Kepribadian Nilai Dan Gaya Hidup
Kepribadian Nilai Dan Gaya Hidup
DEBY ALFIANTI
12213097
3EA29
UNIVERSITAS GUNADARMA
A. Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan
merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman dan Kanuk,2000).
Berdasarkan definisi ini maka bias disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah karakter-
karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut,sifat,tindakan yang membedakan
dengan orang lain. Secara praktis konsep kepribadian dapat didefinisikan sebagai seperangkat
pola perasaan,pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen
untuk berbagai situasi.
Pola ini memiliki beberapa cirri khas yaitu :
1. Mencerminkan perbedaan individu
2. Konsisten
3. Psikologis dan fisiologi
4. Kepribadian dapat berubah
5. Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Dimensi kepribadian :
1. Ekstraversi
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak
bicara dan tegas.
2. sifat menyenangkan
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif dan
mempercayai.
3. sifat mendengarkan kata hati
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, dapat
diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi
4. kemantapan emosional
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, bergairah,terjamin
(positif), lawan tegang, gelisah,murung dan tak kokoh (negative).
5. keterbukaan terhadap pengalaman
suatu dimensi kepribadian yang emncirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic peka
dan intelektual.
B. Nilai
1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi
terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan
sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah
dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat
menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri
menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai
dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut.
Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan
Nilai Instrumental.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar
itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
2. NILAI-NILAI INDIVIDU
Nilai adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau
aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang
tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut
terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus, ini
adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui
interaksi antaranggota dalam budaya.
Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu
Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari nilai yang
berlaku di Negara Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan
disajikan sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.
“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is
personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of
existence.” (Rokeach, 1973 hal. 5)“Value is a general beliefs about desirable or undesireable
ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.” (Feather, 1994
hal. 184)“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as
guiding principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21)
Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal
sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan
institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap
nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang
diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity)
atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement, hedonism, stimulation,
self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security).
Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh
suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua,
agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994;
Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994).
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
„diinginkan‟, di mana „lebih diinginkan‟ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku
yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku
(Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). „Lebih diinginkan‟ ini memiliki pengaruh lebih besar
dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun
berdasarkan derajat kepentingannya.
Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah.
Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya,
masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985),
maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan
untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah
bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja,
1985).
C. Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di
identifikasikan oleh bagaimana orangmenghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam hidupnya(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang
dunia sekitar.
1. Konsep Gaya Hidup dan Pengukurannya
Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya
yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan
seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.
Psikografi adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan
sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa variabel
psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan demografi.
Teori sosio-psikologis melihat dari variabel sosial yang merupakan determinan yang
paling penting dalam pembentukan kepribadian. Teori faktor ciri, yang mengemukakan
bahwa kepribadian individu terdiri dari atribut predisposisi yang pasti yang disebut ciri (trait).
Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi
mereka terhadap sesuatu.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi
tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada
dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
3. Pengevaluasian Alternatif
Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen
menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4. Keputusan Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk
kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan
membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara
kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian.
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan
tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi
secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang
menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah
menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep
diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian
akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena
konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan
kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang
terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang
cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
http://bankmakalah-id.blogspot.co.id/2015/01/makalah-kepribadian-nilai-dan-gaya-
hidup.html
http://balonquadalima.blogspot.co.id/2014/12/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup-
tugas.html?m=1
https://magdalenasintauli.wordpress.com/2014/10/11/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup/