Anda di halaman 1dari 18

OLEH :

NAMA : SRI UTARI


NPM : 03.17.078
JURUSAN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
SEMESTER : II ( DUA )
DOSEN : Dra. YANA MAHDIANA, MM

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

CANDRADIMUKA PALEMBANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya lah sehingga
saya penulis dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah dengan judul
“Abdul Chalik (Pangeran Liting)” dengan tepat waktu dan sesuai harapan.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa
Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa tugas makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis

Palembang, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii

Bab I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. .1
B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. ..2
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . 2

Bab II Pembahasan . . . . . . .. . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . 3

A. Asal Muasal Maraga Pegagan Ilir Suku I dan II . . . . . . . . . . . .. 3


B. Sejarah Pangeran Liting . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . .. .6

Bab III Penutup . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 13

1. Kesimpulan .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 13
2. Saran . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3. Daftar Pustaka . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. 15

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” Bung Karno

Ketika mengucapkan itu, Bung Karno telah membaca tanda-tanda


zaman, bahwa suatu saat bangsa besar ini mulai melupakan sejarahnya,
melupakan para pahlawannya, melupakan nenek moyangnya bahkan
melupakan asal-usulnya. Padahal mengingat sejarah berarti memahami
jatidiri. Jika generasi bangsa ini mengabaikan jatidiri bangsanya, secara
perlahan namun pasti bangsa besar ini menuju gerbang kehancuran.

Di Indonesia tumbuh berbagai Sejarah daerah dengan corak dan


budaya yang berbeda-beda. Sejarah secara sempit adalah sebuah
peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan
keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap
peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi
tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.

Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena


Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau.
dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang
terjadi di masa lampau. Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut
dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang.
2

Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-


fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui mengapa
peristiwa tersebut terjadi. Sejarah adalah cerita yang berkembang di suatu
daerah dan dianggap sebagai karya kolektif (milik bersama) masyarakat
daerah itu. Pasti kita pernah mendengar Sejarah Pangeran Dipenogoro,
Sejarah Candi Prambanan, dll. Adapun daerah yang saya jadikan sumber
Sejarah, yaitu Marga Pegagan Ilir Suku II, Kecamatan Sungai Pinang,
Kabupaten Ogan Ilir.

Banyak manfaat yang kita peroleh dengan mendengarkan sejarah.


Salah satunya, kita akan memperoleh pengalaman dan dari cerita
tersebut, melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya.
Didalam cerita ini juga terkandung pesan moral yang berguna bagi
pembacanya.

B. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana Asal Muasal Marga Pegagan Ilir Suku II ?


 Sejarah Pangeran Liting

C. Tujuan

 Dapat memberikan informasi Asal Muasal Marga Pegagan Ilir Suku


I dan Suku II
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Muasal Marga Pegagan Ilir Suku II

Marga Pegagan Ilir Suku II (Sungai Pinang) berdasarkan


Penyelidikan H.Z. Arifin Malian Pembarab (Wakil) Pasirah Marga
Pegagan Ilir. Suku II Periode tahun 1943 sampai dengan tahun
1945 dibantu oleh H.M. Kafen Malian anak bungsu dari Pangeran
Haji Malian.

Marga Pegagan Ilir Suku II ini didirikan lebih kurang pada


tahun 1870 Masehi berkedudukan di dusun Sungai Pinang
dikepalai dan dipimpin oleh seorang Pasirah (Pak Sirah) yang
sebelum itu dipimpin oleh seorang Jenang berkedudukan di Talang
Pegadungan atau Talang Balai sekarang di sekitar tepi Sungai
Risan Jenang.

Pasirah pertama sebagai pengganti Jenang Talang Balai dan


berkedudukan di Sungai Pinang sebagai Kepala Marga Pegagan Ilir
Suku II berturut-turut sebagai berikut :
4

Depati Depati Wujud memangku jabatan selama 1 tahun 8


(Adipati) bulan.
Depati Onong memangku jabatan selama 8 bulan.
Depati Bahar memangku jabatan selama 6 bulan.
Depati / Abdul Chalik Liting gelar Pangeran Wirakrama
Pangeran memangku jabatan selama 36 tahun (1872 – 1908).
Depati / H. Malian Chalik Liting gelar Pangeran
Pangeran Wirajaya memangku jabatan selama 19 tahun.
Depati H.M. Nur Malian memangku jabatan selama 5
tahun.
Depati / Depati H.Wajidun Mazni.
Pembarab
Depati Depati Talib Achyat.
Depati Depati H.Hambali Achyat.
Depati H. Djemahir dari Ulak Kerbau
Depati / Pj. H. Muhammad Nur jabatan ke-dua kali.
Pasirah
Depati H. Djemahir II
Depati Sihar
Depati A. Malik
Depati Ishak Ibrahim
Depati H.A. Zaro’i Zen
Depati Syakroni
Depati H.A. Kadir Idin
5

Sebelum ada Pasirah Marga Pegagan Ilir Suku II ini, pemerintahan


dikepalai oleh “Jenang” kedudukannya di Talang Pegadungan di
sekitar Risan Jenang dusun Talang Balai langsung di bawah
Kesultanan Palembang.

Pada masa pergantian pemerintahan Kesultanan, maka Jenang


pun berganti menjadi Pasirah, dalam masa transisi maka Jenang ini
masih terus dipakai.

Pasirah pertama di Sungai Pinang sebagai ganti Jenang di


Talang Balai dijabat oleh Depati Wujud yang mengepalai Marga
Pegagan Ilir Suku II selama 1 tahun 8 bulan. Setelah Depati Wujud
berhenti, maka Pasirah dijabat oleh Depati Onong selama 6 bulan.
Pasirah ke-III dijabat oleh Depati Bahar yang memangku jabatan
sebagai Pasirah selama 8 bulan.
6

B. SEJARAH PANGERAN LITING

Tiga bersaudara dari Kesultanan Palembang Darussalam—


Poyang Wadin, Poyang Bekal dan Poyang Dollah—mengembara ke
hulu untuk mencari pemukiman baru yang aman dan damai. Dari tiga
bersaudara ini dapat ditarik garis keturunan Poyang Wadin. Beliau
memiliki anak bernama Basiroen. Setelah dewasa, Basiroen menikah
dan memiliki tiga putra dan satu putri yaitu Abdul Chalik (Pangeran
Liting), Abdul Wahab, Abdul Hamid dan Dare’ah.

Dari tutur lisan kakek-nenek kita didapat informasi bahwa


Poyang Wadin adalah ayah Basiroen, yang salah satu anaknya
adalah Pangeran Liting.
7

Dari garis keturunan Basiroen inilah ditarik silsilah yang


didokumentasikan pertamakali oleh almarhum H Zainal Arifin dan
almarhum HM Kafen Maliani. Menurut silsilah ini—seperti
dikemukakan di atas—empat empat anak Basiroen adalah Abdul
Chalik (Liting), Abdul Wahab, Abdul Hamid dan Dare’ah.

Liting lahir pada tahun 1842. Suatu hari saat Liting berusia 30
tahun seorang controleur Belanda mengumpulkan masyarakat
pedusunan dalam Marga itu. Kepada mereka diserukan agar segera
memilih seseorang Pasirah dan pimpinan mereka karena pasirah lama
telah berhenti dari jabatannya. Ditanyakan kepada masyarakat siapa
yang hendak di pilih menjadi pimpinan mereka.

Pada waktu itu seluruh yang hadir menjawab bahwa mereka


setuju apabila Abdul Khalik atau Liting menjadi pimpinan mereka.
Pilihan mereka hanya pada tokoh yang satu itu saja.
8

Pasirah ke-IV dijabat oleh Abdul Halik / Liting dengan gelar


Pangeran Wirakrama memangku jabatan sebagai Pasirah / Pangeran
selama 36 tahun dan digantikan oleh anaknya yang bernama Haji
Malian. Pada permulaan Abdul Halik / Liting akan diangkat menjadi
Pasirah, Wakil Pemerintah (Controleur) mengumpulkan rakyat
pedusunan dalam marga untuk memilih Pasirah, maka tuan
Controleur itu memberitahukan bahwa sekarang kita akan memilih
Pasirah baru karena Pasirah lama telah berhenti, dan bagaimana
dengan kamu siapa yang bagus dijadikan Pasirah ? Semua orang
yang hadir menjawab bahwa yang bagus dijadikan Pasirah hanya
Liting tula tuan.

Kenapa kamu memilih Liting? Dijawab lagi bahwa Liting itu


orangnya lurus, bisa menulis dan membaca. Controleur itupun
bertanya lagi mana itu orang bernama Liting, semua orang menoleh ke
kiri kanan tapi Ia (Liting) tidak kelihatan, dan dikatakanlah bahwa Liting
sekarang sedang pergi ke kebun / sawahnya mengambil kayu, dan
orang ramai pun pergi ke sawah menemui Liting dan mengajaknya
pulang karena dipanggil untuk dijadikan Pasirah.

9
Liting menjawab pertanyaan-pertanyaan tuan Controleur bahwa
a tidak pandai menulis baca huruf Latin dan ia hanya pandai huruf
Arab dan surat ulu saja, dan Liting pun diangkat menjadi Pasirah
sedangkan kayu yang dibawa dari kebun tadi disimpan di rumah dan
Liting pun menjabat Pasirah selama 36 tahun.

10
Adapun batang pohon Palas yang didapatnya dari kebon tadi
disimpan di atas loteng Uma Beso dan terbawa ke dusun Sirah Pulau
Padang bersamaan dengan pemindahan rumah beso tersebut.

Pangeran Liting selama dalam jabatannya sebagai Pasirah


Marga Pegagan Ilir Suku II cukup harum namanya dipandang dari
mata rakyat, pemerintahannya dan oleh atasannya.

Karena selama beliau memegang tampuk Pemerintahan Marga,


beliau telah berhasil dari Pasirah diangkat menjadi Pangeran dan
mendapat Tanda Jasa Bintang Emas, Tongkat Berkepala Emas dan
terakhir mendapat Bintang Besi.
11

Salah satu usahanya yang terbesar adalah mengepalai pembikinan


dan penggalian Terusan Bujang sejak dari hulu dusun Talang Balai
menuju ke Ketapang dan dari situ langsung menuju ke Pemulutan Hilir
melurus yang lebarnya ketika itu dibuat hanya dua setengah meter
saja.
12

Terusan ini dikerjakan oleh rakyat secara bergotong royong


terdiri dari orang tua / muda serta bujang gadis dan dinamakanlah
terusan ini “Terusan Bujang”, sedangkan Sungai Ogan asli yang
berbelok-belok menuju Dusun Suka Pindah, Ulak Kerbau, Kerinjing,
Suka Raja, Mandi Angin, Arisan Gading, Lubuk Sakti, Tanjung Gelam,
Tanjung Agung, Tanjung Sejaro, Saka Tiga terus ke kanan menuju
Muara Penimbung, Talang Aur, Talang Pangeran, Ulak Kembahang
dan sampai ke Pemulutan Hilir hingga bertemu dengan Terusan
Bujang yang dikerjakan secara gotong royong dengan istilahnya
turunan ayam tadi.

Sungai Ogan asli ini semakin hari semakin dangkal dan penuh
pasir sedangkan Terusan Bujang yang lurus itu airnya sangat deras
dan menjadilah sungai yang mengalirkan air Sungai Ogan masuk ke
Terusan Bujang dan mengairi sawah di sekitar kiri kanannya menjadi
subur sejak dari Dusun Kota Daro, Ketapang, Jagolano, Rantau
Panjang, Sejangko, Batun, Keman, Kijang, Sirah Pulau Padang, dll.
Sawahnya menjadi sangat subur dan hasil padinya terkenal dengan
sebutan “Beras Pegagan” dari Palembang. Inilah satu jasa yang
sangat berkesan bagi rakyat dan tidak dapat dilupakan oleh orang
yang merasakan kenikmatannya.
13

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah


adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan
peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah
kita adalah cerita hidup kita. Sejarah sangat penting dalam
kehidupan suatu bangsa karena sejarah merupakan gambaran
kehidupan masyarakat di masa lampau.

Dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui


peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau. Peristiwa yang
terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan
acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa
kini dan yang akan datang.

Salah satu sejarah yang berkembang di Sumatera Selatan,


dan yang lebih tepatnya berada di Ogan Ilir, Pegagan Ilir Suku II,
bercerita tentang PANGERAN LITING.
14

II. SARAN

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang


bersifat membangun sangat kami harapkan, agar makalah ini
dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan umum.

Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala


kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
15

DAFTAR PUSTAKA

Keturunan Muhammad, Ali Nur . 2018

Maimunah, syamsuri. 2018.

http://ikasakeliting.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=4&Itemid

http://ratu-wijaya.blogspot.co.id/2011/11/pangeran-pegagan-
ilirlegenda-marga.html

Anda mungkin juga menyukai