Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

NAMA KELOMPOK 1

1. Amalia Widya (S17055) 14. Diki Prabowo Putro (S17068)

2. Andini Aisyah Putri (S17056) 15. Dilla Maria Septiana (S17069)

3. Anggi Wulandhari (S17057) 16. Dwi Sahar Romadhon (S17070)

4. Anjas Gilang Saputra (S17058) 17. Eka Purwaning Tyas (S17071)

5. Anna Irwanti (S17059) 18. Fajar Susilowati (S17072)

6. Annisa Budi Pratiwi (S17060) 19. Gitami Surya Love .F (S17074)

7. Arindha Ardhanariswari (S17061) 20. Gusnanda Aris Adi .P (S17075)

8. Aulia Haniffiah (S17062) 21. Ika Septiana Afifah (S17076)

9. Ayuni Risnawati (S17063) 22. Intan Putri Hidayati (S17077)

10. Dewi Indah Sari (S17064) 23. Ismiatul Faizah (S17078)

11. Dewi Novitasari (S17065) 24. Julia Anggraini Putri (S17079)

12.Dhevi Listyana (S17066) 25. Khomariyah Kholifatul.S (S17080)

13. Dian Tri Novita Sari (S17067) 26. Krisdiana Sabtada R (S17081)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,


membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan. Memikirkan masalah sebagai
sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena kita jarang
mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita
mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan peraihan
kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi
atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan
atau yang menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses
pemecahan masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan.

Di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya kehidupan yang selalu bersangkutan dengan


keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah melakukan
musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas
utama dari seorang pemimpin. Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan
pelayanan kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis
dan administrative. Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya
masyarakat dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan kesehatan dan pelayanan
kesehatan strata pertama. Selama ini yang banyak berkembang adalah puskesmas merupakan
pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan?

2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat?

3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen?

4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas

yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?


C. TUJUAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan.

2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.

3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen.

4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan


puskesmas

yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu


keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan
bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari
proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan yang
meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif
kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan system
perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker
keperawatan, perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang
berkembang dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah –
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan,
dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus
berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien.
(Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.

B. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi membuat rencana
dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana
di bawahnya. Seperti digambarkan dalam piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki
melebar pada tingkatan lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah
komponen perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih
umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.

Misi

Filosofi Tujuan

umum Tujuan

khusus

Kebijakan

Prosedur

Aturan

Gambar 2.1

C. Tujuan Perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
1. Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
2. Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
3. Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia
4. Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
5. Hal tersebut efektif dalam hal biaya
6. Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu
menurunkan elemen perubahan
7. Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
8. Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).

D. Manfaat Perencanaan
Manfaat perencanaan antara lain adalah :
1. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
perubahan lingkungan
2. Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
3. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
5. Memudahkan koordinasi.
6. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.
7. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
8. Menghemat waktu dan dana.

E. Syarat Perencanaan
Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
1. Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini berarti
perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi
tertentu yang dihadapi keperawatan.
2. Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini berarti
perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat dijalankan
3. Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang
baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dimasa datang,
sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah seenaknya.
4. Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh anggota dalam
organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
5. Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh dan
mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam
organisasi.

F. Komponen Perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang
saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu:
1. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Input yang
dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan
pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
2. Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya
dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf,
serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Output yang
menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah
pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.

3. Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur
yang sesuai standar dan akreditasi.
4. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat. Proses
manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses
keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana
juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi
masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil.
(Gillies, 1985).
5. Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam
proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala,
eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan
kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen
Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien. Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan
misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

G. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung kepada jenis
perencanaan yang disusun kepala ruangan diantaranya adalah :
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.
2. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang
bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan kebutuhan
klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.
5. Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan, medis
yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8. Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra, 2014).
Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat selain
yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan perencanaan dalam manajemen
keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan
jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun;
sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis”
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun.

H. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen


Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang
akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang
dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan
suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah:
1. Pengumpulan Data
2. Analisis lingkungan
a. Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh
karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat
sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan
melakukan hal-hal yang mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena
sebagian besar perawat lupa merumuskan tujuan dari setiap langkah yang
diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya
berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi
organisasi layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya,
bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut
terlaksana. Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang
dapat dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah
dengan suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan analisis
“tulang ikan”.
b. Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi
sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di kelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus di ingat baik – baik oleh para
pengguna analisis SWOT bahwa analisis SWOT adalah semata – mata alat
analisis yang di tujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau
yang mungkin akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis
“ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah –
masalah yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut
terbagi atas empat komponen dasar berikut:
1) Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan pada saat ini.
2) Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
3) Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.
4) Threat (T) adalah ancaman.
c. Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david (1989)
yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya, namun
menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman
dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan
cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang
tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang
tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan meninggalkan
kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang di maksud.
Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat,
namun organisasi tidak mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan
organisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman yang
datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal
ini, aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi
sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain
d. Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan berbagai sebab
potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah
dimengerti dan rapi. Cara ini juga membantu dalam menganalisis apa yang
sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah proses menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material,
mesin, prosedur, kebijakan, dan lain-lain.

I. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan


puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional
1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap
a. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan
pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan
di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian
peran sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan.
2) Perawat Primer.
3) Perawat Asosiet.
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi Rumah
sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan keperawatan
sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta
prasarana yang telah diidentifikasi pada pengumpulan data sebelumnya.
b. Rencana Strategi Perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan
bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan didalam
Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan
bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format
dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan
wewenang dari masing- masing perawat di ruangan, jadwal kerja dari masing-
masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system
kepemimpinannya, instalasi instalasi yang menunjang idalam proses keperawatan
seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan
bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit ini
(anggaran, karyawan, non medis).
c. Pengaturan dan Kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai
dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya.
Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiataan kelompok dalam
penerapan model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam
satu bulan. Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu
pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaannya. Inti
dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti
dokumen-dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan, bagaimana deskripsi
tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas).
d. Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara
lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan ini adalah
mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan
criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah
mudah atau dipahami semua perawat yang ada di ruangan, apakah efisien dan
efektif dalam pelaksanaannya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian
ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai.
e. Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan
sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh
kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan,
perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.
Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
4) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
(Suyanto, 2008).

J. Proses manajemen keperawatan


Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu:
1. Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak
hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai
institusi (rumah sakit atau puskesmas):’’ tenaga keperawatan, administrasi, dan
bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn secara
keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
2. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
3. Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
4. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan.

K. Ciri-ciri perencanaan yang efektif


Dalam sebuah organisasi perencanaan mempunyai implikasi masa depan dan
mengandung arti dibutuhkanya keahlian merancang rencana untuk tercapainya tujuan.
Pada dasarnya rencana itu mempunyai 3 ciri- ciri yaitu:
1. Perencanaan harus mengenai masa depan
2. Perencanaan harus menyangkut suatu tindakan yang akan dilakukan
3. Adanya suatu unsur identifikasi atau penyebab (causation) pribadi atau organisasi.
Artinya, adanya jalan tindakan dimasa depan akan diambil oleh perencanaan atau
oleh orang lain yang di tunjuk dalam sebuah organisasi. Masa depan, tindakan, dan
pelaksanaan pribadi atau organisasi adalah unsur- unsur yang perlu dalam setiap
rencana.
Menurut Sigian, perencanaan yang baik dalam manajemen adalah perencanaan yang
berciri sebagai berikut:
1. Rencana harus memepermudah tercapainya tujuan yang telah di tentukan
sebelumnya. Artinya, penyusunan suatu rencana tidak boleh dipandang sebagai
tujuan, tetapi sebagai cara yang sifatnya sistematik intuk tercapainya suatu tujuan
awal.
2. Perencana harus sungguh- sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai.
Menyusun rencana merupakan salah satu fungsi organik yang harus dilakukan oleh
setiap manajer.
3. Pemenuhan keahlian teknis. Penyusunan suatu rencana yang kemudian disahkan
manajer kemudian diserahkan kepada orang-orang yang memiliki berbagai jenis
keahlian yang diperlukan. Agar rencana yang disusun itu terpadu dan komprehensif,
maka anggota tim harus mampu bekerja sama sebagai satu tim yang kompak.
4. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat. Maksudnya, rencana tidak
hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan: apa, di mana, bilamana, siapa dan
mengapa. Tetapi, juga disertai penjabaranya dalam bentuk program kerja yang
menyangkut segi kehidupan organisasi.
5. Keterkaitan sebuah rencana dengan pelaksanaannya. Jika dikatakan bahwa suatu
rencana merupakan suatu bentuk keputusan, berarti hanya mempunyai makna bila
dilaksanakan. Tepat tidaknya suatu rencana bukan terlihat dari cara perumusannya,
tetapi pada pelaksanaanya.
6. Kesederhanaan. Maksudnya adalah, kesederhanaan merupakan ciri rencana
menyangkut berbagai hal seperti teknik penyusunannya, bahasanya, sistematikanya,
formatnya, serta penekanan berbagai prioritasnya dan memperoleh pengertian yang
sama dengan perencana. Kesederhanaan harus tidak mengurangi pentingnya
kelengkapan rencana.

L. Hambatan dalam perencanaan yang efektif


Setiap perencanaan yang akan dilakukan pastinya tidak lepas dari suatu tantangan-
tantangan dan hambatan. Menurut Silalahi menjelaskan bahwa perencanaan yang baik
(good planning) dapat dilakukan apabila dapat diminimalisi hambatan-hambatan dalam
perencanaan. Hambatan perencanaan dapat di kategorikan atas dua kategori, yaitu:
1. Individual- based barriers
2. Organizationl- based Barrier
Individu sering tidak mau dan tidak mampu merencana sebab hambatan personal
untuk memaknakan partisipasi dalam perencanaan. Pada hal perencanaan efektif
memerlukan masukan dan partisipasi aktif dari anggota organisasi secara individual.
Hambatan utama dalam perencanaan efektif yang berasal dari hambatan individual
memprioritaskan masalah-masalah sehari-hari kekurangan dari ketrampilan
perencanaan, reluktansi menentukan rencana dan tujuan, resistansi personal untuk
perubahan. Hambatan kedua ditemukan pada tingkat organisasional, termasuk dalam
hambatan organisasional ini adalah kendala tentang sumber-sumber, kendala berupa
keterbatasan informasi yang dapat, resintesi organisasional untuk berubah.
Handoko merincikan hambatan-hambatan perencanaan yang efektif, yaitu sebagai
berikut:
1. Kurang pengetahuan tentang organisasi
Para manajer tidak dapat menetapkan tujuan-tujuan yang berarti bagi satuan-satuan
kerja mereka tanpa mempunyai pengetahuan tentang pekerjaan satuan kerja dan
organisasi secara keseluruhan.
2. Kurang pengetahuan tentang lingkungan
Para manajer sering kurang memahami lingkungan eksternal organisasi, seperti
pesaing, penyedia (pemasok), Pelanggan, lembaga- lembaga pemerintahan, dan
sebagainya, sehingga menjadi bingung tentang arah yang diambil dan enggan
menetapkan tujuan yang pasti.
3. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif
Rencana- rencana dibuat tidak hanya didasarkan pengamalan masa lalu, tetapi juga
peramalan kondisi- kondisi dimasa yang akan datang.
4. Kesulitan perencanaan operasi- operasi yang tidak berulang
Dalam organisasi banyak operasi-operasi yang hanya berlangsung dalam saat
tertentu saja yang tidak akan berulang pada saat-saat yang lain, namun perlu
direncanakan. Para manajer sering melupakan hal ini.
5. Biaya
Perencanaan memerlukan banyak biaya penggunaan sumber- sumber daya
keuangan, fisik dan manusia dalam arti terjadi pemborosan- pemborosan dalam
melakukan atau merealisasikan rencana tersebut.
6. Takut gagal
Para manajer sering memandang kegagalan sebagai ancaman terhadap keamanan
jabatanya, penghargaan dan respek orang lain terhadap dirinya. Hal yang demikian
ini membuat para manajer enggan mengambil resiko dan menetapkan tujuan
tertentu.
7. Kurang percaya diri
Bila manajer kurang percaya diri, maka mereka akan ragu- ragu dalam menetapkan
tujuan yang menantang. Para manajer seharusnya merasa bahwa mereka dan
kelompok kerjanya mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi.
8. Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan- tujuan alternative
Para manajer sering sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak dapat
mencapai semua hal yang penting baginya. Akibatnya, mereka mungkin menjadi
enggan untuk organisasi terikat pada satu tujuan karena terlalu menyakitkan untuk
menyingkirkan berbagai alternatif lainya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perencanaan adalah tahap paling penting dalam fungsi manajemen, tanpa adanya
perencanaan maka fungsi manajemen yang lainnya, seperti pelaksanaan, pengontrolan, dan
pengawasan tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan perencanaan yang baik
akan memungkinkan tercapainya tujuan dari suatu kegiatan atau aktivitas yang direncanakan.
Adapun tujuan dan manfaat dari perencanaan itu sendiri pada dasarnya ialah sebagai pedoman,
arahan, standar pengawasan, alat untuk berkoordinasi dalam melaksanakan suatu kegiatan yang
direncanakan. Selanjutnya, ruang lingkup dari perencanaan itu sendiri terdiri dari perencanaan
dari dimensi waktu, dimensi spasial, dimensi tingkatan teknis perencanaan, dan dimensi jenis.
Dalam proses perencanaan terdapat beberapa tahapan yang perlu kita lakukan seperti persiapan
perencanaan, menentukan dan menganalisis masalah, konsep dan desain perencanaan, evaluasi
rencana, merumuskan rencana, implementasi rencana, dan balikan pelaksanaan rencana.

3.2 Saran

Harapannya, setelah mengetahui defenisi perencanaan, tujuan dan manfaat perencanaan,


ruang lingkup perencanaan, serta bagaimana proses perencanaan itu sendiri, dapat memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang tentunya
selalu melakukan fungsi perencanaan dalam berbagai aktivitas atau kegiatan dalam proses
kepemimpinannya, baik pemimpin di dalam organisasi, perusahaan, maupun lembaga
pendidikan. Selanjutnya, untuk mahasiswa administrasi pendidikan sebagai calon administrator
yang diharapkan dapat menerapkannya di dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji, 2014. Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar – Ruzz Media.

HTTP://ID.SCRIB.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU. Diakses tanggal 29


September 2017

Amanda Tami, 2016. Manajemen konsep keperawatan. Jakarta: EGC

Susilo Joko. 2015. Perencanaan Keperawatan Manajemen dan Konsep. Jakarta. Media

Anda mungkin juga menyukai