SKRIPSI
Disusun Oleh:
Vaka Gustiono
NIM. 2283142011
Vaka Gustiono
2283142011
Menyetujui:
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Program Studi
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah di ajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi
manapun, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Vaka Gustiono
NIM. 2283142011
iii
MOTTO
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang
beriman.”
(Terjemahan: Q.S. Al-Imran: 139)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
mengubah diri mereka sendiri.”
(Terjemahan: Q.S. Ar-Ra’d: 11)
“Dan boleh adi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu
tidak mengetahui.”
(Terjemahan: Q.S. Al-Baqarah: 216)
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka dia akan menjadikan jalan keluar
baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, sesungguhnya Allah
melaksanakan kehendak-Nya, dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu
kadarnya.”
(Terjemahan: Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan
kepada penulis dengan terselesaikannya penelitian ini. Terimakasih atas Do’a
restu dan semangat dari keluarga, saudara, sahabat, dosen dan teman-teman yang
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Karya tugas akhir skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan.
2. Nabi Muhammad SAW teladan dan menjadi nabi seluruh umat islam.
3. Bapak, Ibu dan Adik yang tidak henti-hentinya memanjatkan do’a dan
semangat dalam keadaan apapun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
4. Keluarga besar penulis yang telah memberikan bantuan keuangan dan
motivasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin membuat penulis
bersemangat menyelesaikan penelitian ini.
5. Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya dengan
ikhlas dalam membimbing penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen pendidikan teknik elektro yang telah ikhlas dan semangat
dalam memberikan ilmu selama perkuliahan di Untirta.
7. Keluarga besar asisten laboratorium pendidikan teknik elektro yang telah
membantu selama proses pembuatan skripsi.
8. Seluruh teman-teman pendidikan teknik elektro yang telah memanjatkan do’a
dan motivasi selama proses pembuatan skripsi.
9. Berbagai pihak yang berperan dalam proses pembuatan skripsi, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia yang Allah SWT berikan, atas limpahan rahmat,
dan kasih sayang-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan,
sehingga Skripsi ini yang berjudul “Pengembangan Prototype Smart Greenhouse
Sebagai Tempat Budidaya Pembibitan Tanaman Tomat Menggunakan
Transparent solar cell Sebagai Sumber Listrik” dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulusnya kepada pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa
bimbingan, dorongan motivasi, arahan serta doa selama proses penulisan laporan
penelitian ini berlangsung, selain itu ucapan terima kasih juga tidak lupa
disampaikan oleh peneliti kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayanya.
2. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi
dan tidak henti-hentinya memanjatkan do’a untuk kelancaran dan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof Dr. H. Sholeh Hidayat M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Dr. Suroso Mukti Leksono, M.Si selaku wakil Dekan Bidang
Akademik FKIP, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis
dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Endi Permata, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknik Elektro dan Dosen Pembimbing, yang telah memberikan masukan dan
bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.
7. Bapak Yus Rama Denny Muchtar, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti
dalam menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Mohammad Fatkhurrokhman, S.Pd., S.Kom., M.Pd. selaku
koordinator skripsi yang tidak henti-hentinya memberikan semangat, motivasi
dan saran.
vi
9. Bapak Didik Aribowo, S.T., M.T. selaku Sekertaris Program Studi
Pendidikan Teknik Elektro.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Teknik Elektro.
11. Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha Program Studi Pendidikan Teknik Elektro.
12. Semua teman-teman Pendidikan Teknik Elektro yang selalu memberikan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi.
Peneliti yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini
maka dari itu sangat besar harapan peneliti adanya masukan dan saran dari
pembaca demi perbaikan pada laporan ini, dan pada akhirnya peneliti juga
berharap semoga sebuah karya ilmiah yang telah ditulis ini dapat memberikan
manfaat yang positif bagi siapa saja yang membacanya.
Vaka Gustiono
NIM. 2283142011
vii
ABSTRAK
Vaka Gustiono: Pengembangan Prototype Smart Greenhouse Sebagai Tempat
Budidaya Pembibitan Tanaman Tomat Menggunakan Transparent solar cell
Sebagai Sumber Listrik. Skripsi. Serang: Program Studi Pendidikan Teknik
Elektro, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, 2019.
viii
ABSTRACT
Vaka Gustiono: Development of Smart Greenhouse Prototype as a Tomato
Breeding Plant Using Transparent Solar Cells as a Source of Electricity. Essay.
Serang: Electrical Engineering Education Study Program, Faculty of Teacher
Training and Education, Sultan Ageng Tirtayasa University, 2019.
This study aims to develop and test the feasibility of a smart greenhouse prototype
media that is used as a planting medium and an automatic watering plant that
makes it easy for farmers to plant and care for plants and so that the process for
plant nurseries can grow and develop properly. The research used was Research
and Development using the Waterfall model. The stages in the waterfall
development model are (1) requirements definition including: (needs analysis,
plant characteristics analysis, renewable energy analysis, hardware requirements
and software requirements), (2) system and software design include: (hardware
design, software design, mechanical design, land design, electronics design and
manual book design), (3) implementation and unit testing include: (the stages of
translating the system design into software), (4) integration and system testing
include: (transparent solar testing cell, soil moisture sensor testing, temperature
sensor testing, water pump testing, blynk testing, overall testing and media and
material feasibility testing), (5) operation and maintenance include: (smart
greenhouse testing for farmers). The research subjects are three lecturers as
validator of material expert and media expert and 10 farmers as users to test the
feasibility of the product being developed. The research instruments used were
observation, interviews and questionnaires. The research results found are as
follows: (1) the development of the prototype smart greenhouse media is equipped
with a manual book, (2) the results of the feasibility study by media experts get an
average score of 4.35 with the category of "very feasible", assessment by material
experts get an average score of 4.4 with the category "very decent", and the
assessment of users get an average score of 4.06 with the category "decent".
ix
DAFTAR ISI
x
5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 43
A. Deskripsi Hasil Penelitian............................................................................ 43
1. Requirements Definition ............................................................................ 43
2. System and Software Design ..................................................................... 45
3. Implementation And Unit Testing ............................................................. 58
4. Integration And System Testing................................................................. 73
5. Operation And Maintance ......................................................................... 81
B. Analisis Data ................................................................................................ 82
1. Data Hasil Uji Validasi Media .................................................................. 82
2. Data Hasil Uji Validasi Materi .................................................................. 85
3. Data Hasil Uji Pengguna ........................................................................... 88
C. Kajian Produk .............................................................................................. 92
1. Revisi Produk ............................................................................................ 92
2. Produk akhir .............................................................................................. 96
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 98
1. Tahapan Pengembangan Media Prototype Smart Greenhouse ................. 98
2. Tingkat Kelayakan Media prototipe smart greenhouse dan manual book 99
3. Unjuk Kerja Prototipe Smart Greenhouse .............................................. 102
4. Analisa Hasil Pengembangan Produk ..................................................... 110
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 112
A. Simpulan .................................................................................................... 112
B. Saran .......................................................................................................... 113
C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih lanjut ................................ 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 116
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 37. Grafik Pengamatan Ampere AC, Baterai, dan Solar Cell Pada Saat
Penyiraman ...................................................................................... 72
Gambar 38. Grafik Pengamatan Tegangan AC Pada Saat Penyiraman .............. 73
Gambar 39 Pengujian Transparent Solar Cell ..................................................... 74
Gambar 40. Pengujian Charger Controller .......................................................... 75
Gambar 41. Pengujian Battery............................................................................. 76
Gambar 42. Pengujian Sensor Soil Moisture ...................................................... 77
Gambar 43. Pengujian Sensor DHT11 ................................................................ 78
Gambar 44. Pengujian Aplikasi Blynk ................................................................ 79
Gambar 45. Produk Akhir Prototype Smart Greenhouse .................................... 97
Gambar 46. Produk Akhir Buku Panduan ........................................................... 97
Gambar 47. Grafik Batang Tingkat Kelayakan Media ...................................... 100
Gambar 48. Grafik Batang Tingkat Kelayakan Materi ..................................... 101
Gambar 49. Grafik Batang Tingkat Kelayakan Pengguna ................................ 102
Gambar 50. Grafik Pengisian dan Pemakaian Baterai ...................................... 109
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanaman tomat merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak bisa
terlepas dari kebutuhan sehari-hari sebagai pelengkap masakan. Selain itu,
tanaman ini kaya akan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tingginya permintaan tomat di Banten,
tidak didukung dengan jumlah produksi tanaman ini. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada tahun 2017, Banten hanya
memiliki luas panen tomat seluas 214 Ha yang menghasilkan produksi
sebanyak 10.168 kuintal, sebelumnya pada tahun 2016 hasil produksi
mencapai 16.789 kuintal. Hal ini membuat produksi tomat mengalami
penurunan sebesar 6.621 kuintal. Penurunan hasil panen ini dikarenakan
kondisi cuaca dan tanah yang kurang gembur.
Budidaya tanaman tomat membutuhkan perhatian khusus. Dalam hal
ini faktor lahan dan lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tomat seperti suhu, kelembaban tanah, penyiraman, kebutuhan akan
penyinaran atau intensitas cahaya dan lain-lain. Banyaknya para petani yang
masih bergantung pada cuaca, mengakibatkan hasil produksi tomat tidak
menentu. Selain itu luas lahan yang terbatas, karena penggunaan lahan yang
tidak terkontrol menjadikan pengalihan fungsi lahan yang berdampak pada
keseimbangan ekosistem sehingga mengakibatkan perubahan iklim yang
ekstrim, oleh karena itu dibutuhkannya tempat budidaya tanaman tomat yang
dapat mengatasi masalah ini.
Greenhouse merupakan sebuah bangunan konstruksi yang berfungsi
untuk menghindari dan memanipulasi kondisi lingkungan yang dikehendaki
dalam pemeliharaan tanaman. Greenhouse atau rumah kaca biasanya terbuat
dari bahan yang tembus cahaya seperti kaca, akrilik, plastik dan sejenisnya.
Perkembangan teknologi dalam greenhouse mampu beradaptasi dan
1
pendekatan yang bersifat mengubah serta merekayasa iklim dapat direkayasa
diantaranya suhu udara, durasi penyiraman, soil moisture dan sirkulasi udara.
Penggunaan greenhouse sudah banyak digunakan untuk pertanian di
berbagai daerah di Indonesia, namun pengolahan greenhouse saat ini masih
dilakukan secara manual atau semi otomatis yang berarti masih
membutuhkan campur tangan manusia dalam pengelolaannya (Telaumbanua,
2014). Salah satunya yaitu proses penyiraman, penyiraman merupakan suatu
hal yang tidak dapat dilepaskan dalam merawat serta menjaga agar tanaman
dapat tumbuh dengan subur, tetapi terkadang penyiraman tanaman sering
diabaikan maka jika kebutuhan air tidak terpenuhi akan berdampak fatal bagi
perkembangan tanaman tomat. Dalam proses penyiraman tanaman secara
manual petani harus meninjau langsung tanaman tomat didalam greenhouse.
Hal ini menyebabkan kurang efektif dalam pengelolaan tanaman, sehingga
proses produksi lambat dan biaya pengolahan tinggi. Oleh karena itu
dibutuhkan penyiraman tanaman secara otomatis.
Sistem penyiraman otomatis berbasis Internet of Things (IoT) ini
menggunakan mikrokontroler dengan memanfaatkan wifi untuk melakukan
pengiriman data yang di monitoring pada aplikasi android. Mikrokontroler
yang digunakan adalah NodeMcu yang didalamnya sudah menyatu dengan
modul ESP8266 sebagai modul untuk koneksi internet. Pada proses
monitoring sistem ini menggunakan sensor DHT11 untuk pemantauan suhu
dan kelembaban. Alat ini menggunakan sensor Soil Moisture yang digunakan
sebagai standar untuk mendeteksi kadar air dalam tanah. Jika kondisi kadar
air dalam tanah sesuai dengan standar yang dibuat pada program maka
penyiraman otomatis akan dimulai. Dalam hal ini memudahkan kontrol
penyiraman otomatis berupa penjadwalan dan monitoring dapat dilakukan
dimanapun petani berada. Diterapkan sistem penyiraman otomatis berbasis
IoT membantu para petani dalam merawat tanaman dan pemantauan suhu dan
kelembaban, sehingga memberikan pemantauan dan penjadwalan yang dapat
dilakukan melalui aplikasi pada smartphone yang terkoneksi dengan internet.
2
Dengan kemajuan teknologi semua dapat diatur dengan menggunakan
sistem kontrol otomatis. Teknologi tersebut membutuhkan tenaga listrik,
kebutuhan tenaga lisrik tersebut sangat penting untuk menjaga kestabilan dari
Greenhouse. Kebutuhan energi listrik selalu meningkat tetapi tidak di
imbangin dengan persediaan energi fosil yang semakin berkurang maka hal
ini mendorong manusia untuk membuat energi alternatif terbarukan yang
ramah lingkungan sebagai energi listrik. Salah satu energi alternatif yaitu
energi surya. Menurut (Abbas, 2015) Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi energi surya yang besar, tetapi kenyataannya belum
dimanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu, dengan memanfaatkan energi
surya secara optimal sebagai energi alternatif sehingga mengurangi
penggunaan listrik.
Berdasarkan permasalah diatas, maka penulis bertujuan untuk membuat
Pengembangan Prototype Smart Greenhouse Sebagai Tempat Budidaya
Tanaman Tomat Menggunakan Transparent solar cell Sebagai Sumber
Listrik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan dan lahan menjadi permasalahan bagi para petani.
2. Proses penyiraman masih menggunakan cara manual sehingga kurang
efektif dalam pengelolaan tanaman tomat, proses produksi dan biaya
pengolahan.
3. Energi matahari yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai
sumber energi alternatif.
C. Pembatasan Masalah
Pada perancangan alat yang akan dibuat ini terdapat beberapa batasan
masalah, yaitu:
1. Tanaman yang digunakan yaitu tanaman tomat.
3
2. Internet of things digunakan untuk memonitoring suhu dan kelembaban
tanaman pada aplikasi android.
3. Transparent solar cell sebagai sumber listrik greenhouse.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses Pengembangan Prototype Smart Greenhouse Sebagai
Tempat Budidaya Pembibitan Tanaman Tomat Menggunakan
Transparent Solar Cell Sebagai Sumber Listrik?
2. Bagaimana tingkat kelayakan Pengembangan Prototype Smart
Greenhouse Sebagai Tempat Budidaya Pembibitan Tanaman Tomat
Menggunakan Transparent Solar Cell Sebagai Sumber Listrik bagi
petani?
E. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan Prototype Smart Greenhouse Sebagai Tempat
Budidaya Pembibitan Tanaman Tomat Menggunakan Transparent solar
cell Sebagai Sumber Listrik
2. Mengetahui tingkat kelayakan Prototype Smart Greenhouse Sebagai
Tempat Budidaya Pembibitan Tanaman Tomat Menggunakan
Transparent solar cell Sebagai Sumber Listrik bagi petani
4
c. Battery VOZ
d. Inverter DC-AC
e. Internet of things ESP8266
f. Sensor DHT11
g. Sensor Kelembaban Soil Moiture
h. Modul Relay
i. Pompa Air
2. Spesifikasi non teknis
Prototype smart greenhouse dilengkapi dengan manual book yang
terdiri dari ilustrasi alat, pengoperasian alat, upload program software
arduino 1.8.5, teknis spesifikasi, komponen-komponen alat dan informasi
keamanan.
G. Manfaat Pengembangan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada beberapa
pihak, diantaranya:
1. Bagi Pengguna
a. Membantu dan mempermudah petani dalam perawatan tanaman
tomat.
b. Menghindari kelalaian petani dalam merawat tanaman dengan
melakukan penyiraman tanaman secara rutin tanpa harus
melakukannya langsung ke tempat tanaman tersebut.
c. Memantau kondisi DHT11 dan kelembaban tanaman dari aplikasi
android sehingga selalu terjaga kesegarannya.
2. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
pertanian terutama petani tomat.
b. Menerapkan ilmu yang di dapat selama di perkuliahan.
5
H. Asumsi Pengembangan
Menurut hasil pengembangan penelitian, penggunaan media prototype
smart greenhouse untuk mempermudah para petani dalam menanam dan
merawat tanaman sehingga menghasilkan tanaman tomat yang berkualitas.
Pendapat penelitian ini didukung pada penelitian sebelumnya yaitu
(Oktafiatma, 2018) yang menyatakan bahwa media greenhouse
mempermudah petani dalam menanam.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Energi Surya Matahari
Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa tenaga surya sangat
berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan manusia dan lingkungan
sejak awal kehidupan di dunia ini. Menurut (Pudjanarso, 2006)
mengatakan bahwa Ribuan tahun yang silam radiasi surya dapat
menghasilkan bahan bakar fosil yang kita kenal sekarang sebagai minyak
bumi yang sangat bermanfaat, irigasi dan sumber tenaga listrik. Radiasi
matahari juga sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang
merupakan dasar dari proses pertumbuhan segala jenis tumbuhan yang ada
di dunia ini.
a. Temperatur Matahari
Matahari adalah suatu bola dari awan gas dengan suhu yang
amat sangat panas. Diameter bola matahari adalah 1,39 x 106
kilometer, sedang jauh rata-rata dengan bumi adalah 1,5 x 108
kilometer.
7
pada permukaan besarnya 5760 K. Pada inti temperaturnya dapt
mencapai lebih kurang 8 x 106 sampai dengan 40 x 106 K.
b. Radiasi Matahari
Fusi termonuklir pada inti dari matahari membebaskan energi
dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik dengan frekuensi
tinggi. Suatu teori yang akhir-akhir ini dapat diterima para ahli
mengatakan bahwa radiasi gelombang elektromagnetik merupakan
kombinasi dari gelombang elektrik arus bolak-balik berkecepatan
tinggi dengan gelombang medan magnetik yang menumbuhkan
partikel-partikel energi dalam bentuk foton.
Gelombang energi yang memancar melalui ruang angkasa
memberikan pancaran radiasi dengan panjang gelombang yang
berbeda-beda. Radiasi gelombang elektromagnetik dikelompokkan
berdasar panjang gelombang, yang memberikan rangsangan energi
yang lebih besar adalah semakin pendek panjang gelombangnya.
Radiasi yang dipancarkan melalui permukaan matahari mempunyai
variasi panjang gelombang dari yang paling panjang (gelombang
radio) sampai yang paling pendek (gelombang sinar X dan sinar Y).
Meskipun matahari memancarkan gelombang cahaya pada
berbagai panjang gelombang, cahaya dari matahari yang tampak dari
pandangan mata manusia hanya 46% dari cahaya total yang
dipancarkan, dengan panjang gelombang berkisar antara 0.35 sampai
0.75 mikron. Cahaya violet mempunyai panjang gelombang 0.35
mikron yang merupakan sinar cahaya yang tidak tampak pandang.
Demikian pula warna merah mempunyai panjang gelombang 0.75
mikron. Inframerah mempunyai panjang gelombang lebih besar yang
juga tidak tampak pandang oleh manusia.
c. Menentukan Besaran Radiasi Matahari
Jarak rata-rata antara bumi dan matahari RBM = 1,49 x 1011 m,
sedang besar rapat radiasi adalah:
2.0 kalori/cm2.menit = 2,0 Langleys/menit
8
= 2 x 104 kalori/m2 menit
= 1/3 x 103 kalori/m2 s.
Bila dilipatkan dengan konstanta joule yang besarnya 4,184
joule/kal, akan menghasilkan besaran rapat radiasi matahari (S):
S = 1/3 X 103 X 4,186 = 1396 W/m2 ............................................ (2.1)
atau
S = 1396 W/m2 ~ 442 Btu/ft2 jam. ................................................ (2.2)
S merupakan besaran dari konstanta rapat radiasi surya pada
ruang hampa angkasa, sedang besarnya S pada permukaan bumi hanya
berkisar 947 W/m2 mendekati 300 Btu/ft2 jam.
Besaran rapat radiasi surya dapat menumbuhkan energi pada sel
surya yang dipasang pada satelit dan dengan efisiensi yang rendah,
sekitar 6 ÷ 10% akan mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 140
Watt pada luasan pancaran surya sebesar 1 m2.
d. Menentukan Suhu Permukaan Matahari
Dengan mengambil sifat dari pancaran benda hitam, temperatur
permukaan matahari dapat dihitung dengan menggunakan rumus
radiasi dari Stefan-Boltzmann:
Daya radiasi/m2 = σ T4
Di mana σ = konstanta stefan-boltzmann yang besarnya 5.67 x 10-8
W/m2 K4. Misal temperatur permukaan matahari adalah TM maka
seluruh daya yang dipancarkan oleh matahari adalah = luas seluruh
permukaan matahari x σ TM.
Jadi:
Daya radiasi surya = 4 π x RM2 x σ x TM4 ..................................... (2.3)
Dengan mengetahui konstanta radiasi surya S maka jumlah daya
yang dipancarkan matahari dapat dihitung. Untuk menghitungnya
dapat dibayangkan suatu bola dengan jari-jari yang sama dengan jarak
bumi matahari RBM pada inti matahari.
Mengingat setiap m2 menghasilkan besaran S maka jumlah daya
radiasi yang dipancarkan matahari adalah:
9
Daya radiasi surya = S x 4π x R2BM
Dimana RBM = 1.49 x 1011 m.
Untuk Persamaan, maka:
4πR2M σ T4M = 4πR2BMS
𝑅𝐵𝑀2 𝑆
T4M = = 0,695 𝑥 109 K 4
𝑅𝑀2 σ
10
1) Sumber tenaga listrik dari energi surya
2) Tenaga uap dari energi surya
3) Sistem pemanas air/udara melalui tenaga surya.
g. Sel surya
Sel surya dapat berupa alat semikonduktor penghantar aliran
listrik yang dapat secara langsung mengubah energi surya menjadi
bentuk tenaga listrik secara efisien. Alat ini digunakan secara
individual sebagai alat pendeteksi cahaya pada kamera maupun
digabung seri maupun paralel untuk memperoleh suatu harga tegangan
listrik yang dikehendaki sebagai pusat penghasil tenaga listrik.
Para ahli telah melakukan penelitian secara intensif untuk
menekan ongkos produksi sel silikon agar dapat bersaing dengan
pembangkit tenaga listrik konvensional. Dapat disebutkan di sini
bahwa untuk membuat pembangkit listrik dengan sel surya pada
perhitungan tahun 1970 adalah $15.000,-/kW-jam terpasang, sedang
yang menggunakan bahan bakar batubara hanya $500,0/kW-jam
terpasang dan yang menggunakan tenaga nuklir adalah $150,-/kW-jam
terpasang.
2. Tanaman Tomat
Tanaman tomat merupakan sayuran yang terpenting sesudah
kentang. Buah tomat selain dimakan mentah, juga dipakai sebagai
penyedap masakan, sayuran atau dijadikan kecap dan saus. Diduga
tanaman tomat berasal dari peru dan ekuador, yang kemudian menyebar ke
seluruh dunia, pada saat ini negara produsen tomat dunia ialah Italia,
Bulgaria, Spanyol dan Mesir.
Tanaman tomat merupakan berba semusim, bunganya hermafrodit
dan bersifat self-compatible pada daerah yang lebih dingin. Penyerbukan
sendiri sangat tinggi persentasenya. Namun demikian, di daerah tropik
24% buah terjadi melalui penyerbukan silang oleh serangga penyerbuk.
Sedikitnya terdapat 600 varietas, penggolongan varietas tersebut
didasarkan atas cara tumbuh atau habitus tanaman (determinat dan
11
indeterminat), bentuk buah, besar buah, metode penanaman (rumah kaca
atau lahan), dan tujuan memproduksi (sayuran segar atau untuk olahan).
Beberapa jenis tomat hidrida telah menyebar luas di daerah
subtropik. Untuk di daerah tropik sangat diperlukan jenis tomat yang tahan
terhadap panas serta kelembapan tinggi. Tanaman tomat sangat bervariasi
dalam karakter pertumbuhannya. Beberapa jenis memperlihatkan
pertumbuhan tegak atau pendek (determinat) dan menjalar (indeterminat)
sampai lebih dari 5 meter tingginya (Ashari, 1995).
a. Iklim
Tanaman tomat bisa tumbuh baik di dataran tinggi maupun di
dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat dapat tumbuh
baik di dataran tinggi (lebih dari 700 m dpi), dataran medium (200 m -
700 m dpi), dan dataran rendah (kurang dari 200 m dpi). Faktor
temperatur dapat mempengaruhi warna buah. Pada temperatur tinggi
(di atas 32°C) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada
temperatur tidak tetap warna buah cenderung tidak merata.
Temperatur ideal dan berpengaruh baik terhadap warna buah tomat
adalah antara 24°C - 28°C yang umumnya merah merata. Keadaan
temperatur dan kelembaban yang tinggi berpengaruh kurang baik
terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat. kelembaban
yang relatif diperlukan untuk tanaman tomat adalah 80 %. Tanaman
tomat memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang–kurangya 10-
12 jam setiap hari.
b. Tanah
Tanaman tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh disegala
tempat, dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi
(pegunungan) untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat
membutuhkan tanah yang gembur dengan kadar keasaman pH antara
lain 6-7, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung
humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai
tanaman mulai dari panen.
12
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan
atas tipe determinate dan indeterminate. Tanaman tomat bertipe
determinate mempunyai pola pertumbuhan batang secara vertikal
yang terbatas dan diakhiri dengan pertumbuhan organ vegetatif (akar,
batang daun), sedangkan tomat bertipe indeterminate mempunyai
kemampuan untuk terus tumbuh dan tandan bunga tidak terdapat pada
setiap bunga serta pada ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk
muda. Bunga tanaman tomat berjenis dua dengan lima buah kelopak
berwarna hijau berbulu dan dua buah daun mahkota. Pembuahan
terjadi 96 jam setelah penyerbukan dan buah masak 45 hari sampai 50
hari setelah pembuahan. Persentase penyerbukan sendiri pada tanaman
tomat adalah 95% - 100%.
3. Kelembaban Tanah
Tanah adalah suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara, dan
bahanbahan mineral lain, dan jasad hidup dan berbagai faktor dan
membentuk perubahan membentuk ciri-ciri morfologi yang khas.
Kemudian sistem itu berperan menjadi sistem tumbuh dan berkembang
berbagai tanaman. Jadi, sederhananya tanah tersusun dari beberapa
material alam baik dalam material bahan organik maupun bahan material
anorganik. Bahan organik tersebut mengalami proses perubahan alami
sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alami atau kekuatan alam, dan
akhirnya terbentuk susunan lapisan-lapisan tanah.
Soil Moisture adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori-
pori tanah yang berada di atas water table. Definisi yang lain menyebutkan
bahwa Soil Moisture menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara
pori–pori tanah. Soil Moisture sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh
penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi (Nugroho,
2011).
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena
dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
13
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan
sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C –
1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan
merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi
yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam
pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui
tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan
berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh.
Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal.
Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal.
Untuk dapat mengetahui kondisi Soil Moisturedapat dilakukan
pengukuran menggunakan alat pengukur Soil Moisture yaitu soil tester
serta dapat pula dilakukan perhitungan manual untuk mengetahui
kelembaban tanah. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk
mengetahui Soil Moisture dapat dilihat pada Persamaan 2.1 dan Persamaan
2.2 (American Standard Method).
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ −𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 .... (2.4)
𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
𝑘𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ X 100% ........... (2.5)
𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
4. Greenhouse
Greenhouse adalah sebuah bangunan yang terbuat dari kaca yang
memudahkan sinar matahari masuk ke dalam greenhouse tersebut,
sehingga kondisi lingkungan di greenhouse dapat dimanipulasi agar
tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal serta melindungi tanaman
dari kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
14
Gambar 2. Greenhouse
(Sumber: http://www.poly-tex.com/products/glory-premium-class-hobby-
greenhouse.html)
15
Mulai
Greenhouse
TIDAK
Transparent
Solar Cell
YA
Inverter AC
TIDAK
Pompa Air
Selesai
16
Gambar 4. Transparent Solar Cell
Studi yang dilakukan oleh (Ellmer, 2008) yang mengemukakan
penelitian Transparent Soler Cell sebagai berikut:
Dalam penghubung sel surya berdasarkan lapisan penyerap
chalcopyrite. Secara umum, film dengan sifat optik, elektronik atau
struktural yang lebih baik menjanjikan efisiensi konversi yang lebih tinggi
sementara pengembangan teknologi proses memberikan kualitas film yang
optimal pada area yang luas pada tingkat pertumbuhan yang tinggi
merupakan prasyarat penting untuk memenuhi target biaya dalam
produksi.
6. Solar Charge Controller
Charge controller adalah sebagai perangkat yang digunakan untuk
menyalurkan energi listrik ke beban dan akumulator yang dibangkitkan
oleh sel surya. Alat ini juga memilih dan memindahkan secara otomatis,
apabila PLTS tidak mencukupi ke beban, maka yang menyuplai energi
listrik adalah baterai. Untuk menjaga keseimbangan energi di dalam
baterai, diperlukan alat pengatur elektronik yang disebut battery charge
controller.
17
Solar charge yang baik, biasanya mampu mendeteksi kapasitas
baterai. Bila baterai sudah penuh, maka secara otomatis pengisian arus dari
panel surya berhenti. Cara deteksi adalah melalui monitor level tegangan
baterai. Baterai charge controller akan mengisi baterai sampai level
tegangan tertentu, apabila level tegangan jatuh/drop, maka baterai akan
diisi kembali (Alifyanti, 2016).
7. Baterai VOZ
Baterai adalah salah satu sebagai penyimpanan energi dan
berkontibusi dalam mereduksi efek global warning (greenhouse gases).
Dalam perkembangannya hingga saat ini penggunaan baterai sangat tidak
bisa dilepaskan dari kehidupan dari kehidupan sehari-hari. Hampir semua
perangkat elektronik menggunakan baterai sebagai sumber penyimpanan
energinya (Subhan, 2017).
18
digunakan dalam industri sebagai elemen dasar, dalam sistem yang besar
dan kompleks, misalnya dalam mengkonversi arus searah DC, dari
perangkat seperti baterei, panel surya atau solar cell menjadi arus listrik
bolak-balik AC (Ariawan, 2013).
19
10. Aplikasi Blynk
Blynk adalah platform yang memungkinkan dengan cepat
membangun interface untuk mengendalikan dan memantau proyek
hardware dari IOS dan perangkat android melalui internet. Di dalam
Blynk dapat membuat dashboard proyek dan mengatur tombol, slider,
grafik dan widget lainnya ke layar. Menggunakan widget, dapat
mengaktifkan dan mematikan pin atau menampilkan data. Blynk
mendukung hardware pilihan pengguna seperti arduino atau rapsberry pi
yang terhubung dengan internet melalui Wi-Fi, Ethernet atau chip
ESP8266 (Rudi Dinata, 2017).
20
Gambar 10. Sensor DHT11 dan Kelembaban DHT11
12. Sensor Kelembaban Soil moisture
Sensor Kelembaban ini merupakan resistance sensor. Sensor ini
terdiri dari dua elektroda sehingga sensor Soil Moistureini dapat membaca
kadar air disekitarnya. Arus akan dilewatkan pada elektroda melalui tanah
dan perlawanan terhadap arus dalam tanah akan menentukan nilai
kelembaban tanah. Di sisi lain ketika Soil Moisturerendah modul sensor
pada output tingkat resistansinya akan tinggi sementara jika Soil
Moisturetinggi tingkat resistansinya akan rendah. Pada sensor ini terdapat
driver untuk masukan tegangan serta keluaran sehingga sensor ini
memiliki dua output yaitu digital dan analog. Keluaran digital yang mudah
digunakan namun tidak seakurat output analog (Heryawan, 2017).
21
13. Modul Relay
Relay adalah saklar elektronik yang dapat membuka atau menutup
rangkaian dengan menggunakan kontrol dari rangkaian elektronik lain.
Relay dapat kita gunakan untuk switching atau kontrol beban. Relay pada
aplikasi kontrol sering digunakan sebagai switching input /output pada
mikrokontroler atau PLC.
Untuk menggerakkan relay, daya (arus/tegangan) dari
mikrokontroler kurang mencukupi sehingga perlu penguat (driver). Driver
relay yanng paling sederhana biasanya terdiri dari sebuah transistor. Saklar
pada relay akan terjadi perubahan posisi off ke on pada saat diberikan
energi elektro magnetik pada armatur relay tersebut. Relay pada dasarnya
terdiri dari 2 bagian utama yaitu saklar mekanik dan pembangkit
elektromagnetik (Lomo, 2016).
22
Gambar 13. Pompa Air
C. Kerangka Pikir
Smart greenhouse digunakan sebagai media tanam bagi petani untuk
menghasilkan tanaman yang berkualitas. Pengembangan media tanam dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian research and development
(R&D) dengan model pengembangan waterfall. Tahap pengembangan Smart
greenhouse meliputi:
23
1. Requirements Definition, pengembang sistem diperlukan komunikasi
yang bertujuan untuk memahami perangkat lunak tersebut. Informasi ini
biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, diskusi atau survei
langsung. Informasi dianalisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
oleh pengguna.
2. System And Software Design, spesifikasi kebutuhan dari tahap
sebelumnya akan dipelajari dalam fase ini dan desain sistem disiapkan.
Desain sistem membantu dalam menentukan perangkat keras (hardware)
dan sistem persyaratan dan juga membantu dalam mendefinisikan
arsitektur sistem secara keseluruhan.
3. Implementation And Unit Testing, pada tahap ini, sistem pertama kali
dikembangkan di program kecil yang disebut unit, yang terintegrasi
dalam tahap selanjutnya. Setiap unit dikembangkan dan diuji untuk
fungsionalitas yang disebut sebagai unit testing.
4. Intergration And System Testing, seluruh unit yang dikembangkan dalam
tahap implementasi diintegritasikan ke dalam sistem setelah pengujian
yang dilakukan masing-masing unit. Setelah integrasi seluruh sistem diuji
untuk mengecek setiap kegagalan maupun kesalahan.
5. Operation And Maintenance, perangkat lunak yang sudah jadi,
dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam
memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya.
Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai
kebutuhan baru.
Setelah produk divalidasi oleh ahli media, kemudian produk akan
diujicobakan pada petani. Berikut kerangka pikir yang dapat dilihat pada
Gambar 14 di bawah ini.
24
Mulai
Greenhouse yang
berkembang di
masyarakat.
Identifikasi Masalah :
1. Faktor lingkungan dan faktor lahan menjadi
permasalahan bagi para petani.
2. Proses penyiraman masih menggunakan cara
manual sehingga kurang efektif dalam
pengelolaan tanaman, proses produksi dan
biaya pengolahan.
3. Energi matahari yang belum dimanfaatkan
secara optimal sebagai sumber energi
alternatif.
Tahap Pengembangan :
(Waterfall)
1. Requirements Definition
Transparent Penyiraman
2. System and Software Design
Solar Cell Tanaman
3. Implementation and Unit Testing
4. Intergration and System Testing
5. Operation and Maintenance.
Suhu
Solusi :
Pengembangan Prototype Smart
Greenhouse Sebagai Tempat Budidaya
Sumber Listrik Tanaman Tomat Menggunakan Kelembaban
Transparent Solar Cell Sebagai
Sumber Listrik
Selesai
25
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah
diuraikan diatas, maka pernyataan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan smart greenhouse sesuai dengan kebutuhan
tanaman untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas?
2. Seberapa tingkat kelayakan smart greenhouse sebagai media tanam bagi
petani dalam menghasilkan tanaman yang berkualitas?
3. Bagaimana unjuk kerja prototipe smart greenhouse bagi para petani
sebagai media tanam?
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode research and development yang
bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kelayakan produk yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu waterfall. Pada
waterfall terdiri dari lima tahap yaitu requirements definition, system and
software design, implementation and unit testing, intergration and system
testing, operation and maintenance. Penelitian yang dikembangkan adalah
prototype smart greenhouse.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan ini menggunakan langkah-langkah waterfall.
Berikut langkah-langkah dalam waterfall. yang dapat dilihat pada Gambar 15
di bawah ini.
Requirements
Definition
System and
Software Design
Implementation
and Unit Testing
Integration and
System Testing
Operation and
Maintenance
27
Pada Gambar 15 di atas, prosedur pengembangan yang dimodifikasi
berdasarkan kebutuhan penelitian yang mengacu pada model pengembangan
waterfall.
1. Requirements Definition
Pada tahapan ini adalah menganalisis kebutuhan untuk
mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan sasaran. Tahap analisis
ini terdiri dari: analisis kebutuhan, analisis karakteristik tanaman, analisis
energi terbarukan, kebutuhan perangkat keras dan kebutuhan perangkat
lunak.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah awal yang akan
digunakan dalam pengembangan smart greenhouse. Analisis kebutuhan
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi literatur
langsung ke petani. Observasi dilakukan dengan mengamati proses
penanaman dan wawancara dilakukan dengan mewawancarai petani
tentang media tanam yang digunakan dan studi literatur dengan
mengumpulkan informasi atau data yang digunakan dalam melakukan
penelitian. Informasi dapat berupa jurnal, buku, artikel atau sumber
lainnya. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan yaitu (1)
menganalisis permasalahan yang ada (2) menganalisis kebutuhan
petani.
b. Analisis Energi Terbarukan
Kebutuhan energi listrik sangat penting bagi kehidupan manusia,
akan tetapi persediaan energi yang semakin menipis. Indonesia
memiliki potensi energi surya yang sangat besar, namun potensi yang
sangat besar ini belum dimanfaatkan dengan optimal, maka dengan
memanfaatkan energi surya sebagai energi alternatif yang terbarukan
dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik. Di dalam
smart greenhouse dibutuhkan energi listrik untuk menjaga kestabilan
ruang.
28
c. Analisis Karakteristik Tanaman
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanaman
agar pengembangan media tanam smart greenhouse yang dilakukan
sesuai dengan karakter tanaman tomat.
d. Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan perangkat keras ini terdiri dari WiFi ESP8266, sensor
soil moisture, sensor DHT11, modul relay, pompa air, transparent solar
cell, solar charger cell, baterai/aki, inverter dan adaptor.
e. Kebutuhan Perangkat Lunak
Perangkat lunak dalam sistem ini untuk mendukung perangkat
agar berjalan sesuai dengan fungsinya. Perangkat lunak yang digunakan
yaitu Arduino Integrated Development Environmet (IDE) dan aplikasi
blynk.
2. System And Software Design
Pada tahap ini merancang produk yang disesuaikan dengan
permasalahan yang didapat pada tahap sebelumnya. Berikut tahapan-
tahapan system and software design yaitu:
a. Perancangan Hardware
Perancangan perangkat keras ini menjelaskan mengenai keterkaitan
berbagai komponen alat yang kemudian data keluaran tersebut
didapatkan oleh mikrokontroller internet of things kemudian di
transfer kepada user sistem dengan bantuan jaringan WiFi yang
terlihat pada diagram alir Gambar 16 di bawah ini.
29
Mulai
Ya Ya
"Kelembaban
Tanah Kering" ke
Tidak Data diterima Aplikasi Android
Internet of
Things
Ya Motor Pompa
Air Hidup
Ya
Motor Pompa
Air Mati
Selesai
30
mengirimkan notifikasi kelembaban tanah kering dan motor pompa air
akan hidup untuk proses penyiraman tanaman tomat, bila sensor
kelembaban tanah sudah mencapai 70%, maka motor pompa air akan
berhenti, dan program tetap terus berkerja.
b. Perancangan Software
Software membuat program untuk menjalankan sistem kerja
produk. Perancangan software menggunakan arduino IDE untuk
mengolah data sensor kelembaban dan sensor DHT11 dan dikirimkan
ke server blynk melalui modul WiFi ESP8266 sebagai IoT. Berikut
rancangan sistem kerja greenhouse yang dapat dilihat pada Gambar 17
di bawah ini.
Mulai
Terima Data
Sensor Kelembaban Tidak Sensor Kelembaban Tidak
dari Server
Tanah >= 70% Tanah <= 30%
Ya Ya
Tampilan
Representasi Tampilkan
Data Kelembaban Tanah "Kelembaban Tanah
Stabil Kering"
Motor Pompa
Air Hidup
Ya Ya
Motor Pompa
Air Mati
Selesai
31
Untuk menjalankan program aplikasi blynk, modul internet of
things harus terhubung ke koneksi internet. Inisiasi perangkat dan
koneksi internet, aplikasi menerima data dari server, aplikasi akan
memulai menampilkan representasi data sensor suhu ruangan dan
kelembaban ruangan untuk monitoring keadaan suhu didalam
greenhouse, sedangkan sensor kelembaban tanah akan monitoring dan
memberikan sinyal jika kelembaban tanah diatas 70%, artinya keadaan
kelembaban tanah stabil, apabila sensor kelembaban tanah membaca
nilai dibawah 30%, maka aplikasi blynk akan menampilkan notifikasi
kelembaban tanah kering sehingga motor pompa air hidup, dengan
proses berjalannya program, sensor tetap membaca nilai kelembaban
tanah, jika kelembaban tanah sudah diatas nilai 30% atau lebih maka
motor pompa air akan berhenti, tetapi kelembaban tanah belum diatas
nilai 30% notifikasi akan terus menampilkan karakter kelembaban
tanah kering dan motor pompa air akan tetap hidup sehingga nilai
sensor kelembaban tanah sudah mencapai nilai diatas 30% motor
pompa air akan berhenti dan program akan terus mengeksekusi data
yang dibaca.
c. Perancangan mekanik
Perancangan mekanik pada prototype smart greenhouse
merupakan sistem monitoring penyiraman tanaman berdasarkan
DHT11 dan kelembaban tanah. Desain mekanik tersebut merupakan
gabungan dari beberapa komponen. Pada saat Soil moisture dan
DHT11 di bawah batas nilai yang dibutuhkan maka penyiraman
tanaman akan dilakukan.
d. Perancangan lahan
Pembuatan lahan dengan menggunakan bahan dari akrilik, ukuran
yang dirancang yaitu 30 x 6 x 6 cm. Perancangan area lahan terdapat
sensor Soil moisture untuk mengukur kelembaban tanah pada tanaman
tomat.
32
e. Perancangan elektronika
Dalam perancangan elektronika dibuat untuk menghubungkan
komponen elektronik satu dengan komponen elektronik lainnya
dengan menggunakan aplikasi proteus, bertujuan untuk dapat di cek
apakah rancangan elektronika dapat berjalan sesuai dengan rancangan
atau tidak sehingga jika masih ada kesalahan maka peneliti dapat
dengan mudah memperbaiki sambungan elektronika tersebut.
f. Perancangan manual book
Penulisan dalam pembuatan manual book menggunakan
Microsoft Word dan Corel Draw X4 digunakan untuk membuat
gambar dan cover. Buku panduan ini dirancang dalam bentuk manual
book sehingga mempermudah pengguna dalam menggunakan
prototype smart greenhouse. Buku panduan disusun secara rapih dan
sistematis.
3. Implementation and Unit Testing
Tahap implementation and unit testing merupakan tahapan
penerjemahan desain sistem ke dalam perangkat lunak yang diinginkan
sesuai dengan analisis kebutuhan sistem yang telah dilakukan. Tahapan ini
bertujuan untuk menghasilkan produk yang siap diuji dan dievaluasi
4. Integration and System Testing
Tahap integration and system testing merupakan tahapan dimana
aplikasi yang sudah dikembangkan, selanjutnya di uji software, hardware
dan uji kelayakan oleh ahli media dan ahli materi. Dalam tahapan ini
diharapkan prototype smart greenhouse layak untuk digunakan oleh
pengguna. Pengujian dilakukan untuk mengetahui fungsi pada masing-
masing komponen ataupun secara keseluruhan dapat beroperasi sesuai
dengan rancangan pada tahap sebelumnya. Berikut beberapa proses
pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pengujian transparent solar cell
Pada pengujian transparent solar cell untuk menguji daya serap
transparent solar cell terhadap cahaya matahari yang kemudian di
33
olah menjadi energi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik pada
prototype smart greenhouse.
b. Pengujian sensor kelembaban tanah
Pengujian sensor Soil moisture dilakukan dengan kondisi tanah
kering, lembab dan basah. Pada kondisi tersebut output sensor akan
diamati kesesuaiannya. Pengujian sensor dilakukan untuk mengetahui
fungsi sensor telah berjalan dengan baik atau tidak.
c. Pengujian sensor suhu
Pengujian sensor DHT11 dilakukan dengan mendeteksi nilai suhu
pada ruangan. Fungsi sensor DHT11 sebagai monitoring suhu ruangan
greenhouse.
d. Pengujian pompa air
Pengujian pompa air dilakukan dengan memberi input tegangan,
kemudian output dari pompa air diamati dapat berfungsi dengan baik
atau tidak.
e. Pengujian blynk
Proses pengujian blynk dilakukan dengan memberikan data
sensor. Apabila data terkirim pada blynk akan membuktikan bahwa
alat yang dibuat terkoneksi dengan blynk.
f. Pengujian alat keseluruhan
Pada pengujian keseluruhan yang terintegrasi antara beberapa
komponen yaitu sensor soil moisture, sensor DHT11, modul IoT,
modul relay, transparent solar cell, charger control, inverter,
baterai/aki dan adaptor yang dapat berjalan dengan baik apabila
langsung diaplikasikan ke dalam tanaman tomat dengan menggunakan
prinsip (IoT), dimana keseluruhan parameter ukur akan dapat dipantau
pada sebuah aplikasi android pada smartphone pengguna.
g. Uji kelayakan media dan materi
Tahap uji kelayakan media dan materi dilaksanakan untuk
mendapatkan pernyataan kelayakan dari ahli materi dan ahli media.
Penguji ahli media dan ahli materi masing-masing berjumlah 3 orang
34
untuk menilai produk sebelum diterapkan ke petani. Hasil dari ujicoba
ini dijadikan masukan untuk memperbaiki produk.
5. Operation And Maintance
Setelah smart greenhouse dinyatakan layak oleh ahli materi dan
ahli media, kemudian dilakukan dengan mengujicobakan smart
greenhouse kepada petani beserta manual book untuk panduan
pengoperasian dan pemeliharaan alat. Peneliti melakukan penyebaran
angket yang diberikan kepada petani untuk mengetahui tingkat kelayakan
smart greenhouse.
35
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang kemudian
dianalisis. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah dengan cara observasi, wawancara dan angket.
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara
dan kuesioner. Wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-
objek alam yang lain (Sugiyono, 2016).
Pada penelitian ini observasi dilakukan di tempat budidaya
tanaman serang, Banten. Observasi dilakukan untuk mengamati proses
penanaman dan mengetahui situasi dan kondisi tempat budidaya
tanaman tersebut. Pada proses pelaksanaannya peneliti melakukan
observasi secara non-partisipan yaitu observasi yang tidak terlibat
langsung, peneliti hanya mengamati kegiatan yang dilakukan petani.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2014).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2016).
Pada penelitian ini wawancara yang dilakukan di tempat budidaya
tanaman Serang, Banten. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai
petani tentang media tanam yang digunakan. Pada proses
pelaksanaanya peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur.
36
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pendoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono,
2016).
Instrumen yang digunakan tidak terstruktur atau tidak dipersiapkan
secara sistematis. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang baku,
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan
sesuai kebutuhan.
c. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya sehingga mendapatkan data atau
informasi yang dibutuhkan.
Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan smart
greenhouse. Dalam penelitian ini yang menjadi responden yaitu ahli
materi, ahli media dan pengguna. Angket yang digunakan berupa
pernyataan tertutup yang diberikan kepada responden secara langsung,
kemudian diisi oleh responden dan hasil akhir/skor yang didapat
dijumlahkan sesuai dengan ketentuan penilaian yang telah ditetapkan
dengan menggunakan skala likert.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu ahli materi, ahli media dan pengguna. Instrumen digunakan untuk
mengetahui tingkat kelayakan materi berupa buku panduan pengguna
dan media smart greenhouse.
1) Instrumen uji kelayakan ahli materi
Angket ini diajukan kepada ahli materi yang bertujuan untuk
menilai kelayakan materi yang dihasilkan. Kisi-kisi uji kelayakan ahli
materi meliputi aspek: materi dan manfaat. Berikut kisi-kisi ahli materi
prototipe pada Tabel 1 dibawah ini.
37
Tabel 1. Kisi-Kisi Ahli Materi Prototipe
No Aspek Indikator No. Butir
Komponen-
komponen dalam (1) (2) (3)
smart greenhouse
Tata bahasa dalam
(4)
buku panduan
Langkah-langkah
dalam penggunan (5) (6)
1 Materi
media
Keterangan Gambar
dan simbol dalam (7)
buku panduan
Informasi
(8) (9)
penggunaan media
(10) (11) (12) (13)
2 Manfaat Bagi petani
(14) (15)
38
3) Instrumen uji kelayakan pengguna (petani)
Angket ini diajukan kepada pengguna yang bertujuan untuk
menilai kualitas materi dan media produk yang dihasilkan. Kisi-kisi
pengguna ditinjau dari aspek: desain media, teknis, materi dan manfaat.
Berikut kisi-kisi pengguna prototipe pada Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Kisi-kisi pengguna prototipe
No Aspek Indikator No. Butir
Tata letak
(1) (2)
komponen
Desain Bahan dan
1 (3)
Media komponen
Ukuran (4)
Warna (5)
Fungsi tiap dan
sistem kerja (6) (7) (8)
2 Teknis komponen
Panduan pengguna
(9)
media
Komponen-
komponen dalam (10)
smart greenhouse
Tata bahasa (11)
3 Materi Langkah-langkah
dalam penggunaan (12)
media
Informasi
(13) (14) (15)
penggunaan media
(16) (17) (18) (19)
4 Manfaat Bagi petani (20) (21) (22) (23)
(24) (25) (26) (27)
39
instrumen angket. Menurut Sugiyono (2016: 125) mengatakan bahwa
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari
ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikontruksi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori
tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.
Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat
digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak
total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan
umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup
yang diteliti.
Hasil validitas instrumen berupa butir-butir pernyataan yang
valid maka dapat digunakan untuk penelitian sedangkan butir
pernyataan yang tidak valid dibuang/tidak digunakan.
b. Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2014: 221), “Reliabilitas adalah
sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” sedangkan
menurut Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Instrument ini menggunakan check list, maka dalam menguji
reliabilitas instrumen mengunakan rumus alpha. Rumus alpha
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1
dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi Arikunto,
2014: 239).
Rumus Alpha adalah sebagai berikut:
𝑘 ∑ 𝜎𝑏 2
𝑟11 = ((𝑘−1)) ( 1 − ) ..................................................(3.1)
𝜎2 𝑡
40
σi2 = Jumlah varians butir
σ2 = Varians total
(Suharsimi Arikunto, 2014: 239)
41
No Skor dalam persen (%) Katagori kelayakan
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
Selanjutnya menghitung skor empiris (X) dengan menggunakan
rumus berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟 ................................................ (3.2)
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
43
berkonsultasi kepada petani terkait mengenai media yang tepat sesuai
dengan kebutuhan.
b. Analsisi Energi Terbarukan
Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar.
Dengan memanfaatkan energi surya sebagai sumber energi listrik
untuk menghemat biaya maka peneliti menerapkan energi terbarukan
pada media yang dikembangkan yaitu transparent solar cell.
c. Analisis Karakteristik Tanaman
Dari hasil observasi dan wawancara dengan petani tomat,
karakteristik tanaman tomat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi suhu
diantara 24-320C
2. Kelembaban tanah tanaman tomat sekitar 50-80%
d. Kebutuhan perangkat keras
Perangkat keras yang digunakan yaitu WiFi ESP 8266 sebagai
modul internet of things, sensor soil moisture sebagai sensor
kelembaban tanah, sensor DHT11 sebagai sensor suhu ruangan dan
kelembaban ruangan, modul relay sebagai kontaktor, pompa air
sebagai penyiraman tanaman, transparent solar cell sebagai sumber
listrik, solar charger control sebagai pengisi baterai/aki, baterai/aki
sebagai penyimpan muatan energi DC, inverter sebagai pengubah
tegangan DC ke tegangan AC, adaptor sebagai catu daya modul IoT.
e. Kebutuhan perangkat lunak
Perangkat lunak dalam sistem ini untuk mendukung perangkat
agar berjalan sesuai dengan fungsinya. Perangkat lunak yang
digunakan yaitu Arduino Integrated Development Environmet (IDE)
untuk penulisan dan mengunggah kode program ke papan Arduino
dan aplikasi blynk digunakan untuk memonitor nilai suhu dan
kelembaban tanah.
44
2. System and Software Design
Pada tahap ini merupakan tahapan dalam merancang produk yang
disesuaikan dengan permasalahan yang didapat pada tahap sebelumnya.
Berikut langkah-langkah dalam desain sebagai berikut:
a. Perancangan hardware
Pada perancangan hardware ini di awali dengan
mempertimbangkan kebutuhan petani untuk membuat tempat media
tanam yang dapat mengontrol kondisi suhu dan kelembaban sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Media ini dibuat dalam bentuk
prototype. Prototype smart greenhouse terdapat tiga bagian yaitu
tempat budidaya tanaman tomat, tempat komponen penyusun smart
greenhouse dan penampung air. Berikut Gambar 19 perancangan
hardware prototype smart greenhouse
1) Perancangan mekanik
Perancangan mekanik merupakan gabungan dari keseluruhan
alat dan bahan pada smart greenhouse. Berikut Gambar 20 di bawah
ini merupakan perancangan mekanik pada prototipe smart greenhouse.
45
Gambar 20. Perancangan Mekanik Prototipe Smart Greenhouse
Input sensor DHT11 dan soil moisture terpasang di tanah dan
terhubung dengan mikrokontroler internet of things. Kedua sensor
tersebut akan menjadi pendeteksi keadaan suhu dan kelembaban tanah
yang kemudian data diproses di mikrokontroler. Pengiriman data ke
server blynk setelah diolah melalui modul Internet of Things atau WIFI
ESP8266. Pompa akan diaktifkan apabila ketentuan nilai suhu dan
kelembaban terpenuhi. Penyiraman dengan pompa air akan memompa
air yang disalurkan melalui selang atau pipa.
b. Perancangan software
1) Arduino IDE 1.8.5
Pemrograman arduino uno dibuat mengolah data sensor
DHT11 dan soil moisture, dikirimkan ke server blynk melalui
modul Internet of Things. Pemograman dilakukan menggunakan
format blynk. Data yang terkirim ke blynk dapat dimonitor melalui
android mengguanakan aplikasi blynk.
Pertama pada Arduino IDE dilakukan dengan membuat
program data sensor yaitu program untuk sensor soil moisture dan
sensor DHT11, pada gambar 21 dibawah ini.
46
Gambar 21. Pemograman Sensor Soil Moisture
47
Gambar 22. IF – ELSE Statement
48
Gambar 23. Monitoring Nilai Sensor
3) Perancangan elektronika
Rangkaian elektronika keseluruhan pada prototype smart
greenhouse merupakan gabungan dari beberapa komponen
penyusun media tersebut. Berikut keseluruhan rangkaian
elektronika pada Gambar 24 di bawah ini.
49
3,3V dan GND pada internet of things. Sensor DHT11 pin D
dihubungkan ke pin gpio 4 pada internet of things, VCC dan GND
sensor DHT11 dihubungkan ke pin 3,3V dan GND yang terdapat
dari pin internet of things. Pin input Modul Relay yang
dihubungkan ke pin gpio 5 di internet of things, yang mendapatkan
sinyal dari sensor soil moisture untuk mengaktfkan pompa air
sehingga dapat terjadi proses penyiraman secara otomatis, pompa
air yang terhubung ke pin output modul relay.
c. Perancangan lahan
Desain mekanik dibuat dengan ukuran 30 x 6 x 6 disesuaikan
dengan ukuran prototype smart greenhouse. Di dalam greenhouse
terdapat tiga buah wadah tanaman (flat). Dalam satu wadah tanaman
(flat) dapat memuat minimal 10 bibit tomat. Flat diletakkan dengan
posisi vertikal menghadap solar cell dengan jarak 60 cm untuk
tanaman mendapatkan sinar matahari yang terpapar pada transparent
solar cell. Selain itu, tanaman mendapat cahaya matahari dari arah atas
sisi kiri dan kanan bangunan, jarak flat dengan flat yang lain 5 cm agar
tidak terlalu berdekatan dan dapat berkembang biak dengan baik,
posisi flat didekatkan dengan pipa air dengan posisi diatas flat dengan
jarak 30 cm yang menyebarkan air dan lubang pada pipa air untuk jalur
masuknya air, jarak tersebut bertujuan agar antara pipa dan flat tidak
terlalu dekat dan penyiraman air tidak berlebihan. Di dalam flat
terdapat sensor kelembaban tanah dengan kedalaman 5 cm dari
permukaan tanah. Modul internet of things diletakkan diluar dari area
tanam. Berikut pada Gambar 25 merupakan perancangan lahan dari
prorotipe smart greenhouse:
50
Gambar 25. Perancangan Lahan pada Prototipe Smart Greenhouse
d. Perancangan manual book
Buku panduan pengguna dibuat untuk mempermudah petani
dalam mengoperasikan smart greenhouse sehingga tidak terjadi
kesalahan. Berikut bagian-bagian dalam buku panduan pengguna
sebagai berikut:
1) Cover buku panduan pengguna
Cover buku panduan pengguna berfungsi sebagai daya tarik
pengguna untuk membaca dan mengoperasikan media sesuai yang
ada pada buku panduan tersebut. Dalam pembuatan cover ini
harus diperhatikan yaitu desain gambar, tulisan dan perpaduan
warna yang ditampilkan. Perpaduan warna pada cover yaitu putih
dan abu-abu.
51
Pada bagian depan buku, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian
pertama yaitu tulisan manual protype smart grrenhouse dan nama
penyusun dan nim. Bagian kedua yaitu gambar solar cell dengan
gambar aplikasi penggunaan solar cell kemudian di bawah gambar
solar cell terdapat komponen-komponen yang digunakan dalam
prototype smart greenhouse, gambar ini dimaksudkan untuk
memberi informasi kepada pengguna mengenai komponen yang
digunakan sehingga pengguna mengetahui apa saja komponen
yang digunakan dan bagian akhir yaitu tulisan jurusan, fakultas,
universitas, tahun dan logo Untirta.
Pada bagian belakang cover terdapat foto penyusun di
sebelah kiri fungsinya untuk mengetahui sosok penyusun tersebut
dan tulisan abstrak sebagai infomasi yang memudahkan pengguna
dalam pengoperasian alat serta memiliki gambaran tentang buku
pengguna ini.
2) Ilustrasi Alat
Ilustrasi ini berfungsi sebagai informasi mengenai
komponen-komponen penyusun protype smart greenhouse yang
disertai dengan gambar dari komponen-komponen tersebut.
Terdapat 10 komponen yang digunakan protype smart greenhouse
yaitu transparent solar cell, charger control, battery, inverter,
stopkontak, module inverter of things, sensor kelembaban, sensorr
suhu, modul relay dan water pump.
1. 2. 3.
4. 5. 6.
52
7. 8. 9.
10.
Keterangan:
1. Transparent Solar Cell.
2. Charger Control.
3. Battery.
4. Inverter.
5. Stopkontak.
6. Module Internet of Things (IoT).
7. Sensor Kelembaban.
8. Sensor Suhu.
9. Modul Relay.
10. Water Pump/Pompa Air.
3) Pengoperasian Alat
Pengoperasian alat dibuat untuk mempermudah pengguna
sebelum mengoperasikan greenhouse, pengguna membaca dan
memahami langkah-langkah pengoperasian di dalam greenhouse
sehingga memudahkan pengguna dan meminimalisir kesalahan
pada pengoperasian.
Pengoperasian Alat:
1. Menghubungkan kabel positif (+) dan negatif (-) transparent
solar cell ke charger control.
2. Sambungkan kabel penghubung dari charger control ke aki
atau baterai.
3. Menghubungkan kabel positif (+) dan negatif (-) aki atau
baterai ke inverter. Inverter ini akan mengubah tegangan DC
menjadi AC.
4. Sambungkan kabel power inverter ke stopkontak.
53
5. Meletakkan smart greenhouse di bawah sinar matahari pada
posisi landscape atau datar.
6. Menunggu hingga transparent solar cell mengisi arus dan
tegangan ke aki atau baterai sesuai yang akan dibutuhkan.
7. Pada saat aki atau baterai terisi penuh, maka aki atau baterai
siap digunakan.
8. Sambungkan kabel power pompa air ke stopkontak.
9. Menghubungkan kabel positif (+) dan negatif (-) pada sensor
kelembaban ke pin sumber module Internet of Things (IoT).
10. Menghubungkan kabel positif (+) dan negatif (-) pada sensor
suhu ke pin sumber module IoT.
11. Menghubungkan module relay 5V ke module IoT.
12. Menghubungkan kabel positif (+) pompa air ke output relay.
13. Membuka software blynk di smartphone.
14. Kelembaban tanah dan suhu pada tanaman greenhouse diukur
terlebih dahulu dengan meletakkan sensor kelembaban ke
dalam tanaman dan sensor suhu diletakkan didalam
greenhouse.
15. Melihat hasil data pengukuran suhu dan kelembaban tanah
pada tanaman greenhouse pada software blynk.
16. Jika kelembaban pada tanaman di atas batas yang sudah
ditentukan, maka pompa air ini akan hidup secara otomatis.
17. Selanjutnya pada pompa air akan mati dalam waktu 2 menit.
18. Memeriksa kembali kelembaban tanah pada tanaman
greenhouse pada software blynk setelah disiram dan pastikan
kelembaban tanah pada tanaman greenhouse kembali normal.
19. Selesai.
4) Upload Program Software Arduino 1.8.5.
Upload program dibuat untuk untuk mempermudah
pengguna dalam mengupload program dengan menggunakan
software arduino 1.8.5. Software ini digunakan untuk membuat
54
dan memasukkan program ke dalam arduino, sehingga tidak
terjadi kesalahan saat proses pengupload program, pada Gambar
27 dibawah ini.
5) Teknis Spesifikasi
Teknis spesifikasi dibuat sebagai penjabaran spesifikasi alat
yang di kembangkan dan disertai dengan gambar alat tersebut.
Nama Alat : Smart Greenhouse
Tipe Alat : Prototype
Ukuran Alat : P=66, L=40, T=68 CM
Power Supply : Battery VOZ 9V DC
Input Power : Solar Cell
55
6) Komponen-komponen Alat
Terdapat sepuluh komponen-komponen alat terdiri dari thin
film panel transparent solar cell, solar charger, battery, inverter,
adaptor, modul IoT, modul relay, sensor soil moisture, sensor
DHT11 dan pompa air. Masing-masing komponen memiliki
fungsinya sendiri. Di dalam komponen alat tersebut terdapat
penjelasan dari masing-masing komponen, spesifikasi komponenn
dan cara penggunaan komponen dalam prototype smart
greenhouse. Pengguna dapat mengetahui dan memahami cara
penggunaan masing-masing komponen alat.
Komponen-komponen Alat:
1. Thin Film Panel Transparent Solar Cell
2. Solar Charge Controller
3. Battery
4. Inverter
5. Stopkontak.
6. Module Internet of Things (IoT).
7. Sensor Kelembaban.
8. Sensor Suhu.
9. Modul Relay.
10. Water Pump/Pompa Air.
7) Informasi Keamanan
Terdapat informasi keamanan sebagai informasi dalam
mengoperasikan prototype untuk mencegah terjadinya kerusakan
dan kesalahan selama proses pengopeasian. Informasi keamanan
terdiri dari peringatan, perhatian dan penting yang harus pengguna
baca dan pahami sebelum pengoperasian alat dimulai.
Informasi Keamanan:
1. Peringatan
Bagian dari modul Internet of Things (IoT) memiliki
tegangan inputan maksimal 5VDC, apabila lebih dari 5V
56
maka modul IoT akan rusak, sebelum menggunakan pastikan
adaptor memiliki tegangan maksimal 5V DC.
Baca peraturan keamanan sesama untuk penggunaan
prototipe: Hanya orang terkait yang bisa memperbaiki
prototipe ini. Inverter yang digunakan di perangkat ini dapat
menimbulkan resiko timbulnya api atau luka bakar jika
dibongkar dalam keadaan posisi menyala. Resiko kerusakaan
yang tinggi apabila digunakan tidak sesuai prosedur peraturan
penggunaan. Komponen yang digunakan prototipe tidak
boleh terkena air, kecuali pompa penyiraman. Jangan
membuka komponen yang telah terpasang pada prototipe.
Hentikan penggunaan apabila terjadi konseleting pada
komponen atau modul. Jangan menyalakan prototipe apabila
tegangan listrik tidak cocok dengan prosedur dan kabel
terkelupas atau rusak.
2. Perhatian
Prototipe ini hanya digunakan sesuai petunjuk dan cara
pemakaian pada penjelasan alat diatas. Lihat tanda
penggunaan pada masing-masing bagaian komponen dan
pastikan sesaui dengan instruksi. Penggunaan sensor hindari
dari tetesan air, maka akan menyebabkan sensor rusak
sehingga tidak dapat berfungsi kembali.
3. Penting
Pastikan sebelum menggunakan prototipe terhubung dengan
adaptor lalu tekan tombol power on untuk menghidupkan
prototipe. Bila menggunakan prototipe untuk
menghubungkan input atau output lihat terlebih dahulu,
jangan asal pasang.
Informasi sumber yang digunakan: (1) Tegangan solar cell
26V DC, (2) Tegangan adaptor 5V DC, (3) Tegangan
modul Internet of Things (IoT) 5V DC.
57
e. Perancangan alat keseluruhan
Rangkaian sistem secara keseluruhan dengan modul internet of
things sebagai mikrokontroler. Rancangan ini menggunakan sensor
suhu DHT11 dan sensor kelembaban tanah soil moisture yang akan
menjadi indikator penyiraman tanaman. Data yang didapat dari
sensor akan dikirim melalui internet ke blynk. Data yang dikirim
dapat dimonitor pada aplikasi blynk yang telah terpasang pada
android. Pengiriman data ke blynk akan dilakukan terus menerus
selama terkoneksi pada jaringan internet. Pendistribusian air pada
tanaman menggunakan pompa air dengan menambahkan selang atau
pipa.
58
Pengujian suhu dan kelembaban tanah dilakukan mulai jam 07.00-
17.00 WIB untuk mengetahui besarnya suhu dan kelembaban
didalam greenhouse tanpa dilakukan penyiraman. Suhu tertinggi
terjadi pada pukul 12.00 WIB dengan suhu 36OC kelembaban 36%.
Dari hasil ini dapat dijadikan dasar untuk membuat alat pengontrol
suhu dan kelembaban dalam greenhouse. Suhu dan kelembaban
tanpa penyiraman relatif tinggi yaitu antara 32OC – 35OC. Nilai
temperatur ini tidak bagus untuk pertumbuhan tanaman tomat.
Hal ini disebabkan karena tanaman tomat memerlukan suhu yang
optimal antara 24OC – 32OC. Selain itu nilai suhu, nilai kelembaban
berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman tomat, sehingga
diperlukan pengendalian besarnya nilai suhu dan kelembaban. Hasil
grafik suhu dan kelembaban terdapat pada Gambar 29 dibawah ini:
70
60
50
40
30
20
10
0
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
59
b. Pengujian Greenhouse Dengan Kontrol Penyiraman Pagi dan Sore
Hari
Pengujian greenhouse dengan kontrol penyiraman pagi dan
sore dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman
sehingga tanaman dapat berkembang dengan baik. Berikut Tabel 8 di
bawah ini merupakan hasil pengujian penyiraman pagi dan sore pada
prototipe smart greenhouse:
Tabel 8. Data Suhu dan Kelembaban Penyiraman Pagi dan Sore
Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Pada pukul
tersebut nilai suhu masih cukup bagus yaitu 26OC dengan
kelembaban 62% hal ini terjadi karena sudah dilakukan penyiraman.
Tetapi pada pukul 11.00 WIB suhu didalam Greenhouse meningkat
dan kelembaban menurun yakni suhu 31OC dan kelembaban 43%
sampai pada pukul 16.00 WIB. Hasil grafik suhu dan kelembaban
terdapat pada Gambar 30 dibawah ini:
60
70
60
50
40
30
20
10
0
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Gambar 30. Grafik Suhu dan Kelembaban Penyiraman Pagi dan Sore
Sensor
Sensor DHT 11
Pukul Soil Moisture
RH (%) Suhu (C) RH (%)
07.00 62 26 43,6
08.00 53 27 43,9
09.00 49 29 44,5
10.00 46 31 44,5
61
Sensor
Sensor DHT 11
Pukul Soil Moisture
RH (%) Suhu (C) RH (%)
11.00 43 31 46,5
12.00 41 32 47,5
13.00 59 28 48,5
14.00 55 28 50
15.00 50 30 50
16.00 46 31 49
17.00 61 27 50
Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Pada pukul
tersebut nilai suhu masih cukup bagus yaitu 26OC dengan
Kelembaban 62% hal ini terjadi karena sudah dilakukan penyiraman.
Tetapi pada pukul 12.00 WIB suhu didalam Smart Greenhouse
meningkat dan kelembaban menurun yakni suhu 32OC dan
kelembaban 41%. Hal ini terjadi karena kondisi terik matahari dan
angin agak kencang. Pada selang waktu tersebut sensor kelembaban
memberikan signal ke modul internet of things sehingga penyiraman
terjadi dan pada pengukuran pada pukul 13.00 WIB menunjukan
suhu 28OC dan kelembaban 59%. Pada waktu tersebut sensor suhu
dan kelembaban mampu mengendalikan naik turunnya nilai suhu
dan kelembaban. Hasil grafik suhu dan kelembaban pada pengujian
ini dapat dilihat pada Gambar 31 dibawah ini:
62
70
60
50
40
30
20
10
0
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Gambar 31. Grafik Pengujian Sensor Suhu dan Kelembaban Tanah Penyiraman
di Pagi dan Sore Hari
63
Program Penjelasan
digunakan input atau output.
Mendefinisikan BLYNK sebagai
#define BLYNK_PRINT Serial
variable yang kita gunakan.
Mendefinisikan sensor DHT TYPE
#define DHTTYPE DHT11 11 sebagai variable yang kita
gunakan.
Mendefinisikan sensor DHT sebagai
#define DHTPIN 4 variable yang kita gunakan ada di
pin 4.
Memasukan file ESP8266Wifi
#include <ESP8266WiFi.h> dalam header file yang berupa
library program.
Memasukan file
#include <BlynkSimpleEsp8266.h> BlynkSimpleEsp8266 dalam header
file yang berupa library program.
Memasukan file
#include <ESP8266HTTPClient.h> ESP8266HTTPClient dalam header
file yang berupa library program.
Memasukan file Phant dalam header
#include <Phant.h>
file yang berupa library program.
Memasukan file SimpleTimer dalam
#include <SimpleTimer.h> header file yang berupa library
program.
Memasukan file DHT dalam header
#include <DHT.h>
file yang berupa library program.
Mengisi token dari aplikasi blynk
yang akan didapat setelah membuat
char auth[ ] = "........";
project kemudian token ini akan
dikirimkan melalui email.
char ssid[ ] = "........"; Mengisi kode ini dengan nama wifi
Mengisi password dari wifi yang
char pass[ ] = "........";
akan diakses.
Semua kode didalam kurung
kurawal akan dijalankan hanya satu
void setup( ){ }
kali ketika program arduino
dijalankan untuk pertama kalinya.
Mengaktifkan komunikasi serial dan
Serial.begin(9600);
mengeset kecepatan transmisi data.
Prosedur memulai pemanggilan
dht.begin( );
library dht11.
pinMode(5, OUTPUT); Set pin 5 sebagai pin output.
pinMode(4, INPUT_PULLUP); Set pin 4 sebagai pin input.
Notifikasi yang akan keluar setiap 1
timer.setInterval(10L, notifyUpTime);
detik
64
Program Penjelasan
Variabel untuk membaca sensor soil
int readSoil( )
moisture.
Mendefinisikan pin analog ADC
val = analogRead(EXP_PIN_ADC);
ditetapkan sebagai input
Memeriksa apakah input lebih kecil
if (val < 30)
dari 30% kelembaban.
Blynk.notify("Kelembaban Tanah Tomat Mengirimkan notifikasi ke aplikasi
(Kering)"); blynk
Untuk mengirimkan sinyal High ke
digitalWrite(5, HIGH);
pin 5
delay(3000); Menunggu selama 3 detik
Untuk mengirimkan sinyal Low ke
digitalWrite(5, LOW);
pin 5
delay(2000); Menunggu selama 2 detik
return val; Pengembalian nilai ke val
Mulai
Membaca nilai sensor
DHT11 digitalWrite(5, LOW)
Mendefinisikan
Pin sebagai delay(2000)
Input atau Output Membaca nilai sensor
soil moisture
return val
Memasukan file berupa
library program
Tidak
if(val<30)
Selesai
Ya
Char auth =
Char ssid =
Char pass = Blynk
Notifykasi
void setup ( ) { }
digitalWrite(5, HIGH)
Pinmode 4 Input
Pinmode 5 Output delay(3000)
65
Berdasarkan flowchart program pada Gambar 32 diatas, terdiri
dari sensor sebagai input dan motor pompa air sebagai output, langkah
pertama kali dilakukan adalah mendefinisikan pin yang digunakan
sebagai input atau output. Pada saat definisi pin selesai program akan
memanggilkan file yang berupa library, kemudian mengkoneksikan
antara modul internet of things dan aplikasi blynk, void setup
menjalankan printah hanya satu kali untuk pertama kalinya program
dieksekusi. Terdapat pinmode 4 input yang terhubung sensor, pinmode 5
output yang terhubung motor pompa air, sensor dht11 membaca nilai
suhu ruangan dan kelembaban ruanga yang terdapat didalam greenhouse,
sensor soil moisture membaca nilai kelembaban tanah, jika nilai sensor
soil moisture dibawah nilai 30% maka ada tampilan notifikasi di aplikasi
blynk yang memberitahukan bahwa keadaan tanah tanaman tomat kering,
dan sensor soil moisture memberikan sinyal HIGH ke pin 5 motor pompa
air akan aktif untuk proses penyiraman tanaman tomat selama 3 detik,
pin 5 mendapatkan sinyal LOW selama 2 detik, dan jika nilai sensor soil
moisture tetap mendapatkan nilai dibawah 30% maka motor akan aktif
kembali, apabila nilai sensor soil moisture mendapatkan nilai diatas 30%,
motor akan berhenti dan kembali normal, sensor akan tetap
memonitoring pada kelembaban tanah.
e. Hasil Penelitian Tanaman Tomat
Penelitian tanaman tomat ini dilakukan untuk mengukur tinggi
tanaman tomat tiap hari dalam seminggu. Dalam penelitian ini
terdapat tiga flat yang di ujicobakan, flat A dan B menggunakan
sistem penyiraman otomatis dan flat C menggunakan penyiraman
secara manual. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan data
yang di peroleh sebagai berikut pada Tabel 11 dibawah ini:
66
Tabel 11. Hasil Penelitian Tanaman Tomat Pada Lab PTE
Tinggi (CM)
No. Hari Flat Flat Flat
A B C
1. Senin 1 1 1
2. Selasa 2 3 3
3. Rabu 3 3 3
4. Kamis 4 4 3
5. Jumat 5 5 4
6. Sabtu 6 6 5
7. Minggu 7 7 6
0
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
67
Selain di lab PTE, penelitian dilakukan di lahan pertanian milik
petani. Berikut hasil data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 12
di bawah ini:
Tabel 12. Hasil Penelitian Tanaman Tomat Pada Lahan Pertanian
Tinggi (CM)
No. Hari Flat Flat Flat
A B C
1. Senin 1 1 1
2. Selasa 2 3 2
3. Rabu 3 4 2
4. Kamis 4 5 3
5. Jumat 5 5 4
6. Sabtu 6 6 4
7. Minggu 7 7 5
68
8
0
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
69
Pukul Volt AC Ampere Volt Volt Solar
(V) AC (I) Baterai (V) Cell (V)
10.00 210 0,07 12 23
11.00 210 0,08 12 24
12.00 210 0,08 11,7 25
13.00 213 0,08 12 25
14.00 213 0,07 12 25
15.00 213 0,08 12 25
16.00 213 0,08 12 24
17.00 213 0,08 12 25
25
20
15
10
0
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Gambar 35. Grafik Pengamatan Ampere AC, Baterai dan Solar Cell
70
215
210
205
200
195
190
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
AC (V)
71
Pukul Volt AC Ampere Volt Volt Solar
(V) AC (I) Baterai (V) Cell (V)
15.00 213 0,08 12 22
16.00 213 0,08 12 20
17.00 220 0,1 12 17,3
20
15
10
0
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Gambar 37. Grafik Pengamatan Ampere AC, Baterai, dan Solar Cell Pada Saat
Penyiraman
72
230
225
220
215
210
205
200
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
AC (V)
73
Gambar 39 Pengujian Transparent Solar Cell
Pengujian ini dilakukan pada jam 12.00 sampai jam 13.00 WIB
disiang hari, pengujian transparent solar cell terdapat tegangan 25V
DC yang diterima langsung dari sinar matahari dengan intensitas
cahaya 8,780 Lux, yang artinya transparent solar cell sangat
bermanfaat digunakan dalam smart greenhouse, selain itu
transparent solar cell mampu menyerap sinar ultraviolet yang
merusak tanaman tomat, sehingga cahaya tampak saja yang masuk
ke dalam greenhouse dan menyinari tanaman tomat yang berkualitas.
Daya yang digunakan setiap hari untuk menjalankan pompa air dan
modul internet of things yaitu:
1) Pompa air
Proses pengujian pompa air akan dilakukan dengan
memberikan input tegangan. Output yang dihasilkan akan
diamati telah berfungsi dengan baik atau tidak.
2) Modul Internet of Things
Pengujian ini dilakukan dengan memberikan tegangan
pada sensor sebesar 3,3 V sampai 5 V DC. Modul internet of
things akan menerima masukan dari sensor untuk mengontrol
pompa air sesuai dengan kondisi sensor Soil Moisture dan
sensor DHT11, mengirimkan data dari server untuk menentukan
aktif atau tidaknya pompa air.
74
3) Solar cell
Solar cell yang digunakan adalah 15 wp yang artinya
mempunyai 15 watt peak (pada saat matahari terik). Peak 1 hari
di asumsikan 2 jam (hitungan aman adalah 2 jam) sehingga 15 x
2 = 30 watt/hari. Jumlah tersebut adalah kapasitas maksimal
yang dapat dihasilkan daya untuk 1 hari.
Jumlah daya yang dihasilkan dikurangi dengan jumlah
daya yang digunakan oleh Smart Greenhouse adalah 15 – 91
Masih ada 76 watt/perhari daya yang dapat digunakan, sehingga
Solar Cell 15 wp dianggap aman untuk digunakan.
4) Charger Controller
Pada waktu solar panel mendapatkan energy dari cahaya
matahari di siang hari, rangkaian charger controller ini otomatis
bekerja dan mengisi (charger) battery dan menjaga tegangan
battery agar tetap stabil.
75
turun/drop hingga 11 Volt, maka controllerakan memutus
tegangan sehingga battery tidak sampai habis. Jika battery 12V,
9A dan charger controller 12V, 10A, perhitungannya adalah
9A/10A = 0,9 (1 Jam), maka pengisian terhadap battery selama
1 jam.
5) Baterai
Baterai sebagai tempat untuk menyimpan daya (power
storage) kebutuhan baterai minimum hanya digunakan 50%.
76
dapat diatur dan tegangan yang tetap. Sumber tegangan
masukan inverter dapat menggunakan baterai, tenaga surya, atau
sumber tegangan DC yang lain. Tegangan keluaran yang biasa
dihasilkan adalah 120 V, 220 V dan 115 V. Inverter adalah
perangkat yang digunakan untuk mengubah arus DC dari aki
menjadi arus AC dengan tegangan umumnya 220V. Inverter
adalah Rangkaian elektronika daya yang digunakan untuk
mengkonversikan tegangan searah (DC) ke suatu tegangan
bolak-balik (AC).
b. Pengujian Sensor Soil Moisture
Pengujian sensor akan dilakukan dengan kondisi tanah kering,
lembab dan basah. Pada kondisi tersebut output sensor akan diamati
kesesuaiannya. Pengujian sensor dilakukan untuk mengetahui fungsi
sensor telah berjalan dengan baik atau tidak.
77
Sesuai dengan pembacaan sensor memiliki hubungan antara tegangan
(V) dan resistansi (Ω) yang berbanding terbalik.
c. Pengujian Sensor DHT11
Pengujian DHT11 dilakukan dengan menghubungkan
mikrokontroler IoT untuk memonitoring suhu dan kelembaban pada
ruang smart greenhouse.
78
Gambar 44. Pengujian Aplikasi Blynk
Aplikasi blynk menampilkan hasil nilai dari sensor yang
terhubung, yaitu sensor DHT11 sebagai monitoring suhu ruang dan
kelembaban ruang greenhouse, sensor soil moisture untuk monitoring
kelembaban tanah dan menjaga kualitas tanaman tomat.
e. Pengujian alat keseluruhan
Proses pengujian akan dilakukan dengan mengkoneksikan ke
Access Point yang terhubung internet. Output pompa air akan diuji
kesesuaiannya dengan program yang telah dibuat. Monitoring dengan
aplikasi blynk akan diuji dengan koneksi melalui access point yang
sama dan menggunakan paket data android. Jadi pengujian tersebut
akan memperlihatkan monitoring yang dilakukan telah terhubung
pada jaringan internet atau jaringan lokal.
f. Uji Kelayakan media
Sebelum diterapkan kepada pengguna, media greenhouse diuji
oleh ahli materi dan ahli media agar produk yang dikembangkan
sesuai harapan dan kebutuhan pengguna.
1) Uji validasi media
Uji validasi media dilakukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan pengembangan media dari segi media. Penilaian
meliputi aspek desain media, teknis dan manfaat. Penguji
79
kemudian menilai instrumen berdasarkan skala likert dari 1
sampai 5 dengan tingkatan dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hasil dari uji validasi media
digunakan sebagai bahan evaluasi untuk penyempurnaan media
ini.
Uji validasi media diperiksa oleh tiga orang. Dua dosen dari
Pendidikan Teknik Elekto yaitu Dr. Irwanto, S.Pd, MT, MM,
M.Pd, MA dan M.Fatkhurrohman, S.Pd., S.KOM., M.Pd dan satu
dosen dari Fakultas Pertanian yaitu Dr. Fitria Riany Eris,
SP.,M.Si. Berikut Tabel 15 hasil penilain dari ahli media
dibawah.
Tabel 15. Data Uji Validasi Media
Aspek yang dinilai
No Validator Desain Teknis Manfaat Total
Media
1 Dr. Irwanto, S.Pd, MT, MM,
97 64 28 189
M.Pd, MA
2 M.Fatkhurrohman, S.Pd.,
81 52 24 157
S.KOM., M.Pd
3 Dr. Fitria Riany Eris, SP.,M.Si 86 50 25 161
80
SP.,M.Si. Berikut Tabel 16 hasil penilain dari ahli materi
dibawah.
Tabel 16. Data Uji Validasi Materi
Aspek yang dinilai
No Validator Total
Materi Manfaat
Dr. Irwanto, S.Pd, MT, MM,
1 42 28 70
M.Pd, MA
M.Fatkhurrohman S.Pd., S.KOM.,
2 40 25 65
M.Pd
3 Dr. Fitria Riany Eris, SP.,M.Si 42 25 67
81
Aspek yang dinilai
No Validator Desain Teknis Materi Manfaat Total
Media
9 Ridha Dwi Ningsih 19 15 24 44 102
10 Wahyudin 20 16 22 45 103
B. Analisis Data
1. Data Hasil Uji Validasi Media
Uji validasi media digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan
media greenhouse dari sisi media yang di validasi oleh tiga orang ahli
media. Validasi media dinilai dari tiga aspek yaitu desain media, teknis
dan manfaat. Instrumen penilaian menggunakan skala likert dengan lima
pilihan, kemudian angket diberi nilai sesuai dengan ketentuan yang ada.
Pada kelayakan media terdapat 39 butir pertanyataan. Berikut hasil data
penelitian ahli media pada Tabel 18 di bawah ini.
Tabel 18. Data Penilaian Ahli Media
No Butir Nilai Validator
No Aspek Pernyataan Max Ahli Ahli Ahli
Media 1 Media 2 Media 3
1 5 5 4 4
2 5 5 4 5
3 5 5 4 4
4 5 5 4 5
5 5 5 4 4
6 5 5 5 3
7 5 5 4 5
8 5 5 4 4
9 5 5 4 4
1 Desain Media 10 5 5 4 4
11 5 5 4 4
12 5 5 4 4
13 5 5 4 5
14 5 5 4 4
15 5 5 4 5
16 5 5 4 3
17 5 5 4 4
Total 85 85 69 71
18 5 5 4 3
19 5 5 4 3
82
No Butir Nilai Validator
No Aspek Pernyataan Max Ahli Ahli Ahli
Media 1 Media 2 Media 3
20 5 5 4 4
21 5 5 4 4
22 5 5 4 4
2 Teknis 23 5 4 4 3
24 5 5 4 4
25 5 5 4 4
26 5 5 4 4
27 5 5 4 4
28 5 5 4 4
29 5 5 4 4
30 5 5 4 5
Total 65 64 52 50
31 5 5 4 5
32 5 5 4 4
3 Manfaat
33 5 5 4 4
34 5 5 4 4
Total 20 20 16 17
Berikut hasil data nilai kelayakan dari aspek desain media, teknis
dan manfaat sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
225
= 17 𝑥 3 = 4,4
83
Sehingga ini termasuk katagori “Sangat Baik/Sangat Layak”
dengan analisis sebagai berikut:
X > 𝑥𝑖
̅ +1,8 x sbi
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
166
= 13 𝑥 3 = 4,25
X > 𝑥𝑖
̅ +1,8 x sbi
84
Dengan demikian, berdasarkan hasil penilaian ahli media
mengenai aspek teknis dalam tabel konversi data kuantitatif ke
kualitatif termasuk katagori “Sangat Baik/Sangat Layak” pada
rentang 4,25 > 4,2.
c. Aspek Manfaat
Rerata ideal ( ̅𝑥𝑖) = 1⁄ . (skor maksimum ideal + skor
2
minimum ideal)
= 1⁄ . (5+1)
2
= 3
Simpangan baku ideal = 1⁄ . (skor maksimum ideal - skor
6
(Sbi) minimum ideal)
= 1⁄ . (5-1)
6
0,67
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
53
= 4 𝑥 3 = 4,4
X > 𝑥𝑖
̅ +1,8 x sbi
85
materi. Validasi materi dinilai dari dua aspek yaitu materi dan manfaat.
Instrumen penilaian menggunakan skala likert dengan lima pilihan,
kemudian angket diberi nilai sesuai dengan ketentuan yang ada. Pada
kelayakan media terdapat 15 butir pertanyataan. Berikut hasil data
penelitian ahli materi pada Tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19. Data Penilaian Ahli Materi
Validator
No Butir Nilai
No Aspek Ahli Ahli Ahli
Pernyataan Max
Media 1 Media 2 Media 3
1 5 5 4 5
2 5 5 4 5
1 Materi
3 5 5 4 3
4 5 5 4 4
Total 20 20 16 17
5 5 5 4 5
2 Manfaat 6 5 5 4 4
7 5 5 4 4
Total 15 15 12 13
Berikut hasil data nilai kelayakan dari aspek desain media, teknis
dan manfaat sebagai berikut:
a. Aspek Materi
Rerata ideal ( ̅𝑥𝑖) = 1⁄ . (skor maksimum ideal + skor
2
minimum ideal)
= 1⁄ . (5+1)
2
= 3
Simpangan baku ideal = 1⁄ . (skor maksimum ideal - skor
6
(Sbi) minimum ideal)
= 1⁄ . (5-1)
6
0,67
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
53
= 4 𝑥 3 = 4,4
86
Sehingga ini termasuk katagori “Sangat Baik/Sangat Layak”
dengan analisis sebagai berikut:
X > 𝑥𝑖
̅ +1,8 x sbi
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
40
= 3 𝑥 3 = 4,4
X > 𝑥𝑖
̅ +1,8 x sbi
87
Dengan demikian, berdasarkan hasil penilaian ahli media
mengenai aspek manfaat dalam tabel konversi data kuantitatif ke
kualitatif termasuk katagori “Sangat Baik/Sangat Layak” pada
rentang 4,4 > 4,2.
Berikut hasil data nilai kelayakan dari aspek desain media, teknis
dan manfaat sebagai berikut:
88
a. Aspek Desain Media
Rerata ideal ( ̅𝑥𝑖) = 1⁄ . (skor maksimum ideal + skor
2
minimum ideal)
= 1⁄ . (5+1)
2
= 3
Simpangan baku ideal = 1⁄ . (skor maksimum ideal - skor
6
(Sbi) minimum ideal)
= 1⁄ . (5-1)
6
0,67
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
79
= 2 𝑥 10 = 3,95
89
(Sbi) minimum ideal)
= 1⁄ . (5-1)
6
0,67
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
123
= 3 𝑥 10 = 4,1
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
83
= 2 𝑥 10 = 4,15
90
Sehingga ini termasuk katagori “Baik/Layak” dengan analisis
sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
X = Ʃ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 Ʃ 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑡𝑜𝑟
446
= 11 𝑥 10 = 4,05
91
Dengan demikian, berdasarkan hasil penilaian ahli media
mengenai aspek manfaat dalam tabel konversi data kuantitatif ke
kualitatif termasuk katagori “Baik/Layak” pada rentang 3 < 4,05 ≤ 4,2.
C. Kajian Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah media greenhouse
untuk mempermudah petani dalam bercocok tanam sehingga menghasilkan
tanaman yang berkualitas, menghasilkan produksi dalam jumlah besar dan
penyiraman tanaman yang dilakukan secara otomatis yang dapat di
monitoring dari handphone android sehingga mempermudah pekerjaan
petani. Produk kedua yang dikembangkan yaitu buku panduan sebagai
panduan petani sebelum mengoperasikan greenhouse agar meminimalisir
kesalahan dalam pengoperasian. Kajian produk meliputi revisi produk dan
produk akhir yang dapat diuraikan sebagai berikut dibawah ini.
1. Revisi Produk
Pada saat uji validasi terdapat beberapa komentar dan saran yang
diberikan oleh ahli media dan ahli materi terhadap pengembangan
prototype smart greenhouse. Ahli media dan ahli materi memberikan
komentar dan saran bertujuan untuk memberikan arahan mengenai media
agar lebih baik dan menarik serta materi agar mudah di pahami oleh
pengguna/petani.
a. Revisi Media Greenhouse
Media yang telah di nilai kemudian diberi komentar dan saran.
Hasil revisi media didapat dari komentar dan saran ahli media.
Berikut komentar dan saran sebagai berikut:
1) Media dibuat menarik terutama nama-nama komponen-kompnen
dituliskan, pada media sebelumnya belum terdapat tulisan nama-
nama komponen. Komentar dan saran ini bertujuan untuk
mempermudah pengguna dalam mengetahui nama-nama
komponen dalam greenhouse sehingga tidak terjadi kesalahan
92
dalam pengoperasian dan membuat tampilan media lebih menarik
dengan tambahan stiker nama di dalamnya.
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
93
Sebelum Sesudah
4) Pipa air perlu di lem supaya todak bocor, pada media sebelumnya
pipa belum di lem. Komentar dan saran ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kebocoran pada pipa dan tidak merusak
greenhouse.
Sebelum Sesudah
94
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
95
Sebelum Sesudah
2. Produk akhir
a. Media Prototype Smart Greenhouse
Berdasarkan hasil pengembangan prototype greenhouse yang
telah melewati tahapan hingga media dinyatakan layak digunakan.
Masukan berupa komentar dan saran dari para ahli media bertujuan
untuk memperbaiki media agar lebih baik dari keseluruhan aspek
yaitu desain media, teknis dan manfaat untuk pengguna/petani.
Diharapkan media greenhouse dapat membantu petani dalam
menghasilkan tanaman yang berkualitas dan memproduksi dalam
jumlah besar serta penyiraman tanaman yang dilakukan secara
otomatis yang dapat dikendalikan dari handphone android/smart
handphone. Berikut hasil produk akhir media greenhouse dapat dilihat
pada Gambar 45 di bawah ini.
96
Gambar 45. Produk Akhir Prototype Smart Greenhouse
b. Manual Book/Buku Panduan
Berdasarkan hasil pengembangan buku panduan yang telah
melewati tahapan-tahapan hingga buku panduan dinyatakan layak
digunakan. Masukan berupa komentar dan saran dari para ahli materi
bertujuan untuk memperbaiki buku panduan agar lebih baik dari
keseluruhan aspek yaitu materi dan manfaat. Diharapkan buku
panduan ini dapat digunakan sebagai panduan pengguna sebelum
mengoperasikan greenhouse. Berikut hasil produk akhir media
greenhouse dapat dilihat pada Gambar 46 di bawah ini.
97
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Tahapan Pengembangan Media Prototype Smart Greenhouse
Pengembangan media menggunakan model waterfall. Adapun
tahapan-tahapan dalam model pengembangan waterfall yaitu
requirements definition meliputi: analisis kebutuhan dilakukan untuk
mengetahui permasalahan yang ada, kemudian menganalisis
karakteristik tanaman tomat yang akan dikembangkan sehingga
disesuaikan kebutuhan dengan menggunakan energi terbarukan dilihat
dari potensi di Indonesia yang besar yaitu sinar matahari, selanjutnya
peneliti mencatat kebutuhan perangkat keras dan kebutuhan perangkat
lunak yang dibutuhkan. Pada tahap system and software design terdiri
dari perancangan hardware, perancangan software, perancangan
mekanik, perancangan lahan, perancangan elektronika dan
perancangan manual book. Dalam tahap ini peneliti merancang
hardware, software yang dibutuhkan media prototype smart
greenhouse. Tahap implementation and unit testing merupakan
tahapan penerjemahan desain sistem ke dalam perangkat lunak. Pada
tahap ini penelit membuat kode program untuk menjalankan alat dalam
media tersebut. Selanjutnya, tahap intergration and system testing
meliputi: pengujian transparent solar cell, pengujian sensor
kelembaban tanah, pengujian sensor suhu, pengujian pompa air,
pengujian blynk, pengujian keseluruhan dan uji kelayakan media dan
materi. Pada tahap ini peneliti menguji keseluruhan hardware and
software untuk mengetahui bahwa alat tersebut sudah sesuai atau tidak
dengan rancangan sebelumnya. Setelah dinyatakan layak, selanjutnya
tahap operation and maintenance yaitu ujicoba smart greenhouse
kepada petani untuk mendapatkan tingkat kelayakan dari media yang
dikembangkan.
98
2. Tingkat Kelayakan Media prototipe smart greenhouse dan manual
book
Kelayakan media Prototype Smart Greenhouse dinilai oleh ahli
media, ahli materi dan pengguna yang ditinjau dari keseluruhan aspek.
Berikut hasil penilaian kelayakan media di bawah ini.
a. Penilaian Kelayakan Ahli Media
Penilaian media greenhouse yang dikembangkan dinilai oleh
tiga orang ahli media yaitu dua orang dosen Pendidikan Teknik
Elektro dan satu orang dosen Fakultas Pertanian. Para ahli menilai
keseluruhan aspek yaitu desain media, teknis dan manfaat. Berikut
skor penilaian oleh ahli media dapat dilihat pada Tabel 21 di
bawah ini
Tabel 21. Skor Penilaian Oleh Ahli Media
No Aspek Skor Rerata Katagori
1 Desain Media 4,4 Sangat Baik/Sangat Layak
2 Teknis 4,25 Sangat Baik/Sangat Layak
3 Manfaat 4,4 Sangat Baik/Sangat Layak
Total 4,35 Sangat Baik/Sangat Layak
99
5
4
3
2
1
0
Desain Media Teknis Manfaat
100
Sehingga dari keseluruhan aspek mendapatkan skor X
sebesar 4,4 yang dikatagorikan “Sangat Baik/Sangat Layak”.
Buku panduan dapat digunakan sebagai panduan pengguna
sebelum mengoperasikan greenhouse. Berikut hasil penilaian ahli
materi dapat dilihat pada Gambar 48 grafik nilai keseluruhan aspek
di bawah ini.
4.6
4.4
4.2
4
3.8
3.6
3.4
3.2
3
Materi Manfaat
Gambar 48. Grafik Batang Tingkat Kelayakan Materi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andi Ichsan Nur dengan
hasil kevalidan diukur melalui media oleh ahli materi dinyatakan
sangat valid untuk digunakan.
c. Penilaian Kelayakan Pengguna
Penilaian media greenhouse dan manual book/buku panduan
yang dikembangkan dinilai oleh sepuluh orang petani di daerah
cipocok, Serang-Banten. Para pengguna menilai keseluruhan aspek
yaitu desain media, teknis, materi dan manfaat. Berikut skor
penilaian oleh pengguna dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini.
Tabel 23. Skor Penilaian Oleh Pengguna
No Aspek Skor Rerata Katagori
1 Desain Media 3,95 Baik/Layak
2 Teknis 4,1 Baik/Layak
3 Materi 4,15 Baik/Layak
4 Manfaat 4,05 Baik/Layak
Total 4,06 Baik/Layak
101
Berdasarkan perhitungan dari skor rerata keseluruhan di
dapatkan 4,06 terhadap tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif
yaitu:
̅ + 0,6 x sbi < X ≤ 𝑥𝑖
𝑥𝑖 ̅ +1,8 x sbi
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Desain Media Teknis Materi Manfaat
102
a. Transparent Solar Cell
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian transparent solar
cell yaitu semakin terik sinar matahari maka semakin tinggi
tegangan yang dihasilkan. Dari data tersebut dapat diketahui
kinerja transparent solar cell baik karena dapat menghasilkan
tegangan sesuai kondisi sinar matahari. Berikut hasil data yang
pengujian pada transparent solar cell yang diperoleh sebagai
berikut pada Tabel 24 di bawah ini:
Tabel 24. Pengujian Transparent Solar Cell
Waktu Tegangan Transparent Intensitas Cahaya
(t) Solar Cell (Lux)
(V)
00.00.00 11,71 60,800
05.00.61 11,73 67,400
10.00.07 11,78 67,000
15.00.35 11,79 65,200
20.00.57 11,70 44,800
25.00.44 11,81 59,900
30.00.89 11,80 55,300
35.00.45 11,78 53,100
40.00.65 11,78 53,900
45.00.50 11,69 39,400
50.00.42 11,61 21,000
55.00.43 11,63 27,900
01.00.00.45 11,63 29,400
b. Sensor Suhu
Dari hasil pengujian pada sensor DHT11 menunjukkan bahwa
perubahan suhu diakibatkan adanya perubahan cuaca. Hasil ujicoba
menunjukkan bahwa semakin panas sinar matahari maka semakin
besar tegangan output yang dihasilkan. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa sensor DHT11 memiliki kinerja yang baik karena
dapat mendeteksi perubahan suhu pada greenhouse. Berikut hasil
data yang diperoleh sebagai berikut pada Tabel 25 di bawah ini:
103
Tabel 25. Pengujian sensor DHT11
Intensitas Suhu Humidity
Adaptor Input Output
Pukul Cahaya Ruang Ruang
(V) (V) (V) O
(Lux) ( C) (RH%)
17.00 4,680 5,00 3,30 3,30 26,2 51,1
104
Tabel 27. Pengujian modul internet of things
Adaptor Input Output
(V) (V) (V)
5,00 3,30 3,30
e. Baterai
Pengujian baterai dilakukan dengan menghubungkan transparent
solar cell ke charger control kemudian ke baterai. Pengisian
baterai di ujicobakan dengan meletakkan prototipe greenhouse di
bawah sinar matahari. Alat yang digunakan dalam pengujian ini
stopwatch berfungsi untuk menghitung waktu pengisian baterai,
multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan pada baterai,
luxmeter berfungsi untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya
matahari. Pengisian prototipe smart greenhouse dilakukan selama
1 jam. Dari data ujicoba yang diperoleh dapat menunjukan bahwa
baterai yang digunakan baik. Berikut hasil data pengisian baterai
yang diperoleh sebagai berikut pada Tabel 28 di bawah ini:
Tabel 28. Pengisian Baterai
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
00.00.00 11,00 75,400
05.36.15 11,75 77,000
10.30.14 11,80 82,900
15.58.81 11,83 83,800
20.20.32 11,87 84,000
25.16.58 11,85 83,700
30.09.07 11,94 85,300
35.03.20 11,89 96,700
40.07.83 11,92 102,200
45.15.58 11,87 100,800
50.11.79 12,88 105,700
55.14.02 12,90 110,400
01.00.15.73 13,03 113,700
105
Berikut hasil data pemakaian baterai yang diperoleh sebagai
berikut pada Tabel 29 di bawah ini:
Tabel 29. Pemakaian Baterai
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
00.00.00 11,90 88,200
05.00.42 11,38 86,200
10.00.76 11,34 85,700
15.00.45 11,11 75,500
20.00.46 10,80 40,000
25.00.57 10,68 78,000
30.00.45 10,34 82,500
35.00.44 10,10 79,400
40.00.47 9,83 66,300
45.00.48 9,73 74,000
50.00.45 9,57 80,100
55.00.64 9,62 69,500
01.00.01.50 9,58 73,500
Hari Kedua
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
07.00 11,70 33,900
08.00 11,81 46,000
106
Hari Kedua
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
09.00 11,93 58,400
10.00 12,15 74,600
11.00 11,50 82,500
12.00 12,10 90,900
13.00 12,16 66,200
14.00 12,22 71,500
15.00 12,03 37,800
16.00 11,97 19,210
17.00 11,90 2,870
Hari Ketiga
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
07.00 11,74 34,000
08.00 11,84 46,200
09.00 11,95 58,600
10.00 12,19 74,100
11.00 12,25 101,800
12.00 09,51 100,900
13.00 12,00 23,300
14.00 12,10 10,260
15.00 09,50 47,300
16.00 12,01 17,910
17.00 11,97 5,400
Hari Keempat
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
07.00 11,40 36,100
08.00 11,78 43,600
09.00 12,10 48,500
10.00 12,22 43,700
11.00 12,30 101,700
12.00 12,32 102,000
13.00 09,55 92,500
14.00 12,25 64,900
15.00 12,16 20,200
16.00 12,20 38,500
17.00 12,15 96,100
107
Hari Kelima
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
07.00 11,47 37,000
08.00 11,73 43,300
09.00 11,94 48,700
10.00 12,02 13,200
11.00 12,33 24,200
12.00 12,40 55,000
13.00 12,47 81,200
14.00 12,40 55,100
15.00 12,34 27,400
16.00 12,26 17,830
17.00 12,21 7,090
Hari Keenam
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
07.00 11,53 34,800
08.00 11,75 42,500
09.00 11,94 58,400
10.00 12,25 74,000
11.00 12,34 87,200
12.00 11,54 84,300
13.00 12,40 86,800
14.00 12,63 79,400
15.00 12,65 64,700
16.00 12,45 14,880
17.00 12,38 5,580
Hari Ketujuh
Waktu Tegangan Baterai Intensitas Cahaya
(t) (V) (Lux)
07.00 11,38 34,100
08.00 11,67 44,100
09.00 11,91 48,000
10.00 12,40 73,200
11.00 12,31 101,100
12.00 11,10 84,000
13.00 12,20 81,000
14.00 12,10 68,200
15.00 12,67 54,100
16.00 12,53 21,200
17.00 12,43 5,670
108
14
12
10
0
7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
109
sehingga mendapatkan tegangan baterai 09,55V dan dilakukan
pengisian kembali pada jam 14.00 siang dengan tegangan 12,25
sampai jam 17.00 sore. Hari kelima terdapat tegangan awal pada
baterai 11,47V jam 07.00 pagi, dilakukan pengisian baterai sampai
jam 17.00 dengan tegangan 12,21V. Pada hari keenam dalam
pengujian baterai didapatkan 11,53V di jam 07.00 pagi, sehingga di
jam 11.00 terdapat tegangan baterai 12,34V dan digunakan sampai
jam 12.00 dengan tegangan 11,54V di jam 13.00 siang baterai
dilakukan pengisian kembali dengan tegangan 12,40V sampai jam
17.00 sore, sedangkan di hari ketujuh tegangan awal yang
didapatkan 11,38V pada jam 07.00 pagi, sampai jam 11.00 dengan
tegangan 12,31V kemudian baterai digunakan di jam 12.00
sehingga tegangan pada baterai 11,10V, pada saat jam 13.00 siang
baterai di isi kembali sampai jam 17.00 sore dengan tegangan
12,43V.
f. Aplikasi blynk
Pengujian aplikasi blynk pada smartphone yang menghubungkan
koneksi internet berdasarkan pemograman pada modul IoT.
Apabila sensor kelembaban tanah kering, sensor akan memberikan
sinyal ke modul IoT, selanjutnya modul IoT memproses data dan
mengirimkan perintah ke aplikasi blynk sehingga aplikasi blynk
akan memberikan notifikasi kelembaban tanah kering pada
smartphone. Dari hasil ujicoba yang dilakukan, aplikasi blynk
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan program yang dibuat.
4. Analisa Hasil Pengembangan Produk
Produk yang dikembangkan kemudian dianalisis untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pada media greenhouse dan
buku panduan. Berikut kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut;
a. Kelebihan Media Greenhouse dan Buku Panduan.
1) Solar cell yang digunakan transparent karena dapat menyaring
sinar ultraviolet lebih kecil.
110
2) Mikrokontroller berbasis internet of things.
3) Menggunakan aplikasi blynk untuk memonitoring tanaman
tomat dalam jarak jauh.
b. Kekurangan Media Greenhouse Dan Buku Panduan.
1) Kurangnya modul internet of things pin analog hanya terdapat
satu pin saja.
2) Aki tidak bisa bertahan lama, karena terlalu sering digunakan.
111
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pengembangan media greenhouse
dan buku panduan kepada pengguna yaitu petani dapat disimpulkan sebagai
berikut:
112
Layak” dan penilaian pengguna yang ditinjau dari desain media, teknis,
materi dan manfaat mendapatkan nilai X= 4,06 dengan katagori
“Baik/Layak”.
B. Saran
Saran untuk pengembangan prototype smart greenhouse lebih lanjut
maka peneliti memberikan saran yaitu:
1. Menambahkan 2 pin analog atau lebih dalam menggunakan modul
internet of things.
2. Baterai dapat digunakan dalam waktu jangka panjang.
113
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, H. (2015). Rancang Bangun Smart Greenhouse Sebagai Tempat Budidaya
Tanaman Menggunakan Solar Cell Sebagai Sumber Listrik. MT 26, 1-15.
Alifyanti, D. F. (2016). Pengaturan Tegangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) 1000 WATT. Kajian Teknik Elektro Vol1, 1.
Ariawan, A. T. (2013). Perbandingan Penggunaan Motor DC dengan AC Sebagai
Penggerak Pompa Air Yang Disuplai Oleh Sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS). A-006, 1-6.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ashari, S. (1995). Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta, 485: Universitas
Indonesia.
Bagenda, D. N. (2017). Sistem Perawatan Tanaman Brokoli Pada Rumah Kaca
Berbasis Arduino. 1-6.
Ellmer, K. K. (2008). Transparent Conductive Zinc Oxide Basics And
Applications In Thin Film Solar Cells. Berlin: Springer.
Guerbaoui, M. E.-D. (2013). Pc-Based Automated Drip Irrigation System.
International Journal Of Engineering Science and Technology, Vol. 5 No.
1.
Hafiz, A. ,. (2017). Rancang Bangun Prototipe Pengukuran dan Pemantauan Suhu,
Kelembaban serta Cahaya Secara Otomatis Berbasis Iot pada Rumah
Jamur Merang. Karya Ilmiah Mahasiswa Teknik Elektro, 51-57.
Heryawan, D. (2017). Monitoring Suhu dan Kelembaban Tanaman Bunga
Anggrek Dalam Pot Menggunakan IOT (Internet Of Thing) Berbasis
Raspberry PI.
Lomo, L. A. (2016). Smart Greenhouse Berbasis Mikrokontroler Arduino Mega
2650 Rev 3. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Nugroho, S. A. (2011). Analisis Kelembaban Tanah Permukaan Melalui Citra
Landsat 7 ETM+ di Wilayah Dataran Kabupaten Purworejo. Surakarta:
Doctoral Dissertation Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Permana, E. D. (2015). Rancangan Alat Pengisi Daya Dengan Panel Surya (Solar
Charging Bag) Menggunakan Quality Function Deployment (QFD).
Online Institut Teknologi Nasional Vol3, 4.
Pressman, R. S. (2012). Pendekatan Praktisi Rekayasa Perangkat Lunak Edisi 7.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
114
Pudjanarso, A. N. (2006). Mesin Konversi Energi. Yogyakarta: ANDI.
Rudi Dinata, I. K. (2017). Rancang Bangun Prototype Sistem Smart Parking
Berbasis Arduino dan Pemantauan Melalui Smartphone. Jurnal Ecotipe, 4-
2.
Subhan, A. P. (2017). Studi Sifat Elektrokimia Sel Baterai Sekunder Pouchcell
Lithium Ion Lifep04/Graphite Aplikasi Daya Tinggi. Spektra Vol2, 3.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Telaumbanua, M. (2014). Rancangan Bangun Aktuator Pengendali Iklim Mikro di
Dalam Green House Untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi. Agriteck Vol.34,
213-222.
Warsiyanto, E. (2015). Prototipe Solar Dryer Portable Untuk Rumput Laut
Dengan PLTS Berbasis Mikrokontroler. Lampung: Universitas Lampung.
Widoyoko, E. P. (2016). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zohrani, & Mas'aniah, B. (2017). Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Teori
Belajar Jerome S.Bruner Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah
NW PAOK Lombok. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar,
Vol. 1: 2477-4855.
115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
116
Lampiran 1. Surat Keputusan Dekan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
117
118
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Tugas Akhir Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
119
Lampiran 3. Lembar Pernyataan Persetujuan Ahli Materi 1
120
Lampiran 4. Surat Permohonan Validasi Materi Ahli Materi 1
121
Lampiran 5 Lembar Penilaian Instrumen Angket Ahli Materi 1
122
123
124
125
Lampiran 6. Lembar Pernyataan Persetujuan Ahli Materi 2
126
Lampiran 7. Surat Permohonan Validasi Materi Ahli Materi 2
127
Lampiran 8. Lembar Penilaian Instrumen Angket Ahli Materi 2
128
129
130
131
Lampiran 9. Lembar Pernyataan Persetujuan Ahli Materi 3
132
Lampiran 10. Surat Permohonan Validasi Materi Ahli Materi 3
133
Lampiran 11. Lembar Penilaian Instrumen Angket Ahli Materi 3
134
135
136
137
Lampiran 12. Lembar Pernyataan Persetujuan Ahli Media 1
138
Lampiran 13. Surat Permohonan Validasi Media Ahli Media 1
139
Lampiran 14. Lembar Penilaian Instrumen Angket Ahli Media 1
140
141
142
143
144
Lampiran 15. Lembar Pernyataan Persetujuan Ahli Media 2
145
Lampiran 16. Surat Permohonan Validasi Media Ahli Media 2
146
Lampiran 17. Lembar Penilaian Instrumen Angket Ahli Media 2
147
148
149
150
151
Lampiran 18. Lembar Pernyataan Persetujuan Ahli Media 3
152
Lampiran 19. Surat Permohonan Validasi Media Ahli Media 3
153
Lampiran 20. Lembar Penilaian Instrumen Angket Ahli Media 3
154
155
156
157
158
Lampiran 21. Lembar Penilaian Instrumen Angket Pengguna
159
160
161
162
Lampiran 22. Analisis Data Penilaian Kelayakan Ahli Materi
163
Lampiran 23. Analisis Data Penilaian Kelayakan Ahli Media
164
Lampiran 24. Analisis Data Penilaian Kelayakan Pengguna
165
Lampiran 25. Reliabilitas Instrumen Kelayakan Pengguna
166
Lampiran 26. Lembar Observasi
167
No Demensi yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
greenhouse yang digunakan pun masih
manual.
d. Pemahaman teknologi Pemaham akan teknologi, petani disini
sudah mengetahui dan memahaminya
tetapi belum secara keseluruhan, oleh
karena itu pengembangan smart
greenhouse yang menggunakan
transparent solar cell sebagai sumber
listrik dan semua dikontrol dan
dikendalikan secara otomatis.
168
Lampiran 27. Wawancara Petani Tanaman Tomat
PETUNJUK PELAKSANAAN
1. Wawancara dilakukan secara fleksibel, akrab, dan kekeluargaan tanpa
unsur rekayasa maupun paksaan
2. Selama wawancara berlangsung, peneliti mencatat dan merekam hasil
wawancara
3. Waktu yang dipergunakan semaksimal mungkin untuk memperoleh data
penelitian yang diperlukan
4. Pendoman wawancara sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan
No Pertanyaan
1. Berapa kali Penyiraman dalam sehari ?
2. Kapan Penyiraman dilakukan ?
3. Kenapa penyiraman tidak dilakukan pada pagi dan sore?
4. Apa alasannya menyiram di pagi hari?
5. Bagaimana cara pemeliharaan tanah pada tanaman? Apakah dengan
mengukur PH terlebih dahulu atau langsung memberi pupuk?
6. Menurut bapak, apa tanaman yang cocok untuk greenhouse?
7. Pada saat hujan apakah dilakukan penyiraman?
8. Pada saat malam hari, apakah tanaman membutuhkan cahaya?
169
Lampiran 28. Lembar Pengamatan Prototipe
170
Lampiran 29. Surat Observasi Dinas Pertanian KP3B Serang
171
Lampiran 30. Dokumentasi Penelitian
172
Gambar Proses Pembibitan Tomat
173
Gambar Pengambilan Data Tomat di Dinas Pertanian
174