Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan Kewirausahaan
pendidikan kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan.
2) Untuk mengetahui proses pendidikan kewirausahaan di sekolah.
3) Untuk mengetahui cara memupuk jiwa kewirausahaan sejak dini.
4) Untuk mengetahui peran pendidikan dalam pembentukan jiwa wirausaha pada anak.
5) Untuk mengetahui perlunya pendidikan kewirausahaan.
Teknik penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Universitas Negeri Malang (UM, 2010).
BAB II
PEMBAHASAN
Bagi sebagian orang, pendidikan bisa menjadi faktor pendorong kesuksesan untuk berwirausaha.
Seseorang memang tidak perlu berpredikat sarjana untuk menjadi pengusaha, tetapi dengan latar
belakang pendidikan akademik, berarti akan banyak kesempatan terbuka karena lebih luas
wawasannya dalam melihat berbagai peluang bisnis yang ada.
Problem utama dalam membangun jiwa kewirausahaan adalah kurangnya kesadaran akan
arti penting dan urgensinya menjadi pemuda yang mandiri dan berwirausaha. Kini masih banyak
pemuda terdidik dari organisasi kepemudaan yang lebih berorientasi kepada pergerakan politik
dan kekuasaan karena mereka cenderung memilih cara instan untuk menjadi terkenal dan politisi
andal, tetapi dari aspek ekonomi mereka jauh tertinggal. Jadi, tahap awal yang harus dilakukan
dalam memberdayakan pemuda adalah membangun jiwa pemuda yang mandiri dan menanamkan
semangat hidup berwirausaha agar kemandirian mudah dibangun. Berarti pendidikan dalam
konteks ini mestinya bukan sekadar untuk mencetak generasi terampil serta memiliki kompetensi
tinggi, tetapi juga harus mampu mencetak generasi dengan jiwa wirausaha.
Ikon bahwa sekolah hanya mencari ilmu, lantas mencari pekerjaan, harus diubah menjadi
mencari ilmu dan mengaplikasikannya di lapangan. Dengan demikian, pendidikan nasional harus
mampu membawa generasi terdidik untuk menciptakan pekerjaan.
Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan sejak SD bisa mengubah tipe pendidikan
nasional kita yang sudah terlanjur menjadi birokrasi minded karena melulu difokuskan untuk
mencetak generasi baru yang hanya untuk mengisi kantor-kantor saja. Dengan fakta angka
pengangguran terdidik yang makin melonjak dari tahun ke tahun, kini tipe pendidikan birokrasi
minded tidak layak dibiarkan terus-menerus. Sekarang saatnya anak-anak sejak SD diajari untuk
mengenal berbagai jenis kewirausahaan, sebagai alternatif menghadapi masa depan di luar cita-
cita menjadi pegawai kantor. Mental priyayi sebagai konsekuensi dari birokrasi minded, yang
selama ini menjadi tipe pendidikan nasional kita, harus mulai dihapus. Sebab faktanya
menunjukkan, lowongan pekerjaan di kantor selalu terbatas. Sebaliknya, peluang kerja di luar
kantor terbuka lebar untuk semua generasi.
Jika pendidikan nasional dibiarkan bertipe birokrasi minded, dikhawatirkan hanya akan
menambah angka pengangguran terdidik dari tahun ke tahun. Masih terlalu banyak lulusan
perguruan tinggi yang bermental priyayi, sehingga tidak bersedia merintis usaha kecil dan
memilih menganggur sambil mondar-mandir keluar masuk kantor menawarkan surat lamaran
kerja yang dilampiri ijasah sarjananya. Jika generasi muda dibiarkan bermental priyayi, ujung-
ujungnya banyak di antara mereka yang hanya akan menjadi kuli di negara lain, sehingga makin
menguatkan citra Indonesia sebagai bangsa kuli. Hal ini hanya bisa dihentikan dengan
memberikan pendidikan kewirausahaan kepada anak-anak sejak SD. Betapa mental priyayi
banyak dimiliki jajaran pendidik kita, sehingga bisa menjadi kendala untuk mengajarkan
pendidikan kewirausahaan di sekolah-sekolah.
Jadi, kendala utama untuk mengajarkan pendidikan kewirausahaan di sekolah terletak pada
guru-guru di sekolah. Hal ini hanya bisa diatasi dengan poltical will dari pemerintah dalam
bentuk instruksi resmi dari otoritas pendidikan (Depdiknas) kepada kepala-kepala sekolah agar
mengajarkan pendidikan kewirausahaan.
2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan
Paradigma kewirausahaan saat ini terus diwacanakan dan bahkan telah menjadi bagian dari
motto sejumlah lembaga pendidikan. Kelas kewirausahaan diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan formal kita khususnya universitas. Melalui pendidikan kewirausahaan yang terarah
dan sistemik dengan komitmen sepenuh hati dari segenap civitas akademika di perguruan tinggi
diharapkan nantinya lulusan S1 mampu menciptakan lapangan kerja bagi para pencari kerja atau
minimal bagi dirinya sendiri.
Dengan demikian mereka menjadi insan-insan akademik yang mandiri dan mampu
mensejahterakan dirinya dan orang lain. Mereka percaya diri untuk menumbuhkembangkan
usahanya dan tidak berorientasi menjadi pegawai yang selama ini merupakan fenomena umum
terjadi pada diri sebagian besar lulusan perguruan tinggi. Peluang untuk membuka lapangan
kerja masih terbuka lebar bagi para mahasiswa yang mempunyai minat dan jiwa
entrepreneurship tinggi. Dukungan segenap civitas akademika diperlukan agar menjadikan
mahasiswa siap berwirausaha.
Di kalangan perguruan tinggi negeri seperti dj Universitas Brawijaya dewasa ini tersedia
alokasi anggaran melalui program kewirausahaan mahasiswa (PKM). Berbagai kegiatan yang
mendorong terjadinya kreativitas mahasiswa di bidang kewirausahaan perlu selalu digalakkan.
Mengundang dunia usaha dan industri menjalin kerjasama dengan universitas dalam
pengembangan jasa atau produk-produk yang diciptkaan mahasiswa merupakan sesuatu yang
niscaya. .Kemudian, kerjasama antara pemerintah dan universitas atas bisnis yang dirintis
mahasiswa perlu pula diwujudnyatakan - sebagaimana bantuan modal UMKM melalui program
KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pendampingan/mentoring atau asistensi bisnis serta berbagai
bantuan teknis manajerial hingga pelibatan mahasiswa dalam jaringan bisnis/pemasaran yang
tersedia (disediakan) data informasinya oleh Pemerintah - termasuk dalam hal ini perbankan,
asosiasi bisnis seperti Kadin dan pihak terkait lainnya sangatlah diperlukan untuk menunjang
kerberhasilan usaha yang dirintis mahasiswa.
Pendidikan nasional menyebutkan bahwa negara kita menjadi negara pengekspor tenaga
kerja yang kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahapeserta didik agar memulai
kurang “kreatif” sehingga berbagai permasalahan yang harus dihadapi mereka. mengenali dan
membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu beorientasi Sementara hampir 45%
tanaga kerja kita saat ini tidak lulus Sekolah Dasar. Akibatnya, menjadi karyawan diputar balik
menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. Dengan produktivitas mereka juga rendah. Hal ini
lebih lanjut berakibat pada rendahnya daya demikian kewirausahaan dapat diajarkan melalui
penanaman nilai-nilai kewirausahaan saing Republik ini dibandingkan dengan negara-negara
tetangga kita seperti Thailand, yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha
agar para peserta Vietnam, Malaysia, Cina, dan lebih-lebih lagi Singapore. Pada tataran
psikologis didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. semua orang mempunyai
banyak sedikitnya potensi intrepreneur, namun potensi ini tidak akan muncul optimal atau
bahkan hilang sama sekali jika tidak dikembangkan Hal yang tidak bisa dilupakan dan dirasakan
sangat penting dalam konteks pendidikan iklim yang sesuai dengan perkembangan potensi itu.
Pendidikan yang intelektualitas yang berwawasan kewirausahaan di sekolah yaitu bahwa
Kementerian Pendidikan yang cenderung sangat bersifat formal dengan membiarkan
kemampuan kreativitas dan Nasional juga perlu membuat kerangka pengembangan
kewirausahaan yang ditujukan inovasi peserta didik antara lain yang menyebabkan kondisi sosio-
psikologis ini. Kata bagi kalangan pendidik dan kepala sekolah. Mereka adalah agen perubahan
ditingkat kuncinya adalah pendidikan entrepreneur menjadi sebuah keniscayaan. sekolah yang
diharapkan mampu menanamkan karakter dan perilaku wirausaha bagi jajaran dan peserta
didiknya. Pendidikan yang berwawasan kewirausahan ditandai Pendidikan kewirausahaan akan
memberikan peluang tumbuh dan berkembangnya dengan proses pendidikan yang menerapkan
prinsip-prinsip dan metodologi kearah potensi kreativitas dan inovasi anak. Nilai-nilai
kewirausahaan akan menjadi pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya
melalui kurikulum karakteristik peserta didik yang dapat digunakannya dalam bersosialisasi dan
terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. berinteraksi dengan lingkungnnya. Pada akhirnya
pribadi yang memiliki karakter kreatif, inovatif, bertangung jawab, disiplin dan kosisten akan
mampu.
Pendidikan Kewirausahaan dalam Perspektif Sosio-Psikologis. kontribusi dalam
pemecahan masalah sumber daya manusia Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
pendidikan kewirausahaan sangat berorientasi pada Analisis pascakolonial mengenai pendidikan
menunjukan bahwa Indonesia belum sosio-psiklogis. Pendidikan kewirausahaan akan mereduksi
mindset peserta didik dapat melepaskan diri dari tujuan pendidikan kolonial, yaitu menjadi
pegawai dan tentang tujuan dan orientasi mengikuti pendidikan untuk menjadi pegawai negeri.
bukan menjadi seseorang yang dapat berdiri sendiri. Kondisi sosio-psikologis ini Pendidikan
kewirausahaan juga mempersiapakan peserta didik memiliki sikap sepertinya memberikan
implikasi dalam tataran kehidupan sosial.
Dewasa ini terdapat kewirausahaan dan mampu mengembangkan seluruh potensi dirinya
untuk menghadapi kecenderungan semakin tinggi seseorang mendapat pendidikan semakin besar
masa depannya dengan segala problematikanya. Ini berarti pendidikan kewirausahaan
kemungkinannya jadi penganggur. Apa yang menyebabkan republik yang kaya raya bersamaan
dengan substansi pendidikan lainnya akan mereduksi sejumlah persoalan sumber daya alamnya
ini namun masih tergolong negara berkembang yang miskin. sosiologis yang terkait dengan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Sebab itu, kemampuan sumber daya manusia yang
pengembangan pendidikan kewirausahaan ini harus memperhatikan suasana psikologis tidak
dapat memanfaatkan kekayaan alamnya itu. Setiap tahun angka kemiskinan relatif dan iklim
sosial. bertambah, penggangguran tidak berkurang yang tentu saja memberikan implikasi lain
bagi kehidupan sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian Kewirausahaan
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri
dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang,
menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu
sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain.
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan
terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di antaranya
adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan.
2. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),
sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada
dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-
kegiatan pendidikan di sekolah. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum
dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memupuk Jiwa Kewirausahaan Anak sejak Dini
Jiwa wirausaha pada diri anak tidak serta-merta ada, tapi memerlukan latihan bertahap.
Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya, membereskan mainan
selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur, dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan
latihan untuk berdisiplin, bertanggung jawab, dan awal pengajaran tentang kepemilikan.Latihan
selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu
diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah, dan mencari uang.
Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan.
4. Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Jiwa Wirausaha Pada Anak
Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia
wirausaha, namun ada pendapat yang mengatakanbahwa seorang wirausaha lebih memiliki
streetsmart daripada booksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan
untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari buku dan
pendidikan formal (booksmart).
5. Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Minat Anak
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha,
diantaranya:
a) Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan
tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya kemauan seseorang untuk mencoba
berwirausaha merupakan suatu hal yang baik.
b) Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Saat ada
ketertarikan dari diri seseorang maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal
ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk
berwirausaha.
c) Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam
menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam
bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan
warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan
di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat
mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
d) Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh
terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan
dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai
pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas
SDM yang berguna (Suprapto, 2007). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya
minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap sesuatu yaitu minat berwirausaha.
DAFTAR RUJUKAN
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Wordprees. 2011. Konsep Kewirausahaan Dan Pendidikan Kewirausahaan. (Online),(http://
khmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-kewirausahaan-dan-pendidikan-
kewirausahaan/), diakses 8 Mei 2012.
Beranda
Arsip Blog
▼ 2012 (1)
o ▼ Desember (1)
pendidikan kewirausahaan
Mengenai Saya
Setelah memahami Pengertian Pendidikan dan Pengertian Kewirausahaan, maka artikel kali ini akan
membahas Pengertian Pendidikan Kewirausahaan.
Kewirausahaan sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, diintegrasikan dengan kurikulum di sekolah
maupun perguruan tinggi. Istilah pendidikan kewirausahaan pun semakin populer di kalangan
masyarakat.
“the process of transmitting entrepreneurial knowledge and skills to students to help them exploit a
business opportunity” (proses transmisi pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan kepada siswa
untuk membantu mereka dalam memanfaatkan peluang bisnis).
Pendidikan kewirausahaan mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan
yang nantinya akan membawa manfaat yang besar dalam kehidupannya. Mohammad Saroni (2012: 45)
mengatakan “pendidikan kewirausahaan adalah program pendidikan yang menggarap aspek
kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik”.
Pendidikan kewirausahaan dirancang untuk menanamkan kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang
diperlukan dalam mengenali peluang bisnis, mengatur dan memulai usaha baru (Brown dalam Prince
Famous Izedonmi dan Chinonye Okafor, 2010). Kompetensi yang diperoleh peserta didik tidak hanya
sebatas kompetensi untuk menjual barang ataupun jasa seperti mindset sebagian besar masyarakat yang
menganggap wirausaha hanya sebatas sebagai pedagang.
“entrepreneurship education is to teach people to start new businesses successfully and operate the
businesses profitably, and thus facilitates the economic growth” (pendidikan kewirausahaan bertujuan
untuk mengajarkan siswa dalam memulai dan mengoperasikan bisnis baru agar berhasil dan
menguntungkan, sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan usaha sadar
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai-nilai, jiwa, dan sikap
kewirausahaan kepada peserta didik. Hal ini bertujuan agar mampu menciptakan wirausaha-wirausaha
baru yang handal, berkarakter dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK
Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.
Artikel Terkait:
Pendidikan Kewirausahaan
Popular Posts
Pengertian, Tujuan Dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)
Pengertian, Dasar Penetapan Dan Tujuan Penetapan Harga
Pergerakan Dan Pergeseran Kurva Permintaan
Administrasi Perkantoran
Akuntansi
Desain Instruksional Pendidikan
Ekonomi Internasional
Ekonomi Islam
Ekonomi Pembangunan
Kapita Selekta
Kebijakan Pendidikan
Koperasi
Makro Ekonomi
Manajemen
Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan Daerah
Manajemen Koperasi
Manajemen Operasi
Manajemen Pendidikan
Manajemen Risiko
Manajemen Strategis
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Usaha Kecil
Media Pembelajaran
Metodologi Penelitian
Mikro Ekonomi
Model Pembelajaran
Pedagogik Transformatif
Pemasaran
Pendidikan
Pendidikan Kewirausahaan
Pengantar Ilmu Ekonomi
Perbankan
Psikologi Pendidikan
Retailing
Riset Pemasaran
Blog Archive
► 2016 (30)
► 2015 (78)
▼ 2014 (97)
o ► December (4)
o ► November (8)
o ► October (9)
o ► September (5)
o ► August (14)
o ▼ July (11)
Pengertian Minat Berwirausaha
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausa...
Pengertian Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia...
Intensi (Niat) Berwirausaha
Pembelajaran Praktik Dalam Pendidikan Kewirausahaa...
5 Komponen Pendidikan Kewirausahaan
Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Pengertian Kewirausahaan
Pengertian Pendidikan
Pengertian Pengangguran Dan Tingkat Pengangguran D...
Inflasi Dan Faktor Penyebabnya
o ► June (8)
o ► May (10)
HOME
DEFINISI
PENGERTIAN
PEMASARA
PRODUK
KARYA TULIS
SENI
SISTEM
SEKRETARIS
Home → Abstrak → Pengertian Pendidikan Kewirausahaan → Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Paul Siregar
Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada akhir-akhir ini. Demikian pula di negara kita
pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi di berbagai kursus
bisnis. Jadi kesimpulannya kewirausahaan itu dapat diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman sikap-sikap
perilaku untuk membuka bisnis kemudian kita akan membuat mereka menjadi seorang wirausaha yang
berbakat (Buchari Alma 2000:5)
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan terhadap
kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan di antaranya adalah nilai dan bentuk
kerja untuk mencapai kesuksesan.
Menurut Suparman Suhamidjaja yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1982:96) bahwa:” Pendidikan
kewirausahaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa Indonesia sesuai dengan kepribadian
Indonesia yang berdasarkan Pancasila”.
Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan
manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.
Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen atau terpisah
dari ilmu-ilmu yang lain. Hal ini menurut Prawirokusumo (1997:4) disebutkan:
1. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan metode ilmiah
yang lengkap
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu posisi venture start-up dan venture-growth. Ini jelas tidak masuk
dalam frame work general management cources yang memisahkan management dan business ownership
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan atau
kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya
terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk sikap.
1. Untuk mengembangkan , memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit tersebut lebih
berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
2. Untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan menumbuhkan
kepribadian wirausaha.
3. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan untuk
membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.
4. Dengan demikian apabila kepribadian wirausaha kita miliki, maka negara kita yang sedang berkembang ini
akan dapat menyusul ketinggalan atau menyamai negara yang sudah maju.
5. Untuk menumbuhkan cara berpikir yang rasional dan produktif dalam memanfaatkan waktu dan faktor-
faktor modal yang dimiliki oleh wirausaha tradisional pribumi.
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yakni “Paedagogie” yang asal katanya terdiri dari kata
“Pais” dan “Again”. Pais berarti anak dan again berarti membimbing. Dengan demikian pendidikan atau
Paedagogie berarti bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak, agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Bertitik tolak dari pengertian pendidikan di atas, maka ada pendidikan lalu lintas, pendidikan agama,
pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Di dalam pendidikan lalu-lintas, pendidikan agama dan pendidikan
keterampilan, keterangan tentang keterampilan merupakan bahan yang diberikan dalam perbuatan atau
kegiatan mendidik.
1. Peranan spesialisasi, yaitu menyediakan materi bidang ilmu dan perangkat pengetahuan yang wajib
dikuasai oleh tiap calon guru. Materi yang disediakan meliputi teori, konsep generalisasi, prinsip, dasn
berbagai strategi. Materi yang dimaksud pada gilirannya disajikan dalam proses belajar-mengajar pada
lembaga pendidikan guru, terhadap para calon guru yang dipersiapkan untuk mengajar di sekolah dasar
atau sekolah tempat ia akan bertugas.
2. Peranan profesionalisasi, yang merupakan alat dalam kerangka sistem penyampaian yang perlu dikuasai
oleh setiap calon calon guru pada umumnya, bagi guru khususnya, dan ilmu pendidikan sekaligus berperan
ganda, yakni sebagai sesuatu yang akan disampaikan dan sebagai sistem penyampaian dengan berbagai
alternatif pilihan.
3. Peranan personalisasi, yang bersifat membentuk kepribadian guru sebagai warga negara yang baik dan
sebagai anggota profesi yang baik. Peranan yang baik didasari oleh aspek normatif yang dimiliki oleh ilmu
pendidikan itu sendiri.
4. Peranan sosial, yang menyediakan kemungkinan bagi guru untuk memberikan pengabdiannya kepada
masyarakat dalam bidang ilmu pendidikan. Dalam hal ini, pengabdian dimaksudkan sebagai usaha untuk
turut memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat (Sudirman N. Dkk 1988:6).
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sudirman W. (1987:17) bahwa: “Pendidikan berarti usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa manusia yang
mengalami proses pendidikan akan mengalami perubahan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
termanifestasikan dalam perubahan perilaku ke arah yang lebih positif.
Menurut M. J. Langefeld dalam bukunya beknobte Theoretische pa paedagogik dalam Nanang Fattah (2002:
13) mengemukakan bahwa: “Ilmu pendidikan di pandang sebagai ilmu teoritis dan ilmu praktis yang
mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia yang dirancang secara sistematis dalam proses interaksi
antara pendidikan dengan peserta didik, baik di dalam maupun di luar sekolah”.
Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa proses pendidikan merupakan kombinasi atau perpaduan
antara konsep teoritis dan konsep praktis guna mencapai kepribadian yang matang melalui proses interaksi
pembelajaran antara pendidikan dan yang dididik yang dirancang secara sistematis.
Penulis mengutip pendapat para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, bahwa: “pendidikan
adalah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat, kebudayaan atau peradaban untuk
memelihara kelanjutan hidup”. Dan Kartono (1980: 70) berpendapat bahwa:”Pendidikan adalah suatu kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan
keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.”
Oleh karena itu maka setiap pendidikan yang diberikan seharusnya mempunyai tujuan yang jelas agar hasil
yang diharapkan dapat tercapai. Secara lebih luas tujuan pendidikan tersebut telah dicetuskan oleh UNESCO
yang dikutip oleh Yani Rustiani (1992:18) yaitu sebagai berikut:
Tujuan pendidikan adalah menuju humanisme ilmiah pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin
menjungjung tinggi nilai luhur manusia. Manusia harus dipandang sebagai makhluk yang kongkrit yang hidup
dalam ruang dan waktu serta diakui sebagai pribadi yang mempunyai martabat yang tidak boleh diobjektifkan.
Menurut Robert L. Malthis dan H. Jackson sebagaimana yang dikutip oleh As Moenir (1998:32)
mengemukakan bahwa:
Education is the organized attempt of mainkind to develop skills and criteria, knowledge and values, that will
help us not only to discriminate between good and evil, freedom and bandage, but to decide actively from the
positive and to reject the negative. Training is defined as a learning process where by people require skills,
concept, attitudes or knowledge to aid in the achievement of gools.
Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang terorganisir untuk
mengembangkan keterampilan dan standar, pengetahuan dan nilai-nilai yang tidak hanya membentuk kita
untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, kebebasan dan keterikatan, tetapi untuk memutuskan
kegiatan positif dan untuk menghindari yang negatif. Sedangkan latihan merupakan proses belajar untuk
mendapatkan keterampilan, konsep, sikap atau pengetahuan untuk membantu mencapai prestasi.
2 Metode Pendidikan
Andrew F. Sikula seperti yang dikutip oleh Melayu S. P. Hasibuan (1994:85-92) metode pendidikan, yaitu:
Secara terminologis, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian semula ialah
sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu
tingkatan atau ijazah.
Selanjutnya pengertian kurikulum terus berkembang, seirama dengan perkembangan berbagai hal yang harus
diemban dan menjadi tugas sekolah. Akhir-akhir ini ada pergeseran, yaitu tugas mendidik cenderung lebih
banyak dipercayakan atau diserahkan kepada sekolah, meskipun kenyataannya anak atau siswa lebih banyak
waktunya berada di lingkungan keluarga atau di rumah. Berbagai kesibukan keluarga (orangtua, ayah, ibu)
sering membuat pendidikan anak menjadi kurang mendapat perhatian, dan mereka mempercayakannya kepada
sekolah. Selain itu, perkembangan masyarakat banyak menuntut kepada sekolah, berupa nilai-nilai dan
kemampuan-kemampuan anak yang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, di samping peledakan informasi dan
peledakan penduduk, beban sekolah semakin berat dan kompleks, sehingga dengan demikian, pengertian
kurikulum berkembang menjadi luas pula, sebagaimana dikemukakan berikut ini.
Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata pelajaran atau bidang studi saja, tetapi
juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan seswa dalam rangka belajar. Kegiatan-kegiaran belajar siswa yang
dimaksud dapat dilakukan di dalam kelas seperti mengikuti ceramah, bertanya jawab, mengadakan
demonstrasi, bisa juga berupa kegiatan-kegiatan belajar di dalam kampus seperti di perpustakaan,
laboratorium, work-shop, microteaching, atau memperingati hari-hari besar tertentu seperti Hari Pahlawan,
Hari Kesehatan Sedunia, Hari Ibu, Hari Pendidikan, serta mengadakan pameran, olah raga, kesenian, dan
organisasi siswa. Kegiatan-kegiatan belajar lebih jauh lagi, yaitu yang dilakukan di luar sekolah, seperti
mengerjakan tugas di rumah (PR), observasi dan atau wawancara di masyarakat, pengabdian pada masyarakat
dan praktek kerja – antara lain Praktek Keguruan atau Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan
belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Segala sesuatu yang dimaksud di sini misalnya fasilitas kampus,
lingkungan yang aman, bersih dan berbunga, suasana keakraban dalam proses belajar-mengajar dan
antartenaga kependidikan di sekolah, media dan sumber-sumber belajar yang memadai. Kesemuanya itu dapat
menggairahkan bahkan membanggakan siswa belajar di kampus meskipun kuncinya terletak pada siswa itu
sendiri, guru, pimpinan sekolah dan staf. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan.
3 Wirausaha
Wirausaha asal katanya dari terjemahan entrepreneur. Istilah wirausaha ini berasal dari entrepreneur (bahasa
Perancis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between teker atau go between. Dan melihat
dari asal katanya, wirausaha berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan atau
pejuang. Sedangkan “usaha” yaitu suatu kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk mendapatkan
keuntungan. Oleh karena itu, wirausaha ini merupakan organisasi atau individu yang menciptakan barang atau
jasa untuk mencapai keinginannya.
Pengertian Wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Jhosep Schumpeter yang dikutip oleh Buchari Alma
(2000: 20-21) adalah “Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing
new products and service, by creating new forms of organization or by exploiting new raw materials.”
Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.
Sedangkan menurut Geoffrey G Meredith (2000:5) “Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi
pada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya, sehingga setiap
kegiatan usahanya wirausaha selalu berpandanagn ke depan untuk mengembangkan dan meningkatkan apa
yang telah diperoleh sekarang.
Dalam konsep Manajemen, pengertian Entrepreneur atau wirausaha adalah seseorang yang memiliki
kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga
kerja (labours) untuk menghasilkan produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi
usaha (Marzuki Usman, 1997: 3).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki
kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambil resiko yang
tinggi, tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat. Dan hal terpenting dari
wirausaha adalah ia dapat merasakan adanya peluang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dan akan
mengejar peluang-peluang yang sesuai dengan situasi dirinya.
Setelah membahas mengenai wirausaha dilanjutkan pada pengertian kewirausahaan. Kewirausahaan berasal
dari kata benda “wirausaha” yang diberi imbuhan ke-an berubah menjadi kata sifat “kewirausahaan:. Dan
menjadi kata kerja setelah diberi imbuhan ber- menjadi “berwirausaha”.
Pekerjaan di bidang bisnis pada masa lalu belum menarik bagi anak muda dibandingkan dengan masa
sekarang. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah pekerjaan bisnis di negara kita. Latar belakang
filosofis profesi bisnis di Indonesia kurang begitu menguntungkan. Mengapa? Masalah ini dapat kita telusuri
dengan menoleh jauh ke belakang, ke masa silam, masa terjadinya pembauran kebudayaan dengan berbagai
bentuk budaya asing yang diwarisi bangsa Indonesia antara lain dengan budaya Hindu. Budaya Hindu kurang
memberi tempat pada fungsi dan profesi pengusaha. Dalam sistem kasta Hindu, praktisi bidang bisnis,
saudagar terletak pada hirarki ke tiga setingkat di atas kasta rakyat jelata (Sudra). Ulama dan pamongpraja atau
birokrat menduduki ranking lebih tinggi dari saudagar. Hal ini bukan merupakan ajaran Hindu saja, di Barat
pun dalam mitologi Yunani, dewa untuk pengusaha disamakan dengan dewa pencuri, Hermes.
1. Likuiditas, yaitu kemampuan bisnis membayar utang-utang pada saat jatuh tempo. Likuiditas juga berarti
mampu menjaga kelancaran proses produksi agar suplai hasil produksinya lancar.
2. Solvabilitas, yaitu berusaha agar modal sendiri (assets) bisnis lebih besar dari utangnya.
3. Soliditas, yaitu kemampuan bisnis untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan meliputi
moral pengelola bisnis, tepat dalam berjanji, dan dipercaya dalam bidang keuangan.
4. Rentabilitas, yaitu bisnis mampu memperoleh keuntungan yang layak, tidak merugi.
5. Credit Waardigheid, artinya bisnis dipercaya sehingga layak memperoleh kredit/pinjaman.
Pengertian Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan “Entrepreneurship”, yang dapat diartikan sebagai “the backbone
of economy” yaitu syaraf pusat perekonomian.
Ada beberapa konsep kewirausahaan yang dikemukakan oleh Suryana dalam Diklat Perkoperasian Perguruan
Tinggi
5 Karakter Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda.
Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2000: 8-9),
meliputi delapan karakteristik, yang meliputi:
1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan. Seseorang
yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko
yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi
3. Confidence in their ability to succees, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera
5. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa
depan yang lebih baik
6. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan
7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah
8. Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
Sikap Berwirausaha
Berkaitan dengan penelitian ini, sikap yang ingin ditumbuhkan adalah sikap berwirausaha. Dalam hal ini
peneliti ingin melihat sejauhmana peserta didik mampu mengadopsi nilai-nilai kewirausahaan dan
menjadikannya sebagai bagian dari hidupnya dengan membentuk sikap berwirausaha melalui suatu pendidikan
kewirausahaan.
Di dalam ciri atau karakteristik kewirausahaan di atas menunjukkan kecenderungan sikap ke arah yang positif.
Menurut Kao yang dikutip oleh Yudith Dwi Astuti (2003:52) bahwa seorang wirausaha untuk dapat melihat
segala sesuatu secara lebih positif sedikitnya diperlukan tiga aspek yang menunjang yaitu “be positive, positive
reinforecement dan the attitude to wards risk”.
Dijelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki sifat positif dan hanya akan menjadi negatif bila mereka
mengalami penderitaan, situasi yang tidak mengenakan, ketidaknyamanan dan sesuatu yang mengancam.
Menjadi positif artinya selalu melihat segala sesuatunya dengan positif. Sikap seperti ini membantu seseorang
untuk mengembangkan mental wirausaha dalam memahami masalah yang berbeda. Masalah akan tetap
menjadi masalah, tetapi di dalamnya masih terdapat kesempatan untuk menghadapinya dalam setiap situasi.
Bagi seorang wirausaha, kegagalan akan menjalankan sebuah memberikan kesempatan belajar untuk
meningkatkan berbagai kemungkinan sukses di masa mendatang.
Adapun sikap berwirausaha itu sendiri dapat dinilai apabila memiliki ketentuan yang harus dicapai seseorang
sehingga layak untuk dihargai sebagai individu yang memiliki sikap berwirausaha. Dalam hal ini Buchari
Alma (2002:53) memberikan penilaian berdasarkan kemampuan seseorang untuk memiliki sifat (perilaku)
sebagai berikut:
(1) yakin pada diri sendiri, (2) optimis, (3) kepemimpinan, (4) fleksibel, (5) bisa mengelola uang, (6) imajinasi,
(7) bisa merencanakan, (8) sabar, (9) tegas, (10) semangat, (11) tanggung jawab, (12) kerja keras, (13)
dorongan mencapai sesuatu, (14) integritas, (15) percaya diri, (16) realisme, (17) organisasi, (18) ketepatan,
(19) ketenangan, (20) menghitung resiko, (21) kesehatan fisik, (22) komunikasi dengan orang lain, (23)
kebebasan, (24) bisa bergaul, (25) membuat keputusan.
Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek guna menghasilkan suatu
pandangan tertentu, dalam bentuk baik maupun buruk dari lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh
Thurstone yang dikutip oleh Mar’at yang menyatakan bahwa: “sikap merupakan tingkat afeksi yang positif
atau negatif yang dihubungkan dengan objek psikologik sendiri mempunyai arti simbol, kalimat slogan,
organisasi, instansi serta ide yang ditujukan agar orang dapat membedakan efek yang positif dan negatif
(mar’at, 1984:10).
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa sikap merupakan tingkatan afeksi (perasaan) baik yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek-objek psikologik dengan demikian perasaan
seseorang dalam merespon suatu objek dapat positif yaitu perasaan senang, menerima, terbuka dan lain-lain.
Dan dapat negatif, yaitu perasaan tidak senang, tidak menerima, tidak terbuka dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya pengertian sikap ini diuraikan beberapa pendapat oleh para ahli sebagai berikut:
Sikap adalah proses mental yang bersifat individual yang menentukan respon baik yang nyata atau yang
potensial dan setiap orang yang berada dalam kehidupan sosial. (Rochman Natawidjaja, 1979:122)
Sikap adalah suatu predis posisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun objek-objek tertentu. (Wayan
Nurkancana, 1981:249)
Sikap adalah suatu kecenderungan yang bersifat tinggi maupun rendah, menyenangkan atau tidak
menyenangkan terhadap objek-objek psikologi. Objek ini dapat berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa,
lambang, nilai dan sebagainya. (Saklito Wirawan, 1978:94)
Sikap dapat diartikan sebagai suatu kesiapan mental yang relatif menetap untuk mereaksi terhadap suatu
objek psikis (orang, golongan, peristiwa, situasi, peraturan, nilai-nilai dan lain-lain) bersifat positif, netral
dan bukan negatif menyangkut pengenalan, perasaan dan kecenderungan bertindak. (Nur Indah A.
1994:24).
Dari rumusan-rumusan pengertian sikap di atas nampak bahwa tidak hanya unsur motif yang terkandung
dalam makna sikap, tetapi juga meliputi emosi, persepsi, kognisi, kebiasaan dan keyakinan.
Dari berbagai definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi
mengenai pengertian sikap tersebut. Kerangka teoritik dari konsep sikap tersebut menggambarkan bahwa sikap
sebagai suatu sistem dari tiga komponen yang saling berhubungan dengan persepsi seseorang terhadap suatu
objek yang dapat melahirkan keyakinan-keyakinan tertentu. Komponen afeksi yang berhubungan dengan
kehidupan emosional yang dapat melahirkan perasaan-perasaan tertentu, dan komponen konasi yang
merupakan kecenderungan untuk bertindak.
Disadari atau tidak, sikap dan perilaku saling berhubungan. Seperti yang diungkapkan oleh Mar’at (1982:10)
sebagai berikut:”attitude entails an existing predispositionto respond to social objects which in interaction whit
situasional and other dispositional variabel, guardes and direct the overt behavior of the individual.” Pengertian
itu mengungkapkan manifestasi sikap yang secara langsung tidak dapat dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan
terlebih dahulu sebagai tingkah laku tertutup. Jadi sikap individu agak sulit hanya dilihat dari bentuk-bentuk
perilaku yang tampak saja. Karena itu sikap harus dipandang sebagai dedisposisi perilaku yang mengandung
arti adanya kecenderungan maupun kesediaan bertindak seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Saran-saran berikut akan membantu anda untuk mengembangkan sikap mental yang baik.
Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan
dan bangga akan prestasinya.
Otak anda merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk
renungan pikiran anda yang akan memungkinkan anda terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari.
Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat.
Pikiran anda haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu memfokus pada pelbagai problem
(Geoffrey G. M. Et al: 1996)
Terbentuknya sikap diawali oleh adanya persepsi individu terhadap objek sikap. Dalam mempersepsi objek
sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan dan proses belajar. Karena seperti
yang dikemukakan oleh G. Meredith, et al (2001:6) bahwa “... untuk mencapai atau memiliki sikap
berwirausaha, seseorang harus menempuh pendidikan kewirausahaan”. Kemudian digambarkan oleh Joe
Setiawan (1996:1) untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha diperlukan tiga tingkatan sebagai berikut:
Gambar :
Tiga Tingkatan Pengembangan Kemampuan Berwirausaha
1. Pada gambar di atas, terlihat bahwa untuk menjadi seorang wirausaha dibutuhkan adanya pendidikan dan
pelatihan, agar mempunyai sikap mental yang baik dalam berwirausaha dan mencapai keberhasilan dalam
menjalankan usahanya.
2. Dalam konteks pendidikan kewirausahaan, berarti isi dan muatan materi yang disampaikan dalam proses
pendidikan juga harus disesuaikan dan diselaraskan dengan maksud dan pengertian konsep kewirausahaan
itu sendiri.
3. Keberadaan pendidikan kewirausahaan sangat diperlukan, terlebih kebanyakan wirausaha yang ada masih
rendah dalam mengembangkan kemampuan mengelola yang digelutinya. Untuk mengatasi itu diperlukan
pendidikan kewirausahaan. Melalui pendidikan ini diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan dan
sikap berwirausahanya.
Related Posts
Konsep - Konsep Dasar Penelitian
PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN
PENGERTIAN PROTOKOL OSI LAYER DAN TCP/ IP
Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK INDIGO
POPULAR POSTS
SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA NILAI SISWA BERBASIS WEB
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
ABSTRAKSI: Sistem Informasi Pengolahan Data Nilai Siswa Berbasis Web merupakan suatu sistem yang memberikan informasi
laporan keaktifan si...
Logistik Keperawatan
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor antara lain
Man, Mo...
LABELS
Pendidiikan
Pengertian
Skripsi
Artikel
Pendidiikan Karakter
Pengertian Internet
Pendidikan Politik
Pendidiikan bagi anak
pendidikan budaya
Investasi Pendidikan
Sejarah Komputer
Strategi Pemasaran
Pendidikan Hak Asasi Manusia
Rumah Adat Jawa
Seni Kriya
Sistem Informasi
Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengolahan Data Kependudukan
Spesifik
Sumber belajar dari l ingkungan siswa
Teknik
Tema ISU Strategis Dalam Progra m Penelitian Strategis Nasional
Teori Sifat
Teori Stimulus-Respon
Teori perubahan sosial
bentuk environmental scanning
sistem jaminan sosial
sisten pembayaran Surat ijin
tubuh cepat tua
Popular Posts
SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA NILAI SISWA BERBASIS WEB PADA SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA)
ABSTRAKSI: Sistem Informasi Pengolahan Data Nilai Siswa Berbasis Web merupakan suatu sistem yang memberikan informasi
laporan keaktifan si...
Logistik Keperawatan
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor antara lain
Man, Mo...