PENDAHULUAN
METODOLOGI
Pada penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode
ini cocok untuk mencari dan merekonstruksi peristiwa yang sudah terjadi pada
masa lalu. Menurut Kuntowijoyo (1994), metode sejarah memiliki lima tahap
yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Tahap
pertama yaitu mengenai pemilihan topik, topik yang akan dibahas oleh penulis
dalam artikel ini adalah mengenai Desa Kresek sebagai saksi kekejaman PKI
tahun 1948 di Madiun, topik ini dibahas karena Desa Kresek yang menjadi tempat
tawanan korban dari kekejaman PKI di Madiun dan salah satu tempat
pengeksekusian dari korban-korban PKI. Karena, Desa Kresek merupakan tempat
atau basis dari kekuatan seluruh pasukan PKI yang berada di Madiun. Hal ini
bukan karena sebagian besar masyarakat Desa Kresek merupakan anggota PKI,
tetapi PKI ingin pertahanan mereka tidak diketahui oleh pihak yang
menentangnya karena kondisi alam Desa Kresek pada waktu itu masih merupakan
hutan lebat dan berbukit.
Setelah pemilihan topik sudah ditentukan, selanjutnya langkah yang
diambil adalah heusristik (pengumpulan sumber). Heuristik merupakan proses
mencari bahan atau menyelidiki sejarah untuk mendapatkan sumber. Berkaitan
dengan hal tersebut, penulis melakukan beberapa tahapan seperti mengumpulkan
beberapa sumber. Di dalam artikel ini sumber yang digunakan adalah sumber
tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis ini dapat berupa buku-buku referensi
serta artikel-artikel yang memuat tentang PKI dan Gerakan 30 September
Pemberontakan PKI dan relief-relief yang ada di Monumen Kresek. Sedangkan
dalam memperoleh sumber lisan dapat melalui proses wawancara yang tidak
terstruktur. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2015 : 320) wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peniliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Sumber lisan ini didapatkan melalui wawancara dengan
warga Desa Kresek, selain itu dengan melakukan wawancara dengan seorang
anggota TRIP Madiun Jawa Timur yang merupakan saksi dari peristiwa
pemberontakan PKI tahun 1948 di Desa Kresek.
Setelah proses pengumpulan sumber, langkah selanjutnya adalah
melakukan kritik sumber. Dalam menjelaskan data yang telah diperoleh perlu
dilakukan kritik untuk menguji keaslian sumber. Di dalam metode penelitian
sejarah sebenarnya kritik tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu kritik eksternal
dan internal (Syamsuddin, 1966 : 103). Dalam mengkritik sumber data tertulis
perlu dilakukan kritik dengan cara menguji sumber tersebut ditulis pada tahun
kapan dan dari data yang ada pada sumber tertulis tidak ada unsur bahasa yang
sengaja dilebih-lebihkan dalam peristiwa yang terkait dengan pemberontakan PKI
di Madiun khusunya di Desa Kresek. Karena banyaknya buku mengenai PKI ini
dari berbagai versi, dalam hal ini peulis harus bersifat netral dalam menulis artikel
ini. Sedangkan untuk kritik sumber yang dilakukan tersebut kepada sumber lisan
yang menjadi narasumber tersebut. Adapun yang dilakukan dalam kritik sumber
tersebut adalah dengan mengetahui umur dari narasumber tersebut, serta posisi
beliau pada masa tersebut.
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah tahap kritik sumber adalah
melakukan interpretasi yang merupakan permaknaan dari sumber-sumber sejarah
yang telah lolos dalam tahapan kritik sumber. Dari sumber-sumber yang telah di
kritik tersebut selanjutnya dianalisis dan dilakukan sintesis. Penulis berpendapat
bahwa proses pemberontakan PKI di Madiun yang terjadi pada tahun 1948
dilakukan dengan begitu menyeramkan. Hal ini dapat di ketahui dari uraian
sumber tertulis dan informasi yang diperoleh dari wawancara saksi dari peristiwa
sejarah tersebut.
Pada tahapan akhir ini adalah historiografi yang merupakan inti dari
keseluruhan proses penelitian peristiwa sejarah. Dalam melakukan tahap ini
diperlukan keahlian merekonstruksi sejarah berdasarkan pernyataan-pernyataan
yang telah dikemukakan oleh narasumber atau berdasarkan dengan sumber-
sumber yang telah ditemukan dilapangan. Dengan cara menghubungkan fakta satu
dengan fakta yang lainnya berdasarkan konsep pemikiran yang sistematis, logis
serta kronologis dengan memperhatikan juga segi kausalitas (sebab-akibat). Hasil
dari proses ini adalah rangkaian informasi mengenai peristiwa pemberontakan
PKI di Desa Kresek tahun 1948. Namun tidak cukup hanya merekonstruksi suatu
peristiwa sejarah saja dalam tahapan historiografi ini. Perlu disertai pemahaman
dan pemberian makna serta keobjektifan dari penulisan peristiwa yang
bersangkutan agar rekontruksi tersebut dapat memperoleh pemahaman yang jelas
dan dapat dipertanggung-jawabkan, sehingga tulisan ini dapat berguna bagi
sejarah lokal di Kota maupun Kabupaten Madiun khususnya mengenai peristiwa
pemberontakan PKI.
PENUTUP
Peristiwa Madiun 1948 dilatarbelakangi oleh perjanjian Renville yang
menyebabkan wilayah yang dikuasi oleh Republik semakin menyempit, berakibat
hijrahnya pasukan dari Jawa Barat yaitu Divisi Siliwangi ke daerah-daerah
Republik. Selain itu program Rekonstruksi dan Rasionalisasi dari pemerintahan
Hatta membuat ketegangan dikalangan militer semakin memanas. Situasi tersebut
dimanfaatkan oleh FDR/PKI untuk mengambil alih Madiun dan mendirikan
pemerintahan sementara yaitu Front Nasional Daerah Madiun. Pecahnya Peristiwa
Madiun mengakibatkan terbunuhnya tokoh masyarakat, pegawai pemerintahan,
pasukan-pasukan pemerintah, ulama-ulama, para santri dan masyarakat biasa.
Dampak yang ditimbulkan akibat Peristiwa Pemberontakan di Kresek
sangat besar. Kerugian bidang sosial-ekonomi adalah banyaknya perampokan,
perampasan, dan pembakaran yang dilakukan oleh PKI selam pelarian dari Desa
Kresek. Setelah PKI berhasil ditumpas oleh pasukan pemerintah dengan bantuan
penduduk setempat, dibangun Monumen Kresek di Desa Kresek pada tanggal 1
Oktober 1975. Monumen ini merupakan peringatan tentang Peristiwa
Pemberontakan PKI di Desa Kresek yang menyebabkan ribuan jiwa jatuh sia-sia.
Para generasi muda diharapkan memahami peristiwa tesebut sebagai bagian dari
perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Djamhari, S.A. dkk. 2009. Komunisme Di Indonesia: Perkembangan Gerakan
Dan Pengkhianatan Komunisme di Indonesia (1913-1948). Jakarta:
Pusjarah TNI.
Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia.
1994. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Gie, Soe Hok. 1997. Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan Kisah
Pemberontakan Madiun September 1948. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Kisah Perjuangan TRIP. 1998. Paguyuban Mastrip Jawa Timur.
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Maksum, dkk. 1990. Lubang-lubang Pembantaian: Petualangan PKI di Madiun.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Nasution, A.H. 1979. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 8. Bandung:
Penerbit Angkasa dan Disjarah-AD.
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun. 1980. Sejarah
Kabupaten Madiun. Madiun: Pemda Madiun.
Pinardi, 1967. Peristiwa Coup Berdarah PKI September 1948 di Madiun. Jakarta:
Inkopak-Hazera.
Soekowinoto, A. 1977. Kresek Pusat Korban Pemberontakan PKI di
Madiun Tahun 1948: Sejarah Pemberontakan PKI 18-9-1948
di Madiun. Madiun: Panitiya Pembangunan Monumen Korban
Pemberontakan PKI Tahun 1948 di Madiun
Sugiyono. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Syamsuddin, H. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta : Depdikbud.
Sumber Lisan
1. Nama : Yusuf Muhdi, 84
Keterangan : Anggota TRIP Madiun Jawa Timur, anggota Legiun
Veteran Madiun
2. Nama : Djiono, 70
Keterangan : Warga Desa Kresek
3. Nama : Murni, 65
Keterangan : Penjaga Monumen Peristiwa Madiun 1948 di Kresek