Anda di halaman 1dari 1

SENJA DI TEPI PANTAI

Sejenak aku mencoba menikmati senja dengan cara yang lain dari biasanya. Biasanya aku hanya duduk
diatas sebatang pohon kelapa yang telah telah tumbang sambil menatap lepas kearah pantai, sambil
melihat orang-orang yang berkemas menyudahi selancarnya hari ini. Tapi kali ini aku berjalan
menyusuri tepian pantai. Sesekali ku ambil kulit-kulit kerang yang terlihat berbeda bentuknya dan
memasukkannya kedalam tas yang kubawa setelah ku bersihkan dari pasir yang menempel, sambil
menikmati angin laut yang berhebus sepoi-sepoi serta suara deburan ombak yang begitu riuh terdengar.

Aku menghampiri jejeran perahu nelayan dan melihat kesibukan mereka dari dekat, rasa kagumku pada
para nelayan itu tiba-tiba saja muncul. Betapa tidak, mereka rela rela berlayar ditengah lautan pada
malam hari untuk sekedar mendapatkan ikan yang mungkin jumlahnya tak seberapa itu dengan resiko
yang besar serta bahaya yang mengancam diri mereka. Dan ketika mereka kembali ke daratan pada pagi
hari, mereka pun tak langsung dapat beristirahat, tetapi mereka akan mengangkut hasil tangkapannya
ketempat pelelangan ikan.

Semburat merah di ufuk barat mulai memudar, seiring dengan tenggelamnya mentari dan langit pun
mulai kelam. Tak ada lagi bayang-bayang mereka yang berselancar disana atau jejeran bule yang asyik
berjemur menikmati hangatnya sinar mentari. Aku pun mulai berkemas tuk meninggalkan pantai,
meninggalkan senja yang telah menghilang. Yang tertinggal hanya deburan ombak dan hembusan angin
yang ditemani oleh taburan bintang di langit dan bulan yang mengintip malu dibalik awan.

Senja... waktuku telah habis hari ini, aku berjanji akan datang esok hari tuk kembali menikmatimu lagi.
Senja... jangan pernah bosan dengan kehadiranku, karena hanya itu yang mampu ku lakukan tuk
mengusir kepedihan hati.

Anda mungkin juga menyukai