Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“ KALIMAT EFEKTIF “

Dosen : Kusuma Adi Rahardjo,SE, M.Pd

Kelas : Reguler Malam MN A

Oleh : Kelompok 2

1. WIJI ASTUTIK (18210236)

2. MOCH.NASYRUDIN (18210087)

3. DIMAS SUKMA (18210070)

4. MITHA ZHENDY (18210123)

5. ARISMA EKA (18210074)

Halaman 1
6. WANDA HERAWATI (18210101)

Program Studi Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi MAHARDHIKA

Tahun Ajaran 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok dosen Bapak
Adi Rahardjo, mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik
dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep
penggunaan kalimat efektif.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Halaman 2
Daftar Isi

BAB I ........................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN ................................................................................. 4
D. MANFAAT ........................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6
A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF.................................................................... 6
B. PERSYARATAN KALIMAT ................................................................................. 6
C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF .............................................................. 6
D. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF ............................................................... 7
E. STRUKTUR KALIMAT ....................................................................................... 19

Halaman 3
a. Pola kalimat dasar ........................................................................................ 19
b. Tipe kalimat .................................................................................................. 19
F. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF .......................................................................... 19
1) Kesepadanan .......................................................................................... 19
2) Keparalelan ............................................................................................. 20
3) Ketegasan ............................................................................................... 21
4) Kehematan .............................................................................................. 22
5) Kecermatan ............................................................................................. 23
6) Kepaduan ................................................................................................ 23
7) Kelogisan ................................................................................................. 24
G. PERBEDAAN KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF ................................ 25
H. MANFAAT KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH............26
BAB III .................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................... 20
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

Halaman 4
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara.
Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di
pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan
adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan
karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik
untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman.
Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan
memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi
dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh
orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat

Halaman 5
tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau
penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan
kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai
dengan kaidah tata bahasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia
sehingga menjadi baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam
berbahasa
3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia

D. MANFAAT
Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
2. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
3. Mengerti struktur kalimat efektif.

Halaman 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar,
mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan
informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan
Wahyudi: 2009)

B. PERSYARATAN KALIMAT
a. Kelengkapan struktur subjek dan predikat
b. Pemutasian subjek dan predikat
c. Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur

C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur -
unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya,
kalimat itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa
ditambah dengan obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan
arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan kalimat.

Halaman 4
3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk
lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut
soal gramatikal dan makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa
kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
4. Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka
bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara
biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan
sebagainya pada bagian kalimat tadi.
6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca,
diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek,
predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat
tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat
dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis
apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan
dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan
penjelas juga masuk akal.

D. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)
adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

Halaman 5
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh
klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat
pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang
mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya
tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d),
yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian
juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga
merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu,
kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan
(e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang
logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada
dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat”
yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak
logis.

Halaman 6
2. Predikat (P)

adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat,
situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah
pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa
kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata


meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang
tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada
kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan
status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya

Halaman 11
tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas
pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak
ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot
Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c).
karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P,
maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang
cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru
merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
3. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O
tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir.
Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat

Halaman 12
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah
sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat
yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi
Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para
ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366)
yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Halaman 13
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan
mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

Halaman 18
E. STRUKTUR KALIMAT
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
a. Pola kalimat dasar
b. Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
 Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
a. Kalimat majemuk setara
b. Kalimat majemuk bertingkat
c. Kalimat majemuk campuran

F. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya enam
syarat, yaitu:
1) Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)


dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

 Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.


Ketidakjelasan subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai,
menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
 Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

Halaman 19
 Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
 Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

Halaman 20
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
3) Ketegasan
ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Halaman 21
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan
tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan
kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.

Halaman 22
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar

Halaman 23
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

G. Perbedaan Kalimat Efektif dan Tidak Efektif

Kalimat efektif merupakan kalimat yang berfungsi untuk mewakili gagasan


penulisan atau gagasan pembicara dan bisa diterima oleh pembaca. Kalimat ini
memuat makna khusus penulis dan sifatnya yang harus disampaikan, jelas, padat
dan singkat.

Halaman 24
Sedangkan kalimat tidak efektif merupakan kalimat yang tak terdapat sifat – sifat
tertentu pada kalimatnya. Tidak terdapat aturan seperti dengan kalimat efektif.

a. Kalimat Efektif:
Saya adalah mahasiswa universitas Diponegoro. Saya kos di daerah Tembalang.
Untuk berangkat kuliah, saya menggunakan transportasi umum, yaitu Trans
semarang. Selain saya, banyak mahasiswa Universitas Diponegoro yang tinggal di
Tembalang menggunakan fasilitas Trans Semarang sebagai sarana transportasi.

b. Kalimat Tidak Efektif:


Saya ini adalah mahasiswa dari Universitas diponegoro, kebetulan
saya ngekos rumah di daerah Tembalang. Jadi untuk berangkat kuliah saya
biasanya menggunakan transportasi umum seperti trans Semarang. Selain saya,
banyak pula para mahasiswa Universitas Diponegoro yang juga memakai Trans
Semarang sebagai salah satu sarana transportasi setiap hari.

H. Manfaat Kalimat Efektif Dalam penulisan Karya Ilmiah

Menurut Razak, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengekspresikan


kejiwaan manusia lainnya, dengan demikian, hanya kalimat yang berdaya gunalah
yang diklasifikasikan kepada kalimat efektif.
Sedangkan menurut Zulfahmi, Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik. Untuk mengungkapkan atau
mengkomunikasikan gagasan pengarang, maka diperlukan kalimat yang baik.
Menurut Drs.Mukhlis,M.Hum dalam bukunya pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Laporan Penelitian) Halaman 9, menjelaskan bahwa bahasa indonesia ragam Ilmiah
digunakan oleh para cendekiawan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan.
Ragam bahasa tersebut memiliki sifat-sifat berikut ini:
1. Ragam bahasa ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu,
penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu
dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku (EYD), menggunakan
kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
2. Dalam ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Kata-kata
tersebut digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti konotatif.

Halaman 25
3. Dalam ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu kalimat
yang secara tepat dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis, dan
dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
4. Ragam bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada
perasaan; bersifat tenang, jelas, hemat dan tidak emosional.
5. Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun
dalam paragraf, hubungan antara paragraf satu dan paragraf yang lain
bersifat padu. Untuk menyatakan hubungan digunakan alat-alat
penghubung, seperti kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung,
pengulangan kata atau frasa, penggantian dan lain-lain.
6. Hubungan semantik antara unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan
kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus dihindari.
7. Penggunaan kalimat pasif lebih diutamakan karena dalam kalimat pasif
peristiwa lebih dijelaskan daripada pelaku perbuatan.
8. Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan,
tanda-tanda, dan kata ganti.

Halaman 26
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan
informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan
kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif
sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta
faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif.
Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif
meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan,
kevariasian dan logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang di maksud untuk mendapat jawaban
berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat
informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat
diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan
pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran
bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana
dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai
kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat
yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau
beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti
itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas
bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor.
Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa
lainnya.

Halaman 20
B. SARAN

1. Bagi para pendidik


Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa
indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan
belajar mengajar terjadi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya
antara pendidik dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan
secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik
terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap
peserta didik dengan pendidik.
3. Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh
terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang
selaras.

Halaman 21
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka


Prima.

Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta:


Fakultas Ekonomi.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (Terakhir di akses: 28 September 2016)

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-efektif.html ( Tera
khir di akses pada hari jum'at, tanggal 30 september, jam 9:19 AM

https://www.academia.edu/9556556/Kalimat_Efektif_Pengertian_Ciri-ciri_Co
ntoh diakses pada hari jum’at tanggal 30 september 2016, 9:52

Halaman 22
Halaman 18

Anda mungkin juga menyukai