Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN PENGETAHUAN VULVA HYGIENE DENGAN

PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS


DI KLINIK SURIANI SINAGA KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2018

SKRIPSI

RAHMANIA
1701032160

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
HUBUNGAN PENGETAHUAN VULVA HYGIENE DENGAN
PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS
DI KLINIK SURIANI SINAGA KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi D4 Kebidanan dan Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Kebidana (S.Tr.Keb)

Oleh:

RAHMANIA
1701032160

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
Telah diuji pada tanggal : Oktober 2018

PANITIA PENGUJI SKRIPSI


Ketua : Rina Hanum, SST, M.Kes,
Anggota : 1. Dwiana Kartika Putri, SST, M.Kes
2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd
i
ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN VULVA HYGIENE DENGAN


PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI
KLINIK SURIANI SINAGA KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2018

RAHMANIA
NIM : 1701032160

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

Infeksi di pinggir jalan dapat dicegah dengan perilaku hidup bersih dan
sehat termasuk kebersihan diri dan lingkungan. Seperti diketahui kekebalan tubuh
dan kesehatan ibu setelah melahirkan lebih rendah dari biasanya yang sangat
beresiko berkembang biak kuman yang masuk di jalan lahir. Infeksi pasca
melahirkan juga umum terjadi karena kurangnya pengetahuan pribadi tentang
kebersihan ibu tentang perawatan vulva atau vagina. Di masa puerperium, jadi si
ibu tidak melakukan perawatan terhadap vulva dan vagina. Oleh karena itu,
selama periode puerperium kebersihan ibu harus di jaga agar tidak terjadi
komplikasi dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan tentang kebersihan diri dengan penyembuhan luka perineum di klinik
suriani sinaga kecamatan medan marelan tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Lokasi penelitian dilakukan linik Suriani Sinaga Kecamatan Medan
Marelan. Populasi adalah semua ibu nifas yang berobat di klinik suriani sinaga
kecamatan medan marelan,sebanyak 36 orang , dan semua nya digunakan sebagai
sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dan
dianalisis dengan menggunakan Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 responden (44,4%) yang
berpengetahuan kurang, terdapat 16 responden (44,4%), mengalami penyembuhan
luka perineum normal tidak ada, yang berpengetahuan cukup terdapat 8 responden
(22,2%), yang mengalami penyembuhan luka perineum 6 (16,7%), dan dari 6
responden (16,7%), yang berpengetahuan baik secara normal terdapat 6 responden
(33,3%). Berdasarkan uji statistic di peroleh hasil probabilitas 0,000<0,05 sengan
menggunakan uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan a= 0,005, dan
nilai sig-p (0,017).
Kesimpulan Ada hubungan pengetahuan tentang kebersihan diri dengan
penyembuhan luka perineum ibu nifas.di sarankan kepada tenaga kesehatan untuk
lebih banyak memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu nifas tentang vulva hygiene
pada penyembuhan luka perineum agar program cakupan perawatan luka
perineum tercapai semaksimal mungkin.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kebersiahan Pribadi dan Penyembuhan Luka


Perineum

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan penuh kerendahan hati penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada
Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun
2018”.
Penulis menyadari bahwa baik dari segi penggunaan bahasa, cara
menyusun maupun penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan yang
akan datang.
Tercapainya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah banyak
membantu penulis, baik dari segi moril maupun material, oleh karena itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes, selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes, selaku Wakil Rektor I Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
5. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
6. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4
Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia
7. Rina Hanum, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
8. Dwiana Kartika Putri, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
9. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Dosen Penguji III yang telah
memberikan petunjuk, nasehat dan saran guna untuk menyempurnakan
Skripsi ini.
10. Seluruh Dosen Program Studi D4 Kebidanan yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
11. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan
pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu
memotivasi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

iii
12. Teruntuk kakak dan keluarga yang sangat saya sayangi terima kasih telah
memberikan motivasi kepada saya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan Skripsi
ini. Semoga Tuhan selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita atas
segala kebaikan yang telah di berikan.

Medan, Oktober 2018


Penulis

RAHMANIA
1701032160

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI
Nama : RAHMANIA
Tempat/Tanggal lahir : Rampah Baru, 08 September 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 (Tiga) dari 3 (Tiga) bersaudara
Alamat : Desa Batu Putih, Kecamatan Pelawan,
Kabupaten Sarolangun, Jambi

II. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Sujono
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Sunarsih
Pekerjaan : IRT

III. RIWAYAT PENDIDIKAN


1. Tahun 2002-2008 : SD Negeri 118 Batu Putih
2. Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 04 Sarolangun
3. Tahun 2011-2014 : SMA Negeri 02 Sarolangun
4. Tahun 2014-2017 : Diploma III Akademi Kebidanan Deli Husada
Delitua
5. Tahun 2017-2018 : D-IV Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia

v
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LUAR
COVER DALAM
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.4.1. Manfaat Secara Teoritis ............................................................. 4
1.4.2. Manfaat Secara Praktis ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSATAKA ................................................................ 6
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. 6
2.2. Telaah Teori ......................................................................................... 7
2.2.1. Vulva Hygien ............................................................................. 7
2.2.2. Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas ........................... 11
2.2.3. Konsep Masa Nifas ..................................................................... 20
2.2.4. Konsep Pengetahuan ................................................................... 24
2.3. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29
3.1. Desain Penelitian .................................................................................. 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 29
3.2.1. Lokasi Penelitian ........................................................................ 29
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................................ 29
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................ 29
3.3.1. Populasi ...................................................................................... 29
3.3.2. Sampel ........................................................................................ 30
3.4. Kerangka Konsep ................................................................................. 30
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ....................................... 30

vi
3.5.1. Definisi Operasional................................................................... 30
3.5.2. Aspek Pengukuran ..................................................................... 31
3.6. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32
3.6.1. Jenis Data ................................................................................... 32
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 32
3.6.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................................... 33
3.7. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 36
3.8. Analisa Data ......................................................................................... 37
3.8.1. Analisis Univariat ....................................................................... 37
3.8.2. Analisis Bivariat ......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 39
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 39
4.1.1. Letak Geografis .......................................................................... 39
4.1.2. Visi dan Misi Klinik Suriani Sinaga .......................................... 39
4.1.3. Jenis Pelayanan .......................................................................... 40
4.2. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
4.2.1. Karakteristik Responden ............................................................ 40
4.2.2. Analisi Univariat ........................................................................ 41
4.2.3. Analisis Bivariat ......................................................................... 43
4.3. Pembahasan .......................................................................................... 44
4.3.1. Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2108 ................................... 44
4.3.2. Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Suriani Sinaga
Kecamatan .................................................................................. 45
4.3.3. Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik
Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018 ........... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 50
5.1. Kesimpulan........................................................................................... 50
5.2. Saran ..................................................................................................... 50
5.2.1. Aspek Teoritis ............................................................................ 50
5.2.2. Aspek Praktis ............................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ......................................................................... 30

viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran .................................. 31


Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas ..................... 35
Tabel 3.3. Hasil uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas ................. 37
Tabel 4.1. Karakteristik Responden ................................................................. 41
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Vulva Hygiene di
Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018...... 42
Tebel 4.3. Ditribusi Penyembuhan Luka Perenium di Klinik Suriani Sinaga
Kec Medan Marelan Tahun 2108 ..................................................... 42
Tabel 4.4. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Suriani
Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018 ............................. 43

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ............................................................................... 55


Lampiran 2 : Master Data Uji Validitas ...................................................... 57
Lampiran 3 : Master Data Penelitian ........................................................... 58
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas (Out Put) .................................................. 60
Lampiran 5 : Hasil Out put Penelitian ......................................................... 64
Lampiran 6 : Surat Survey Awal.................................................................. 68
Lampiran 7 : Surat Balasan Survey Awal .................................................... 69
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian ............................................................... 70
Lampiran 9 : Surat Balasan Izin Penelitian .................................................. 71
Lampiran 10 : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi .................................... 72
Lampiran 11 : Lembar Revisi Proposal ......................................................... 73
Lampiran 12 : Lembar Revisi Skripsi ............................................................ 74
Lampiran 13 : Lembar Bimbingan Proposal .................................................. 75
Lampiran 14 : Lembar Bimbingan Skripsi .................................................... 77
Lampiran 15 : Dokumentasi ........................................................................... 79

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka-luka

biasanya ringan, tetapi kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya, sehingga

setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Luka

bekas jahitan jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman

dan menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka,

bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina).

Ibu yang bersalin secara normal, beberapa ada yang tidak mengalami

robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses

persalinan. Namun ada yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk

memperlebar jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah

perineum yakni jaringan otot/kerampang antara anus dan vagina. Pengguntingan

jaringan otot perineum ini disebut tindakan episiotomi. Ibu nifas yang mengalami

luka perineum sangat rentan terhadap terjadinya infeksi, karena luka perineum

yang tidak dijaga dengan baik dan kebersihan daerah perineum yang tidak terjaga

kebersihannya akan sangat berpengaruh terhadap lama kesembuhan luka

perineum. (1)

Kasus ruptur perineum di Asia juga merupakan masalah yang cukup

banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum didunia terjadi di

asia.(2) Prevalensi ibu bersalin yang mengalami ruptur Perineum tahun 2016 di

Indonesia pada golongan umur 25 –30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin

1
2

usia 32–39 tahun sebesar 62%. (3) Di Indonesia laserasi atau luka perineum

dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan

bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan

perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan). (4)

Teknik perawatan dapat mempengaruhi kesembuhan luka jahitan perineum.

Teknik perawatan yang benar akan menyebabkan luka jahitan sembuh dengan baik.

Dan vulva hygiene yang baik akan mempengaruhi kecepatan kesembuhan luka jahitan

perineum. Semakin baik vulva hygiene maka semangkin cepat kesembuhan luka

jahitan perineum. (5)

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khurniawati tahun 2014,

yang berjudul “Hubungan Vulva Hygiene Dengan Lama Penyembuhan Luka

Perineum Di Wilayah Kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 7 responden yang melakukan vulva hygiene seluruhnya

mengalami penyembuhan luka perineum secara cepat sebanyak 7 responden. Dari

14 responden yang tidak melakukan vulva hygiene terdapat 2 responden yang

mengalami penyembuhan luka secara normal dan 12 responden yang mengalami

penyembuhan luka secara lambat. Hasil uji chi square menunjukkan ρ = 0,028 dan

α = 0,05 maka ρ < α berarti H1 diterima sehingga terdapat hubungan pelaksaaan

vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum.

Dari hasil survey yang saya lakukan di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan

Medan Marelan diperoleh jumlah ibu nifas pada bulan juni sebanyak 13 orang,

bulan Juli sebanyak 15 orang, dan bulan Agustus sebanyak 8 orang. Jadi jumlah

ibu nifas dari bulan juni-agustus sebanyak 36 ibu orang. Hasil wawancara

langsung dan observasi yang dilakukan peneliti pada 7 orang ibu post partum
3

normal yang ada pada saat pengambilan data awal, ditemukan 3 orang ibu

mengatakan membersihkan perineumnya hanya dengan air tanpa sabun antiseptik,

2 orang ibu mengatakan jarang mengganti pembalut sehingga mereka merasa

kurang nyaman serta bau vagina yang tidak enak, sedangkan 2 orang ibu lainnya

mengatakan tidak mencuci tangan sebelum membersihkan luka jahitan perineum

sehingga seringkali menimbulkan gatal-gatal.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan

Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2018”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan

Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018”.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan ibu nifas tentang Vulva

Hygiene Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu

Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018.


4

3. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Vulva Hygiene

Dengan Penyembuhan Luka Perineum Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2018.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat di gunakan secara teoritis maupun secara

praktis. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1.4.1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

sekurang kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan dan kesehatan terkait dengan vulva hygiene dengan penyembuhan

luka perineum.

1.4.2. Manfaat Secara Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat Menambah pengetahuan dan

pengalaman ibu tentang vulva hygiene dalam penyembuhan luka perineum

khususnya di klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun

2018.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya di klinik Suruani

Sinaga pentingnya mengetahui sosialisasi pencegahan infeksi dengan cara

vulva hygiene.
5

3. Bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan

Hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai sumber bacaan

diperpustakaan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan juga sebagai bahan

yang bermanfaat serta masukan untuk peningkatan dan memperluas

wawasan mahasiswa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

dapat mengembangkan penelitian yang telah ada ini dengan memperluas

variabel yang akan diteliti dan metode penelitian yang berbeda serta

tempat penelitian yang berbeda.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Harty yang berjudul “

Hubungan Vulva Hygiene Ibu Nifas Dengan Kesembuhan Luka Jahitan Perineum

Di Puskesmas Mergangsan Dan Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada Hubungan Vulva Hygiene Ibu Nifas Dengan

Kesembuhan Luka Jahitan Perineum Di Puskesmas Mergangsan Dan Puskesmas

Jetis Kota Yogyakarta. Hasilnya diperoleh nilai korelasional 0,659 dengan nilai P

0,000 (P <0,05). (5)

Hasil penelitian juga dilakukan oleh Krisnamurti yang berjudul

“Hubungan Antara Tindakan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Ibu Nifas Di BPS Tmm Djamini Damun”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 32 responden didapatkan 15 orang melakukan vulva

hygiene dengan baik. Dimana 13 orang luka perineumnnya dalam kategori baik.

Sedangkan dari 12 orang melakukan kebersihan vulva cukup dimana 15 orang

dengan luka perineum dalam kategori sedang. Setelah dilakukan uji chi square

ternyata ada hubungan antara vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum

ibu nifas. Vulva hygiene yang baik dan benar akan dapat mempercepat proses

penyembuhan luka perineumnya.(6)

Dan penelitian yang juga dilakukan oleh Khurniawati yang berjudul

“Hubungan Vulva Hygiene Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Di

Wilayah Kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto”. Hasil penelitian menunjukkan

6
7

bahwa dari 7 responden yang melakukan vulva hygiene seluruhnya mengalami

penyembuhan luka perineum secara cepat sebanyak 7 responden. Dari 14

responden yang tidak melakukan vulva hygiene terdapat 2 responden yang

mengalami penyembuhan luka secara normal dan 12 responden yang mengalami

penyembuhan luka secara lambat. Hasil uji chi square menunjukkan ρ = 0,028 dan

α = 0,05 maka ρ < α berarti H1 diterima sehingga terdapat hubungan pelaksaaan

vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum.(1)

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Vulva Hygien

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,

psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan

anus. Perawatan perineal (vulva hygiene) merupakan tindakan keperawatan

pemenuhan kebutuhan kebersihan daerah perineal atau vulva pada pasien yang

tidak mampu melakukannya sendiri. Tindakan ini biasa dilakukan pada pasien

post partum dan kasus ginekologi. (7)

Vulva hygiene adalah membersihkan daerah kemaluan dan sekitarnya pada

wanita. Daerahnya meliputi daerah genital dan perineal. Membersihkan daerah

genital tidah hanya dilakukan ketika mandi tetapi hendaknya juga dilakukan

setelah selesai buang air besar dan atau buang air kecil. Hal ini dilakukan karena

daerah tersebut merupakan sumber bakteri baik dari dalam maupun dari luar.

Bakteri dari luar ada karena daerah tersebut cenderung lembab. Adanya bakteri di

daerah tersebut merupakan resiko terjadinya infeksi saluran kencing (ISK).(1)


8

Vulva hygiene sangatlah penting untuk kesembuhan luka Perawatan luka

perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan

mempercepat penumbuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara

mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK atau BAB yang

dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus. Sebelum dan

sesudahnya ibu dianjurkan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti

minimal 2 kali sehari. (5) Adapun lingkup perawatan perineum adalah mencegah

kontaminasi dari rectum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena

trauma dan bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.(7)

Tindakan perawatan vulva hygiene bisa dilakukan minimal 2 x sehari dan

waktu yang lebih baik adalah pada pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang

air kecil atau buang air besar 4 jam sekali, terutama pada jahitan perineum tingkat

III, tujuan menjaga kebersihan vulva dan sekitarnya membantu dalam

penyembuhan luka dan menghindari infeksi.(6)

Sedangkan tujuan perawatan perineum pada ibu nifas adalah sebagai

berikut :

1. Menjaga kebersihan vulva

2. Memberikan rasa nyaman pada pasien, terutama pada ibu post partum

3. Mencegah terjadinya infeksi pada luka di daerah perineal

Vulva merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri

atas mons pubis, labia (labia mayora dan labia minora), klitoris, daerah ujung luar

vagina dan saluran kemih. Berikut adalah antomi dari vulva :


9

1. Mons pubis

Lapisan jarigan lemak yang terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini dapat

dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan

tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa.

2. Labia

Lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis. Terdiri dari

dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar), merupakan bibir yang tebal dan

besar dan labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis yang

menjaga jalan masuk ke vagina.

3. Klitoris

Merupakan organ kecil yang terletak pada pertemuan antara kedua labia

minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh

dengan sel syaraf sensorik dan pembuluh darah. Organ kecil ini sangat sensitif

dan berperan besar dalam fungsi seksual. Kebersihan daerah perineal ini

sangat penting diperhatikan pada pasien yang dirawat terutama pasien post

partum ataupun pasien dengan masalah ginekologi. Hygiene yang jelek pada

daerah perineal untuk pasien-pasien tersebut dapat meningkatkan risiko

terjadinya infeksi.

Waktu perawatan perineum adalah sebagai berikut :

1) Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka

maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang

tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian


10

pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan

pembersihan perineum.

2) Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar

terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu

pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan

perineum.

3) Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran

disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus

ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses

pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Manfaat vulva hygiene menurut APN (2009), adalah untuk menjaga agar

vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman, mencegah munculnya

keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal, menjaga Ph vagina tetap normal (3,5-4,5).

Jika vulva hygiene dilakukan dengan benar akan mempercepat kesembuhan luka

jahitan, karena perawatan yang baik akan menghambat terjadinya infeksi. Bila luka

kotor, maka penyembuhan sulit terjadi, kalaupun sembuah akan memberikan hasil

yang buruk. Selain itu jika luka tersebut sembuh dan tidak terjadi infeksi maka akan

menurunkan AKI.(5)
11

2.2.2. Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas

1. Pengertian

Penyembuhan luka adalah proses kinetik dan metabolik yang kompleks yang

melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam usaha untuk menutup tubuh dari

lingkungan luar dengan cara mengembalikan integritas jaringan. Pada setiap

perlukaan baik yang bersih maupun yang terinfeksi tubuh akan berusaha

melakukan penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan proses perbaikan

dan pergantian. (8)

Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh bidan.

Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi

karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan

angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi

merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (9)

Penyembuhan luka merupakan proses penggantian dan perbaikan fungsi

jaringan yang rusak. Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis.

Insisi bedah yang bersih merupakan contoh luka dengan sedikit jaringan yang

hilang.(10)

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal

yang terdiri dari praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan adanya

benda asing. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis,

penyakit ibu seperti anemia, diabetes dan obat-obatan.(11)

Proses penyembuhan luka perineum yang normal adalah 6 sampai 7 hari post

partum. Kategori penyembuhan luka perineum dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :


12

a. Normal : penyembuhan luka ≤ 7 hari.

b. Lambat : penyembuhan luka >7 hari.(12)

Perawatan luka perineum merupakan salah satu cara untuk mencegah

terjadinya infeksi perlukaan jalan lahir. Perawatan perineum terdiri dari 3 teknik,

yaitu teknik dengan memakai antiseptik, tanpa antiseptik dan cara tradisional. (13)

Penyembuhan luka perineum proses mulai membaiknya luka perineum dengan

terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7

hari post partum. Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention)

yang terjadi ketika tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika

luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang

kosong. Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan

kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses

sekunder (secondary intention) terdapat defisit jaringan yang membutuhkan waktu

yang lebih lama. (8)

Pengkajian akurat pada cairan perineum sangat penting dalam memutuskan

apakah perlu atau tidaknya penjahitan. Jika luka erineum tidak bersatu dan atau

jika terdapat deficit jaringan, akan mengakibatkan ruang kosong, membutuhkan

proses penyembuhan sekunder dengan peningkatan granulasi dan kemungkinan

peningkatan pembetukan jaringan parut, serta waktu penyembuhan yang lebih

lama. Luka jahitan yang rusak tepian lukanya dibiarkan terbuka dan penyembuhan

terjadi dari bawah luka melalui jaringan granulasi dan kontrakasi luka (proses

sekunder). Proses ini hanya terjadi pada jahitan perineum yang terbuka (dengan

atau tanpa infeksi). Penghambat keberhasilan penyembuhan luka menurut Boyle


13

adalah sebagai berikut: malnutrisi, merokok, kurang tidur, stress, kondisi medis

dan terapi, asuhan kurang optimal dan infeksi.(8)

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena adanya

kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan.

Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler, dan terbentuknya senyawa kimia

sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling

terkait pada proses penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki

mekanisme untuk mengembalikan komponenkomponen jaringan yang rusak

dengan membentuk struktur baru dan fungsional. (14)

Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang

bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi,

imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi metabolik. Proses penyembuhan

luka dibagi ke dalam lima tahap, meliputi tahap homeostasis, inflamasi, migrasi,

proliferasi, dan maturasi.(14)

Pendarahan biasanya terjadi ketika kulit mengalami luka dan menyebabkan

bakteri maupun antigen keluar dari daerah yang mengalami luka. Pendarahan juga

mengaktifkan sistem homeostasis yang menginisiasi komponen eksudat, seperti

faktor pembekuan darah. Fibrinogen di dalam eksudat memiliki mekanisme

pembekuan darah dengan cara koagulasi terhadap eksudat (darah tanpa sel dan

platelet) dan pembentukan jaringan fibrin, kemudian memproduksi agen

pembekuan darah dan menyebabkan pendarahan terhenti. Keratinosit dan

fibroblast memiliki peran penting dalam proses penyembuhan luka. Keratinosit

akan menstimulasi fibroblas untuk mensintesis faktor pertumbuhan, lalu akan


14

terjadi stimulasi proliferasi keratinosit. Selanjutnya, fibroblas mendapatkan

fenotipe miofibroblas di bawah control dari keratinosit. Hal ini dipengaruhi oleh

keseimbangan antara proinflamator atau pembentukan faktor pertumbuhan (TGF)-

β-dominated.

Homeostasis memiliki peran protektif yang membantu dalam penyembuhan

luka. Pelepasan protein yang mengandung eksudat ke dalam luka

menyebabkan vasodilatasi dan pelepasan histamin maupun serotonin. Hal ini

memungkinkan fagosit memasuki daerah yang mengalami luka dan memakan sel-

sel mati (jaringan yang mengalami nekrosis). Eksudat adalah cairan yang

diproduksi dari luka kronik atau luka akut, serta merupakan komponen kunci

dalam penyembuhan luka, mengaliri luka secara berkesinambungan dan menjaga

keadaan tetap lembab. Eksudat juga memberikan luka suatu nutrisi dan

menyediakan kondisi untuk mitosis dari sel-sel epitel.

2. Tahap-Tahap Penyembuhan Luka

1. Tahap Inflamasi

Pada fase inflamasi biasanya terjadi 24 jam pertama–48 jam. Pada tahap

inflamasi akan terjadi udema, ekimosis, kemerahan, dan nyeri. Inflamasi

terjadi karena adanya mediasi oleh sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, dan

efek terhadap reseptor. Selanjutnya adalah tahap migrasi, yang merupakan

pergerakan sel epitel dan fibroblas pada daerah yang mengalami cedera untuk

menggantikan jaringan yang rusak atau hilang. Sel ini meregenerasi dari tepi,

dan secara cepat bertumbuh di daerah luka pada bagian yang telah tertutup

darah beku bersamaan dengan pengerasan epitel.


15

2. Tahap Proliferasi

Tahap proliferasi terjadi secara simultan dengan tahap migrasi dan proliferasi

sel basal, yang terjadi selama 48 jam–5 hari. Tahap proliferasi terdiri dari

neoangiogenesis, pembentukan jaringan yang tergranulasi, dan epitelisasi

kembali. Jaringan yang tergranulasi terbentuk oleh pembuluh darah kapiler

dan limfatik ke dalam luka dan kolagen yang disintesis oleh fibroblas dan

memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel kemudian mengeras dan

memberikan waktu untuk kolagen memperbaiki jaringan yang luka.

Proliferasi dari fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung selama dua

minggu.

3. Tahap Maturasi

Tahap maturasi berkembang dengan pembentukkan jaringan penghubung

selular dan penguatan epitel baru yang ditentukan oleh besarnya luka,

biasanya terjadi lebih 5 hari. Jaringan granular selular berubah menjadi massa

aselular dalam waktu beberapa bulan sampai 2 tahun. (14)

3. Cara penyembuhan Luka

Cara penyembuhan luka melalui beberapa intensi penyembuhan antara lain:

1) Penyembuhan primer yaitu penyembuhan yang terjadi tanpa penyulit.

Pembentukan jaringan granulasi sangat minimal

2) Penyembuhan sekunder adalah penyembuhan yang terjadi dengan

pembentukan jaringan granulasi sebelum terjadi jaringan epitelialisasi.

3) Penyembuhan tertier adalah penyembuhan yang dalam prosesnya dibantu

dengan tindakan bedah agar luka tertutup.(8)


16

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Faktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka sebagai berikut:

1. Usia

Dengan bertambahnya usia, acapkali mudah untuk terjadinya gangguan

sirkulasi dan koagulasi berkaitan dengan mulai menurunnya beberapa fungsi

tubuh. Selain itu, respons inflamasi yang lebih padat dan penurunan aktivitas

fibroblast. Hal tersebut berpengruh terhadap semua penyembuhan luka. (15)

Usia dapat menganggu semua tahap penyembuhan luka seperti: perubahan

vaskuler menganggu sirkulasi ke daerah luka, penurunan fungsi hati

menganggu sintesis faktor pembekuan, respons inflamasi lambat,

pembentukan antibody dan limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak,

jaringan parut kurang elastis. Usia reproduksi sehat adalah usia yang aman

bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu usia 20-35 tahun. Kulit

utuh pada dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik

terhadap trauma mekanis dan juga infeksi, begitupun yang berlaku pada

efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi yang

memungkinkan penyembuhan luka lebih cepat. Seiring dengan bertambahnya

usia, perubahan yang terjadi di kulit yaitu frekuensi penggunaan sel epidermis,

respon inflamasi terhadap cedera, persepsi sensoris, proteksi mekanis, dan

fungsi barier kulit. Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan

pertumbuhan atau kematangan usia seseorang, namun selanjutnya proses

penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat

memperlambat proses penyembuhan luka.


17

2. Tipe Operasi

Persalinan seksio sesarea jenis Lower-Segmen Cesarean Birth lebih cepat

mengalami penyembuhan dibandingkan dengan persalinan seksio sesarea type

classic. Hal ini terjadi karena pembuluh darah yang tersayat lebih sedikit pada

persalinan seksio sesarea jenis Lower-Segmen Cesarean Birth dibandingkan

dengan persalinan seksio sesarea type classic sehingga resiko tinggi terjadinya

perdarahan dan infeksi pada ibu lebih kecil dibandingkan dengan persalinan

yang dilakukan dengan persalinan seksio sesarea type classic.

3. Tipe Tubuh

Tipe tubuh kemungkinan dapat memengaruhi proses penyembuhan luka. Pada

pasien yang bertubuh gemuk dengan jumlah lemak subkutan dan jaringan

lemak yang memiliki sedikit pembuluh darah berpengruh terhdap kelancaran

sirkulasi dan oksigenisasi jaringan sel yang akan memengaruhi proses

penyembuhan luka. Hal ini berbeda pada pasien yang memiliki berat badan

ideal.

4. Kesehatan Secara Umum

Pasien dengan status kesehatan yang baik memiliki persediaan imunitas yang

memadai yang digunakan dalam proses penyembuhan luka. Sebaliknya,

pasien dengan status kesehatan yang kurang baik apalagi buruk memiliki

persediaan imunitas yang tidak memadai sehingga tidak cukup jumlahnya

untuk digunakan dalam proses penyembuhan luka. Hal tersebut dapat

mempersulit proses penyembuhan luka.


18

5. Nutrisi

Nutrisi yang berperan penting dalam penyembuhan luka terutama nutrisi yang

mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Nutrisi yang mengandung

protein akan meningkatkan perbaikan sel-sel yang rusak serta meningkatkan

daya imunitas tubuh. Hal ini sesuai dengan fungsi protein, yaitu sebagai zat

pembentukan antibody, pengangkut zat gizi, dan pengganti jaringan yang

rusak. Nutrisi yang mengandung lemak penting dalam pembentukan energy

dan sebagai zat pelarut vitamin A, D, E, dan K. Vitamin A, D dan E memiliki

peranan dalam imunitas tubuh. Vitamin K berperan penting dalam pembekuan

darah dan pembentukan tulang. Nutrisi yang mengandung karbohidrat

berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energy selama proses

penyembuhan luka dan menghindarkan protein dan lemak untuk melakukan

katabolisme.

Status Nutrisi merupakan ekpresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variable tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable

tertentu. Contohnya gondok endemik merupakan keadaan ketidak seimbangan

antara pemasukan dan pengeluarkan yodium dalam tubuh yang merupakan

akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan 4

klasifikasi, status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Metode penilaian status

gizi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penelitian secara langsung

diantaranya adalah antropometri, klinis, biokimia dan bio fisik, sedangkan

penilaian secara tidak langsung diantaranya adalah survey konsumsi pangan,

statistik vital, dan factor ekologi. Metode penilaian status gizi secara langsung
19

yaitu, penilaian antropometri dan penilaian status gizi berdasarkan indeks

massa tubuh dengan rumus berikut IMT = BB(kg)/TB(m)2. Nutrisi dalam

perawatan luka nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Kita

ketahui bahwa status nutrisi pada seseorang adalah factor utama yang

mempengaruhi proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh agar

tetap sehat.(16)

6. Mobilisasi

Mobilisasi akan meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan

oksigenasi ke sel yang akan membantu proses penyembuhan luka. Banyak

penelitian yang menemukan, bahwa mobilsasi dini memiliki pengaruh

terhadap penyembuhan luka operasi seksio sesarea. Sebaliknya, apabila

pasien tidak didukung dan dibantu untuk melakukan mobilisasi dini, maka

proses penyembuhan luka berlangsung lama. Apabila seseorang tidak

melakukan mobilisasi dini maka involusi menjadi kurang baik sehingga sisa

darah yang ada dalam uterus tidak dapat dikeluarkan sehingga menyebabkan

infeksi. Dengan mobilisasi dini, maka uterus akan berkontraksi dengan baik

sehingga fundus uteri akan mengeras dan membentuk penyempitan pembuluh

darah yang terbuka. Dengan demikian, resiko perdarahan abnormal dapat

dihindarkan.

Sedangkan menurut Wulandari (2013), proses penyembuhan luka perineum

pada ibu postpartum dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penyembuhan luka dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor–faktor eksternal yang mempengaruhi penyembuhan luka


20

meliputi: lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, kondisi ibu,

pemberian antibiotik, personal hygiene. Sedangkan faktor– faktor internal yang

mempengaruhi penyembuhan luka terdiri dari: usia, trauma jaringan atau infeksi,

penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia, faktor lokal edema, defisit nutrisi,

personal hygiene, defisit oksigen,jenis persalinan,jenis luka jahitan luka perineum,

kadar hemoglobin.(8)

2.2.3. Konsep Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari

menurut hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting sekali untuk

terus dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan Rahim, sama halnya seeperti

masa haid.(17)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu.(18)

2. Klasifikasi Masa Nifas

1. Puerperium dini : masa kepulihan adalah saat-saat ibu diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ organ

genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :


21

1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokiaa, tekanan darah dan suhu

2) Periode early postpartum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak

ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik

3) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB

3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1. Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat genetalia interna dan eksterna berangsurangsur

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetalia

ini dalam keseluruhannya disebut involusio. Lochea yaitu cairan yang berasal dari

luka kavum uteri yaitu luka plasenta yang dikeluarkan melalui vagina pada masa

nifas. Klasifikasi Lochea yaitu:

1) Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah kehitaman, terdiri dari darah segar,

jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut

bayi), dan sisa mekoneum.


22

2) Sanguinolenta 4-7 hari Merah kecoklatan dan berlendir Sisa darah

bercampur lender.

3) Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak

serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/ laserasi plasenta

4) Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel,

selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati.

2. Sistem Percernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya

disebabkan makanan padat dan kurang serat selama persalinan. Disamping itu

rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan perineum.

Namun buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari setelah persalinan.

3. Sistem Perkemihan

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan

relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam

jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam stelah melahirkan.

4. Sistem Muskuloskeletal

Ligament – ligament, fasia, diafragma pelvis yang meregang sewaktu

kehamilan dan persalinan berangsur kembali seperti semula. Tidak jarang

ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia

jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan

latihan – latihan tertentu.


23

5. Tanda-tanda Vital

Suhu badan di hari pertama post partum naik sedikit (37,5–380 C) sebagai

akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Nadi

normal orang dewasa 60 – 80 kali per menit sehabis melahirkan denyut nadi

bisa lebih cepat.

6. Sistem kardiovaskuler dan Sistem Hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya sel – sel darah putih sampai banyak di

masa persalinan. Leukosit tetap tinggi pada hari pertama postpartum akan

tetapi jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit sangat bervariasi pada

awal – awal masa nifas.

7. Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistim endokrin antara lain : perubahan hormone

plasenta, hormone pituitary, kadar esterogen dan hipotalamik pituatary

ovarium.(19)

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah dan

mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi :

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah  Mencegah terjadinya perdarahan pada masa
persalinan nifas
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
 Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
 Mengajarkan cara mempererat hubungan
24

antara ibu dan bayi baru lahir


 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah  Memastikan involusi uteri berjalan normal,
persalinan uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
dan tidak ada bau
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau kelainan pasca melahirkan
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit
 Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat,
dan bagaimana menjaga bayi agar tetap
hangat
3 2 minggu Sama seperti diatas
setelah
persalinan
4 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang ia atau bayinya alami
persalinan  Memberikan konseling KB secara dini

2.2.4. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” , dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga . (20)

1. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan


25

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang

cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

1) Pengingat

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai

abstraksi pemahaman / materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi konkrit / kondisi riil (sebenarnya)

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan menguraikan atau menjabarkan suatu

integritas atau suatu obyek menjadi unsur-unsur atau bagian- bagian

sehingga susunannya dapat dimengerti. Untuk dapat melakukan analisis

ini harus dilandasi oleh kemampuan ibu pada ketiga tingkatan sebelumnya.

Sebab, kemampuan analisis ini menyangkut pemahaman yang

komprehensif untuk dapat memilah menjadi bagian-bagian yang terpadu.


26

5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan kembali unsur-unsur atau

bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Atau dengan istilah lain, sintesis ini

menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen , yang jawabannya sering

tidak pasti, tetapi kemampuan ini akan dapat meningkatkan kreatifitas

yang diakibatkan seseorang menemukan hubungan kausal dari suatu

kejadian.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi.(20)

2. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.


27

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (3 lingkungan)

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi. (20)

3. Kategori Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam buku Wawan, pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :(20)
28

1. Baik : hasil presentase 76%-100%

2. Cukup : hasil presentase 56%-75%

3. Kurang : hasil presentase <56%

2.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada , tinjauan pustaka , kerangka konsep, dan

tujuan, maka hipotesis penelitian ini adalah : “Ada Hubungan Pengetahuan Vulva

Hygiene Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani

Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018”.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik adalah penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu untuk mengetahui

Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan

Luka Perineum Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun

2018.(21)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan. Klinik

Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan.(21)

3.2.2. Waktu Penelitian

Langkah awal penelitian ini dimulai dari survey awal, pengajuan judul,

kepustakaan, pengambilan data, konsul proposal yang dilakukan dari bulan Juni

sampai dengan bulan September 2018.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi yang menjadi sasaran penelitian berhubungan dengan

sekelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-benda, ataupun

peristiwa.(21)

29
30

Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah keseluruhan ibu nifas

di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan mulai bulan Juni-Agustus

dengan jumlah 36 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah Total Population yaitu seluruh populasi akan dijadikan

sampel yaitu jumlah ibu nifas mulai bulan Juni-Agustus dengan jumlah 36 orang.

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Adapun kerangka konseptual

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Tentang Penyembuhan Luka Perineum

Vulva Hygiene Ibu Nifas

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel pengetahuan.

Aspek Pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur
31

(instrument), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk

menilai suatu variabel.

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :

1. Viriabel Independen

Pengetahuan adalah membagikan kuisoner tentang vulva hygiene kepada ibu

nifas untuk memperoleh data secara langsung dari responden.

2. Variabel Dependen

Penyembuhan luka perineum adalah membagikan lembar observasi untuk

mengetahui lama sembuhnya luka perineum pada ibu post partum dengan

lama penyembuhan 6-7 hari post partum.

3.5.2. Aspek Pengukuran

TABEL 3.1.
Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

Definisi Alat Skala


No Variabel Hasil ukur Value
Operasional ukur ukur
1 Pengetahuan Segala sesutau Kuesioner Baik (76- 3 Ordinal
Tentang yang sebanyak 100%) 2
Vulva diketahui ibu 20 Soal Cukup (56- 1
Hygiene nifas tentang 75%)
Tindakan Kurang (<56%)
membersihkan
area vagina
ibu untuk
mencegah
terjadinya
infeksi yang
dilakukan
pada saat
mandi, BAK
dan BAB
32

Definisi Alat Skala


No Variabel Hasil ukur Value
Operasional ukur ukur
2 Penyembuhan Lama Lembar Normal (≤ 7 2 Ordinal
Luka sembuhnya Observasi Hari) 1
luka Lambat (7
perineum Hari)
pada ibu post
partum
dengan lama
penyembuhan
6-7 hari post
partum

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

1. Data Primer

2. Data Skunder

3. Data Tertier

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat

oleh peneliti yang berdasarkan konsep teoritisnya dengan terlebih dahulu

memberikan penjelasan singkat tentang tujuan dan penelitian serta cara pengisian

kuesioner dan dinyatakan kepada responden apabila ada hal-hal yang tidak

dimengerti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil dokumentasi oleh pihak

lain, misalnya rekam medic, rekapitulasi nilai, data kunjungan pasien, dan lain-

lain.(21)
33

3. Data Tertier

Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah dipublikasikan,

misalnya WHO, SDKI 2012 (Survei Demografi Kesehatan Indonesia), Riskesdas

Tahun 2013 (Riset Kesehatan Dasar). Adapun data tertier dalam penelitian ini

adalah menggunakan data SDKI 2012 (Survei Demografi Kesehatan Indonesia).

3.6.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji korelasi

antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut.

Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna (construct

validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti

semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang

∑kita ukur. Pengujian validitas konstruk dengan SPSS adalah menggunakan

Korelasi, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah

positif, dan nilai probabilitas korelasi (sig.(2-tailed)) ≤ taraf signifikan (α) sebesar

0,05.

𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
√{𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 }(𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }

Keterangan :
RXY : kolerasi antar valiabel X dan Y
N : Jumlah Pasien
∑X : Jumlah skor total distribusi X
∑Y : Jumlah skor total distribusi Y
34

∑XY : Jumlah perkalian skor X dan Y


∑X2 : Jumlah kuadrat skor distribusi X
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor distribusi Y

TABEL 3.2.
Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas

No. Item
Nilai r-hitung r-tabel Keterangan
Pertanyaan
1 0,771 0,444 Valid
2 0,771 0,444 Valid
3 0,935 0,444 Valid
4 0,935 0,444 Valid
5 0,771 0,444 Valid
6 0,689 0,444 Valid
7 0,807 0,444 Valid
8 0,807 0,444 Valid
9 0,644 0,444 Valid
10 0,771 0,444 Valid
11 0,771 0,444 Valid
12 0,689 0,444 Valid
13 0,807 0,444 Valid
14 0,807 0,444 Valid
15 0,644 0,444 Valid
16 0,807 0,444 Valid
17 0,644 0,444 Valid
18 0,771 0,444 Valid
19 0,771 0,444 Valid
20 0,689 0,444 Valid

Berdasarkan tabel 3.2 hasil uji validitas pada 20 item pernyataan kuisoner

pengetahuan ibu nifas di dapatkan 20 kuisoner valid dengan r-hitung > r-tabel

dimana seluruh item kuisoner valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini dapat menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua
35

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama. Kuesioner sebagai alatukur untuk gejala-gejala sosial (non fisik) harus

mempunyai reliabilitas yang tinggi.untuk itu sebelum digunakan peneltian harus

dites (diuji coba) sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba tersebut diuji dengan tes

menggunakan rumus korelasi pearson (pearson correlation), seperti di atas. Perlu

dicatat, bahwa perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-

pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung

validitas terlebih dahulu sebelum menghitung reliabilitas.

𝑘 1 − ∑𝜎1
𝑟11 [ ][ ]
𝑘−1 𝜎1

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen Cronbach Alpha

k : Banyaknya butir pertanyaan

∑σ12 : Jumlah varian skor total

σ1 2 : Varians responden untuk item ke-i

TABEL 3.3.
Hasil uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas

Cronbach Alpha (α) N.Of Items


0,962 20

Berdasarkan tabel 3.3 hasil uji reliabilitas pengetahuan ibu nifas Nilai

Cronbach’s Alpha (reliabilitas) yang diperoleh jika dibandingkan dengan r

product moment pada tabel dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka tes tersebut

reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas diatas yang dilakukan pada 20 orang ibu nifas
36

di peroleh koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,962. Oleh karena nilai

Cronbach’s Alpha > rtabel maka dapat dinyatakan reliabel (handal)

3.7. Metode Pengolahan Data

Menurut Muhammad I, data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Proses Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun

observasi.

2. Proses Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga

pengolahan data memberikan hasil yang valid dan reliabel ; dan terhindar

dari bias.

3. Proses Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-

variabel yang diteliti,misalnya nama responden dirubah menjadi

1,2,3,......,42.

4. Proses Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program komputer yang digunakan untuk “entry data” penelitiyaitu

program SPSS for Windows.


37

5. Proses Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah

sesuai dengan kebutuhan dari penelitian. (22)

3.8. Analisa Data

Analisis merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting.

Kegiatan ini digunakan untuk memanfaatkan data sehingga dapat di peroleh suatu

kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesis. Adapun analisis yang

dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan

pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam

bentuk table distribusi frekuensi.

3.8.2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menghubungkan

antara dua variabel, variabel bebas dengan variabel terikat dalam hal ini peneliti

mencari Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2018.

Digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah chi square. Dan

menggunakan alat perangkat computer dengan batas kemaknaan α = 0,05 artinya

apabila value (probabilitas) ≤ 0,05 (Ho, di tolak) yang berarti Ada Hubungan
38

Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu

Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Klinik Suriani Sinaga Jl Young Panah Hijau Gg Tambak Kel Labuhan Deli

Kec Medan Marelan, Klinik ini terdiri dari beberapa ruangan dan dilengkapi

dengan alat-alat yang lengkap, yaitu satu ruang anamnesa, satu ruang pemeriksaan

dengan satu tempat tidur, satu ruangan persalinan,satu ruangan rawat inap yang

dilengkapi dengan kipas angin, satu ruangan tunggu dan terdapat satu orang

pegawai.

4.1.2. Visi dan Misi Klinik Suriani Sinaga

1. Visi Klinik Suriani

“Menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan kesehatan”

2. Misi Klinik Suriani

1) Sebagai mitra pemerintah maupun swasta dalam dalam memberikan

pelayanan prefentif, kuratif dan rehabilitatif dan komperenshif dan

berkesinambungan.

2) Memberikan pelayanan medis dasar yang berbasis hemat dan terjangkau.

3) Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, bermutu dan

terjangkau.

4) Menumbuhkan kesadaran budaya hidup sehat.

5) Menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar.

39
40

4.1.3. Jenis Pelayanan

Jenis layanan di Klinik Suriani Sinaga adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan rawat jalan

2) Pelayanan pengobatan umum

3) Pelayanan kesehatan ibu dan anak

4) Pelayanan kebidanan keluarga berencana (KB)

5) Sirkumsisi

6) Penyuluhan

7) Laboratorium: tes kehamilan, tes gula darah

8) Menerima peserta BPJS dan selalu siap melakukan program pelayanan

kesehatan.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan Juni-Agustus terhadap 36

responden untuk mengetahui Hubungan antara Pengetahuan Vulva Hygiene

Dengan Penyembuhan Luka Perenium Pada Ibu Nifas di Klinik Suriani Sinaga

Kec Medan Marelan Tahun 2018 maka dapat di lihat karakteristik responden pada

tabel dibawah ini:

TABEL 4.1.
Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah (f) Presentase (%)
1 Umur
a. <20 dan >35 Tahun 14 38,9
b. 20-35 Tahun 22 61,1
Total 36 100
41

No Karakteristik Responden Jumlah (f) Presentase (%)


2 Pendidikan
a. SD 11 30,6
b. SMP 17 47,2
c. SMA 18 22,2
Total 36 100
3 Pekerjaan
a. Tidak bekerja 19 52,8
b. Bekerja 17 47,2
Total 36 100

Berdasarkan tabel 4.1. karakteristik responden dari 36 responden paling

banyak berumur <20 dan >35 tahun sebanyak 14 responden (38,9%), pekerjaan

responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak 19 responden (57,8%),

pendidikan responden sebagian besar pada tingkat SD sebanyak 11 responden

(30,6%) dan tingkat SMP sebanyak 17 responden (47,2%), dan tingkat SMA

sebanyak 18 responden (22,2%).

4.2.2. Analisi Univariat

1. Pengetahuan Ibu Tentang Vulva Hygiene

Distribusi frekuensi ibu nifas tentang vulva hygiene di Klinik Suriani Sinaga

Jl Young Panah Hijau Gg Tambah Kel Labuhan Deli Kec Medan Marelan Tahun

2018, dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

TABEL 4.2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Vulva Hygiene di Klinik Suriani
Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018

Pengetahuan Ibu Jumlah


Nifas F %
Kurang 16 44,4
Cukup 14 38,9
Baik 6 16,7
Total 36 100
42

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi

pengetahuan ibu tentang vulva hygiene di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2018 yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16

responden (44,4%),yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden

(38,9%),dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 responden (16,7%).

2. Penyembuhan Luka Perenium

Distribusi frekuensi penyembuhan luka perenium di Klinik Suriani Sinaga

Kec Medan Marelan Tahun 2018, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TEBEL 4.3.
Ditribusi Penyembuhan Luka Perenium di Klinik Suriani Sinaga Kec Medan
Marelan Tahun 2108

Penyembuhan Luka Jumlah


No
Perenium F %
1 Lambat 24 66,7
2 Normal 12 33,3
Total 36 100

Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui distribusi penyembuhan luka

perineum di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018 yang

memiliki penyembuhan luka perineum lambat sebanyak 24 responden (66,7%)

dan yang memiliki penyembuhan luka perineum normal sebanyak 12 responden

(33,3%).
43

4.2.3. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka


Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2018
Hasil tabulasi silang antara hubungan pengetahuan vulva hygiene dengan

penyembuhan luka perineum pada Ibu Nifas di klinik suriani sinaga kecamatan

medan marelan tahun 2018, dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;

TABEL 4.4.
Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2018

Penyembuhan luka perineum


Pengetahuan
No Lambat Normal Jumlah Asymp.Sig
Ibu Nifas
f % f % f %
1 Kurang 16 44,4 0 0 16 44,4
2 Cukup 8 22,2 6 16,7 14 38,9 0,000
3 Baik 0 0 6 33,3 6 16,7
Total 24 66,7 12 33,3 36 100

Berdasarkan tabel 4.4. Menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan

pengetahuan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum di Klinik Suriani

Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018, Menunjukkan bahwa dari 16

responden (44,4%) yang berpengetahuan kurang, terdapat 16 responden (44,4%)

mengalami penyembuhan luka perineum nya lambat, dan 0 responden yang

memiliki penyembuhan luka perineum normal, dan dari ibu 14 responden (38,9%)

yang berpengetahuan cukup terdapat 8 responden (22,2%) yang mengalami

penyembuhan luka perineum lambat sebanyak 6 responden (16,7%), Dan dari 6

responden (16,7%) yang berpengetahuan baik terdapat 0 responden, yang

mengalami penyembuhan luka perineum normal 6 responden (33,3%).


44

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square, diperoleh hasil

perhitungan p value = 0,001 < α = 0,05. Kesimpulannya terdapat Hubungan

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018

4.3. Pembahasan

4.3.1. Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka


Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2108

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hasil uji statistik dengan

menggunakan uji chi square, diperoleh hasil perhitungan p value = 0,001 < α =

0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya terdapat Hubungan

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018.

Hasil penelitian juga dilakukan oleh Krisnamurti yang berjudul

“Hubungan Antara Tindakan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Ibu Nifas Di BPS Tmm Djamini Damun”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 32 responden didapatkan 15 orang melakukan vulva

hygiene dengan baik. Dimana 13 orang luka perineumnnya dalam kategori baik.

Sedangkan dari 12 orang melakukan kebersihan vulva cukup dimana 15 orang

dengan luka perineum dalam kategori sedang. Setelah dilakukan uji chi square

ternyata ada hubungan antara vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum

ibu nifas. Vulva hygiene yang baik dan benar akan dapat mempercepat proses

penyembuhan luka perineumnya.(6)


45

4.3.2. Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan


Hal ini sejalan dengan penelitian yang juga dilakukan oleh Khurniawati

yang berjudul “Hubungan Vulva Hygiene Dengan Lama Penyembuhan Luka

Perineum Di Wilayah Kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 7 responden yang melakukan vulva hygiene seluruhnya

mengalami penyembuhan luka perineum secara cepat sebanyak 7 responden. Dari

14 responden yang tidak melakukan vulva hygiene terdapat 2 responden yang

mengalami penyembuhan luka secara normal dan 12 responden yang mengalami

penyembuhan luka secara lambat. Hasil uji chi square menunjukkan ρ = 0,028 dan

α = 0,05 maka ρ < α berarti H1 diterima sehingga terdapat hubungan pelaksaaan

vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum.(1)

Penyembuhan luka adalah proses kinetik dan metabolik yang kompleks

yang melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam usaha untuk menutup tubuh dari

lingkungan luar dengan cara mengembalikan integritas jaringan. Pada setiap

perlukaan baik yang bersih maupun yang terinfeksi tubuh akan berusaha

melakukan penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan proses perbaikan

dan pergantian. (8)

Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh

bidan. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengendalian

infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga

menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post

operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (9)

Penyembuhan luka merupakan proses penggantian dan perbaikan fungsi

jaringan yang rusak. Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis.


46

Insisi bedah yang bersih merupakan contoh luka dengan sedikit jaringan yang

hilang.(10) Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor

lokal yang terdiri dari praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan adanya

benda asing. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis,

penyakit ibu seperti anemia, diabetes dan obat-obatan.(11) Proses penyembuhan

luka perineum yang normal adalah 6 sampai 7 hari post partum. Kategori penyembuhan

Menurut asumsi sendiri hasil penelitian diketahui penyembuhan luka

terhadap ibu nifas di kategorikan lambat sebanyak 24 responden. Hal ini

mencerminkan bahwa masih banyak ibu dengan penyembuhan luka normal, hal

ini dapat menyebabkan penyembuhan luka selain itu ibu yang selesai bersalin

sering mengatakan lama dalam penyembuhan luka di karenakan karna kurang nya

mengerti bagaimana cara merawat penyembuhan luka perenium dan cara vulva

hygiene pada anak pertama. Sebaliknya ibu dengan anak 3 seharusnya mempunyai

pengalaman yang lebih banyak tetapi kenyataan penyembuhan luka tetap lambat

diakibatkan kurang mengertinya bagaimana cara perawatan penyembuhan luka

perineum.

4.3.3. Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka


Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2018
Berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji statistic diperoleh nilai

p+=0,017dengan derajat kemaknaan (a=0,05) sehingga didapatkan bahwa p<a,

berarti Ha diterima artinya ada hubungan pengetahuan vulva hygiene dengan

penyembuhan luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Suriani Sinaga Kec Medan

Marelan Tahun 2018.


47

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,

psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan

anus. Perawatan perineal (vulva hygiene) merupakan tindakan keperawatan

pemenuhan kebutuhan kebersihan daerah perineal atau vulva pada pasien yang

tidak mampu melakukannya sendiri. Tindakan ini biasa dilakukan pada pasien

post partum dan kasus ginekologi. (7)

Vulva hygiene adalah membersihkan daerah kemaluan dan sekitarnya pada

wanita. Daerahnya meliputi daerah genital dan perineal. Membersihkan daerah

genital tidah hanya dilakukan ketika mandi tetapi hendaknya juga dilakukan

setelah selesai buang air besar dan atau buang air kecil. Hal ini dilakukan karena

daerah tersebut merupakan sumber bakteri baik dari dalam maupun dari luar.

Bakteri dari luar ada karena daerah tersebut cenderung lembab. Adanya bakteri di

daerah tersebut merupakan resiko terjadinya infeksi saluran kencing (ISK).(1)

berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan

mempengaruhi perilaku dalam penyembuhan luka perineum hal ini dapat akibat

dari hasil penelitian bahwa sevagian besar ibu yang berpengetahuan kurang

tentang penyembuhan luka perineum. Kurang nya pengetahuan ibu dapat di

pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu dimana sevagian besar berpendidikan SD,

SMP, SMA. Pendidikan yang rendah cenderung memiliki pengetahuan yang

kurang dan lambat dalam merespon semua informasi yang diterimanya, sehingga

kurang memahami pentingnya vlva hygiene dengan penyembuhan luka , Dan pada

penelitian ini saya menemukan bahwa kurangnya pengetahuan ibu dalam vulva
48

hygiene pada penyembuhan luka perineum nya dikarenakan bidannya kurang

dalam melakukan penyuluhan ANC dan Post Partum sehingga menghambat

dalam penyembuhan luka perineumnya,

Namun dalam penelitian ini dari 16 responden berpengetahuan kurang, 24

responden dengan penyembuhan luka lambat. Hal ini dapat juga di sebabkan oleh

faktor kurang nya pengetahuan ibu tentang vulva hygiene dengan penyembuhan

luka perineum. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci

daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK atau BAB yang dimulai

dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya

ibu dianjurkan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali

sehari. Adapun lingkup perawatan perineum adalah mencegah kontaminasi dari

rectum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma dan

bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

Tindakan perawatan vulva hygiene bisa dilakukan minimal 2 x sehari dan

waktu yang lebih baik adalah pada pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang

air kecil atau buang air besar 4 jam sekali, terutama pada jahitan perineum tingkat

III, tujuan menjaga kebersihan vulva dan sekitarnya membantu dalam

penyembuhan luka dan menghindari infeksi.

Namun penelitian ini juga didapat dari 6 responden yang berpengetahuan

baik, 12 responden penyembuhan luka normal. Hal ini di sebabkan selama hamil

ibu tidak melakukan perawatan vulva hygiene, dan vulva hygiene dilakukan pasca

persalinan, maka akan menimbulkan beberapa masalah misalnya penyembuhan


49

luka pirenium lambat, terjadi infeksi, Seharusnya vulva hygiene di lakukan

sebelum ataupun pasca persalinan.

Selain penjelasan hasil di atas hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan dengan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square,

Diperoleh hasil perhitungan p value =0,001 < α =0,05, Maka Ho ditolak dan Ha

diterima, Sehingga Ada Hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang vulva

hygiene dengan penyembuhan luka perineum, Di sarankan kepada Klinik Suriani

Sinaga Kecamatan Medan Marelan untuk lebih banyak memberikan penyuluhan

kepada ibu-ibu nifas tentang vulva hygiene pada penyembuhan luka perineum

agar program cakupan perawatan luka perineum tercapai semaksimal mungkin.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Hubungan

Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu

Nifas di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018.

1. Pengetahuan ibu tentang vulva hygiene di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2018 mayoritas responden memiliki pengetahuan

kurang sebanyak 16 responden dari 36 responden.

2. Penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Suriani Sinaga

Kecamatan Medan Marelan 2018 mayoritas responden memiliki

penyembuhan luka lambat sebanyak 24 responden dari 36 responden.

3. Ada Hubungan Pengetahuan Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Suriani Sinaga Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2018 dengan hasil uji statistik menggunakan uji chi square, diperoleh

hasil perhitungan p value = 0,001 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

5.2. Saran

5.2.1. Aspek Teoritis

Bentuk pengetahuan vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum

pada ibu nifas yaitu pengetahuan dalam bentuk menjaga kebersihan vulva,

mencegah terjadinya infeksi pada luka daerah parineal, tindakan perawatan vulva

50
51

hygiene. namun yang terpenting adalah hubungan ibu nifas dengan tenaga

kesehatan untuk selalu mengetahui tentang apa yang dirasakan.

Konsep penyembuhan luka perineum dan perilaku ibu nifas dalam

kesiapan penyembuhannya harus tetap dalam pantauan tenaga kesehatan dan

keluarga, diharapkan untuk berlatih sikap terbuka, menceritakan apa yang terjadi

kepadanya ,sehingga keluarga dan tenaga kesehatan dapat mengontrol apa yang

ibu nifas sedang rasakan, dikarenakan masa nifas adalah masa yang sulit diterima

oleh setiap ibu post partum.

5.2.2. Aspek Praktis

1. Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi setiap ibu

nifas dan Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan pengalaman ibu tentang

vulva hygiene dan manfaat vulva hygiene.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan kepada pelayanan kesehatan dapat memberikan informasi dan

pelayanan yang terbaik khususnya pada ibu nifas tentang manfaat vulva

hygiene.

3. Bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan

Diharapkan untuk dapat memberikan bimbingan dan mendorong minat baca

mahasiswa serta menyediakan sarananya, misalnya dengan menambah

persediaan buku-buku tentang kesehatan khususnya tentang vulva hygiene

atau tentang topik-topik kesehatan yang lain.


52

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitian dapat digunakan

sebagai bahan referensi dan dapat mengembangkan penelitian yang telah ada

ini dengan memperluas variabel yang akan diteliti dan metode penelitian yang

berbeda serta tempat penelitian yang berbeda dan lebih memahami tentang

vulva hygiene dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.


DAFTAR PUSTAKA

1. Khurniawati. Hubungan Vulva Hygiene Dengan Lama Penyembuhan Luka


Perineum Di Wilayah Kerja Puskesmas Dlanggu Mojokerto 2014.
2. Triyanti D. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur
Perineum Pada Ibu Bersalin Di BPM Fauziah Hatta Palembang Tahun 2017
2017.
3. Wulandari P. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur
Perineum Spontan Di Bpm Ny. Natalia Kecamatan Genuk Kota Semarang
2016.
4. Wijayanti K. Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong Terhadap
Penyembuhan Luka Perineum Di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten
Magelang 2016.
5. Harty M. Hubungan Vulva Hygiene Ibu Nifas Dengan Kesembuhan Luka
Jahitan Perineum Di Puskesmas Mergangsan Dan Puskesmas Jetis Kota
Yogyakarta 2015.
6. Krisnamukti. Hubungan Antara Tindakan Vulva Hygiene Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas Di Bps Tmm Djamini Damun 2011.
7. Herlina. Buku Skill Lab Mata Ajar Ilmu Keperawatan Dasar I 2015.
8. Wulandari D. Perbandingan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Postpartum Dengan Madu Vs Povidon Iodin Di Rb Amanda Yogyakarta
2013.
9. Puspitasari HA. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Post Operasi Sectio Caesarea (SC) 2011.
10. Nurani D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan
Luka Post Sectio Caesarea 2015.
11. Damayanti IP. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyembuhan Luka
Post Sectio Caesarea di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013
2013.
12. Rohmin A. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Post Partum 2017.
13. Kurniarum A. Keefektifan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Menggunakan Daun Sirih 2014.
14. Purnama H. Review Sistematik: Proses Penyembuhan Dan Perawatan Luka:
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran; 2015.
15. Solehati T. Konsep Relaksasi dalam Keperwatan Maternitas. Bandung: PT
Refika Aditama; 2017.
16. Naesee N. Hubungan Status Nutrisi Ibu Nifas Dengan Proses Penyembuhan
Luka Post Operasi Sectio Caesarea Di Rsud Dr. Moewardi 2015.
17. Ambarwati ER. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.
18. Widyasih H. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2015.
19. Anggraini Y. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama;
2014.
20. Wawan. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.

53
21. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah. Bandung: Citapustaka Media
Perintis; 2016.
22. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS dalam Penelitian Sosial dan Kesehatan.
Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2016.

54
Lampiran 1 55

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VULVA


HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM
DI KLINIK SURIANI SINAGA KECAMATAN
MEDAN MARELAN
TAHUN 2018

I. Identitas

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

II. Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban y ang anda anggap benar dan

berilah tanda checklist (√) pada salah satu jawaban tersebut

Vulva Hygiene

NO Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah ibu membersihkan area kelamin ibu saat
mandi?
2 Apakah ibu membersihkan area kelamin ibu saat
buang air kecil?
3 Apakah ibu membersihkan area kelamin ibu saat
buang air besar?
4 Apakah ibu mencuci area kelamin dengan air bersih?
5 Apakah ibu mencuci area kelamin dengan sabun
setiap kali habis buang air kecil?
6 Apakah ibu mencuci area kelamin dengan sabun
setiap kali habis buang air besar?
7 Apakah ibu mencuci kelamin ibu dimulai dari bagian
depan, baru kemudian daerah bokong?
8 Apakah ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan kelamin ibu ?
9 Apakah ibu membersihkan kelamin minimal 2 x
sehari?
56

10 Apakah ibu membersihkan kelamin pada pagi dan


sore?
11 Apakah ibu membersihkan kelamin setiap kali
mandi?
12 Setelah BAB, apakah ibu mengeringkan bagian
kelamin dengan handuk bersih atau tisu?
13 Setelah BAK, apakah ibu mengeringkan bagian
kelamin dengan handuk bersih atau tisu?
14 Apakah ibu mengganti pembalutnya 2 kali dalam 1
hari
15 Apakah Tehnik yang dilakukan ibu nifas
dalam membersihkan kelamin yaitu
dari depan kebelakang?
16 Apa yang dilakukan ibu untuk membersihkan
kelamin dengan tisu ?
17 Apakah ibu mengganti pakaian dalam setiap pakaian
dalam basah?
18 Apa yang dilakukan ibu untuk membersihkan
kelamin dengan handuk kering ?
19 Prosedur awal yang dilakukan ibu sebelum
melakukan membersihkan kelamin adalah mencuci
tangan?
20 Apakah Ibu membersihkan alat kelamin jika
pembalutnya sudah mulai tidak nyaman untuk
dipakai ?

Penyembuhan Luka Perineum


Berapa lama proses penyembuhan luka perineum ibu ?
a. ≤ 7 Hari
b. >7 Hari
Lampiran 2 57
Lampiran 3 58
59
Lampiran 4 60
61
62
63

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.962 20
Lampiran 5 64
65
66
67

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 36 100.0
Excludeda 0 .0
Total 36 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.755 20
Lampiran 6 68
Lampiran 7 69
Lampiran 8 70
Lampiran 9 71
Lampiran 10 72
Lampiran 11 73
Lampiran 12 74
Lampiran 13 75
Lampiran 14 76
Lampiran 15 77
78
Lampiran 16 79
80
Lampiran 17 81
82
83
84
85
86
87

Anda mungkin juga menyukai