Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaat-Nya di akhirat kelak.
Selanjutnya pembuatan makalah yang telah kami selesaikan ini adalah perwujudan
amanah dari guru kami yang telah memberikan tugas mengenai HAKIM DAN SAKSI
DALAM PERADILAN ISLAM.
Dengan sepenuh hati makalah ini telah dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Kepada
para pembaca terima kasih karena telah membaca makalah yang telah dibuat ini.Tak lupa
pula kami mengucapkan permohonan maaf atas kesalahan yang ada di makalah kami ini.
semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para pembaca yang telah membaca
makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
2.1 Hakim
A,Pengertian Hakim
Hakim adalah isim fa’il dari kata “hakama”, yang artinyaorang yang menetapkan
hukum atau memutuskan hukum atau suatu perkara. sedangkan menurut istilah adalah orang
yang diangkat pemerintah untuk menyelesikan persengketaan diantara pihak dan
memutuskan dengan hukum yang adil. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :
Apabila seorang hakim duduk ditempatnya ( sesuai dengan kedudukan hakim adil )
maka malaikat membenarkan, menolong dan menunjukannya, selam tidak menyeleweng.
Apabila menyeleweng, maka kedua malaikat meningggalkannya. (HR . Baihaqi)
Selain kata hakim, digunakan pula istilah qadhi, yang berarti orang yang memutuskan,
mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara.
1.Muaz bin Jabal r.a. diangkat menjadi gubernur sekaligus qadhi di daerah dataran tinggi
Yaman bagian Timur,yakni suatu daerah yang berhadapan dengan Aden pada akhir tahun 9
Hijriah setelah selesai Perang Tabuk.
2.Abu Musa Al-Asy’ary diangkat menjadi gubernur dan qadhi di dataran rendah Yaman
bagian Barat yang berhadapan dengan Laut Merah. Pada pemerintahan Uman bin Khattab,
beliau dipindahkan ke daerah Kuffah dan Basrah.
3.Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi gubernur di daerah Yaman,sekaligus menjadi qadhi.
4.Attab bin Asid diangkat menjadi wali kota Mekkah,sekaligus menjadi qadhi. Pada saat itu
beliau baru berumur 20 tahun.
B.Fungsi Hakim
C.Syarat-Syarat Hakim
1. Muslim
2. Baligh
Baligh berarti dewasa , baik dewasa jasmani dan rohaninya maupun dewasa dalam berpikir.
3. Berakal
Berakal disini bukan sekedar “mukallaf”, tetapi benar-benar sehat pikirannya, cerdas dan
dapat memecahkan masalah.
4. Adil
Adil disini berarti benar dalam berhujjah, dapat menjaga amanah, bersikap jujur baik dalam
keadaan marah atau suka, mampu menjaga diri dari hawa nafsu dan perbuatan haram serta
dapat mengendalikan amarah.
Hukum pokok adalah hukum yang berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Hukum cabang adalah
seorang hakim harus paham tentang yurisprudensi (keputusan hukum) di liar kedua kitab
(Al-Quran dan Hadis) dan mampu mengeluarkan ijtihad berdasarkan kaidah-kaidah usul
fikih.
Seorang hakim harus mempunyai pendengaran yang baik. Tidak bisu dimaksudkan agar
dapat menyebut keputusan dan diketahui oleh orang lain.demikian pula harus tidak buta
sehingga hakim dapat melihat dengan jelas orang yang sedang berperkara. Lebih tepatnya
seorang hakim haruslah orang yang secara fisik sehat dan tidak ada cacat.
7.Laki-laki.
ِّ َعلَى قَ َّوامون
Sebagaimana Firman Allah Swt.: الر َجال َ اء
ِّ س
َ الن
ِّ ”Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita,. (QS. An-Nisa : 34)
Rasulullah Saw juga bersabda : “Suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka pada orang
perempuan tidak akan berbahagia.” (HR. Al-Bukhari)
D.Etika Hakim
1. Hendaklah ia berkantor ditengah-tengah negeri, ditempat yang diketahui orang dan dapat
dijangkau oleh lapisan masyarakat.
6.) Mengantuk
4. Tidak boleh menerima pemberian dari orang-orang yang sedang berperkara, yang ada
kaitannya dengan perkara yang sedang ditangani.
6. Surat-surat kepada hakim yang lain diluar wilayahnya, apabila surat itu berisi hukum
hendaklah dipersaksikan kepada dua orang saksi sehingga keduanya mengetahui isi surat
tersebut.
1.Al-Qur’an
Artinya: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
Selain ayat diatas ada lagi firman Allah Swt. dalam Surah an-Nisa’ ayat 105
”Apabila hakim hendak mengambil keputusan yang saat mengambil keputusan itu berijtihad
dan tepat (sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt.), dia berhak memperoleh dua
pahala, jika salah maka dia berhak atas satu pahala. (H.R al-Bukhari dari Amr bin ‘As:6805
dan Muslim:3240)
3.Ijmak
Para sahabat sepakat bahwa menegakkan peradilan adalah fardhu yang dikukuhkan
dan sunah yang harus diikuti (faridatun muhakkamatun wa sunatun mutabba’atun).