Laporan Puntir
Laporan Puntir
UJI PUNTIR
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan uji puntir bertujuan untuk :
1. Mengetahui standar dan prosedur uji puntir.
2. Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material.
3. Mampu menghitung besaran-beasaran sifat mekanik material dari uji
puntir.
4. Menganalisi perbandingan hasil pengukuran dengan data teoritis untuk
sudut putaran dan modulus geser.
3. Tegangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu- satunya yang harus
diperhitungkan dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama
pentingnya. Dengan derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan,
ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan bahan sifat ini
ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan
hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus
diimbangi oleh gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang
mempunyai gaya internal tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang.
Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal ini, marilah kita perhatikan
apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula harus
ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi
sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu
yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan
berubah dan molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya.
Pergeseran ini mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang
tergabung untuk menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila
beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya
antar molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai harga
akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan
berlawanan, sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam
keadaan tegang dan terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan
ini pasti berhubungan, tegangan dalam bahan harus didampingi regangan
dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih
mudah bila diperhatikan benda tegar, namun ini hanya merupakan suatu
konsep karena ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda nyata
yang dapat menahan beban, tanpa sebelumnya mengalami perubahan
bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua
oleh suatu bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan
setimbang karena pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya
internal (yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini.
Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu
titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak
lurus pada bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau
langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau
mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang
diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya
pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal
dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-regangan normal
geser.
4. Regangan
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau
mengecil dan menghasilkan regangan normal atau lapisan-lapisan bahan
dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan regangan
geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau komprensi sederhana, akibat
yang paling jelas terlihat adalah perubahan panjang batang, yaitu regangan
normal. Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja) untuk
regangan normal, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran
terhadap ukuran semula.
Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut
kekuatan, maka tegangan geser yang memenuhi syaratlah yang dipilih.
Karena batang yang mengalami puntiran sering dipakai untuk meneruskan
gaya, maka percobaan puntiran pada batang sering dilakukan.
6. Sifat-sifat Mekanik
Bagaimanapun baiknya suatu kristal dipersiapkan, pasti memiliki
cacat-cacat kisi yang akan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
strukstur kristal tersebut. Dengan mengamati sifat mekanik logam, akan
diperoleh sifat-sifat cacat kisi tersebut. Pada beberapa cabang industri,
pengujian mekanik yang biasa dilakukan seprti uji tarik, kekerasan, impak,
creep dan fatik, digunakan untuk mempelajari keadaan cacatnya (defect
state) tetapi untuk memeriksa kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan
suatu standar spesifikasi.
a. Tensile Strength, biasanya dilakukan pengujian tarik terhadap suatu
material logam untuk mengetahui seberapa besar ketahanan material
tersebut terhadap beban tarik.
b. Kekerasan, didefinisikan sebagai ketahanan suatu material logam
terhadap penetrasi, memeberikan sifat-sifat deformasinya.
c. Impak, Suatu bahan mungkin memiliki kakuatan tarik (Tensile
Strength) yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi
pembebanan kejut (tumbukan)
d. Creep (pemuluran), didefinisikan sebagai aliran plastis pada kondisi
tegangan yang konstan.
e. Fatiq, adalah fenomena yang berkaitan dengan perpatahan logam
secara premature karena tegangan rendah yang terjadi berulang kali
dan terutama berperanan penting dalam industri penerbangan.
7. Pengertian Dasar
a. Ketangguhan adalah ukuran besarnya energi yang diperlukan untuk
mengubah bentuk suatu material.
b. Kekerasan adalah ketahanan suatu material yang terhadap penetrasi
yang diberikan pada permukaannya.
c. Momen adalah hasil kali gaya dengan jarak gaya ke titik pusat.
M=FxL
Dimana : M = Momen
F = Gaya
L = Jarak
d. Gaya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan benda bermassa
mengalami percepatan.
F=mxa
Dimana : F = gaya
m = massa
a = percepatan
e. Sudut Puntir /angle of twist (θ) adalah suatu poros dengan panjang L
dikenai momen puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros.
9. Sifat-sifat Kimia
a. Kelarutan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau menentukan
kelarutan yaitu:
1) Temperatur larutan: Umumnya kalau temperatur naik kelarutan
meningkat.
2) Berat molekul, Struktur molekul: Berat molekul besar maka
kelarutan kecil.
3) Kristalinitas: Menyangkut derajat kristalinitas. Bahan yang
memiliki kristalinitas tinggi seperti polietilen dan polipropilen
mempunyai kelarutan yang kurang, tetapi polimer berkristal yang
biasa larut.
4) Kepolaran: Bahan polimer mudah sekali larut dalam pelarut polar.
5) Pelarut campuran: Klau ke dalam suatu pelarut dimana polimer
bisa larut dibubuhkan pelarut lain, kadang-kadang kelarutannya
meningkat.
b. Tahanan Kimia
Ketahanan kimia berada di daerah luas mulai dari bahan yang sukar
diserang oleh setiap bahan kimia seperti politetraflouroetilen sampai ke
bahan mudah larut dalam pelarut organik seperti dalam asetat dan alkohol,
umpamanya polivinil asetat.
Sifat-sifat ini sampai sejauh tertentu dapat dianggap ditentukan oleh
struktur molekul bahan polimer.
Polimer mempunyai kelompok eter, ester dan amida mudah
terhidrolisa oleh asa. Selulosa, poliester, poliamid, dan polimetil akrilat
mempunyai kecenderungan tersebut. Apabila polietilen bersentuhan
dengan asam belerang pekat atau asam nitrat, akan diserang dan terurai
menerima akibat dari sulfunasi, nitrasi dan oksidasi pada cinin bensin.
Resin urea, resin melami dan resin epoksi menjadi lemah didalam asam
kuat. Terutama resin fenol dan resin metil metakrilat menerima akibat
pengoksidasian asam, sedangkan resin fenol, resin urea, resin melamin dan
banyak resin kondensasi formalin lain sangat dipengaruhi oleh alkali kuat.
b. Karakteristik Kuningan
Berbeda dengan baja karbon kuningan adalah logam tahan
karat, selain itu juga kuningan memiliki keuletan yang lebih baik
dibandingkan dengan baja. Tetapi tingkat kekerasan dan ketangguhan
kuningan lebih rendah dibandingkan dengan baja. Sedangkan untuk
konduktivitas listrik kuningan lebih baik daripada baja.
Modulus Elastisitas Kuningan E = 9.17x10^5 kg/cm^2
11. Macam-macam Diagram Tegangan-Regangan
Berikut ini adalah macam-macam diagram tegangan-regangan
untuk beberapa material:
2. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tarik
(F) yang dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya (A).
TungstenSteelCopper 35 x 101020 x
Brass 101011 x 1010
Aluminium 9,1 x 1010
Kaca 7,0 x 1010
Kuarsa 6,5 – 7,8 x 1010
5,6 x 1010
Alat uji puntir sering juga disebut dengan alat uji torsi atau alat uji torque adalah
suatu alat yang dirancang untuk mengukur seberapa besar gaya puntir yang dapat
dilakukan saat kita melakukan pengujian dari suatu alat. Caranya adalah dengan
memuntir batang uji terus-menerus sampai batang uji itu putus atau mencapai
jumlah puntiran yang ditentukan. Putarannya harus searah.
Alat uji puntir biasa digunakan oleh industri untuk pengukuran dan mendapatkan
data kekuatan puntir suatu aplikasi, sehingga standar yang ingin diketahui dapat
diterima dan diketahui.
Alat uji puntir yang ada di alatuji.com adalah untuk memberikan solusi baik bagi
industri yang membutuhkan untuk kepentingan aplikasi yang ada pada industri.
berikut merupakan perangkat Alat uji puntir :
TQ-STR6 Torsional
Torsion Testing Machine (30Nm) (SM1001)
PNW-1400 Computer Controlled Light Wheel Torsion Fatigue Testing
Machine
NJS-02 Digital Display Torsion Testing Machine
TNS-DW Series Micro Computer Controlled Torsion Testing Machine
a. Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda.
Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2,
maka satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.
Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku
keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan
mengalami tegangan tarik yang besarnya tergantung pada
beratnya.
Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang
saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya.
Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami
tekukan, porok sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan
dapat ditulis:
Tegangan Lentur.
dengan :
fy = tegangan lentur
T T2 T
T1
b
(a) balok segiempat (b) elastis (c) elastis-plastis (d) plastis
Gambar 1. distribusi tegangan akibat lentur.
b. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun
pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi
pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan
baut.
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan
benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada
konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka sesuai dengan persamaan
dibawah ini tegangan gesernya adalah
Tegangan Lentur
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,
hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear
zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan
Hooke sebagai berikut:
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah
pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
E=σ/ε
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada Gbr.3 berikut.
Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk
keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat
digeneralisasi seperti pada Gbr.5.
Gbr.5 Profil data hasil uji tarik
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan
plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas,
tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan
regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.6).
Gbr.6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal,
N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar
interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis
yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan
disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih
dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).