Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 3

ETIKA PROFESI
Anisa Wahyuni 1713411021
Fatmawati 1713411022
Prilia Sinondang Sihite 1713411023
Annisa Mayang Soliha 1713411024
Ria Ariska 1713411025
Azzahra Maulia Miranti 1713411026
Risa Jeni Wardila 1713411027
Trisiska Mulia Sari 1713411028
Arum Bunga Cantika SDJ 1713411029
Siti Ayu Dhyanti 1713411030

1. Menurut kelompok kami terdapat kesalahan yang dilakukan oleh Ahli Gizi
A dan Ahli Gizi B. Kesalahan pertama terdapat pada Ahli Gizi A. Ahli Gizi A
melalaikan tugas nya dengan tidak mencatat keluhan-keluhan pasien dan tindakan apa
yang akan dilakukan tenaga medis kepada pasien. Lalu Ahli Gizi A juga tidak
melakukan timbang terima kepada Ahli Gizi B, dimana timbang terima merupakan
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien, sehingga Ahli Gizi B tidak mengetahui persis bagaimana kondisi
pasien bahkan ia pastinya akan salah dalam intervensi. Ahli gizi B juga melakukan
kesalahan dengan tidak bertanya pada ahli gizi A tentang keadaan pasien, sehingga
pasien tidak mendapatkan edukasi atau konseling tentang diet sebelum pemeriksaan
dan mengakibatkan kejadian yang fatal.

2. Jawabannya yaitu:
1) Kewajiban yang ditinggalkan oleh ahli gizi A yaitu tidak memberikan
informasi terakhir yang penting mengenai pasien pada ahli gizi B.
2) Kewajiban yang tidak dipenuhi ahli gizi B yaitu tidak menanyakan kondisi
terakhir pada ahli gizi A.
3) Kewajiban yang tidak dipenuhi ahli gizi A dan B tidak memberi tahu/tidak
mengedukasi mengenai pentingnya puasa bagi pasien kepada keluarga nya
Dalam kasusini, yang harus dilakukan agar tidak terjadi kasus tersebut adalah ahli gizi
dalam mengumpulkan data perlu membaca dan mencatat data yang berkaitan dengan
gizi dalam buku rekam medic sesuai dengan etika dalam proses asuhan gizi terstandar,
selain itu ahli gizi memiliki etika dalam berkomunikasi yang baik dengan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan etika dalam proses asuhan gizi terstandar, serta sesuai
dengan kewajiban ahli gizi terhadap klien dalam kode etik gizi yaitu ahli gizi
berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi
tersebut. Selain itu, yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi kasus tersebut adalah
memperhatikan hubungan dengan pasien, dimana komunikasi dan persetujuan harus
diketahui oleh pasien atau keluarga mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien. Hal-hal tersebut adalah pasien berhak mendapatkan informasi dan
pasien (keluarga) harus paham mengenai tujuan atau pengobatan (yang berkaitan
dengan gizi). Dalam penerapan etika dalam kegiatan profesional juga dijelaskan
bahwa seorang tenaga kesehatan harus mengatakan pada pasiendan klien tentang
informasi waktu dan keadaan.

3. Menurut kelompok kami pada ahli gizi A dan B berhak mendapatkan sanksi
berupa teguran, dikarenakan tidak ada nya komunikasi antara ahli gizi A dan B untuk
merawat Tn.C. dan juga tenaga ahli gizi A dan B berhak mendapat sanksi karena
mereka tidak memaparkan kepada keluarga pasien apa yang harus dan tidak untuk
dikonsumsi pasien. Ketidak adanya komunikasi yang baik dengan sesama tenaga ahli
gizi dan kepada keluarga pasien sehingga berdampak negatif pasien, yang seharusnya
dilakukan tenaga ahli gizi A saat ingin melakukan cuti memberikan catatan riwayat
pasien sebelumnya kepada ahli gizi B yang menggantikan tenaga ahli gizi A, sehingga
tidak terjadi kesahalan informasi mengenai pasien.

4. Menurut kelompok kami jika ahli gizi A dan B bersalah maka akibatnya
terhadap korps ahli gizi ialah akan memberikan dampak yang kurang baik bagi korps
atau perkumpulan profesinya, karena dalam kode etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip
bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam
menjalankan praktik profesinya, dan kejadian pada kasus ini mengakibatkan apabila
ahli gizi A dan B bersalah korps ahli gizi memiliki dampak yang kurang baik dan
bertanggung jawab akibat dari kasus yang dilakukan oleh ahli gizi A dan B yang mana
ini artinya standart dalam keanggotaan suatu korps ahli gizi tidak professional dalam
melaksanakan pekerjaanya sebagai wadah edukasi dan pengawasan anggota korps
ahli gizi dan tejadinya kasus ini menjadi tanggung jawab korps ahli gizi dan menjadi
nilai pembanding atau standart kegiatan anggota suatu profesi sehingga korps ahli gizi
dinilai tidak kompenten dalam mengawasi prilaku anggotanya.

5. Dalam kasus ini, yang harus dilakukan agar tidak terjadi kasus tersebut adalah
ahli gizi dalam mengumpulkan data perlu membaca dan mencatat data yang berkaitan
dengan gizi dalam buku rekam medik sesuai dengan etika dalam proses asuhan gizi
terstandar, selain itu ahli gizi memiliki etika dalam berkomunikasi yang baik dengan
tenaga kesehatan lain sesuai dengan etika dalam proses asuhan gizi terstandar, serta
sesuai dengan kewajiban ahli gizi terhadap klien dalam kode etik gizi yaitu ahli gizi
berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi
tersebut. Selain itu, yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi kasus tersebut adalah
memperhatikan hubungan dengan pasien, dimana komunikasi dan persetujuan harus
diketahui oleh pasien atau keluarga mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien. Hal-hal tersebut adalah pasien berhak mendapatkan informasi dan
pasien (keluarga) harus paham mengenai tujuan atau pengobatan (yang berkaitan
dengan gizi). Dalam penerapan etika dalam kegiatan profesional juga dijelaskan
bahwa seorang tenaga kesehatan harus mengatakan pada pasien dan klien tentang
informasi waktu dan keadaan.

Anda mungkin juga menyukai