Orang lelaki adalah gelombang pengharapan, tempat air mata dan tawa ceria melintas.
Lawanku adalah semarak daratan yang penuh minyak dan limbah penghancur karang.
Setiap deru mesin raksasa yang muntah kelautan adalah air mata ibu dari anak-anak tepi pantai.
Kalau aku turun melaut, Aku bertemu gelap malam dan dingin tempias ombak.
Ibu dari anak-anak tepi pantai menunggu tungku dengan cemas bersama doa yang dilayangkan ke
langit.
Ikan-ikan menjadi masa lalu, di masa kini nelayan hanya akan berjumpa dengan harap dan
keberuntungan.
Laut bukan lagi ladang pendapatan, ia telah berubah menjadi tempat pembuangan dari mesin-mesin
perusahaan.
Anak gadisku, anak tepi pantai tidak aku ajarkan untuk berenang.
Sebab hari depan ia hanya akan tenggelam menjadi kenangan dan karam di dasar lautan yang tak
berterumbu karang, dan tentu akan sepi kematiannya.
Dengan begitu, dendam anak gadisku, anak-anak tepi pantai akan terus tumbuh.
Banggai Kepulauan,
3 Juli 2019