Adatif Maladatif
- Asertif
Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dunyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti
orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan
masalah.
- Frustasi
Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau
hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
- Pasif
Individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, sulit
diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
- Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam
bentuk asertif dan masih terkontrol.
- Amuk
Perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri.
C. Epidemiologi
Data kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung meningkat setiap tahun
secara drastis. Pada tahun 2012 lebih dari 600 kasus, tahun 2013 tercatat lebih 992
kasus. (komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan, 2013)
Selama tahun 2011 tercatat kejadian KDRT sebanyak 139.000 kasus, dan antara
Januari-Maret 2013, kasus KDRT dilaporkan sebanyak 919 kasus. (KPAI)
Data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada awal tahun 2004
menunjukkan peningkatan serius dalam jumlah kasus kekerasan berbasis gender yang
menimpa perempuan. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus yang dilaporkan ke
lembaga layanan tersebut. Pada tahun 2002 angka itu meningkat menjadi 5.163 kasus
dan tahun 2003 terdapat 5.934 kasus. Sedangkan tahun 2006, catatan dari Ketua
Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kamala Chandrakirana, menunjukkan
kekerasan terhadap perempuan (KTP) sepanjang tahun 2006, mencapai 22.512 kasus,
dan kasus terbanyak adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga sebanyak 16.709 kasus
atau 76%.
D. Etiologi
a. Faktor individual (korban/perempuan) : kepercayaan/agama, umur, status
kependudukan, urutan anak dalam keluarga, pekerjaan diluar rumah, pendidikan
rendah, riwayat kekerasan saat masih anak-anak.
b. Faktor individual (pelaku/ laki-laki) : perbedaan umur, pendidikan rendah,
pekerjaan, riwayat mengalami kekerasan saat masih anak-anak, penggunaan obat-
obatan atau alkohol, kebiasaan berjudi, gangguan mental, penyakit kronis,
mempunyai hubungan diluar nikah dengan wanita lain.
c. Faktor sosial budaya : Budaya patrilineal yang menempatkan peran laki-laki
sebagai pengontrol kekayaan, warisan keluarga (termasuk nama keluarga) dan
pembuat keputusan dalam keluarga merupakan predictor yang kuat untuk
terjadinya kekerasan. Ada juga budaya yang menganggap orang tua adalah orang-
orang yang mutlak harus dihormati, karena telah melahirkan dan merawat anak.
Hal ini dapat membuat orang tua menjadi lupa dan bertindak agresif kepada anak
jika ada yang tidak sesuai. Perilaku kekerasan yang di lakukan oleh orang tua ini
dimaksudkan untuk mengontrol anak dalam keluarga.
d. Faktor sosio ekonomi : salah satu faktor utama terjadinya tindakan kekerasan
adalah kemiskinan. Faktor lain yang berhubungan adalah pengangguran,
urbanisasi, pengisolasian, diskriminasi, gender dalam lapangan pekerjaan.
e. Faktor religi : pemahaman ajaran agama yang keliru : orang tua kadang salah
salah persepsi dalam agama “memukul” adalah hal yang wajar untuk mendidik
anggota keluarga karena persepsi seperti itu terjadilah kekerasan dalam rumah
tangga
f. Frustasi : Teori Frustasi - Agresi menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara
untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal
dari suatu pendapat yang masuk akal bahwa sesorang yang frustasi sering menjadi
terlibat dalam tindakan agresif. Orang frustasi sering menyerang sumber
frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang lain. Misalnya : terdapat
permasalahan dalam ekonomi keluarga, ayah yang belum memiliki pekerjaan dan
penghasilan tetap yang mencukupi kebutuhan rumah tangga, ibu yang setiap hari
mengeluh dan tidak tahan dengan keadaan dapat menyebabkan terjadinya
kekerasan yang diluapkan pada anak.
g. Kurang Pengetahuan Terkait Pola Asuh
Bagi pasangan suami-istri yang kura ng mengetahui bagaimana cara mendidik
anak yang baik, akan cenderung dapat melakukan kekerasan pada anak untuk
mendidik anak tersebut. Pola asuh yang demikian dapat membuat anak menjadi
ketakutan bahkan menimbulkan efek secara psikologis.
E. Pohon Masalah
RPK
HDR
Pelampiasan
Perilaku agresif
Etiologi
G. Dampak
Dampak KDRT terhadap Anak menurut Marianne James, Senior Research pada
Australian Institute of Criminology adalah :
- Dampak terhadap Anak berusia bayi
Usia bayi seringkali menunjukkan keterbatasannya dalam kaitannya dengan
kemampuan kognitif dan beradaptasi, menyatakan bahwa anak bayi yang
menyaksikan terjadinya kekerasan antara pasangan bapak dan ibu sering dicirikan
dengan anak yang memiliki kesehatan yang buruk, kebiasaan tidur yang jelek, dan
teriakan yang berlebihan. Bahkan kemungkinan juga anak-anak itu menunjukkan
penderitaan yang serius. Hal ini berkonsekuensi logis terhadap kebutuhan dasarnya
yang diperoleh dari ibunya ketika mengalami gangguan yang sangat berarti. Kondisi
ini pula berdampak lanjutan bagi ketidaknormalan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya yang sering kali diwujudkan dalam problem emosinya, bahkan
sangat terkait dengan persoalan kelancaran dalam berkomunikasi.
- Dampak terhadap anak toddler
Dalam tahun kedua fase perkembangan, Dampak yang terjadi seperti seringnya sakit,
memiliki rasa malu yang serius, dan memiliki masalah selama dalam pengasuhan,
terutama masalah sosial, misalnya : memukul dan menggigit.
- Dampak terhadap Anak usia pra sekolah
Cumming (1981) melakukan penelitian tentang KDRT terhadap anak-anak yang
berusia TK, pra sekolah, sekitar 5 atau 6 tahun. Dilaporkannya bahwa Anak-anak
yang memperoleh rasa distress pada usia sebelumnya. Ini dapat dijelaskan bahwa
anak-anak prasekolah yang dipisahkan secara sosial dari teman sebayanya, bahkan
tidak berkesempatan untuk berhubungan dengan kegiatan atau minat teman
sebayanya juga, maka mereka cenderung memiliki beberapa masalah yang terkait
dengan orang dewasa.
- Dampak terhadap Anak Sekolah
Anak-anak mengalami masalah dalam kesehatan mentalnya, termasuk didalamnya
prilaku anti sosial dan depresi, anak mengalami mimpi buruk, ketakutan, nafsu makan
menurun, lamban dalam belajar, anak akan mengalami luka, cacat fisik, cacat mental,
bahkan kematian, menunjukkan perubahan perilaku dan kemampuan belajar,
memiliki gangguan belajar dan sulit berkonsentrasi, selalu curiga dengan orang lain.
H. Peran Perawat
1. Peran sebagai pendidik (educator)
Meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kekerasan dalam rumah
tangga khususnya mengenai pengertian, jenis, serta dampak.
2. Peran sebagai pemberi konseling (counselor)
Disini perawat maternitas dapat berperandengan fokus meningkatkan harga diri
korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban dan terutama untuk memberikan
informasi dan dukungan agar korban korban dapat mengambil langkah pengamanan.
konseling tidak hanya ditujukan untuk perempuan korban kekerasan dalam rumah
tangga. tetapi juga untuk pelaku. tujuannya adalah untuk mendorong pelaku untuk
mengambil tanggung jawab dalam menghentikan tindak kekerasan dan meningkatkan
kualitas hidupnya sendiri.
3. Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan (caregiver)
Peran perawatsebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah memberikan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian hingga pemberian inteervensi dan
evaluasi.perawat harus meningkatkan kepekaan dengan tidak mengabaikan tanda-
tanda bekas perlakuan kekerasan, secara cepat dan dapat mengidentifikasikan
masalah, menentukan apakah wanuta terebut membutuhkan penanganan medis
ataupun terapi khusus.
4. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti (case finder researcher)
Meningkatkan riset dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan deteksi dini.
5. Peran sebagai pembela (advokat)
Berperan sebagai advokat, perawat harus senantiasa terbuka untuk suatu kerja sama
yang baik dengan lembaga penyedia layanan pendampingan dan bantuan hukum,
mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga, melatih kader- kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan
korban kekerasan.
6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan segera lakukan
pemeriksaan visum).
7. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan
dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif (Ruang
Pelayanan Khusus).
9. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban
dengan pihak kepolisian, dinas sosial, serta lembaga sosoal yang dibutuhkan korban
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA ANAK DENGAN KASUS
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
A. Pengkajian :
I. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku Bangsa :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Alamat :
No. Register :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
Penanggung Jawab
Nama :
Alamat :
Status :
Umur :
V. PSIKOSOSIAL
1. GENOGRAM
Sebaga gambaran keturunan dari pasien
2. KONSEP DIRI
a. Gambaran Diri/ Citra Tubuh
Pada saat dikaji klien mengatakan menerima semua anggota tubuhnya tetapi yang
paling tidak disukai yaitu kakinya karena hitam, sehingga klien merasa malu.
b. Identitas Diri
Klien dapat menyebutkan nama, umur, alamat dengan jelas dan klien puas menerima
kodratnya sebagia perempuan.
c. Peran Diri
Klien dirumah berperan sebagai adik dan di RS berperan sebagai pasien, dan dirumah
selalu membantu pekerjaan rumah.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bias berkumpul dengan keluarganya.
e. Harga Diri
Klien mengatakan minder karena kakinya hitam dan klien mengatakan malu karena
ekonminya kurang.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti adalah kakanya,
b. Peran serta dalam kehidupan masyarakat atau kelompok
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok, dan masyarakat. Klien
mengatakan hanya berdiam diri dirumah dan suka membantu kakaknya
membersihkan rumah.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan merasa malu karena ekonomi kurang sehingga klien malu untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan: 1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
1. SPIRITUAL
a. Niat dan Keyakianan
Klien mengatakan beragama Islam, klien yakin bahwa dirinya akan sembuh atas
bantuan Allah SWT.
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan selalu melaksanakan sholat 5 waktu.dan setelah sholat klien
membaca al-qur’an
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
2. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan klien kurang rapih, rambut klien tampak acak-acakan dan bau. Di kepala
klien terlihat ketombe dan sering garuk-garuk kepalanya, klien mengatakan malas
berdandan.
Masalah keperawatan : DPD kebersihan diri dan Berdandan
b. Pembicaraan
Klien tidak mampu memulai pembicaraan, kontak mata klien kurang, klien bicara
seperlunya.
Masalah Keperawatan : 1. Isolasi Sosial
2. HDR
c. Aktivitas Motorik
Klien tampak lesu, gelisah, mondar mandir, komat kamit. Klien mampu mengikuti
aktivitas seperti Senam pagi dan TAK dengan motivasi dari perawat.
Masalah keperawatan : GSP Halusinasi
d. Alam perasaan
Klien tampak sedih apabila menceritakan tentang mantan suaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e. Afek
Saat di ajak bicara wajah klien sesuai dengan ekspresi klien ketika bercerita
kesenangan wajah klien tersenyum, dan sebaliknya apabila menceritakan kesedihan
wajah klien tanpak sedih.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
f. Interaksi saat wawancara
Klien sering berhenti ditengah-tengah pembicaraan, dan tidak focus, namun bila klien
diberikan pertanyaan klien mampu menjawab pertanyaan perawat. Klien tampak
berbicara keras dan bernada tinggi ketika ditanya tentang mantan suaminya dan
ekspresi muka klien tampak tegang.
Masalah Keperawatan :1. Isolasi Sosial
2. RPK
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara radio yang bergemuruh dan melihat bayangan
hitam. Klien mengatakan suara dan bayangan muncul saat klien sedang menyendiri.
Klien mengatakan suara dan bayangan muncul 1 kali sehari dengan frekuensi 10
detik. Klien mengatakan merasa kesal dan takut. Klien menghindari suara dan
bayangan itu dengan menutup telinga dan mata.
Masalah Keperawatan : GSP Halusinasi Pengelihatan dan Pendengaran
h. Isi Pikir
Saat dilakukan pengkajian klien tidak ditemukan adanya waham`
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
i. Proses Pikir
Saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan gangguan proses piker.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
j. Tingkat Kesadaran
Kesadran Composmentis. Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat. Klien
dapat menyebutkan jam saat jadwal makan pagi pukul 07.30, makan siang 13.00 dan
makan sore 17.00. Klien dapat menyebutkan tempat klien dirawat yaitu ruang Utari.
Klien mengenal nama perawat dan pasien lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
k. Memori
Daya Ingat Jangka Panjang : klien mampu menceritakan sewaktuklien
bercerai dengan suaminya.
Daya Ingat Jangka Pendek : Klien masih ingat saat dibawa ke RS. Dr.
Marzoeki Mahdi oleh kakaknya karena marah-marah``
Daya Ingat Saat ini : Klien dapat mengingat menu makan pagi dengan ayam,
tahu, sayur.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
l. Tingkat Konsentrasu dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung, klien mampu berhitung sederhana saat
diberikan pertanyaaan penjumlahan dan menjawab 100:5 = 20
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
m. Kemampuan Penilaian klien ketika diberi pilihan baik.
Contoh : Klien memilih mandi terlebih dahulu sebelum makan..
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya tilik Diri
Klien menyadari bahwa klien dirawat di RSMM dan sedang menjalani perawatan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
IX. Pengetahuan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala, kekambuhan obat yang diminum
dan cara menghindari kekambuhan.
Masalah keperawatan :
B. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS GSP : halusinasi
- Klien mengatakan mendengar suara radio yang penglihatan dan
bergemuruh . pendengaran
- Klien mengatakan melihat bayangan hitam.
- Klien mengatakan suara dan bayangan muncul saat
klien sedang menyendiri.
- Klien mengatakan bayangan dan suara muncul
1xsehari dengan frekuensi 10 detik.
- Klien mengatakan merasa kesal dan takut
- Klien mengatakan menghindari suara tersebut
dengan menutup mata dan telinga.
DO
- Klien tampak bicara kacau
- Klien tampak bicara sendiri
- Klien tamapak tertawa sendiri
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak mondar mandir
- Klien tampak komat kamit
2. DS Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan suka marah-marah
- Klienmenngatakan merusak alat rumah tangga
DO
- Klien tampak berbicara keras dan bernada tinggi
ketika ditanya tentang mantan suaminya.
- Ekspresi muka klien tampak tegang.
3. DS Harga diri rendah
- Klien mengatakan tidak menyukai kakinya karena
hitam sehingga klien merasa malu.
- Klien merasa malu karena ekonominya kurang`
DO
- kontak mata klien kurang
4. DS Isolasi social
- Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
kelompokdan masyarakat
- Klien mengatakan hanya berdiam diri di rumah
DO
- Klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan.
- Kontak mata klien kurang
- Klien sering berhenti di tengah tengah
pembicaraan.
- Klien tampak tidak focus.
Darmono & Diantri, 2008. Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Jiwa. Jakarta: FK.UI
Malikah. 2004. Eksplorasi Kinerja UU RI No 23 Tahun 2004. Tentang Penghapusan KDRT dan
Pengembangan Strategi Sosialisasi dan Edukasi. Jakarta