FISIOLOGI OLAHRAGA 2
ENERGI
Disusun Oleh :
1. Vita Soniya Maslivah (6211417007)
2. Mamluatuz Zahroh (6211417057)
3. Lutfia Dzulfani (6211417097)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah yang diberikan
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu kami hingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
untuk ke depannya. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui sistem energi dalam olahraga
1.3.2 Apa saja sistem energi dalam olahraga
1.3.3 untuk mengetahui apa saja sumber energi dalam olahraga
1.3.4 untuk mengetahui kecepatan pruduksi energi dalam olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
Selama berolahraga, secara ideal energi harus dapat diperoleh oleh sel-sel otot
dengan laju yang sama dengan kebutuhannya. Adanya ketidakseimbangan antara laju
pemakaian energi dengan pergantian atau jumlah persediaan energi akan
mengurangi kerja maksimal otot sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan
menurun dan tubuh akan terasa lelah akibat dari terjadinya
ketidakseimbangan neraca energi.
Saat melakukan latihannya dengan gerakan yang sangat cepat dan pendek, tubuh
kita menjadi dalam kondisi dimana persediaan oksigen dalam tubuh jauh lebih
rendah dibandingkan yang kita butuhkan (istilahnya “oxygen debt”). Akibatnya, kita
tidak bisa mengandalkan oksigen untuk menyediakan energi.
Untuk memenuhi kebutuhan energi, seperti pada kerja otot baik kontraksi maupun
relaksasi, otot menyimpan sejumlah ATP dan mempunyai sistem dalam membentuk
kembali ATP yang telah terpakai. Diantara sel-sel yang lain, sel otot merupakan sel
yang paling banyak menimbun ATP, tetapi dengan jumlah yang terbatas. Sehingga
walaupun prosesnya berjalan cepat namun sistem energi ini hanya menghasilkan
ATP yang sedikit sehingga habis dalam waktu singkat.
ATP tersebut hanya cukup untuk aktifitas cepat dan berat selama 3-8 detik, oleh
sebab itu untuk aktifitas yang lama segera diperlukan pembentukan ATP kembali.
Itulah alasan mengapa sesorang yang bertubuh gemuk disarankan untuk banyak
melakukan latihan dengan sistem energi aerobik karena memiliki cadangan lemak
untuk dijadikan bahan bakar dan masih sedikit otot untuk menyimpan ATP. Dengan
mengkombinasikan latihan beban (menggunakan glukosa) dan latihan aerobik
(mengunakan cadangan lemak) akan memaksimalkan hasil program latihan Anda
terutama yang dengan goal fatloss.
Sebagai sumber energi simpanan glikogen yang terdapat di dalam tubuh secara
langsung akan mempengaruhi kapasitas/ performa seorang atlet saat menjalani
program latihan ataupun juga saat pertandingan. Secara garis besar hubungan antara
konsumsi karbohidrat, simpanan glikogen dan performa olahraga dapat di simpulkan
sebagai berikut:
a. Protein
Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang mempunyai fungsi penting sebagai
bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki
jaringan-jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein
juga akan mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentuk
enzim yang akan kemudian juga akan terlibat dalam berbagai proses metabolisme
tubuh. Kebutuhan protein bagi seorang atlet disebutkan berada berada pada rentang
1.2-1.6 gr/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein
bagi non-atlet yaitu sebesar 0.6-0.8 gr/kg berat badan.
Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih
beresiko untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani
latihan/pertandingan olahraga yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat
ketahanan (endurance) dengan durasi panjang sebagian kecil asam amino dari
protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen
sudah semakin berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhkan
konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan kebutuhan non-atlet.
b. Lemak
Di dalam tubuh, lemak dalam bentuk trigliserida akan tersimpan dalam jumlah
yang terbatas pada jaringan otot dan akan tersimpan dalam jumlah yang cukup besar
pada jaringan adipose. Ketika sedang berolahraga, trigliserida yang tersimpan ini
dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid / FFA)
untuk kemudian menghasilkan energi.
Pada olahraga dengan intensitas rendah sepeti jalan kaki atau lari-lari kecil, ketika
kebutuhan energi rendah dan kecepatan ketersediaan energi bukanlah merupakan hal
yang penting, simpanan lemak akan memberikan kontribusi yang besar sebagai
sumber energi utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan lemak sebagai sumber energi
tubuh baru akan berkurang apabila terjadi peningkatan intensitas dakam berolahraga.
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk
mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan
sumber energi utama bagi sitem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh,
karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot
sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Total karbohidrat yang dapat
tersimpan di dalam tubuh orang dewasa kurang lebih sebesar 500 gr atau mampu
untuk menghasilkan energi sebesar 2000 kkal. Di dalam tubuh manusia, sekitar 80%
dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen di dalam otot, 18-22% akan
tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya akan bersirkulasi di dalam
aliran darah dalam bentuk glukosa.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab utama penurunan kapasitas perfoma
tubuh saat beraktivitas fisik seperti berolahraga selain karena berkurangnya jumlah
cairan dari dalam tubuh juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah simpanan
glukosa (energi) tubuh.
BAB III
KESIMPULAN
Masing-masing sistem energi memiliki kelebihan dan kekurangan, sistem energi
anaerobik lebih cepat menghasilkan energi yang dapat segera digunakan, tetapi jumlah
energi yang dihasilkan sedikit sehingga hanya dapat digunakan dalam waktu yang relatif
singkat, sedangkan sistem aerobik menghasilkan energy dalam waktu relative lama, tetapi
jumlah energi yang dihasilkan lebih banyak sehingga dapat digunakan untuk aktifitas
dengan durasi yang lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA