Tim Dosen:
Andi Mappanganro, S.Kep. Ns, M.Kep.
Akbar Asfar, S.Kep. Ns, M. Kes.
Nama :
Stambuk :
Kelas :
Klpk :
“Pusing… harus bagaimana?” adalah hanya salah satu kalimat yang terlontar
dalam hati pasangan Ny. S 21 Tahun dan Tn. B, umur 27 tahun, Guru SD di Mamuju,
Propinsi Sulawesi Barat. Ny. S sekarang ini belum bekerja, lulusan AKPER di Makassar.
Mereka ini adalah pasangan keluarga baru menikah sekitar 1 bulan yang lalu setelah
mereka saling kenal sejak 1 tahun lalu. Kala itu, awal perkenalan mereka ketika Ny. S
sudah semester 5 dan sementara praktek di rumah sakit dan kebetulan merawat orang
tua Tn. B di salah satu RS di Makassar. Singkatnya, Tn. B jatuh cinta dan mampu
merebut hati Ny. S kala itu dengan keseriusannya. Perkenalan yang singkat namun
berkesan itu, akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan setelah mereka mampu
meyakinkan kedua orang tua mereka untuk menikah meskipun keduanya belum ada
kesepakatan seperti apa menjalani hidup kedepannya, semua ini karena sudah terlanjur
cinta.
Sementara ini, pasangan yang baru menikah tersebut masih tinggal bersama
dengan keluarga Ny. S di Makassar. Pasangan ini belum merencanakan punya anak
lantaran stress dengan masalah akibat muncul konflik keluarga antara Tn. B dan
mertuanya (ibu dari Ny. S) setelah menikah. Hal tersebut bermula dari keinginan Tn. B
untuk membawa istrinya (Ny. S) untuk ikut bersamanya dan menempati rumah dinas
Guru di SD Mamuju, Sulbar. Tetapi hal tersebut ditentang oleh mertuanya, dengan
alasan mereka masih mau bersama dengan putri mereka. Apalagi Ny. S adalah anak
satu-satunya dalam keluarga mereka. Selain itu, menurut mereka dengan tetap tinggal
di Makassar, maka kesempatan Ny. S yang tamatan AKPER, untuk mendapatkan
pekerjaan masih terbuka.
Hal lain yang menjadi pertimbangan keluarga Ny. S adalah tempat tugas Tn. B
yang relatif terpencil, sehingga dikhawatirkan membuat putri mereka (Ny. S) tidak
terbiasa, tidak betah dan tersiksa karena jauh dari orang tuanya. Menurut mereka, Tn.
B yang seharusnya memikirkan untuk pindah ke Makassar sehingga putri mereka tetap
dekat dengan kedua orang tuanya dan memiliki masa depan yang lebih cerah. Apalagi
dengan kondisi rumah yang sangat luas untuk mereka tempati bersama, dibanding
harus tinggal di perumahan dinas yang sempit dan terpencil bahkan mungkin tidak
aman bagi putri mereka.
Menarik untuk didiskusikan tentang kasus di atas terkait : tahap perkembangan, tugas
perkembangan, pengkajian fokus, masalah, diagnose, intervensi, dll yg dianggap perlu
terkait kasus di atas.
STEP 2
STEP 3
STEP 7
Terdapat keluarga yang terdiri dari Tn. G dan Ny.G serta 1 orang anak laki-laki yaitu an. P yang
berusia 7 tahun. Suatu saat sepulang dari sekolah an.P demam dan timbul bercak diseluruh
tubuhnya, ternyata an.P terserang campak. Dengan keadaan seperti itu Tn.G menyalahkan
istrinya atas apa yang terjadi pada an.P dan menganggap NY.G tidak bisa mengurus anak, Ny.G
tersinggung dan menyalahkan Tn.G yang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
sehingga an.P sakit, untuk berobat pun tidak ada biaya. Pertengkaran tersebut terjadi di depan
an.P, an.P semakin sedih. Dengan keadaannya tersebut an.P tidak bisa sekolah, untuk menghibur
diri An.P meminta untuk bermain di rumah dengan teman-temannya, tapi yang terjadi an.P
semakin sedih karena teman-temanya malah mencemooh keadaan kulitnya.
Menarik untuk didiskusikan tentang kasus di atas terkait : tahap perkembangan, tugas
perkembangan, pengkajian fokus, masalah, diagnose, intervensi, dll yg dianggap perlu
terkait kasus di atas.
STEP 1
STEP 3
STEP 7
Keluarga Tn.& Ny.H tinggal bersama 1 orang anaknya An.L, berusia 18 tahun.
Sebagai anak tunggal An.L sangat disayangi dan dimanja oleh orang tuanya (Ny. &
Tn. H), mereka sangat percaya dan bangga pada An. L. Tn & Ny. H sangat bahagia
dengan keharmonisan keluarganya. Suatu saat An. L banyak tugas dari kampus dan
An. L kewalahan mengerjakannya karena tidak terbiasa dengan kesibukan yang
padat sehingga membuat An. L stres dan kadang depresi karena melihat nilainya
yang anjlok. Dan tanpa sepengetahuan orang tuanya An.L melampiaskan
kekecewaannya dengan sering mondar mandir serta keluyuran setiap malam
sehingga terpengaruh oleh teman sebayanya dengan ikut-ikutan menkomsumsi
rokok dan narkoba. Akhirnya An.L terkena penyakit TBC, kemudian Tn.& Ny.H
membawanya berobat ke RS, dan An.L harus mengikuti terapi pengobatan selama 6
bulan berturut-turut. Karena An.L sangat manja, dia jarang meminum obat TBCnya
di rumah dengan alasan bosan, Tn.& Ny. H pun tidak tega memaksa anaknya untuk
minum obat, sehingga terapi pengobatan pun tidak sampai tuntas. Sampai akhirnya,
karena kesibukan pekerjaan kantor Tn.H, ia pun mulai merasa kecewa pada Ny. H
karena mengganggap Ny. H tidak becus dalam mengurus dan merawat anak. Selain
itu, menurut Tn. H semua itu bisa terjadi karena kelalaian Ny. H. tidak
memperhatikan prilaku An. L. Sebaliknya Ny. H justru memojokkan Tn. H karena
menurutnya Tn. H tidak dapat menjadi figur buat keluarga dan anaknya apalagi Tn.
H tidak mau pusing kendalikan An.L sejak Tn. H sibuk sehingga semua ini dapat
terjadi...... Ny.H menggumam dalam hati sambil berkata “percuma punya kepala
keluarga kalau tidak mampu mengontrol anak....”
STEP 2
STEP 3
STEP 7
STEP 1
STEP 2
STEP 3
STEP 7