ISI
Konsep Kematian atau Menjelang ajal
A. Definisi
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju
akhir. Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari
kehidupan manusia.
Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak
bernapas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan segala refleks serta tidak ada
kegiatan otak.
(Wahjidi, H. 2012 dalam http://www.slideshare.net/MerryFransiska2/askep-menjelangajal)
Definisi tentang kematian pun berkembang dengan kemajuan teknologi yang
semakin canggih. Para ahli medis mengatakan bahwa organ utama dalam tubuh adalah
jantung, paru-paru, dan otak merupakan organ yang saling terkait dalam proses
kehidupan makhluk hidup salah satunya manusia. Apabila ketiga organ tersebut sudah
berhenti berfungsi maka barulah dikatakan bahwa orang tersebut telah mati.
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
melalui
pengamatan
terhadap
perubahan
yang
terjadi
pada
tubuh
mayat.
Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya
akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam, dan seterusnya. Setelah beberapa waktu,
timbul perubahan pascamati yang jelas memungkinkan diagnosis kematian lebih
pasti (Simpson, 1985).
Pengertian mati itu ada berbagi macam seperti; mati biologis (kematian semua
organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP)
atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua
jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam
tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama
beberapa jam atau hari.
Kematian dapat terjadi, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik
yang berat, denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak
hanya jantung, tetapi organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit
tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Henti jantung
(cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada organisme yang
utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung sesudah jantung pertama
kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan perkataan lain,
hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak (sudden
death). Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada
asistol listrik membandel (intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30
menit, walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal. Mati serebral
(kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama
neokorteks. Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral ditambah dengan
nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
B. Macam-macam istilah dalam kematian
a. Mati somatis
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan secara menetap
(ireversibel).Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi
tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan pernapasan dan
suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.
b. Mati suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death)
adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh alat
kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
c. Mati serebral
Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
d. Mati otak (batang otak)
Adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati otak (mati batang
otak), maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan
hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
e. Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbedabeda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak
bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ.Sebagai gambaran
dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam
empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira dua jam
pascamati dan mengalami mati seluler setelah empat jam, dilatasi pupil masih
terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau penyuntikan sulfas atropin 1
persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1 persen atau
fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis hingga 20 jam pascamati.Kulit
masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam pascamati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen,
spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis, kornea
masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi
sampai enam jam pasca-mati.
C. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian.
Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu :
a. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
b. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
upacara tradisional Mendhak adalah sebagai berikut: tumpeng, sega uduk, side dishes,
kolak, ketan, dan apem. Kadang-kadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak
dilaksanakan, sanak keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.Upacara
tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian: pertama
disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari);
kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga
disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan
pada hari ke seribu setelah kematian.
b. Upacara Kematian Suku Sunda
Pada garis besarnya rangkaian upacara adat kematian dapat digambarkan sebagai
berikut: memandikan mayat, mengkafani mayat, menyolatkan mayat, menguburkan
mayat, menyusur tanah dan tahlilan, yaitu pembacaan doa dan zikir kepada Allah swt.
agar arwah orang yang baru meninggal dunia itu diampuni segala dosanya dan
diterima amal ibadahnya, juga mendokan agar keluarga yang ditinggalkannya tetap
tabah dan beriman dalam menghadapi cobaan. Tahlilan dilaksanakan di rumahnya,
biasanya sore/malam hari pada hari pertama wafatnya (poena), tiluna (tiga harinya),
tujuhna (tujuh harinya), matangpuluh (empat puluh harinya), natus (seratus hari),
mendak taun (satu tahunnya), dan newu (seribu harinya).
c. Upacara Kematian Tana Toraja
masyarakat Toraja umumnya tempat menyimpan jenazah adalah gua/tebing gunung
atau dibuatkan sebuahrumah (Pa'tane). Budaya ini telah diwarisi secara turun temurun
oleh leluhur mereka.
d. Upacara Ngaben di Bali
Ngaben secara umum
didefinisikan
sebagai
upacara
pembakaran
mayat,
kendatipundari asal-usul etimologi, itu kurang tepat.Sebab ada tradisi ngaben yang
tidak melalui pembakaran mayat.Ngaben sesungguhnya berasal dari kata beya artinya
biaya atau bekal,kata beya ini dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi
meyanin. Kata meyaninsudah menjadi bahasa baku untuk menyebutkan upacara sawa
wadhana. Boleh juga disebut Ngabeyain. Kata ini kemudian diucapkan dengan
pendek, menjadi ngaben.
e. Saur Matua, Sumatera Utara
Upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Batak. Upacara ini dilakukan jika
mendiang telah menikahkan semua anaknya sebelum meninggal. Upacara ini
merupakan bentuk penghormatan karena mendiang telah berhasil mendidik putra
putrinya sampai menikah. Jika biasanya tangan jenazah pada umumnya diletakan di
tengah dada sebelum dimakamkan maka tidak untuk Saur Mertua. Pada upacara ini
tangan mendiang akan diletakan di samping badan.
f. Tidak menguburkan jenazah, Bangli, Bali
Tidak hanya Ngaben tapi Bali juga mempunyai tradisi kematian unik lainnya. Tradisi
unik ini dilakukan oleh warga di Kabupaten Bangli, Bali. Jika ada warga yang
meninggal, masyarakat di Bangli tidak menguburkan jenazah seperti pada umumnya,
namun hanya meletakan jenazah di Kuburan Trunyan yang terletak di sisi Danau
Batur. Jenazah disandarkan pada pohon, namun uniknya meskipun jenazah di letakan
begitu saja tapi tidak ada bau bangkai yang tercium. Ini dikarenakan pohon Taru
Menyan mempunyai akar yang menjalar yang menjalar ke berbagai sudut kuburan
sehingga menghilangkan bau pada mayat.
G. End of Life Care ( EOL Care )
1. Peaceful End of life theory
Patricia A Higgins and Dana M.Hansen
Standards of care offer a promising approach for the development of
middle_range prescriptive theoris because of their empirical base in clinical practice
and their focus in linkage between interventions and outcomes.( Ruland & Moors
i998.P.169 )
Seorang perawat perlu untuk mengetahui secara kompleks perawatan pasien
yang mengalami penyakit terminal dan bagaimana perawat dapat berkontribusi
dalam memberikan ketenangan akhir dari hidup pasien. Kondisi ini dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien dan memberikan bimbingan klinis dalam
perawatan
dan
memberikan
mereka
pelayanan
yang
berkualitas. Dengan
umum grand teori. Pengaruh teori sistem umum dapat menembus semua teori
keperawatan, dari model konsep hingga teori middle dan microrange, sebagai
indikator kegunaanya dalam menjelaskan kompleksitas interaksi antara kesehatan
dan organisasi (Higgins dalam buku Tomey dan Alligood, 2002). Dalam teori
EOL, setting struktur adalah sistem keluarga (pasien penyakit terminal dan
orang-orang terdekat) yang menerima asuhan dari tenaga professional di unit
akut rumah sakit, dan prosesnya dijelaskan sebagai tindakan-tindakan (intervensi
keperawatan) yang didesain untuk meningkatkan hasil positif terkait dengan:
1) Bebas dari rasa nyeri
2) Mengalami rasa nyaman
3) Mengalami perhargaan dan bermartabat
4) Menjadi lebih tenang
5) Mengalami kedekatan dengan orang-orang terdekat dan pemberi
asuhan.
Landasan teoritis kedua dari teori ini adalah teori preferensi atau pilihan
( Brandt, 1979), digunakan oleh para ahli filosofi untuk menjelaskan dan
mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe, 1999). Ini merupakan suatu konsep
yang sangat penting dalam riset dan praktik EOL. Di dalam teori preferensi,
definisi
kehidupan
pendekatan
ini
yang
terlihat
baik
adalah
sangat
tepat
mendapatkan
pada
asuhan
apa
EOL.
yang diinginkan,
Hal
ini dapat
diaplikasikan untuk orang sadar maupun orang yang tak berdaya yang sudah ada
dokumentasinya untuk pengabilan keputusan EOL.
pengalaman
pegalaman
sensoris atau emosi yang tidak menyenangkan dikaitkan dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial (Lenz, Suppe, Gift, Pugh & Milligan, 1995; Pain term,
1979)
b) Mengalami rasa nyaman
Rasa nyaman didefinisikan secara inklusif, menggunakan Kolcaba dan
Kolcabas work (1991) sebagai bebas dari rasa tidak nyaman, kondisi sentosa
dan damai/puas dan apapun yang membuat hidup lebih mudah dan menyenangkan
(Ruland & Moore, 1998, p.172)
c) Merasa bermartabat dan dihargai
Setiap pasien penyakit terminal dihargai dan dinilai sebagai seorang
manusia (Ruland & Moore, 1998. P.172). Konsep
tentang nilai pribadi, yang diekspresikan oleh prinsip etik (otonomi) atau
menghargai
orang
diperlakukan
sebagai
lain
agen
yang menyatakan
otonomi
dan
bahwa
indivisu seharusnya
orang-orang
yang otonominya
kekhawatiran
dan
ketakutan
(Ruland
&
Moore,
1998,
Teori
perawatan
ini
berfokus
secara
holistic
kepada
untuk
fenomena keperawatan
yang
komplek,
Ada dua asumsi Roland and Moore (1998) identifikasi teori sebagai berikut:
a. Pengalaman kejadian dan perasaan pada masa akhir hidup merupakan
bersifat pribadi dan individual.
b. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan pengalaman untuk menghadapi kematian dengan damai
(peaceful
end
of
life).
Perawat
melakukan
pengkajian
dan
cara
teknologi
terbaik
melainkan
untuk
memaksimalkan
penghilang
nyeri
dan
kenyamanan
fisik,
anti
cemas,memenuhi
keinginan
percaya
untuk
pasien, menerima
rasa
berduka
keluarga,
hospice
care
adalah
bentuk
lain
pelayanan
yang
kadang-kadang
diklarisifikasikan sebagai long term. Hospice care menyediakan panti asuhan paliatif
(peringanan penderitaan) dan penunjang bagi penderita penyakit terminal dan
keluarganya. Disini penekanan ditujukan pada pengontrolan gejala dan persiapam untuk
penunjang sebelum dan setelah kematian. Hospice care sebenarnya bukanlah suatu
fasilitas akan tetapi suatu konsep penyediaan pelayanan kesehatan pada saat diperlukan.
Hospice care memfokuskan pada pemeliharaaan kualitas kehidupan pasien dan bukan
berfokus pada penanganan secara agresif terhadap penyakit yang dimiliki pasien. Dalam
penanganan ini, dukungan psikologis, emosional, dan spiritual diberikan untuk
memabantu pasien dan keluarga mereka dalam menghadpai proses menjelang kematian
pasien.
b. Perawatan rumah yang terkoordinasi dengan tetap tersedianya temapt tidur Rumah
Sakit
c.
d.
e.
d. Peran Perawat
Dalam hospice, perawatan yang diberikan juga lebih berfokus pada perawatan orang yang
sedang menghadapi kematian daripada berfokus pada upaya mmemenuhi kebutuhan
fisiologis mereka. Beberapa peranan perawat, antara lain :
a. Perawat menyelenggarakan pelayanan psikososial Klien pada akhir kehidupan
mengalami suatu variasi gejala psikologis, misalnya : kecemasan, depresi,
perubahan bentuk tubuh, penyangkalan, ketidakberdayaan, ketidakkeyakinan, dan
isolasi ( Caroll-johnson, orman, dan Bush, 2006) Klien mengalami kesedihan
mendalam karena tidak mengetahui atau tidak menyadari aspek dari status
kesehatan atau pengobatan mereka. Sediakan informasi yang dapat membantu klien
memahami kondisi mereka, keuntungan dan kerugian dari pilihan pengobatan, serta
nilai-nilai dan tujuan mereka untuk menjaga otonomi klien yang diganggu oleh
ketidaktahuan akan penanganan masa depan atau ketidakkeyakinan tentang tujuan
pengobatan (Weiner dan Roth, 2006)
b. Meningkatkan martabat dan harga diri klien
Perihal martabat melibatkan penghormatan diri positif seseorang, kemampuan
untuku menanamkan dan mendapatkan kekuatan dari arti hidup individu itu sendiri,
dan bagaimana individu diobati oleh pemberi layanan. Perawat meningkatkan harga
diri dan martabat klien dengan m menghormatinya sebagai individu seutuhnya
dengan perasaan, prestasi, dan keinginan untuk bebas dari penyakit ( Chocinov,
2002). Sangat penting abgi perawat untuk memberikan sesuatu yang klien hormati
kewenangannya, pada saat yagn sama memperkuat komunikasi antar-klien, anggota
keluarga, dan perawat. Berikan keleluasaan selama prosedur keperawatan, dan
sensitif ketika klien dan keluarga membutuhkan waktu sendiri.
c. Menjaga lingkungan yang tenang dan nyaman
Lingkungan yang nyaman,bersih, menyenangkan membantu klien untuk
beristirahat, mempromosikan pola tidur yang baik dan mengurangi keparahan
gejala.
d. Mempromosikan kenyamanan spiritual dan harapan
Bantu klien membuat hubungan dengan praktik spiritual atau komunikasi budaya
mereka. Kien merasa nyaman ketika mereka memiliki asuransi bahwa beberapa
aspek kehidupan mereka akan melampaui kematian. Dengan secara teratur harpanharapan klien dan temukan cara untuk membantu mereka mencapai tujuan yang
mereka inginkan.
e. Melindungi terhadap keterbelakangan dan isolasi
Banyak klien dengan penyakit terminal takut untuk mati seorang diri. Kesendirian
membuat mereka jadi ketakutan dan mer dan merasa putus asa. Perawat dalam
suatu institusi harus menjawab panggilan klien dengan cepat dan memeriksa klien
sesering mungkin untuk meyakinkan mereka bahwa sesorang berada didekatnya
(Stanley, 2002)
f. Mendukung keluarga
Anggota keluarga dari klien yang menerima pelayanan paliatif dipopengaruhi oleh
tantangan pemberian pelayanan dan berduja. Kurangnya informasi merupakan
masalah yang banyak dilaporkan anggotta keluarga klien yang sekarat (Kristjanson
dan Aoun, 2004). Mereka membutuhkan dikungan perawat, petunjuk, dan edukasi
selama mereka merawat orang yang mereka cintai.
g. Membantu membuat keputusan akhir kehidupan
Klien dan anggota keluarga sering menghadapi keputusan pengobatan yang
kompleks dengan pengetahuan yang terbatas. Perasaan takut atau bersalah yang
tidak terselesaikan. Anjurkan klien untuk mengkomunikasikan dengan jelas
keinginannya terhadpa perawatan akhir kehidupan sehingga anggota keluarga dapat
bertindak sebagai pengganti yang tepat ketika klien tidak dapat lagi berbicara untuk
dirinya sendiri.
Palliative care
Menurut WHO pada 1990 perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif
dari untuk penderita yang penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif.
Berdasarkan definisi ini maka jelas Perawatan Paliatif hanya diberikan kepada penderita
yang penyakitnya sudah tidak respossif terhadap pengobatankuratif. Artinya sudah tidak
dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisiPerawatan Paliatif
menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.Perawatan
paliatif
adalah
pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah
keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya
dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Dimensi
dari
kualitas
hidup. Dimensi
dari
kualitas
fisik,
pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau
keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut,
masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada
penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Maka
timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan
terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan,
relawan, dan profesilain yang diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa
pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
e. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
f. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan palliative adalah
untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
a) Tujuan Dan Sasaran Kebijakan
Tujuan umum kebijakan palliative
misalnya:sDinas
kesehatan
propinsi
dan
dinas kesehatan
kegiatan
perawatan
paliatif
meliputi
penatalaksanaan
nyeri,
bukti pertama bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke
dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya
perasaan negative.
2. Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik,
harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya
dapat dicegah / dikurangi dengan melakukan penanganan antisipatorik
yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan secara optimal
karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
3. Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan,
dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi banyak
gangguan psikologis-organis seperti hysteria, stress, fobia (ketakutan
terhadap
benda-benda
tertentu
atau
keadaan
tertentu),
gangguan
dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan sel
kanker tersebut. Peran radioterapi pada palliative care terutama adalah
untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi tumor
local.
6. Terapi Paliatif Kemoterapi
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil
masa tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri, terutama pada tumor
yang kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang sensitive terhadap
kemoterapi dan mampu menghilangkan nyeri pada lymphoma. Myeloma,
leukemia, dan kanker tentis.Pertimbangan pemakaian kemoterapi paliatif
harus benar-benar dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji efek
positif yang diperoleh dari berbagai aspek untuk kepentingan pasien.
7. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk
mengurangi nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat
desakan massa tumor / metastasis. Pada umumnya pembedahan yang
dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk mengatasi obstruksi
visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada stadium paliatif
adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur limpeding / tulang
panjang.
d) Tim Interdisipliner Palliative Care
Palliative care ini membutuhkan tim kerja yang terdiri dari berbagai multidisiplin
ilmu karena ilmu kedokteran pada zaman sekarang ini telah berkembang menjadi
adanya interaksi dari fisik, fungsional, emosional, psikologis, sosial, dan aspek
spiritual yang akan menjadi multidisiplin ilmu.
Tim palliative care dapat terdiri dari perawat, dokter, psikiater, petugas sosial
medis, rohaniawan, terapis, dan anggota lain sesuai kebutuhan. Setiap anggota tim
sebaiknya memahami dan menguasai prinsip-prinsip dan praktek palliative care.
Tim harus berani menjamin bahwa pasien akan mendapat pelayanan seutuhnya,
baik fisik maupun mental, sosial, serta spiritual dengan cara yang benar dan dalam
porsi yang seimbang.
Tim paliatif ini akan dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki pengalaman
yang luas tentang menangani penyakit tingkat lanjut dan gejala yang kompleks.
Dokter dapat memberikan konsultasi untuk membantu dokter lain. Perawat yang
diberi pelatihan khusus dalam merawat pasien dengan penyakit stadium lanjut dan
terminal akan merawat pasien di dalam pallitaitive care. Perawat bertanggung
jawab untuk memberikan kasih saying dan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.
Konseling spiritual juga merupakan salah satu dari tim interdisiplin. Konseling
spiritual dapat diberikan kepada penderita yang tidak memiliki agama sekalipun.
Konseling spiritual dapat membantu meningkatakan iman yan berfungsi sebagai
mekanisme koping bahkan terapi pada penderita yang sedang sekarat. Pendeta,
ustadz, atau pemuka agama lainnya dapat membantu membentuk ikatan di dalam
tim palliative care.
Tim paliatif memiliki ciri khas yakni profesi setiap anggota tim telah dikenal
cakupan dan lingkup kerjanya. Para professional ini bergabung dalam satu
kelompok kerja secara bersama mereka menyusun dan merancang tujuan akhir
perawatan melalui beberapa langkah tujuan jangka pendek. Tim adalah motor
penggerak dari semua kegiatan pasien. Proses interaksi komunikasi merupakan
kunci keberhasilan pengobatan palliative care.
e) Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker
Pada Pasien Kanker belum tersedianya fasilitas diagnostic dan pengobatan kanker
secara merata seharusnya menyebabkan perawatan paliatif menjadi sangat penting.
Selain program pencegahan kanker sangat dianjurkan bagi negara yang sedang
berkembang untuk lebih mengarahkan sumber daya yang ada untuk program
perawatan paliatif karena akan mencakup lebih banyak sasaran.
1. Peran Perawatan Paliatif pada Penatakasanaan Penyakit Kanker
Tahapan Program Pencegahan Timbulnya Kanker
a
Pendidikan masyarakat
3. Penderitaan Keluarga
Penanggulangan nyeri
Membantu kesiapan menghadapi akhir hayat dengan tenang dan dalam iman
7. Peran Keluarga
a
Masalah keluhan fisik dalam perawatan paliatif banyak cara yang dapat dilakukan,
oleh keluarga untuk membantu mengurangi keluahan yang ada, misalnya dengan
relaksasi, pengaturan posisi, penyesuaian lingkungan dll. Hal tersebut dapat
dilakukan keluarga dengan bimbingan dan tenaga kesehatan Tim paliatif.
Masalah gangguan psikologis komunikasi yang baik antara pasien, keluarga dan tim
paliatif lain akan sangat membantu mengurangi stress psikologis pasien. Selain
komunikasi, menciptakan suasanan keterbukaan anggota keluarga, dan melibatkan
pasien dalam mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan juga
sangat bermanfaat.
Masalah kesulitan sosial bagaimana keluarga bereaksi terhadap kondisi pasien akan
mempengaruhi
bagaimana
pasien
menerima
keadaannya
dan
bagaimana
Masalah spiritual pasien kanker mungkin menyalahkan diri sendiri karena kondisi
saat ini dianggap akibat atau hukuman dosa yang pernah dilakukan di masa lampau
dan muncul ketakutan akan kematian. Anggapan bahwa dirinya tidak memiliki lagi
arti dalam keluarga dan menjadi beban keluarga serta penyesalan belum dapat
memenuhi keinginan keluarga sering dialami pasien kanker stadium lanjut.
Keluarga sangat berperan dalam mengatasi hal ini dibantu oleh rohaniawan.
8. Peran Masyarakat
Peran masyarakat membuat support group yang melakukan kegiatan seperti
penggalangan dana, kegiatan- kegiatan amal dan lain-lain untuk membantu penderita
kanker.
H. MERAWAT KLIEN MENJELANG AJAL
Klien mungkin mengalami banyak gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi
kematian. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan mengintervensi
dalam cara yang meningkatkn kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan
respek dan perhatian. Menurut Potter & Perry (2006) kita dapat melakukan perawatan
1
Kenyamanan bagi kien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress
psikobiologis
(Oncology
Nursing
Society
and
The
American
Nurses
terminal.
Pemeliharaa Kemandirian
Pada klien menjelang
ajal
menginginkan
sebanyak
mungkin
mapan-diri.
rutinitas normal mungkin ditetapkan untuk membantu menciptakan rasa control diri.
Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat tidak terikat atau menghindari pembahasan tentang situasi yang dialami
klien, maka klien menjelang ajal dapat mengalami kesepian yang mendalam. Perawat
membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap
klien menjelang ajal. Sering kali perawat yang belum pernah merawat klien
menjelang ajal menjadi kesulitan untuk memberikan dukungan yang diperlukan bagi
mereka yang meninggal. Kematian menimbulkan kegagalan bagi banyak pemberi
perawatan kesehtn. Terlebih lagi, proses menjelang ajal dapat menyebabkan pasien
menjadi tidak menyenangkan. Jika kondisi menyebabkan bau yang sangat
menyengat, inkontinensia, kebingungan, atau menyerng, maka perawat mungkin
akan menghindari klien. Di rumah sakit, pasien menjelang ajal sering ditempatkan
pada ruangan khusus yang tersendiri untuk menghindari pemajanan terhadap orang
lain tentang penderitaan. Ruangan klien mungkin diterangi dengan penerangan
redup, tirai mungkin dipasang, dan suara dikurangi. Tnpa stimulasi sensori yang
bermakna, orang menjelang ajal mungkin merasa diabaikan dan diisolasi.
Untuk mencegah kesepian perawat memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna
dengan menenangkan klien. Ruangan klien di rumah sakit atau di rumah harus diberi
penerangn yang cukup dan baik serta diatur agar menarik dan harus memberikan
pandangan yang menstimulasi seperti gambar, benda yang menyenangkan, kartu atau
surat dari anggot keluarga dan tumbuhan hidup yng dapat menghibur klien. Hal
terpenting dalam mencegah keepian adalah keterlibatan klien dengan anggota
keluargga dan teman. Keluarga dan teman klien dapat lebih mudah berinteraksi
dengan klien. Di rumah sakit, penjenguk harus diperbolehkan bersama klien
menjelang ajal sepankang waktu. Jika kien dirawat bersama klien lain pastikan
bahwa penjenguk tidak mengganggu pasien yang lain. Klien menjelang ajal akan
sangat merasa kesepian terutama pada malam hari dan merasa lebih aman apabila ada
yang menemani di samping tempat tidur, untuk itu perawat harus siap siaga untuk
menghubungi keluarga apabila kunjungan diperlukan atau apabila kondisinya
memburuk.
Klien harus ditemani seseorang ketika terjadi kematian. Perawat harus mencoba
untuk
berada
bersama
klien
menjelang
kematian
keika
diperlukan
dan
dukungan kepada keluarga klien atau orang terdekat klien untuk tetap bersama klien.
Peningkatan Ketenangan Spiritual
Ketenangan spiritual memiliki arti yang lebih besar dari sekedar meminta kunjungan
rohaniawan.
Perawat
dapat
memberikan
dukungan
kepada
klie
dalam
I. Macam tingkat Kesadaran atau Pengertian dari Pasien dan Keluarganya terhadap
Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type :
a
Kebersihan Diri.
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan
sebagainya.
d Bergerak.
Pada pasien kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk
menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e
Nutrisi.
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat
diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi
tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair
atau Intra Vena atau Invus.
Eliminasi.
Adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi.
Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet,
harus diberikan salep.
Perubahan Sensori.
Pada klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak
atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan
didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga
lain.
Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan temanteman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan
merapikan diri.
Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang
lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya.
Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk
memenuhi kebutuhan spiritual.
kerabat
yang
tinggal
jauh
diluar
kota/diluar
negri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan
pengangkutan atau perpindahan jenasah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada
1.
Cuci tangan.
2.
3.
4.
5.
Lepaskan pakaian dan tampung pada wadah khusus lekatkan kasa pembalut pada
perineum (bagian
7.
dengan
kapas/kasa.
8.
Bersihkan jenazah.
9.
10.
11.
Beritahu petugas
kamar
penyakit menular.
12.
13.
14.
Cuci tangan dan lepas gaun untuk direndam pada tempatnya, buang bahan yang
sekali pakai pada tempat khusus.
Alat pelindung petugas: sarung tangan karet sampaisiku, sepatu boot dari karet, gaun,
celemek plastik dan masker.
2.
3.
Washlap, handuk, waskom berisi air, desinfektan (larutan klorin 0,5%) dan sabun.
4.
5.
Kantong jenazah/plastik.
6.
Brankart jenazah.
7.
Kacamata pelindung.
11. Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan
ketebalan tertentu.
12. Pindahkan jenazah langsung ke peti jenazah disaksikan pihak keluarga, kemudian
peti ditutup kembali (peti jenazah disesuaikan dengan kemampuan dan adat istiadat
masyarakat atau agama yang dianut).
13. Jenazah diangkut ke dalam mobil jenazah untukdiantarkan ke rumah duka.
14. Siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5% dan bilas
dengan air mengalir.
15. Lepaskan perlengkapan
kewaspadaan
kewaspadaan universal).
Prosedur Kewaspadaan Universal Pemulasaraan Jenazah :
1.
Periksa ada atau tidaknya luka terbuka pada tangan atau kaki petugas yang akan
memandikan jenazah. Jika didapatkan luka terbuka atau borok pada tangan atau kaki,
petugas tidak boleh memandikan jenazah.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Setelah jenazah selesai dimandikan, siram meja tempat memandikan jenazah dengan
larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan air mengalir.
9.
Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet dalam larutan klorin
0,5%, lalu bilas dengan sabun dan air mengalir.
10. Lepaskan kacamata pelindung, lalu rendam dalam larutan klorin 0,5%.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik yaitu
suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan aspek
pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.Salah satu
metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminal
yaitu dengan menggunakan metode PERSON.
a. MetodePerson.
P: Personal Strenghat
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatannya atau
pekerjaan.
Contoh yang positif:
Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman,
Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif:
Kecewa dalam pengalaman hidup.
E: Emotional Reaction
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Menyangkal masalah.
Pemakaian alkohol.
S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
Keluarga
Lembaga di masyarakat
N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit atau
mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
Menunda keputusan.
b. Tanda vital
Perubahan
fungsi
tubuh
sering
kali
tercermin
pada
suhu
badan,denyut
c. Tingkat kesadaran
1. Komposmentis
: sadar sempurna
2. Apatis
3. Somnolen
4. Soporus
5. Subkoma
6. Koma
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga
situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
4) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk 1. Ansietas
cendrung
mengurangi
untuk memperburuk
ansietasnya.
masalah.
diperkirakan
dengan
diharapkan
situasi ansietas
Menjebak
peningkatan ansietas
teratasi
tegang,
emosional
kriteria
2. Kaji
diperkirakan takut
Klien
cemas lagi.
rencanakan
Klien
pernyuluhan
memiliki
tingkatnya
suatu harapan
atau sedang.
tidak
ansietas
klien
didasari
oleh
akurat
dan
dapat
dihilangkan
denga
memberikan
serta
informasi
akurat.
semangat
hidup.
3. Dorong
keluarga
menyerap pelajaran.
3. Pengungkapan
memungkinkan untuk
ketakutan-
saling
ketakutan mereka.
berbagi
memberiakn
kesempatan
untuk
memperbaiki konsep
yang tidak benar.
keluarga
kesempatan
penguatan
dan
dan
koping
4. Menghargai
positif
klien
menguatkan
yang
berhubungan
penyakit terminal
dan kematian yang
akan
dihadapi
tindakan
kesempatan
keperawatan
klien da keluarga
klien
untuk
keluarga
berduka
klien
anggota
menerima
dapat
teratasi
mengungkapkan
dengan
kriteria
perasaan,
didiskusikan
terhdap
penurunan fungsi,
hasil:
perubahan konsep Klien
diri dan menarik terminal
diri dari orang lain
pada
tenang
penyakit
merasa
kehilangan
secara
tersebut.
situasi
menghadapi
sakaratul maut.
kehilangan.jelaskan
bahwa
berduka
dorongan
penggunaan strategi
koping positif yang
terbukti
dan
pemecahan masalah.
yang
memberikan
keberhasilan
pada
masa lalu.
3. Berikan
3. Memfokuskan
dorongan
pada
meningkatkan
mengekpresikan
atribut
penerimaan kematian
diri
yang
positif
yang terjadi.
4. Bantu
klien
mengatakan
dan
4. Proses
berduka,
proses
berkabung
menerima kematian
dimulai
jawab
terjadi di terima.
semua
sampai
pertanyaan dengan
jujur.
5. Tingkatkan harapan
paling
menghargai
dengan
perawatan
tindakan keperawatan
penuh
perhatian,
missal:
Membantu
menghilangkan
berdandan,
ketidak
Mendukung
nyamanan
dan dukungan
kemandirian
fungsi
yang
berhubunga
dengan gangguan
kehidupan
takut
akan
hasil
tindakan
bersama
keperawatan
mengkomuikasikan
perubahan proses
keluarga
pengertian
peduli
tertasi
dapat
dengan
keluarga
yang
empati.
penuh
)
mengurangi
kecemasan
terhadap
berkurang.
dan
meningkatkan
stres gangguan
dapat
membantu
kriteria hasil:
keluarga
( kematian ) dan Stress
lingkungannya
dan
2. Izinkan
klien
klien
keluarga
atau
terdekat
pembelajaran.
orang 2. Saling
untuk
berbagi
memungkinkan
mengekspresikan
perawat
untuk
perasaan, ketakutan
mengintifikasi
dan kekawatiran.
ketakutan
dan
kekhawatiran
kemudian
merencanakan
3. Anjurkan
sering
dan
untuk
berkunjung
intervensi
untuk
mengatasinya.
berpartisipasi 3. Kunjungan
dalam
tindakan
perawan.
dan
partisipasi
yang
sering
dapat
meningakatkan
4. Konsul dengan atau
berikan
rujukan
kesumber
komunitas
sumber lainnya
interaksi
keluarga
berkelanjutan.
4. Keluarga
dan
denagan
masalah-masalh
seperti
kebutuhan
financial
koping
atau
konflik
tidak
yang
selesai
memerlukan sumbersumber
tambahan
untuk
membantu
mempertahankankan
fungsi keluarga
Setelah dilakukan 1. Gali apakah klien 1. Bagi
klien
yang
Resiko
terhadap
distres
spiritual
yang berhubungan
dengan perpisahan
dari
system
pendukung
tindakan
menginginkan
mendapatkan
keperawatan
untuk
resiko
melaksanakan ritual
praktek
keagamaan
atau
spiritual
yang
dapat
spiritual
teratasi
distress
dapat
dengan
kriteria hasil:
Tidak
terjadi
keagamaan,
dalam
menghadapi
ancaman kematian
diinginkan
yang
nilai
spiritual
memberikan
bila
memberi
kesemptan
pada
klien
untuk
melakukannya.
kenyamanan
dan
kekuatan.
2. Menunjukkan
2. Ekspesikan
tak
pengertrian
dan
penerimaan
anda
sikap
menilai
dapat
membantu
mengurangi kesulitan
tentang pentingnya
klien
keyakinan
mengekspresikan
dan
keyakinan
spiritual klien.
prakteknya.
dalam
untuk
spiritual
kebutuhan
klien
dilaksanakan.
dapat
dan
dan
ketenangan
memberikan
lingkungan
yang
memudahkan refresi
dan perenungan.
4. Bila
anda 4. Perawat
menginginkan
tawarkan
berdoa
meskipun
agama
atau
bersama
membaca buku ke
membantu
agamaan
memenuhi kebutuhan
klien
spritualnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari
oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh.
Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap
sehat di usia lanjut. Jadi walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kematian / menjelang ajal?
2. Bagaimana End of Life Care (EOL Care) dalam keperawatan?
3. Bagaimana Hospice and Palliative Care dalam keperawatan?
4. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada Klien menjelang ajal dan setelah
kematian ?
5. Bagaimana perawatan klien yang menjelang ajal ?
6. Bagaimana pengkajian tanda kematian ?
7. Bagaimana perawatan setelah kematian meliputi perawatan klien yang meninggal,
perawatan pada keluarga dan Self Nurse care?
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian kematian/menjelang ajal
2. Mengetahui End of Life Care (EOL Care) dalam keperawatan
3. Mengetahui Hospice and Palliative Care dalam keperawatan
4. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada Klien menjelang ajal dan
setelah kematian
5. Mengetahui cara perawatan klien yang menjelang ajal
6. Mengetahui pengkajian tanda kematian
7. Mengetahui cara perawatan setelah kematian meliputi perawatan klien yang
meninggal, perawatan pada keluarga dan Self Nurse care .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan terhadap orang yang menjelang ajal telah memasuki dimensi baru, apa yang
sebelumnya dianggap tabu telah muncul sampai tingkat sensitivitas yang meningkat dan
kesadaran akan persamaan publik dan profesional. Ada juga perubahan sosial dalam
mengenali kebutuhan unit lansia. Tidak hanya itu, dua perubahan vital ini telah memengaruhi
peran dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan yang kompeten kepada lansia
yang menjelang ajal.
B. Saran
Sebaiknya klien banyak berdoa kepada Allah SWT karena hidup dan mati kita
telah ditentukan oleh Allah. Dan dengan berdoa dapat memberikan ketenangan dan
kedamaian, tidak ada lagi ketakutan untuk menjelang ajal.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/MerryFransiska2/askep-menjelang-ajal
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiuj9Oz6aPMAh
UJcI4KHUrEBMcQFgg7MAU&url=http%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwpcontent
%2Fuploads%2F2016%2F02%2FB.19-PersepsiPerawatNCCU.pdf&usg=AFQjCNGxSs8cz5y7agM6GZpL7iCyfzng&sig2=hUbb7gb6RexAWo
RVDZQtEQ, 23 April 2016.
http://www.academia.edu/8508856/Konsep_Dying_and_Hospice_care
https://www.scribd.com/doc/105978251/Askep-Pada-Klien-Terminal-Dan-Menjelang-Ajal
https://www.scribd.com/doc/36595236/Perawatan-Klien-Menjelang-Ajal
https://www.academia.edu/8991970/Perawatan_menjelang_ajal_jadi_
Potter&Perry.2006.BukuAjar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Edisi
Keempat).Editor:Monica Ester,S.Kp.et al.Jakarta:EGC.
Setyo Adi Nugroho Peaceful And Of Life Theory. 2014. Universitas Muhammadiyah Jakarta
diakses
pada
tanggal
16
April
18:59
dari:https://www.academia.edu/11613328/teori_peaceful_and_of_life
Disusun Oleh:
Indun Candra Kirana
22020115120027
Misratul
22020115120020
Anastariva Ambar V
22020115120056
22020115120013
Ika Rahmawati
22020115120002
22020115130072
M. Fikky Hafidz K
22020115130089
Intan Susmita R
22020115140099
Aulia Nur P
22020115120034
A.15.1