Anda di halaman 1dari 9

RESUME KULIAH LAPANGAN

"KUNJUNGAN KE MUSEUM MARITIM INDONESIA”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pelayaran Niaga

Disusun Oleh:
BIMO ANDRIANTO
1511518050

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PELABUHAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018

1
Kamis, 20 Desember 2018. Progam Studi D3 Transportasi Universitas Negeri Jakarta
atau yang saat ini akrab disapa D3 Manajemen Pelabuhan mengadakan suatu agenda kuliah
lapangan perdananya, dibimbing Bapak Vivian Karim Ladesi, ST., MT. selaku dosen dari
matakuliah Pelayaran Niaga, Progam Studi D3 Manajemen pelabuhan angkatan 2018 menjadi
pengunjung pertama yang terpilih hadir sebelum Museum Maritim Indonesia ini akan resmi
dibuka untuk umum sekitar pertengahan tahun 2019 nanti. Museum yang persis ber alamat di
Jl. Raya Pelabuhan No.9, Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
ini adalah proyek yang dibangun oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu
IPC Pelindo guna memperkaya khasanah kemaritiman kepada berbagai kalangan di tanah air.
Museum Maritim adalah museum yang secara khusus mengangkat maritime sebagai tema
utamanya.

2
Saat masuk kedalam
museum, pengunjung langsung
diarahkan ke lantai 2 untuk masuk
ke auditorium untuk menonton
pemutaran dokumentasi pendek
mengenai sejarah kemaritiman di
Indonesia dari masa kerajaan, masa
penjajahan, masa kemerdekaan
hingga masa modern saat ini. Selain
itu, juga ada dokumentasi mengenai
asal usul berdirinya perusahaan
pelindo dari awal terbentuk hingga memiliki 17 anak
perusahaan seperti yang ada saat ini. Sebelum
dokumentasi diputar, ibu Tini Hadiyanti, selaku
kepala kepala museum ini menerangkan bahwasanya
di museum ini dipamerkan berbagai macam benda-
benda bersejarah berbau maritime, seperti halnya
lukisan, replika alat
kemaritiman, sumber
daya yang diangkut,
maupun benda lain yang berhubungan dengan dunia maritim.
Kurator museum maritime akan mengatur sedemikian rupa
agar benda-benda yang dipamerkan menjadi lebih ‘hidup’ dan
memiliki alur cerita yang baik sehingga dapat memengaruhi
perspektif dan pola pikir pengunjung.
Selepas menyaksikan pemutaran dokumentasi,
pengungung diarahkan untuk diperkenalkan ke beberapa area
tertentu. Beberapa diantaranya ada perpustakaan, tempat
untuk menjual merchandise museum, dan kantin.

3
selanjutnya, pengunjung diarahkan oleh pemandu museum ke arah ruang tengah. Di
ruang tersebut, terpampang replika miniatur yang memuat denah wilayah seluruh kawasan
pelindo II. Mulai dari replika pulau reklamasi, proyek Cikarang-Bekasi-Laut (CBL), bangunan
anak perusahaan, sistem transportasi, kapal-kapal, dsb. Pada sesi ini, pemandu menerangkan
sejarah pelindo II pun alur kegiatan kepelabuhan yaitu proses ekspor maupun import.
Selanjutnya, pengunjung masuk kedalam ruang pameran museum. Pada dasarnya
museum ini memiliki dua ruang tetap yang terbagi atas sayap kiri dan kanan bangunan.
Perbedaanya adalah masing-masing ruangan mewakili dua era berbeda, yaitu sebelum dan
sesudah kemerdekaan.
Ruang pameran di bagian kanan gedung
menceritakan sejarah maritim indonesia sebelum
kemerdekaan, mulai dari zaman kerajaan hingga masa
kolonial belanda. Beberapa miniatur kapal yang
mewakili masing-masing zaman juga ikut serta
dipamerkan. Tak ketinggalan, dinding-dinding museum
dipasangi lukisan dan infografis yang menjelaskan
perkembangan dunia maritim ketika itu.

4
Yang paling awal terpampang di gedung sayap kiri
adalah peta migrasi Ausronesia, Austronesia pada
umumnya dihubungkan dengan homeland atau tanah air
dari bangsa-bangsa penutur bahasa rumpun Austronesia
yaitu meliputi Malaysia, Filiphina, Indonesia, Maori, Fiji,
Malagasi dan Hawaii. Bangsa ini berasal dari wilayah
pantai cina selatan dan taiwan yang kemudian bermigrasi
ke wilayah kepulauan indonesia dan sekitarnya hingga
pada akhirnya ke arah kepulauan pasifik yang ujung
perhentianya tiba di wilayah polinesia.

Selanjutnya adalah sejarah maritim yang terjadi


pada zaman kerajaan. Pada zaman kerajaan-kerajaan di
Nusantara dan zaman sebelumnya, kehidupan
masyarakat pada dasarnya bertumpu pada pertanian dan
kegiatan bersifat agraris. Diantara beberapa komoditas
yang dihasilkan di Nusantara antara lain kapur barus,
merica pala, cengkeh, nila, mur, borax, kesturi dan
emas.

5
Produksi komoditas ini tersebar dari sumatera,
jawa, kalimantan hingga maluku dan papua. Beberapa
kerajaan nusantara dengan kultur peradaban maritim
diantaranya kerajaan kutai (abad ke-4), sriwijaya (tahun
600-1000), majapahit (1293-1500), ternate (1257-
sekarang), samudera pasai (1267-1521) dan demak
(1475-1548).
Kerajaan sriwijaya
dan majapahit
tercatat sebagai
kerajaan-kerajaan
nusantara yang
pada zaman
keemasanya menjadi adidaya karena karakter biologis
kemaritiman yang tertanam pada masyarakatnya.
Selain dari dipamerkanya konsep alur dan latar sejarah, ada juga dipamerkan replika
beberapa benda bersejarah pada tiap kerajaan di masanya. Seperti alat-alat kapal, prasasti
kerajaan yang mendukung bukti pernah adanya kegiatan kemaritiman, relief pada candi,
miniatur kapal, diorama penduduk pada masa kerajaan, dsb.

6
Setelah mengenali pergerakan sejarah di masa kerajaan nusantara, selanjutnya
pengunjung diarahkan ke arah timur untuk mengenali kegiatan maritim pada masa penjajahan
di era kolonial yang sempat menguasai neraca perdagangan indonesia.

Sejarah maritim
nusantara pada masa kolonial hindia belanda muncul
pada awal abad ke 19, yaitu VOC Resmi dibubarkan
pada 1 januari 1800 dan wilayah yang menjadi miliknya
kini menjadi milik kolonial hindia belanda. Kegiatan
pelayaran periode hindia belada terdapat sebuah jalur
pelayaran, yaitu, jalur pelayaran niaga jawa-makassar-
maluku, dan jalur tersebut merupakan jalur perdagangan
rempah-rempah.
Adapun satu tokoh dari belanda yang jasanya sangat berpengaruh pada masa kolonial,
adalah Cornelis de Houtman, diantaranya jasanya adalah: menemukan jalur baru pelayaran ke
indonesia, membina hubungan baik dengan kerajaan banten, membuka jalur pelayaran ke
indonesia tanpa konflik dengan portugis dan merintis didirikanya VOC.

7
Bergeser ke ruangan selanjutnya, ruangan
yang berada di sayap kiri gedung menjelaskan
perkembangan maritim selepas indonesia merdeka.
Secara khusus, ruangan tersebut mengangkat sejarah
dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dan
pelabuhan yang dikelolanya. Pelabuhan-pelabuhan itu
antara lain pelabuhan belawan, Tanjung perak,
Cirebon dan tentu saja pelabuhan Tanjung Priok.

8
sejarah pelabuhan-pelabuhan itu dijelaskan melalui infografis yang tertera pada
dinding. Foto dan Maket pelabuhan dalam berbagai skala juga dipamerkan. Seperti ruangan
sebelumnya, sejumlah miniatur kapal dan diorama juga ikut dipamerkan. Selain pameran
seputar sejarah pelndi, ada juga peta penjelasan Pelabuhan sebagai pertahanan Nasional,
sejarah Transportasi Laut bagi Jamaah haji di Indonesia, dan foto-foto kapal angkutan masa
lampau.

Namun, alat simulasi kapal disudut ruangan agaknya


menjadifitur paling menarik. Disana, pengunjung
dapat seolah mengendarai kapal laut selayaknya
nahkoda sungguhan melalui objek simulasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai