Anda di halaman 1dari 205

GAMBARAN PELAKSANAAN TATALAKSANA PNEUMONIA BALITA

DI PUSKESMAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

(STUDI KASUS DI PUSKESMAS PAMULANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

FAZA FIDARANI

1113101000013

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2017 M

i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Gambaran Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota


Tangerang Selatan Tahun 2017 (Studi Kasus di Puskesmas Pamulang)
Faza Fidarani, NIM : 1113101000013
xv, 148 halaman, 3 bagan, 5 tabel, 7 lampiran

ABSTRAK
Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita merupakan strategi untuk
pengendalian pneumonia balita dengan tujuan menemukan sedini mungkin dan
mengobati sampai sembuh sehingga tidak memperberat penyakit dan
menyebabkan kematian balita. Puskesmas Pamulang memiliki jumlah penemuan
kasus pneumonia balita tertinggi di Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita
berdasarkan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan
di Puskesmas Pamulang Tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah
dekriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik yang dilakukan dalam
pengambilan data, yaitu wawancara mandalam, observasi, dan telaah dokumen
dengan waktu penelitian pada September sampai dengan Oktober tahun 2017.
Informan penelitian berjumlah 7 orang yang terdiri dari pemegang program
pneumonia balita, staf koordinator P2 ISPA, dan kepala Puskesmas Pamulang,
Staf pelaksana pneumonia balita di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dan
tenaga kesehatan yang diobservasi di Puskesmas Pamulang yakni 2 Dokter dan 1
Bidan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kesehatan yang mendapatkan
pelatihan pedoman tatalaksana pneumonia balita hanya pemegang program
pneumonia balita dan sasaran pneumonia balita yang belum sepenuhnya dipahami
oleh tenaga kesehatan. Proses tatalaksana menilai anak batuk atau kesukaran
bernapas pelaksanaannya sudah baik, klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai
untuk 2 kelompok umur balita, pengobatan dan rujukan, konseling ibu, tindak
lanjut pneumonia balita, dan penerapan di Puskesmas belum terlaksana dengan
baik. Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang belum
sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan
terdiri dari klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur
balita, pengobatan dan rujukan, konseling ibu, tindak lanjut pneumonia balita, dan
penerapan di Puskesmas.

Kata Kunci : Balita, Pelaksanaan Tatalaksana, Pneumonia

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

MAJOR OF PUBLIC HEALTH

DEPARTMENT OF HEALTH CARE MANAGEMENT

Management Implementation of Pneumonia on Toddler at Public Health


Center of South Tangerang City in 2017 (Case Study at Public Health Center
of Pamulang)

xv, 148 pages, 3 charts, 5 tables, 7 attachments

ABSTRACT
Guidelines for the management of toddler pneumonia is a strategy for
controlling pneumonia toddlers with the aim of finding as early as possible and
treating until healed, so it is not to aggravate the disease and cause death. Public
Health Center of Pamulang has the highest number of pneumonia cases in South
Tangerang City. The research aimed to describe the implementation of pneumonia
management guidelines for toddler at Public Health Center of Pamulang in 2017.
Qualitative research with a case study were conducted in this study. The data was
collected by performing in depth interview, observation, and documents review.
There were 7 informants which consist of 1 person in charge of toddler
pneumonia, 1 staff coordinator P2 ISPA, head of Pamulang public health center,
and 1 staff of Toddler Pneumonia of South Tangerang City Health Office;
meanwhile 2 doctors and 1 midwife in Pamulang Public Health Center were
observed. This research showed that only the programmer of toddler pneumonia
had ever been experiencing in training of pneumonia management guidelines for
toddler and pneumonia of toddler’s target had been thoroughly understood by
health personnel. This study revealed that the classification and determining
action for 2 age group of toddler, treatment and referral, counselling of mother,
follow up pneumonia of toddler, and the implementation has not been done well
according to guideline of pneumonia management for toddler. The Conclusion is
the implementation of pneumonia management of toddler at Public Health Center
of Pamulang has not been accordance with the guideline of pneumonia
management for toddler.

Keyword: Management Implementation, Pneumonia, Toddler

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN PELAKSANAAN TATALAKSANA PNEUMONIA BALITA

DI PUSKESMAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

(STUDI KASUS DI PUSKESMAS PAMULANG)

DISUSUN OLEH

FAZA FIDARANI

1113101000013

Telah disetujui, diperiksa dan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 29 Desember 2017

Mengetahui,

Pembimbing

iv
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 3 Desember 2017

Penguji III

v
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya meyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Desember 2017

Faza Fidarani

vi
RIWAYAT HIDUP

Name : Faza Fidarani

Gender : Female

Birthday : June 15th 1995

Religion : Islam

Nationality : Indonesia

Phone Number : 085212237383

Email : Fazafidarani95@gmail.com

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran

Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017 (Studi Kasus di Puskesmas Pamulang)”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu

(S1) pada jurusan kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusuan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga, penulis mengucapkan terimakasih karena telah

memberikan doa dan kasih sayang serta motivasi dalam setiap kondisi

yang penulis hadapi.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu

sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

4. Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu sehingga

proposal skripsi dapat disusun dengan baik.

viii
5. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas Pamulang yang

telah memberikan izin dan membantu dalam proses penelitian.

6. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph, D, dan

dr. Salmawati, MKM yang telah bersedia menjadi penguji dan

memberikan masukan dalam penulisan skripsi.

7. Seluruh teman-teman Kesehatan Masyarakat UIN angkatan 2013 dan

peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan 2013 yang telah banyak

memberikan bantuan, semangat dan do’a dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun

dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan

dukungannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 27 Desember 2017

Faza Fidarani

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

PANITIA SIDANG SKRIPSI ................................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 6

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 6

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

1.5.1 Manfaat Bagi Puskesmas di Kota Tangerang Selatan ............................ 7

1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................. 7

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain ..................................................................... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 8

x
BAB II ..................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9

2.1 Pneumonia ..................................................................................................... 9

2.1.1 Definisi Pneumonia................................................................................. 9

2.1.2 Hubungan ISPA dan Pneumonia .......................................................... 10

2.1.3 Klasifikasi Pneumonia Balita................................................................ 10

2.1.4 Epidemiologi Pneumonia Balita ........................................................... 11

2.2 Tatalaksana Pneumonia Balita ................................................................... 15

2.3 Puskesmas .................................................................................................. 32

2.3.1 Definisi Puskesmas ............................................................................... 32

2.3.2 Fungsi Puskesmas ................................................................................. 33

2.4 Logic Models ............................................................................................. 34

2.5 Kerangka Teori ......................................................................................... 38

BAB III ................................................................................................................. 40

KERANGKA PIKIR DAN DEFINI ISTILAH .................................................... 40

3.1 Kerang Pikir ............................................................................................. 40

3.2 Definisi Istilah .......................................................................................... 42

BAB IV ................................................................................................................. 45

METODELOGI PENELITIAN ............................................................................ 45

4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 45

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 45

4.3 Informan Penelitian .................................................................................. 45

4.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 47

4.4 Sumber Data ............................................................................................. 47

4.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 48

4.7 Analisa Data ............................................................................................. 50

xi
4.8 Penyajian Data .......................................................................................... 52

4.9 Validasi Data ............................................................................................ 53

BAB V................................................................................................................... 55

HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 55

5.1 Gambaran Umum Puskesmas Pamulang .................................................. 55

5.2 Karakteristik Informan ............................................................................. 56

5.3 Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita ............................................. 57

5.4 Gambaran Input Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita.................. 58

5.4.1 Sumber Daya Manusia .......................................................................... 58

5.4.2 Sarana Prasarana .................................................................................. 62

5.4.3 Anggaran atau Dana............................................................................. 68

5.4.4 Sasaran .................................................................................................. 69

5.5 Gambaran Proses Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita................ 72

5.5.1 Menilai anak batuk atau kesukaran bernapas ...................................... 72

5.5.2 Klasifikasi Tindakan Untuk Anak Umur 2 Bulan Sampai


Dengan 59 Bulan .................................................................................. 73

5.5.3 Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Bayi Batuk Atau Kesukaran


Bernapas Umur <2 Bulan .................................................................... 75

5.5.4 Pengobatan dan Rujukan ...................................................................... 76

5.5.5 Konseling Ibu ........................................................................................ 79

5.5.6 Tindak Lanjut Pneumonia Balita .......................................................... 81

5.5.7 Penerapan di Puskesmas Pamulang ...................................................... 83

5.6 Gambaran Output Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita ............... 87

5.7 Penemuan Kasus Pneumonia Balita ......................................................... 95

BAB VI ............................................................................................................... 109

PEMBAHASAN ................................................................................................. 109

xii
6.1 Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita .......................................... 109

6.2 Gambaran Input Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita................ 110

6.2.1 Sumber Daya Manusia ........................................................................ 110

6.2.2 Sarana Prasarana ................................................................................. 114

6.2.3 Anggaran ............................................................................................. 116

6.2.4 Sasaran ............................................................................................... 117

6.3 Gambaran Proses Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita.............. 119

6.3.1 Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas ................................. 119

6.3.2 Membuat Klasifikasi Dan Menentukan Tindakan Sesuai


Untuk 2 Kelompok Umur Balita ........................................................ 122

6.3.3 Pengobatan dan Rujukan ................................................................... 124

6.3.4 Konseling Ibu ..................................................................................... 126

6.3.5 Tindak Lanjut Pneumonia Balita ........................................................ 129

6.3.6 Penerapan di Puskesmas Pamulang .................................................... 130

6.4 Gambaran Output Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita ............. 132

BAB VII .............................................................................................................. 137

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 137

7.1 Simpulan .................................................................................................... 137

7.2 Saran .......................................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 141

LAMPIRAN ........................................................................................................ 148

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah.............................................................................................42

Tabel 4.1 Trianggulasi Data........................................................................................54

Tabel 5.1 Karakteristik Informan................................................................................56

Tabel 5.2 Sarana Prasarana Puskesmas Pamulang.....................................................64

Tabel 5.3 Case Study Pneumonia Balita di Puskesmas Pamulang.............................95

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Logic Models........................................................................................36

Bagan 2.2 Kerangka Teori.....................................................................................39

Bagan 3.1 Kerangka Pikir......................................................................................41

xv
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ASI : Air Susu Ibu

DKK : Data Dasar Keluarga

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

ISPA : Infeksi saluran pernapasan akut

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KIE : Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

KNI : Kartu Nasehat Ibu

LB 1 : Laporan Bulanan 1

LB 3 : Laporan Bulanan 3

MDGS : Millenium Development Goals (MDGS)

MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit

P2 : Program Pemberantasan Penyakit

PBB : Perserikatan Bangsa – Bangsa

xvi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RR : Respiratory rate

SDGS : Suistanable Development Goals

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

SDM : Sumber Daya Manusia

SK : Surat Keputusan

SRS : Survey Sistem Registrasi Sampel

TDDK : Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam

UGD : Unit Gawat Darurat

UNICEF : United Nations Children’s Fund

WHO : World Health Organization

xvii
xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang bergabung menjadi anggota

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang telah berkomitmen untuk mencapai

Sustainable Development Goals (SDGs) dengan global goal yang terdiri dari 17

tujuan dan 169 target. Salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)

dalam dunia kesehatan adalah kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan

bagi semua orang di segala usia. Pencapaian tujuan millenium Development Goals

(MDGS) yang belum tuntas pada tahun 2015 di sektor kesehatan yang perlu

diwujudkan yaitu upaya angka kematian bayi dan balita (Bappenas, 2016).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering

terjadi pada anak. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien

di sarana kesehatan. Terdapat sebanyak 40%-60% kunjungan pasien berobat ke

Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap

rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Kemenkes RI, 2012).

ISPA dan Pneumonia sangat erat hubungannya terutama pada balita. ISPA

yang berlanjut dapat menjadi pneumonia, hal tersebut sering terjadi pada balita

terutama apabila mengalami gizi kurang atau buruk dan dikombinasi dengan

keadaan lingkungan yang tidak higienis (Mardjanis, 2010). Balita menderita ISPA

perlu mendapatkan penanganan segera, agar penyakit tidak berlanjut menjadi

pneumonia. Sejalan dengan hubungan ISPA dengan pneumonia, ruang lingkup

1
2

pengendalian ISPA oleh Kementerian Kesehatan pada awalnya fokus pada

pengendalian pneumonia balita (Kemenkes RI, 2012).

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, lebih

banyak dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak.

Penyakit ini lebih banyak menyerang pada anak khususnya dibawah usia 5 tahun

dan diperkirakan 1,1 juta kematian setiap tahun disebabkan pneumonia (WHO,

2012). Diperkirakan 2 balita meninggal setiap menit disebabkan oleh pneumonia

(WHO, 2013). Pada tahun 2013 sekitar 940.000 anak meninggal akibat

pneumonia (15% dari semua kematian balita) (UNICEF, 2015).

Di Indonesia, pneumonia masih merupakan masalah besar mengingat angka

kematian akibat penyakit ini masih tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi

Kesehatan Indonesia) pada tahun 2012, angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran

hidup, angka kematian balita 40/1.000 kelahiran hidup, lebih dari ¾ kematian

balita tahun pertama kehidupan, terbanyak saat neonatus. Hasil survey Sistem

Registrasi Sampel (SRS) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan tahun 2014 menyebutkan proporsi kematian pneumonia

pada balita di Indonesia sebesar 9,4% (Kemenkes RI, 2015).

Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2015, terjadi peningkatan angka

cakupan penemuan pneumonia balita sebesar 63,45% dari tahun sebelumnya yang

hanya berkisar antara 20%-30%. Angka kematian akibat pneumonia pada balita

tahun 2015 sebesar 0,16%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang

sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu

sebesar 0,17% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%

(Kemenkes RI, 2015).


3

Menurut Riskesdas 2013, terjadi peningkatan untuk period prevalence

pneumonia semua umur dari 2,1 persen pada tahun 2007 menjadi 2,7 persen pada

tahun 2013. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per

1000 balita. Di provinsi Banten, prevalens pneumonia balita berdasarkan

diagnosis berada di atas rata-rata periode prevalens nasional yaitu sebesar 18,7 per

1000 balita. Sedangkan menurut profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2015 diketahui bahwa kematian balita tertinggi adalah pneumonia balita,

dengan penemuan kasus pneumonia pada balita mencapai 5,739 per penderita

(Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2015).

Salah satu upaya penurunan angka kesakitan dan kematian yang akibat

pneumonia pada balita ditentukan oleh keberhasilan penemuan sedini mungkin

dan tatalaksana pneumonia balita di sarana pelayanan kesehatan. Sejak tahun 1990

Kementerian Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakan dan menyebarluaskan

pedoman tatalaksana pneumonia balita. Pedoman sebagai panduan dalam

melaksanakan tatalaksana standar program yang bertujuan untuk menemukan

sedini mungkin dan mengobati sampai sembuh sehingga tidak memperberat

penyakitnya dan menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2015).

Pedoman dapat menjadi panduan untuk tenaga kesehatan baik untuk dokter,

bidan, perawat, maupun tenaga kesehatan lain dalam melaksanakan tatalaksana

pneumonia pada balita di pelayanan kesehatan dasar yakni Puskesmas. Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).


4

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

mempunyai 25 Puskesmas dengan pencapaian penemuan kasus pneumonia pada

tahun 2014 sebesar 6,205 dan menurun pada tahun 2015 sebesar 5,739 penemuan

pneumonia balita yang lebih rendah dari target yang telah ditentukan.

Penemuan kasus pneumonia balita tertinggi di Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2014 berada di Pamulang, Benda Baru, Jurang mangu, Pondok Betung,

Rawa Buntu, Paku Alam, Pisangan, Ciputat timur, Kampung sawah, dan Pondok

jagung. Pada tahun 2015 penemuan kasus pneumonia balita tertinggi berada di

Puskesmas Pamulang, Pondok aren, Pondok kacang timur, Benda baru, Jombang,

Serpong 1, Jurang manggu, Pondok betung, Rawa buntu, dan Bakti jaya (Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Putriarti (2014) diketahui bahwa kurangnya

komitmen dari pelaksana dalam program P2 ISPA. Hal ini ditunjukkan dengan

tidak adanya pelatihan, tidak ada dana khusus yang dialokasikan untuk program

karena perencanaan tidak dibuat secara detail, sarana KIE tidak dimiliki oleh

Puskesmas, dan panduan yang belum sepenuhnya dimengerti oleh petugas

Puskesmas. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Choiriyah (2015)

diketahui bahwa jumah tenaga P2 ISPA yang tersedia di Puskesmas belum sesuai

dengan pedoman yang ada, ketersediaan sarana-prasarana (material-machine),

ketersediaan input method dalam pelaksanaan surveilans penemuan penderita

pneumonia balita, sumber dana, ketersediaan market (sasaran informasi) belum

sesuai dengan pedoman yang ada.


5

Sehubungan dengan uraian berikut, dengan ini penulis memandang perlu

untuk meneliti lebih lanjut dengan pendekatan kualitatif mengenai pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2017.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas karena Puskesmas sebagai sarana kesehatan

yang berhubungan langsung dengan masyarakat yang merupakan ujung tombak

dalam mencapai pembangunan kesehatan yang optimal dan akan mencapai target

nasional apabila petugas kesehatan mampu menjalankan program sesuai dengan

pedoman penatalaksanaan pneumonia balita dengan baik.

Adapun Puskesmas yang akan diteliti adalah Puskesmas yang mempunyai

angka temuan kasus pneumonia tertinggi di Kota Tangerang Selatan pada tahun

2014 dan 2015. Berdasarkan hasil laporan magang oleh Marlinawati (2015),

diketahui bahwa rendahnya penemuan pneumonia balita di Puskesmas Pamulang

karena belum optimal dalam melakukan deteksi kasus, penemuan penderita secara

aktif belum berjalan dengan baik, pencatatan kasus, pelacakan dan pemantauan

dengan kunjungan rumah belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, Puskesmas

Pamulang dijadikan tempat penelitian dengan tujuan dapat mengetahui bagaimana

gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota

Tangerang Selatan tahun 2017.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian terdapat masalah pada proses

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita. Oleh sebab itu, untuk menggali

permasalahan tersebut peneliti memilih Puskesmas Pamulang sebagai tempat

penelitian karena angka penemuan kasus pneumonia balita tertinggi pada tahun

2014 sampai dengan tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan dan hasil laporan

magang oleh Marlinawati (2015), diketahui bahwa rendahnya penemuan

pneumonia balita di Puskesmas Pamulang karena belum optimal dalam

melakukan deteksi kasus, penemuan penderita aktif, dan pemantauan dengan

kunjungan rumah yang belum berjalan dengan baik.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pelaksanaan tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota

Tangerang Selatan Tahun 2017 (Studi Kasus di Puskesmas Pamulang) ?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia Balita di

Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 (Studi Kasus di Puskesmas

Pamulang).

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya masukan (input) gambaran pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.

b. Diketahuinya proses (process) gambaran pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.


7

c. Diketahuinya keluaran (output) gambaran pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Puskesmas di Kota Tangerang Selatan

Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dalam gambaran

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita sesuai dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan di Puskesmas

Kota Tangerang Selatan.

1.5.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan

dosen mengenai pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita.

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan referensi untuk bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita.


8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Gambaran Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia

Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 dengan studi kasus di

Puskesmas Pamulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan tatalaksana dan permasalahan pneumonia balita di Puskesmas Kota

Tangerang Selatan tahun 2017. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswi

peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan

Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan

metode kualitatif. Cara pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi yang telah dilaksanakan

di Puskesmas Pamulang bulan September sampai dengan Oktober tahun 2017.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pneumonia

2.1.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru

(alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit saluran

pernapasan akut yang sering menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2010).

Penyebab pneumonia adalah berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur, dan

bakteri (Kemenkes RI, 2015). Pneumonia mengakibatkan peradangan, dimana

terdapat konsolidasi yang menyebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi

dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Somantri, 2008).

Anak yang menderita pneumonia, kemampuan paru-paru untuk

mengembang berkurang, sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar

tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen). Apabila pneumonia bertambah parah,

paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam (Ninyoman, 2013). Anak dengan pneumonia dapat meninggal karena

hipoksia atau sepsis (infeksi menyeluruh) akibat kemampuan paru untuk

menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tidak

bisa bekerja (WHO, 2006).

9
10

2.1.2 Hubungan ISPA dan Pneumonia

ISPA dan Pneumonia sangat erat hubungannya terutama pada balita. ISPA

yang berlanjut dapat menjadi pneumonia, hal tersebut sering terjadi pada balita

terutama apabila mengalami gizi kurang atau buruk dan dikombinasi dengan

keadaan lingkungan yang tidak higienis (Mardjanis, 2010).

Hal ini menandakan bahwa jika balita menderita ISPA perlu mendapatkan

penanganan segera, agar penyakit tidak berlanjut menjadi pneumonia. Sejalan

dengan hubungan ISPA dengan pneumonia, ruang lingkup pengendalian ISPA

oleh Kementerian Kesehatan pada awalnya fokus pada pengendalian pneumonia

balita (Kemenkes RI, 2012).

2.1.3 Klasifikasi Pneumonia Balita

Pneumonia pada balita diklasifikasikan sesuai dengan gejala atau tanda dan

akan diberikan tindakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi balita

tersebut. Berikut adalah klasifikasi pneumonia balita yang berumur 2 bulan

sampai dengan 59 bulan, antara lain :

a. Pneumonia berat adalah seorang anak yang melakukan pemeriksaan

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TTDK) atau

saturasi oksigen <90 pada balita.

b. Pneumonia adalah seorang anak yang melakukan pemeriksaan tidak

ditemukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TTDK),

namun ditemukan napas cepat 50x/menit atau lebih pada anak umur 2

bulan sampai dengan,12 bulan, dan 40 x/menit atau lebih pada umur 12

bulan sampai dengan 59 bulan. Sebagian besar anak yang menderita


11

pneumonia tidak akan menjadi pneumonia berat jika mendapatkan

pengobatan yang cepat dan tepat.

c. Batuk bukan pneumonia adalah seorang anak yang melakukan

pemeriksaan tidak ditemukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam, tidak ada napas cepat, frekuensi napas kurang dari 50 x/menit

pada anak umur 2 bulan sampai dengan 12 bulan, dan kurang dari 40

x/menit umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan (Kemenkes RI, 2015).

2.1.4 Epidemiologi Pneumonia Balita

Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia balita

dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari

total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan

oleh bakteri pneumokokus (UNICEF, 2016). Epidemiologi pneumonia dapat

terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di

negara berkembang. Pneumonia di negara berkembang disebut penyakit yang

terabaikan atau penyakit yang terlupakan karena begitu banyak anak meninggal

karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan terhadap masalah

pneumona (Said, 2010). World Health Organization (WHO) memperkirakan

terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan kejadian pneumonia paling

tinggi anak-balita sebesar 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus diseluruh dunia.

Lebih dari setengah terjadi pada 6 negara, yaitu Indi 43 juta, China 21 juta,

Pakistas 10 juta, Bangladesh, Indonesia, dan Nigeria sebesar 6 juta kasus,

mencakup 44% populasi anak pada balita di dunia pertahun (World Pneumonia

Day, 2012). Adapun etiologi, tanda dan gejala, pencegahan, dan faktor risiko

balita pneumonia, sebagai berikut :


12

a. Etiologi

Berdasarkan studi mikrobiologik penyebab utama pneumonia anak

balita adalah streptococcus pneumoniae/ pneumococcus (30-50%) dan

hemophilus influenzae type b/ Hib (10-30%), diikuti staphylococcus

aureus dan klebsiela pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti

mycoplasma pneumonia, chlamydia spp, pseudomonas spp, escherichia

coli. Pneumonia pada neonatus banyak disebabkan bakteri gram negatif

seperti klebsiella spp dan bakteri gram positif seperti S. Pneumoniae, S.

Aureus. Penyebab pneumonia karena virus disebabkan respiratory

syncytial virus (RSV), diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza,

human metapneumovirus dan adenovirus. Pneumonia dapat juga

disebabkan oleh bahan-bahan lain misal bahan kimia (aspirasi makan/susu

atau keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau bensin) (Said, 2010).

b. Tanda Gejala

Gejala yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia

adalah demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi

interkostal, nyeri dada, penurunan bunyi nafas, pernafasan cuping hidung,

sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk produktif dengan

adanya ronkhi basah, frekuensi nafas > 50 kali per menit (Marni, 2014).

c. Pencegahan

Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau mengurangi faktor

resiko, dapat juga dengan pendekatan di komunitas dengan meningkatkan

pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam

diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif. Upaya pencegahan


13

merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak

terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan nonimunisasi. Imunisasi

terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan

strategi pencegahan spesifik (Kartasasmita, 2010).

Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin

pneumokokus konjungasi dapat mencegah penyakit dan kematian kasus

pneumonia pneumokokus 20-35% dan vaksin Hib mencegah penyakit dan

kematian kasus pneumonia Hib 15-30%. Sekarang ini di negara

berkembang direkomendasikan vaksin Hib untuk diintegrasikan ke dalam

program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus konjugasi

direkomendasikan sebagai vaksin yang dianjurkan (Said, 2010).

Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak,

meskipun apabila digunakan untuk terapi zink kurang bermanfaat.

Pemberian zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap

pemulihan demam, sesak nafas dan laju pernafasan (Marni, 2014).

Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan nonspesifik

merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang

dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai

komponen masyarakat, terutama pada ibu anak balita tentang besarnya

masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku

preventif sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih,

perbaikan gizi dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor risiko lain

seperti mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif,


14

mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah

tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah (Said, 2010).

d. Faktor Risiko

Faktor risiko dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor risiko

ekstrinsik (faktor yang berasal dari lingkungan yang memudahkan orang

terjangkit penyakit) dan faktor risiko intrinsik (faktor risiko yang berasal

dari dalam organisme sendiri) (Notoadmodjo, 2010). Faktor risiko dapat

digunakan untuk memprediksi, memperjelas penyebab dan mendiagnosa

kejadian penyakit.

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit

dan kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi

buruk memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI eksklusif mengurangi

risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc

(mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko),

vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama

asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).

Pneumonia di pengaruhi 3 faktor yitu faktor lingkungan meliputi :

pencemaran udara dalam rumah, fentilasi rumah, kepadatan hunian ; faktor

resiko anak meliputi : umur, BBLR, status gizi, pemberian vitamin A,

status imunisasi dan faktor perilaku meliputi : perilaku pencegahan dan

penanggulangan penyakit pneumonia (Maryunani, 2010). Faktor resiko

meningkatnya angka kejadian dan keparahan penyakit antara lain:

prematuritas, malnutrisi, status sosial ekonomi rendah, terkena asap secara


15

pasif, dititipkan di penitipan anak, tinggal dirumah yang terlalu padat,

mempunyai riwayat pneumonia (Lalani, 2011).

2.2 Tatalaksana Pneumonia Balita


a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya organisasi yang

memiliki kuasa untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya yang lain

dalam organisasi (Sinurat, 2008). Pada penelitian ini menggunakan sumber daya

manusia atau tenaga kesehatan, dimana tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kemenkes RI,

2014). Mereka terdiri atas orang-orang yang memberikan pelayanan kesehatan

seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium, manajemen dan tenaga

pendukung lainnya (WHO, 2006).

Untuk jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung berdasarkan analisis

beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan,

jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah

kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di

wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja (Kemenkes RI, 2014). Berbagai macam

kondisi dalam memberikan pelayanan kesehatan membuat tenaga kesehatan

memerlukan kemampuan dan keterampilan melalui pelatihan untuk meningkatkan

peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita. Pelatihan kesehatan dilakukan melalui pelatihan teknis program

dan teknis fungsional secara berjenjang di semua tingkat administrasi untuk


16

menunjang profesionalisme, maka pelatihan berperan penting untuk peningkatan

kualitas (Kemenkes RI, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Adnan (2013)

diketahui bahwa pelatihan berkontribusi paling dominan terhadap keterampilan

petugas dalam tatalaksana pneumonia.

b. Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang harus disiapkan untuk menjalankan suatu

kegiatan. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah

dan/atau masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, Puskesmas harus

memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan,

ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium (Kemenkes RI, 2014).

c. Anggaran

Anggaran merupakan alat bantu bagi manajemen untuk mencapai tujuan

dari organisasi karena anggaran merupakan alat perencanaan dan pengendalian

dalam aktivitasi di dalam organisasi (Sirait, 2006). Anggaran atau pendanaan

untuk Puskesmas bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD), anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dan sumber-sumber

lain yang sah dan tidak mengikat. Pengelolaan dana dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2014).

d. Sasaran

Sasaran adalah sebuah target atau penjabaran dari tujuan, yang akan dicapai

oleh organisasi pada jangka waktu tertentu. Sasaran akan suatu pedoman
17

kesehatan harus spesifik dan juga kriterianya harus jelas sehingga mampu tercapai

secara efektif. Apabila sasaran mampu tercapai dengan baik, maka pelaksanaan

dari program dapat berjalan dengan baik serta tidak menyimpang dari ketentuan

yang telah ditentukan. Sasaran tatalaksana pneumonia balita adalah anak yang

menderita batuk atau kesukaran bernapas pemeriksaan yang dapat dilakukan yakni

menanyakan, melihat, dan mendengar keadaan balita (Kemenkes RI, 2015).

e. Proses Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia

Di Indonesia, pneumonia masih merupakan masalah besar mengingat angka

kematian penyakit pneumonia balita masih tinggi dengan period prevalence

sebesar 1.85% untuk pneumonia balita. Oleh karena itu, pada tahun 2015

Kementerian Kesehatan mengeluarkan pedoman tatalaksana pneumonia balita

yang dapat digunakan untuk tenaga kesehatan (dokter, perawat,bidan, pengelola

program pengendalian ISPA) dalam tatalaksana anak dengan batuk atau kesukaran

bernapas (Kemenkes RI, 2015).

Dalam pedoman terdapat proses manajemen kasus yang disajikan dalam

suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah cara pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita antara lain, sebagai berikut :

1. Menilai anak batuk atau kesukaran bernapas

Menilai berarti memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

melakukan anamnesi melalui wawancara (mengajukan pertanyaan kepada

ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara melihat dan mendengarkan

pernapasan. Cara pemeriksaan fisik yang digunakan adalah dengan

mencari beberapa tanda klinik tertentu yang mudah dimengerti dan

diajarkan tanpa penggunaan alat-alat kedokteraan. Tanda klinik adalah


18

napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan

suara napas tambahan (wheezing dan stridor). Adapun tatalaksana yang

dapat dilakukan dalam proses menilai anak batuk dan kesukaran bernapas

untuk balita pneumonia, sebagai berikut :

a. Tanyakan :

 Berapa umur anak ?

 Apakah anak menderita batuk atau kesukaran bernapas ?

 Sudah berapa lama ?

 Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia

2 bulan-s.d 59 bulan ?

 Apakah anak kurang bisa minum atau menetek ? (Jika anak

berusia <2 bulan )

 Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?

 Apakah anak kejang ?

b. Lihat :

 Apakah napas cepat ?

 Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalah

(TDDK) ?

 Apakah terlihat kesadaran menurun ?

c. Dengar :

 Apakah terdengar stridor ?

 Apakah terdengar wheezing ?

Mengetahui keadaan balita melalui tindakan tatalaksana menayakan,

melihat, dan mendengar dengan penilaian yang teliti dapat menemukan


19

kasus sedini mungkin dan melakukan tatalaksana sesuai standar sehingga

dapat mencegah perburukan penyakit dan kematia pada balita.

2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok

balita

Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan

yang akan diambil oleh tenaga kesehatan dan bukan sebagai diagnosis

spesifik penyakit. Klasifikasi dapat memungkinkan seseorang dengan

cepat menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah suatu penyakit

serius atau bukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak. Dalam membuat

klasifikasi harus dibedakan menjadi 2 kelompok yakni umur <2 bulan dan

kelompok umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan. Menentukan tindakan

berarti mengambil tindakan pengobatan terhadap infeksi bakteri secara

garis besar dibedakan menjadi 3 yaitu rujuk segera ke RS, beri antibiotik

dirumah, dan beri pengawasan dirumah. ). Adapun tatalaksana yang dapat

dilakukan dalam membuat klasifikasi dan menentukan tindakan untuk 2

kelompok umur balita pneumonia, sebagai berikut :

a. Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Anak Umur 2 Bulan S.D 59

Bulan

1. Menentukan penyakit sangat berat pada anak berumur 2 bulan-

<60 bulan dengan tanda bahaya, seperti tidak bisa minum,

kejang, kesadaran menurun, stridor pada waktu anak tenang, gizi

buruk, tampak biru (sianosis), ujung tangan dan kaki pucat dan

dingin.

 Rujuk segera ke Rumah Sakit


20

 Beri 1 dosis antibiotik

 Obati demam (Jika ada)

 Bila sedang kejang beri diazepam

 Bila ada stidor, sianosis, dan ujung tangan dan kaki pucat

dan dingin berikan oksigen

 Cegah agar gula darah tidak menurun

 Jaga anak tetap hangat

2. Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan s.d 59 bulan dengan

tanda/gejala, seperti tarikan dinding dada ke dalam (TDDK) atau

sturasi oksigen <90.

 Rujuk ke Rumah Sakit

 Sebelum meninggalkan Puskesmas, beri pengobatan pra

rujukan seperti pemberian antibiotik, atasi demam,

wheezing, kejang, dan sebagainya).

 Beri oksigen maksimal 2-3 liter permenit

 Berikan satu kali dosis antibiotik yang sesuai, sebelum

dirujuk ke RS

3. Pneumonia pada anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan dengan

tanda/gejala yakni adanya napas cepat (50 x/menit atau lebih).

 Berikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3

hari

 Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

 Apabila batuk > 14 hari rujuk

 Apabila wheezing berulang rujuk


21

 Nasehati ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran

petugas kesehatan dan bawa kembali jika keadaan anak

bertambah buruk serta jelaskan cara pemberian antibiotik

 Kunjungan ulang dalam 3 hari

 Obati wheezing bila ada

4. Batuk bukan pneumonia balita pada anak berumur 2 bulan s.d

59 bulan dengan tanda/ gejala, seperti tidak ada tarikan dinding

dada ke dalam dan tidak ada napas cepat.

 Tidak memberikan antobiotik dan pasien dirawat dirumah

 Anjurkan ibu untuk memberikan tindakan

penunjang/perawatan dirumah dan mengamati

kemungkinan adanya tanda-tanda pneumonia sesuai

konseling dari petugas kesehatan.

 Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

 Apabila batuk >14 rujuk

 Apabila wheezing berulang rujuk

 Nasehati kapan segera kembali

 Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tidak ada perbaikan

 Obati wheezing bila ada

b. Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Bayi Batuk Atau Kesukaran

Bernapas Umur <2 Bulan

1. Jika ditemukan bayo diklasifikasi pneumonia berat dengan

tanda, seperti TDDK kuat atau adanya napas cepat 60x/menit

atau lebih. Tindakan yang dilakukan, sebagai berikut:


22

 Rujuk segera ke RS

 Sebelum meninggalakan Puskesmas, beri pengobatan pra

rujukan seperti pemberian antibiotik, atasi demam,

wheezing, kejang, dan sebagainya). Tulis surat rujukan ke

RS dan anurka ibu agar membawa anak ke RS sesegera

mungkin.

 Berikan 1 kali dosis antibiotik sebelum anak di rujuk

 Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.

 Jaga bayi tetap hangat.

 Jika tidak dapat dirujuk, lakukan pengobatan di

Puskesmas.

Sebelum menentukan klasifikasi lakukan penilaian tanda bahaya

untuk menentukan tindakan rujukan. Bila tidak ditemukan tanda bahaya,

tentukan klasifikasi apakah termasuk pneumonia sangat berat, pneumonia

berat, pneumonia, dan batuk bukan pneumonia.

3. Menentukan pengobatan dan rujukan

Menentukan petunjuk pengobatan yang tepat berarti memiliki

keterampilan untuk pemberian antibiotik, menjelaskan petunjuk perawatan

di rumah bagi ibu atau pengasuh, pengobatan demam dan wheezing.

Adapun tatalaksana yang dapat dilakukan dalam proses menentukan

pengobatan dan rujukan balita pneumonia, sebagai berikut :

a. Pengobatan

1. Pemberian Antibiotik Oral

a. Pneumonia 2- 12 bulan (4- <10 Kg)


23

 Amoksilin Tablet (250mg) = 2 x 1 tablet/hr

 Amoksilin Sirup 125mg dalam 5ml = 2 x 10 ml

 EritromisinSirup 125mg dalam 5ml = 3 x 5 ml

b. Pneumonia 12 bulan- 5 tahun (10-19 Kg)

 Amoksilin Tablet (250mg) = 2 x 2 tablet/hr

 Amoksilin Sirup 125mg dalam 5ml = 2 x 20 ml

 EritromisinSirup 125mg dalam 5ml = 3 x 10 ml

c. Tindakan Pra Rujukan

 Anak usia 2 – < 60 bulan dengan pneumonia berat harus

ditangani dengan ampisilin parenteral (penisilin) dan

gentasimin sebagai pengobatan lini petama.

 Ampisilin : 50 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali

suntikan

 Gentamisin : 7,5 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali

suntikan

 Bayi berumur <2 bulan pemberian antibitik oral merupakan

tindakan pra rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa

minum atau diberikan dengan cara injeksi intramuskular.

2. Pengobatan Demam Tinggi

a. Demam tidak tinggi ( <38,5 ˚C)

 Masihati ibunya untuk memberikan cairan lebih banyak.

Tidak diperlukan pemberian parasetamol.

b. Demam Tinggi ( > 38,5 ˚C)


24

 Berikan parasetamol setiap 6 jam dengan sesuai sampai

demam mereda. Berikan parasetamol kepada ibu untuk 3

hari.

 2 bulan - <6 bulan (4-7 Kg) : Tablet 500 mg (1), Tablet

100 (1/2), dan sirup 120 mg/5 ml (2,5 ml ½ sendok takar).

 6 bulan - <3 tahun (7-<14 Kg) : Tablet 500 mg (1/4),

Tablet 100 (1), dan sirup 120 mg/5 ml (5ml 1 sendok)

 3 tahun- 5 tahun (14-19 Kg) : Tablet 500 mg (1/2), Tablet

100 (2), dan sirup 120 mg/5 ml (7,5ml 1 1/2 sendok)

 Bayi < 2 bulan kalau ada demam harus dirujuk, tidak

diberikan parasetamol untuk demamnya.

3. Pengobatan Mengi/ Wheezing

Inhalasi bronkodilator kerja cepat (Salbutamol nebulisasi,

salbutamol dengan MDI, atau suntikan epinefrin secara subkutan),

bila belum membaik dapat diberikan sampai 3 kali dalam 1 jam

 Wheezing Tidak menghilang -> Bukan Asma -> Tatalaksana

Pneumonia

 Wheezing dan sesak mereda/menghilang -> Asma ->

Tatalaksana Asma sesuai buku pedoman Asma

b. Rujukan

1. Pengobatan pra rujukan (antibiotk dosis pertama)

 Bayi muda (<2 bulan) dengan penyakit sangat berat harus

ditangani dengan obat suntikan:

 Ampisilin : 50 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan


25

 Gentamisin : 7,5 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali

suntikan

 Mencegah agar gula darah bayi tidak turun pada bayi < 2

bulan dengan cara memberikan ASI

 Rujuk Segera

2. Merujuk Anak

 Menjelaskan perlunya rujukan

 Hilangkan kekhawatiran ibu dan bantu mengatasi setiap

masalah

 Usahakan agar ibu mau membawa anaknya ke rumah sakit

dan bantulan semampu tenaga kesehatan untuk memecahkan

masalahnya

 Beri ibu intruksi dan peralatan yang diperlukan untuk

merawat anak selama perjalanan ke rumah sakit.

3. Menulis surat rujukan

 Isi data yang ada dalam surat rujukan yang akan dibawa ibu

ke RS

 Beritahu ibu untuk memberikannya kepada petugas kesehatan

di RS

4. Jika rujukan tidak memungkinkan

 Pemberian antibiotik untuk rawat inap

 Usia anak 2 s.d 59 bulan dengan batuk atau kesukaran

bernapa pertama
26

Batuk & pilek bukan pneumonia -> Nasehat perawatan di

rumah

Naps cepat dan TTDK -> Amoxicilin oral dan nasehat

perawatan di rumah

Tanda bahaya umum -> antibiotik dosis pertama

Pneumonia berat -> rujuk kefasyankes untuk injeksi

antibiotic atau terapi penunjang.

 Pemberian oksigen

 Umur < 2 bulan, jumlah aliran oksigen 0,5/menit

 Umur > 2 bulan, jumlah aliran oksigen 1/menit

4. Memberikan konseling bagi ibu

Memberikan konseling bagi ibu harus dilakukan pada balita dengan

klasifikasi pneumonia dengan tindakan rawat jalan dan diberi antibiotik.

Hal ini harus dilakukan mengingat ibu dibekali pengetahuan tentang dosis

maupun frekuensi pemberian antibiotiknya. Disamping itu dilakukan pula

penilaian cara pemberian makanan termasuk pemberian ASI, memberikan

anjuran pemberian makan yang baik serta kapan harus membawa anak

kembali ke sarana dan prasarana. Adapun tatalaksana yang dapat

dilakukan dalam proses konseling ibu untuk balita pneumonia, sebagai

berikut :

a. Mengajari ibu cara memberikan obat oral di rumah

1. Pemberian dosis pertama pada anak

 Gunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang

sesuai
27

 Beritahu ibu alasan pemberian obat kepada anak, termasuk

mengapa diberi obat oral dan masalah apa yang di dapati

 Peragakan cara mengukur satu dosis

 Memberi tablet : Tunjukkan kepada ibu jumlah obat dalam 1

dosis, peragakan cara membagi/membelah tablet dan bila

digerus tambahkan tetes air pada obat diamkan 1-2 menit

selanjutnya gerus obat.

 Memberi Sirup : peragakan cara mengukur dosis dalam mililiter

(ml) secara benar dan menggunkan sendok takar atau sendok

makan dan minta ibu untuk melakukannya.

 Setelah pemberian dosis pertama, ibu diminta mengawasi anak

selama 30 menit. Bila dalam 30 menit anak muntah, beri 1 dosis

lagi. Bila anak muntah lagi sampai timbul tanda dehidrasi maka

atasi dehidrasi, sebelum memberikan obat dosis berikutnya.

2. Menjelaskan cara pemberian antibiotik

 Berikan antibiotik cukup untuk 3 hari dihabiskan

 Cantumkan nama dan umur penderita

 Cantumkan dosis yang tepat untuk penderita (jumlah tablet/sirup,

berapa sendok takar)

3. Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan Puskesmas

 Ajukan pertanyaan sebagai berikut :

 Setiap berapa kali mengobati anak, ada berapa macam obat ?

 Kapan ibu memberikan obat ini ? untuk berapa lama ?

 Berapa tablet setiap kali pemberian ?


28

 Obat mana yang diberikan 2 kali setiap hari ?

 Ajari petugas obat di Puskesmas untuk memberikan cara

pengobatan sesuai tatalaksana pneumonia balita

4. Nasehati ibu kapan harus kembali

 Sesegera mungkin jika kondisi anak memburuk (sesak napas,

TDDK)

 Setelah 48 jam minum antibiotik untuk kontrol ulang

b. Menggunakan buku KIA untuk petunjuk pemberian makanan,

cairan/ASI, serta tanda-tanda untuk kembali segera

1. Nasihat pemberian makanan

 Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa menghisap dengan

baik

 Pemberian makanan pada anak yang muntah

 Pemberin makanan selama anak sakit

 Pemberian makanan setelah anak sembuh

2. Nasihat Pemberian Cairan

 Berilah minuman lebih banyak pada anak

 Pemberian ASI

3. Kembali Segera

 Mintalah ibu untuk mengamati kemungkinan timbul tanda-tanda

pneumonia, sebagai berikut :

a. Pernapasan menjadi sulit

b. Pernapasan menjadi cepat

c. Anak tidak mau minum


29

d. Sakit anak tampak lebih berat

 Jika muncul tanda-tanda tsb, maka mintalah ibuuntuk kembali

membawa anaknya ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan

c. Mengajari Ibu Menggunakan Bahan Yang Aman Untuk Meredakan

Batuk Dirumah

1. Bahan yang dianjurkan

 ASI eksklusif bayi sampai umur 6 bulan

 Banyak minum air hangat

2. Obat yang tidak dianjurkan

 Semua jenis obat batuk

 Obat yang mengandung codein

 Obat-obat dekongestan oral dan nasal

d. Memberitahu IBU tentang Pencegahan Pneumonia Balita

 Jauhkan balita dari penderita batuk

 Lakukan imunisasi lengkap di Posyandu atau Puskesmas

 Berikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan

 Pemberian makanan cukup gizi dan seimbang

 Jauhkan balita dari asap (rokok, asap dapur, asap kendaraan), debu,

serta bahan-bahan lain yang mengganggu pernapasan.

 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

 Rumah dengan ventilasi cukup

 Rajin mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik


30

5. Memberi pelayanan tindak lanjut

Memberi pelayanan pemantauan pengobatan berarti menentukan

tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh petugas kesehatan adalah

menanyakan apakah anak bernapas lebih lambat, apakah ada TDDK,

apakah nafsu makan membaik, melakukan pemeriksaan tanda bahaya

umum, dan melakukan penilaian lagi untuk balita batuk atau kesukaran

bernapas. Adapun tatalaksana yang dapat dilakukan dalam proses tindak

lanjut balita pneumonia, sebagai berikut :

a. Kunjungan Ulang Untuk Pneumonia Balita

1. Memburuk

Anak menjadi sulit bernapas, tak mampu minum, timbul TDDK

atau tanda bahaya yang lain. Anak harus dirujuk untuk rawat inap,

sebelum merujuk berikut :

 Satu dosis antibiotik

 Injeksi intramuskular ampisilin dan gentamisin

2. Tetap sama

Jika keadaan anak tetap sama seperti pemeriksaan sebelumnya,

tanyakan pemberian antibiotiknya.

 Apakah antibiotik diminum sesuai anjuran, cobalah terus

dengan antibiotik yang sama. Minta agar ibu membawa anak

kembali dalam 2 hari untuk kunjungan ulang kedua.


31

 Apabila antibiotik telah dimunum sesuai anjuran, berarti

antibiotik harus diganti dengan yang lain dan berikan untuk 3

hari. Misalnya amoksisilan diganti eritromisin.

3. Membaik

Beritahu ibu untuk meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari.

b. Kunjungan Rumah Untuk Pneumonia Balita

1. Balita pneumonia yang tidak datang kembali untuk kunjungan

ulang, akan dilakukan kunjungan rumah.

2. Balita yang berulang kali menderita pneumonia

6. Penerapan di Puskesmas

Menjelaskan tentang persiapan yang harus dilakukan, proses

pelaksanaan, dan pencatatan pelaporan Puskesmas. Hal ini di dukung

dengan adanya persiapan SDM, persiapan faktor pelayanan

(formulir/register, logistik, biaya operasional, ruangan), dan penyesuaian

alur pelayanan. Adapun tatalaksana yang dapat dilakukan dalam proses

penerapan di Puskesmas, sebagai berikut :

a. Persiapan pnerapan di Puskesmas

1. Diseminasi informasi kepada seluruh petugas Puskesmas

 Ringasan tatalaksana standar pneumonia balita

 Peran dan tanggung jawab petugas dalam penerapan

tatalaksana standar ISPA

 Balita di Puskesmas

2. Penyiapan Logistik

 Sediaan oral
32

 Sediaan injeksi

 Alat

b. Penerapan di Puskesmas

1. Penghitungan perkiraan kejadian pneumonia balita pertahun

2. Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan

c. Pemantauan dan Evaluasi

 Pemantauan dapat dilakukan setiap bulan atau triwulan.

 Evaluasi dilakukan setiap tahun atau semesteran.

Pedoman tatalaksana pneumonia balita didukung dengan pemantauan yang

dilakukan dengan alat (tool) pemantauan sederhana yang disebut Pemantauan

Wilayah Setempat (PWS) berupa tabel pemantauan cakupan perbulan yang

digunakan di semua tingkat terutama Puskesmas.

2.3 Puskesmas

2.3.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Kemenkes RI, 2014).

Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai

dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah

satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu
33

Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar Puskesmas dengan

memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-

masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota (Sulastomo, 2007).

2.3.2 Fungsi Puskesmas

Tiga fungsi pokok utama yang diemban puskesmas dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target dan sasaran masyarakat di

wilayah kerjanya yakni, sebagai berikut :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

 Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah

kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan.

 Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan untuk masyarakat

dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah

kerjanya.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat berupaya agar perorangan, terutama

pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki perilaku berikut:

 Sadar, mau dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk

hidup sehat.

 Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

termasuk pembiayaan.

 Ikut menetapkan menyelenggarakan, memantau, dan mengevaluasi

pelaksanaan program kesehatan.


34

 Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

 Merangsang masyarakat, termasuk swasta, untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri dengan memberikan

petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu menyelenggarakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan mencakup pelayanan kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Mubarak, 2011).

2.4 Logic Models


Logic models adalah cara sistematis dan visual untuk menyajikan dan

menjelaskan pemahaman dari hubungan antara sumber daya yang dimiliki untuk

mengoperasikan program yang direncanakan, dan perubahan atau hasil yang ingin

dicapai (Kellog, 2004).

Menurut Helena Clark (2004) logic models adalah suatu grafis yang

menggambarkan seluruh komponen program, dan sehingga membantu pemangku

kebijakan mengidentifikasi hasil, masukan dan kegiatan/aktivitas.

Logic models ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu program

atau kegiatan sehingga disebut juga program logic models. Tujuan dari program

logic models ini adalah untuk menggambarkan urutan peristiwa dengan

menghubungakan kebutuhan yang program rencanakan dengan program hasil

yang diinginkan. Pemetaan program ini dibagi menjadi input, proses, output,
35

outcome, serta effect. Sehingga pendekatan ini bisa diterapkan digunakan dalam

melihat proses pelaksanaan tatalaksana pneumona balita.

Logic models merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk

menggambarkan bagaimana organisasi itu menjalankan tujuannya berdasarkan

program yang dijalani dengan melihat aktivitas/proses dan teori atas

asumsi/prinsip dari suatu program. Logic models ini sering disebut dengan

pendekatan sistem yang sering digunakan dalam pemecahan masalah dengan

melihat gambaran dari input, proses, output, outcome, serta impact dari suatu

program atau kegiatan.

Pedoman tatalaksana pneumonia balita merupakan suatu pedoman atau

kebijakan pemerintah yang diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di

Puskesmas, untuk melihat bagaimana gambaran dari proses tersebut bisa

digunakan logic models dengan melihat dari sistem itu sendiri. Logic models

melihat suatu sistem itu terdiri dari input, proses, output, outcome, dan effect.
36

Bagan 2.1 Logic Models

Jika manfaat
telah tercapai
makan akan
membuat
Sumberdaya perubahan
yang Menggunaka Hasil Manfaat yang bagi
diperlukan n sumberdaya keluaran akan datang organisasi
untuk untuk langsung dari dari kegiatan atau
menjalanka menjalankan rencana yang telah masyarakat
n program rencana kegiatan. direncanakan dan instansi

Resources/i Activities Outputs Outcomes Impact


nputs

1 2 3 4 5

Yang direncanakan Hasil yang dituju

(terjemahan dari Kellog Fondation, 2004)

Berdasarkan gambar di atas logic models mengilustrasikan komponen-

komponen saling berhubungan diantara apa yang direncanakan dan apa yang

dipunya untuk menjalankan rencana tersebut. Menjalankan suatu rencana program

diperlukan sumber daya yang akan diolah/proses menjadi keluaran sehingga

tercapainya tujuan rencana tersebut, sehingga diperlukan perhatian lebih terhadap

bagian tersebut. Berikut sistem yang dapat digunakan pada logic models terdiri

dari :
37

 Resources termasuk manusia, anggaran, organisasi, dan kumpulan

sumberdaya suatu program yang bisa dugunakan untuk menjalankan

rencana. Dalam pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita

resources/inputnya adalah sumber daya manusia, sarana prasarana,

anggaran, dan sasaran.

 Aktivitas program/proses adalah menjalankan sumberdaya/input.

Aktivitas juga berarti proses, alat, kejadian, teknologi, dan aksi dari

bagian program yang akan diimpelmentasikan. Dalam pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita aktivitas/prosesnya adalah proses

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang.

 Output merupakan keluaran dari rencana atau program, pedoman

tatalaksana pneumonia balita ditujukan untuk petugas kesehatan yang

melaksanakan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas sesuai

dengan pedoman sehingga memenuhi penemuan sedini mungkin

penderita pneumonia balita di Puskesmas.

o Menurut Sosaline (2015), output dari monitoring dan evaluasi pedoman

tatalaksana pneumonia balita adalah realisasi pedoman tatalaksana,

yang hasilnya adalah gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia

balita di Puskesmas.

 Outcome merupakan hasil atau perubahan dari program yang biasanya

tercapai 1-sampai 3 tahun untuk tujuan jangka pendek dan 4 sampai 6

tahun untuk jangka panjang.

 Impact adalah dampak yang terjadi dalam waktu sekitar 7 sampai 10

tahun. Perubahan yang dituju atau yang tidak diinginkan mendasar yang
38

terjadi dalam organisasi, masyarakat atau sistem sebagai akibat dari

kegiatan program dalam waktu 7 sampai 10 tahun. Dampak dari

tatalaksana pneumonia balita berdasarkan pedoman sendiri adalah

untuk menurunkan atau menghilangkan angka kemantian balita akibat

penyakit pneumonia balita agar tercapai kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

2.5 Kerangka Teori


Berdasarkan pada tinjauan pustaka, penelitian ini akan menggunakan teori

logic models untuk menjawab tujuan dari penelitian. Penelitian yang diharapkan

menghasilkan gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas

Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan teori logic models oleh W.K.

Kellogg (2004). Berikut adalah teori logic models yang digunakan dalam

penelitian :
Output :
Input Kesesuaian
Pelaksanaan Outcome :
1. Sumber Process :
Daya Tatalaksana Menurunnya Impact :
Tatalaksana Pneumonia Balita
Kesehatan angka
Pneumonia Dengan Pedoman Balita terbebas
2. Sarana kesakitan dan
Balita di Tatalaksana dari penyakit
Prasarana kematian balita
Puskesmas Pneumonia Balita di pneumonia
akibat penyakit
3. Anggaran Pamulang Puskesmas Kota pneumonia
4. Sasaran Tangerang Selatan
Tahun 2017

Bagan 2.2 Kerangka Teori (Kellogg, 2004)

39
BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINI ISTILAH

3.1 Kerang Pikir


Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan, maka

disusunlah sebuah kerangka pikir. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori

logic models dengan pendekatan sistem oleh W.K. Kellogg (2004) yang sudah

diadaptasi oleh penelitian terdahulu. Peneliti hanya menggunakan 3 variabel untuk

menggambarkan pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita yaitu (1) Input; (2)

Proses; dan (3) Output.

Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti sampai tahapan output,

dikarenakan untuk hasil dari outcome bisa terlihat 1-3 tahun dari yang

direncanakan dan impact atau dampak dari suatu rencana akan terlihat 7-10 tahun

(Kellogg, 2004). Sehingga dikarenakan waktu peneliti membatasi penelitian yang

tidak sampai ke tahapan outcome dan tahapan impact karena waktu yang

diperlukan cukup lama.

Untuk memudahkan pemahaman dalam teori pendekatan sistem menurut

Kellogg (2014) pada komponen masukan (input), peneliti melihat unsur sumber

daya manusia (SDM) kesehatan, sarana prasarana, anggaran/dana, dan sasaran.

Pada komponen proses, peneliti melihat pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita

di Puskesmas Pamulang. Sedangkan pada komponen luaran (output), peneliti

melihat dari hasil kesesuaian tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas dengan

40
41

pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan. Maka

kerangka pikir yang digunakan dalam penelitan ini antara lain, sebagai berikut :

Bagan 3.1 Kerangka Pikir

Output:
Input: Kesesuaian
Pelaksanaan
1. Sumber Daya Process: Tatalaksana
Manusia Tatalaksana Pneumonia Balita
2. Sarana dan Pneumonia Balita di Dengan Pedoman
Prasarana Puskesmas Tatalaksana
3. Dana Pamulang Pneumonia Balita
4. Sasaran di Puskesmas Kota
Tangerang Selatan
Tahun 2017
42

3.2 Definisi Istilah


Definisi istilah dari domain yang digunakan untuk memberikan gambaran

pelaksanaana tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan

adalah, sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No Istilah Definisi

1. Input (Masukan) Segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan


tatalaksana pneumonia balita agar dapat berjalan
dengan baik, yang terdiri dari sumber daya
manusia, sarana prasarana, anggaran/dana, dan
sasaran.
Sumber Daya Adalah tenaga kesehatan yang terlibat dan
Manusia mendukung dalam pelaksanaan tatalaksana
pneumonia balita.
Data diperoleh dari wawancara, telaah dokumen,
dan observasi dengan hasil berupa gambaran
tenaga kesehatan yang terlibat dalam melakukan
tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas.
Sarana dan adalah fasilitas yang tersedia untuk proses
Prasarana tatalaksana pneumonia balita.
Data diperoleh melalui wawancara dan observasi
dengan hasil berupa gambaran fasilitas yang
digunakan dalam pelaksanaan tatalaksana
pneumonia balita seperti obat-obatan, ARI Sound
Timer, oksigen konsentrator dan selang hidung,
alat nebulisasi, stempel, buku register, formulir
pelaporan P2 ISPA, dan buku KIA.
2. Anggaran/Dana adalah adanya materi dalam bentuk uang yang
digunakan untuk pelaksanaan tatalaksana
43

pneumonia balita.
Data yang diperoleh dari wawancara mendalam
dengan hasil gambaran jumlah dan sumber dana
untuk tatalaksana pneumonia balita yang
digunakan di Puskesmas.
Sasaran Adalah balita dan ibu balita yang mempunyai
gejala ataupun tanda menderita pneumonia balita.
Data diperoleh dari wawancara mendalam, telaah
dokumen dan observasi dengan hasil gambaran
penemuan balita pnemonia di Puskesmas.
2 Process (Proses) Kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
tatalaksana Pamulang dalam tatalaksana yang terdiri dari
pneumonia menilai anak batuk atau kesukaran bernapas,
klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2
kelompok umur balita, menentukan pengobatan
dan rujukan, memberikan konseling bagi ibu balita
pneumonia, memberikan pelayanan pemantauan
obat, dan penerapan di Puskesmas Pamulang.
Data diperoleh dari wawancara mendalam,
observasi, dan telaah dokumen dengan hasil
gambaran tatalaksana pneumonia balita.
3. Pelaksanaan Seluruh tahapan menilai anak batuk atau kesukaran
Tatalaksana bernapas, klasifikasi dan menentukan tindakan
Pneumonia Balita sesuai untuk 2 kelompok umur balita, menentukan
di Puskesmas pengobatan dan rujukan, memberikan konseling
bagi ibu balita pneumonia, memberikan pelayanan
pemantauan obat, dan penerapan di Puskesmas
untuk tatalaksana pneumonia balita dapat
dilaksanakan sesuai dengan pedoman tatalaksana
pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.
44

Data diperoleh dari telaah dokumen dengan hasil


gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia
balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain studi dekriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa teks, naratif, kata-kata baik secara tertulis maupun lisan dari

informan serta perilaku yang diamati (Sugiyono, 2011). Pendekatan ini dengan

menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan telaah

dokumen.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan

dengan pendekatan studi kasus di Puskesmas Pamulang dengan menggunakan

teori Logic Models.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas yang ada di wilayah Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan, dengan spesifikasi Puskesmas yang memiliki temuan

kasus pneumonia balita tertinggi di tahun 2014 dan 2015 yakni Puskesmas

Pamulang. Selanjutnya penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai

dengan September tahun 2017.

4.3 Informan Penelitian


Informan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling, dimana pemilihan informan harus memenuhi kriteria yang

45
46

telah ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini Informan yang dipilih adalah

subjek yang peneliti anggap mengetahui informasi dengan baik tentang

pengendalian pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

Pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar dalam waktu yang relatif singkat

banyak mendapatkan informasi yang benar-benar terjangkau (Basrowi, 2008).

Maka informan pada penelitian ini antara lain, sebagai berikut :

a. Kepala Puskesmas Pamulang

b. Pemegang program pneumonia balita di Puskesmas Pamulang

c. Staf Koordinator P2 di Puskesmas Pamulang

d. Staf Pelaksana Pneumonia Balita di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan

e. Tenaga kesehatan yang diobservasi di Puskesmas Pamulang (2

Dokter dan 1 Bidan)

Informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu informan kunci

merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok

yang diperlukan dalam penelitian, informan utama merupakan mereka yang

terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan informan pendukung

merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung

terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti (Suyanto, 2005). Jika informasi yang

dibutuhkan belum cukup atau kurang maka peneliti menggunakan teknik

snowball. Snowball adalah teknik penentuan jumlah sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Maka peneliti mencari informan-informan

lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan orang

sebelumnya (Sugiyono, 2011).


47

4.4 Instrumen Penelitian


Pada penelitian kualitatif, peneliti memiliki kedudukan khusus yaitu

perencana, pelaksana pengumpul data, analisi, penafsir data, serta hasil

penelitiannya (Moeleong, 2010). Kedudukan peneliti tersebut menjadikan peneliti

sebagai key instrument atau intrumen kunci yang mengumpulkan data berdasarkan

kriteria-kriteia yang dipahami (Sugioyono, 2009).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan pedoman

wawancara mendalam untuk mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita. Instrumen lain dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan telaah dokumen.

Serta peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera, dan perekam

suara agar dapat memperkuat akurasi data mengenai pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

4.4 Sumber Data


Pada penelitian ini menggunakan sumber data berasal dari data primer dan

data sekunder antara lain, sebagai berikut :

1. Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan

yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh

dari responden secara langsung (Arikunto, 2010). Data primer

didapatkan melalui hasil wawancara mendalam dan observasi kepada

informan, dengan proses wawancara dilakukan kepada staf pelaksana

pneumonia balita di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,


48

pemegang program pneumonia balita, staf koordinator P2 dan kepala

Puskesmas di Puskesmas Pamulang. Kegiatan observasi tatalaksana

pneumonia balita telah dilakukan untuk memastikan bahwa hasil

wawancara informan sesuai dengan kondisi di lapangan.

2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,

yaitu berupa dokumen-dokumen pendukung penelitian dan sumber

lainnya seperti undang-undang, peraturan pendukung kebijakan, serta

dokumen yang diperoleh sepanjang penelitian dari berbagai sumber

guna untuk mendukung data penelitian.

4.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini anatar lain

sebagai berikut :

a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang

kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman

pribadi (Sulistyo, 2006). Informan yang akan menjadi subjek antara

lain staf pelaksana pneumonia balita di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, kepala Puskesmas, staf koordinator P2 dan

pemegang program pneumonia balita di Puskesmas Pamulang.

Selanjutnya wawancara mendalam yang telah dilakukan dengan

memberikan pertanyaan kepada informan penelitian mengenai input

(sumber daya manusia, sarana prasarana, anggaran, dan sasaran) dan


49

proses tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas yang dapat

menghasilkan data primer.

b. Observasi

Observasi merupakan prosedur yang berencana meliputi melihat,

mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau

situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah penelitian

(Notoadmodjo, 2010). Observasi yang dimaksud dalam metode

pengumpulan data ini ialah melihat kesesuaian proses tatalaksana

pneumonia balita yang terdiri dari proses menilai anak batuk atau

kesukaran bernapas, klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk

2 kelompok umur balita, menentukan pengobatan dan rujukan,

memberikan konseling bagi ibu balita pneumonia, memberikan

pelayanan pemantauan obat, dan penerapan di Puskesmas Pamulang

dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian

Kesehatan.

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen adalah pengumpulan data melalui pencatatan

terhadap dokumen. Melakukan pemeriksaan terkait pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita melalui dokumen-dokumen yang

tersedia. Hasil observasi dan wawancara informasi dapat peneliti

bandingkan kesesuaiannya menggunakan dokumen-dokumen tersebut

agar dapat mengetahui pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di

Puskesmas Pamulang.
50

4.7 Analisa Data


Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan

data yang telah diolah. Pendekatan ini mengidentifikasi persamaan dan perbedaan

data kualitatif, sebelum berfokus pada hubungan antara bagian-bagian yang

berbeda dari data, sehingga berusahan untuk menggambarkan peristiwa dan atau

menjelaskan kesimpulan dari berbagai arah. Proses dan prosedur analisis data

dimulai dari transkripsi, pengenalan dengan wawancara, pengkodean,

mengembangkan kerangka analisis kerja, menerapkan kerangka analisis,

memetakan data ke dalam matriks kerangka kerja, dan menafsirkan data (Gale,

2013), sebagai berikut :

1. Transkripsi

Rekaman audio dan video menjadi sangat penting dalam membantu

mengumpulkan data. Rekaman ini digunakan pada saat wawancara

mendalam bersama infroman sehingga semua informasi ketika wawancara

bisa didapatkan. Setelah dilakukan wawancara terhadap informan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita maka hasil

wawacara tersebut akan di transkrip secara manual sehingga data yang

didapat bisa dipindahkan dalam bentuk tulisan.

2. Pengenalan dengan wawancara

Setelah dilakukan transkrip dari hasil pengumpulan data oleh peneliti,

perlu juga dilakukan pengenalan data yaitu dengan cara mengulang

kembali data yang telah ditranskrip. Tujuan dilakukan pengenalan adalah

untuk mengetahui lebih dalam data yang ditranskrip sehingga bisa

mengetahui dan memahami setiap data yang ditranskrip.


51

Hasil dari wawancara terhadap informan tentang pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita di Puskesmas Pamulang dalam bentuk transkrip dengan

dilakukan pengulangan atau pencocokan dari data yang telah ditranskrip

tadi dengan data mentah yang berupa catatan atau rekaman sehingga data

yang di dapatkan bisa lebih akurat dalam mengurangi kesalahan dalam

menerjemahkan data.

3. Pengkodean

Setelah dilakukan pengenalan untuk memudahkan peneliti dalam

mengelola data, maka selanjutnya dilakukan pengkodean, yaitu dengan cara

mengkategorikan data yang didapat. Kategori atau coding di dalam

penelitian ini dibagi dalam pendomain yaitu SDM, sarana dan prasarana,

dana, sasaran dan proses pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di

Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

4. Mengembangkan Kerangka Analisis Kerja

Setelah dilakukan coding terhadap data yang dianalisis, maka setiap

substansi akan dibagi lagi menjadi kode yang lebih besar seperti SDM,

sarana dan prasarana, dana, dan sasaran akan masuk kedalam kode input,

kemudian proses tatalaksana pneumonia balita akan masuk kedalam kode

proses, serta pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita akan masuk kedalam

output.

5. Menafsirkan Data Menerapkan Kerangka Analisis

Setelah dilakukan pengkodean, maka selanjutnya data yang telah

ditranskrip sebelumnya dimasukkan kedalam setiap kode masing-masing


52

data yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga pada setiap kode akan

berisikan semua data yang telah ditranskrip.

6. Memetakan Data Ke Dalam Matriks Kerangka Kerja

Kemudian setelah semua data sudah dikodekan menggunakan kerangka

analisis, maka akan dilanjutkan dengan meringkas semua data dalam

matriks untuk setiap tema dari berbagai metode pengumpulan data.

Bentuk matriks tersebut berisikan semua data dari berbagai sumber data

dari informan. Kemudian dimasukkan data dari metode pengumpulannya

yaitu wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.

7. Menafsirkan Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah interprestasi data atau

penarikan kesimpulan dengan cara data yang telah dikelompokkan

sebelumnya akan dilakukan analisis terhadap data tersebut atau di

interprestasikan hasilnya baik dari komponen input proses distribusi,

komponen proses distribusi, dan output dari distribusi itu sendiri.

Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam

bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada dilapangan,

pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian

diambil intisarinya saja. Sehingga bisa mendapatkan gambaran pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

4.8 Penyajian Data


Penelitian ini menyajikan data dalam bentuk narasi dan dilegkapi dengan

matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi
53

lapangan dan telaah dokumen untuk memperkuat hasil gambaran pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

4.9 Validasi Data


Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang diperoleh, peneliti

melakukan validasi data. Pada penelitian ini validasi data yang dilakukan anatara

lain, sebagai berikut :

a. Triangulasi sumber, yaitu triangulasi ini dilakukan dengan cara cross

check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali

topik yang sama. Dilakuka dengan cara wawancara mendalam kepada

kepala Puskesmas Pamulang, pemegang program pneumonia balita, staff

koordinator P2 Puskesmas Pamulang, dan staf pelaksana pneumonia balita

di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

b. Triangulasi metode, yaitu triangulasi yang dilakukan dengan

menggunakan metode pengumpulan data berbeda-beda untuk

mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam dan telaah data

sekunder.

Pada praktiknya peneliti hanya bisa melakukan triangulasi dengan check dan

recheck (cek silang) antar informan, hal ini dikarenakan peneliti tidak memiliki

informan lain yang sesuai dengan kebutuhan data yang diinginkan. Namun,

dengan dilakukan triangulasi data pada penelitian ini, diharapkan peneliti dapat

melakukan validasi secara tepat, akurat dan terpecaya. Sehingga didapatkan hasil

data yang tepat, akurat, dan terpercaya dalam analisis pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan tahun 2017. Adapun

tabel triangulasi dalam penelitian ini, sebagai berikut :


54

Tabel 4.1 Triangulasi Data

Triangulasi Data
Domain Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Penelitian
Wawawcara Telaah Inf Inf Inf
Observasi
Mendalam Dokumen Kunci Utama Pendukung
Sumber Daya √
√ √ - √ √
Manusia
Sarana dan √
√ √ √ √ √
Prasarana
Dana √ - - √ √ √
Sasaran √ √ - √ √ √
Tatalaksana
Pneumonia
Balita di √ √ √ √ √ √
Puskesmas
Pamulang
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Puskesmas Pamulang


Puskesmas Pamulang adalah Puskesmas yang membina 2 kelurahan antara

lain Pamulang Barat dan Pamulang Timur. Puskesmas merupakan sarana

pelayanan primer yang komprehensif (preventif, promotif, kuratif, dan

rehabilitatif) yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dan menciptakan perilaku sehat yang mandiri dan berkesinambungan. Letak

Puskesmas Pamulang yang strategis mengambarkan banyaknya jumlah kunjungan

rawat jalan di Puskesmas Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 514 Ha.

A. Visi Puskesmas Pamulang

Untuk visi yang diupayakan Puskesmas Pamulang yaitu “Terwujudnya

Puskesmas Pamulang Dengan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu,

Menyeluruh, Dan Terpadu Tahun 2018”.

B. Misi Puskesmas Pamulang

1. Memberikan pelayanan prima di semua sektor

2. Menjadi pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar

3. Menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga

4. Meningkatkan kemitraan dengan berbagai sektor

C. Tujuan Umum Puskesmas Pamulang

Tujuan umum Puskesmas Pamulang yaitu mengetahui gambaran umum

pelaksanaan kegiatan program pelayanan dengan menilai sejauh mana program

dan kegiatan yang dilaksanakan berjalan dan kesesuaian antara efisiensi dan

55
56

efektifitas dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Serta sebagai acuan

pelaporan tahunan dan perencanaan tahun berikutnya.

5.2 Karakteristik Informan


Informan pada penelitian ini berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari 1

kepala Puskesmas Pamulang, 1 pemegang program pneumonia balita di

Puskesmas Pamulang, 1 staf koordinator pneumonia balita di Puskesmas

Pamulang, dan 1 staf pelaksana pneumonia balita di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Informan tersebut menjadi informan kunci, informan utama,

dan informan pendukung. Berikut informan pada penelitian ini :

Tabel 5.1 Karakteristik Informan

Pendidikan Kode
No. Informan Usia Jenis
Terakhir Informan

1. Kepala Dokter 33 tahun Informan Inf 01

Puskesmas Kunci

Pamulang

2. Staf Bidan 28 tahun Informan Inf 02

Pelaksana Kunci

Pneumonia

Balita Dinas

Kesehatan

Kota Tangesel

3. Pemegang Bidan 25 tahun Informan Inf 03

program Utama
57

Pneumonia

Balita

Puskesmas

Pamulang

4. Staf Dokter 37 tahun Informan Inf 04

Koordinator Pendukung

P2 Puskesmas

Pamulang

5.3 Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang

Selatan telah menggunakan pedoman tatalaksana pneumonia balita. Pedoman

telah digunakan sebagai acuan untuk melakukan tatalaksana pneumonia balita dari

tahun 2015 sampai dengan sekarang. Pedoman tatalaksana pneumonia balita ini

bertujuan untuk menemukan sedini mungkin dan mengobati sampai sembuh

sehingga tidak memperberat penyakit dan menyebabkan kematian. Terdapat

beberapa proses dalam pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita dengan

didukung oleh input dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian di dapat dari hasil

wawancara mendalam dengan informan penelitian, observasi pada 6 balita

pneumonia di Puskesmas Pamulang, dan telaah dokumen. Berikut input, proses,

dan output pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang :


58

5.4 Gambaran Input Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Input merupakan masukan dari suatu sistem, masukan dari sistem

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita terdiri dari sumber daya manusia,

sarana prasarana, anggaran, dan sasaran.

5.4.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu input dari pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita. Pada sumber daya manusia ini akan dipaparkan

mengenai siapa saja SDM yang melakukan tatalaksana baik SDM yang terlibat

dan mendukung, serta peran Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita yang akan dijelaskan dari hasil

wawancara mendalam dan observasi.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai siapa saja SDM yang melakukan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang, informan mengemukakan

pernyataan yang dikutip sebagai berikut :

“Semuanya ya, mau bidan, perawat, ataupun dokter. Memang yang bagus itu ada

1 dokter untuk mendiagnosa tapi tenaga medis kurang banget jadi kadang yang

ada hanya perawat saja di Poli Anak”. (Inf 03)

“Iyaa dokter, bidan, dan perawat yang bertugas di Poli Anak”. (Inf 04)

Berdasarkan kutipan hasil wawancara yang diperoleh dari informan di

Puskesmas Pamulang, dapat disimpulkan bahwa SDM yang melakukan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas adalah dokter, bidan, dan perawat

yang sedang bertugas di Poli Anak. Hal ini sama halnya dengan hasil wawancara

kepada informan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Berikut kutipan

wawancaranya :
59

“Yang melakukan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas ya semua petugas

yang ada di Puskesmas, ada pemegang program, perawat, bidan, dan dokter yang

ada di BP Anak”. (Inf 02)

Diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan informan

kunci yang menyatakan bahwa permasalahan yang ada di Puskesmas Pamulang

adalah kurangnya SDM yang ada di Puskesmas terutama dokter. Berikut kutipan

wawancaraya :

“Kita di Puskesmas dokter cuma 2 orang jadi jika ada tanda dan gejala anak

yang pneumonia langsung dipindahkan ke Poli umum untuk di beri pelayanan

kesehatan sesuai dengan tingkat klasifikasi keparahan pneumonia pada balita,

karena yang jaga poli anak kadang bidan atau perawat aja.” (Inf 01)

Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Pamulang diketahui bahwa poli

anak hanya pernah melakukan pelayanan kesehatan 1 kali selama observasi dan

tindakan pelayanan kesehatan untuk anak digabung dengan Poli umum. Hal ini

dikarena kurangnya SDM yang bertugas di Poli anak untuk memberikan

pelayanan dan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan keterlibatan SDM Puskesmas

Pamulang dalam implementasi program tatalaksana pneumonia balita. Sebagian

besar informan menyatakan bahwa untuk tatalaksana pneumonia balita dimulai

dari melakukan diagnosa, pengobatan dan rujukan. Berikut hasil kutipan

wawancara :

“Seluruh staf ikut terlibat dalam memberikan tatalaksana pneumonia, SDM

khusus seperti bidan Yuni yang memegang program pneumonia balita


60

memberikan tatalaksana dengan mendiagnosis balita dan memberikan

pengobatan.” (Inf 01)

“Mulai dari mendiagnosa, tatalaksana, pencatatan dan pelaporannya.” (Inf 04)

“Menghitung nafas balita baik itu bidan maupun perawat, jika ada tanda dan

gejala anak yang pneumonia langsung dipindahkan ke Poli umum untuk di beri

pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat klasifikasi keparahan pneumonia

pada balita. Kadang di kasih rujukan ke fisioterapi untuk dikasih uap. Jika parah

langsung dirujuk ke RSUD tangsel” (Inf 03)

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, mengenai keterlibatan SDM dalam

pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita diketahui bahwa semua SDM terlibat di

Puskesmas adalah dokter, bidan, dan perawat. Berikut kutipan wawancara yang

dilakukan :

“Semua terlibat ya, seperti dokter, bidan dan perawat. Sekarang ada program

MTBS dan belum semua Puskesmas menjalan MTBS”. (Inf 03)

Berdasarkan penjelasan dari seluruh informan, kesimpulan yang didapat

untuk keterlibatan SDM di Puskesmas Pamulang menyatakan bahwa seluruh

SDM yang bertugas di Poli anak terlibat untuk melakukan tatalaksana pneumonia

balita baik itu dokter, bidan ataupun perawat.

Di Puskesmas SDM yang mendukung tatalaksana pneumonia balita adalah

seluruh SDM kesehatan di Puskesmas. Hal tersebut diketahui dari hasil

wawancara dengan informan, sebagai berikut :

“Selain saya sebagai pemegang program pneumonia balita, yang mendukung

seperti perawat dan bidan yang ada di Poli Anak. Jarang banget ada dokter di
61

Poli Anak karena harus berbagi dengan poli umum dan poli BPJS. Saya

dibuatkan SK, namun belum menerimanya dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan”. (Inf 03)

“Semua tenaga kesehatan di Puskesmas mendukung dalam melakukan

tatalaksana. Ya, paling ada SDM khusus ya pemegang program aja seperti bidan

Yuni yang memegang pneumonia dan diberik SK dari Dinas Kesehatan.” (Inf 04)

Hal ini sesuai dengan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

informan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Berikut hasil wawancara :

“Selain tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan provinsi dan

Kementerian Kesehatan ikut turun ke Puskesmas untuk melakukan monitoring

dan evaluasi tatalaksana pneumonia balita. Untuk SDM khusus di Dinas

Kesehatan saya yang memegang pneumonia balita.” (Inf 03)

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan peran Dinas Kesehatan dalam

implementasi program tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang.

Berikut pernyataan informan yang didapat dari hasil wawancara:

“Ada acara dimana gitu dari Dinas Kesehatan dengan narasumbernya. Monev

tentang pelaporan dan pencatatan. Pernah waktu saya mengikuti rapat, jika di

dalam lokbul ada yang tidak masuk pedoman tatalaksana diletakkan diatas meja

dan tenaga kesehatan yang belum mengetahui tatalaksana terbaru saya sarankan

untuk membaca pedoman di Poli Anak. Rapatnya 2-3 kali untuk pelatihan

tatalaksana pneumonia balita di tahun 2016. Udah sering disosialisasikan

pedoman tatalaksana.” (Inf 03)

“Iya ada pelatihan yang diselenggarakan Dinas Kesehatan setiap tahunya karena

setiap tahun pemegang program ganti.” (Inf 04)


62

Peran Dinas Kesehatan dalam implementasi tatalaksana pneumonia balita

yang di dapat dari hasil wawancara dengan informan di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa :

“Pelatihan pasti ya, karena mengingat kondisi dilapangan 1 tahun bisa ganti

beberapa kali jadi selalu update ilmu yang baru dan update juga petugas

Puskesmasnya dengan ilmu yang baru. Tahun ini kita melakukan rapat kordinasi

mengenai pelaporan 2x, workshop tatalaksana pneumonia balita 2x dalam 1

tahun yang dilakukan pada awal dan akhir tahun 2017 dari Dinas Kesehatan.”

(Inf 03)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan Kota

Tangerang selatan telah memberikan pelatihan kepada SDM di Puskesmas untuk

meningkatkan ilmu dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan tidak semua SDM yang bertugas di Poli Anak

mendapatkan pelatihan pedoman tatalaksana pneumonia balita, hanya pemegang

program pneumonia balita di Puskesmas yang mendapatkan pelatihan. Selanjutya

pemegang program mensosialisasikan informasi yang didapat dari pelatihan

kepada tenaga kesehatan lain yang telah dilakukan selama 2x pada loka karya

bulanan dan staf meeting ditahun 2016 di Puskesmas Pamulang.

5.4.2 Sarana Prasarana

Saran prasarana adalah suatu fasilitas yang tersedia dan mendukung dalam

melaksanakan tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang. Data mengenai sarana prasarana diperoleh dari wawancara mendalam,

observasi, dan telaah dokumen.


63

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai apa saja sarana prasarana yang ada di Puskesmas

untuk melakukan tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang

diungkapkan oleh informan terkait :

“Sudah ada sarana prasarana ya seperti untuk menghitung respiratory rate,

nebulaiser, lab dan alat lainnya untuk tatalaksana pneumonia balitanya.” (Inf 01)

“Sarana prasarananya ya ada seperti stopwatch, 1 rasi digital yakni alat yg dapat

menghitung napas cepat atau lambat dapat dari Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, oksigen (beli sendiri anggaran Puskesmas) dan alat

tatalaksana disini semua lengkap.” (Inf 03)

“Sudah lengkap ya, seperti ada tetoskop, tensi, termometer, dan sebagainya.

Untuk pneumonia alat ukur pernapasan saya lupa itu apa nama alatnya dan

diberikan sepiro metri portable yang diletakkan di poli Anak.” (Inf 04)

Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa

seluruh informan mengatakan bahwa sarana prasarana di Puskesmas sudah

lengkap. Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi masih terdapat beberapa sarana

prasarana yang tidak ada di Puskesmas. Berikut tabel hasil observasi sarana dan

prasarana tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang :


64

Tabel 5.2 Sarana Prasarana Puskesmas Pamulang

Jumlah/
No Sarana Prasarana Ada Tidak
Ketersedian

Obat (Sedian Oral)

1. Tablet/sirup amoksisilin √ Cukup untuk tatalaksana

pneumonia balita

2. Tablet/sirup parasetamol √ Cukup untuk tatalaksana

pneumonia balita

3. Tablet salbutamol √ Cukup untuk tatalaksana

pneumonia balita

Obat (Sediaan Injeksi)

1. Suntikan ampisilin √ -

2. Suntikan gentamisin √ -

3. Aqua bides untuk pelarut, √ Cukup untuk tatalaksana

pneumonia balita

4. Dispossable spuit √ Cukup untuk tatalaksana

pneumonia balita

5. Alkohol 70%. √ Cukup untuk tatalaksana

pneumonia balita

Alat

1. ARI sound timer √ 4 buah yang diterima

Puskesmas, 1 yang

digunakan untuk tatalaksana

pnemonia balita
65

2. Oksigen konsentrator dan √ 3 buah terdiri dari 2 gital dan

selang hidung/nasalprong 1 tidak digital, yang

digunakan 1 oksigen

konsentrator digital

3. Alat nebulisasi √ 1 Buah dan digunakan untuk

pelayanan kesehatan

4. Stempel, buku register dan √ 1 buah stempel, buku register

formulir pelaporan anak dan formulir pelaporan

program P2 ISPA program P2 ISPA.

Diperbanyak sesuai

kebutuhan Puskesmas.

5. Buku KIA √ 100 Buku KIA disesuaikan

dengan jumlah kunjungan

pasien di Poli KIA

6. Formulir rekapitulasi √ -

careseeking program P2

ISPA Tingkat Puskesmas

7. Formulir kunjungan rumah √ -

penderita pneumonia balita

dalam rangka careseeking

program P2 ISPA

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap sarana prasarana di

Puskesmas Pamulang diketahui bahwa untuk obat yang terdiri dari sediaan oral
66

sudah lengkap, sedangkan untuk sediaan injeksi masih belum lengkap yakni

suntikan ampisilin dan gentamisin. Serta untuk alat pada sarana prasarana masih

belum lengkap yakni formulir rekapitulasi careseeking program P2 ISPA Tingkat

Puskesmas dan formulir kunjungan rumah penderita pneumonia balita dalam

rangka careseeking program P2 ISPA.

Hasil wawancara kepada informan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan terkait dengan sarana prasarana diketahui bahwa sarana prasarana yang

diberikan kepada Puskesmas masih belum lengkap. Berikut kutipan

wawancaranya :

“Sarana prasarananya selama ini baru punya sountimer, buku pedoman

tatalaksana untuk semua Puskesmas sudah diberikan, pencatatan dan pelaporan

sudah punya semua. Namun, untuk CD tentang pneumonia, pool oksimetri dan

oksigen konsetrator baru beberapa Puskesmas. Saya hanya memberikan kepada

Puskesmas yang melakukan perawatan dan memiliki jumlah balita pneumonia

yang tinggi di 5 Puskesmas salah salah satunya Puskesmas Pamulang.” (Inf 02)

Berdasarkan hasil telaah dokumen di Dinas Kesehatan diketahui bahwa,

hanya 5 Puskesmas yang mendapatkan pool oksimetri dan salah satunya

Puskesmas Pamulang. Dapat diambil kesimpulan bahwa mengenai sarana

prasarana belum semuanya dipenuhi oleh Dinas Kesehatan seperti sediaan injeksi

untuk suntikan gentamisin dan formulir rekapitulasi careseeking program P2

ISPA Tingkat Puskesmas dan formulir kunjungan rumah penderita pneumonia

balita dalam rangka careseeking program P2 ISPA dikarena tidak diberikan dari

alat farmasi Dinas Kesehatan dan formulir yang tidak diberikan karena dapat

diperbanyak sendiri oleh Puskesmas yang melakukan kunjungan rumah. Hal ini
67

sudah disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan kepada

Puskesmas Pamulang. Belum lengkapnya sarana prasarana tersebut tidak

mengganggu proses pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas.

Untuk mengetahui ketersediaan sarana prasarana, maka dilakukan

wawancara dengan informan di Puskesmas Pamulang. Berikut pernyataan yang

diungkapkan informan terkait :

“Semua sarana prasarana awalnya sudah tersedia dan disimpan di Poli Anak.

Namun, poli lain suka mengambil sarana prasarana tersebut sehingga tidak

berada di satu tempat atau ruangan. Untuk sekarang ya, sarana dan prasarana

tersebut ada di UGD Puskesmas.” (Inf 03)

“Puskesmas sudah menyediakan ya, waktu adanya poli MTBS tahun 2009.

Sarana prasarana gedung dan alat seperti senter, respiratory rate dari Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Cuma yang dari Dinas Kesehatan sudah ada

yang rusak ya jadi kita pegadaan sendiri dengan dana JKN.” (Inf 01)

Dari hasil wawancara dengan informasi di Puskesmas Pamulang dapat

diketahui bahwa Puskesmas sudah menyediakan sarana prasarana tersebut sejak

tahun 2009 dengan adanya poli MTBS. Akan tetapi, poli MTBS tidak aktif

dijalankan di Puskesmas karena kurangnya tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai peran Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

dalam memenuhi sarana prasarana di Puskesmas. Berikut wawancara bersama

informan yang telah dilakukan :

“Memberikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan yang telah

diajukan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.” (Inf 03)
68

“Iya Dinas Kesehatan membantu dengan memberikan sarana dan prasarana

untuk Puskesmas.” (Inf 04)

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan informan dari Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan terkait perannya dalam memberikan sarana

prasana di Puskesmas Pamulang. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa :

“Memberikan sarana dan prasarana, update sarana dan prasarana yang di dapat

dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi diberikan ke

Puskesmas.” (Inf 02)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan Kota

Tangerang selatan membantu menyediakan sarana dan prasana dengan

memberikan sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan dan mengupdate sarana

prasana tersebut yang di dapat dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan

Provinsi Banten.

5.4.3 Anggaran atau Dana

Dana adalah materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk mendukung

terlaksananya tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas, pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita akan berjalan sesuai dengan keinginan apabila

didukung dalam segi pembiayaan.

Adanya anggaran atau dana yang dimiliki oleh Puskesmas Pamulang untuk

melakukan tatalaksana pneumonia balita akan dipaparkan dalam pernyataan dari

informan terkait. Berikut kutipan wawancaranya :

“Dana untuk tatalaksana dari Puskesmas. Kalo untuk kunjungan rumah dari

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ya untuk pneumonia balita.” (Inf 03)
69

“Peran Dinas Kesehatan kasih alat untuk menghitung respiratory rate, ada juga

oksigen konsentrator rusak baru-baru ini mau diperbaiki binggung nyari

teknisinya. Dinas Kesehatan memberikan dana untuk pelatihan tatalaksana

pneumonia balita. Untuk obat diberikan dari Dinas Kesehatan juga, dana JKN

digunakan sebagai backup jika dana dari Dinas Kesehatan lagi kosong.” (Inf 01)

“Saya kurang tau ya soal dana itu. Kayaknya dana operasional tidak khusus

untuk tatalaksana pneumonia balita.” (Inf 04)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, diketahui bahwa dana berasal dari APBD dan

dana operasional Puskesmas. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh informan

terkait :

“Dana yang digunakan biasanya dana operasional Puskesmas dan kunjungan

rumah ada anggaran dari APBD. Terus untuk penyediaan sarana prasana tahun

2015-2016, workshop dan rakor tenaga kesehatan itu biasanya dari kita Dinas

Kesehatan ya.” (Inf 02)

Dari keseluruhan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar informan mengatakan bahwa dana untuk melakukan tatalaksana pneumonia

balita berasal dari operasional Puskesmas, APBD dan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, tetapi ada dana pendukung yakni dana JKN yang digunakan

jika dana dari Dinas Kesehatan belum tersedia.

5.4.4 Sasaran

Sasaran adalah balita dan ibu balita yang mempunyai tanda dan gejala

menderita pneumonia. Pada sasaran ini akan dipaparkan mengenai cara tenaga

kesehatan menetapkan sasaran pneumonia balita dan kesesuaian sasaran


70

pneumonia balita dengan pedoman tatalaksana yang akan dijelaskan dari

wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai cara tenaga kesehatan menetapkan

sasaran balita pneumonia di Puskesmas Pamulang, informan mengemukakan

pernyataan yang dikutip sebagai berikut :

“Biasanya hitung napas terlebih dahulu, lalu diklasifikasikan berdasarkan usia

dengan jumlah hitung 1 rasinya. Jika mengarah ke pneumonia dirujuk ke dokter

umum, lalu ditulis diagnosanya berdasarkan klasifikasi usia.” (Inf 03)

“Sudah sesuai, sampai saat ini sasaran pneumonia balita belum memenuhi target.

Namun penemuan pneumonia balita tetap tinggi dibandingkan Puskesmas lain.

Target nasional spm terbaru 100% dan Puskesmas Pamulang ditahun 2016 sudah

mencapai target.” (Inf 01)

“Yang saya tau teman-teman sudah bisa menetapkan sasaran pneumonia karena

sudah biasa ikut pelatihan pedoman tatalaksana pneumonian balita ya, tapi tetap

yang mendiagnosa dokter ya.” (Inf 04)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara yang diperoleh dari informan di

Puskesmas Pamulang, dapat disimpulkan bahwa seluruh informan menyatakan

bahwa tenaga kesehatan dalam menetapkan sasaran berdasarkan hasil diagnosa

dan klasifikasi usia balita tersebut untuk menentukan pengobatan. Hal ini juga

didukung dengan didapatnya pelatihan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk pemegang program pneumonia

balita.
71

Hal ini sama dengan hasil wawancara pada informan di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan terkait cara penetapan sasaran pneumonia balita di

Puskesmas, berikut kutipan wawancara yang didapat :

“Sasaran balita pneumonia mengikuti sasaran yang telah ditentukan Kementerian

Kesehatan dalam pedoman tatalaksana pneumonia balita. Setiap Puskesmas

menentukan target berbeda karena disesuaikan dengan jumlah balita di daerah

Puskesmas.” (Inf 02)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kunci,

diketahui bahwa permasalahan yang ada di Puskesmas Pamulang adalah SDM

yang memiliki penilaian sendiri dalam menetapkan balita pneumonia atau tidak,

karena dari hasil observasi didapatkan bahwa SDM yang sudah mendapatkan

tanda dan gejala anak yang mendekati pneumonia jarang dihitung napasnya.

Berdasarkan pedoman tatalaksana jika anak sudah memiliki tanda dan gejala

pneumonia dengan napas yang cepat dan harus dihitung napas untuk menentukan

klasifikasi balita pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan pneumonia.

Informan menyatakan kesesuaian sasaran balita pneumonia di Puskesmas

Pamulang berdasarkan pedoman tatalaksana pneumonia balita. Hasil wawancara

yang dikutip dikutip, sebagai berikut :

“Sudah sesuai dengan pedoman ya. Untuk target kita Puskesmas sama dengan

Dinas Kesehatan.” (Inf 03)

“Sudah sesuai dengan pedoman, namun angka penemuan kasus selama ini yang

saya lihat dari tahun ketahun tidak menurun ya.” (Inf 04)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang diperoleh dari informan di

Puskesmasn Pamulang, dapat disimpulkan bahwa seluruh tenaga kesehatan belum


72

baik dalam menentukan sasaran balita pneumonia untuk melakukan tatalaksana

pneumonia balita berdasarkan pedoman tatalaksana di Puskesmas Pamulang.

5.5 Gambaran Proses Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Terdapat beberapa proses dalam pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita,

proses tersebut terdiri dari menilai anak batuk atau kesukaran bernapas, klasifikasi

tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59 bulan, klasifikasi dan tindakan untuk

bayi atau kesukaran bernapas <2 bulan, pengobatan dan rujukan, konseling ibu,

tindak lanjut pneumonia balita, dan penerapan di Puskesmas.

5.5.1 Menilai anak batuk atau kesukaran bernapas

Proses menilai anak batuk atau Kesukaran bernapas yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Poli anak terkait dengan pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan berdasarkan pedoman tatalaksana

pneumonia balita. Data menilai anak batuk atau kesukaran bernapas didapat

melalui wawancara mendalam dan observasi di Puskesmas Pamulang.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informan di Puskesmas

Pamulang melakukan 3 tahapan dalam menilai anak batuk atau kesukaran

bernapas yang terdiri dari menanyakan, melihat, dan mendengarkan keadaan

balita di Poli umum. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan, sebagai berikut :

“Menilai anak batuk sesuai dengan pedoman ya aku mulai dengan tanyain umur

anak, keluhan apa aja, dan sudah berapa lama sakitnya. Terus aku lihat keadaan

balitanya ada napas cepat atau tarikan dinding dada bagian bawah atau tidak,

dan terakhir aku dengar pernapasan balitanya apakah ada stridor ataupun

wheezing dengan stetoskop pada balita. Jadi aku tinggal ngikutin aja tindakan
73

yang ada dipedoman, terus sebelumnya juga udah pernah dapat pelatihan

pedoman tatalaksana pneumonia balita” (Inf 03)

Hasil observasi pada 6 balita pneumonia di Puskesmas Pamulang, diketahui

bahwa dalam proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas dilakukan di

Poli umum karena kurangnya tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan

kesehatan di Poli anak. Tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan tenaga

kesehatan pada tahapan menilai anak batuk atu kesukaran bernapas yakni dengan

memberikan pertanyaan dan mendengarkan keluhan balita kepada ibu balita,

selanjutnya tenaga kesehatan melihat keadaan balita untuk memastikan keluhan

balita tersebut, dan terakhir tenaga kesehatan mendengar dengan stetoskop untuk

menilai apakah balita memiliki stridor ataupun wheezing pada pernapasannya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam proses menilai anak batuk atau kesukaran

bernapas dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan yakni dengan menanyakan

keadaan balita, melihat napas cepat dan tarikan didnding dada bagian bawah

balita, dan mendengar ada tidaknya stridor dan wheezing pada balita untuk

menentukan tindak lanjut dalam tatalaksana pneumonia balita.

5.5.2 Klasifikasi Tindakan Untuk Anak Umur 2 Bulan Sampai


Dengan 59 Bulan

Proses klasifikasi tindakan untuk anak umur 2 bulan sampai dengan 59

bulan di Puskesmas Pamulang terbagi menjadi tiga yakni pneumonia berat,

pneumonia, dan batuk bukan pneumonia dalam melakukan tatalaksana

berdasarkan pedoman tatalaksana pneumonia balita.


74

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tenaga kesehatan

menentukan balita pneumonia pada anak umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan

dengan menghitung napas cepat yang lebih 50x/menit untuk menentukan

klasifikasi dan tindakan tatalaksana. Tatalaksana yang dilakukan adalah

memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari, diberi pelega

tenggorokan dan pereda batuk yang aman, apabila batuk > 14 hari rujuk, apabila

wheezing berulang rujuk, nasehati ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran

petugas kesehatan dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta

jelaskan cara pemberian antibiotik, kunjungan ulang dalam 3 hari, dan obati

wheezing bila ada. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan, sebagai

berikut :

“Biasanya aku cek dulu RR balitanya pake alat namanya respiratory rate timer,

kalo ada napas cepat lebih dari 50x/menit untuk usia anak 2 bulan sampe 59

bulan baru di klasifikasi bahwa balitanya menderita pneumonia. Terus aku kasih

amoksisilin untuk 3 hari dan aku jelasin cara kasih antibiotiknya, kasih pelega

tenggorokan dan pereda batuknya, kalo ada batuk > 14 hari rujuk, nasehatin

ibunya untuk kasih obat sesuai anjuran aku dan bawa balik ke Puskesmas kalo

keadaan anaknya bertambah buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari

berikutnya.” (Inf 03)

Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan tatalaksana

pneumonia untuk klasifikasi dan tindakan pada anak berumur 2 bulan sampai

dengan 59 bulan dengan 6 balita pneumonia yang ditemukan saat observasi yakni

2 balita pneumonia diketahui terdapat proses tatalaksana yang pelaksanaannya


75

tidak sesuai dengan pedoman tatalaksana yakni tidak memberikan amoksisilin

oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari pada balita.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam proses klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2

bulan s.d 59 bulan pelaksanaannya belum dilakukan dengan baik, hal ini

dikarenakan terdapat proses tatalaksana yang tidak dilakukan oleh tenaga

kesehatan yakni tidak memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari

untuk 3 hari pada balita tersebut. Adanya proses klasifikasi dapat memberikan

informasi yang untuk menentukan tindakan pengobatan dalam memberikan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas.

5.5.3 Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Bayi Batuk Atau Kesukaran Bernapas
Umur <2 Bulan

Proses klasifikasi dan tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas

umur <2 bulan di Puskesmas seharusnya dilakukan berdasarkan pedoman

tatalaksana pneumonia balita guna untuk menemukan sedini mungkin balita

pneumonia dan mengobati untuk mengurangi keparahan serta kematian balita

akibat pneumonia.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tenaga kesehatan

menentukan klasifikasi dan tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas

umur <2 bulan dengan menghitung napas cepat yang lebih 60 x/menit dan ada

tarikan dinding dada kedalam. Klasifikasi dan tindakan yang dilakukan adalah

rujuk segera balita ke RS, sebelum meninggalkan Puskesmas beri pengobatan pra

rujukan seperti pemberian antibiotik, atasi demam, wheezing, kejang, dan

sebagainya), tulis surat rujukan ke RS dan anjurkan ibu agar membawa anak ke
76

RS sesegera mungkin, anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI dan jaga bayi

tetap hangat, dan jika tidak dapat dirujuk lakukan pengobatan di Puskesmas. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan informan di Puskesmas, sebagai berikut :

“Untuk bayi <2 bulan, aku tetap menghitung napas cepat bayi menggunakan

respiratory rate timer. Untuk usia bayi napas cepat 60x/ menit atau lebih dan ada

tarikan dinding dada kedalamnya baru tau klasifikasi bahwa bayi menderita

pneumonia berat. Bayi seperti ini langsung aku rujuk, tapi biasanya kita kasih

obat dulu kalo ada demam, wheezing, ataupun kejang dulu sebelum ke RS. Sambil

ngurus surat rujukan ke RS, kita suruh ibunya untuk tetap kasih ASI dan jaga

kondisi bayinya agar tetap hangat. Kalo bayinya tidak bisa di rujuk, barulah kita

kasih rawat jalan di Puskesmas aja” (Inf 03)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

memberikan klasifikasi dan tindakan pada bayi berumur <2 bulan dilakukan

dengan baik dan tenaga kesehatan melakukan koordinasi dengan RS untuk

memberikan pelayanan rujukan untuk bayi menderita pneumonia berat. Hasil

wawancara tidak didukung dengan hasil observasi dan telaah dokumen karena

selama melakukan observasi dan telaah dokumen tidak menemukan bayi batuk

atau kesukaran bernapas berumur <2 bulan yang menderita pneumonia berat di

Puskesmas Pamulang.

5.5.4 Pengobatan dan Rujukan

Setelah dilakukan proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas,

klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59 bulan, klasifikasi dan

tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas umur <2 bulan, dan
77

selanjutnya proses pengobatan dan rujukan di Puskesmas Pamulang yang akan

dilakukan berdasarkan pedoman tatalaksana pneumonia balita.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai pengobatan dan rujukan dalam melakukan

tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh

informan terkait :

“Jika pneumonia berat kita rujuk ke RSUD, kalo masih ringan kita beri obat dan

jika 3 hari tidak ada perbaikan kita rawat inap di Puskesmas.” (Inf 01)

“Tergantung klasifikasi pneumonianya ya, jika pneumonia aja kita kasih

antibiotik, dan kalo pneumonia berat kita ada retraksi iga atau ada kejang gizi

buruk dan gejala lainnya kita rujuk ke RSUD. Alur rujukannya mengikut pedoman

tatalaksana pneumonianya.” (Inf 04)

“Pengobatan dengan memberikan antibiotik, pengobatan demam, dan

pengobatan wheezing terlebih dahulu. Jika diobati ternyata memperparah atau

sudah parah terlebih dahulu langsung diberikan rujukan. Namun, jika masih bisa

ditangani dengan menggunakan alat nebulizer dan obat kita atasi dulu sebelum

melakukan rujukan.” (Inf 03)

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan di Puskesmas

Pamulang, dapat disimpulkan bahwa seluruh informan menyatakan bahwa tenaga

kesehatan dalam memberikan pengobatan dan rujukan pneumonia balita

berdasarkan klasifikasi dan tindakan sesuai umur balita dan selanjutnya diberikan

pengobatan yang terdiri dari pemberian antibiotik, pegobatan demam, dan

pengobatan wheezing jika ada. Serta rujukan dilakukan saat balita sudah
78

menunjukkan tanda dan gejala pneumonia berat dan sebelum rujukan tenaga

kesehatan tetap memberikan pengobatan pra rujukan di Puskesmas Pamulang.

Berbeda dengan peran Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terhadap

pengobatan dan rujukan balita pneumonia dengan melakukan monitoring secara

berkala ke Puskesmas. Berikut kutipan wawancara dengan informan di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan :

“Yaa saya sebagai staf pelaksana pneumonia balita dari Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan melakukan monitoring saja untuk pengobatan dan rujukan,

terus Puskesmas yang memberikan pengobatan dan rujukan yang sudah ada

alurnya sendiri kemana untuk mendapat tindak lanjut pelayanan kesehatan

pneumonia balita.” (Inf 02)

Hasil observasi pada 6 balita pneumonia yang ditemukan saat proses

pengobatan dan rujukan terdapat proses tatalaksana yang tidak dilakukan oleh

tenaga kesehatan yakni tidak memberikan pengobatan antibiotik oral yang sama

dengan pedoman tatalaksana pneumonia pada balita. Tenaga kesehatan

memberikan antibiotik oral selain amoksisilin dan eritromisin pada 2 balita

pneumonia di Puskesmas Pamulang. Selama observasi dilakukan tidak ditemukan

adanya balita pneumonia yang dirujuk ke rumah sakit, hal ini karena balita

pneumonia yang ditemukan masih bisa melakukan rawat jalan dengan pengobatan

yang diberikan oleh tenaga kesehatan dengan komitmen melakukan kunjungan

ulang setelah tiga hari mendapatkan pengobatan dari Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam proses pengobatan dan rujukan balita pneumonia di

Puskesmas Pamulang untuk proses tatalaksana yang dilakukan belum baik yakni
79

dengan ditemukan tenaga kesehatan yang tidak memberikan antibiotik oral

amoksisilin atau eritromisin pada balita pneumonia.

5.5.5 Konseling Ibu

Pada proses selanjutnya yang sangat penting dalam menentukan

kesembuhan bagi balita adalah pengetahuan ibu dalam memberikan pengobatan

rawat jalan dirumah pada balita yang di dapat melalui konseling ibu balita yang

diberikan oleh tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Poli Anak dengan

memberikan pelayanan kesehatan pada balita pneumonia.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai proses konseling ibu dalam melakukan

tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh

informan terkait :

“Setiap abis kita kasih terapi kita konseling dulu, seperti cara penggunaan obat,

cara penanganan balita saat sesak, dan pola makan anak pada bagian gizi.

Belum ada sosialisasi untuk ibu dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Konseling individu dengan ibu pada kunjungan rumah untuk penderita

pneumonia, ya saya yang datang berkunjung.” (Inf 03)

“Jika saya yang jaga di Poli anak saya berikan konseling pada ibu, saya

melakukan konseling liat jika dia ada napasnya belum normal segera kembali

atau misalkan jika 2 sampai 3 hari tidak ada perbaikan napas makin sesak dan

tanda bahaya pada ada saya kasih konseling ibunya agar segera dirujuk ke

RSUD.” (Inf 04)

“Iya pasti konseling diberikan saat berobat ke Puskesmas, tatalaksana pneumonia

dan apa yang harus dilakukan saat balita di rawat dirumah seperti apa. Yang
80

memberikan konseling ke ibu balitanya ya petugas yang memberikan pelayanan

di Poli anak, seperti bidan atau dokter.” (Inf 02)

Diketahui dari hasil wawancara diatas bahwa dalam proses memberikan

konseling balita yang dilakukan tenaga kesehatan yang terdiri dari mengajari ibu

cara pemberian obat oral dirumah, menggunkana buku KIA untuk petunjuk

pemberian makanan, cairan/ASI seperti tanda-tanda untuk kembali, mengajari ibu

menggunkana bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah, dan memberi

tahu ibu tentang pencegahan pneumonia balita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan terkait konseling ibu balita pneumonia di Puskesmas. Berikut

hasil kutipan wawancara :

“Kita dari Dinas Kesehatan ya memberikan sosialisasi ke Puskesmas dan

pelatihan konseling untuk petugas kesehatan yang melakukan tatalaksana

pneumonia balita.” (Inf 02)

Selanjutnya berdasarkan hasil observasi pada 6 balita di Puskesmas

Pamulang, diketahui bahwa pada proses konseling ibu terdapat proses tatalaksana

yang tidak dilakukan seperti mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah yang

tidak dilakukan dengan menggunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat

dan dosis yang sesuai pada ibu balita, tidak menggunkan buku KIA untuk

petunjuk pemberian makanan, cairan/ASI seperti tanda-tanda untuk kembali, tidak

mengajari ibu menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah

seperti memberitahu ibu obat yang tidak dianjurkan, dan tidak memberi tahu ibu

tentang pencegahan pneumonia balita seperti menjaga kebersihan rumah dan


81

lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin mencuci tangan dengan

sabun atau antiseptik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam proses konseling ibu oleh tenaga kesehatan

pelaksanaan tatalaksana belum dilakukan dengan baik. Hal ini terjadi pada proses

yang tidak menggunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis

yang sesuai pada ibu balita, tidak memberikan petunjuk pemberian makanan,

tidak menggunakan buku KIA sebagai petunjuk, dan tidak memberi tahu

pencegahan pneumonia. Adanya kekurangan pada proses ini tidak menjadi

kendala dalam proses konseling ibu balita pneumonia, tenaga kesehatan

menggunakan ilmunya yang didapat dari diseminasi ilmu untuk pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita dari tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan

sosialisasi dan pelatihan pedoman tatalaksana pneumonia balita.

5.5.6 Tindak Lanjut Pneumonia Balita

Puskesmas dalam proses tindak lanjut pneumonia balita tidak dilakukan di

semua kasus pneumonia balita, hal ini disesuaikan dengan keadaan balita setelah

mendapatkan pengobatan rawat jalan di Puskesmas Pamulang. Tindak lanjut

pneumonia balita terdiri dari 2 proses yakni kunjungan ulang dan kunjungan

rumah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai proses tindak lanjut pneumonia balita dalam

melakukan tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang diungkapkan

oleh informan terkait :


82

“Kalo misalnya dia kita obatin dengan diagnosis pneumonia obat habis 3 hari

wajib kontrol ke Puskesmas, jika tidak kontrol Puskesmas melakukan pelacakan

kasus (kunjungan rumah) yang melakukan biasanya saya dan dr. R. Kunjungan

ulang pengobatan dia ga sembuh suruh datang lagi, ga bisa dilepas aja tunggu

sembuh baru dilepas pemantauannya.” (Inf 03)

“Tindak lanjut untuk pneumonia balita tidak ada kunjungan rumah, paling

kunjungan ulang 2-3 hari balita melakukan kontrol lagi ke Puskesmas.” (INF 04)

“Pneumonia ringan tidak ada kunjungan ulang, tapi kalo pneumonia berat kita

ada kunjungan rumah. Yang melakukannya kunjungan rumah bidan atau perawat

yang sesuai dengan wilayah penderita pneumonia balita tersebut.” (Inf 01)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan di

Puskesmas Pamulang, maka dapat diketahui bahwa dalam proses tindak lanjut

pneumonia balita tidak semua kasus dilakukan kunjungan ulang dan kunjungan

rumah. Kunjungan ulang dilakukan jika ditemukan balita pneumonia untuk

memantau keadaan balita membaik, tetap sama, atau memburuk. Lain halnya

untuk kunjungan rumah dilakukan saat balita pneumonia yang tidak melakukan

kunjungan ulang di Puskesmas Pamulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan informan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Berikut kutipan

wawancaranya :

“Berdasarkan alur rujukan, melakukan kunjungan rumah balita penderita

pneumonia dari Petugas Puskesmas setempat.” (Inf 02)

Hasil observasi peneliti yang telah dilakukan di Puskesmas Pamulang,

diketahui bahwa dari 6 balita pneumonia yang ditemukan pada proses tindak

lanjut pneumonia balita sebagian balita tidak melakukan kunjungan ulang, hanya
83

1 balita yang melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas dengan keadaan

membaik untuk meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari berikutnya.

Tenaga kesehatan tidak melakukan kunjungan rumah pada 6 balita pneumonia,

hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas sebagai

berikut :

“....kendalanya SDM untuk melakukan kunjungan rumah ga ada selain saya dan

dr.risna jadi kadang kurang terlaksana kunjungan rumah karena kesibukan di

Puskesmas.” (Inf 03)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa dalam proses tindak lanjut pneumonia balita pelaksanaan

belum dilakukan dengan baik yakni untuk kunjungan ulang dan kunjungan rumah

belum dilaksanakan pada semua balita pneumonia di Puskesmas Pamulang.

5.5.7 Penerapan di Puskesmas Pamulang

Proses terakhir yang dilakukan dalam pelaksanaan tatalaksana pneumonia

balita adalah penerapan di Puskesmas. Penerapan di Puskesmas terdiri dari

persiapan penerapan, penerapan, dan pemantauan dan evaluasi di Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang ada di Puskesmas

Pamulang terkait penerapan di Puskesmas dalam melakukan tatalaksana

pneumonia balita. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh informan terkait :

“Saya yang merekap dari lembaran (register anak) penderita pneumonia balita,

selanjutnya saya setiap bulan memberikan laporan LB3 ke Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan sebelum tanggal 5 setiap bulannya. Tidak ada sanksi, cuma

pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan akan terus meminta laporan

tersebut.” (Inf 03)


84

“Sebulan sekali saya memberikan pencatatan dan pelaporan ke Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan sebelum tanggal 5 dalam bentuk LB3 yaa.” (Inf 04)

“Laporan diberikan setiap bulannya, ada register pneumonia balitanya sendiri

kita lapor via LB1 dan LB3. Fungsi pencatatan dan pelaporan tersebut itu lebih

informasi untuk kita aja sih.” (Inf 01)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses

penerapan di Puskesmas untuk pencatatan dan pelaporan, Puskesmas memberikan

laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan setiap bulannya sebelum

tanggal 5 dalam bentuk laporan yakni LB1 dan LB3 berdasarkan data dari register

anak dan laporan dari pelayanan kesehatan di sekitar wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan

informan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terkait penerapan di

Puskesmas. Berikut kutipan wawancaranya :

“Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan pneumonia balita banyak Puskesmas

yang memberikan laporan tidak sesuai format karena format diganti dari tahun

2015 pertengahan. Tidak semua Puskesmas mengerti memakai komputer

sehingga berdampak saat saya input datanya di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tidak valid, jadi sama saja mereka tidak melaporkan atau

tidak tepat. Pencatatan dan pelaporan diberikan setiap tanggal 5 tiap bulannya

dan tidak ada sanksi untuk Puskesmas yang terlambat dalam memberikan hasil

pencatatan dan pelaporan. Setiap rapat koordinasi selalu followup pencatatan

dan pelaporannya bagaimana, kenapa tidak bisa mengisi sesuai format padahal

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah memberikan sosialisasi datang

ke Puskesmas untuk pengisian format. Namun, Puskesmas masih ada yang belum
85

paham menggunakan komputer besok-besok nanya lagi, sehinnga memberikan

pelaporan dengan format lama.” (Inf 02)

Hasil observasi dan telaah dokumen yang telah dilakukan di Puskesmas

Pamulang, diketahui bahwa penemuan balita pneumonia di Puskesmas Pamulang

dalam 1 bulan hanya ditemukan 6 balita pneumonia karena tenaga kesehatan tidak

menghitung respiratory rate balita. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien

dan tidak adanya alat respiratory rate di Poli umum, sehingga tidak dihitung

napas cepat pada balita yang mengakibatkan tenaga kesehatan hanya memberikan

pelayanan kesehatan dengan diagnosa penyakit ISPA. Dampak dari hal tersebut

adalah sedikitnya penemuan kasus pneumonia balita, sehingga laporan yang

diberikan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan setiap bulan hasilnya tidak

sesuai dengan buku register anak penemuan kasus pneumonia balita.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam proses pencatatan dan pelaporan Puskesmas Pamulang

belum dilakukan dengan baik, yakni masih adanya tindakan tenaga kesehatan

yang memberikan laporan ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yang tidak

sesuai dengan hasil data yang ada di register anak untuk penemuan balita

pneumonia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang ada di Puskesmas

Pamulang terkait penerapan di Puskesmas dalam melakukan tatalaksana

pneumonia balita pada bagian pemantauan dan evaluasi. Berikut pernyataan yang

diungkapkan oleh informan terkait :

“Minimal harus kunjungan rumah, kalo ga biasanya distatus ada nomor telepon

bisa dikonseling lewat telpon dan mengetahui keadaan balita sembuh atau sampai
86

dirujuk ke RS. Di pantau lewat Binwil (bina wilayah) ada penanggung jawab RT

masing-masing dan posyandu dengan bidan dan kader setiap desa. Pelaporannya

ke TU, Kapus, dan baru ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.” (Inf 03)

“Saya sebagai koordinator melakukan pemantauan dan evaluasi aja dari setiap

program P2. Kadang-kadang suka lupa di periksa RR nya untuk mengingatkan,

kendalanya form MTBS tidak di isi. Hasil pemantauan dan evaluasi diberikan ke

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.” (Inf 04)

“Ada pertemuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan karena

penemuan pneumonia balita masih rendah biasanya mengevaluasi kenapa masih

rendah terus. Yang terlibat pemegang program pneumonia balita yakni bidan

Yuni.” (Inf 01)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses

penerapan di Puskesmas bagian pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan dengan cara menelpon orang tua balita pneumonia untuk

mengetahui kondisi setelah mendapatkan pengobatan di Puskesmas dan dibantu

oleh Binwil (bina wilayah) yang ada penanggung jawab RT masing-masing dan

posyandu dengan bidan dan kader setiap desa. Hasil dari pemantauan dan evaluasi

diberikan secara berjenjang mulai dari kepala tata usaha, kepala Puskesmas, dan

Dinas Kesehatan Kota Tangeranag Selatan. Hal ini didukung dengan hasil

wawancara dengan informan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Berikut

kutipan wawancaranya :

“Pemantauan dilihat di laporan ada kenaikan atau penurunan, melihat faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi setiap Puskesmas adanya pneumonia balita.

Pemantauan dan evaluasi di lakukan oleh staf pelaksana pemegang program,


87

kepala seksi, dan kepala bidang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.”

(Inf 02)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas dan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan terkait penerapan di Puskesmas dalam

melakukan proses pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan baik yakni

Puskesmas melakukan pemantauan dan evaluasi dengan melihat angka penemuan

kasus pneumonia balita setiap bulannya dan mengevaluasi hasil cakupan

pelayanan kesehatan setiap tahunnya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan penemuan balita pneumonia yang

ada di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.

5.6 Gambaran Output Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Output dari pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita bisa dilihat dari

terlaksananya tatalaksana pneumonia balita melalui wawancara mendalam dan

observasi terkait kesesuaian tatalaksana di Puskesmas dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita.

Berdasarkan hasil hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen dapat

diketahui kesesuaian tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang

dengan pelaksanaan tatalaksana yang melakukan enam langkah tatalaksana

pneumonia balita, sebagai berikut :

1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program pneumonia

balita di Puskesmas Pamulang sudah sesuai dengan pedoman. Berikut

hasil wawancara dengan informan :


88

“...Menilai anak batuk sesuai dengan pedoman ya aku mulai dengan

tanyakan umur anak, keluhan apa aja, dan sudah berapa lama sakitnya.

Terus aku lihat keadaan balitanya ada napas cepat atau tarikan dinding

dada bagian bawah atau tidak, dan terakhir aku dengar pernapasan

balitanya apakah ada stridor ataupun wheezing dengan stetoskop pada

balita.” (Inf 03)

Hasil wawancara didukung dengan hasil observasi yang diketahui

bahwa 6 balita pneumonia yang mendapatkan tatalaksana pneumonia

balita di Puskesmas dalam proses menilai anak batuk atau kesukaran

bernapas yang dilakukan tenaga kesehatan yakni dengan memberikan

pertanyaan dan mendengarkan keluhan balita kepada ibu balita,

selanjutnya tenaga kesehatan melihat keadaan balita untuk memastikan

keluhan balita tersebut, dan terakhir tenaga kesehatan mendengar dengan

stetoskop unntuk menilai apakah balita memiliki stridor ataupun wheezing

pada pernapasannya.

Berdasarakan telaah dokumen menilai batuk anak atau kesukaran

bernapas dilakukan dengan menilai berarti memperoleh informasi tentang

penyakit anak dengan melakukan anamnesi melalui wawancara

(mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan

cara melihat dan mendengarkan pernapasan. Cara pemeriksaan fisik yang

digunakan adalah dengan mencari beberapa tanda klinik tertentu yang

mudah dimengerti dan diajarkan tanpa penggunaan alat-alat kedokteraan.

Tanda klinik adalah napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam (TDDK) dan suara napas tambahan (wheezing dan stridor).


89

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen dapat

disimpulkan bahwa tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di

Puskesmas Pamulang sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia

balita dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

2. Klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur balita

yakni umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas

Pamulang tenaga kesehatan dalam menentukan klasifikasi tindakan untuk

anak umur 2 bulan s.d 59 bulan melakukan beberapa tindakan pelayanan

kesehatan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan :

“Biasanya aku cek dulu RR balitanya pake alat namanya respiratory rate

timer, kalo ada napas cepat lebih dari 50x/menit untuk usia anak 2 bulan

sampe 59 bulan baru di klasifikasi bahwa balitanya menderita pneumonia.

Terus aku kasih amoksisilin untuk 3 hari dan aku jelasin cara kasih

antibiotiknya, kasih pelega tenggorokan dan pereda batuknya, kalo ada

batuk > 14 hari rujuk, nasehatin ibunya untuk kasih obat sesuai anjuran

aku dan bawa balik ke Puskesmas kalo keadaan anaknya bertambah

buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari berikutnya.” (Inf 03)

Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan

tatalaksana pneumonia untuk klasifikasi dan tindakan untuk anak berumur

2 bulan s.d 59 bulan pada 6 balita pneumonia yang ditemukan saat

observasi yakni pada 2 balita menderita pneumonia balita diketahui

terdapat proses tatalaksana yang tidak dilaksanakan yakni tidak


90

memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari pada

balita pneumonia.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan

bahwa tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang pada 2 balita pneumonia belum sesuai dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat

Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

3. Pengobatan Dan Rujukan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemegang

program di Puskesmas Pamulang mengenai pengobatan dan rujukan dalam

melakukan tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang

diungkapkan oleh informan terkait :

“Pengobatan dengan memberikan antibiotik, pengobatan demam, dan

pengobatan wheezing terlebih dahulu. Jika diobati ternyata memperparah

atau sudah parah terlebih dahulu langsung diberikan rujukan. Namun,

jika masih bisa ditangani dengan menggunakan alat nebulizer dan obat

kita atasi dulu sebelum melakukan rujukan.” (Inf 03)

Hasil observasi 2 dari 6 balita pneumonia yang ditemukan di

Puskesmas Pamulang diketahui bahwa pada saat melakukan tatalaksana

pneumonia balita pada proses pengobatan dan rujukan petugas kesehatan

tidak memberikan pengobatan antibiotik oral yang sama dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan

bahwa tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas


91

Pamulang pada 2 balita pneumonia belum sesuai dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat

Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

4. Konseling Ibu

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai proses konseling ibu dalam melakukan

tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh

informan terkait :

“Setiap abis kita kasih terarapi kita konseling dulu, seperti cara

penggunaan obat, cara penanganan balita saat sesak, dan pola makan

anak pada bagian gizi. Belum ada sosialisasi untuk ibu dari Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Konseling individu dengan ibu pada

kunjungan rumah untuk penderita pneumonia, ya saya yang datang

berkunjung.” (Inf 03)

Berdasarkan hasil observasi pada 8 balita di Puskesmas Pamulang,

diketahui bahwa pada proses konseling ibu terdapat proses tatalaksana

yang tidak dilakukan seperti mengajari ibu cara pemberian obat oral

dirumah yang tidak dilakukan tatalaksana dengan menggunakan bagan

pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang sesuai pada ibu balita,

tidak menggunakan buku KIA untuk petunjuk pemberian makanan,

cairan/ASI seperti tanda-tanda untuk kembali, tidak mengajari ibu

menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah seperti

memberitahu ibu obat yang tidak dianjurkan, dan tidak memberi tahu ibu

tentang pencegahan pneumonia balita seperti menjaga kebersihan rumah


92

dan lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin mencuci tangan

dengan sabun atau antiseptik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan

bahwa tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang belum sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita

dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan di

Puskesmas Pamulang mengenai proses tindak lanjut pneumonia balita

dalam melakukan tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang

diungkapkan oleh informan terkait :

“Kalo misalnya dia kita obatin dengan diagnosis pneumonia obat habis 3

hari wajib kontrol ke Puskesmas, jika tidak kontrol Puskesmas melakukan

pelacakan kasus (kunjungan rumah) yang melakukan biasanya saya dan

dr. Risna. Kunjungan ulang pengobatan dia ga sembuh suruh datang lagi,

ga bisa dilepas aja tunggu sembuh baru dilepas pemantauannya.” (Inf 03)

Hasil observasi dari 6 balita pneumonia yang ditemukan pada

proses tindak lanjut pneumonia balita sebagian besar balita tidak

melakukan kunjungan ulang, hanya 1 balita yang melakukan kunjungan

ulang ke Puskesmas dengan keadaan membaik untuk meneruskan

pemberian antibiotik sampai 3 hari berikutnya. Tenaga kesehatan tidak

melakukan kunjungan rumah pada 5 balita pneumonia.


93

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan

bahwa tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang belum sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita

dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

6. Penerapan Di Puskesmas

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang ada di

Puskesmas Pamulang terkait penerapan di Puskesmas dalam melakukan

tatalaksana pneumonia balita. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh

informan terkait :

“Saya yang merekap dari lembaran (register anak) penderita pneumonia

balita, selanjutnya saya setiap bulan memberikan laporan LB3 ke Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan sebelum tangga l5 setiap bulannya.

Tidak ada sanksi cuma pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

akan terus meminta laporan tersebut.” (Inf 03)

Hasil observasi dan telaah dokumen yang telah dilakukan di

Puskesmas Pamulang, diketahui bahwa penemuan balita pneumonia di

Puskesmas Pamulang dalam 1 bulan hanya ditemukan 6 balita pneumonia

dikarenakan tenaga kesehatan yang berada di Poli umum tidak menghitung

respiratory rate balita. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien dan

tidak adanya alat respiratory rate mengakibatkan tenaga kesehatan hanya

memberikan pelayanan kesehatan dengan diagnosa penyakit ISPA.

Dampak dari hal tersebut adalah sedikitnya penemuan kasus pneumonia

balita, sehingga laporan yang diberikan ke Dinas Kesehatan Kota


94

Tangerang Selatan setiap bulan hasilnya tidak sesuai dengan buku register

anak penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas Pamulang.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen

dapat disimpulkan bahwa tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di

Puskesmas Pamulang belum sesuai dengan pedoman tatalaksana

pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.


5.7 Penemuan Kasus Pneumonia Balita
Terdapat 6 balita pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Pamulang. Berikut proses tatalaksana pneumonia balita yang

ditemukan saat observasi penelitian :

Tabel 5.3 Case Study Pneumonia Balita di Puskesmas Pamulang

Nama Umur Tanda dan Tenaga


No Alamat Tatalaksana Pneumonia Balita
Balita Balita Gejala Kesehatan

1. Alin 1,5 Alam  BB : 8,3 Kg dr. E 28 September 2017


Casiafari Tahun Segar RT  Suhu 40 ˚C 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
1/8  Respiraroty Sebelum dokter mendiagnosa balita menderita pneumonia,
Pamulang Rate dokter terlebih dahulu menilai keadaan batuk atau
Barat 52x/Menit kesukaran bernapas dengan cara menanyakan beberapa
 Napas pertanyaan, sebagai berikut :
Cepat a. Berapa umur anak ?
 Panas 1 b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Hari bernapas?
 Batuk c. Sudah berapa lama ?
 Kejang d. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
sebulan e. Apakah anak kejang ?
yang lalu Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
 Terlihat serta melihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian
dinding bawah ke dalam. Untuk memastikan tanda dan gejala yang
dada bagian dialami balita dokter mendengar apakah ada stridor
bawah ataupun wheezing, namun hasil yang di dapatkan tidak ada.

95
kedalam 2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
(TDDK) bulan
Setelah dihitung jumlah respiratory rate balita berjumlah
52x/menit balita diketahui menderita pneumonia. Maka
selanjutnya dokter memberikan tatalaksana berupa
tindakan nebulaizer untuk melegakan tenggorokan balita
dan memberikan obat rhinos dan imunos sirup.
3. Pengobatan dan Rujukan
Setelah diberikan tindakan pelayanan kesehatan di ruangan
UGD Puskesmas, balita diberikan obat oleh dokter.
Namun, dokter tidak memberikan antibiotik dari
Puskesmas karena dokter menyarankan balita tersebut
menghabiskan antibiotik dari klinik swasta yang
dikunjungi balita semalam sebelum ke Puskesmas. Balita
hanya mendapatkan pengobatan rawat jalan, tidak sampai
dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Setelah mendapatkan pengobatan ibu balita diberikan
konseling berupa cara memberikan obat sirup, antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu untuk
kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk dan
tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat
pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu dengan
memberikan minum lebih banyak pada balita, pemberian
makanan pada anak saat muntah, memberitahu ibu untuk
pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan balita
dari asap rokok, dan pemberian makanan cukup gizi
seimbang. Terakhir dokter memastikan kembali bahwa ibu
sudah paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita

96
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan, balita
tidak melakukan kunjungan ulang. Tenaga kesehatan tidak
melakukan pemantauan untuk balita yang tidak melakukan
kunjungan ulang ke Puskesmas.
2. Rizeki 11 Pamulang  BB : 8,8 Kg dr. E 3 Oktober 2017
Alfatar Bulan Barat RT  Suhu 38,5 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
01/07 ˚C Tatalaksana yang dilakukan dokter terlebih dahulu adalah
 Respiraroty menilai keadaan batuk atau kesukaran bernapas dengan
Rate cara menanyakan beberapa pertanyaan kepada ibu, sebagai
60x/Menit berikut :
 Napas a. Berapa umur anak ?
Cepat b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
 Panas 3 bernapas?
Hari c. Sudah berapa lama ?
d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
berusia 2 bulan-s.d 59 bulan ?
e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
ditemukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami
balita dokter mendengar apakah ada stridor ataupun
wheezing, hasil yang di dapatkan tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Setelah dihitung jumlah respiratory rate balita ditemukan
sebanyak 60x/menit, balita termasuk penderita
peneumonia. Maka selanjutnya dokter memberikan
tatalaksana berupa cek laborarium sebelum memberikan
pengobatan.

97
3. Pengobatan dan Rujukan
Setelah diketahui hasil laboratorium, balita diberikan
pengobatan berupa antibiotik oral yakni amoksisilin dan
pengobatan demam yakni parasetamol. Balita hanya
mendapatkan pengobatan rawat jalan, tidak sampai dirujuk
ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Setelah mendapatkan pengobatan ibu balita diberikan
konseling berupa cara memberikan obat puyer, antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu untuk
kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk dan
tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat
pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu dengan
memberikan minum lebih banyak pada balita, pemberian
makanan selama anak sakit, memberitahu ibu untuk
pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan balita
dari asap rokok dan penderita batuk, pemberian makanan
cukup gizi seimbang, dan dokter memastikan kembali
bahwa ibu sudah paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan, balita
kembali untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 5
Oktober 2017 dengan keadaan balita membaik.
Selanjutnya dokter meneruskan pengobatan dengan
memberikan tambahan antibiotik sampai 3 hari ke depan.
3. Kotaro 4 Pamulang  BB : 18 Kg dr. R 6 Oktober 2017
Tahun Barat RT  Suhu 38,5 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
01/02 ˚C Sebelum dokter memberikan tindakan pelayanan
 Respiraroty kesehatan, dokter terlebih dahulu menilai keadaan batuk
Rate atau kesukaran bernapas dengan cara menanyakan

98
42x/Menit beberapa pertanyaan kepada ibu, sebagai berikut :
 Napas a. Berapa umur anak ?
Cepat b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
 Demam 4 bernapas?
hari c. Sudah berapa lama ?
 Batuk d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
berusia 2 bulan-s.d 59 bulan ?
e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
ditemukan adanya napas cepat dan kesadaran menurun.
Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami balita
dokter mendengar apakah ada stridor ataupun wheezing,
hasil yang di dapatkan tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Setelah diketahui jumlah respiratory rate balita yakni
42x/menit, maka balita dinyatakan menderita pneumonia.
Untuk memastikana keadaan balita dokter memberikan
tatalaksana berupa cek laborarium sebelum memberikan
pengobatan dan rujukan di Puskesmas.
3. Pengobatan dan Rujukan
Berdasarkan hasil laboratorium, balita diberikan
pengobatan berupa antibiotik oral yakni kotri yang berbeda
merek dengan antibiotik yang ada di pedoman tatalaksana
pneumonia balita dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Sebelum mendapatkan obat, ibu balita diberikan konseling

99
oleh dokter berupa cara memberikan obat tablet dan sirup,
antibiotik harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu
untuk kembali ke Puskesmas jika keadaan balita
memburuk dan tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3
hari mendapat pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu
dengan memberikan minum lebih banyak pada balita,
pemberian makanan selama anak sakit, dan memberitahu
ibu untuk pencegahan pneumonia balita dengan
menjauhkan balita dari penderita batuk dan asap rokok,
dan pemberian makanan cukup gizi dan seimbang.
Terakhir dokter memastikan kembali bahwa ibu sudah
paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan, balita
tidak kembali untuk melakukan kunjungan ulang sehingga
tidak mendapatkan antibiotik tambahan dari Puskesmas.
4. Dafa 9 Pisangan  BB : 6,7 Kg dr. R 11 Oktober 2017
Bulan RT 2/5  Suhu 39,3 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
˚C Dokter menilai keadaan batuk atau kesukaran bernapas
 Respiraroty dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan kepada ibu,
Rate sebagai berikut :
55x/Menit a. Berapa umur anak ?
 Napas b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Cepat bernapas?
 Demam 2 c. Sudah berapa lama ?
hari d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
 Batuk berusia 2 bulan s.d 59 bulan ?
 Pilek e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,

100
ditemukan adanya napas cepat dan kesadaran menurun
pada balita. Untuk memastikan tanda dan gejala yang
dialami balita dokter mendengar apakah ada stridor
ataupun wheezing, hasil yang ditemukan tidak ada stridor
ataupun wheezing pada balita.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Diketahui jumlah respiratory rate balita sebanyak
55x/menit, maka balita menderita pneumonia. Tatalaksana
yang dilakukan berdasarkan klasifikasi umur pada balita
adalah diberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali
perhari untuk 3 hari, pelega tenggorokan dan pereda batuk
yang aman, menasehati ibu untuk memberikan obat sesuai
anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah
buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.
3. Pengobatan dan Rujukan
Dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik oral
yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Melihat umur balita yang masih 9 bulan, dokter
memberikan konseling pada ibu balita berupa cara
memberikan obat sirup, antibiotik harus dihabiskan selama
3 hari, menasehati ibu untuk kembali ke Puskesmas jika
keadaan balita memburuk dan tetap melakukan kunjungan
ulang setelah 3 hari mendapat pengobatan dari Puskesmas,
menasehati ibu dengan memberikan ASI pada balita dan
pemberian makanan selama anak sakit, memberitahu ibu
untuk pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan

101
balita dari penderita batuk, asap rokok, dan pemberian
makanan cukup gizi seimbang.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari
Puskesmas, balita tidak kembali untuk melakukan
kunjungan ulang. Tenaga kesehatan tidak melakukan
follow up untuk balita yang tidak melakukan kunjungan
ulang ke Puskesmas.
5. Ibrahim 2 Pamulang  BB : 9,9 Kg Bidan Y 6 Oktober 2017
Tahun Barat RT  Suhu 38,9 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
2/4 ˚C Terlebih dahulu dokter menilai keadaan batuk atau
 Respiraroty kesukaran bernapas dengan cara menanyakan beberapa
Rate pertanyaan kepada ibu, sebagai berikut :
57x/Menit a. Berapa umur anak ?
 Napas b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Cepat bernapas?
 Demam 1 c. Sudah berapa lama ?
hari d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
 Batuk berusia 2 bulan-s.d 59 bulan ?
 Pilek e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Tatalaksana dilakukan dengan melihat keadaan balita dan
menghitung napas balita, ditemukan adanya napas cepat.
Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami balita
dokter mendengar apakah ada stridor ataupun wheezing,
hasilnya tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Berdasarkan jumlah respiratory rate balita sebanyak
57x/menit, maka balita termasuk penderita pneumonia.

102
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan klasifikasi umur
pada balita adalah diberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2
kali perhari untuk 3 hari, pelega tenggorokan dan pereda
batuk yang aman, menasehati ibu untuk memberikan obat
sesuai anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak
bertambah buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.
3. Pengobatan dan Rujukan
Dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik oral
yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Melihat umur balita yang masih 2 tahun, dokter
memberikan konseling pada ibu balita berupa cara
memberikan obat sirup, antibiotik harus dihabiskan selama
3 hari, menasehati ibu untuk kembali ke Puskesmas jika
keadaan balita memburuk dan tetap melakukan kunjungan
ulang setelah 3 hari mendapat pengobatan dari Puskesmas,
menasehati ibu dengan memberikan banyak minum air
hangat, pemberian makanan selama anak sakit,
memberitahu ibu untuk pencegahan pneumonia balita
dengan menjauhkan balita dari penderita batuk, asap
rokok, dan pemberian makanan cukup gizi seimbang pada
balita.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari
Puskesmas, balita tidak kembali untuk melakukan
kunjungan ulang.
6. Arka 11 Jl. Alam  BB : 9 Kg Bidan Y 6 Oktober 2017
Bulan Segar RT  Suhu 36 ˚C 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas

103
01/08  Respiraroty Sebelum dokter memberikan diagnosa balita menderita
Pamulang Rate pneumonia, dokter terlebih dahulu menilai keadaan batuk
Barat 51x/Menit atau kesukaran bernapas dengan cara menanyakan
 Napas beberapa pertanyaan sebagai berikut :
Cepat a. Berapa umur anak ?
 Demam 2 b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
hari bernapas?
 Muntah c. Sudah berapa lama ?
d. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
e. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
ditemukannya ada napas cepat dan kesadaran menurun.
Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami balita
dokter mendengar apakah ada stridor ataupun wheezing,
hasil yang di dapatkan tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Untuk menentukan tindakan tatalaksana dilakukan
perhitungan pernapasan balita dan diketahui jumlah
respiratory rate balita yakni 52x/menit, maka balita
menderita peneumonia. Selanjutnya dokter memberikan
tatalaksana berupa amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali
perhari untuk 3 hari, pelega tenggorokan dan pereda batuk
yang aman, menasehati ibu untuk memberikan obat sesuai
anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah
buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.
3. Pengobatan dan Rujukan
Dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik oral
yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat

104
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Setelah mendapatkan pengobatan ibu balita diberikan
konseling berupa cara memberikan obat sirup, antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu untuk
kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk dan
tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat
pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu dengan
memberikan ASI pada balita, pemberian makanan pada
anak saat muntah, memberitahu ibu untuk pencegahan
pneumonia balita dengan menjauhkan balita dari asap
rokok, penderita batuk, dan pemberian makanan cukup gizi
seimbang. Terakhir dokter memastikan kembali bahwa ibu
sudah paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Kunjungan ulang dalam tahapan tatalaksana pneumonia
balita pada tindak lanjut pneumonia tidak dilakukan balita
setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari
Puskesmas Pamulang.

105
106

Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat 6 penemuan kasus balita

pneumonia di Puskesmas Pamulang dengan penemuan kasus secara aktif yang

dilakukan melalui observasi dengan mencari kasus di Puskesmas. Adapun

gambaran penemuaan kasus yang telah dilakukan dengan mengikuti proses

tatalaksana pneumonia baita, sebagai berikut :

1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas

Pada 6 balita pneumonia tenaga kesehatan terlebih dahulu menilai

keadaan batuk atau kesukaran bernapas sebelum memberikan pengobatan

dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan kepada ibu, sebagai

berikut :

a. Berapa umur anak ?


b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran bernapas ?
c. Sudah berapa lama ?
d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia 2
bulan-s.d 59 bulan ?
e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?

Penemuan kasus dilakukan dengan melakukan proses tatalaksana melihat

keadaan balita dan menghitung napas balita, ditemukan dari 6 balita yakni 1

balita dengan tanda dan gejala tarikan dinding bagian bawah ke dalam, 4

napas cepat dan 2 balita yang terlihat kesadarannya menurun. Untuk

memastikan tanda dan gejala yang dialami balita tenaga kesehatan mendengar

apakah ada stridor ataupun wheezing, hasilnya tidak ada.


107

2. Klasifikasi dan tindakan untuk 2 kelompok umur balita pneumonia

Setelah diketahui tanda dan gejala balita dari menilai anak batuk atau

kesukaran bernapas, tenaga kesehatan melakukan perhitungan frekuensi

napas cepat balita dengan alat respiratory rate timer. Dari hasil perhitungan

frekuensi napas alita dapat diklasifikasikan 6 balita menderita pneumonia

dan selanjutnya mendapatkan tindakan tatalaksana sesuai dengan umur

balita pneumoia. Tindakan tatalaksana yang dilakukan tenaga kesehatan

dengan memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari,

pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, menasehati ibu untuk

memberikan obat sesuai anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak

bertambah buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.

3. Pengobatan dan rujukan

Tenaga kesehata memberikan pengobatan pada 6 balita pneumonia

berupa antibiotik oral yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni

parasetamol. Selama penemuan kasus yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang tidak ada dari 6 balita pneumonia yang mendapatkan rujukan ke

Rumah Sakit setempat karena balita diberikan pengobatan rawat jalan sesuai

dengan tanda dan gejala yang dialami balita dari tenaga kesehatan di

Puskesmas.

4. Konseling ibu

Pada 6 balita pneumonia, sebagian besar penemuan kasus balita

pneumonia di Puskesmas Pamulang masih dibawah umur 2 tahun sehingga

tenaga kesehatan memberikan konseling pada ibu balita berupa cara

memberikan obat sirup, antibiotik harus dihabiskan selama 3 hari,


108

menasehati ibu untuk kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk

dan tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat pengobatan

dari Puskesmas, menasehati ibu dengan memberikan banyak minum air

hangat, pemberian makanan selama anak sakit, memberitahu ibu untuk

pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan balita dari penderita

batuk, asap rokok, dan pemberian makanan cukup gizi seimbang pada

balita.

5. Tindak Lanjut Pneumonia

Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari Puskesmas 6

balita pneumonia, terdapat 1 balita yang melakukan kunjungan ulang dan

mendapatkan pengobatan lanjutan berupa ditambahnya amoksisislin untuk 3

hari berikutya. Sedangkan 5 balita lainnya yang didapat dari penemuan

kasus tidak kembali untuk melakukan kunjungan ulang di Puskesmas.

Tenaga kesehatan yang bertugas memberikan tatalaksana juga tidak

melakukan follow up untuk balita yang tidak melakukan kunjungan ulang

dan kunjungan rumah pada balita pneumonia.

Gambaran penemuan kasus pada 6 balita di Puskesmas Pamulang

merupakan salah satu dari gambaran strategi yang telah dilakukan oleh pelayanan

kesehatan dalam pengendalian pneumonia. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat

menjadi ujung tombak dari pencapaian target dari pemerintah khususnya

Kementerian Kesehatan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian balita

akibat penyakit pneumonia di Indonesia.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Dalam pelaksanaan suatu kebijakan terdapat dua alternatif, yaitu

implementasi dalam bentuk program atau membuat kebijakan turunan (Hann,

2006). Pelaksanaan tatalaksana di Puskesmas merupakan salah satu cara yang

diterapkan pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas

yang sesuai dengan standar tatalaksana dalam proses mengurangi angka kematian

dan kesakitan balita akibat penyakit pneumonia balita.

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita telah dijalankan pihak Puskesmas

Kota Tangerang Selatan semenjak peraturan dikeluarkan yaitu pada tahun 2015

sampai dengan sekarang. Untuk melihat bagaimana pelaksanaan di Puskesmas

Kota Tangerang Selatan dilakukan studi kasus di Puskesmas Pamulang

mengunakan teori Logic Models dengan melihat dari input sampai dengan output

dari pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita.

Input dari pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita adalah sumber daya

manusia, sarana prasarana, anggaran, dan sasaran. Proses tatalaksana pneumonia

balita di Puskesmas Pamulang. Output dari pelaksanaan tatalaksana pneumonia

balita adalah kesesuaian terlaksananya tatalaksana pneumonia balita dengan

pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan.

109
110

6.2 Gambaran Input Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Pada umumnya untuk meningkatkan suatu pelayanan ada dua cara yaitu

dengan meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,

perlengkapan, dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi atau

dengan kata lain meningkatkan input atau struktur serta memperbaiki metode atau

penerapan yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan, hal ini memperbaiki

proses pelayanan organisasi kesehatan (Wijono, 2008).

Input merupakan masukan yang perlu disediakan atau harus tersedia untuk

melaksanakan suatu kegiatan atau proses. Input memegang peranan yang penting

dalam suatu sistem. Jika input tidak tersedia dengan baik, maka dapat

menghambat kegiatan yang terjadi dalam proses pada suatu sistem, bahkan dapat

menghambat suatu sistem dalam mencapai sebuah tujuan (Febriawati, 2013).

Dalam penelitian ini untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di

Puskesmas harus dapat menyediakan input yang menunjang proses dari kegiatan

tersebut. Input dari tatalaksana pneumonia balita dalah sumber daya manusia,

sarana prasarana, anggaran, dan sasaran.

6.2.1 Sumber Daya Manusia

Input sumber daya manusia terkait pelaksanaan tatalaksana pneumonia

balita terdiri dari dokter, bidan, dan perawat yang bertugas di Poli Anak. Semua

sumber daya manusia ini merupakan salah satu faktor input yang berhubungan

langsung dengan balita saat memberikan tatalaksana pneumonia balita di

Puskesmas. Sumber daya manusia ini bisa dilihat dari segi kuantitas dan kualitas

dalam memberikan tatalaksana pada balita pneumonia. Dalam kegiatan penemuan

penderita pneumonia balita di Puskesmas komponen input merupakan sumber


111

daya utama yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap proses maupun capaian

dari sistem surveilans sehingga lebih diprioritaskan untuk dievaluasi guna

mengetahui output (Notoatmodjo, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kuantitas SDM di Puskesmas

Pamulang sudah sepenuhnya memenuhi standar ketenagaan Puskesmas Rawat

Inap berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 yaitu 6 (enam) dokter, 12

(dua belas) bidan, dan 7 (tujuh) perawat yang bertugas memberikan tatalaksana

pneumonia balita, namun berdasarkan fakta pelaksanaan atau fungsional tidak

terpenuhi karena penempatan personal tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan

standar yang sudah ditetapkan.

Puskesmas Pamulang selama dilakukan observasi tatalaksana pneumonia

balita Poli Anak digabung dengan Poli Umum, hal ini dikarenakan SDM memiliki

beban tugas lain untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar Puskesmas

sehingga kurangnya SDM yang tersedia untuk membuka Poli Anak. Kesibukan

dan beban kerja yang dimiliki tenaga kesehatan berdampak pada pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita yang membutuhkan waktu yang lama bila

menggunakan protap atau pedoman (Sabuna, 2011).

Ketidakcukupan SDM dalam pelaksanaan ini tentu akan menghambat dan

berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan, hal ini sejaran dengan Global

Health Workforce Alliance (2011) yang menyebutkan bahwa terpenuhinya jumlah

tenaga kerja ini juga sangat penting karena tenaga kesehatan merupakan kunci

utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga

kesehatan memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan


112

kesehatan. Selain itu terpenuhinya jumlah SDM sesuai kebutuhan juga menjadi

penting untuk keberhasilan suatu pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Puskesmas Pamulang jika dilihat dari segi kualitas SDM masih kurang atau

belum sesuai dengan pedoman dalam memberikan tatalaksana pneumonia balita,

hal ini disebabkan karena masih ada beberapa aspek kualitas SDM yang belum

memadai dan terpenuhi. Salah satu aspek kualitas ini adalah frekuensi pelatihan

yang diikuti SDM, baik itu dokter, bidan, ataupun perawat di Puskesmas masih

belum terpenuhi.

Kategori SDM yang pernah mengikuti pelatihan tatalaksana pneumonia

balita adalah bidan yang memegang program pneumonia balita, hal ini dirasa

masih kurang karena belum semua SDM yang mendapat pelatihan. Bidan yang

mendapat pelatihan memberikan sosialisasi pedoman tatalaksana pneumonia

balita kepada SDM lainnya di Puskesmas pada saat ada lokbul dan staf meeting

pada tahun 2016. Ketaatan adalah salah satu sikap dan perilaku yang berniat untuk

mematuhi segala peraturan organisasi. Upaya dalam mentaati peraturan tidak

didasarkan perasaan takut atau terpaksa. Perilaku manusia adalah suatu keadaan

yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dengan kekuatan-kekuatan

penahan. Perilaku bisa berubah jika terjadi ketidak seimbangan antara dua faktor

tersebut (Notoatmodjo, 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil

sosialisasi pedoman tatalaksana pneumonia yang dilakukan oleh bidan pemegang

program diketahui belum dimengerti karena sosialisasi dilakukan tahun 2016 dan

ada yang sudah mengerti tapi belum mau mengubah sikap sesuai dengan pedoman

dalam memberikan tatalaksana pada balita pneumonia.


113

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabuna (2011) menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan tatalaksana

pneumonia dan ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan

tatalaksana pneumonia balita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mardiyoko (2008) diketahui bahwa tingkat pendidikan formal

maupun non formal sangat berpengaruhi terhadap kemampuan seseorang dalam

melaksanakan tugasnya yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan kompetensi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Salmah (2012) terdapat hubungan yang kuat

dan positif antara pelatihan dan pengembangan SDM terhadap kompetensi SDM.

Serta dengan adanya pelatihan yang diberikan kepada SDM di Puskesmas

diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM dalam segi kemampuan,

keterampilan, kapabilitas, dan kompetensi sehingga dapat mencapai tujuan dan

harapan organisasi terhadap SDM tersebut.

Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi permasalahan pada SDM di

Puskesmas yang dapat menghambat dalam pelaksanaan tatalaksana pneumonia

balita yakni minimnya SDM yang bertugas di Poli Anak yang mengakibatkan

proses tatalaksana tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya

bantuan tenaga kesehatan dari Poli Umum dan pelatihan terkait pedoman

tatalaksana pneumonia balita untuk dokter, bidan, ataupun perawat yang bertugas

memberikan tatalaksana pneumonia balita sehingga dapat berdampak baik dan

lebih efektif dalam pencapaian penemuan balita pneumonia di Puskesmas

Pamulang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati

(2011) ada hubungan antara pelatihan yang diikuti petugas dengan implementasi

program di Puskesmas.
114

6.2.2 Sarana Prasarana

Fasilitas kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, ataupun

masyarakat (Kemenkes RI, 2015). Sedangkan menurut Erniati (2012) bahwa

fasilitas adalah penyedia perlengkapan-perlengakan fisik untuk memberikan

kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna

fasilitas tersebut dapat terpenuhi. Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor

yang harus dipenuhi oleh setiap wadah pemberian pelayanan kesehatan, dengan

terlengkapinya fasilitas yang digunakan dalam memberikan suatu pelayanan,

maka pelayanan akan dapat diberikan dengan maksimal.

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pamulang diketahui bahwa

sarana prasarana untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita belum lengkap

tersedia. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya

penemuan sedini mungkin dan pengobatan sampai sembuh untuk balita

pneumonia yang sesuai dengan standar pedoman tatalaksana pneumonia balita.

Sarana prasana yang belum tersedia di Puskesmas Pamulang untuk obat

sediaan injeksi masih belum lengkap yakni suntikan ampisilin dan gentasimisin

dikarenakan tidak diberikan dari alat farmasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Sedangkan untuk alat masih belum lengkap yakni formulir rekapitulasi

careseeking program P2 ISPA tingkat Puskesmas dan formulir kunjungan rumah

penderita pneumonia balita dalam rangka careseeking program P2 ISPA,

dikarenakan formulir yang tidak diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan sudah diberi tahukan kepada Puskesmas untuk diperbanyak sendiri,
115

namun Puskesmas Pamulang tidak memperbanyak dan menggunakan formulir

tersebut karena jarang melakukan kunjungan rumah pada balita pneumonia.

Belum lengkapnya sarana prasarana di Puskesmas Pamulnag tidak menghambat

dalam proses tatalaksana, hal ini karena tenaga kesehatan menggunakan sarana

prasarana pendukung lainnya untu proses tatalaksana pneumonia balita.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pudjiastuti (2002) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan sumber daya atau

sarana dengan kepatuhan petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sarana

(alat) merupakan suatu unsur dari organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Sarana

termasuk dalam salah satu unsur dalam pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

untuk mencapai penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Kecukupan dan ketersediaan sarana dan prasarana pun menjadi penting

dalam pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas yang sesuai

dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita, hal ini dejalan dengan Permenkes

No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas pada pasal 9 yakni pendirian Puskesmas

harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan,

ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rahmah (2008) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan

masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas salah

satunya melalui upaya penyediaan alata kesehatan atau sarana prasarana yang

baik, aman, cukup jumlah dan layak di pakai.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana untuk

tatalaksana pneumonia belum lengkap tersedia di Puskesmas Pamulang, namun

proses tatalaksana pneumonia dapat berjalan dengan baik karena sarana prasarana
116

yang belum tersedia masih bisa diganti dengan sarana prasarana pendukung

lainnya. Kegiatan akan terlaksana dengan baik jika segala sarana prasarana atau

fasilitas dilihat cukup baik dan lengkap untuk memberikan tatalaksana pneumonia

balita di Puskesmas.

6.2.3 Anggaran

Anggaran merupakan input dari pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita.

Anggaran berfungsi sebagai alat bantu bagi manajemen untuk mencapai tujuan

dari organisasi, karena anggaran merupakan alat perencanaan dan pengendalian

dalam aktivitasi di dalam organisasi (Sirait, 2006). Anggaran yang ada di

Puskesmas ditujukan untuk biaya operasional dalam kegiatan yang ada di

Puskesmas yang berasal dari berbagai sumber.

Hasil penelitian diketahui bahwa anggaran atau dana untuk pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang berasal dari operasional

Puskesmas, APBD dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Terdapat

anggaran atau dana pendukung yang membantu proses tatalaksana pneumonia

balita yakni dana JKN yang digunakan jika dana dari Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan belum tersedia. Hal ini sesuai Permenkes No 75 Tentang

Puskesmas pada pasal 42 menyatakan bahwa anggaran atau pendaan di

Puskesmas bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD),

anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dan sumber-sumber lain yang

sah dan tidak mengikat. Pengelolaan anggaran atau dana dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspadewi (2013) yang menyatakan bahwa

keterbatasan dana dan sarana prasarana memberikan kendala dalam menjalankan


117

program kesehatan. Selain itu anggaran dana juga dapat dijadikan sebagai bahan

evaluasi dan pembanding serta kontrol antara rencana kegiatan dan pelaksaana

kegiatan yang berhubungan dengan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas

Pamulang. Hal tersebut sesuai dengan manfaat adanya pembuatan anggaran dalam

proses manajemen organisasi menurut Haruman dan Rahayu (2007), sebagai

berikut :

1. Di bidang Perencanaan

a. Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah

yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilakukan.

b. Membantu mengarahkan seluruh sumber daya yang ada dierusahaan

dalam menentukan arah tau aktivitas yang palng menguntungkan.

c. Membantu arah atau menunjang kebijaksanaan perusahaan

d. Mambantu manajemen memilih tujuan

e. Membantu menstabilkana kesempatan kerja yang tersedia

f. Membantu pemakai alat-alat fisik secara efektif fan efisien.

2. Di bidang pengendalian

a. Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran

b. Membantu mencegah pemborosan

c. Membantu menentapkan standar mutu.

6.2.4 Sasaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Pamulang

diketahui bahwa seluruh SDM yang bertugas memberikan tatalaksana pneumonia

balita dalam menetapkan sasaran berdasarkan hasil diagnosa berupa tanda dan

gejala yang dimiliki balita, apakah termasuk pneumonia balita atau tidak dengan
118

menghitung respiratory rate terlebih dahulu. Hal ini juga didukung dengan

didapatnya pelatihan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan untuk pemegang program pneumonia balita, sehingga

SDM sudah mengetahui sasaran yang tepat dalam menentukan balita pneumonia

yang sesuai dengan pedoman.

Lain halnya dengan hasil observasi yang telah dilakukan di Puskesmas

Pamulang, ditemukannya salah satu SDM yang belum sesuai dengan dalam

menentukan sasaran balita pneumonia. Dimana SDM memiliki penilaian sendiri

dalam menetapkan balita tersebut pneumonia atau tidak, seperti SDM yang tidak

menghitung respiratory rate balita terlebih dahulu dan tidak menyakatan balita

tersebut menderita pneumonia dikarena balita tidak memiliki salah satu tanda dan

gejala pneumonia balita yakni batuk. Berdasarkan pedoman tatalaksana

pneumonia balita tahun 2015 menyatakan bahwa jika balita sudah memiliki tanda

dan gejala pneumonia dengan napas yang cepat dan jumlah respiratory rate sesuai

dengan klasifikasinya, maka balita tersebut dapat dinyatakan menderita

pneumonia balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Choiriyah dan Anggraini (2015) yang menyatakan bahwa sasaran pneumonia

yang didapat dari hasil pelaksanaan surveilans penemuan penderita pneumonia

balita sudah sesuai dengan pedoman hanya saja belum maksimal.

Puskesmas Pamulang menggunakan pedoman tatalaksana dalam

menentukan sasaran balita pneumonia dari Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia sebagai acuan SDM dalam memberikan tatalaksana pada balita

pneumonia yang sesuai standar. Namun, dalam pelaksanaannya masih ada SDM

yang belum menetapkan sasaran yang sesuai dengan pedoman tatalaksana


119

pneumoni balita. Hal ini sangat mempengaruhi penemuan sedini mungkin balita

pneumonia untuk mendapat pengobatan sampai sembuh di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang.

6.3 Gambaran Proses Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita

Berdasarkan pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita diketahui bahwa

terdapat beberapa proses dalam melakukan tatalaksana yaitu menilai anak batuk

atau kesukaran bernapas, klasifikasi dan tindakan anak umur 2 bulan s.d 59 bulan,

kalasifikasi dan tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas umur <2

bulan, pengobatan dan rujukan, konseling ibu, tindak lanjut pneumonia balita, dan

penerapan di Puskesmas.

6.3.1 Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas

Karakteristik terukur yang akan menunjukkan mutu layanan kesehatan

(penemuan dan penanganan Pneumonia balita) bergantung pada sifat dari proses

itu sendiri (Pohan, 2006). Menilai berarti memperoleh informasi tentang penyakit

anak dengan melakukan anamnesi melalui wawancara (mengajukan pertanyaan

kepada ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara melihat dan mendengarkan

pernapasan. Cara pemeriksaan fisik yang digunakan adalah dengan mencari

beberapa tanda klinik tertentu yang mudah dimengerti dan diajarkan tanpa

penggunaan alat-alat kedokteraan. Tanda klinik adalah napas cepat, tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan suara napas tambahan seperti

wheezing dan stridor (Kemenkes RI, 2015).

Pada proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas yang dilakukan

tenaga kesehatan diketahui bahwa tenaga kesehatan menanyakan, melihat, dan


120

mendengar dengan baik keluhan balita pneumonia. Dalam proses tatalaksana

pneumonia balita tenaga kesehatan tidak didukung dengan ruangan khusus,

sehingga tenaga kesehatan dan balita kurang nyaman untuk melakukan proses

menilai anak batuk atau kesukaran bernapas.

Tahap menanyakan dalam proses tatalaksana menilai anak batuk atau

kesukaran bernapas oleh tenaga kesehatan dengan menanyakan beberapa

pertanyaan kepada ibu balita, melihat, dan mendengar tanda dan gejala balita

pneumonia (Kemenkes RI, 2015). Hal tersebut dilakukan dengan baik oleh tenaga

kesehatan yang melakukan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang.

Saat tenaga kesehatan menanyakan keluhan balita kepada ibu balita, tenaga

kesehatan juga melihat keadaan balita tersebut seperti melihat ada napas cepat,

ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), dan kesadaran balita

menurun. Kemudian untuk memastikan keluhan yang ditanyakan dan dilihat,

tenaga kesehatan mendengar ada tidaknya stridor atau wheezing pada balita untuk

memastikan tanda dan gejala yang di alami oleh balita.

Pada proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas tenaga kesehatan

terlebih dahulu menanyakan keadaan balita dengan ibu balita terkait keluhan yang

dirasakan balita. Adapun pertanyaan yang ditanyakan kepada ibu balita, sebagai

berikut :

a. Berapa umur anak ?

b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran bernapas ?

c. Sudah berapa lama ?

d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia 2 bulan-s.d 59

bulan) ?
121

e. Apakah anak kurang bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia <2

bulan) ?

f. Apakah anak demam ? Sudah berapa lama ?

g. Apakah anak kejang ? (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian, pada proses menilai anak batuk atau kesukaran

bernapas pada 6 balita di Puskesmas Pamulang diketahui bahwa tenaga kesehatan

yang bertugas di Poli Umum memberikan beberapa pertanyaan pada ibu balita,

namun ada pertanyaan yang tidak ditanyakan pada ibu balita dikarenakan

pertanyaan tersebut tidak sesuai dengan umur balita. Selanjutnya tenaga kesehatan

melihat dan menghitung napas balita pada balita. Hasilnya terlihat bahwa 6 balita

memiliki napas cepat, 1 balita dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam dan 6 balita dengan penurunan kesadaran. Untuk memastikan tanda dan

gejala yang di alami balita tenaga kesehatan mendengar ada tidaknya stridor dan

wheezing pada balita, dari hasil mendengarkan tidak ditemukan adanya stridor

ataupun wheezing pada 6 balita pneumonia.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar dan

Dharmayanti (2014) menyatakan bahwa, kejadian pneumonia pada anak balita

adalah berdasarkan diagnosis oleh petugas kesehatan maupun gejala yang

dirasakan dan diamati sebesar 4% sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan dilakukannya proses menilai anak

batuk atau kesukaran bernapas sudah berjalan dengan baik di Puskesmas

Pamulang, hal ini dapat memberikan informasi untuk pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita sehingga memudahkan untuk menentukan klasifikasi dan

tindakan tatalaksana yang sesuai dengan umur balita pneumonia.


122

6.3.2 Membuat Klasifikasi Dan Menentukan Tindakan Sesuai Untuk 2


Kelompok Umur Balita

Klasifikasi adalah suatu proses memilih dan mengelompokkan atas dasar

tertentu untuk diletakkannya secara bersama-sama di suatu tmpat (Bafadal, 2009).

Sedangkan tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari

persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Pada proses klasifikasi dapat memungkinkan seseorang dengan cepat

menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah suatu penyakit serius atau bukan,

apakah perlu dirujuk segera atau tidak. Dalam membuat klasifikasi harus

dibedakan menjadi 2 kelompok yakni umur <2 bulan dan kelompok umur 2 bulan

sampai dengan 59 bulan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam

penanganan kasus yang terjadi. Menentukan tindakan berarti mengambil tindakan

pengobatan terhadap infeksi bakteri secara garis besar dibedakan menjadi 3 yaitu

rujuk segera ke RS, beri antibiotik dirumah, dan beri pengawasan dirumah

(Kemenkes RI, 2015 ).

Berbagai macam organisme dapat menyebabkan pneumonia sehingga perlu

adanya penerapan beberapa jenis sistem klasifikasi, setidaknya sampai ditentukan

etiologi kasus tertentu (Walker, 2012). Dalam pelaksanaannya tenaga kesehatan

melakukan proses klasifikasi agar dapat menentukan tindakan pelayanan

kesehatan dalam satu persamaan persepsi dengan melihat respiratory rate dan

umur balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Azzahra (2015)

menunjukkan bahwa dengan melakukan klasifikasi akan membantu mengurangi

kekecewaan pelanggan serta dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.


123

Adapun proses tatalaksana klasifikasi dan tindakan untuk anak 2 bulan

sampai dengan 59 bulan yang dilakukan untuk pelaksanaan tatalaksana

pneumonia balita, sebagai berikut :

1. Berikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari

2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman

3. Apabila batuk > 14 hari rujuk

4. Apabila wheezing berulang rujuk

5. Nasehati ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan

dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan cara

pemberian antibiotik

6. Kunjungan ulang dalam 3 hari

7. Obati wheezing bila ada (Kemenkes RI, 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 6 balita pneumonia yang

ditemukan di Puskesmas Pamulang, proses tatalaksana dilakukan pada balita yang

berumur 2 bulan sampai dengan 59 bulan. Tidak ditemukan balita pneumonia

yang berumur dibawah 2 bulan di Puskesmas Pamulang. Sebelum menentukan

klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah melakukan penilaian tanda dan gejala

pada balita. Jika balita memiliki napas cepat 50x/menit atau lebih pada anak umur

2 bulan s.d <12 bulan dan 40x/menit atau lebih pada umur anak 12 bulan s.d 59

bulan dapat menentukan klasifikasi dan tindakan tatalaksana pneumonia.

Pada proses klasifikasi dan tindakan balita pneumonia terdapat proses

tatalaksana yang tidak dilaksanakan dengan baik pada 2 balita yakni tidak

memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari pada balita
124

pneumonia. Hal ini karena amoksisilin sirup sedang kosong, maka tenaga

kesehatan mengantikan dengan kotrimoksazol sirup untuk mempermudah proses

meminum obat pada balita.

Anak dengan kelompok usia kurang dari 5 tahun rentan mengalami

pneumonia dengan gejala batuk dan sukar bernapas. Sistem kekebalan tubuh anak

pada usia tersebut juga sangat rentan sehingga mudah terinfeksi oleh penyakit

yang ditularkan melalui udara (Misnadiarly, 2008). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Farida dkk (2017) yang menyatakan bahwa bahwa

sebagian besar penderita pneumonia adalah pasien usia 0-5 tahun sebesar

(27,71%) berjenis kelamin perempuan dengan lama perawatan rata-rata 11 hari.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Turner (2013) yang menyatakan bahwa usia

yang banyak ditemukan menderita pneumonia balita di pelayanan kesehatan yaitu

pada balita di bawah usia 2 tahun.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses klasifikasi

dan tindakan tatalaksana pneumonia balita dalam pelaksanaannya belum

dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan tenaga kesehatan memberikan

antibiotik yang berbeda dengan antibiotik yang ada di pedoman tatalaksana

pneumonia balita. Oleh karena itu, dapat disarankan agar tenaga kesehatan

memberikan tatalaksana pada proses klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2

bulan s.d 59 bulan dengan memberikan amoksisilin oral dosisi tinggi 2 kali sehari

sebagai antibiotik yang sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita.

6.3.3 Pengobatan dan Rujukan

Menentukan petunjuk pengobatan yang tepat berarti memiliki keterampilan

untuk pemberian antibiotik, menjelaskan petunjuk perawatan di rumah bagi ibu


125

atau pengasuh, pengobatan demam dan wheezing (Kemenkes RI, 2015). Menurut

Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012 menyatakan bahwa rujukan adalah suatu

sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan

tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah

kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada

unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang

setingkat kemampuannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melaksanakan proses

tatalaksana pengobatan dan rujukan pada 6 balita pneumonia di Puskesmas

Pamulang, tenaga kesehatan memberikan pengobatan berupa pemberian antibiotik

oral, pengobata demam, dan pengobatan wheezing. Untuk pengobatan antibiotik

oral pelaksanaannya sudah dilakukan dengan baik karena tenaga kesehatan

memberikan antibiotik kotrimoksazol sirup saat amoksisilin sirup sedang kosong.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wiratno (2014) yang menyatakan bahwa terapi

antibiotik yang diberikan pada pasien ISPA ada dua macam, yaitu amoksisilin

dengan persentase 79% dan kotrimoksazol dengan persentasi 21%.

Pemilihan antibiotik pada pneumonia ialah eritromisin, ampisilin,

amoksisilin dan ciprofloksasin (Dahlan, 2014). Hal ini sejalan dengan Penelitian

yang dilakukan oleh Menon dkk (2013) mendapatkan bahwa amoxicillin memiliki

sensitivitas terhadap pathogen penyebab communtity acquired pneumonia

terutama terhadap S. Pneumoniae yang merupakan bakteri penyebab tersering

ditemukan pada anak.

Balita pneumonia yang ada di Puskesmas Pamulang diberikan antibiotik

untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini sejalan dengan kajian WHO
126

menunjukkan bahwa balita penumonia di daerah perkotaan (urban) lebih banyak

menerima pengobatan dengan antibiotik (24%) dibanding balita pneumonia di

daeran pedesaan/rural (17%) (Nurjazuli, 2016).

Untuk pengobatan demam pelaksanaan proses pengobatannya sudah

berjalan baik, dimana diketahui dari hasil observasi balita yang mengalami

demam diberikan parasetamol. Untuk pengobatan wheezing pada 6 balita

pneumonia tidak diberikan karena pada balita pneumonia yang ditemukan di

Puskesmas Pamulang tidak memiliki tanda ataupun gejala balita adanya wheezing.

Serta dari semua balita pneumonia tidak mendapatkan pelayanan rujukan karena

balita masih bisa diberikan pengobatan rawat jalan sesuai dengan tanda dan gejala

pneumonia balita di Puskesmas.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa Puskesmas Pamulang telah

melakukan proses pengobatan dan rujukan untuk balita pneumonia. Pada

prosesnya terdapat pelaksanaan belum berjalan dengan baik yakni tenaga

kesehatan memberikan pengobatan antibiotik oral kotrimoksazol sirup pada 2

balita sebagai penganti amoksisiilin sirup yang sedang kosong di Puskesmas. Oleh

karena itu, dapat disarankan kepada Puskesmas untuk menambah jumlah

distribusi amoksisilin sirup balita pneumonia. Hal ini sejalan dengan Ikatan

Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyatakan bahwa pilihan pertama untuk

antibiotik usia dibawah lima tahun adalah amoxicillin dan untuk usia 5 tahun ke

atas adalah macrolide jika tidak ada tanda pneumonia berat (Pudjiadi, 2009).

6.3.4 Konseling Ibu

Konseling petugas kesehatan difokuskan pada pemberian nasehat yang tepat

untuk setiap ibu, penggunaan keterampilan berkomunikasi dan penggunaan Kartu


127

Nasehat Ibu (KNI) sebagai alat komunikasi (Depkes RI, 2008). Memberikan

konseling bagi ibu harus dilakukan pada balita dengan klasifikasi pneumonia

dengan tindakan rawat jalan dan diberi antibiotik. Hal ini harus dilakukan

mengingat ibu dibekali pengetahuan tentang dosis maupun frekuensi pemberian

antibiotiknya. Disamping itu dilakukan pula penilaian cara pemberian makanan

termasuk pemberian ASI, memberikan anjuran pemberian makan yang baik serta

kapan harus membawa anak kembali ke Puskesmas (Kemenkes RI, 2015).

Hasil penelitian diketahui sebagaian besar tenaga kesehatan belum

mendapatkan pelatihan konseling sehingga pada proses konseling terdapat proses

yang tidak dilakukan seperti mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah

dengan tidak menggunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis

yang sesuai pada ibu balita, tidak menggunakan buku KIA untuk petunjuk

pemberian makanan, cairan/ASI seperti tanda-tanda untuk kembali, tidak

mengajari ibu menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah

seperti memberitahu ibu obat yang tidak dianjurkan, dan tidak memberi tahu ibu

tentang pencegahan pneumonia balita seperti menjaga kebersihan rumah dan

lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin mencuci tangan dengan

sabun atau antiseptik. Tenaga kesehatan yang mendapatkan konseling hanya

pemegang program dan memberikan sosialisasi tentang pedoman tatalaksana

pneumonia balita di tahun 2016 sebanyak 2 kali.

Pentingnya konseling untuk ibu balita agar menambah pengetahuan ibu

akan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin jika balita sudah memiliki tanda

dan gejala pneumonia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutangi (2014)

menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu dengan
128

kejadian pneumonia balita dan terdapat hubungan cukup kuat antara sikap ibu

dengan kejadian pneumonia balita. Pada dasarnya kejadian pneumonia pada balita

dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak. Sistem kekebalan tubuh dapat

dipengaruhi karena beberapa faktor, yaitu pemberian ASI eksklusif, status gizi,

status imunisasi, polusi dari lingkungan, dan tempat tinggal yang terlalu padat

(Anwar, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurnajiah dkk (2016)

menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara status gizi dengan balita

penderita pneumonia.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses

konseling ibu dalam tatalaksana pelaksanaannya belum dilakukan dengan baik,

hal ini karena tenaga kesehatan tidak menggunakan bagan pengobatan untuk

menentukan obat dan dosis, tidak menggunakan buku KIA untuk petunjuk, tidak

mengajari ibu menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah

dan tidak memberi tahu ibu tentang pencegahan pneumonia balita seperti menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin

mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik.

Oleh karena itu, disarankan kepada SDM untuk menggunakan sarana

prasarana saat proses tatalaksana konseling dan memberikan informasi terkait

kebersihan rumah dan lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin

mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik. Hal ini sejalan dengan dipengaruhi

oleh faktor lingkungan yaitu sebagian besar perokok adalah laki–laki. Paparan

asap rokok yang dialami terus menerus pada orang dewasa yang sehat dapat

menambah resiko terkena penyakit paru-paru serta menjadi penyebab penyakit

bronkitis, dan pneumonia (Elfidasari, 2014).


129

6.3.5 Tindak Lanjut Pneumonia Balita

Setiap anak dengan pneumonia yang mendapatkan antibiotik di pelayanan

kesehatan harus dibawa kembali ke pelayanan kesehatan tersebut setelah 3 hari

mendapatkan pengobatan. Memberi pelayanan pemantauan pengobatan berarti

menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan

ulang. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan adalah menanyakan

apakah anak bernapas lebih lambat, apakah ada TDDK, apakah nafsu makan

membaik, melakukan pemeriksaan tanda bahaya umum, dan melakukan penilaian

lagi untuk balita batuk atau kesukaran bernapas (Kemenkes RI, 2015).

Hasil penelitian pada 6 balita pneumonia yang ditemukan saat observasi di

Puskesmas Pamulang proses pelaksanaan tindak lanjut pneumonia balita sebagian

besar balita tidak melakukan kunjungan ulang. Hanya 1 balita pneumonia yang

melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas dengan keadaan membaik untuk

meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari berikutnya. Pasien yang telah

membaik disarankan untuk mengganti antibiotik intravena menjadi per oral.

Antibiotik oral sudah dapat diberikan setelah 3 hari penggunaan antibiotik

intravena. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Watkins dan

Lemonovich (2011) penggantian antibiotik oral lebih awal terbukti efektif dan

dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien yang menyatakan bahwa durasi efektif

terapi antibiotik adalah 10-14 hari.

Untuk kunjungan rumah tenaga kesehatan di Puskesmas Pamulang tidak

melakukannya pada 6 balita pneumonia, hal ini dikerenakan kurangnya tenaga

kesehatan untuk melakukan kunjungan rumah untuk balita pneumonia. Penelitian

yang dilakukan oleh Triasih (2007) menyatakan bahwa kunjungan rumah oleh
130

tenaga kesehatan yang disertai penyuluhan sesuai dengan program P2 ISPA yang

mempunyai hubungan yang kuat terhadap kepatuhan minum obat balita

pneumonia.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses

tatalaksana tindak lanjut pneumonia balita di Puskesmas Pamulang

pelaksanaannya belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan sebagian besar

balita tidak melakukan kunjungan ulang dan kurangnya tenaga kesehatan untuk

melakukan kunjungan rumah balita pneumonia. Oleh karena itu, disarankan untuk

tenaga kesehatan melakukan tindak lanjut pada balita pneumonia yang tidak

melakukan kunjungan ulang dan melakukan kunjungan rumah untuk tercapainya

upaya pengobatan yang baik di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

6.3.6 Penerapan di Puskesmas Pamulang

Menjelaskan tentang persiapan yang harus dilakukan, proses pelaksanaan,

dan pencatatan pelaporan Puskesmas. Hal ini di dukung dengan adanya persiapan

SDM, persiapan faktor pelayanan (formulir/register, logistik, biaya operasional,

ruangan), dan penyesuaian alur pelayanan (Kemenkes RI, 2015).

Hasil penelitian dalam proses penerapan di Puskesmas diketahui bahwa

penemuan balita pneumonia di Puskesmas Pamulang dalam 1 bulan hanya

ditemukan 6 balita pneumonia. Sebagian besar tenaga kesehatan tidak menghitung

respiratory rate balita, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien dan tidak

adanya alat respiratory rate di Poli umum sehingga tidak dihitung napas cepat

balita. Dampak dari hal tersebut adalah sedikitnya penemuan kasus pneumonia

balita, sehingga laporan yang diberikan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan setiap bulan hasilnya tidak sesuai dengan buku register anak penemuan
131

kasus pneumonia balita. Hal ini dikarenakan beban kerja petugas dan pemahaman

bahwa kegiatan penemuan kasus hanya sebagai kegiatan pencatatan dan pelaporan

dalam pengumpulan data sehingga dapat menghambat untuk melakukan

penemuan kasus (Handayaani, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) menyatakan bahwa tidak

melakukan analisa dari hasil pengolahan data kasus pneumonia dengan persentase

100%. Hal ini dikarenakan petugas merangkap pekerjaan lain dan adanya

pemahaman bahwa kegiatan penemuan kasus hanya sebagai kegiatan pencatatan

dan pelaporan. Pelaporan dilakukan agar data yang didapatkan bisa dimanfaatkan

sebagaimana mestinya. Data hasil pelaporan selanjutnya digunakan untk

perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, kegiatan

tindak lanjut, melakukan koreksi, perbaikan-perbaikan program, pelaksanaan

program, dan untuk kepentingan evaluasi atau hasil kegiatan.

Pada proses pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

diketahui bahwa terdapat kendala yakni pelaporan yang belum sesuai dengan

format yang telah diberikan Dinas Kesehatan. Pelaporan program harus

memenuhi beberapa syarat, diantaranya harus disusun secara lengkap dengan

format yang sudah ditentukan, kemudian harus bersifat fakta dan dilaporkan tepat

pada waktunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriarti

dkk (2015) menyatakan bahwa sebenarnya pelaporan program Puskesmas

seharusnya sudah bisa dilakukan melalui online dengan software yang sudah

disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota, namun sistem pelaporan tersebut belum

bisa berjalan karena kebanyakan petugas Puskesmas belum dapat mengoperasikan

software tersebut.
132

Pentingnya pengawasan adalah untuk menilai hasil kegiatan program yang

telah dicapai serta mengadakan tindakan–tindakan perbaikan sedemikian rupa

apabila diperlukan, sehingga hasil dari kegiatan program tersebut sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya (Nursyamiah, 2009). Pemantuan

program P2 ISPA terutama pneumonia balita dapat dilakukan di semua tingkat

mulai dari tingkat Puskesmas sampai dengan Pusat. Pemantauan ini dapat

dilakukan setiap bulan atau triwulan. Dari hasil analisis dapat segera dilakukan

tindakan atau intervensi untuk memperbaikinya. Pada prinsipnya pemantauan

hampir sama dengan evaluasi, hanya evaluasi dilakukan kurun waktu yang lebih

lama yaitu tahunan atau semesteran (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses

penerapan di Puskesmas Pamulang belum dilakukan dengan baik, yakni masih

adanya tenaga kesehatan yang memberikan laporan ke Dinas Kesehatan

Tangerang Selatan yang belum sesuai dengan format pelaporan dan hasil data

yang ada di register anak penemuan balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isroyati (2015)

yang menyatakan bahwa fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan

dan fungsi penggerakkan berhubungan dengan angka cakupan pneumonia balita.

6.4 Gambaran Output Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita


Output dari pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas

Pamulang adalah kesesuaian antara pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di

Puskesmas dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita. Kesesuaian ini salah

satu aspek yang sangat penting pada suatu pelayanan kesehatan pada tatalaksana

balita pneumonia karena tatalaksana yang tepat dan sesuai dengan pedoman
133

tatalaksana pneumonia memilki tujuan untuk menemukan sedini mungkin balita

pneumonia dan mengobati sampai sembuh agar menurunkan angka kesakitan dan

kematian balita akibat pneumonia di Kota Tangerang Selatan. Penemuan kasus

pneumonia merupakan salah satu strategi dalam pengendalian pneumonia

(Suparwati, 2015).

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang

dilakukan dengan enam langkah, sebagai berikut :

1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tatalaksana menilai anak

batuk atau kesukaran bernapas pada pneumonia balita yang dilakukan di

Puskesmas Pamulang sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia

balita dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

2. Klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur balita

yakni umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tatalaksana

klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur balita

yakni umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan pada

pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas Pamulang belum sesuai

dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian

Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Tahun 2015.


134

3. Pengobatan Dan Rujukan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tatalaksana

pengobatan dan rujukan pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang belum sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita

dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

4. Konseling Ibu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tatalaksana konseling

pada ibu balita pneumonia yang dilakukan di Puskesmas Pamulang belum

sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian

Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Tahun 2015.

5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tatalaksana tindak

lanjut balita pneumonia yang dilakukan di Puskesmas Pamulang belum

sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian

Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Tahun 2015.

6. Penerapan Di Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tatalaksana

penerapan di Puskesmas untuk penyakit pneumonia balita yang dilakukan

di Puskesmas Pamulang belum sesuai dengan pedoman tatalaksana

pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.


135

Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa tatalaksana pneumonia balita

yang dilakukan di Puskesmas Pamulang belum sesuai dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita, hal ini dikarena dari 6 langkah tatalaksana hanya

ada 1 langkah yang sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia dari

Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2013) menyatakan bahwa,

terdapat hubungan antara input dan proses, serta proses dan output. Hal ini

menunjukkan bahwa input program akan mempengaruhi proses program, proses

program akan mempengaruhi output program. Salah satu cara untuk mencapai

target capaian maka Puskesmas harus memiliki input dan melaksanakan proses

sesuai petunjuk teknis. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wahyono (2011)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian pneumonia adalah

tatalaksana pelayanan Puskesmas dan sarana pendukung.

Rendahnya cakupan penemuan penderita pneumonia balita salah satunya

disebabkan oleh kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur pengobatan

yang belum maksimal sehingga banyak kasus pneumonia balita tidak terdeteksi

atau tidak tertangani (Ortiz, 2011). Selain itu, belum maksimalnya sosialisasi

kepada masyarakat tentang tanda-tanda pneumonia balita serta bahayanya jika

tidak segera ditangani juga berperan dalam rendahnya cakupan pneumonia balita

ditangani.

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita yang sesuai dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita akan berpengaruh pada jumlah penemuan dan angka

kesakitan balita pneumonia. Oleh karena itu, Puskesmas sudah seharusnya


136

memberikan tatalaksana pneumonia balita dengan acuan yang sesuai berdasarkan

pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan, dimana

pelaksanaan tatalaksana merupakan strategi untuk mengurangi resiko yang lebih

besar akan jumlah balita pneumonia di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
1. Input

a. Sumber daya manusia di Puskesmas Pamulang jumlah mencukupi, namun

distribusi SDM kurang untuk membuka poli anak karena SDM memiliki

beban tugas lain di luar Puskesmas. Untuk kuliatas SDM belum memadai

karena kurangnya diseminasi pedoman tatalaksana pneumonia balita dan

pengawasan oleh pemegang program di Puskesmas.

b. Sarana prasarana yang tersedia di Puskesmas Pamulang cukup untuk

proses pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita.

c. Anggaran atau dana cukup untuk proses tatalaksana pneumonia balita

yang bersumber dari dana operasional Puskesmas, APBD, dan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

d. Sasaran pneumonia balita di Puskesmas Pamulang belum sepenuhnya di

pahami oleh tenaga kesehatan sehingga mempengaruhi jumlah penemuan

balita pneumonia.

2. Proses

a. Proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas pada balita pneumonia

pelaksanaannya dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain,

menanyakan, melihat, dan mendengar untuk pemeriksaan yang sesuai

dengan kotak penilaian pneumonia balita.

137
138

b. Proses klasifikasi dan tindakan untuk 2 kelompok umur balita

pelaksanaannya belum dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan

antara lain, antibiotik oral yang diberikan kepada balita pneumonia

berbeda dengan antibiotik yang dianjurkan di pedoman tatalaksana

pneumonia balita dan tidak memantau kunjungan ulang balita.

c. Proses pengobatan dan rujukan pneumonia balita pelaksanaannya belum

dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain, pengobatan

antibiotik oral amoksisilin dan eritromisin diganti dengan antibiotik oral

lainnya.

d. Proses konseling ibu pneumonia balita pelaksanaannya belum dilakukan

dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain, tidak menggunakan bagan

pengobatan, tidak menggunakan buku KIA sebagai petunjuk, dan tidak

memberi tahu ibu semua informasi tentang pencegahan pneumonia balita

yang ada dipedoman.

e. Proses tindak lanjut pneumonia balita pelaksanaannya belum dilakukan

dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain, tidak memantau kunjungan

ulang balita dan tidak melakukan kunjungan rumah pada balita

pneumonia.

f. Proses penerapan di Puskesmas Pamulang pelaksanaannya belum

dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain, memberikan

laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang tidak

sesuai dengan format dan hasil data di buku register anak di Puskesmas

Pamulang.
139

3. Output

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita yang dilakukan di Puskesmas

Pamulang belum sesuai dengan 6 langkah tatalaksana antara lain klasifikasi dan

menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur balita, pengobatan dan

rujukan, konseling ibu, tindak lanjut pneumonia balita, dan penerapan di

Puskesmas dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian

Kesehatan.

7.2 Saran
1. Untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Sebaiknya Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan memberikan

pelatihan dan sosialisai tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas untuk

meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan tatalaksana

dan pelaporan pneumonia balita.

2. Untuk Puskesmas Pamulang

a. Puskesmas Pamulang sebaiknya membuat jadwal tugas yang sesuai

dengan kondisi beban kerja tenaga kesehatan sehingga dapat

membuka Poli Anak untuk memberikan pelayanan kesehatan

terutama tatalaksana pneumonia balita.

b. Puskesmas Pamulang sebaiknya memberikan sosialisasi tentang

tatalaksana pneumonia balita yang sesuai dengan pedoman

tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan pada

seluruh tenaga kesehatan agar mengerti, mau, dan mampu mengubah

sikap dalam memberikan tatalaksana pneumonia di Puskesmas.


140

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain sebaiknya dalam melakukan penelitian selanjutnya dapat

mengikut sertakan tenaga medis atau pemegang program dalam proses

penemuan kasus pneumonia balita di Puskesmas mengenai pelaksanaan

tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan.


DAFTAR PUSTAKA

Agustino Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Anwar, A. Dharmayanti, I. 2014. Pneumonia pada anak balita di Indonesia.


Kesmas: National Public Health Journal, 8(8), 359-365.

Anwar, R.Y. 2014. Hubungan Antara Higiene Perorangan Dengan Infeksi


Cacing Usus (Soil Transmitted Helminths) Pada Siswa SDN 25 Dan SDN
28 Kelurahan Purus Kota Padang Sumatera Barat. Universitas Andalas.
Padang.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi


Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Azzahra, F. 2015. Manajemen Komplain. Universitas Respati Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.

Bappenas. 2016.Sustainable Development Goals (SDGs). Kementerian PPN.

Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Choiriyah, S. Anggraini, D. N. 2015. Evaluasi Input Sistem Surveilans Penemuan


Penderita Pneumonia Balita Di Puskesmas. Unnes Journal of Public
Health, 4(4).

Choiriyah, Safaatul. 2015. Evaluasi Input Sistem Surveilans Penemuan Penderita


Pneumonia Balita Di Puskesmas. Unnes Journal of Public Health.

Clark, Helena. 2004. Theories of change and Logic Models: Telling Them Apart.
Research Associate, Aspen Institute Roundatable on Community Change.

Creswell, J. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed.


Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Dahlan,MS.2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,


dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS.Epidemiologi
Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.2008. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas


2007. Jakarta.

Departemen Kesehatan, RI. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di


Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

141
142

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2015. Profil Kesehatan Kota


Tangerang Selatan Tahun 2015. Tangerang Selatan.

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Elfidasari, D, dkk. 2014. Deteksi Bakteri Klebsiella Pneumonia Pada Beberapa


Jenis Rokok Konsumsi Masyarakat. Seri Sains Dan Teknologi.

Erniati, C., Sembiring, T. 2012. Pengaruh Fasilitas Dan Pengembangan Sumbar


Daya Manusia Terhadap Produktivitas kerja Karyawan Studi Kasus
PTPN II Kebun Sampali Medan. Universitas Darma Agung. Medan.

Farida, H, dkk. 2008. Penggunaan Antibiotik Secara Bijak untuk Mengurangi


Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian Kesehatan Anak RS Dr.
Kariadi. Fakultas Kedokteran Undip, Semarang.

Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta:


Gosyen.

Gale, Nicola K, dkk. 2013. Using The Framework Method For The Anaysis Of
Qualitative Data In Multidusciplinary Health Research. Jurnal BMC
Medical Research Methodology.

Global Health Workforce Alliance. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga


Kesehatan Tahun 2011 – 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/workforcealliance/countries.inidonesia_hrhplan_2011
_2012.pdf pada 25 Mein 2017

Handayani, R. P. 2012. Gambaran Kegiatan Penemuan Kasus Pneumonia Pada


Balita Di Puskesmas Se-Kota Semarang (Doctoral Dissertation,
Diponegoro University).

Haruman, T. Rahayu, S. 2007. Penyusunan Anggaran Perusaan. Edisi Kedua.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ibrahim Bafadal. 2009. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Bumi


Aksara. Jakarta

Ida Bagus Gede Manuaba, Prof. dr. 2013. Millenium Development Goals (MDGs)
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta : CV. Trans Info Medika

Isroyati Sri, dkk. 2015. Hubungan Fungsi Manajemen Program P2 ISPA dengan
Ketercapaian Target Angka Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas Kota
Semarang. Jurnal. Manajemen Kesehatan Indonesia.

Isroyati, S., Suwitri, S., & Jati, S. P. 2015. Hubungan Fungsi Manajemen
Program P2 ISPA dengan Ketercapaian Target Angka Cakupan
Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Semarang. (Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro Semarang).
143

Kartasasmita B. 2010. Pneumonia pada Balita .Jakarta.

Kartasasmita, C. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI RI: Buletin


Jendela Epidemiologi Volume 3, September 2010. ISSN 2087-1546
Pneumonia Balita

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian ISPA. Jakarta. Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta

Kemenkes RI. 2015. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta. Kemenkes RI

Kemenkes RI.2010. Pneumonia Balita Jendela Epidemiologi Volume 3. Jakarta:


Kemenkes RI.

Lalani, Amina., & Schneeweiss, Suzan. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri.


Jakarta: EGC

Mardiyoko, I. 2008. Hubungan Kualifikasi Petugas Penerimaan Pasien Baru


Rawat Jalan Dalam Kualitas Pelayanan Di Rs Bethesda Yogyakarta.
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Mardjanis. 2010. Pengendalian Pneumonia Anak Balita Dalam Rangkka


Pencapaian MDG4. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3. Jakarta:
Kemenkes RI

Mazmanian, Daniel H., dan Paul A. Sabatier. 1983. Implementation and Public
Policy, New York: HarperC

Menon R, George A, Menon U. 2013. Etiology and Anti-microbial Sensitivity of


Organisms Causing Community Acquired Pneumonia: A Single Hospital
Study. Journal of Family Medicine and Primary Care. 2013. 3:244-49

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewas, Usia Lanjut. Edisi 1 Jakarta, Pustaka Obor Populer.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Remaja


Rosdakarya,Bandung

Mubarak W I. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Penerbit


Salemba Medika
144

Ni Nyoman Kristina, dkk. 2013. Mengenal Penyakit Pneumonia (ISPA). Diakses


pada 1 Mei 2017 dari http://www.diskes.baliprov.go.id/id/MENGENAL-
PENYAKIT-PNEUMONIA--ISPA-

Notoatmodjo, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan,


Andi Offset, Yogyakarta, 1997

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S.2011, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka Cipta,


Jakarta.

Nurhayati, Agita Maris. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Implementasi


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di Puskesmas Di Kota Semarang
Tahun 2010. Universitas Negeri Semarang

Nurhayati, Agita Maris. 2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan Implementasi


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di Puskesmas Di Kota
Semarang Tahun 2010. Universitas Negeri Semarang.

Nurjazuli, W. R. 2006. Faktor Risiko Dominan Kejadian Pnumonia Pada Balita


(Dominant risk factors on the occurrence of pneumonia on children under
five years). J Respirologi, 1-21.

Nurnajiah, M., Rusdi, R., & Desmawati, D. 2016. Hubungan Status Gizi dengan
Derajat Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(1).

Nursyamiah, N. 2009. Implementation Analysis of Exclusive Breastfeeding


Program at Puskesmas in Semarang City, 2009. MIKM UNDIP.

Nursyamiah. 2009. Analisis Implementasi Program Pemberian Asi Eksklusif Di


Puskesmas Wilayah Kota Semarang Tahun 2009. Thesis. Universitas
Diponegoro.2009

Ortiz, R. Rodriguez L., Cervantes E. 2011. Malnutrition and Gastrointestinal and


Respiratory Infections in Children: A Public Health Problem. Mexico
International Journal of Environmental Research and Public Health.

Pohan. 2006. Jaminan Mutu Layanan kesehatan: dasar-dasar pengertian dan


penerapan .Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Pudjiadi A, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: IDAI.
145

Pudjiadi, A. H., Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N. S., Gandaputra, E. P., &
Harmoniati, E. D. 2009. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak
Indonesia. Jakarta: IDAI, 47-50.

Pudjiastuti, W. 2002. Analisis Kepatuhan Petugas Puskesmas Terhadap


Manajemen Tatlaksana MTBS. Tesis. Jakarta: Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia

Puspadewi, Y. A., Mawarni, A., & Dharminto, D. 2013. Analisis Kinerja Bidan
Puskesmas dalam Pelayanan MTBS di Wilayah Puskesmas Kota Malang
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).

Putriarti, R. T, dkk. 2015. Analisis Sistem Manajemen Program P2 Ispa Di


Puskesmas Pegandan Kota. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)

Putriarti, Rizki Tri. 2014. Analisis Program P2 Ispa Di Puskesmas Pegandan


Kota Semarang. Diponegoro University.

Radina, D. F. Damayanti, N. A. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan


Minimal Pada Program Penemuan Penderita Pneumonia Balita.

Rahmah, Siti. 2008. Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan


DI Rumah Sakit Kota Medan. Universitas Sumatera Utara
Medan.

Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholiand K, Campbell H. 2008.


Epidemiology And Etiology Of Childhood Pneumonia. Bull World Health
Organ. 2008; 86(5):408-16.

Sabuna, A. T. E. 2011. Hubungan antara Pengetahuan dan Motivasi Perawat


dengan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kabupaten Timor
Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).

Said, Mardjanis. 2010. Pengendalian Pneumonia Balita Anak-Balita dalam


Rangka Pencapaian MDG 4. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Salmah, N. N. A. 2012. Pengaruh Program Pelatihan Dan Pengembangan


Karyawan Terhadap Kompetensi Karyawan Pada PT. Muba Electric
Power Sekayu. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (JENIUS), 2(3),
278-290.

Sirait, Justine. 2006. Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia


dalam Organisasi. Jakarta: PT. Grasindo

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Ganggua Sistem pernapasan / Irman Somantri. Jakarta :
Salemba Medika
146

Sosialine, Engko M. 2015. Tata kelola dan perbekalan kesehatan terpadu. Rapat
koordinasi Nasional Ditjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan.

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta

Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan. Gramedia Pustaka, Jakarta

Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Suparwati, A. Rahma, A., Arso, S. P. 2015. Implementasi Fungsi Pokok


Pelayanan Primer Puskesmas sebagai Gatekeeper dalam Program JKN
(Studi di Puskesmas Juwana Kabupaten Pati). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 3(3), 1-11.

Sutangi H. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian


Pneumonia Balita di Desa Telukagung Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Plumbon Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramyu Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2014: 1-8

Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada.

Tahjan, H. 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: RTH

The United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2015. Pneumonia: Despite


Steady Progress, Pneumonia Remains One Single Largest Killer Of Young
Children Worldwid. UNICEF

Triasih, F., Istiawan, R., & Riyadi, S. 2007. Pengaruh Kunjungan Rumah oleh
Perawat terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Penderita Pneumonia
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesma 2 Baturraden. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 2(1), 30-40.

Turner C, Turner P, Carrara V, Burgoine K. 2013. High risks of pneumonia in


children two years of age in South East Asean refugee population. United
Kingdom: University College London..

W.K.Kellogg. 2004. Using Logic Models To Bring Together Planning,


Evaluation and Action. Michiga

Wahyono, B. 2011. Pelayanan Puskesmas Berbasis Manajemen Terpadu Balita


Sakit dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
147

Walker, Roger. Cate, Whittlesea Ed. 2012. Clinical Pharmacy And Therapeutics
Fifth London: Elsevier.

Warsihayati, Rita. 2002. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan


Penemuan Kasus Pneumonia Pada Puskesmas di Kabupaten Bekasi.
Tesis, Pasca FKM UI.

Watkins RR, Lemonovich TL. 2011. Diagnosis and Management of Community-


Acquired Pneumonia in Adults. American Family Physician (83)

WHO. 2006. Pneumonia : The Forgetten Killer of Children. New York.

WHO. 2008. The Global Burned Of Disease: This Figure Includes Pneumonia
Deaths That Occur In The Neonatal Period, But Not Those That Are
Associated With Measles, Pertussis And HIV. Geneva. Switzerland

Wijono. 2008. Manajemen Mutu Rumah Sakit dan Kepuasan Pasien Prinsip dan
Praktik. Surabaya: CV Duta Prima Airlangga.

Winarno, B., 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi. CAPS, Yogyakarta

World Health Organization. 2012. Integrated Management of Childhood Illness.


WHO Press.

World Health Organizations. 2013. Epidemiology and Etiology of Childhood


Pneumonia. Who Press.
LAMPIRAN

LAMPIRAN

148
FORM INFORM CONCERN

Gambaran Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota

Tangerang Selatan Tahun 2017

Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati,

Saya Faza Fidarani, mahasiswa Peminatan Manajemen Pelayanan

Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya

sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran

Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017”.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk

menjadi informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam,

benar, dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan nanti akan

digunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita.

Peneliti memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara


berlangsung dan peneliti menjamin kerahasiaan isi informasi yang diberikan dan

hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan

terima kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat Saya

Faza Fidarani
Daftar Pertanyaan Penelitian Untuk Staf Pelaksana Pneumonia Balita

di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

a. Sumber Daya Manusia


1. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan pedoman
tatalaksana pneumonia balita ?
2. Bagaimana keterlibatan tenaga esehatan tersebut ? (Probing : Semua
tenaga kesehatan yang terlibat disebutkan bagaimana bentuk
keterlibatannya ?)
3. Siapa saja tenaga kesehatan yang mendukung dalam pelaksanaan pedoman
tatalaksana pneumonia balita ? (Probing: Semua tenaga kesehatan yang
mendukung disebutkan bagaimana bentuk dukungannya ? Apakah SDM
khusus ? Jika ada, berapa banyak untuk masing-masing puskesmas,
apakah dia khusus memegang program pengendalian pneumonia balita
atau memegang program lain, ada sk? siapa yang memberikan SK?)
4. Apakah Dinas Kesehatan menyeleggarakan pelatihan untuk SDM dalam
melakukan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas ? (Probing:
Pelatihan apa saja yang diberikan? Apakah termasuk bimbingan dan
pendampingan? Kapan dilakukan pelatihan? Adakah pelatihan rutin
(bulanan atau tahunan)?)
b. Sarana dan Prasarana
5. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mejalankan
tatalaksana pneumonia balita ? (Probing : bagaimana sarana dan
prasarana bisa tersedia di Puskesmas ? Fungsi sarana dan prasarana ?)
6. Bagaimana peran Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam
memenuhi sarana dan prasarana kesehatan untuk tatalaksana pneumonia
balita ?
c. Dana/Anggaran
7. Bagaimanakah dan untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di
Puskesmas ? (Probing: Apa peran Dinas Kesehatan dalam menyediakan
dana untuk Puskesmas khusus pneumonia ? Sumber dan ? Penggunaan
dana ?)
d. Sasaran
8. Bagaimana Dinas Kesehatan menentukan sasaran penderita pneumonia
balita di Puskesmas ? (Probing : Berdasarkan apa ? pedoman atau
kebijakan lainnya?)

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita

9. Bagaimana pengobatan dan rujukan untuk balita yang memilikii penyakit


pneumonia di Kota Tangerang Selatan ? (Probing : apa peran dinas
kesehatan untuk pengobatan dan rujukan pelayanan kesehatan ?)
10. Bagaimana konseling bagi ibu balita pneumonia yang dilakukan di
Puskesmas ? (Probing : Apakah peran Dinas Kesehatan dalam konseling
ibu ? Memberikan sosialisasi dengan SDM di Puskesmas atau lainnya ?)
11. Bagaimana Bapak/Ibu melakukan tindak lanjut untuk balita yang sudah
mendapatkan pengobatan di Puskesmas ? (Probing : Apa peran Dinas
Kesehatan pada tindak lanjut balita pneumonia ?)
12. Bagaimana pencatatan dan pelaporan hasil di Dinas Kesehatan untuk
penyakit pneumonia balita ? (Probing : Apakah setiap Puskesmas
memberikan pencatatan dan pelaporan hasil ? Kapan saja diberikan ?
Jika tidak diberikan apakah setiap Puskesmas mendapatkan sanksi ?)
13. Bagaimana Dinas Kesehatan melakukan pemantauan dan Evaluasi
pneumonia balita di Kota Tangerang Selatan ? (Probing : Cara melakukan
pemantauan dan evaluasi ? Siapa saja yang terlibat ? Apakah ada
kendala saat melakukan pemantauan dan evaluasi pneumonia balita di
setiap Puskesmas ?)
Daftar Pertanyaan Penelitian Untuk Kepada Kepala Puskesmas Pamulang

a. Sumber Daya Manusia


1. Bagaimana keterlibatan SDM di Puskesmas dalam melakukan tatalaksana
pneumonia balita ? (Probing : bentuk keterlibatan seperti apa ? adakah
sdm pendukung dan SDM khusus tatalaksana pneumonia balita ? Berapa
banyak ? ada SK? Siapa yang memberikan SK?)
2. Bagaimana SDM dapat melakukan tatalaksana pneumonia balita
?(Probing: berdasarkan pedoman, SOP, alur pelayanan atau lainnya ?)
b. Sarana dan Prasarana
3. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mejalankan
tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas ? (Probing : bagaimana
sarana dan prasarana tersebut bisa tersedia ?)
4. Sudahkah Puskesmas menyediakan sarana dan prasarana tersebut?
(Probing: sejak kapan sarana dan prasarana tsb ada dan siapa yg
memberikan ?)
c. Dana/Anggaran
5. Bagaimanakah dan untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di
Puskesmas ? (Probing: Apa peran Dinas Kesehatan dalam menyediakan
dana untuk Puskesmas khusus pneumonia ? Sumber dan ? Penggunaan
dana ?)
d. Sasaran
6. Bagaimana cara menetapkan sasaran pneumonia balita di Puskesmas ?
(Probing : Berdasarkan apa balita termasuk sasaran pneumonia balita?)

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita

7. Bagaimana pengobatan dan rujukan untuk balita yang memilikii penyakit


pneumonia di Puskesmas Pamulang ? (Probing : Pengobatan dan rujukan
seperti apa yang diberikan di Puskesmas ?)
8. Bagaimana konseling bagi ibu balita pneumonia yang dilakukan di Puskesmas
? (Probing : Konseling seperti apa yang diberikan?)
9. Bagaimana tindak lanjut untuk balita yang sudah mendapatkan pengobatan di
Puskesmas ? (Probing : Apakah dilakukan Kunjungan ulang dan Kunjungan
Rumah ? Siapa yg melakukannya ?)
10. Bagaimana pencatatan dan pelaporan hasil pneumonia balita di Puskesmas
Pamulang ? (Probing : Apakah Puskesmas memberikan pencatatan dan
pelaporan hasil ke Dinas Kesehatan ? Kapan saja diberikan ?Apa manfaat
dan fungsi pencatatan dan pelaporan tsb ?)
11. Apakah Dinas Kesehatan melakukan pemantauan dan evaluasi pneumonia
balita di Puskesmas Pamulang ? (Probing : Cara melakukan pemantauan dan
evaluasi seperti apa ? Siapa saja yang terlibat ? Apakah ada kendala saat
melakukan pemantauan dan evaluasi pneumonia balita?)
Daftar Pertanyaan Penelitian Untuk Pemegang Program Pneumonia
Balita di Puskesmas Pamulang

1. Sumber Daya Manusia


1. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan pedoman
tatalaksana pneumonia balita ?
2. Bagaimana keterlibatan tenaga kesehatan tersebut ? (Probing : Semua
tenaga kesehatan yang terlibat disebutkan bagaimana bentuk
keterlibatannya ? Sejak kapan ?)
3. Siapa saja tenaga kesehatan yang mendukung dalam melakukan tatalaksana
pneumonia balita ? (Probling: Semua tenaga kesehatan yang mendukung
disebutkan bagaimana bentuk dukungannya ? Apakah SDM khusus ? Jika
ada, berapa banyak ? apakah dia khusus memegang program pengendalian
pneumonia balita atau memegang program lain ? Ada SK, siapa yang
memberikan SK?)
4. Apakah Dinas Kesehatan menyeleggarakan pelatihan untuk SDM dalam
melakukan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas ? (Probing:
Pelatihan apa saja yang diberikan? Apakah termasuk bimbingan ? Kapan
dilakukan pelatihan ?)
b. Sarana dan Prasarana
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mejalankan
tatalaksana pneumonia balita sesuai dengan pedoman ? (Probing :
bagaimana sarana dan prasarana tsb bisa tersedia ? Apa fungsi dari
sarana dan prasarana tersebut ?)
2. Sudahkah Puskesmas menyediakan sarana dan prasarana tersebut?
(Probing: sejak kapan sarana dan prasarana tsb ada dan siapa yg
memberikan ?)
3. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam memenuhi sarana
dan prasarana untuk tatalaksana pneumonia balita ?
c. Dana / Anggaran
1. Bagaimanakah dan untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di
Puskesmas ? (Probing: Apa peran Dinas Kesehatan dalam menyediakan
dana untuk Puskesmas khusus pneumonia ? Sumber dan ? Penggunaan
dana ?)
d. Sasaran
1. Bagaimana cara menetapkan sasaran pneumonia balita di Puskesmas ?
(Probing : Berdasarkan apa balita termasuk sasaran pneumonia balita?)
2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu sasaran penderita pneumonia balita
Puskesmas sudah sesuai dengan pedoman ?

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita

1. Bagaimana Bapak/Ibu menilai anak batuk atau kesukaran bernapas ?


(Probing: Berdasarkan pedoman atau lainnya tindakkan menilai
dilakukan?)
2. Bagaimana Bapak/Ibu melakukan klasifikasi dan tindakan untuk anak
batuk atau kesukaran bernapas umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan ?
(Probing : berdasarkan apa cara penentuan tingkat keparahan penyakit
dan tindakannya pada balita ? Sesuai dengan pedoman tatalaksana atau
tidak ?)
3. Bagaimana Bapak/Ibu melakuan klasifikasi dan tindakan untuk bayi
batuk atau kesukaran bernapas umur <2 bulan ? (Probing : berdasarkan
apa cara penentuan tingkat keparahan penyakit dan tindakannya pada
balita ? Sesuai dengan pedoman tatalaksana atau tidak ?)
4. Bagaimana pengobatan dan rujukan untuk balita pneumonia di
Puskesmas Pamulang ? (Probing : Pengobatan seperti apa dan rujukan
seperti apa yang dilakuakan saat melakukan tatalaksana pneumonia
balita? berdasarkan apa pengobatan dan rujukan dilaksanakan ?)
5. Bagaimana konseling bagi ibu penderita pneumonia balita yang
dilakukan di Puskesmas ? (Probing : Konseling seperti apa yang
dilakukan saat tatalaksana pneumonia balita ? Berdasarkan apa ?
Adakah sosialisasi sebelumya terkait konseling bagi ibu dari Dinas
Kesehatan ? Kapan saja dilakukan konseling untuk ibu?)
6. Bagaimana Bapak/Ibu melakukan tindak lanjut untuk balita yang sudah
mendapatkan pengobatan di Puskesmas ? (Probing : Apakah dilakukan
kunjungan ulang dan kunjungan rumah ? Siapa yg melakukannya ? Apa
kendala tindak lanjut penumonia balita dalam melakukan tatalaksana
pneumonia balita ?)
7. Bagaimana pencatatan dan pelaporan hasil di Puskesmas Pamulang untuk
pneumonia balita ? (Probing : Apakah Puskesmas memberikan
pencatatan dan pelaporan hasil ke Dinas Kesehatan ? Kapan saja
diberikan ? Jika tidak diberikan apakah setiap Puskesmas mendapatkan
sanksi ?)
8. Bagaimana pemantauan dan evaluasi penderita pneumonia balita di
Puskesmas Pamulang ? (Probing : Cara melakukan pemantauan dan
evaluasi ? Siapa saja yang terlibat ? Hasil pemantauan dan evaluasi
digunakan untuk apa dan diberikan kepada Dinas Kesehatan kapan
saja?)
Daftar Pertanyaan Penelitian Untuk Koordinator P2
di Puskesmas Pamulang

a. Sumber Daya Manusia


1. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan pedoman
tatalaksana pneumonia balita ?
2. Bagaimana keterlibatan tenaga kesehatan tersebut ? (Probing : Semua
tenaga kesehatan yang terlibat disebutkan bagaimana bentuk
keterlibatannya ? Sejak kapan ?)
3. Siapa saja tenaga kesehatan yang mendukung dalam melakukan
tatalaksana pneumonia balita ? (Probing: Semua tenaga kesehatan yang
mendukung disebutkan bagaimana bentuk dukungannya ? Apakah SDM
khusus ? Jika ada, berapa banyak ? apakah dia khusus memegang
program pengendalian pneumonia balita atau memegang program lain ?
Ada SK, siapa yang memberikan SK?)
4. Apakah Dinas Kesehatan menyeleggarakan pelatihan untuk SDM dalam
melakukan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas ? (Probing:
Pelatihan apa saja yang diberikan? Apakah termasuk bimbingan ? Kapan
dilakukan pelatihan ?)
b. Sarana dan Prasarana
5. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mejalankan
tatalaksana pneumonia balita sesuai dengan pedoman ? (Probing :
bagaimana sarana dan prasarana tsb bisa tersedia ? Apa fungsi dari
sarana dan prasarana tersebut ?)
6. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam memenuhi
sarana dan prasarana untuk tatalaksana pneumonia balita ?
c. Dana / Anggaran
7. Bagaimanakah dan untuk pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di
Puskesmas ? (Probing: Apa peran Dinas Kesehatan dalam menyediakan
dana untuk Puskesmas khusus pneumonia ? Sumber dan ? Penggunaan
dana ?)
d. Sasaran
8. Bagaimana cara menetapkan sasaran pneumonia balita di Puskesmas ?
(Probing : Berdasarkan apa balita termasuk sasaran pneumonia balita?)
9. Bagaimana menurut Bapak/Ibu sasaran penderita pneumonia balita
Puskesmas sudah sesuai dengan pedoman ?

Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita

10. Bagaimana pengobatan dan rujukan untuk balita pneumonia di Puskesmas


Pamulang ? (Probing : Pengobatan seperti apa dan rujukan seperti apa
yang dilakuakan saat melakukan tatalaksana pneumonia balita?
berdasarkan apa pengobatan dan rujukan dilaksanakan ?)
11. Bagaimana konseling bagi ibu penderita pneumonia balita yang dilakukan di
Puskesmas ? (Probing : Konseling seperti apa yang dilakukan saat
tatalaksana pneumonia balita ? Berdasarkan apa ? Adakah sosialisasi
sebelumya terkait konseling bagi ibu dari Dinas Kesehatan ? Kapan saja
dilakukan konseling untuk ibu?)
12. Bagaimana Bapak/Ibu melakukan tindak lanjut untuk balita yang sudah
mendapatkan pengobatan di Puskesmas ? (Probing : Apakah dilakukan
kunjungan ulang dan kunjungan rumah ? Siapa yg melakukannya ? Apa
kendala tindak lanjut penumonia balita dalam melakukan tatalaksana
pneumonia balita ?)
13. Bagaimana pencatatan dan pelaporan hasil di Puskesmas Pamulang untuk
pneumonia balita ? (Probing : Apakah Puskesmas memberikan pencatatan
dan pelaporan hasil ke Dinas Kesehatan ? Kapan saja diberikan ? Jika
tidak diberikan apakah setiap Puskesmas mendapatkan sanksi ?)
14. Bagaimana pemantauan dan evaluasi penderita pneumonia balita di
Puskesmas Pamulang ? (Probing : Cara melakukan pemantauan dan
evaluasi ? Siapa saja yang terlibat ? Hasil pemantauan dan evaluasi
digunakan untuk apa dan diberikan kepada Dinas Kesehatan kapan saja ?)
LEMBAR OBSERVASI

No Item Ada Tidak Keterangan


1. Oksigen Konsentrator dan √ Terdapat di UGD Puskesmas
selang hidung/nasalprong
2. ARI Sound Timer √ -
3. Alat Nebulisasi √ -
4. Stempel dan Buku KIA √ Terdapat di Poli Anak
5. Logistik Obat Pneumonia √ Terdapat di Gudang Farmasi
Balita Puskesmas Pamulang
6. Buku register dan formulir √ Terdapat di Poli Anak
pelaporan program P2 ISPA
6. Formulir rekapitulasi √ Tidak di perbanyak oleh
careseeking program P2 ISPA Puskesmas
Tingkat Puskesmas
7. Formulir kunjungan rumah √ Tidak di perbanyak oleh
penderita pneumonia balita Puskesmas
dalam rangka careseeking
program P2 ISPA

Sumber : Pedoman tatalaksana pneumonia balita (Kemenkes RI, 2015)


Lembar Observasi Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita
(Study Kasus di Puskesmas Pamulang Tahun 2017)

No Tatalaksana Pneumonia Balita Dilakukan Tidak Keterangan


Menilai Anak Batuk Atau Kesukaran Bernapas
1. Tanyakan :
a. Berapa umur anak ?
b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran bernapas ?
c. Sudah berapa lama ?
d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia 2 bulan-s.d 59
bulan ?
e. Apakah anak kurang bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia <2 bulan
)
f. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
g. Apakah anak kejang ?
2. Lihat :
a. Apakah napas cepat ?
b. Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalah (TDDK) ?
c. Apakah terlihat kesadaran menurun ?
3. Dengar :
a. Apakah terdengar stridor ?
b. Apakah terdengar wheezing ?
Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Anak Umur 2 Bulan S.D 59 Bulan
1. Menentukan penyakit sangat berat pada anak berumur 2 bulan- <60 bulan dengan
tanda bahaya, seperti tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor pada
waktu anak tenang, gizi buruk, tampak biru (sianosis), ujung tangan dan kaki pucat
dan dingin.
a. Rujuk segera ke Rumah Sakit
b. Beri 1 dosis antibiotik
c. Obati demam (Jika ada)
d. Bila sedang kejang beri diazepam
e. Bila ada stidor, sianosis, dan ujung tangan dan kaki pucat dan dingin berikan
oksigen
f. Cegah agar gula darah tidak menurun
g. Jaga anak tetap hangat
h. Rujuk segera ke RS
2. Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan s.d 59 bulan dengan tanda/gejala, seperti
tarikan dinding dada ke dalam (TDDK) atau sturasi oksigen <90.
 Rujuk ke Rumah Sakit
 Sebelum meninggalkan Puskesmas, beri pengobatan pra rujukan seperti
pemberian antibiotik, atasi demam, wheezing, kejang, dan sebagainya).
 Beri oksigen maksimal 2-3 liter permenit
 Berikan satu kali dosis antibiotik yang sesuai, sebelum dirujuk ke RS
3 Pneumonia pada anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan dengan tanda/gejala yakni
adanya napas cepat (50 x/menit atau lebih).
a. Berikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari
b. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
c. Apabila batuk > 14 hari rujuk
d. Apabila wheezing berulang rujuk
e. Nasehati ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan dan
bawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan cara
pemberian antibiotik
f. Kunjungan ulang dalam 3 hari
g. Obati wheezing bila ada
4. Batuk bukan pneumonia balita pada anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan dengan
tanda/ gejala, seperti tidak ada tarikan dinding dada ke dalam dan tidak ada napas
cepat.
a. Tidak memberikan antobiotik dan pasien dirawat dirumah
b. Anjurkan ibu untuk memberikan tindakan penunjang/perawatan dirumah dan
mengamati kemungkinan adanya tanda-tanda pneumonia sesuai konseling
dari petugas kesehatan.
c. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
d. Apabila batuk >14 rujuk
e. Apabila wheezing berulang rujuk
f. Nasehati kapan segera kembali
g. Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tidak ada perbaikan
h. Obati wheezing bila ada
Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Bayi Batuk Atau Kesukaran Bernapas Umur <2 Bulan
1. Jika ditemukan bayo diklasifikasi pneumonia berat dengan tanda, seperti TDDK kuat atau adanya napas cepat 60x/menit
atau lebih. Tindakan yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Rujuk segera ke RS
b. Sebelum meninggalakan Puskesmas, beri pengobatan pra rujukan seperti pemberian antibiotik, atasi demam,
wheezing, kejang, dan sebagainya). Tulis surat rujukan ke RS dan anurka ibu agar membawa anak ke RS sesegera
mungkin.
c. Berikan 1 kali dosis antibiotik sebelum anak di rujuk
d. Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
e. Jagabayi tetap hangat.
f. Jika tidak dapat dirujuk, lakukan pengobatan di Puskesmas.
Pengobatan Dan Rujukan
1. Pemberian Antibiotik Oral
a. Pneumonia 2- 12 bulan (4- <10 Kg)
 Amoksisilin Tablet (250mg) = 2 x 1 tablet/hr
 Amoksisilin Sirup 125mg dalam 5ml = 2 x 10 ml
 EritromisinSirup 125mg dalam 5ml = 3 x 5 ml
b. Pneumonia 12 bulan- 5 tahun (10-19 Kg)
 Amoksisilin Tablet (250mg) = 2 x 2 tablet/hr
 Amoksisilin Sirup 125mg dalam 5ml = 2 x 20 ml
 EritromisinSirup 125mg dalam 5ml = 3 x 10 ml
c. Tindakan Pra Rujukan
 Anak usia 2 – < 60 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani dengan
ampisilin parenteral (penisilin) dan gentasimin sebagai pengobatan lini
petama.
 Ampisilin : 50 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
 Gentamisin : 7,5 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
 Bayi berumur <2 bulan pemberian antibitik oral merupakan tindakan pra
rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa minum atau diberikan dengan
cara injeksi intramuskular.
2. Pengobatan Demam Tinggi
a. Demam tidak tinggi ( <38,5 ˚C)
 Masihati ibunya untuk memberikan cairan lebih banyak. Tidak
diperlukan pemberian parasetamol.
b. Demam Tinggi ( > 38,5 ˚C)
 Berikan parasetamol setiap 6 jam dengan sesuai sampai demam
mereda. Berikan parasetamol kepada ibu untuk 3 hari.
 2 bulan - <6 bulan (4-7 Kg) : Tablet 500 mg (1), Tablet 100
(1/2), dan sirup 120 mg/5 ml (2,5 ml ½ sendok takar).
 6 bulan - <3 tahun (7-<14 Kg) : Tablet 500 mg (1/4), Tablet
100 (1), dan sirup 120 mg/5 ml (5ml 1 sendok)
 3 tahun- 5 tahun (14-19 Kg) : Tablet 500 mg (1/2), Tablet
100 (2), dan sirup 120 mg/5 ml (7,5ml 1 1/2 sendok)
 Bayi < 2 bulan kalau ada demam harus dirujuk, tidak diberikan
parasetamol untuk demamnya.
3. Pengobatan Mengi/ Wheezing
1. Inhalasi bronkodilator kerja cepat (Salbutamol nebulisasi, salbutamol
dengan MDI, atau suntikan epinefrin secara subkutan), bila belum membaik
dapat diberikan sampai 3 kali dalam 1 jam
 Wheezing Tidak menghilang -> Bukan Asma -> Tatalaksana
Pneumonia
 Wheezing dan sesak mereda/menghilang -> Asma -> Tatalaksana
Asma sesuai buku pedoman Asma.
4. Rujukan
a. Pengobatan pra rujukan (antibiotk dosis pertama)
 Bayi muda (<2 bulan) dengan penyakit sangat berat harus ditangani dengan
obat suntikan:
 Ampisilin : 50 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
 Gentamisin : 7,5 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
 Mencegah agar gula darah bayi tidak turun pada bayi < 2 bulan dengan cara
memberikan ASI
 Rujuk Segera

b. Merujuk Anak
 Menjelaskan perlunya rujukan
 Hilangkan kekhawatiran ibu dan bantu mengatasi setiap masalah
 Usahakan agar ibu mau membawa anaknya ke rumah sakit dan bantulan
semampu tenaga kesehatan untuk memecahkan masalahnya
 Beri ibu intruksi dan peralatan yang diperlukan untuk merawat anak selama
perjalanan ke rumah sakit.
c. Menulis surat rujukan
 Isi data yang ada dalam surat rujukan yang akan dibawa ibu ke RS
 Beritahu ibu untuk memberikannya kepada petugas kesehatan di RS
d. Jika rujukan tidak memungkinkan
 Pemberian antibiotik untuk rawat inap
 Usia anak 2 s.d 59 bulan dengan batuk atau kesukaran bernapa
pertama
Batuk & pilek bukan pneumonia -> Nasehat perawatan di rumah
Naps cepat dan TTDK -> Amoxicilin oral dan nasehat perawatan
di rumah
Tanda bahaya umum -> antibiotik dosis pertama
Pneumonia berat -> rujuk kefasyankes untuk injeksi antibiotic atau
terapi penunjang.
 Pemberian oksigen
 Umur < 2 bulan, jumlah aliran oksigen 0,5/menit
 Umur > 2 bulan, jumlah aliran oksigen 1/menit
Konseling Ibu
1. Mengajari ibu cara memberikan obat oral di rumah
a. Pemberian dosis pertama pada anak
 Gunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang
sesuai
 Beritahu ibu alasan pemberian obat kepada anak, termasuk mengapa
diberi obat oral dan masalah apa yang di dapati
 Peragakan cara mengukur satu dosis
 Memberi tablet : Tunjukkan kepada ibu jumlah obat dalam 1 dosis,
peragakan cara membagi/membelah tablet dan bila digerus
tambahkan tetes air pada obat diamkan 1-2 menit selanjutnya gerus
obat.
 Memberi Sirup : peragakan cara mengukur dosis dalam mililiter
(ml) secara benar dan menggunkan sendok takar atau sendok makan
dan minta ibu untuk melakukannya.
 Setelah pemberian dosis pertama, ibu diminta mengawasi anak selama
30 menit. Bila dalam 30 menit anak muntah, beri 1 dosis lagi. Bila anak
muntah lagi sampai timbul tanda dehidrasi maka atasi dehidrasi,
sebelum memberikan obat dosis berikutnya.
2. Menjelaskan cara pemberian antibiotik
 Berikan antibiotik cukup untuk 3 hari dihabiskan
 Cantumkan nama dan umur penderita
 Cantumkan dosis yang tepat untuk penderita (jumlah tablet/sirup, berapa
sendok takar)
3. Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan Puskesmas
 Ajukan pertanyaan sebagai berikut :
 Setiap berapa kali mengobati anak, ada berapa macam obat ?
 Kapan ibu memberikan obat ini ? untuk berapa lama ?
 Berapa tablet setiap kali pemberian ?
 Obat mana yang diberikan 2 kali setiap hari ?
 Ajari petugas obat di Puskesmas untuk memberikan cara pengobatan sesuai
tatalaksana pneumonia balita
4. Nasehati ibu kapan harus kembali
 Sesegera mungkin jika kondisi anak memburuk (sesak napas, TDDK)
 Setelah 48 jam minum antibiotik untuk kontrol ulang
5. Menggunakan buku KIA untuk petunjuk pemberian makanan, cairan/ASI, serta
tanda-tanda untuk kembali segera
a. Nasihat pemberian makanan
 Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa menghisap dengan baik
 Pemberian makanan pada anak yang muntah
 Pemberin makanan selama anak sakit
 Pemberian makanan setelah anak sembuh
b. Nasihat Pemberian Cairan
 Berilah minuman lebih banyak pada anak
 Pemberian ASI
c. Kembali Segera
 Mintalah ibu untuk mengamati kemungkinan timbul tanda-tanda
pneumonia, sebagai berikut :
e. Pernapasan menjadi sulit
f. Pernapasan menjadi cepat
g. Anak tidak mau minum
h.Sakit anak tampak lebih berat
 Jika muncul tanda-tanda tsb, maka mintalah ibuuntuk kembali membawa
anaknya ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
6. Mengajari Ibu Menggunakan Bahan Yang Aman Untuk Meredakan Batuk Dirumah
a. Bahan yang dianjurkan
 ASI eksklusif bayi sampai umur 6 bulan
 Banyak minum air hangat
b. Obat yang tidak dianjurkan
 Semua jenis obat batuk
 Obat yang mengandung codein
 Obat-obat dekongestan oral dan nasal
7. Memberitahu IBU tentang Pencegahan Pneumonia Balita
 Jauhkan balita dari penderita batuk
 Lakukan imunisasi lengkap di Posyandu atau Puskesmas
 Berikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
 Pemberian makanan cukup gizi dan seimbang
 Jauhkan balita dari asap (rokok, asap dapur, asap kendaraan), debu, serta
bahan-bahan lain yang mengganggu pernapasan.
 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
 Rumah dengan ventilasi cukup
 Rajin mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik
Tinjak Lanjut Pneumonia Balita
Kunjungan Ulang Untuk Pneumonia Balita
1. Memburuk
Anak menjadi sulit bernapas, tak mampu minum, timbul TDDK atau tanda bahaya yang lain. Anak harus dirujuk untuk
rawat inap, sebelum merujuk berikut :
 Satu dosis antibiotik
 Injeksi intramuskular ampisilin dan gentamisin
2. Tetap sama
Jika keadaan anak tetap sama seperti pemeriksaan sebelumnya, tanyakan pemberian antibiotiknya.
 Apakah antibiotik diminum sesuai anjuran, cobalah terus dengan antibiotik yang sama. Minta agar ibu
membawa anak kembali dalam 2 hari untuk kunjungan ulang kedua.
 Apabila antibiotik telah dimunum sesuai anjuran, berarti antibiotik harus diganti dengan yang lain dan berikan
untuk 3 hari. Misalnya amoksisilan diganti eritromisin.
3. Membaik
Beritahu ibu untuk meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari.

Kunjungan Rumah Untuk Pneumonia Balita


a. Balita pneumonia yang tidak datang kembali untuk kunjungan ulang, akan dilakukan kunjungan rumah.
b. Balita yang berulang kali menderita pneumonia
Penerapan di Puskesmas
1. Persiapan pnerapan di Puskesmas
a. Diseminasi informasi kepada seluruh petugas Puskesmas
 Ringasan tatalaksana standar pneumonia balita
 Peran dan tanggung jawab petugas dalam penerapan tatalaksana standar
ISPA
 Balita di Puskesmas
b. Penyiapan Logistik
 Sediaan oral
 Sediaan injeksi
 Alat
2. Penerapan di Puskesmas
a. Penghitungan perkiraan kejadian pneumonia balita pertahun
b. Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
3. Pemantauan dan Evaluasi
 Pemantauan dapat dilakukan setiap bulan atau triwulan.
 Evaluasi dilakukan setiap tahun atau semesteran.
LEMBAR TELAAH DOKUMEN

Hasil

No. Dokumen Keterangan


Ada Tidak

1 Profil Dinas Kesehatan Kota √


Tangerang Selatan Tahun 2013-2015
2 Profil Puskesmas Pamulang Tahun √
2013-2015
3 Laporan Pencatatan dan Pelaporan √
Hasil Pneumonia Balita
4 Laporan Pemantauan dan Evaluasi √
Pneumonia Balita
5 Register Anak Pneumonia Balita √
Transkip Wawancara Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan
(Studi Kasus di Puskesmas Pamulang)

No Pertanyaan Jawaban

Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4

1. Apakah posisi atau Staf pelaksana Staf pelaksana Kepala Puskesmas Staf koordinator P2
jabatan ibu saat ini P2M (Pneumonia Pneumonia Balita di Pamulang Puskesmas
? Balita) di Dinas Puskesmas Pamulang
Kesehatan Kota Pamulang
Tangerang Selatan
Sumber Daya Manusia
1. Siapa saja tenaga Yang melakukan Semuanya, mau - Iyaa dokter, bidan,
kesehatan yang tatalaksana perawat, bidan, dan perawat yang
terlibat dalam pneumonia balita di ataupun dokter. bertugas di Poli
pelaksanaan Puskesmas ya Memang yg bagus Anak.
pedoman semua petugas itu ada dokter 1
tatalaksana yang ada di untuk mendiagnosa
pneumonia balita ? Puskesmas, ada tapi tenaga medis
pemegang kurang banget jadi
program, perawat, kadang yang ada
bidan, dan dokter hanya perawat dan
yang ada di BP bidan saja di Poli
Anak. Anak.
2. Bagaimana - - Seluruh staf ikut terlibat Mulai dari
keterlibatan SDM dalam memberikan mendiagnosa,
di Puskesmas tatalaksana pneumonia, tatalaksana,
dalam melakukan SDM khusus seperti bidan pencatatan dan
tatalaksana Yuni yang memegang pelaporannya..
pneumonia balita ? program pneumonia balita
(Probing : bentuk memberikan tatalaksana
keterlibatan seperti pneumonia balita dengan
apa ? adakah sdm mendiagnosis balita dan
pendukung dan memberikan tatalaksana
SDM khusus berupa pengobatan.
tatalaksana
pneumonia balita ?
Berapa banyak ?
ada SK? Siapa
yang memberikan
SK?)
3. Bagaimana SDM - - Alur pelayanannya -
dapat melakukan mengikuti tindakan dan
tatalaksana pengobatan berdasarkan
pneumonia balita pedoman tatalaksana dari
?(Probing: Kemenkes RI RI.
berdasarkan
pedoman, SOP,
alur pelayanan atau
lainnya ?)
4. Bagaimana Semua terlibat ya, Menghitung nafas - -
keterlibatan tenaga seperti dokter, balita baik itu bidan
kesehatan tersebut bidan dan perawat. maupun perawat,
? (Probing : Semua Sekarang ada jika ada tanda dan
tenaga kesehatan program MTBS gejala anak yang
yang terlibat dan belum semua pneumonia langsung
disebutkan Puskesmas dipindahkan ke Poli
bagaimana bentuk menjalan MTBS. umum untuk di beri
keterlibatannya ? pelayanan kesehatan
Sejak kapan ?) sesuai dengan
tingkat klasifikasi
keparahan
pneumonia pada
balita. Kadang di
kasih rujukan ke
fisioterapi untuk
dikasih uap. Jika
parah langsung
dirujuk ke RSUD
tangsel.
5. Siapa saja tenaga Selain tenaga Selain saya sebagai Semua tenaga
kesehatan yang kesehatan di Dinas pemegang program kesehatan di
mendukung dalam Kesehatan, Dinas pneumonia balita, Puskesmas
melakukan Kesehatan provinsi yang mendukung mendukung dalam
tatalaksana dan Kemenkes RI seperti perawat dan melakukan
pneumonia balita ? ikut turun ke bidan yang ada di tatalaksana. Ya,
(Probling: Semua Puskesmas untuk Poli Anak. Jarang paling ada SDM
tenaga kesehatan melakukan banget ada dokter di khusus ya
yang mendukung monitoring dan Poli Anak karena pemegang program
disebutkan evaluasi harus berbagi aja seperti bidan
bagaimana bentuk tatalaksana dengan poli umum Yuni yang
dukungannya ? pneumonia balita. dan poli BPJS. Saya memegang
Apakah SDM Untuk SDM khusus dibuatkan SK, pneumonia dan
khusus ? Jika ada, di Dinas Kesehatan namun saya belum diberik SK dari
berapa banyak ? saya yang menerimanya dari Dinas Kesehatan.
apakah dia khusus memegang Dinas Kesehatan
memegang pneumonia balita. Kota Tangerang
program Selatan.
pengendalian
pneumonia balita
atau memegang
program lain ? Ada
SK, siapa yang
memberikan SK?)
6. Apakah Dinas Pelatihan pasti ya, Ada acara dimana Iya ada pelatihan
Kesehatan karena mengingat gitu dari Dinas yang
menyeleggarakan kondisi dilapangan Kesehatan dengan diselenggarakan
pelatihan untuk 1 tahun bisa ganti narasumbernya. Dinas Kesehatan
SDM dalam beberapa kali jadi Monev tentang setiap tahunya
melakukan selalu update ilmu pelaporan dan karena setiap tahun
tatalaksana yang baru dan pencatatan. Pernah pemegang program
pneumonia balita di update juga petugas waktu saya ganti.
Puskesmas ? Puskesmasnya mengikuti rapat, jika
(Probling: dengan ilmu yang di dalam lokbul ada
Pelatihan apa saja baru. Tahun ini kita yang tidak masuk
yang diberikan? melakukan rapat pedoman tatalaksana
Apakah termasuk kordinasi mengenai diletakkan diatas
bimbingan ? Kapan pelaporan 2x, meja dan tenaga
dilakukan pelatihan workshop kesehatan yang
?) tatalaksana belum mengetahui
pneumonia balita tatalaksana terbaru
2x dalam 1 tahun saya sarankan untuk
yang dilakukan membaca pedoman
pada awal dan di Poli Anak.
akhir tahun 2017 Rapatnya 2-3 untuk
dari Dinas pelatihan tatalaksana
Kesehatan. pneumonia balita
tahun 2016. Udah
sering
disosialisasikan
pedoman
tatalaksana.
Sarana dan Prasarana
1. Apa saja sarana dan Sarana Stopwatch, 1 rasi Sudah ada sarana dan Sudah lengkap ya,
prasarana yang prasarananya digital yakni alat yg prasarana seperti untuk seperti ada tetoskop,
dibutuhkan dalam selama ini baru dapat menghitung menghitung respirator rate, tensi, termometer,
mejalankan punya sountimer, napas cepat atau nebulaisor, lab dan alat dan sebagainya.
tatalaksana buku pedoman lambat dapat dari lainnya untuk tatalaksana Untuk pneumonia
pneumonia balita tatalaksana untuk Dinas Kesehatan, pneumonia balitanya. alat ukur pernapasan
sesuai dengan semua Puskesmas oksigen (beli sendiri saya lupa itu apa
pedoman ? sudah diberikan, anggaran nama alatnya dan
(Probing : pencatatan dan Puskesmas) dan alat diberikan sepiro
bagaimana sarana pelaporan sudah tatalaksana disini metri portable yang
dan prasarana tsb punya semua. semua lengkap. diletakkan di poli
bisa tersedia ? Apa Namun, untuk CD Anak.
fungsi dari sarana tentang pneumonia,
dan prasarana pool oksimetri dan
tersebut ?) oksigen konsetrator
baru beberapa
Puskesmas. Saya
hanya memberikan
kepada Puskesmas
yang melakukan
perawatan dan
memiliki jumlah
balita pneumonia
yang tinggi di 5
Puskesmas ya salah
salah satunya
Puskesmas
Pamulang.
2. Bagaimana peran Memberikan sarana Memberikan sarana - Iya Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan dan prasarana, dan prasarna sesuai membantu dengan
dalam membantu update sarana dan dengan kebutuhan meberikan sarana
Puskesmas untuk prasarana yang di yang telah diajukan dan prasarana tsb.
memenuhi sarana dapat dari oleh Puskesmas Ke
dan prasarana Kemenkes RI dan Dinas Kesehatan
tatalaksana Dinas Kesehatan Kota Tangerang
pneumonia balita ? Provinsi diberikan Selatan.
ke Puskesmas.
3. Sudahkah Semua sarana Puskesmas sudah
Puskesmas prasarana awalnya menyediakan ya, waktu
menyediakan sudah tersedia dan adanya poli MTBS tahun
sarana dan disimpan di Poli 2009. Sarana prasarana
prasarana tersebut? Anak. Namun, poli gedung dan alat seperti
(Probing: sejak lain suka mengambil senter, respiratory rate
kapan sarana dan sarana prasarana dari Dinas Kesehatan Kota
prasarana tsb ada tersebut sehingga Tangerang Selatan. Cuma
dan siapa yg tidak berada di satu yang dari Dinas Kesehatan
memberikan ?) tempat atau ruangan. sudah ada yang rusak ya
Untuk sekarang ya, jadi kita pegadaan sendiri
sarana dan prasarana dengan dana JKN.
tersebut ada di UGD
Puskesmas.
Dana atau Anggaran
1. Bagaimanakah Dana yang Dana untuk Peran Dinas Kesehatan Saya kurang tau ya
dana untuk digunakan biasanya tatalaksana dari kasih alat untuk soal dana itu.
pelaksanaan dana operasional Puskesmas. Kalo menghitung respiratory Kayaknya dana
tatalaksana Puskesmas dan untuk kunjungan rate, ada juga oksigen operasional tidak
pneumonia balita di Kunjungan rumah rumah balita dari konsentrator rusak baru- khusus untuk
Puskesmas ? ada anggaran dari Dinas Kesehatan baru ini mau diperbaiki tatalaksana
(Probing: Apa APBD. Terus Kota Tangerang binggung nyari teknisinya. pneumonia balita.
peran Dinas untuk penyediaan Selatan yaa untuk Dinas Kesehatan
Kesehatan dalam sarana prasana pneumonia balita. memberikan dana untuk
menyediakan dana tahun 2015-2016, pelatihan tatalaksana
untuk Puskesmas workshop dan pneumonia dan obat. Dana
khusus pneumonia rakor tenaga JKN digunakan sebagai
? Sumber dan ? kesehatan itu backup jika dana dari
Penggunaan dana biasanya dari kita Dinas Kesehatan lagi
?) Dinas Kesehatan Kosong.
ya.”
Sasaran
1. Bagaimana cara Sasaran balita Biasanya hitung Sudah sesuai, ampai saat Yang saya tau
menetapkan pneumonia napas terlebih ini sasaran pneumonia teman-teman sudah
sasaran pneumonia mengikuti sasaran dahulu, lalu balita belum memenuhi bisa menetapkan
balita di Puskesmas yang telah diklasifikasikan targe. Namun penemuan sasaran pneumonia
? (Probing : ditentukan berdasarkan usia pneumonia balita tetap karena sudah biasa
Berdasarkan apa Kementerian dengan jumlah tinggi dibandingkan ikut pelatihan
balita termasuk Kesehatan dalam hitung 1 rasinya. Puskesmas lain. pedoman tatalaksana
sasaran pneumonia pedoman Jika mengarah ke pneumonian balita
balita?) tatalaksana pneumonia dirujuk ya, tapi tetap yang
pneumonia balita. ke dokter umum, mendiagnosa dokter
Setiap Puskesmas lalu ditulis ya.
menentukan target diagnosanya
berbeda karena berdasarkan
disesuaikan dengan klasifikasi usia.
jumlah balita di
daerah tsb.
2. Bagaimana - Sudah sesuai dengan - Sudah sesuai dengan
menurut Bapak/Ibu pedoman ya. Untuk pedoman, namun
sasaran penderita target kita angka penemuan
pneumonia balita Puskesmas sama kasus selama ini
Puskesmas sudah dengan Dinas yang saya lihat dari
sesuai dengan Kesehatan. tahun ketahun tidak
pedoman ? menurun ya.
Pelaksanaan Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
- Menilai anak batuk -
1. Bagaimana sesuai dengan
Bapak/Ibu menilai pedoman ya aku
anak batuk atau mulai dengan
kesukaran bernapas tanyakan umur anak,
? (Probing: keluhan apa aja, dan
Berdasarkan sudah berapa lama
pedoman atau sakitnya. Terus aku
lainnya tindakkan lihat keadaan
menilai dilakukan balitanya ada napas
?) cepat atau tarikan
dinding dada bagian
bawah atau tidak,
dan terakhir aku
dengar pernapasan
balitanya apakah ada
stridor ataupun
wheezing dengan
stetoskop pada
balita. Jadi aku
tinggal ngikutin aja
tindakan yang ada
dipedoman, terus
sebelumnya juga
udah pernah dapet
pelatihan pedoman
tatalaksana
pneumonia balita
Biasanya aku cek
2. Bagaimana dulu RR balitanya
Bapak/Ibu pake alat namanya
melakukan respiratory rate
klasifikasi dan timer, kalo ada napas
tindakan untuk cepat lebih dari
anak batuk atau 50x/menit untuk usia
kesukaran bernapas anak 2 bulan sampe
umur 2 bulan 59 bulan baru di
sampai dengan 59 klasifikasi bahwa
bulan ? (Probing : balitanya menderita
berdasarkan apa pneumonia. Terus
cara penentuan aku kasih
tingkat keparahan amoksisilin untuk 3
penyakit dan hari dan aku jelasin
tindakannya pada cara kasih
balita ? Sesuai antibiotiknya, kasih
dengan pedoman pelega tenggorokan
tatalaksana atau dan pereda batuknya,
tidak ?) kalo ada batuk > 14
hari rujuk, ,
nasehatin ibu untuk
kasih obat sesuai
anjuran aku dan
bawa balik ke
Puskesmas kalo
keadaan anaknya
bertambah buruk,
dan kunjungan ulang
dalam 3 hari
berikutnya.
Untuk bayi <2 bulan,
3. Bagaimana aku tetap
Bapak/Ibu menghitung RR bayi
melakuan menggunakan
klasifikasi dan respiratory rate
tindakan untuk bayi timer. Kalo lebih
batuk atau dari 60x/menit untuk
kesukaran bernapas usia bayi 60x/ menit
umur <2 bulan ? atau lebih dan ada
(Probing : tarikan dinding dada
berdasarkan apa kedalamnya baru tau
cara penentuan klasifikasi bahwa
tingkat keparahan bayi menderita
penyakit dan pneumonia berat.
tindakannya pada Bayi seperti ini
balita ? Sesuai langsung aku rujuk,
dengan pedoman tapi biasanya kita
tatalaksana atau kasih obat dulu kalo
tidak ?) ada demam,
wheezing, ataupun
kejang dulu sebelum
ke RS. Sambil
ngurus surat rujukan
ke RS, kita suruh
ibunya untuk tetap
kasih ASI dan jaga
kondisi bayinya agar
tetap hangat. Kalo
bayinya tidak bisa
di rujuk, barulah kita
kasih rawat jalan di
Puskesmas aja

4. Bagaimana Yaa saya sebagai Pengobatan dengan Jika pneumonia berat kita Tergantung
pengobatan dan staf pelaksana memberikan rujuk ke RSUD, kalo klasifikasi
rujukan untuk pneumonia balita antibiotik, masih ringan kita beri obat pneumonianya ya,
balita pneumonia di dari Dinas pengobatan demam, dan jika 3 hari tidak ada jika pneumonia aja
Puskesmas Kesehatan Kota dan pengobatan perbaikan kita rawat inap kita kasih antibiotik,
Pamulang ? Tangerang Selatan wheezing terlebih di Puskesmas. dan kalo pneumonia
(Probing : melakukan dahulu. Jika diobati berat kita ada
Pengobatan seperti monitoring saja ternyata retraksi iga atau ada
apa dan rujukan untuk pengobatan memperparah atau kejang gizi buruk
seperti apa yang dan rujukan, trus sudah parah terlebih dan gejala lainnya
dilakuakan saat Puskesmas yang dahulu langsung kita rujuk ke RSUD.
melakukan memberikan diberikan rujukan. Alur rujukannya
tatalaksana pengobatan dan Namun, jika masih mengikut pedoman
pneumonia balita? rujukan yang bisa ditangani tatalaksana
berdasarkan apa sudah ada alurnya dengan pneumonianya.
pengobatan dan sendiri kemana menggunakan alat
rujukan untuk mendapat nebulizer dan obat
dilaksanakan ?) tindak lanjut kita atasi dulu
pelayanan sebelum melakukan
kesehatan rujukan.
pneumonia balita.
Kita dari Dinas Setiap abis kita kasih Iya pasti konseling Jika saya yang jaga
5. Bagaimana Kesehatan ya terapi kita konseling diberikan saat berobat ke di Poli anak saya
konseling bagi ibu memberikan dulu, seperti Puskesmas, tatalaksana berikan konseling
penderita Sosialisasi ke penggunaan obat , pneumonia dan apa yang pada ibu, saya
pneumonia balita Puskesmas dan cara penanganan harus dilakukan saat balita melakukan konseling
yang dilakukan di pelatihan konseling balita saat sesak, dan di rawat dirumah seperti liat jika dia ada
Puskesmas ? untuk petugas pola makan anak apa. Yang memberikan napasnya belum
(Probing : kesehatan yang pada bagian gizi. konseling ke ibu balitanya normal segera
Konseling seperti melakukan Belum ada ya petugas yang kembali, atau
apa yang dilakukan tatalaksana sosialisasi untuk ibu memberikan pelayanan di misalkan jika 2
saat tatalaksana pneumonia balita. dari Dinas Poli anak, seperti bidan sampai 3 hari tidak
pneumonia balita ? Kesehatan Kota atau dokter. ada perbaikan napas
Berdasarkan apa ? Tangerang Selatan. makin sesak dan
Adakah sosialisasi Konseling individu tanda bahaya pada
sebelumya terkait dengan ibu pada ada saya kasih
konseling bagi ibu kunjungan rumah konseling ibunya
dari Dinas untuk penderita agar segera dirujuk
Kesehatan ? Kapan pneumonia, ya saya ke RSUD.
saja dilakukan yang datang
konseling untuk berkunjung.
ibu?)
Berdasarkan alur Kalo misalnyadia Pneumonia ringan tidak Tindak lanjut untuk
6. Bagaimana rujukan, melakukan kita obatin dengan ada kunjungan ulang, tapi pneumonia balita
Bapak/Ibu kunjungan rumah diagnosis pneumonia kalo pneumonia berat kita tidak ada kunjungan
melakukan tindak balita penderita berat obat habis 3 ada kunjungan rumah. rumah, paling
lanjut untuk balita pneumonia dari hari wajib kontrol ke Yang melakukannya kunjungan ulang 2-3
yang sudah Petugas Puskesmas Puskesmas, jika kunjungan rumah bidan hari balita
mendapatkan setempat. tidak kontrol atau perawat yang sesuai melakukan kontrol
pengobatan di Puskesmas dengan wilayah penderita lagi ke Puskesmas.
Puskesmas ? melakukan pneumonia balita tersebut
(Probing : Apakah pelacakan kasus
dilakukan (Kunjungan rumah).
kunjungan ulang Yang melakukan
dan kunjungan biasanya saya dan
rumah ? Siapa yg dr. Risna.
melakukannya ? Kunjungan ulang
Apa kendala tindak pengobatan dia ga
lanjut penumonia sembuh suruh datang
balita dalam lagi, ga bisa dilepas
melakukan aja tunggu sembuh
tatalaksana baru dilepas
pneumonia balita ?) pemantauannya.
KendalanyaSDM
untuk melakukan
kunjungan rumah ga
ada selain saya dan
dr.risna jadi kadang
kurang terlaksana
karena kesibukan di
Puskesmas.
Pencatatan dan Saya yang merekap Laporan diberikan setiap Sebulan sekali saya
7. Bagaimana pelaporan banyak dari lembaran bulannya, ada register memberikan
pencatatan dan Puskesmas yang penderita pneumonia pneumonia balitanya pencatatan dan
pelaporan hasil di memberikan balita, selanjutnya sendiri kita lapor via LB1 pelaporan ke Dinke
Puskesmas laporan tidak sesuai saya setiap bulan dan LB3. Fungsi sebelum tanggal 5
Pamulang untuk format karena memberikan laporan pencatatan dan pelaporan dalam bentuk LB3
pneumonia balita ? format diganti dari LB3 ke Dinas tsb itu lebih informasi yaa.
(Probing : Apakah tahun 2015 Kesehatan Kota untuk kita aja sih.
Puskesmas pertengahan. Tangerang Selatan
memberikan Namun, tidak sebelum tanggal 5
pencatatan dan semua Puskesmas setiap bulannya.
pelaporan hasil ke mengerti memakai Tidak ada sanksi
Dinas Kesehatan ? komputer sehingga cuma pihak Dinas
Kapan saja berdampat saat Kesehatan akan terus
diberikan ? Jika saya input datanya meminta laporan
tidak diberikan di Dinas Kesehatan tersebut..
apakah setiap tidak valid, jadi
Puskesmas sama saja mereka
mendapatkan tidak melaporkan
sanksi ?) atau tidak tepat.
Pencatatan dan
pelaporan
diberikan setiap
tanggal 5 tiap
bulannya dantidak
ada sanksi untuk
Puskesmas yang
terlambat dalam
memberikan hasil
pencatatan dan
pelaporan
pneumonia balita
setiap bulannya.
Setiap rapat
koordinasi selalu
followup
pencatatan dan
pelaporannya
bagaimana, kenapa
tidak bisa mengisi
sesuai format
padahal Dinas
Kesehatan sudah
memberikan
sosialisasi datang
ke Puskesmas
untuk pengisian
format, namun
Puskesmas
adayang belum
paham
menggunakan
komputer besok-
besok nanya lagi,
sehinnga
memberikan
pelaporan dengan
format lama.
Pemantauan dilihat Minimal harus Ada pertemuan dari Dinas Saya sebagai
8. Bagaimana di laporan ada kunjungan rumah, Kesehatan karena koordinator
pemantauan dan kenaikan atau kalo ga biasanya penemuan pneumonia melakukan
evaluasi penderita penurunan , distatus ada nomor balita masih rendah pemantauan dan
pneumonia balita di melihat faktor- tlpn bisa dikonseling biasanya mengevaluasi evaluasi aja dari
Puskesmas faktor apa saja lwat telpon dan kenapa masih rendah terus. setiap program P2.
Pamulang ? yang mengetahui keadaan Yang terlibat pemegang Kadang-kadang suka
(Probing : Cara mempengaruhi balita sembuh atau program pneumonia balita lupa di periksa RR
melakukan setiap Puskesmas sampai dirujuk ke yakni bidan Yuni. nya untuk
pemantauan dan adanya pneumonia RS. Di pantau lewat mengingatkan,
evaluasi ? Siapa balita. Pemantauan Binwil (bina kendalanya form
saja yang terlibat ? dan evaluasi wilayah) ada MTBS tidak di isi.
Hasil pemantauan dikakukan oleh staf penanggung jawab Hasil pemantauan
dan evaluasi pelaksana RT masing-masing dan evaluasi
digunakan untuk pemegang dan posyandu diberikan ke Dinas
apa dan diberikan program, kepala dengan bidan dan Kesehatan.
kepada Dinas seksi, kepala kader setiap desa.
Kesehatan kapan bidang di Dinas Pelaporannya ke TU,
saja ?) Kesehatan. Kapus, dan baru ke
Dinas Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai