Anda di halaman 1dari 10

TEKS EKSEMPLUM FIKSI

Judul ; Kisah Si Kelinci dengan Kecepatannya


Abstrak ;
Di sebuah desa yang dihuni oleh berbagai macam binatang kecil yang cukup ramai dan harmonis.
Terdapat seekor kelinci yang terkenal dengan kecepatannya yang tidak ada seekor hewan pun bisa
menandinginya. Suatu hari di desa tersebut diselenggarakan sebuah acara perlombaan yang diikuti
oleh berbagai hewan, si kelinci tercepat tentu tidak mau ketinggalan perlombaan. Namun, suatu saat
si kelinci mendapatkan sebuah kecelakaan karena kelalaiannya yang membuatnya kalah.

Orientasi ;
Di sebuah desa yang penduduknya ramai, namun setiap penghuninya harmonis, terdapat seekor
kelinci kecil yang masih lincah dan memiliki kecepatan super. Si kelinci bahkan bisa berlari dengan
kecepatan luar biasa yang berada di luar kemampuan para kelinci lain pada umumnya. Bahkan
lompatannya pun terkenal sangat tinggi, Ia juga belum pernah mengalami kesalahan selama
perjalanannya.

Insiden ;
Suatu hari, diselenggarakan sebuah lomba lari di desa, yang terbuka untuk seluruh hewan-hewan
kecil yang menghuni desa tersebut. Hadiahnya sangat menggiurkan, berupa aneka buah dan
makanan yang bisa disimpan selama beberapa musim ke depan. Tentu semua hewan
menginginkannya, setiap keluarga hewan-hewan kecil merekomendasikan anak-anaknya yang masih
kuat dan lincah untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Saat hari penyelenggaraan lomba tiba, semua hewan yang menjadi peserta lomba telah berkumpul
dan berbaris di garis start, termasuk si kelinci hebat. Dilihatnya seekor kura-kura yang berada di
sampingnya yang ikut menjadi peserta lomba. Si kelinci pun menertawainya, karena ia tahu bahwa
kura-kura sangat lamban dan Ia berpikir si kura-kura tentu tidak akan bisa menang melawannya.

Si kelinci menghina kura-kura tersebut dengan kalimat ejekan yang sangat buruk, namun si kura-kura
hanya tersenyum mendengarnya, dan dengan sabar menanggapi ejekannya. Saat bunyi peluit nyaring
di telinga kelinci yang besar, Ia segera mengambil aba-aba dan berlari dengan cepat. Semua hewan
yang menjadi peserta lomba hanya terpana melihatnya, kemudian mereka melanjutkan perjalanannya.

Sementara itu, si kura-kura perlahan melangkahkan kakinya dengan sabar, ia fokus memperhatikan
jalanan yang ada di depannya. Sedangkan si kelinci sangat percaya diri dan yakin bahwa hanya ia
yang mampu memenangkan perlombaan lari itu. Si kelinci terus menambah kecepatannya tanpa
menghiraukan peserta lain, serta tidak memperhatikan kondisi jalanan di depannya.

Area perlombaan tersebut sebenarnya sangat sulit, banyak rintangan dan jebakan yang dibuat agar
peserta tidak mudah mendapatkan kemenangan. Namun, kelinci tidak memperhatikannya,
kecepatannya terus ditambah tanpa henti. Sedangkan, hewan-hewan lainnya pun khawatir dengan si
kelinci yang akan memenangkan pertandingan sehingga mereka juga berlomba-lomba meningkatkan
kecepatan tanpa memperhatikan jalan.

Si kura-kura lebih focus pada dirinya sendiri dan memperhatikan kondisi jalan dengan baik. Si kura-
kura dapat melihat banyaknya rintangan dan jebakan yang telah dibuat oleh panitia lomba. Dengan
hati hati, kura-kura tersebut melewatinya, dan Ia mampu lolos, sedangkan hewan-hewan lain terjebak
dengan rintangan yang tidak bisa dilewati. Begitupun dengan si kelinci, yang terus meminta tolong
karena terjatuh ke dalam lubang jebakan tanah yang cukup dalam.

Kura-kura pun akhirnya memberi pertolongan pada si kelinci dengan melemparkan seutas tali.
Digigitnya tali tersebut oleh si kelinci hingga ke permukaan, dan ternyata kakinya sedang terluka.
Kura-kura memberinya obat, lalu melanjutkan perjalanannya hingga ke garis finish. Pada akhirnya, si
kura-kura menjadi satu-satunya pemenang utama.
Interpretasi ;
Si kelinci yang mengalami kekalahan karena kesombongannya tersebut mengalami kekecewaan.
Namun, hatinya tersentuh ketika si kelinci mendapatkan pertolongan dari kura-kura. Kemudian si
kelinci berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, Ia meminta maaf kepada si kura-kura, dan
berterimakasih karena telah menolongnya. Si kelinci pun menyesali perbuatannya, dan meminta saran
kepada si kura-kura untuk melatih diri agar lebih waspada dalam segala sesuatu.

TEKS EKSEMPLUM NON FIKSI

Tangga Kopi
Struktur Orientasi

Setelah pulang sekolah aku memutuskan untuk langsung menuju ke kos tanpa mampir ke tempat
seperti biasa. Rasanya badan sudah capek dikarenakan aktivitas seharian sekolah di hari itu.

Saat melihat dispenser di kamar kos, aku berpikir bahwa sepertinya nikmat sebelum tubuh
berbaring minum kopi terlebih dahulu. Kebetulan saat itu persediaan kopi masih lumayan banyak.

Aku panaskan dispenser dan setelah 5 menit air sudah hangat. Kemudian saya ambil kopi bubuk
dan membuatnya kopi di gelas.

Struktur Insiden

Kopi pun sudah siap diminum dan aku ingin pergi ke kos lantai 1 (kamar saya di lantai 2) sembari
membawa kopi yang barus aja dibuat.

Aku nekat membawa gelas kopi menuruni anak tangga tetapi karena aku gugup menuruni anak
tangga, tanganku menjadi tidak seimbang sehingga membuat gelas yang berisi kopi goyang.

Alhasil kopi pun tumpah ke anak tangga, dimana anak tangga tersebut sering dilewati oleh anak-
anak. Saat itu untung saja tidak ada orang yang sedang lewat sehingga tidak ada 10 menit aku
bisa membersihkan cairan kopi yang tumpah di lantai tangga.

Struktur Interpretasi

Berdasarkan cerita pengalaman pribadi diatas, kita bisa belajar ketika membawa sesuatu
terutama yang rawan, kita harus lebih berhati-hati dan tidak tergesa-gesa. Sehingga tidak akan
terjadi hal yang tidak diinginkan.

TEKS EKSEMPLUM FIKSI


Judul: Burung Pipit yang Sombong
Orientasi :
Dikisahkan di suatu hutan belantara hiduplah sekelompok burung pipit. Salah satu burung pipit itu
bernama Dira. Dira juga tinggal bersama para hewan lainnya. Ia dikenal sebagai seekor burung yang
sombong dan cenderung suka hidup menyendiri karena Dira selalu merasa bahwa dirinya saja yang
paling benar dan mampu.

Insiden :
Suatu ketika, sekelompok burung pipit tersebut sedang membuat sarang dari tumpukan jerami.
Dengan sabarnya mereka membuat sarangnya agar terlihat kokoh dan rapih. Namun lain halnya
dengan Dira, ia dengan sombongnya membuat sarang dari potongan kertas warna-warni. Dira
menganggap jika menggunakan kertas akan jauh lebih menarik dibandingkan sarang burung pipit
lainnya.

Dira juga tidak memperhatikan kekokohan dari sarang yang ia buat. Disamping Dira juga ada burung
pipit lain yang juga sedang membuat sarang dari tumpukan jerami. Burung pipit itu bernama beti. Beti
dikenal sebagai seekor burung pipit yang mempunyai sifat dermawan dan rendah hati.

Jadi, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan sifat Dira. Lalu Dira pun mengejek sarang kepunyaan
Beti. “Hei Beti! Sungguh membosankan warna sarang mu itu, hanya menggunakan tumupukan jerami.
Coba deh kamu lihat sarangku, lebih menarik.”

Beti pun hanya diam dan dengan bangganya Dira terus membuat sarangnya dari kertas warna-warni.
“Sebaiknya kamu membuat sarang menggunakan tumpukan jerami agar jauh lebih kuat.” Saran Beti.
Akan tetapi, Dira tetap saja meneruskan membuat sarangnya dengan menggunakan kertas warna-
warni itu dan menghiraukan saran baik dari Beti.

Setelah beberapa jam kemudian semua burung pipit termasuk Dira sudah menyelesaikan sarangnya.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya dan semua burung pipit berlindung di sarang masing-masing.
Akan tetapi sarang milik Dira tidak bisa melindungi dirinya dari air hujan karena sarangnya terbuat dari
kertas.
Dira pun panik dan tubuhnya menjadi basah kuyup karena hujan yang sangat deras tersebut. Dan
dengan dermawannya Beti menawarkan Dira untuk berlindung di sarangnya. Akhirnya, Dira pun
menyesali apa yang sudah ia perbuat. Dira menyesal karena membuat sarang dengan menggunakan
kertas warna-warni. Ia juga menyesal karena telah menjadi seekor burung pipit yang sombong.
Dengan demikian, Dira mulai membuat sarangnya lagi dengan tumpukan jerami.

Interpretasi :

Sejak kejadian itulah, Dira mengubah sikap dan perilakunya. Ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan
menyombongkan dirinya lagi. Dira juga menyadari bahwa kesederhanaan itu juga sangatlah penting
daripada kemewahan serta yang pasti dia tidak bisa hidup sendiri. Karena kita adalah makhluk sosial.
TEKS EKSEMPLUM NON FIKSI

Judul : Operasi Zebra


Orientasi :
Sebuah peristiwa yang membuat saya sadar, bahwa mentaati peraturan merupakan suatu keharusan.
Hampir setiap bulan, saya menyempatkan diri untuk pulang ke Demak, mengingat disanalah tempat
saya dilahirkan. Sekarang ini saya tinggal di Semarang, tepatnya saya tinggal di kos-kosan.

Saya kuliah di UNDIP dan jarak rumah saya dengan kampus sangat lah jauh, jadi saya memutuskan
untuk ngekos di sekitar kampus tersebut. Saya tinggal dengan adik saya yang juga bersekolah di
salah satu SMA di Semarang.

Ketika itu saya berangkat dari kosan sekitar pukul 08.00 pagi dan kemungkinan akan kembali lagi ke
Semarang seminggu setelahnya. Saya pulang dengan menggunakan sepeda motor.

Insiden :
Ketika diperjalanan saya sangat mengantuk, karena sehari sebelumnya saya tidak tidur karena ada
tugas dari dosen yang harus saya kerjakan. Dengan kondisi tersebut saya menjadi tidak fokus dalam
mengendarai sepeda motor.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan, saya kemudian menyuruh adik saya untuk bertukar
posisi untuk mengendarai sepeda motor. Akan tetapi adik saya belum bisa mengendarai sepeda motor
dan belum mempunyai SIM karena masih berumur 16 tahun.

Aku sempat berpesan kepadanya untuk tidak mengebut atau melanggar rambu-rambu lalu lintas dan
kalau ada operasi zebra berhenti saja tidak usah panik. Setelah seperempat perjalanan, saya melihat
tidak ada operasi zebra dan adik saya terlihat menikmati perjalanan tersebut.

Kemudian saya putuskan untuk beristirahat sebentar. Tak lama berselang, tiba-tiba motor kami oleng
dan kemudian terjatuh. “Gimana kok bisa jatuh sih ?” saya bertanya ke adik saya. “Itu kak, didepan
ada operasi zebra, jadi saya langsung banting stir ke kiri, eh taunya ada selokan.” Jawabnya. “Kan
kakak sudah bilang, jangan panik.”

Interpretasi :
Akhirnya motor yang kami kendarai masuk keselokan, beruntung ada warga yang mau membantu
kami untuk mengeluarkan motor tersebut dari selokan. Dari kejadian tersebut, saya sadar akan
pentingnya mentaati peraturan lalu lintas. Terimakasih Tuhan, karena Engkau masih memberi kami
keselamatan.
TEKS EKSEMPLUM FIKSI

PUTRI TUJUH
Orientasi :
Alkisah, di Desa Bunga Tanjung ada seorang perempuan tua yang mempunyai huma.
Humanya tidak begitu luas, hanya seluas tangguk penagkap ikan. Tetapi hasilnya
melimpah-ruah. Putri Tangguk nama perempuan itu. Ia memiliki 7 orang anak dan seorang
suami.
Insiden :
Pada suatu malam, Putri Tangguk dan suaminya sedang berbincang tentang masa depan
keluarganya. Ketika itu, ketujuh anak mereka sudah tidur. “Wahai kakanda”, kata Putri
Tangguk kepada sang suami sambil menghela nafas panjang. “kita telah bekerja terus-
menerus dan tidak henti-henti menuai padi. Hamba merasa sangat lelah. Anak-anak kita
pun tidak terurus lagi. Lihat anak-anak kita yang tidak pernah lagi berdandan”. “Ya” Jawab
suaminya. “Kalau itu keinginan dinda, kanda tidak akan berhuma lagi karena ketujuh
lumbung padi sudah penuh”. Hujan yang turun pada malam itu sangat lebat membuat
suasana tempat tinggal Putri Tangguk semakin sunyi.
Keesokan harinya, pagi yang masih dingin tidak menghalangi niat putri Tangguk dan
suaminya yang pergi ke sawah untuk menuai padi. Pekerjaan itu biasa mereka lakukan
setiap pagi demi memenuhi kebutuhan mereka. Namun ditengah jalan putri tangguh
berkata, “Hari ini kita tidak perlu lama bekerja. Padi yang tertuai kita tumpahkan di jalan
ini sebagai pengganti pasir. Besok kita masih dapat menuai padi”. Maka mereka pulang
lebih cepat.

Pada suatu malam Anak Putri Tangguk terbangun dan menangis meminta nasi untuk
makan. Putri Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil nasi. Ketika tutup priukdibukaia
terkejut karena tidak nasi di dalamnya. Kemudian, ia berjalan menuju lumbung yang
digunakan untuk menyimpan beras & padi. tetapi lumbung itu kosong.

Kesedihanya semakin bertambah ketika mendengar tangisan anaknya yang kelaparan.


Putri Tangguk jatuh miskin kesombonganya dengan membuang buang padi.

Interpretasi :
Sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tidak boleh sombong dan angkuh.
Manusia tidak boleh menghambur-hamburkan kekayaanya karena semuanya merupakan
anugerah dan titipan Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada mulanya sangat kaya jatuh
miskin karena kesombongan dan keangkuhanya. Ia tidak mensyukuri kekayaan yang telah
diberikan tuhan kepedanya.
TEKS EKSEMPLUM NON FIKSI

Yang Menggangguku
Aku mempunyai pengalaman yang menyeramkan saat masih kelas 1 SMP.

Sabtu malam aku memutuskan untuk berdiam diri di rumah dan membaca kumpulan cerita horor yang
ada di handphoneku. Saat itu aku hanya berdua di rumah bersama nenekku yang sudah tidur terlebih
dahulu. Tiba-tiba aku teringat dengan pengalaman mistis kakakku. Dulu ia pernah melihat pocong di
samping lemari yang ada di kamarnya. Entah kenapa bulu kudukku meremang dan badanku
menggigil. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan aku memutuskan untuk tidur.

Sebelum tidur, aku mematikan lampu kamar. Namun, aku merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada
seseorang yang berada di pojok kamarku bersembunyi di balik kegelapan. Aku memutuskan untuk
tidak mengacuhkannya dan tidur di kasur empuk dan nyamanku. Tak beberapa lama aku pun terlelap.

Tak beberapa lama kemudian aku terbangun namun dalam posisi yang menurutku sedikit aneh.
Badanku miring ke arah kiri hampir telungkup dan tangan kananku menjuntai di tepi ranjang. Aku
segera menutup mata rapat-rapat saat merasakan sesuatu yang sangat dingin di sekitar tanganku.
Seperti ada telapak tangan yang sangat dingin menggenggam tangan kananku. Aku memberanikan
diri untuk menarik tangan kiriku dan mengubah posisiku. Aku berusaha untuk menangkan diri dan
kembali tidur.

Untuk kedua kalinya dalam semalam, aku terbangun lagi tanpa alasan yang jelas. Dengan posisi yang
sedikit berbeda dari sebelumnya aku merasakan hal yang aneh lagi. Seperti ada yang menusuk
punggungku dengan sebatang lidi. Aku mencoba mengubah posisiku namun badanku tak bisa
digerakkan. Sekuat apa pun aku mencoba tetap saja badanku tak bisa bergerak. Aku memutuskan
untuk menutup mata lagi dan berdoa dalam hati agar sesuatu yang tidak menyenangkan tak terjadi.
Tusukan di punggungku semakin dalam dan itu membuat punggungku semakin sakit. Satu-satunya
jalan untuk mengakhiri hal ini adalah kembali tidur. Aku mencoba untuk tidur kembali meskipun
jantungku berdebar kencang dan tubuhku sudah banjir dengan keringat dingin.

Aku mendengar suara yang sangat berisik yang ternyata berasal dari handphoneku. Aku segera
mematikannya dan bergegas ke kemar mandi untuk mengambil air wudu kemudian salat subuh. Aku
tak tahu apakah kejadian tadi malam hanyalah mimpi atau sungguhan. Tapi aku bersyukur sesuatu
yang buruk tak terjadi padaku.

Sejak kejadian itu, aku telah belajar bahwa berdoa sebelum dan sesudah tidur sangatlah penting.
Jangan terlalu sering membaca cerita horor atau menonton film horor. Jangan tidur larut malam dan
sebaiknya sebelum tidur bersihkan dulu tempat tidurmu.

TEKS EKSEMPLUM FIKSI


Jerapah dan Kura-kura"
1) Orientasi

Ada seekor jerapah yang baru beranjak dewasa sedang makan di tengah padang rumput. Namanya Edo. Dia
sangat tinggi dan jangkung. Karena lehernya paling panjang, ia menjadi sombong. Dia sering mengajak teman-
teman (jerapah) untuk lomba makan daun-daun di pohon yang dahannya sangat tinggi. Berkali-kali dia
memenangi perlombaan makan daun dari puncak pohon. Hal itu membuatnya semakin sombong. Dia merasa
anak hewan yang paling hebat di kawasan padang rumput itu. Dia tidak menghormati para jerapah yang sudah
tua, bahkan dia sering mengejeknya dengan sebutan “leher bengkok”.
2) Insiden

Pada suatu hari seekor jerapah tua minta tolong pada Edo. “Nak, tolong ambilkan nenek daun yang
segar di ranting ujung pohon itu. Nenek sangat ingin makan daun-daun yang masih muda, hijau, lunak, dan
segar. Nenek tidak bisa menjangkau sampai ke ujung pohon itu, Tolong ya, Nak Edo.”, kata jerapah tua. Dengan
sombongnya Edo menjawab, “duh, nenek jerapah, nenek sudah tua, jangan minta yang macam-macam. Makan
saja daun yang bisa nenek jangkau sendiri. Salah sendiri tidak bisa ambil daun di pucuk pohon!”. Melihat
kelakuan Edo seperti itu, nenek jerapah pun pergi dengan kecewa.Kesombongan Edo juga muncul ketika
seekor anak burung terjatuh saat sedang belajar terbang. Burung kecil itu tersangkut di dahan pohon paling
ujung. Edo pun dengan sombong menolak permintaan teman-temannya untuk menolong si burung kecil itu. Dia
pergi meninggalkan anak burung yang tersangkut itu.

Pada hari selanjutnya, ketika Edo berjalan sendiri di padang rumput dengan leher tegak lurus ke atas
dan kepala terangkat, dia berhenti dan tanpa sadar menginjak gundukan yang ternyata adalah seekor kura-
kura tua. Si kakek kura-kura berusaha keras mengangkat tubuhnya dan berjalan maju selangkah agar Edo
merasa jika kakinya menginjak seekor kura-kura. Ketika Edo mengetahui bahwa ada seekor kura-kura tua yang
terinjak kakinya, Edo malah tidak bereaksi untuk minta maaf. Dia bahkan marah-marah sambil berkata,
“Dasar kura-kura tua, aku jadi mau terjatuh kerena menginjak kamu”. Bahkan, karena kesalnya, Edo
menendang tempurung kakek kura-kura sehingga kura-kura itu terlempar beberapa jengkal. Kakek kura-
kura itu tidak marah. Dengan suaranya yang lembut dia berkata, “Anak muda, janganlah kamu sombong. Kamu
masih muda, tubuhmu masih kuat, sebaiknya sayangilah sesama makhluk hidup ciptaan-Nya. Suatu hari nanti,
kamu juga akan menjadi tua dan pasti akan banyak yang lebih hebat dan kuat daripada kamu”.Edo tidak
menghiraukan kata-kata kura-kura tua itu.
3) Interpretasi Tidak lama kemudian, awan mendung pun datang. Mendungnya begitu tebal. Edo tidak
bergegas pergi meninggalkan padang rumput yang hendak diguyur hujan.Dia masih ingin menunjukkan
kesombongannya kepada kakek kura-kura dengan melenggang santai sambil membandingkan dirinya
dengan si kura-kura yang pendek dan lambat berjalan itu. Saat itu hujan pun turun sangat deras, diikuti
dengan petir yang saling bersahutan. Karena hujan deras dan tiupan angin kencang, Edo, si jerapah
jangkung itu, ambruk dan terjatuh ke tanah. Sementara itu, kepala kakek kura-kura aman di dalam
tempurungnya karena tidak kehujanan dan terhindar dari petir yang menyambar padang rumput. Si
kakek kura-kura dengan langkah pelan mendekati Edo dan berkata, “Kamu tidak apa-apa, anak muda?
Bangunlah, kenapa diam dan terpana tersungkur di tanah?”. Edo menatap kura-kura tua yang sudah
dihinanya itu sambil menjawab, “Kakek kura-kura, aku takut. Maafkan aku karena sudah menginjak
tubuhmu. Walaupun kakek kura-kura sudah tua, tapi tetap kuat. Tempurungmu mampu menopang berat
badanku ini. Maafkan aku kakek kura-kura karena sudah menendangmu. Aku berjanji tidak akan menjadi
anak yang sombong lagi. Aku akan menolong sesama makhluk ciptaan-Nya.”

EKSEMPLUM NON FIKSI


Buanglah Sampah Pada Tempatnya
Sepoi angin menambah sejuknya siang itu. Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu istirahat telah
tiba. Hembusan nafas Alifa begitu dalam, seakan ia merasakan sesak ketika pelajaran tadi. Pun
demikian dengan teman-temannya, mereka berlarian menuju halaman dan kantin sekolah. Tenangnya
halaman kelas sirna oleh sorak-sorai anak-anak.

Sesampainya di kantin sekolah, terlihat begitu menarik makanan yang tertata rapi itu. Seakan
mengajak Alifa sejenak bercumbu dengan mereka untuk menghilangkan lapar. Diantara jajaran
makanan mata Alifa melihat kuning-kuning yang menarik perhatiannya. Itulah pisang yang menjadi
buah kesukaan Alifa. Tanpa berpikir, cacing-cacing di perut Alifa seakan mendorongnya untuk
melahap buah itu. Dibelinya pisang itu oleh Alifa. Di sudut kantin Alifa duduk sambil menikmati pisang
yang manis tersebut. Bel telah berbunyi kembali, sebelum Alifa menghabiskan pisangnya. Dengan
tergesa-gesa Alifa lari ke kelas, namun ia lupa kulit pisang yang ia makan tidak ia buang di tempatnya
melainkan terbawa lari olehnya dan terbuang entah dimana tanpa Alifa sadari. Sampai di depan kelas
Alifah terpeleset oleh kulit pisang, dan tenyata kulit pisang tersebut adalah kulit dari pisang yang tadi ia
makan. Mukanya memerah menahan malu karena ia terjatuh dan ditertawakan oleh teman-teman satu
kelasnya.

Maka, sebaiknya buanglah sampah pada tempatnya. Agar tidak berdampak buruk kepada diri kita.
Selain itu, membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu bentuk kepedulian kita dalam
menjaga kebersihan lingkungan. Sedangkan, kebersihan adalah sebagian dari iman. Sehingga ketika
kita menjaga kebersihan lingkungan sama dengan kita menjaga iman kita.

TEKS EKSEMPLUM FIKSI


Judul: Burung Pipit yang Sombong
Orientasi :
Dikisahkan di suatu hutan belantara hiduplah sekelompok burung pipit. Salah satu burung pipit itu
bernama Dira. Dira juga tinggal bersama para hewan lainnya. Ia dikenal sebagai seekor burung yang
sombong dan cenderung suka hidup menyendiri karena Dira selalu merasa bahwa dirinya saja yang
paling benar dan mampu.

Insiden :
Suatu ketika, sekelompok burung pipit tersebut sedang membuat sarang dari tumpukan jerami.
Dengan sabarnya mereka membuat sarangnya agar terlihat kokoh dan rapih. Namun lain halnya
dengan Dira, ia dengan sombongnya membuat sarang dari potongan kertas warna-warni. Dira
menganggap jika menggunakan kertas akan jauh lebih menarik dibandingkan sarang burung pipit
lainnya.

Dira juga tidak memperhatikan kekokohan dari sarang yang ia buat. Disamping Dira juga ada burung
pipit lain yang juga sedang membuat sarang dari tumpukan jerami. Burung pipit itu bernama beti. Beti
dikenal sebagai seekor burung pipit yang mempunyai sifat dermawan dan rendah hati.

Jadi, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan sifat Dira. Lalu Dira pun mengejek sarang kepunyaan
Beti. “Hei Beti! Sungguh membosankan warna sarang mu itu, hanya menggunakan tumupukan jerami.
Coba deh kamu lihat sarangku, lebih menarik.”

Beti pun hanya diam dan dengan bangganya Dira terus membuat sarangnya dari kertas warna-warni.
“Sebaiknya kamu membuat sarang menggunakan tumpukan jerami agar jauh lebih kuat.” Saran Beti.
Akan tetapi, Dira tetap saja meneruskan membuat sarangnya dengan menggunakan kertas warna-
warni itu dan menghiraukan saran baik dari Beti.

Setelah beberapa jam kemudian semua burung pipit termasuk Dira sudah menyelesaikan sarangnya.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya dan semua burung pipit berlindung di sarang masing-masing.
Akan tetapi sarang milik Dira tidak bisa melindungi dirinya dari air hujan karena sarangnya terbuat dari
kertas.
Dira pun panik dan tubuhnya menjadi basah kuyup karena hujan yang sangat deras tersebut. Dan
dengan dermawannya Beti menawarkan Dira untuk berlindung di sarangnya. Akhirnya, Dira pun
menyesali apa yang sudah ia perbuat. Dira menyesal karena membuat sarang dengan menggunakan
kertas warna-warni. Ia juga menyesal karena telah menjadi seekor burung pipit yang sombong.
Dengan demikian, Dira mulai membuat sarangnya lagi dengan tumpukan jerami.

Interpretasi :

Sejak kejadian itulah, Dira mengubah sikap dan perilakunya. Ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan
menyombongkan dirinya lagi. Dira juga menyadari bahwa kesederhanaan itu juga sangatlah penting
daripada kemewahan serta yang pasti dia tidak bisa hidup sendiri. Karena kita adalah makhluk sosial.

TEKS EKSEMPLUM NON FIKSI


Pertama Kali Kena Tilang

Struktur Orientasi

Berawal ketika aku ingin membuat surat ijin mengemudi pertamaku, aku pergi dari tempat daerah
asalku menuju ke kota yang ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan menggunakan motor.

Waktu itu aku pergi dengan ayahku dengan menggunakan 2 motor. Ayahku sudah mempunyai
surat ijin mengemudi, sedangkan aku belum. Tetapi beruntung walaupun aku belum mempunyai
surat ijin mengemudi, selama mengendarai motor aku tidak pernah terkena razia tilang polisi.

Struktur Insiden

Disaat perjalanan ke kota tinggal sekitar 30 menit aku sempat kaget dikarenakan banyak motor
yang berhenti di tengah jalan, aku sudah menduga sebelumnya bahwa itu adalah razia tilang
polisi.

Dengan berani dan yakin aku hendak melewati tilangan itu, tetapi sayang sekali motor yang ada di
depanku berhenti sehingga terpaksa membuat laju motorku juga berhenti. Akhirnya akupun
diperiksa oleh polisi.

Sebenarnya ayahku bisa terus lanjut dikarenakan tidak diberhentikan oleh polisi, tetapi karena aku
berhenti ayahku juga ikut berhenti.

Kemudian surat kendaraan yang aku kendarai diperiksa, dan saat pemeriksaan surat ijin
mengemudi, aku mati kutu dikarenakan belum memilikinya.

Akupun memberitahu kepada polisi bahwa tujuan kami akan membuat surat ijin mengemudi,
tetapi hal itu tidak mendapat toleransi dari polisi sehingga akupun terpaksa terkena tilang,
dimanatilangan ini merupakan kali pertama bagiku.

Struktur Interpretasi

Dengan pengalaman pribadi ini aku belajar bahwa kita harus mematuhi segala aturan berkendara
terutama masalah surat ijin mengemudi yang sering tidak terlalu dipedulikan. Karena semua itu
juga kembali ke kita masing-masing.

Karena apabila kita nekat mengendarai motor tanpa perlengkapan surat ijin mengemudi, kita akan
terkena akibatnya, salah satunya yaitu terkena tilang.

Anda mungkin juga menyukai