Anda di halaman 1dari 38

pendidikan kewirausahaan

Sabtu, 15 Desember 2012

pendidikan kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu negara yang sedang berkembang, peranan para wirausahawan tidak dapat
diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang lebih
cepat apabila memiliki para wirausahawan yang dapat berkreasi serta melakukan inovasi secara
optimal yaitu mewujudkan gagasan-gagasan baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap
usahanya. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang berusaha dengan giat
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu peran penting dalam meningkatkan
taraf hidup rakyatnya adalah melalui pendidikan. Hal ini karena, pendidikan merupakan salah
satu prasyarat untuk mempertahankan martabat manusia serta memiliki kesempatan dalam
mengembangkan kemampuan dan membina kehidupannya dalam masyarakat antara lain melalui
pendidikan.
Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan
bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga akan
menjadi bangsa yang beradab dan dapat bersaing di dunia Internasional. Salah satu upaya
mewujudkan tujuan pendidikan itu terutama di sekolah telah dikembangkan dan dilaksanakan
pelajaran kewirausahaan sebagai mata pelajaran. sejalan dengan pendapat Ciputra yang
menyatakan bahwa Pendidikan entrepreneurship akan mampu menghasilkan dampak nasional
yang besar bila kita berhasil mendidik seluruh bangku sekolah kita dan mampu menghasilkan
empat juta entrepreneur baru dari lulusan lembaga pendidikan Indonesia selama 25 tahun
mendatang.
Pendidikan entrepreneurship sejak dini sebagaimana dikemukakan Ciputra Dari pendapat
yang dikemukakan itu patut disimak bahwa usia memulai bisnis tidaklah ada patokan yang tepat.
Oleh karena itu keinginan individu yang ingin memulai bisnis mereka sejak usia dini bukanlah
hal yang tidak lazim. Di kalangan etnis Tionghoa, pebisnis kawakan di Indonesia maupun di
mancanegara aktivitas bisnis sudah mereka mulai sejak usia muda melalui pembelajaran dari
toko orang tuanya sejak mereka masih di Sekolah Dasar. Saat mereka merasa ingin memulai
aktivitas bisnis sendiri mereka tidak lagi .bekerja. Pada bisnis orang tuanya tetapi sudah memulai
bisnis sendiri. Di Indonesia etnis lain yang mempunyai motiv berbisnis yang relatif tinggi dapat
dilihat pada etnis antara lain Minang, Bugis dan Madura. Terbentuknya calon pebisnis baru di
sebuah Negara menjadi penting karena akan melahirkan pebisnis-pebisnis tangguh yang akan
membuat pertumbuhan ekonomi negara itu menjadi lebih baik. Terbatasnya lapangan kerja
akibat laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi,
penyebaran tenaga kerja yang tidak merata dan sikap mental wirausaha para lulusan sekolah
kejuruan dan non kejuruan yang tidak terbina dengan baik, memerlukan pemecahan yang cukup
serius.
Sebagaimana diketahui salah satu tujuan kebijaksanaan pembangunan nasional adalah
meningkatkan produksi yang disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru yang seluas-luasnya
dan penyebaran pendapatan yang lebih merata. Berdasarkan uraian di atas, maka sudah
sewajarnya para lulusan sekolah kejuruan diajak untuk memahami secara realistis keadaan
sekarang ini dalam hubungannya dengan masalah kesempatan kerja. Juga perlu disadari bahwa
tanggung jawab mereka tergantung sepenuhnya pada diri mereka. Pemikiran yang selalu
menggantungkan sepenuhnya harapan kepada pemerintah dan pihak lainnya untuk menyediakan
lapangan kerja perlu disingkirkan. Salah satu alternatif yang menarik untuk memecahkan
masalah ketenagakerjaan ini adalah menumbuhkan sikap mandiri, mengembangkan pengetahuan,
menumbuhkan motivasi dan menanamkan minat berwirausaha terhadap anak.
Jelaslah bahwa salah satu solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran serta
meningkatkan pendapatan masyarakat dalam rangka pengembangan wilayah adalah melalui
pengembangan SDM di samping pengembangan sumber daya lainnya melalui pendidikan formal
sebagai sebuah lembaga untuk menumbuhkan sikap mandiri, mengembangkan pengetahuan, dan
menumbuhkan motivasi serta menanamkan minat berwirausaha kepada anak-anak.
A. Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1) Apakah pengertian kewirausahaan?
2) Bagaimana proses pendidikan kewirausahaan di sekolah?
3) Bagaimana cara memupuk jiwa kewirausahaan sejak dini?
4) Apakah peran pendidikan dalam pembentukan jiwa wirausaha pada anak?
5) Bagaimana cara pendidikan kewirausahaan dalam membentuk minat anak?
6) Bagaimana cara pendidikan kewirausahaan dalam membangun motivasi anak?
7) Apakah perlunya pendidikan kewirausahaan?

B. Tujuan Pembahasan

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan.
2) Untuk mengetahui proses pendidikan kewirausahaan di sekolah.
3) Untuk mengetahui cara memupuk jiwa kewirausahaan sejak dini.
4) Untuk mengetahui peran pendidikan dalam pembentukan jiwa wirausaha pada anak.
5) Untuk mengetahui perlunya pendidikan kewirausahaan.

Teknik penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Universitas Negeri Malang (UM, 2010).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewirausahaan


Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri
dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang,
menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu
sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan meruapakan sikap mental dan jiwa yang
selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa
dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu,
hari demi hari, minggu demi minggi selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan
kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan
berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah pelaku utama dalam
pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah melakukan inovasi atau kombinasi-kombinasi yang
baru untuk sebuah inovasi (Hendro, 2011: 29).
(Wordpress:2010) Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam
mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Pada hakekatnya
semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya
dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan
negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai
prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain,
kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya
berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between
taker atau go between.
1. Konsep Kewirausahaan
Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan adalah
suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang
selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang yang memiliki karakter
wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang
terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk
meningkatkan kehidupannya.
(Norman:2009), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and
uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and
asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Wirausahawan adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis;
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang
tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan
pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha
dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha
adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan
kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business).Padahal, dalam kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter
wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup
semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun. Wirausaha adalah mereka yang
melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu
sumber daya untuk menemukan peluang(opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi,
aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi
usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar
melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat
bersaing.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
a) Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
b) Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
c) Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or
services),
d) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak
dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and
services with fewer resources).
Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran
pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter wirausaha juga dimiliki oleh orang-orang yang
berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai
perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
a) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
b) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan
mengembangkan usaha.
c) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda
(inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
d) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
e) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
f) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan
sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah
nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya,
bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam
kegiatan usahanya. Meredith memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha
sebagai orang yang:
a) Percaya diri
b) Berorientasi tugas dan hasil
c) Berani mengambil risiko
d) Berjiwa kepemimpinan
e) Brorientasi ke depan
f) Keorisinalan.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi
oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh
pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa seseorang
wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan
berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan
untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian
untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan
meramu sumber daya.
2. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Beberapa puluh tahun yang lalu ada pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan
tidak dapat diajarkan. Akan tetapi sekarang ini Enterpreneurship (kewirausahaan) merupakan
mata pelajaran yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan telah bertumbuh sangat
pesat.Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir ini.
Demikian pula di negara kita pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar, sekolah
menengah, perguruan tinggi di berbagai kursus bisnis. Jadi kesimpulannya kewirausahaan itu
dapat diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis
kemudian kita akan membuat mereka menjadi seorang wirausaha yang berbakat (Buchari Alma
2000:5).
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia
pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di
antaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan. Menurut Suparman
Suhamidjajabahwa:”Pendidikan kewirausahaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk
menempa bangsa Indonesia sesuai dengan kepribadian Indonesia yang berdasarkan
Pancasila”. Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan
untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang
dinamis dan kreatif sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.
Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang
independen atau terpisah dari ilmu-ilmu yang lain:
a) kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan
metode ilmiah yang lengkap
b) kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu posisi venture start-up danventure-growth. Ini jelas
tidak masuk dalam frame work general management cources yang memisahkan management dan
businessownership
c) kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
d) kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan
pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan
dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan
adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk sikap.
Adapun perlunya pendidikan kewirausahaan di Indonesia menurut R. Djatmiko
Danuhadimedjo (1998:77) adalah:
a) Untuk mengembangkan , memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit
tersebut lebih berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
b) Untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan
menumbuhkan kepribadian wirausaha.
c) Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan
untuk membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.
d) Dengan demikian apabila kepribadian wirausaha kita miliki, maka negara kita yang sedang
berkembang ini akan dapat menyusul ketinggalan atau menyamai negara yang sudah maju.
e) Untuk menumbuhkan cara berpikir yang rasional dan produktif dalam memanfaatkan waktu dan
faktor-faktor modal yang dimiliki oleh wirausaha tradisional pribumi.

2.2 Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah


Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),
sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada
dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-
kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu
komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara
mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan
kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini,
program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses
pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran
sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter
wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-
hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada
semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta
didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran
yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan
materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan
pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan
intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat
berat. Oleh karena itu penanaman nilainilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan
cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya.
Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan
demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang
paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok
kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)
nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan
kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap
perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya
memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang
terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada
dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang
akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan
pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai
milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri.Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap,
dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut:
a) Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup
didalamnya.
b) Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam
silabus.
c) Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d) Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
RPP.
2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan
minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna
untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Misi ekstra kurikuler adalah:
a) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka
b) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri
secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang
dilakukan melalui kegiatanpelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan
kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi
dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan
memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan,
kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri
meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara
khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan
tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri,
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui
pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar,
karya peserta didik, dll).
4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga
kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan
bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan
pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada
beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan
kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung
(eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta
didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran
kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan
dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap
apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan
semata-mata mengikuti urutan penyajian dan k egiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah
dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian
nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi,
tugas maupun evaluasi.
6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik
berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika
berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran,
tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh
warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata
pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur
budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya
mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam
kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di
ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola
menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual
dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi
pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap
perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK
memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK
yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP
MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau
penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan
menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta
didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-
nilai kewirausahaan.
2.3 Memupuk Jiwa Kewirausahaan Anak Sejak Dini
Kebanyakan orangtua sering memaknai dan menyikapi kebiasaan konsumtif anak-anak
secara negatif. Padahal, apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan anak merupakan pendidikan
yang membentuk jiwa dan kepribadiannya kelak.
Jajan memang sangat identik dengan dunia anak. Ada yang merengek-rengek minta jajan, karena
anak tetangga atau teman sekolahnya lagi jajan. Ada juga yang sering jajan, karena mendapat
uang saku ekstra dari sang eyang. Tidak hanya itu, anak-anak juga biasanya minta dibelikan
mainan ini dan itu. Secara psikologis, kebiasaan ini bisa dimaklumi, karena dunia anak memang
dunia bermain, ceria, dan bergembira ria. Yang bisa dilakukan oleh orangtua dan para pengasuh
adalah, mengarahkan kebiasaan itu agar bernilai edukasi. Seperti, menanamkan jiwa wirausaha
kepada anak sejak usia dini. Sehingga, budaya konsumtif itu bisa berubah menjadi budaya
produktif.
Menurut Psikolog Anak, Rina Mutaqinah Taufik, pendidikan wirausaha untuk anak sejak
dini ini sangat baik. Namun sebelumnya, si anak harus dibekali tentang nilai tanggung jawab,
cara mengelola uang secara sederhana, dan mengelola waktu untuk belajar dan
berwirausaha. Misalnya, mengajarkan anak tanggung jawab ketika buang air kecil ke toilet, dan
mengelola uang jajan yang diberikan—sebagian untuk jajan makanan yang sehat, sebagian untuk
menabung, dan sebagian lagi untuk sedekah. Latihan seperti ini sudah bisa dilakukan sejak anak
berusia dua tahun. Karena, sejak kecil pun anak sudah mampu berkomunikasi. “Jangan anggap
anak tidak mengerti apa-apa dengan mengatakan, ‘Ah, masih anak kecil,’” ujarnya.Sementara
itu, menurut Zainun Mu’tadin, M.Psi, Dosen Psikologi UPI YAI, orangtua harus menanyakan
anaknya hal-hal yang memancing kreativitas. Misalnya, jangan bertanya 5 x 5 berapa. Tapi,
tanyalah berapa kali berapa saja sama dengan 25. Anak akan dilatih untuk memiliki beberapa
alternatif jawaban dan solusi. Dengan alternatif tersebut, anak mampu mengambil keputusan
yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.Tentu saja jiwa wirausaha pada diri anak tidak serta-
merta ada, tapi memerlukan latihan bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas
keseharian anak. Misalnya, membereskan mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur,
dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan untuk berdisiplin, bertanggung jawab, dan
awal pengajaran tentang kepemilikan.
Latihan selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik.
Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah,
dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Tahap
selanjutnya, si anak mulai diajarkan berbisnis kecil-kecilan. Misalnya, menjual makanan ringan
ke teman-teman sekolahnya. Dengan syarat, orangtua harus benar-benar melihat kemampuan si
anak, agar tidak membebani ketika belajar di sekolah. “Kalau kita tahu anak bermasalah dalam
konsentrasi belajar, sebaiknya jangan dulu diizinkan,” tegas Zainun. Dengan demikian, anak
akan memiliki keahlian mendasar untuk menjadi seorang pengusaha. Ia akan belajar mengetahui
modal awal, harga jual, dan laba dari penjualan. Secara mental, akan merangsang kreativitas
anak dan membentuk kesadaran bahwa mencari uang itu tidak mudah. Dan secara tidak
langsung, ia juga belajar matematika, marketing, komunikasi, dan lain sebagainya.
Indonesia sebagai negara besar yang memiliki penduduk sekitar 230 juta jiwa masih
sangat minim memiliki wirausahawan. Berdasar data, hanya sekitar 0,18% penduduk Indonesia
dari total penduduk yang merupakan wirausahawan. Padahal secara konsensus, sebuah negara
agar bisa maju, minimal harus memiliki wirausahawan minimal 2% dari total
penduduknya. Peluang untuk tumbuhnya wirausahawan di negeri ini sebenarnya cukup besar,
namun anehnya pengangguran dari waktu ke waktu justru makin meningkat. Salah satu
penyumbang besar pengangguran dan terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu adalah
mereka yang berstatus sarjana. Dunia wirausaha menjadi pilihan ke-2 setelah menjadi karyawan,
baik itu karyawan PNS maupun swasta. Sepertinya telah terjadi sesuatu secara sistematis di negri
ini. Kenapa, karena di jaman nenek moyang kita, jarang kita menemukan pengangguran, hampir
semua masyarakat berkarya sebagai, petani, nelayan, pedagang atau profesi lain. Sepertinya ada
pergeseran budaya di masyarakat kita. Dahulu, pekerjaan diwariskan dari orang tua turun
temurun. Tidak seperti sekarang, pekerjaan dicari, dilamar, dan kemudian diterima atau ditolak.
1. Proses Pembelajaran kewirausahaan (Entrepreneurial Learning)
Dalam teori siklus pembelajaran, Munford (1995) menyatakan bahwa pembelajaran didapat
dari proses pembelajaran atas pengalaman yang didapat dalam aktivitas sehari-hari yang
kemudian disimpulkan dan menjadi konsep maupun sistim nilai yang dipergunakan untuk
keberhasilan dimasa yang akan datang. Hall menyatakan bahwa dalam jangka pendek
pembelajaran akan merubah sikap dan kinerja seseorang, sedangkan dalam jangka panjang
mampu menumbuhkan identitas dan daya adaptabilitas seseorang yang sangat penting bagi
keberhasilannya. Cope dan Watt menyatakan bahwa kejadian kritis (critical-incident) yang
dialami wirausaha dalam kegiatan usahanya sehari-hari mengandung muatan emosional yang
sangat tinggi dan pembelajaran tingkat tinggi. Cope dan Watt menekankan pentingnya
pembimbingan (mentoring) untuk mengintepretasikan kejadian kritis yang dihadapi sebagai
pembelajaran, sehingga hasil pembelajarannya menjadi efektif.
Sulivan menekankan pentingnya client-mentor matching dalam keberhasilan
pembimbingan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pembelajaran dapat
difasilitasi ketika dibutuhkan wirausaha. Dengan memperhatikan tingkat siklus hidup wirausaha.
Lebih jauh, Rae menggambarkan bahwa pengembangan kemampuan wirausaha dipengaruhi oleh
motivasi, nilai-nilai individu, kemampuan, pembelajaran, hubungan-hubungan, dan sasaran yang
diinginkannya. Sementara itu Minniti dan Bygrave membuktikan dalam model dinamis
pembelajaran wirausaha, bahwa kegagalan dan keberhasilan wirausaha akan memperkaya dan
memperbaharuistock of knowledge serta sikap wirausaha sehingga ia menjadi lebih mampu
dalam berwirausaha. Dalam kaitannya dengan upaya untuk mempertahankan usaha, seorang
wirausahawan memerlukan suatu strategi positioning yang kuat serta konsisten dalam suatu
lingkungan persaingan yang dinamis. Hal ini memerlukan suatu perbaikan yang berkelanjutan
untuk mengelola perubahan tersebut agar efektif sehingga diperlukan suatu proses pembelajaran
baiksingle-loop learning untuk memperkuat posisi saat ini maupun double-loop learning untuk
menemukan landasan kokoh guna membangun keunggulan bersaing.
Wright menyebutkan bahwa “akumulasi pembelajaran” merupakan salah satu harta tak
berwujud yang menjadikan suatu kapabilitas individu atau perusahaan yang tidak dapat ditiru
(inimitable), terutama pengetahuan teknis yang tidak kentara (tacit knowledge). Pendidikan dan
latihan, mentoring dan belajar dari pengalaman merupakan faktor pembentuk pembelajaran
kewirausahaan yang signifikan. Pembelajaran dapat dipandang sebagai proses perubahan dan
pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan seorang wirausahawan, baik
melalui pendidikan, pelatihan, mentoring, ataupun pengalaman.

2.4 Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Jiwa Wirausaha Pada Anak


Pada awal abad 20, entrepreneurship atau kewirausahaan menjadi satu kajian hangat
karena perannya yang penting dalam pembangunan ekonomi. Adalah Schumpeter yang
mengatakan bahwa jika suatu negara memiliki banyak entrepreneur, negara tersebut
pertumbuhan ekonominya tinggi, yang akan melahirkan pembangunan konomi yang tinggi. Jika
suatu negara ingin maju, jumlah entrepreneurnya harus banyak Enterprenuership is driving force
behind economic growth. Kirzner mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan bagian penting
dalam pembangunan. Rasionalisasinya adalah jika seseorang memiliki kewirausahaan, dia akan
memiliki karakteristik motivasi/mimpi yang tinggi (need of achievement), berani mencoba (risk
taker), innovative dan independence. Dengan sifatnya ini, dengan sedikit saja peluang dan
kesempatan, dia mampu merubah, menghasilkan sesuatu yang baru, relasi baru, akumulasi
modal, baik berupa perbaikan usaha yang sudah ada (upgrading) maupun menghasilkan usaha
baru. Dengan usaha ini, akan menggerakan material/bahan baku untuk “berubah bentuk” yang
lebih bernilai sehingga akhirnya konsumen mau membelinya. Pada proses ini akan terjadi
pertukaran barang dan jasa, baik berupa sumber daya alam, uang, sumber daya sosial,
kesempatan maupun sumber daya manusia. Dalam ilmu ekonomi, jika terjadi hal demikian, itu
berarti ada pertumbuhan ekonomi, dan jika ada pertumbuhan ekonomi berarti ada pembangunan.
Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia
wirausaha, namun ada pendapat yang mengatakanbahwa seorang wirausaha lebih memiliki
streetsmart daripada booksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan
untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari buku dan
pendidikan formal (booksmart).Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika
pendapat tersebut benar maka secara tidak langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk
mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk
berhasil.Terhadap pendangan di atas, Chruchill memberi sanggahan terhadap pendapat ini,
menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan dia
mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena dia lebih
mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia jugatidak menganggap remeh arti
pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumberkegagalan kedua adalah jika seorang
wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapimiskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu
perpaduan antara pendidikan dan
pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Menurut Eels dam Mas’oed dibandingkan dengan tenaga lain
tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena
memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas.
Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai
manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk
menyelesaikan masalah, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang
memadai mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan
merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa
pengetahuan keilmuan yang lengkap. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan
untuk menunjang kegiatan seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan.
Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan
atau teori sebagai landasan berpikir.

2.5 Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Minat Anak


Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar
minatnya. Jika eseorang telah melaksanakan kesungguhannya kepada suatu objek maka minat ini
akan menuntun seseorang untuk memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut
atau memiliki objek tersebut. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang
mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat
mengandung unsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang
diinginkannya itu sebagai kebutuhannya.
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-
kebutuhannya sendiri. Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan
kepentingannya sendiri. Minat merupakan suatukeinginan yang cenderung menetap pada diri
seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya, kemudian
dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan adanya perhatian pada objek yang
diinginkannya itu untuk mencari informasi sebagai wawasan bagi dirinya. Siswa akan
mempunyai dorongan yang kuat untuk berwirausaha apabila menaruh minat yang besar terhadap
kegiatan wirausaha. Dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk melakukan suatu
aktivitas tertentu, karena di dalam minat terkandung unsur motivasi atau dorongan yang
menyebabkan siswa melakukanaktivitas sesuai dengan tujuan. Kuatnya dorongan bagi diri
seseorang dapat berubahubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut terjadi karena kepuasan
kebutuhan yakni seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya. Dengan demikian
dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan. Apabila
kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri sifatnya
menyenangkan. Hal ini berarti bahwa dorongan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek
yang menarik ini disertai dengan perasaan senang.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk
berwirausaha, diantaranya:
a) Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan tindakan
dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya kemauan seseorang untuk mencoba
berwirausaha merupakan suatu hal yang baik.
b) Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Saat ada
ketertarikan dari diri seseorang maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal
ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk
berwirausaha.
c) Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam
menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam
bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan
warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan
di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat
mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
d) Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh
terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan
dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai
pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas
SDM yang berguna (Suprapto, 2007). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya
minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap sesuatu yaitu minat berwirausaha.

2.6 Pendidika Kewirausahaan Dalam Membangun Motivasi Anak


Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah
suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami
oleh individu, semakin besar ketegangan, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan
individu dalam mencapai tujuannya. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti
dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi adalah karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2005).
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang dan
dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran serta berkaitan dengan minat. Motivasi
bisa bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri; dapat juga bersifat external yaitu dari
guru, orang tua, teman dan sebagainya. Oleh karena itu, memahami motivasi yang ada pada
individu patut juga memahami beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar. Teori motivasi
telah muncul sejak dasawarsa 1950 saat konsep-konsep motivasi ditulis dan menjadi acuan
banyak pihak. Tiga teori motivasi (klasik) dikenal dengan teori hirarkhi kebutuhan dari Abraham
Maslow, Teori X dan Y dari Douglas McGregor dan Teori Motivasi Higienis dari Frederick
Herzberg. Selain Teori motivasi (klasik) dikenal juga Teori Kontemporer yang menyertai Teori
motivasi (klasik). Teori kontemporer motivasi antara lain Teori ERG (existence, relatedness,
growth) yang dikemukakan oleh Clayton Alderfer dari Universitas Yale. Teori lain berasal dari
David McClelland yang mengemukakan tentang motivasi berprestasi. Teori ini mengungkap
bahwa diri manusia ada tiga hal penting yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan
kebutuhan berkuasa. Dua teori motivasi kontemporer yang telah disebut di atas lazim digunakan
untuk mengamati, mempelajari, menganalisis dan memahami perilaku individu saat ia
melakukan aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu aspek motivasi menjadi sangat relevan bila
kita ingin mengetahui motivasi individu dalam berwirausaha.
Dalam berwirausaha peran motivasi, terutama motivasi untuk berhasil menjadi sangat
penting. Sebab di dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong
(drive/stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha diperlukan
daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat
untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha. Pasalnya, keberhasilan berwirausaha tidak
dengan seketika diperoleh. Itu sebabnya bagi para pemula atau pebisnis kawakan aspek-aspek
yang disebutkan tadi penting dimiliki dan menjadi modal untuk meraih sukses. Jadi, motif adalah
daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan
tertentu. Sebab sejumlah motif akan membentuk menjadi motivasi yang bersumber dari
kebutuhan individu. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai
jenis kebutuhan. Hal itu sejalan dengan teori hirarki kebutuhan (hierarchy of needs) dari
Abraham Maslow, yang terdiri dari: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
sosial, kebutuhan terhadap harga diri, kebutuhan akan aktualisasi (Iskandar, 2009).
Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, individu terlebih dahulu terpuaskan
pada tingkat kebutuhan sebelumnya. Tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul apabila tingkat
kebutuhan yang lebih rendah telah terpuaskan. Berdasarkan teori ini kelima tingkatan kebutuhan
tersebut merupakan motivator bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Pada
hakekatnya tingkah laku manusia ditentukan oleh keinginannya untuk mencapai tujuan atau
maksud tertentu. Tindakan yang dilakukan selalu dipengaruhi oleh dorongan baik berasal dari
dalam dirinya maupun dorongan yang berasal dari luar dirinya yang juga disebut motif.
Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada timbulnya
dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu objek pekerjaan di samping pekerjaan
lain, yakni pegawai negeri atau pegawai swasta. Dengan demikian motivasi berwirausaha
diartikan sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu kegiatan
berwirausaha. Dengan demikian adanya perasaan senang yang menyertai timbulnya motivasi
berwirausaha. Rangsangan-rangsangan dari objek wirausaha akan menumbuhkan motivasi dan
motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan dan motor untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya ketidakseimbangan dalam diri
seseorang. Keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan sehingga timbul kebutuhan untuk
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Kebutuhan ini menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah
perbuatan tersebut dilakukan maka tercapai keadaan seimbang dalam diri siswa. Kebutuhan yang
sudah tercapai dengan hasil baik akan memberikan kepuasan dan timbulnya rasa puas pada diri
siswa akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi keseimbangan tersebut tidak berlangsung untuk
selamanya karena akan timbul ketidakseimbangan baru yang menyebabkan proses motivasi di
atas diulangi. Keberhasilan usaha dalam bidang wirausaha terletak pada sejauhmana motivasi
berprestasi dalam berwirausaha menjiwai usahanya. Semakin tinggi motivasi berprestasi dalam
berwirausaha akan semakin menunjang keberhasilan usaha yang dicapai. Karena dengan
motivasi berwirausaha yang tinggi akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan
akan mampu menciptakan jalan keluar dari kesulitan. Selain itu akan selalu didorong oleh
pemikiran optimis, semangat kerja, ulet dan menggunakan program dalam mencapai tujuan di
bidang usahanya, kegiatannya dilaksanakan dengan teratur dan bertanggung jawab.
Siswa yang memiliki motivasi berwirausaha tinggi, berarti mempunyai kemauan untuk
berhasil dalam berwirausaha. Dengan pertimbangan siswa-siswi belum terjun secara aktif dalam
kegiatan wirausaha sehingga tidaklah mungkin mengukur perilakunya dalam berwirausaha dan
dengan asumsi bahwa sikap berwirausaha sangat dekat dengan perilaku dalam bidang
berwirausaha, maka berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha mempengaruhi sikap berwirausaha.

2.7 Perlunya Pendidikan Kewirausahaan


Kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses pembelajaran.
Perlunya pendidikan kewirausahaan bagi setiap orang antara lain sebagai berikut :
a) Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai kemampuan luar biasa. Oleh karena itu, sudah
sewajarnya memberikan kesempatan kepada setiap manusia memiliki kepribadian wirausaha.
Ilmu kewirausahaan dapat dibentuk, dilatih, dididik, dikembangkan dan ditingkatkan jumlahnya.
b) Seorang yang berjiwa wirausaha, diri sendirilah yang menjadikan seorang manusia yang
berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap
mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan daya juang untuk mencapai kemajuan.
c) Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi seseorang dalam menjalani kehidupan.
d) Kewirausahaan adalah sumber peningkatan mutu kepribadian dan kemampuan usaha. Usaha
penggalian kewirausahaan sangat mutlak diharapkan oleh setiap orang.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh suatu masyarakat dan negara dengan
adanya orang-orang yang berjiwa wira-usaha, antara lain sebagai berikut :
a) Sebagai generator dan sumber penciptaan serta perluasan kesempatan kerja.
b) Sebagai pelaksanaan pembangunan yang dapat dipercaya integritasnya dan berdedikasi
memajukan lingkungannya.
c) Sebagai penolong orang lain agar orang lain mampu membantu dan menolong dirinya.
d) Sebagai pembayar pajak yang teratur.
e) Sebagai sumber tenaga manusia yang ideal.
Kecenderungan yang terjadi pada masyarakat, kebanyakan dari mereka lebih
menginginkan pekerjaan yang mapan setelah menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak mau
mengawali kehidupan setelah lulus dengan memulai suatu usaha. Kesuksesan seseorang mereka
lihat dari ukuran seberapa makmur kehidupan orang tersebut, berapa besar gaji yang
diperolehnya, apakah ia sudah memiliki mobil mewah atau rumah yang indah. Padahal, sukses
tidaknya seorang wirausahawan bukan dilihat dari sudut pandang kemakmuran dan kesejahteraan
seseorang. Namun lebih dinilai dari usaha apa yang telah diperbuat dalam pekerjaannya, baik itu
dengan memulai suatu usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang digelutinya.
Pendidikan kewirusahaan sekarang ini cenderung kepada bagaimana memulai suatu
usaha dan mengelola usaha tersebut dengan baik. Wirausaha bukan berarti harus memiliki suatu
usaha. Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-
tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Bekerja keras unutk menjawab
tantanga-tatangan yang ada dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan sebaik-baiknya
tanpa harus melanggar aturan dan etika yang ada.
Pendidikan kewirausahaan sangatlah penting bagi wirausaha, agar mereka tidak meraba-
raba dalam melakukan bisnis mereka. Dengan adanya pendidikan maka mereka akan
mempertimbangkan semua yang akan mereka lakukan dengan matang. Pendidikan akan
membentuk para wirausahawan atau pebisnis yang handal dan tangguh. Siap menghadapi
tantangan yang akan mereka hadapi. Besar kecilnya resiko akan mereka pertinmbangkan
matang-matang, melakukan segala hal dengan petunjuk yang mereka ketahui tanpa adanya
kebimbangan yang tidak pasti.
1. Perlunya Pendidikan Kewirausahaan Sejak Dini
Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah
ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan
perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu berkat
adanya bakat atau hasil pendidikan.
Demikian salah satu kesimpulan yang terungkap dalam Parenting Seminar yang diselenggarakan
Universitas Paramadina, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Sebagai pembicara dalam seminar
tersebut adalah CEO PT Graha Layar Prima Ananda Siregar, pakar kepribadian sekaligus
Presiden Direktur Lembaga Pendidikan Duta Bangsa Mien R Uno, dan Presiden Direktur
Kiroyan Kuhon Partners/PT Komunikasi Kinerja, Noke Kiroyan. Mien Uno mengatakan bahwa
untuk menjadi wirausahawan andal dibutuhkan sebuah karakter unggul.
Karakter unggul tersebut adalah pengenalan terhadap diri sendiri (self awareness), kreatif,
mampu berpikir kritis, mampu memecahkan permasalahan (problem solving), dapat
berkomunikasi, mampu membawa diri di berbagai lingkungan, menghargai waktu (time
orientation), empati, mau berbagi dengan orang lain, mampu mengatasi stres, bisa
mengendalikan emosi, dan mampu membuat keputusan. Karakter tersebut, masih menurut Mien
Uno, akan terbentuk melalui sebuah proses yang panjang. Dalam proses ini, orang tua anak perlu
mengambil peranan. Orang tua perlu menyupervisi anak dengan memberi contoh yang baik dan
menjaga agar ucapannya sama dengan tindakan. Selain itu, orang tua ikut memotivasi anak,
mengevaluasi, dan memberikan apresiasi atas prestasi anak. Membangun jiwa kewirausahaan
memang sangat penting, lebih-lebih dengan meningkatnya angka pengangguran terdidik.
Kriteria pengangguran terdidik adalah para lulusan perguruan tinggi,baik D-1,D-2,D-3,S-
1,S-2 maupun S-3 yang belum mendapatkan pekerjaan dan tentunya mereka berpredikat sebagai
pencari kerja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007, jika pengangguran terdidik
mencapai 6,16% atau 673.628 orang pada Agustus 2006, jumlah tersebut naik menjadi 7,02%
atau 740.206 orang pada Februari 2007. Mengutip pendapat sosiolog David Mc Celland, suatu
negara bisa menjadi makmur manakala memiliki sedikitnya dua persen entrepreuneur
(wirausahawan) dari jumlah penduduk. Dari data statistik BPS (2007), Indonesia baru memiliki
400.000 wiraswastawan atau 0,18 persen dari jumlah penduduk. Untuk itu, Indonesia perlu
secara serius mempersiapkan lahirnya generasi entrepreuneur untuk mencapai kemajuan
ekonomi yang pesat.

Bagi sebagian orang, pendidikan bisa menjadi faktor pendorong kesuksesan untuk berwirausaha.
Seseorang memang tidak perlu berpredikat sarjana untuk menjadi pengusaha, tetapi dengan latar
belakang pendidikan akademik, berarti akan banyak kesempatan terbuka karena lebih luas
wawasannya dalam melihat berbagai peluang bisnis yang ada.
Problem utama dalam membangun jiwa kewirausahaan adalah kurangnya kesadaran akan
arti penting dan urgensinya menjadi pemuda yang mandiri dan berwirausaha. Kini masih banyak
pemuda terdidik dari organisasi kepemudaan yang lebih berorientasi kepada pergerakan politik
dan kekuasaan karena mereka cenderung memilih cara instan untuk menjadi terkenal dan politisi
andal, tetapi dari aspek ekonomi mereka jauh tertinggal. Jadi, tahap awal yang harus dilakukan
dalam memberdayakan pemuda adalah membangun jiwa pemuda yang mandiri dan menanamkan
semangat hidup berwirausaha agar kemandirian mudah dibangun. Berarti pendidikan dalam
konteks ini mestinya bukan sekadar untuk mencetak generasi terampil serta memiliki kompetensi
tinggi, tetapi juga harus mampu mencetak generasi dengan jiwa wirausaha.
Ikon bahwa sekolah hanya mencari ilmu, lantas mencari pekerjaan, harus diubah menjadi
mencari ilmu dan mengaplikasikannya di lapangan. Dengan demikian, pendidikan nasional harus
mampu membawa generasi terdidik untuk menciptakan pekerjaan.
Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan sejak SD bisa mengubah tipe pendidikan
nasional kita yang sudah terlanjur menjadi birokrasi minded karena melulu difokuskan untuk
mencetak generasi baru yang hanya untuk mengisi kantor-kantor saja. Dengan fakta angka
pengangguran terdidik yang makin melonjak dari tahun ke tahun, kini tipe pendidikan birokrasi
minded tidak layak dibiarkan terus-menerus. Sekarang saatnya anak-anak sejak SD diajari untuk
mengenal berbagai jenis kewirausahaan, sebagai alternatif menghadapi masa depan di luar cita-
cita menjadi pegawai kantor. Mental priyayi sebagai konsekuensi dari birokrasi minded, yang
selama ini menjadi tipe pendidikan nasional kita, harus mulai dihapus. Sebab faktanya
menunjukkan, lowongan pekerjaan di kantor selalu terbatas. Sebaliknya, peluang kerja di luar
kantor terbuka lebar untuk semua generasi.
Jika pendidikan nasional dibiarkan bertipe birokrasi minded, dikhawatirkan hanya akan
menambah angka pengangguran terdidik dari tahun ke tahun. Masih terlalu banyak lulusan
perguruan tinggi yang bermental priyayi, sehingga tidak bersedia merintis usaha kecil dan
memilih menganggur sambil mondar-mandir keluar masuk kantor menawarkan surat lamaran
kerja yang dilampiri ijasah sarjananya. Jika generasi muda dibiarkan bermental priyayi, ujung-
ujungnya banyak di antara mereka yang hanya akan menjadi kuli di negara lain, sehingga makin
menguatkan citra Indonesia sebagai bangsa kuli. Hal ini hanya bisa dihentikan dengan
memberikan pendidikan kewirausahaan kepada anak-anak sejak SD. Betapa mental priyayi
banyak dimiliki jajaran pendidik kita, sehingga bisa menjadi kendala untuk mengajarkan
pendidikan kewirausahaan di sekolah-sekolah.
Jadi, kendala utama untuk mengajarkan pendidikan kewirausahaan di sekolah terletak pada
guru-guru di sekolah. Hal ini hanya bisa diatasi dengan poltical will dari pemerintah dalam
bentuk instruksi resmi dari otoritas pendidikan (Depdiknas) kepada kepala-kepala sekolah agar
mengajarkan pendidikan kewirausahaan.
2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan
Paradigma kewirausahaan saat ini terus diwacanakan dan bahkan telah menjadi bagian dari
motto sejumlah lembaga pendidikan. Kelas kewirausahaan diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan formal kita khususnya universitas. Melalui pendidikan kewirausahaan yang terarah
dan sistemik dengan komitmen sepenuh hati dari segenap civitas akademika di perguruan tinggi
diharapkan nantinya lulusan S1 mampu menciptakan lapangan kerja bagi para pencari kerja atau
minimal bagi dirinya sendiri.
Dengan demikian mereka menjadi insan-insan akademik yang mandiri dan mampu
mensejahterakan dirinya dan orang lain. Mereka percaya diri untuk menumbuhkembangkan
usahanya dan tidak berorientasi menjadi pegawai yang selama ini merupakan fenomena umum
terjadi pada diri sebagian besar lulusan perguruan tinggi. Peluang untuk membuka lapangan
kerja masih terbuka lebar bagi para mahasiswa yang mempunyai minat dan jiwa
entrepreneurship tinggi. Dukungan segenap civitas akademika diperlukan agar menjadikan
mahasiswa siap berwirausaha.
Di kalangan perguruan tinggi negeri seperti dj Universitas Brawijaya dewasa ini tersedia
alokasi anggaran melalui program kewirausahaan mahasiswa (PKM). Berbagai kegiatan yang
mendorong terjadinya kreativitas mahasiswa di bidang kewirausahaan perlu selalu digalakkan.
Mengundang dunia usaha dan industri menjalin kerjasama dengan universitas dalam
pengembangan jasa atau produk-produk yang diciptkaan mahasiswa merupakan sesuatu yang
niscaya. .Kemudian, kerjasama antara pemerintah dan universitas atas bisnis yang dirintis
mahasiswa perlu pula diwujudnyatakan - sebagaimana bantuan modal UMKM melalui program
KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pendampingan/mentoring atau asistensi bisnis serta berbagai
bantuan teknis manajerial hingga pelibatan mahasiswa dalam jaringan bisnis/pemasaran yang
tersedia (disediakan) data informasinya oleh Pemerintah - termasuk dalam hal ini perbankan,
asosiasi bisnis seperti Kadin dan pihak terkait lainnya sangatlah diperlukan untuk menunjang
kerberhasilan usaha yang dirintis mahasiswa.
Pendidikan nasional menyebutkan bahwa negara kita menjadi negara pengekspor tenaga
kerja yang kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahapeserta didik agar memulai
kurang “kreatif” sehingga berbagai permasalahan yang harus dihadapi mereka. mengenali dan
membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu beorientasi Sementara hampir 45%
tanaga kerja kita saat ini tidak lulus Sekolah Dasar. Akibatnya, menjadi karyawan diputar balik
menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. Dengan produktivitas mereka juga rendah. Hal ini
lebih lanjut berakibat pada rendahnya daya demikian kewirausahaan dapat diajarkan melalui
penanaman nilai-nilai kewirausahaan saing Republik ini dibandingkan dengan negara-negara
tetangga kita seperti Thailand, yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha
agar para peserta Vietnam, Malaysia, Cina, dan lebih-lebih lagi Singapore. Pada tataran
psikologis didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. semua orang mempunyai
banyak sedikitnya potensi intrepreneur, namun potensi ini tidak akan muncul optimal atau
bahkan hilang sama sekali jika tidak dikembangkan Hal yang tidak bisa dilupakan dan dirasakan
sangat penting dalam konteks pendidikan iklim yang sesuai dengan perkembangan potensi itu.
Pendidikan yang intelektualitas yang berwawasan kewirausahaan di sekolah yaitu bahwa
Kementerian Pendidikan yang cenderung sangat bersifat formal dengan membiarkan
kemampuan kreativitas dan Nasional juga perlu membuat kerangka pengembangan
kewirausahaan yang ditujukan inovasi peserta didik antara lain yang menyebabkan kondisi sosio-
psikologis ini. Kata bagi kalangan pendidik dan kepala sekolah. Mereka adalah agen perubahan
ditingkat kuncinya adalah pendidikan entrepreneur menjadi sebuah keniscayaan. sekolah yang
diharapkan mampu menanamkan karakter dan perilaku wirausaha bagi jajaran dan peserta
didiknya. Pendidikan yang berwawasan kewirausahan ditandai Pendidikan kewirausahaan akan
memberikan peluang tumbuh dan berkembangnya dengan proses pendidikan yang menerapkan
prinsip-prinsip dan metodologi kearah potensi kreativitas dan inovasi anak. Nilai-nilai
kewirausahaan akan menjadi pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya
melalui kurikulum karakteristik peserta didik yang dapat digunakannya dalam bersosialisasi dan
terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. berinteraksi dengan lingkungnnya. Pada akhirnya
pribadi yang memiliki karakter kreatif, inovatif, bertangung jawab, disiplin dan kosisten akan
mampu.
Pendidikan Kewirausahaan dalam Perspektif Sosio-Psikologis. kontribusi dalam
pemecahan masalah sumber daya manusia Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
pendidikan kewirausahaan sangat berorientasi pada Analisis pascakolonial mengenai pendidikan
menunjukan bahwa Indonesia belum sosio-psiklogis. Pendidikan kewirausahaan akan mereduksi
mindset peserta didik dapat melepaskan diri dari tujuan pendidikan kolonial, yaitu menjadi
pegawai dan tentang tujuan dan orientasi mengikuti pendidikan untuk menjadi pegawai negeri.
bukan menjadi seseorang yang dapat berdiri sendiri. Kondisi sosio-psikologis ini Pendidikan
kewirausahaan juga mempersiapakan peserta didik memiliki sikap sepertinya memberikan
implikasi dalam tataran kehidupan sosial.
Dewasa ini terdapat kewirausahaan dan mampu mengembangkan seluruh potensi dirinya
untuk menghadapi kecenderungan semakin tinggi seseorang mendapat pendidikan semakin besar
masa depannya dengan segala problematikanya. Ini berarti pendidikan kewirausahaan
kemungkinannya jadi penganggur. Apa yang menyebabkan republik yang kaya raya bersamaan
dengan substansi pendidikan lainnya akan mereduksi sejumlah persoalan sumber daya alamnya
ini namun masih tergolong negara berkembang yang miskin. sosiologis yang terkait dengan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Sebab itu, kemampuan sumber daya manusia yang
pengembangan pendidikan kewirausahaan ini harus memperhatikan suasana psikologis tidak
dapat memanfaatkan kekayaan alamnya itu. Setiap tahun angka kemiskinan relatif dan iklim
sosial. bertambah, penggangguran tidak berkurang yang tentu saja memberikan implikasi lain
bagi kehidupan sosial.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengertian Kewirausahaan
 Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri
dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang,
menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu
sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain.
 Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan
terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di antaranya
adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan.
2. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),
sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada
dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-
kegiatan pendidikan di sekolah. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum
dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memupuk Jiwa Kewirausahaan Anak sejak Dini
Jiwa wirausaha pada diri anak tidak serta-merta ada, tapi memerlukan latihan bertahap.
Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya, membereskan mainan
selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur, dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan
latihan untuk berdisiplin, bertanggung jawab, dan awal pengajaran tentang kepemilikan.Latihan
selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu
diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah, dan mencari uang.
Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan.
4. Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Jiwa Wirausaha Pada Anak
Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia
wirausaha, namun ada pendapat yang mengatakanbahwa seorang wirausaha lebih memiliki
streetsmart daripada booksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan
untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari buku dan
pendidikan formal (booksmart).
5. Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Minat Anak
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha,
diantaranya:
a) Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan
tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya kemauan seseorang untuk mencoba
berwirausaha merupakan suatu hal yang baik.
b) Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Saat ada
ketertarikan dari diri seseorang maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal
ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk
berwirausaha.
c) Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam
menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam
bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan
warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan
di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat
mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
d) Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh
terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan
dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai
pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas
SDM yang berguna (Suprapto, 2007). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya
minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap sesuatu yaitu minat berwirausaha.

6. Pendidika Kewirausahaan Dalam Membangun Motivasi Anak


 Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu
tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan
tertentu.
 Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam memenuhi
kebutuhankebutuhannya. Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami oleh individu,
semakin besar ketegangan, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan individu dalam
mencapai tujuannya.
7. Perlunya Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan sangatlah penting bagi wirausaha, agar mereka tidak meraba-
raba dalam melakukan bisnis mereka. Dengan adanya pendidikan maka mereka akan
mempertimbangkan semua yang akan mereka lakukan dengan matang. Pendidikan akan
membentuk para wirausahawan atau pebisnis yang handal dan tangguh. Siap menghadapi
tantangan yang akan mereka hadapi. Besar kecilnya resiko akan mereka pertinmbangkan
matang-matang, melakukan segala hal dengan petunjuk yang mereka ketahui tanpa adanya
kebimbangan yang tidak pasti.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Pusat Statistik. 2007. Jumlah wiraswasta Indonesia . (Online), (http://www.bps.go.id),


diakses 8 Maret 2012.

Hasibuan. 2005. Pengertian Motivasi. (Online). (http://hasibuan.go.id), diakses 9 Mei 2012.


Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami,
dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. 2012. Peran Motivasi Dalam Wirausaha. (Online),


(http://blogpendidikan.com/2012/01/01/peran-motivasi-dalam-wirausaha/), diakses 9 Mei 2012.
Munford, A. 1995. Learning Style and Mentoring. (Online),
(http://gstandi.myflexiland.com/1995/05/23/learning-style-and-mentoring/), diakses 9
Mei 2012.

Norman, C. 2009. Konsep Kewirausahaan. (Online). (http://ciptonorman.com), diakses 8 Mei


2012.

Suryana. 2001. Konsep Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Ide-ide Usaha. (Online).


(http:// www.blogekonomi.com) diakses 8 Mei 2012.

Taufik, R. 2011. Mendidik Jiwa Wirausaha Anak Sejak Dini.


(Online),(http://www.smkdarunnajah.sch.id/2011/09/21/mendidik-jiwa-wirausaha-anak-sejak-
dini/), diakses 7 Mei 2012.

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Wordprees. 2011. Konsep Kewirausahaan Dan Pendidikan Kewirausahaan. (Online),(http://
khmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-kewirausahaan-dan-pendidikan-
kewirausahaan/), diakses 8 Mei 2012.

Diposkan oleh Eka Febri Anita di 06.40 2 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Beranda

Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog

 ▼ 2012 (1)
o ▼ Desember (1)
 pendidikan kewirausahaan
Mengenai Saya

Eka Febri Anita


Pecinta Hujan, Pembenci Sepi
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.
Pendidikan Ekonomi
Situs Tepat Untuk Belajar | Pendidikan Ekonomi | Jenjang S1 Dan S2

Pengertian Pendidikan Kewirausahaan


By Budi Wahyono On 12:16 AM

Setelah memahami Pengertian Pendidikan dan Pengertian Kewirausahaan, maka artikel kali ini akan
membahas Pengertian Pendidikan Kewirausahaan.

Kewirausahaan sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, diintegrasikan dengan kurikulum di sekolah
maupun perguruan tinggi. Istilah pendidikan kewirausahaan pun semakin populer di kalangan
masyarakat.

Menurut Agus Wibowo (2011: 30)

“pendidikan kewirausahaan merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan


baik melalui institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan
sebagainya”.

Lo Choi Tung (2011: 36) mengatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah

“the process of transmitting entrepreneurial knowledge and skills to students to help them exploit a
business opportunity” (proses transmisi pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan kepada siswa
untuk membantu mereka dalam memanfaatkan peluang bisnis).

Pendidikan kewirausahaan mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan
yang nantinya akan membawa manfaat yang besar dalam kehidupannya. Mohammad Saroni (2012: 45)
mengatakan “pendidikan kewirausahaan adalah program pendidikan yang menggarap aspek
kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik”.
Pendidikan kewirausahaan dirancang untuk menanamkan kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang
diperlukan dalam mengenali peluang bisnis, mengatur dan memulai usaha baru (Brown dalam Prince
Famous Izedonmi dan Chinonye Okafor, 2010). Kompetensi yang diperoleh peserta didik tidak hanya
sebatas kompetensi untuk menjual barang ataupun jasa seperti mindset sebagian besar masyarakat yang
menganggap wirausaha hanya sebatas sebagai pedagang.

Hood and Young dalam Lo Choi Tung (2011: 35) mengatakan

“entrepreneurship education is to teach people to start new businesses successfully and operate the
businesses profitably, and thus facilitates the economic growth” (pendidikan kewirausahaan bertujuan
untuk mengajarkan siswa dalam memulai dan mengoperasikan bisnis baru agar berhasil dan
menguntungkan, sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan usaha sadar
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai-nilai, jiwa, dan sikap
kewirausahaan kepada peserta didik. Hal ini bertujuan agar mampu menciptakan wirausaha-wirausaha
baru yang handal, berkarakter dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sumber:

Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK
Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Download versi PDF? Klik di Sini!


Bagikan Ke Yang Lain: Facebook Twitter Google+ Lintasme

Artikel Terkait:
Pendidikan Kewirausahaan

 Teori Perilaku yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)


 Strategi Kewirausahaan: Menghasilkan dan Mengeksploitasi Usaha Baru
 Permasalahan Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia dan Bagaimana Solusinya
 Pendidikan Kewirausahaan sangat perlu Dididikkan dan Diintegrasikan pada Semua Jenjang
Pendidikan di Indonesia
 Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Pembentukan Karakter Bangsa
 Isi Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan
 4 Mitos yang Harus Dihindari Ketika akan Berwirausaha
 Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan
 Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Kewirausahaan
 Pengertian Minat Berwirausaha
0 Comments:
Post A Comment
Newer PostOlder PostHome

Popular Posts
 Pengertian, Tujuan Dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)
 Pengertian, Dasar Penetapan Dan Tujuan Penetapan Harga
 Pergerakan Dan Pergeseran Kurva Permintaan

 Administrasi Perkantoran
 Akuntansi
 Desain Instruksional Pendidikan
 Ekonomi Internasional
 Ekonomi Islam
 Ekonomi Pembangunan
 Kapita Selekta
 Kebijakan Pendidikan
 Koperasi
 Makro Ekonomi
 Manajemen
 Manajemen Keuangan
 Manajemen Keuangan Daerah
 Manajemen Koperasi
 Manajemen Operasi
 Manajemen Pendidikan
 Manajemen Risiko
 Manajemen Strategis
 Manajemen Sumber Daya Manusia
 Manajemen Usaha Kecil
 Media Pembelajaran
 Metodologi Penelitian
 Mikro Ekonomi
 Model Pembelajaran
 Pedagogik Transformatif
 Pemasaran
 Pendidikan
 Pendidikan Kewirausahaan
 Pengantar Ilmu Ekonomi
 Perbankan
 Psikologi Pendidikan
 Retailing
 Riset Pemasaran

Blog Archive
 ► 2016 (30)
 ► 2015 (78)
 ▼ 2014 (97)
o ► December (4)
o ► November (8)
o ► October (9)
o ► September (5)
o ► August (14)
o ▼ July (11)
 Pengertian Minat Berwirausaha
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausa...
 Pengertian Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia...
 Intensi (Niat) Berwirausaha
 Pembelajaran Praktik Dalam Pendidikan Kewirausahaa...
 5 Komponen Pendidikan Kewirausahaan
 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
 Pengertian Kewirausahaan
 Pengertian Pendidikan
 Pengertian Pengangguran Dan Tingkat Pengangguran D...
 Inflasi Dan Faktor Penyebabnya
o ► June (8)
o ► May (10)
 HOME
 DEFINISI
 PENGERTIAN
 PEMASARA
 PRODUK
 KARYA TULIS
 SENI
 SISTEM
 SEKRETARIS
Home → Abstrak → Pengertian Pendidikan Kewirausahaan → Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Paul Siregar

Abstrak, Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Kamis, 22 Oktober 2015


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa puluhan tahun yang lalu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan tidak dapat
diajarkan. Akan tetapi sekarang ini Enterpreneurship (kewirausahaan) merupakan mata pelajaran yang dapat
diajarkan di sekolah-sekolah dan telah bertumbuh sangat pesat.

Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir ini. Demikian pula di negara kita
pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi di berbagai kursus
bisnis. Jadi kesimpulannya kewirausahaan itu dapat diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman sikap-sikap
perilaku untuk membuka bisnis kemudian kita akan membuat mereka menjadi seorang wirausaha yang
berbakat (Buchari Alma 2000:5)
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan terhadap
kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di antaranya adalah nilai dan bentuk
kerja untuk mencapai kesuksesan.

Menurut Suparman Suhamidjaja yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1982:96) bahwa:” Pendidikan
kewirausahaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa Indonesia sesuai dengan kepribadian
Indonesia yang berdasarkan Pancasila”.

Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan
manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.

Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen atau terpisah
dari ilmu-ilmu yang lain. Hal ini menurut Prawirokusumo (1997:4) disebutkan:

1. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan metode ilmiah
yang lengkap
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu posisi venture start-up dan venture-growth. Ini jelas tidak masuk
dalam frame work general management cources yang memisahkan management dan business ownership
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan atau
kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya
terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk sikap.

Adapun perlunya pendidikan kewirausahaan di Indonesia menurut R. Djatmiko Danuhadimedjo


(1998:77) adalah :

1. Untuk mengembangkan , memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit tersebut lebih
berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
2. Untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan menumbuhkan
kepribadian wirausaha.
3. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan untuk
membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.
4. Dengan demikian apabila kepribadian wirausaha kita miliki, maka negara kita yang sedang berkembang ini
akan dapat menyusul ketinggalan atau menyamai negara yang sudah maju.
5. Untuk menumbuhkan cara berpikir yang rasional dan produktif dalam memanfaatkan waktu dan faktor-
faktor modal yang dimiliki oleh wirausaha tradisional pribumi.
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yakni “Paedagogie” yang asal katanya terdiri dari kata
“Pais” dan “Again”. Pais berarti anak dan again berarti membimbing. Dengan demikian pendidikan atau
Paedagogie berarti bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak, agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Bertitik tolak dari pengertian pendidikan di atas, maka ada pendidikan lalu lintas, pendidikan agama,
pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Di dalam pendidikan lalu-lintas, pendidikan agama dan pendidikan
keterampilan, keterangan tentang keterampilan merupakan bahan yang diberikan dalam perbuatan atau
kegiatan mendidik.

Ilmu pendidikan melaksanakan peranan-peranan sebagaimana diungkapkan oleh Oemar Hamalik:

1. Peranan spesialisasi, yaitu menyediakan materi bidang ilmu dan perangkat pengetahuan yang wajib
dikuasai oleh tiap calon guru. Materi yang disediakan meliputi teori, konsep generalisasi, prinsip, dasn
berbagai strategi. Materi yang dimaksud pada gilirannya disajikan dalam proses belajar-mengajar pada
lembaga pendidikan guru, terhadap para calon guru yang dipersiapkan untuk mengajar di sekolah dasar
atau sekolah tempat ia akan bertugas.
2. Peranan profesionalisasi, yang merupakan alat dalam kerangka sistem penyampaian yang perlu dikuasai
oleh setiap calon calon guru pada umumnya, bagi guru khususnya, dan ilmu pendidikan sekaligus berperan
ganda, yakni sebagai sesuatu yang akan disampaikan dan sebagai sistem penyampaian dengan berbagai
alternatif pilihan.
3. Peranan personalisasi, yang bersifat membentuk kepribadian guru sebagai warga negara yang baik dan
sebagai anggota profesi yang baik. Peranan yang baik didasari oleh aspek normatif yang dimiliki oleh ilmu
pendidikan itu sendiri.
4. Peranan sosial, yang menyediakan kemungkinan bagi guru untuk memberikan pengabdiannya kepada
masyarakat dalam bidang ilmu pendidikan. Dalam hal ini, pengabdian dimaksudkan sebagai usaha untuk
turut memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat (Sudirman N. Dkk 1988:6).
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sudirman W. (1987:17) bahwa: “Pendidikan berarti usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa manusia yang
mengalami proses pendidikan akan mengalami perubahan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
termanifestasikan dalam perubahan perilaku ke arah yang lebih positif.
Menurut M. J. Langefeld dalam bukunya beknobte Theoretische pa paedagogik dalam Nanang Fattah (2002:
13) mengemukakan bahwa: “Ilmu pendidikan di pandang sebagai ilmu teoritis dan ilmu praktis yang
mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia yang dirancang secara sistematis dalam proses interaksi
antara pendidikan dengan peserta didik, baik di dalam maupun di luar sekolah”.

Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa proses pendidikan merupakan kombinasi atau perpaduan
antara konsep teoritis dan konsep praktis guna mencapai kepribadian yang matang melalui proses interaksi
pembelajaran antara pendidikan dan yang dididik yang dirancang secara sistematis.

Penulis mengutip pendapat para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, bahwa: “pendidikan
adalah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat, kebudayaan atau peradaban untuk
memelihara kelanjutan hidup”. Dan Kartono (1980: 70) berpendapat bahwa:”Pendidikan adalah suatu kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan
keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.”

Oleh karena itu maka setiap pendidikan yang diberikan seharusnya mempunyai tujuan yang jelas agar hasil
yang diharapkan dapat tercapai. Secara lebih luas tujuan pendidikan tersebut telah dicetuskan oleh UNESCO
yang dikutip oleh Yani Rustiani (1992:18) yaitu sebagai berikut:

Tujuan pendidikan adalah menuju humanisme ilmiah pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin
menjungjung tinggi nilai luhur manusia. Manusia harus dipandang sebagai makhluk yang kongkrit yang hidup
dalam ruang dan waktu serta diakui sebagai pribadi yang mempunyai martabat yang tidak boleh diobjektifkan.

Menurut Robert L. Malthis dan H. Jackson sebagaimana yang dikutip oleh As Moenir (1998:32)
mengemukakan bahwa:

Education is the organized attempt of mainkind to develop skills and criteria, knowledge and values, that will
help us not only to discriminate between good and evil, freedom and bandage, but to decide actively from the
positive and to reject the negative. Training is defined as a learning process where by people require skills,
concept, attitudes or knowledge to aid in the achievement of gools.

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang terorganisir untuk
mengembangkan keterampilan dan standar, pengetahuan dan nilai-nilai yang tidak hanya membentuk kita
untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, kebebasan dan keterikatan, tetapi untuk memutuskan
kegiatan positif dan untuk menghindari yang negatif. Sedangkan latihan merupakan proses belajar untuk
mendapatkan keterampilan, konsep, sikap atau pengetahuan untuk membantu mencapai prestasi.

2 Metode Pendidikan
Andrew F. Sikula seperti yang dikutip oleh Melayu S. P. Hasibuan (1994:85-92) metode pendidikan, yaitu:

 Training Methods, yaitu metode pendidikan di dalam kelas


 Under Study, adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung bagi seseorang yang
dipersiapkan untuk menjabat jabatan atasannya.
 Job Rotation and Planned Progression, yaitu pengembangan yang dilakukan dengan cara memindahkan
peserta dari satu jabatan ke jabatan lainnya secara periodik untuk menambah keahlian dan kecakapannya
pada setiap jabatan tersebut.
 Couching and Counseling, di mana couching yaitu cara pendidikan di mana atasan mengajarkan keahlian
dan keterampilan kepada bawahannya. Sedangkan Counseling adalah suatu cara pendidikan dengan
melakukan diskusi antara pekerja dengan manajer mengenai hal-hal yang bersifat pribadi.
 Junior Board of executive or Multiple Management, yaitu suatu komite penasehat tetap yang terdiri calon-
calon manajer yang ikut memikirkan atau memecahkan masalah-masalah dalam perusahaan
 Commitee assigement, yaitu komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan atau
menganalisis dan melaporkan suatu masalah kepada pimpinan
 Bussiness Games, adalah pendidikan yang dilakukan dengan di adu untuk bersaing memecahkan masalah
tertentu
 Sensitivy Trainning, yang dimaksudkan untuk membantu peserta agar mengenal lebih mengerti tentang diri
sendiri, menciptakan pengertianyang lebih mendalam di antara para peserta dan mengembangkan keahlian
tiap peserta yang spesifik.
KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan
curere yang berarti “tempat berpacu”. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Rumawi
Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh dari garis start sampai garis
finish.

Secara terminologis, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian semula ialah
sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu
tingkatan atau ijazah.

Selanjutnya pengertian kurikulum terus berkembang, seirama dengan perkembangan berbagai hal yang harus
diemban dan menjadi tugas sekolah. Akhir-akhir ini ada pergeseran, yaitu tugas mendidik cenderung lebih
banyak dipercayakan atau diserahkan kepada sekolah, meskipun kenyataannya anak atau siswa lebih banyak
waktunya berada di lingkungan keluarga atau di rumah. Berbagai kesibukan keluarga (orangtua, ayah, ibu)
sering membuat pendidikan anak menjadi kurang mendapat perhatian, dan mereka mempercayakannya kepada
sekolah. Selain itu, perkembangan masyarakat banyak menuntut kepada sekolah, berupa nilai-nilai dan
kemampuan-kemampuan anak yang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, di samping peledakan informasi dan
peledakan penduduk, beban sekolah semakin berat dan kompleks, sehingga dengan demikian, pengertian
kurikulum berkembang menjadi luas pula, sebagaimana dikemukakan berikut ini.

Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata pelajaran atau bidang studi saja, tetapi
juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan seswa dalam rangka belajar. Kegiatan-kegiaran belajar siswa yang
dimaksud dapat dilakukan di dalam kelas seperti mengikuti ceramah, bertanya jawab, mengadakan
demonstrasi, bisa juga berupa kegiatan-kegiatan belajar di dalam kampus seperti di perpustakaan,
laboratorium, work-shop, microteaching, atau memperingati hari-hari besar tertentu seperti Hari Pahlawan,
Hari Kesehatan Sedunia, Hari Ibu, Hari Pendidikan, serta mengadakan pameran, olah raga, kesenian, dan
organisasi siswa. Kegiatan-kegiatan belajar lebih jauh lagi, yaitu yang dilakukan di luar sekolah, seperti
mengerjakan tugas di rumah (PR), observasi dan atau wawancara di masyarakat, pengabdian pada masyarakat
dan praktek kerja – antara lain Praktek Keguruan atau Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan
belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Segala sesuatu yang dimaksud di sini misalnya fasilitas kampus,
lingkungan yang aman, bersih dan berbunga, suasana keakraban dalam proses belajar-mengajar dan
antartenaga kependidikan di sekolah, media dan sumber-sumber belajar yang memadai. Kesemuanya itu dapat
menggairahkan bahkan membanggakan siswa belajar di kampus meskipun kuncinya terletak pada siswa itu
sendiri, guru, pimpinan sekolah dan staf. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan.

3 Wirausaha
Wirausaha asal katanya dari terjemahan entrepreneur. Istilah wirausaha ini berasal dari entrepreneur (bahasa
Perancis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between teker atau go between. Dan melihat
dari asal katanya, wirausaha berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan atau
pejuang. Sedangkan “usaha” yaitu suatu kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk mendapatkan
keuntungan. Oleh karena itu, wirausaha ini merupakan organisasi atau individu yang menciptakan barang atau
jasa untuk mencapai keinginannya.

Pengertian Wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Jhosep Schumpeter yang dikutip oleh Buchari Alma
(2000: 20-21) adalah “Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing
new products and service, by creating new forms of organization or by exploiting new raw materials.”

Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.

Sedangkan menurut Geoffrey G Meredith (2000:5) “Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi
pada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya, sehingga setiap
kegiatan usahanya wirausaha selalu berpandanagn ke depan untuk mengembangkan dan meningkatkan apa
yang telah diperoleh sekarang.

Menurut Suharsono Sagir (1987: 54) Wirausaha adalah


orang-seorang yang modal utamanya adalah ketekunan yang dihadapi sikap optomis, kreatif dan melakukan
usaha sebagai pendiri pertama disertai pula dengan keberanian menanggung resiko berdasarkan suatu
perhitungan dan perencanaan yang tepat.

Dalam konsep Manajemen, pengertian Entrepreneur atau wirausaha adalah seseorang yang memiliki
kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga
kerja (labours) untuk menghasilkan produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi
usaha (Marzuki Usman, 1997: 3).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki
kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambil resiko yang
tinggi, tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat. Dan hal terpenting dari
wirausaha adalah ia dapat merasakan adanya peluang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dan akan
mengejar peluang-peluang yang sesuai dengan situasi dirinya.

Setelah membahas mengenai wirausaha dilanjutkan pada pengertian kewirausahaan. Kewirausahaan berasal
dari kata benda “wirausaha” yang diberi imbuhan ke-an berubah menjadi kata sifat “kewirausahaan:. Dan
menjadi kata kerja setelah diberi imbuhan ber- menjadi “berwirausaha”.

Daya Tarik Bisnis


Dalam kehidupan sehari-hari kita perhatikan jutaan orang melakukan kegiatan bisnis. Mereka ada yang
berhasil mengembangkan usaha dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin lama makin maju tetapi ada pula
yang gagal. Bagi mereka yang berhasil, kegiatan bisnis makin menarik dalam kehidupan mereka. Buat masa
yang akan datang, lembaga pendidikan dengan buku teks yang digunakan, beserta dosen dan guru hendaknya
memberikan dorongan kepada generasi muda, agar mulai mengarahkan pandangan ke profesi bisnis dan
mengungkapkan serta menggali pengetahuan bisnis yang sangat menarik dan membantu mengatasi kesulitan
lapangan kerja.

Pekerjaan di bidang bisnis pada masa lalu belum menarik bagi anak muda dibandingkan dengan masa
sekarang. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah pekerjaan bisnis di negara kita. Latar belakang
filosofis profesi bisnis di Indonesia kurang begitu menguntungkan. Mengapa? Masalah ini dapat kita telusuri
dengan menoleh jauh ke belakang, ke masa silam, masa terjadinya pembauran kebudayaan dengan berbagai
bentuk budaya asing yang diwarisi bangsa Indonesia antara lain dengan budaya Hindu. Budaya Hindu kurang
memberi tempat pada fungsi dan profesi pengusaha. Dalam sistem kasta Hindu, praktisi bidang bisnis,
saudagar terletak pada hirarki ke tiga setingkat di atas kasta rakyat jelata (Sudra). Ulama dan pamongpraja atau
birokrat menduduki ranking lebih tinggi dari saudagar. Hal ini bukan merupakan ajaran Hindu saja, di Barat
pun dalam mitologi Yunani, dewa untuk pengusaha disamakan dengan dewa pencuri, Hermes.

Faktor-faktor kontinuitas bisnis adalah :

1. Likuiditas, yaitu kemampuan bisnis membayar utang-utang pada saat jatuh tempo. Likuiditas juga berarti
mampu menjaga kelancaran proses produksi agar suplai hasil produksinya lancar.
2. Solvabilitas, yaitu berusaha agar modal sendiri (assets) bisnis lebih besar dari utangnya.
3. Soliditas, yaitu kemampuan bisnis untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan meliputi
moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan.
4. Rentabilitas, yaitu bisnis mampu memperoleh keuntungan yang layak, tidak merugi.
5. Credit Waardigheid, artinya bisnis dipercaya sehingga layak memperoleh kredit/pinjaman.

Pengertian Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan “Entrepreneurship”, yang dapat diartikan sebagai “the backbone
of economy” yaitu syaraf pusat perekonomian.

Ada beberapa konsep kewirausahaan yang dikemukakan oleh Suryana dalam Diklat Perkoperasian Perguruan
Tinggi

5 Karakter Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda.

Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2000: 8-9),
meliputi delapan karakteristik, yang meliputi:

1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan. Seseorang
yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko
yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi
3. Confidence in their ability to succees, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera
5. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa
depan yang lebih baik
6. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan
7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah
8. Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
Sikap Berwirausaha
Berkaitan dengan penelitian ini, sikap yang ingin ditumbuhkan adalah sikap berwirausaha. Dalam hal ini
peneliti ingin melihat sejauhmana peserta didik mampu mengadopsi nilai-nilai kewirausahaan dan
menjadikannya sebagai bagian dari hidupnya dengan membentuk sikap berwirausaha melalui suatu pendidikan
kewirausahaan.

Di dalam ciri atau karakteristik kewirausahaan di atas menunjukkan kecenderungan sikap ke arah yang positif.
Menurut Kao yang dikutip oleh Yudith Dwi Astuti (2003:52) bahwa seorang wirausaha untuk dapat melihat
segala sesuatu secara lebih positif sedikitnya diperlukan tiga aspek yang menunjang yaitu “be positive, positive
reinforecement dan the attitude to wards risk”.

Dijelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki sifat positif dan hanya akan menjadi negatif bila mereka
mengalami penderitaan, situasi yang tidak mengenakan, ketidaknyamanan dan sesuatu yang mengancam.
Menjadi positif artinya selalu melihat segala sesuatunya dengan positif. Sikap seperti ini membantu seseorang
untuk mengembangkan mental wirausaha dalam memahami masalah yang berbeda. Masalah akan tetap
menjadi masalah, tetapi di dalamnya masih terdapat kesempatan untuk menghadapinya dalam setiap situasi.
Bagi seorang wirausaha, kegagalan akan menjalankan sebuah memberikan kesempatan belajar untuk
meningkatkan berbagai kemungkinan sukses di masa mendatang.

Adapun sikap berwirausaha itu sendiri dapat dinilai apabila memiliki ketentuan yang harus dicapai seseorang
sehingga layak untuk dihargai sebagai individu yang memiliki sikap berwirausaha. Dalam hal ini Buchari
Alma (2002:53) memberikan penilaian berdasarkan kemampuan seseorang untuk memiliki sifat (perilaku)
sebagai berikut:

(1) yakin pada diri sendiri, (2) optimis, (3) kepemimpinan, (4) fleksibel, (5) bisa mengelola uang, (6) imajinasi,
(7) bisa merencanakan, (8) sabar, (9) tegas, (10) semangat, (11) tanggung jawab, (12) kerja keras, (13)
dorongan mencapai sesuatu, (14) integritas, (15) percaya diri, (16) realisme, (17) organisasi, (18) ketepatan,
(19) ketenangan, (20) menghitung resiko, (21) kesehatan fisik, (22) komunikasi dengan orang lain, (23)
kebebasan, (24) bisa bergaul, (25) membuat keputusan.

Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek guna menghasilkan suatu
pandangan tertentu, dalam bentuk baik maupun buruk dari lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh
Thurstone yang dikutip oleh Mar’at yang menyatakan bahwa: “sikap merupakan tingkat afeksi yang positif
atau negatif yang dihubungkan dengan objek psikologik sendiri mempunyai arti simbol, kalimat slogan,
organisasi, instansi serta ide yang ditujukan agar orang dapat membedakan efek yang positif dan negatif
(mar’at, 1984:10).

Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa sikap merupakan tingkatan afeksi (perasaan) baik yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek-objek psikologik dengan demikian perasaan
seseorang dalam merespon suatu objek dapat positif yaitu perasaan senang, menerima, terbuka dan lain-lain.
Dan dapat negatif, yaitu perasaan tidak senang, tidak menerima, tidak terbuka dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya pengertian sikap ini diuraikan beberapa pendapat oleh para ahli sebagai berikut:

 Sikap adalah proses mental yang bersifat individual yang menentukan respon baik yang nyata atau yang
potensial dan setiap orang yang berada dalam kehidupan sosial. (Rochman Natawidjaja, 1979:122)
 Sikap adalah suatu predis posisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun objek-objek tertentu. (Wayan
Nurkancana, 1981:249)
 Sikap adalah suatu kecenderungan yang bersifat tinggi maupun rendah, menyenangkan atau tidak
menyenangkan terhadap objek-objek psikologi. Objek ini dapat berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa,
lambang, nilai dan sebagainya. (Saklito Wirawan, 1978:94)
 Sikap dapat diartikan sebagai suatu kesiapan mental yang relatif menetap untuk mereaksi terhadap suatu
objek psikis (orang, golongan, peristiwa, situasi, peraturan, nilai-nilai dan lain-lain) bersifat positif, netral
dan bukan negatif menyangkut pengenalan, perasaan dan kecenderungan bertindak. (Nur Indah A.
1994:24).
Dari rumusan-rumusan pengertian sikap di atas nampak bahwa tidak hanya unsur motif yang terkandung
dalam makna sikap, tetapi juga meliputi emosi, persepsi, kognisi, kebiasaan dan keyakinan.

Dari berbagai definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi
mengenai pengertian sikap tersebut. Kerangka teoritik dari konsep sikap tersebut menggambarkan bahwa sikap
sebagai suatu sistem dari tiga komponen yang saling berhubungan dengan persepsi seseorang terhadap suatu
objek yang dapat melahirkan keyakinan-keyakinan tertentu. Komponen afeksi yang berhubungan dengan
kehidupan emosional yang dapat melahirkan perasaan-perasaan tertentu, dan komponen konasi yang
merupakan kecenderungan untuk bertindak.
Disadari atau tidak, sikap dan perilaku saling berhubungan. Seperti yang diungkapkan oleh Mar’at (1982:10)
sebagai berikut:”attitude entails an existing predispositionto respond to social objects which in interaction whit
situasional and other dispositional variabel, guardes and direct the overt behavior of the individual.” Pengertian
itu mengungkapkan manifestasi sikap yang secara langsung tidak dapat dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan
terlebih dahulu sebagai tingkah laku tertutup. Jadi sikap individu agak sulit hanya dilihat dari bentuk-bentuk
perilaku yang tampak saja. Karena itu sikap harus dipandang sebagai dedisposisi perilaku yang mengandung
arti adanya kecenderungan maupun kesediaan bertindak seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Hubungan Sikap dan Perilaku


keterangan: ------------- garis arah (kecenderungan dari sikap)
_________ garis tanpa proses
Gambar di atas menunjukkan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi tingkah laku sikap bersifat dinamis serta berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan.

Saran-saran berikut akan membantu anda untuk mengembangkan sikap mental yang baik.

 Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan
dan bangga akan prestasinya.
 Otak anda merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk
renungan pikiran anda yang akan memungkinkan anda terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
 Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari.
 Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat.
 Pikiran anda haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu memfokus pada pelbagai problem
(Geoffrey G. M. Et al: 1996)

Hubungan Antara Pendidikan Kewirausahaan dengan Sikap Berwirausaha


Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, yaitu faktor fisiologis (umur, kesehatan) dan psikologis, seperti
perhatian dan sikap-sikap yang telah ada pada individu yang bersangkutan, serta faktor eksternal yaitu
pengalaman situasi yang dihadapi individu, norma-norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Terbentuknya sikap diawali oleh adanya persepsi individu terhadap objek sikap. Dalam mempersepsi objek
sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan dan proses belajar. Karena seperti
yang dikemukakan oleh G. Meredith, et al (2001:6) bahwa “... untuk mencapai atau memiliki sikap
berwirausaha, seseorang harus menempuh pendidikan kewirausahaan”. Kemudian digambarkan oleh Joe
Setiawan (1996:1) untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha diperlukan tiga tingkatan sebagai berikut:
Gambar :
Tiga Tingkatan Pengembangan Kemampuan Berwirausaha

1. Pada gambar di atas, terlihat bahwa untuk menjadi seorang wirausaha dibutuhkan adanya pendidikan dan
pelatihan, agar mempunyai sikap mental yang baik dalam berwirausaha dan mencapai keberhasilan dalam
menjalankan usahanya.
2. Dalam konteks pendidikan kewirausahaan, berarti isi dan muatan materi yang disampaikan dalam proses
pendidikan juga harus disesuaikan dan diselaraskan dengan maksud dan pengertian konsep kewirausahaan
itu sendiri.
3. Keberadaan pendidikan kewirausahaan sangat diperlukan, terlebih kebanyakan wirausaha yang ada masih
rendah dalam mengembangkan kemampuan mengelola yang digelutinya. Untuk mengatasi itu diperlukan
pendidikan kewirausahaan. Melalui pendidikan ini diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan dan
sikap berwirausahanya.
Related Posts
 Konsep - Konsep Dasar Penelitian
 PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN
 PENGERTIAN PROTOKOL OSI LAYER DAN TCP/ IP
 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
 POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK INDIGO

Posting Lebih Baru


Posting Lama
Beranda

POPULAR POSTS
 SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA NILAI SISWA BERBASIS WEB
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
ABSTRAKSI: Sistem Informasi Pengolahan Data Nilai Siswa Berbasis Web merupakan suatu sistem yang memberikan informasi
laporan keaktifan si...

 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa puluhan tahun yang lalu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan tidak dapat
diajarkan. Akan tet...

 BAB II Pengembangan Karir


Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memiliki pengadaan yang
berbeda tentang...

 Logistik Keperawatan
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor antara lain
Man, Mo...

 SISTEM PERENCANAAN SUMBER DAYA PERUSAHAAN


Kebanyakan organisasi-organisasi yang berukuran besar dan sedang memi-liki sistem informasi yang dirancang dan diprogram menurut
pesanan (...

 Pengertian Definisi Makna Hidup


A. Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan
teorinya dis...

LABELS
 Pendidiikan
 Pengertian
 Skripsi
 Artikel
 Pendidiikan Karakter
 Pengertian Internet
 Pendidikan Politik
 Pendidiikan bagi anak
 pendidikan budaya
 Investasi Pendidikan
 Sejarah Komputer
 Strategi Pemasaran
 Pendidikan Hak Asasi Manusia
 Rumah Adat Jawa
 Seni Kriya
 Sistem Informasi
 Sistem Pengendalian Intern
 Sistem Pengolahan Data Kependudukan
 Spesifik
 Sumber belajar dari l ingkungan siswa
 Teknik
 Tema ISU Strategis Dalam Progra m Penelitian Strategis Nasional
 Teori Sifat
 Teori Stimulus-Respon
 Teori perubahan sosial
 bentuk environmental scanning
 sistem jaminan sosial
 sisten pembayaran Surat ijin
 tubuh cepat tua

Popular Posts
 SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA NILAI SISWA BERBASIS WEB PADA SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA)
ABSTRAKSI: Sistem Informasi Pengolahan Data Nilai Siswa Berbasis Web merupakan suatu sistem yang memberikan informasi
laporan keaktifan si...

 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa puluhan tahun yang lalu, ada pendapat yang mengatakan bahwa kewirausahaan tidak dapat
diajarkan. Akan tet...

 BAB II Pengembangan Karir


Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memiliki pengadaan yang
berbeda tentang...

 Logistik Keperawatan
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor antara lain
Man, Mo...

 SISTEM PERENCANAAN SUMBER DAYA PERUSAHAAN


Kebanyakan organisasi-organisasi yang berukuran besar dan sedang memi-liki sistem informasi yang dirancang dan diprogram
menurut pesanan (...

Contoh Contoh Proposal


Copyright © 2015 Karya Tulis Ilmiah. All rights reserved. My Notes Template. Simple Default
Template edited by RT Media ™. Powered by Login
s

Anda mungkin juga menyukai