Untuk pertama kalinya saya menjajakan kaki di pedalaman Aceh timur yang
bernama terujak, terujak adalah Salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Serba Jadi
Lokop merupakan Desa terpencil yang tidak jauh dari ibu kota Kecamatan di pedalaman
kabupaten Aceh Timur yang menyimpan Objek wisata yang terpendam, terbayangkan
diangan dan fikiranku sebelumnya bahwa desa ini merupakan desa terpencil yang sangat
pelosok, yang memiliki kebudayaan yang masih asli, masih alami masih kental, dan belum
terjamah dengan campur tangan globalisasi yang terdiri dari modernisasi dan westernisasi,
dengan sejuta pesona alamnya yang menawan memanjakan mata dan jiwa , hal itulah yang
membuat hati tergerak untuk tetap mengikuti observasi kali ini meskipun menurut
beberapa narasumber medan yang harus dilalui cukup menantang dan akan membuat
tubuh terasa 5 L ( Lemah Lelah Letih Lesu Lunglai ), namun kapan lagi kalau bukan sekarang,
semua orang bisa membayangkan dan berexpetasi tapi sekaranglah waktunya kita buktikan
dan melihat realitanya bukan hanya sekedar expetasi dan imajinasi semata.
Bukan hal mudah untuk melalukan perjalanan yang termasuk luar biasa dan ajaib
ini, banyak sekali pertimbangan yang harus dilakukan sebelum semua ini dimulai, karena jika
tidak maka ini akan berakibat fatal dan merugikan banyak hal, kami harus mengetahui
gambaran rute perjalanan yang akan ditempuh, berapa lama jarak tempuh yang harus
dilalui, dan bagaimana kehidupan masyarakat daerah yang akan kami tuju, itu semua harus
difikirkan secara matang dan saksama sebagaimana mestinya, untungnya kami memiliki
sosok guru yang sangat luar biasa, yang mampu mengatasi dan memikirkan ini semua, ya
dialah guru sosiologi kami yaitu panca nanda febrian harahap, mendengar namanya saja
Observasi kali ini diikuti oleh 37 orang yang terdiri dari 3 guru pendamping yaitu Pak
Panca nanda febrian harahap, Buk mestika wulandari, dan Pak Zulkifli, ketiga guru yang
sangat luar biasa inilah yang akan siap mendampingi membimbing serta mengarahkan kami
selama melakukan kegiatan ini, dan KAMI berjumlah 34 orang ( 19 perempuan dan 15 laki-
laki) yang merupakan siswa-siswi (aneh, abnormal, ajaib, hyperaktif, dan yang pasti
memiliki bakat potensial yang terpendam di diri masing-masing personil) kelas XII sosial
SMA Negeri Unggul Aceh Timur yang tergabung dengan nama TGS ( The Great Social).
Sebenarnya kami berjumlah 35 orang namun ada satu personil TGS yang tidak dapat
mengikuti kegiatan ini karna satu dan lain hal yang menghalangi keberangkatannya yaitu
dwi putri mawaddah yang sekaligus merupakan anak kamar saya diasrama cut nyak dhien
SMA Negeri Unggul Aceh Timur, dalam mengikuti kegiatan ini kami harus memiliki persiapan
yang lebih, diantara harus memiliki dana akomodasi yang cukup ( lebih kurang Rp 123.000
yang awalnya adalah 95.000 kemudian karena satu dan lain hal ditambah lagi 18.000
kemudian dikembalikan Rp 3000 dan pada akhirnya uang itu semua saya tak peduli lagi)
serta izin resmi dari orang tua/wali, yang dimana para orang tua/wali harus
menandatangani surat persetujuan bahwasanya kami di izinkan untuk mengikuti kegiatan ini
, namun banyak diantara kami yang hanya meminta izin tak tertulis kepada orang tua dan
izin tertulis nya kami serahkan kepada pamong asrama masing-masing , ya beginilah nasib
anak asrama, sebelumnya banyak sekali yang mengatakan bahwasanya perjalanan kami ini
merupakan perjalanan yang tak akan sesuai dengan expetasi imajinasi kami, dikarenakan
rute atau medan yang harus ditempuh serta memakan waktu yang tidak singkat, tapi kami
bantah itu semua dan kami akan membuktikannya, bahwa kami akan melakukan perjalanan
Akhirnya setelah melakukan persiapan yang matang kami siap untuk memulai
petualangan ini. Petualangan ini dimulai pada hari minggu , 7 november 2015 tepatnya
pukul 06.45 Waktu Indonesia Bagian Barat tepatnya bagian Birem Bayeun seusai sarapan
pagi di dapur bersama SMA N Unggul Aceh Timur tercinta, angkutan yang telah disiapkan
yaitu berjenis sudek yang berjumlah 4 unit dilengkapi dengan supir-supir yang handal.
Masing-masing sudek diisi oleh 9-11 orang, hal ini bertujuan untuk memberikan
kenyamanan yang lebih saat kami melakukan perjalanan menuju desa yang belum pernah
kami datangi sebelumnya, kami juga telah menyiapkan minuman serta berbagai macam
makanan, masker, dan yang terpenting kami menyediakan karpet yang sangat bermanfaat
dan meningkatkan kenyamanan kami selama diperjalanan, hahaha rasanya sungguh ajaib
petualangan kami ini, tak pernah terbayangkan sebelumnya jika kami akan melakukan
perjalanan menyusuri beberapa desa menembus hutan melewati sungai dan sampai ke titik
lokasi tujuan yaitu kecamatan serbajadi desa lokop kabupaten Aceh timur. Dengan hati
riang gembira dan semangat membara kami siap tempur menghadapi medan yang menurut
adrenalin. Dan tiba saatnya sudek pertama berjalan, dan disusul oleh sudek-sudek
berikutnya , ada kisah unik dibalik sudek ini karena pada awalnya terjadi insiden diantara
kami, jadi seperti ini ceritanya, TGS terdiri dari 20 siswi perempuan, dan dibagi menjadi 2
sudek, awalnya saya berfikir untuk naik sudek itu terserah dan random mau memilih sudek
yang mana, lalu saya masuk ke sudek A yang sudah diisi oleh beberapa teman saya yang
lainnya namun tak disangka saat saya ingin melangkahkan kaki naik masuk kedalam sudek
salah satu dari teman saya berkata “kami disudek ini orangnya udah pada kumpul uang
untuk beli makanan, takutnya kalo fany nambah disini nanti makanannya gak cukup” oke
mendengar pernyataan seperti itu saya langsung menjawab “oh yaudah iya fany pindah ke
sudek sana (A) aja ya, makasih sebelumnya” lalu saya bergegas pergi meninggalkan sudek
tersebut dengan hati kesal dan malu menuju sudek yang satunya lagi atau sudek (B), dan
ternyata di sudek yang saya masuki ini berisikan orang-orang yang memiliki nasib yang sama
dan mengalami hal yang sama dengan saya, hahah jadinya sudek ini perkumpulan orang-
orang yang sedang kesal dan dipenuhi rasa amarah dan membawa perkataan mereka
kedalam perasaan hati dan fikiran hingga semuanya berkecamuk didalam jiwa masing-
masing personal, sebenarnya ini adalah masalah sepele dan hanya karna kesalah pahaman
namun dibesar-besarkan, dan terbentuklah dua kubu yang berbeda pendapat, namun
demikian itu tak mengubah suasana perjalanan kami menjadi suram kelabu tak bewarna,
Didalam sudek yang terisi teman-teman yang mengalami nasib sama seperti saya
senasib sepenanggung sejiwa dan seperjuangan, tapi tak masalah karena kami adalah
gabungan dari para refleks camera yang narsis dan mempunyai banyak expresi saat melihat
kamera, pengupload foto ke instagram (Alfany Nurrizky, Sheryn Aufa, Nisa Hasan, rydha
nurhaliza), pengupload foto ke facebook (Hanna Raqidah Bakhdati, Nanda meutia Budiman,
Fitri Aryan) dan sebenarnya pengupload ke twitter (Annisa Zara Ichwana, Miftahul Jannah)
namun karena laptop yang sudah tak bisa digunakan dan dimanfaatkan lagi jadi foto itu tak
sampai ke twitter . kami semua berexpetasi dan berimajinasi tentang daerah yang akan
kami kunjungi dan membayangkan kami akan berkembang dan berkarya dengan expresi
yang kami miliki, tak sabar ingin cepat sampai didaerah tujuan yang menurut informasi
disana terdapat surga dunia dengan sejuta pesona yang tersembunyi yang tak banyak
orang mengetahui keberadaannya dan belum banyak yang dapat berkunjung langsung
menyaksikan pesona pedalaman aceh timur ini yang lebih tepatnya adalah kecamatan
serbajadi desa lokop kabupaten Aceh Timur, pesona yang ditawarkan terdiri dari kolam
mata air panas, air terjun yang besar dan kecil, aliran-aliran sungai yang deras dan
bersumber langsung dari mata air dengan kesejukan dan kesegaran yang menyertainya,
serta hutan-hutan yang memukau dan masih banyak lagi. Perjalanan kami memakan waktu
sekitar 5 jam, mengapa lama? Sebab kami banyak melakukan persinggahan sejenak yang
diantaranya adalah berhenti di peureulak, disana kami membeli minuman dan ice cream
tiruan magnum yang rasanya tak kalah nikmat dan cukup menyegarkan, setelah semuanya
selesai kami melanjutkan perjalanan lagi sambil bercanda dan memakan cemilan yang
dibawaa berupa berbagai macam keripik-keripik hasil produksi karang anyer atau yang biasa
dikenal dengan merk mestika. Selang beberapa waktu kemudian kami berhenti kembali di
Rantau Peureulak, disana kami mengambil bekal makan siang yang telah disiapkan oleh ibu
dari salah satu personil TGS yaitu Hanna Raqidah Bakhdati, sudah terbayangkan betapa
nikmatnya makan siang di tanah lokop sambil menikmati pesona alam yang sungguh
menawan dan mempesona. Tidak sampai disitu, kami terus melanjutkan perjalanan, dan
telah sampai waktunya kami memang harus merasakan rute yang sedikit meyiksa, jalanan
berdebu, berlubang, dan tak rata akibat rute ini belum diaspal yang mengharuskan tubuh
kami berguncang,terpelanting kesana kemari dan merasakan lemah letih lesu lunglai dan
lelah, ditambah lagi dengan abu jalanan yang sangat menyiksa, untung saja kami telah
memang akses jalan menuju desa ini masih kurang dan didaerah ini juga tidak memiliki
jaringan atau sinyal ponsel yang mengakibatkan kami tidak dapat berkomunikasi dengan
menggunakan media handphone, kami sempat galau gelisah gundah gulana dikarenakan
sinyal handphone yang tak sampai ke daerah ini, sungguh tragis memang. Tetapi tenang
saja LOKOP sedang dalam masa pembangunan dan perbaikan kok, meskipun sepertinya
bukan waktu yang singkat untuk mengubah desa yang sulit diakses ini selangkah bergerak
sedikit lebih maju dari sebelumnya, dan setidaknya rasa sakit yang kami rasakan sedikit
mata hati dan fikiran. Bagaimana tidak, disepanjang perjalanan saat kami telah memasuki
areal desa Lokop, kami seperti rombongan my trip my adventure yang menyusuri hutan
pegunungan dengan dilalui aliran sungai yang besar maupun yang kecil dan memiliki air
jernih dan deras, air terjun mini yang imut dan menawan, lantunan nyanyian burung-
burung dan hewa-hewan penghuni hutan lainnya juga ikut menghiasi perjalanan kami,
sungguh tak terbayangkan sebelumnya jika kami akan di manjakan dan diobati seperti ini,
kami sangat senang melakukan perjalanan ini walaupun sangat melelahkan, dan satu hal
yang masih menjadi misteri, karena sampai saat ini kami tidak mengetahui yang mana yang
dikatakan sebagai bukit mancang yang konon katanya bukit ini sangat memacu adrenalin
karena memiliki rute yang sangat hebat, mendaki, menanjak, menurun, dan berliku-liku,
semua rute yang kami lewati rasanya semuanya sama saja yaitu sama-sama menantang, jadi
semua jalan yang kami lewatu kami namakan bukit mancang, walaupun itu hanya gundukan
kecil, lubang kecil, dan turunan kecil. Selang beberapa waktu kami tiba ditempat tujuan
sebelum sampai di tempat tujuan, ada bapak-bapak daerah setempat yang berfungsi
sebagai petunjuk arah dan jalan yang naik ke sudek kami, beliau bercerita tentang tanah
lokop ini, dan menyakan kepada kami dari mana kami berasal, dan dimana saja kami
berdomisili, dan ada satu hal yang paling membuat kami semua terperanjat shock karena
beliau mengatakan “kalau saya punya anak laki-laki saya mau ambil kalian satu-satu, tapi
sayangnya saya tidak mempunyai anak laki-laki” haha suatu pernyataan yang luar biasa,
entah apa yang membuat beliau sampai mengatakan hal itu kepada kami, dan kami tak
sanggup membayangkan jika harus tinggal diaderah terpencil tanpa sinyal dan jaringan
internet maupun telepon, akses yang masih sulit dan fasilitas yang masih kurang, meskipun
di tanah ini memiliki sejuta pesonanya, ah sudahlah itu hanya fikiran-fikiran yang tak
penting. Tak terasa kami akhirnya sampai dilokasi tujuan pertama yang diberi nama desa
terujak, didesa ini terdapat mata air panas yang mengalir terus menerus yang telah dibuat
seperti parit-parit air panas dan diujung sana juga terdapat air dinginnya, di tempat ini kami
serasa berada di sauna ataupun di kawah pegunungan dengan beraroma belerang yang
sangat menyengat. Di kolam mata air panas ini kita dapat merebus telur, jagung, mie instan
dll, pesona diantara pebukitan yang masih sangat asri dengan hamparan hutan yang hijau
yang masih alami,dengan lokasi yang sangat sederhana kami dapat duduk sejenak di atas
Balai tua ditengah lokasi sumber air panas untuk melepaskan lelah,saat itu kami semua
merasakan hawa panas dengan tiupan angin pegunungan yang sejuk seakan-akan membawa
kita berada di dua iklim yang berbeda,disitulah saya bersyukur dan merasakan keajaiban
betapa indah nya alam ini berkat anugerah ciptaan tuhan yang maha kuasa,disekeliling
lokasi kami juga melihat bangunan tua sekitar 2,5x2,5 M lebar nya sebagai tempat ibadah
(mushala) dengan kondisi sangat memprihatinkan yang di bangun oleh masyarakat untuk
pengunjung taman wisata sumber air panasn namun kami tak masuk dan shalat di tempat
yang disediakan itu. lalu tiba-tiba saat kami sedang menikmati pemandangan tersebut ada
salah seorang dari personil TGS yang jatuh namanya Ridha Nurhaliza, sangat mengejutkan,
pasalnya ia jatuh diantara parit air panas yang sengaja dibuat seperti saluran irigasi, untung
saja ia tak masuk kedalam aliran air tersebut, jika tidak ntah apa yang akan ia alami mungkin
kulitnya bakal terkelupas dan luka-luka serta melepuh, spontan saja ia langsung terkejut dan
lemas membayangkan kejadian yang baru ia alami. Setelah kami menolong dia, kami (fany
fajar rida) dipanggil oleh pak panca dan kami ditugaskan untuk menjelaskan mengapa
fenomena air panas ini ada, apa penyebabnya dan bagaimana ini bisa terjadi, lalu kami
menjelaskan secara terperinci dan sesuai dengan teori yang kami ketahui, bukan geograf
namanya jika itu saja kami tidak tahu asal muasal penyebabnya dan sumber air panas juga
telah di kaji secara ilmiah terdapat Zat Belerang dan juga Zat Kapur dan beberapa Zat lain
nya yang sangat baik untuk menyembuhan penyakit tulang dan penyakit kulit sebagai terapi
kesehatan secara alami hal ini terbukti karena di sepanjang aliran air panas terdapat batuan
putih atau gumpalan putih dan itulah yang disebut zat belerang dan zat kapur, meskipun zat
ini mengeluarkan aroma yang tak sedap menusuk hidung namun memilki manfaat yang
sangat besar. Lalu beliau melakukan tes pada air yang memiliki suhu terendah diantara yang
lain dan waw luar biasa ternyata hasil yang didapatkan sungguh memukau yaitu tingkat
pencemarannya 0,0 yang artinya air dingin didekat aliran ini dapat dikonsumsi, sedangkan
air mineral yang biasa kami konsumsi saja memiliki tingkat pencemaran diatas 0,0.
Selanjutnya kami melakukan shalat berjamaah disekitar kolam mata air ini karena disekitar
sini terdapat balai yang dapat digunakan untuk kami melakukan ibadah shalat berjamaah.
Kami mengambil wudhu di aliran mata air tersebut, namun yang tidak terlalu panas,
sungguh menyejukkan rasanya karna kami berwudhu di mata air lokop ini MasyaAllah
sangat segar rasanya. Setelah kami shalat, kami siap menyantap makanan yang telah
disiapkan sebelumnya, menu kami adalah ikan sambal, sayur gori dan satu lagi menu yang
sangat spesial yaitu rendang jengkol yang dibawa oleh salah satu guru pembimbing kami
buk mestika wulandari, kami menyantap makanan ini dengan lahapnya. akhirnya perut ini
terisi juga. Terlihat raut wajah-wajah lapar diantara kami berubah menjadi raut bahagia
yang terlukis dan keceriaan yang tersirat dikarenakan kami dapat melihat pesona yang luar
biasa dari daerah terpencil kabupaten kami yaitu Aceh Timur kami lahap menyantap
makanan yang sungguh nikmat itu. Setelah beristirahat sejenak kami brkeliling untuk
menikmati pesona yang ditawarkan desa ini sambil berfoto ria ala-ala para refleks camera
dan kami sangat bangga dan bahagia bisa berfoto disini, ditempat ini, ditanah gayo, di
daerah pedalaman Aceh Timur ini. kami telah menyediakan alat-alat foto sebelumnya,
seperti super wide, tongsis bluetooth atau bahasa ilmiahnya adalah monopod, handycam
dan SLR. Ntah berapa banyak expresi dan kebahagiaan yang kami abadikan, semuanya
melakukan perjalan pulang,saat kami akan pulang saya melihat ada sebuat pamplet yang
hanya melewati saja dan mungkin hanya beberapa diantara kami yang sadar bahwa
didaerah tersebut terdapa makam yang dijadikan objek wisata. Selanjutnya sebelum kami
pulang kami singgah di objek wisata lainnya yaitu jembatan gantung yang dibawahnya
terdapat sungai yang lebar dan airnya sangat jernih serta mengalir dengan derasnya, wuihh
rasanya sudah tidak sabar ingin menyentuh air tersebut. Dan saat air itu terpercik kekulit
sungguh rasanya sangat menyegarkan, sebagian dari kami memutuskan untuk langsung
masuk dan berenang ke dalam sungai tersebut, dan terlihat lagi raut keceriaan dari kami
yang rasanya tidak rela untuk meninggalkan surga dunia yang tersembunyi ini, tetapi saya
hanya cuci muka dan sikat gigi karena saya tidak bisa berenang dan tak membawa baju
ganti, tapi saya tetap dapat merasakan kenikmatan yang disuguhkan oleh tanah lokop ini,
meskipun tidak sepenuhnya karena saya tidak ikut berenang ke sungai tersebut. Ternyata
sungai tersebut juga digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci pakaian, dan
buang air besar maupun kecil, tapi kami tak peduli yang terpenting adalah kami dpat
merasakan kesegaran dan kenikmatan deras dan jernihnya sungai lokop ini. memang
disetiap moment itu harus diabadikan karna sejarah tak akan mungkin terulang kembali oleh
karna itu kami tak akan lupa untuk mengabadikan kecerian kami dengan berfoto ria
bersama, kami berfoto diatas jembatan gantung dan dipinggiran sungai lokop itu, ya tetap
saja kami menggunakan perlengkapan narsis yang telah disiapkan sebelumnya, inilah
pulang, disini sudah mulai terlihat wajah 5L dari kami semua karna kami harus menerima
kenyataan bahwasanya kami akan meninggalkan salah satu surga dunia yang tersembunyi
ini, namun saya merasakan kegelisahan yang sangat luar biasa yaitu perasaan ingin buang
air kecil namun disini tak ada tempat yang memungkinkan untuk biasa melakukan hal itu.
Yang akhirnya mengharuskan saya untuk menahan rasa itu, entah berapa lama rasa ini
tertahan, mungkin saat rasa itu hilang dengan sendirinya. Selang beberapa waktu berjalan
setelah kami menyusuri rute yang menantang yang sebelumnya sudah kami arungi saat
melakukan perjalanan pergi ,dan pada akhirnya kami tiba di penaron disana kami berhenti
disalah satu masjid desa peunaron, saya berlari menuju toilet untuk melepaskan rasa yang
sudah lama saya pendam, namun saya tak sanggup, karena aroma yang sangat menusuk
hidung dan menyengat menghampiri, aroma itu berasal dari toiletnya yang juga kotor dan
gelap. Karna tak sanggup saya menelepon anak kamar saya yang kebetulan rumahnya ada di
desa ini, dan ia menuruh saya beserta rombongan untuk mampir sejenak dirumahnya, lalu
saya mengatakan hal itu kepada pembimbing kami yaitu pak panca dan ia mengizinkan. Lalu
kami menuju rumahnya yang pada saat itu saya ditunjuk sebagai petunjuk jalan yang
padahal saya tak pernah sekalipun berkunjung kerumahnya walaupun itu adalah rumah
anak satu kamar saya, sepanjang jalan saya menghubunginya dan mengatakan sudah
sampai dimana posisi kami karna saya takut kelewatan , alhamdulillah ia dan ayahnya
menunggu rombongan kami dipinggir jalan, dan saat sudek kami berhenti saya langsung
turun keluar sudek, salam kepada kedua orang tuanya dan permisi menuju tempat yang
sudah lama saya nantikan yaitu toilet, selanjutnya aya dan yang lainnya shalat di rumah
salah satu teman kami itu yang merupakan siswi SMA Negeri unggul Aceh Timur yaitu
Akhlakul Kharimah yang bersedia dan rela menjadikan rumahnya sebagai tempat
persinggahan sementara kami, akhirnya saya mengungkapkan siapa sebenarnya anak kamar
saya itu. Setelah kami melakukan shalat maghrib, mandi, ganti pakaian dan menyantap
makanan yang telah disediakan , kami kembali melanjutkan perjalanan pulang, namun sperti
kebiasaan sebelumnya tak lengkap rasanya jika tak mengabadikan moment, kami berfoto
bersama diruang tamu rumah akhlakul kharimah tersebut, dan perjalanan kami dilanjutkan
seusai shalat maghrib, jalan yang harus kami lewati gelap gulita yang tak memilki
penerangan disekitarnya, sungguh menyeramkan, dan kami mengiringi perjalanan kami itu
dengan cerita yang menyeramkan, dan saat kami sudah mengalami puncak ketakutan, kami
menghentikan cerita tersebut, anehnya dijalan yang gelap gulita tersebut ada penduduk
yang berani nekat mengendarai sepeda motor yang tak memiliki lampu ataupun penerapan
apapun, sungguh sangat-sangat menantang, tapi mungkin hal yang lazim baginya untuk
mengendarai kendaraan dalam keadaan demikian, kami melupakan orang tersebut dan
kami tetap santai dan beristirahat sepanjang perjalanan, kami juga melakukan
perberhentian di rantau peureulak karna salah satu dari rekan kami berdomisili di desa
tersebut yaitu Hanna Raqidah Bakhdati dan kemudian kami juga berhenti di peureulak
untuk melakukan hal yang sama, yaitu menurunkan teman kami yang bertempat tinggal
didaerah tersebut yaitu Fhariz alfaizar dan Candra Maulizar. Selanjutnya kami terus
melanjutkan perjalanan pulang dan kami tiba di SMA Negeri Unggul Aceh timur yang
merupakan sekolah kami tercinta untuk mengambil barang-barang yang akan kami bawa
pulang kerumah masing-masing, setelah beres kami melanjutkan perjalanan dan tiba
saatnya kami di kota Langsa sekitar pukul 21.00 wib, disana kami diturunkan didepan
rumah teman kami yaitu sheryn aufa winona dengan gembelnya dan wajah lelah teman
saya bernama ridha nurhaliza juga ikut menginap dirumah saya karna keesokan harinya
kami akan membuat video english yang ditugaskan oleh mister muhasir. Sebelumnya
ternyata ayah saya tercinta sudah menanti di cafe green coffe mamak yang bersebalahan
dengan rumah sheryn aufa, karna saya dan rida sangat lapar kami memutuskan untuk
makan malam di cafe tersebut, menu yang kami pilih adalah ayam bakar nasi putih dan
minumannya adalah lemon tea hangat , hal ini disaran kan oleh ayah saya karna melihat
kondisi kami yang sudah masuk angin berwajah lelah dan berpakaian gembel. Sambil makan
saya menceritakan pengalaman saya di lokop dengan ayah saya, dan ayah saya tampaknya
sangat antusias mendengar short story yang saya paparkan. Kemudian kami bergegas untuk
pulang kerumah, sesampainya dirumah saya dan rida langsung mandi dan shalat isya,
ternyata perjalanan kami ini sangat melelahkan, saya sempat menceritakan perjalanan kami
kepada ibu saya yang telah menanti dirumah, dan kami disuruh untuk terus istirahat, namun
kami tak langsung istirahat karena saya dan rida mencoba baju belabda yang sebenarnya
adalah pakaian selayor saat pernikahan yang dimana baju itu kami modifikasi menjadi
pakaian ala none belanda dan juga mengenakan sepatu highheels kaca milik ibu saya yang
senada dengan warna bajunya yaitu putih. Bahh layaknya seorang pengantin pada malam
itu, tak sabar ingin menunjukkan penampilan dan persembahan dari kelas kami ini yang
diwakilkan oleh teman saya ridha nurhaliza pada acara pentas seni yang diselenggarakan
oleh pihak kelas XII MIA 1 dan ini merupakan pentas seni terakhir yang diselenggarakan oleh
masing-masing kelas XII sebelum tiba saatnya kami akan meninggalkan SMA N Unggul Aceh
Timur tercinta ini. setelah puas kami mencoba lalu kami berskan lagi dan kami bergegas
tidur, karena keesokan harinya kami harus cepat-cepat kembali ke langsa untuk membuat
video di hutan lindung perumnas, ya sepertinya 2 hari berturut-turut kami akan menjadi
anak hunting, photografer, dan anak yang tergabung dalam komunitas my trip my
adventure (MTMA), atau kami menjadi anak hutan yang selalu menyusuri hutan.
Teringat kejadian yang menimpa kami sebelumnya yaitu pemisahan dua kubu pihak
wanita, itu semua hanya sementara keegoisan mekarahan kekesalan dan kekecewaan yang
kami rasakan hanya sekejab, namun sekarang itu semua telah kami lupakan dan
menganggap hal itu tak pernah terjadi, kami tetap menjadi anak The Great Social (TGS) yang
sungguh perjalanan kami ini sangat LUAR BIASA AJAIB KEREN dan tak ada kata-
kata yang mampu mengambarkan seutuhnya, dan yang tak terlupakan dan PETUALANGAN
yang sangat mempesona, perjalanan bersama kami yang ke- empat kalinya ini dan merupakan
perjalanan terakhir kami bersama selama di SMA Negeri Unggul Aceh Timur merupakan
perjalanan petualangan yang sangat berkesan tak akan terlupakan dan tak lekang oleh waktu
meskipun banyak tugas menanti, seperti yang sedang kami lakukan ini.
Ini merupakan salah satu pemandangan desa lokop . ini merupakan koramil kecamatan serbajadi desa
lokop yang mengharukan setiap siapa saja yang lewat
untuk melapor.
Kami semua berharap kepada Pemerintah Daerah Aceh Timur maupun pemerintah
daerah provinsi Aceh agar objek wisata alam yang ada di lokop ini dapat di promosikan ke
mata masyarakat indonesia dan kepada mata dunia dan juga kami berharap ini dapat
menjadi objek wisata dan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar dan harus
memenuhi persyaratan untuk menunjang ke pariwisataan seperti akomodasi atau akses yang
baik, fasilitas penunjang yang baik dan sarana prasarana lainnya, serta harus memenuhi 7
aspek kepariwisataan dan manajemen pariwisata atau sapta pesona yaitu kenyamanan
keamanan kesejukan keindahan kebersihan keramah – tamahan dan kenangan jadi fungsi dari
pariwisata itu dapat kita manfaatkan dan kita rasakan semaksimal mungkin (hahaha geografi
sekali), dan juga kepada duta pariwisata aceh untuk lebih mengexpose lagi keberadaan
objek-objek wisata terpencil yang dapat dijadikan sebagai potensi daerah yan sangat
potensial, dan juga kepada beberapa duta Aceh timur yang sebenarnya terpilih dari siswa-
siswi Sma Negeri unggul Aceh Timur yaitu Andra Alfarisz, Utari Febrina, kak Fara revina
mahardina, kak ezi emira, kak tiara intan ultari, dan bang teuku agam ighfaryang masih
bertugas maupun tidak untuk dapat mempromosikan sejuta pesona dan keindahan yang kita