jakarta menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah giro
Dwiwahyu sebesar Rp20.000.000. Warkat ini diterima dari Bank Niaga
Jakarta melalui Bank Indonesia Jakarta untuk keuntungan giro Fitri.
Diminta:
11
1). Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring:
12
Cr. Giro BI 80.000.000
13
2). Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
Bank Mega
Neraca Kliring
C).WDK 60.000.000
Bank Lippo
Neraca Kliring
14
Bank Niaga
Neraca Kliring
D).WKM 20.000.000 \
Bank Indonesia
Neraca Kliring
Bank Kalah Kliring Saldo (Rp) Bank Menang Kliring Saldo (Rp)
15
a) Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan (same
day settlement)
b) Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya. Dengan manfaat
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar
daerah.
Keterangan:
3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan dapat langsung
mengklringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.
4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/BG tersebut.
16
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B melalui penyelenggara kliring di Jakarta
akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut.
6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG Bank B
dari penyelenggara kliring di Jakarta.
17
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kliring adalah suatu proses penyelesaian hutang piutang antar satu bank dengan bank lain
dalam suatu wilayah tertentu. Kliring diselenggarakan dan dilakukan di lembaga kliring yang
bertempat di bank indonesia setempat atau yang ditunjuk oleh bank indonesia.
1. Peserta langsung, yaitu : bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan
dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan B I atau melalui
PT Trans Warkat sebagai perantara dengan B I. Contoh : Bank Retail, Bank Devisa
2. Peserta tidak langsung, yaitu : bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta kliring
akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melaui bank yang telah terdaftar sebagai
peserta kliring. Contoh : BPR
Warkat Kliring adalah alat yang digunakan dalam transaksi kliring, yaitu :
a) Cek
b) Bilyet Giro
c) Surat Perintah Kiriman Uang (Bukti Transfer)
d) Nota Debet
e) Nota Kredit
18
b) Kliring lokal, adalah : sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang berada
dalam suatu wilayah kliring (wilayah yang ditentukan).
c) Kliring antar cabang, adalah : sarana perhitungan warkat antar kantor cabang
suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. KLiring ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari sauatu kantor
cabang untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang
bersangkutan
III.2 SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20