Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Garam adalah istilah umum bagi senyawa kimia bernama Natrium Klorida

(NaCl). Penggunaannya diperkirakan telah berlangsung sejak 4.700 tahun yang

lalu. Sekarang, senyawa kimia ini diproduksi secara besar-besaran dari penguapan

air laut, walaupun di beberapa negara lain seperti Australia dan USA garam yang

diproduksi lebih banyak bersumber dari penambangan garam.

Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk

pemberantasan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), yaitu dengan

proses fortifikasi (penambahan) garam menggunakan garam iodida atau iodat

seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya. Pemilihan garam sebagai media iodisasi

didasarkan data, garam merupakan bumbu dapur yang pasti digunakan di rumah

tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam industri pangan,

sehingga diharapkan keberhasilan program GAKY akan tinggi(www.chem-is-

try.org)

Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya

berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan

iodium pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium

pada jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada

pakan ternaknya. Pangan asal laut merupakan sumber iodium alamiah. Sumber

lain iodium adalah garam dan air yang difortifikasi (Muchtadi. dkk, 1992).
2

Petani garam banyak tersebar di seluruh Indonesia, dan memproduksi

garam bertumpu pada sinar matahari dengan teknologi produksi yang masih

sederhana dan garam yang dihasilkan pada umumnya berkadar air tinggi. Petani

garam biasanya menjual garam yang mereka produksi ke pedagang (perantara)

yang akan menjual garam tersebut ke produsen garam yang akan memproduksi

garam beryodium.. Masalah yang dirasakan untuk proses yodisasi garam pada

umumnya terjadi di tingkat produsen garam skala kecil yang mempunyai

keterbatasan modal dan teknologi (forumbebas.com).

GAKY merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi

mental, namun sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa

disebut defisiensi yodium atau kekurangan yodium. Penyakit ini sangat

sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin masih merupakan problem

yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk dunia

mempunyai risiko kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan

mental akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap

tahun, dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh

pendek, bisu tuli atau lumpuh (www.kompas.com)

Menurut Abu Hidajat, sebenarnya produsen garam nasional sudah

mencanangkan “Deklarasi Trawas” di Jawa Timur pada 31 Maret 1999, yang

berisikan kesanggupan mempproduksi garam beriodium yang stabil dan

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI); siap melaksanakan persaingan

internasional yang sehat (tidak merugikan perusahaan lain), dan siap menghadapi

tantangan/persaingan pasar global. Namun, kenyataan di lapangan berbeda sama


3

sekali, dengan munculnya produsen garam yang tidak memenuhi syarat,

memalsukan merek dagang, memalsukan kemasan, dan ulah

lainnya(www.gizi.net.)

Pemantauan produksi garam beryodium dilakukan oleh Departemen

Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan Departemen Kesehatan dan

Badan POM. Informasi berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi

garam beryodium dari ketiga sektor tersebut berjalan cukup baik. Banyak

dijumpai kasus produsen garam yang memproduksi garam dengan kandungan

yodium tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia No. 01-

3556 tahun 1994, yodium yang ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30 –

80 m3 KIO3 / kg garam (30 – 80 ppm).

Biro Pusat Statistik (BPS) dan UNICEF [2] pada tahun 1995 telah

melakukan survai nasional tentang GAKI. Data yang diperoleh menunjukkan

bahwa semua propinsi di Indonesia kecuali Kalimantan Timur, rata - rata

penduduknya mengalami kekurangan iodium (Saksono, 2002).

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang

kadar KIO3 dalam garam yang di produksi oleh industri rumah tangga di Kelayan

Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah

Apakah garam yang di produksi oleh industri rumah tangga di Kelayan

Banjarmasin sudah mengandung kadar KIO3 sesuai persyaratan ?

C. Batasan Masalah
4

Peneliti hanya membahas tentang kadar KIO3 dalam garam yang di

produksi oleh industri rumah tangga di Kelayan Banjarmasin.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar KIO3 dalam garam yang di produksi oleh

industri rumah tangga di Kelayan Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui kadar KIO3 dalam garam yang di produksi oleh

industri rumah tangga di Kelayan Banjarmasin apakah memenuhi

syarat (kadar KIO3 ) 30 ppm.

b) Untuk mengetahui ada atau tidak KIO3 dalam garam yang di produksi

oleh industri rumah tangga di Kelayan Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi dan meningkatkan pengawasan

terhadap garam yang di produksi oleh industri rumah tangga ini telah

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

2. Bagi masyarakat dapat dipakai sebagai informasi agar memilih garam yang

di konsumsi beryodium

3. Bagi produsen garam tersebut, sebagai bahan informasi untuk mengetahui

adanya dan kadar iodium yang terkandung dalam garam buatan industri

tersebut.
5

4. Bagi peneliti dapat memberikan pelajaran yang berharga dalam rangka

penelitian di masyarakat dan sebagai sarana mengambangkan ilmu yang

diperoleh di bangku kuliah.

Anda mungkin juga menyukai