Faza Fidarani-Fkik PDF
Faza Fidarani-Fkik PDF
SKRIPSI
FAZA FIDARANI
1113101000013
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
ABSTRAK
Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita merupakan strategi untuk
pengendalian pneumonia balita dengan tujuan menemukan sedini mungkin dan
mengobati sampai sembuh sehingga tidak memperberat penyakit dan
menyebabkan kematian balita. Puskesmas Pamulang memiliki jumlah penemuan
kasus pneumonia balita tertinggi di Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita
berdasarkan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan
di Puskesmas Pamulang Tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah
dekriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik yang dilakukan dalam
pengambilan data, yaitu wawancara mandalam, observasi, dan telaah dokumen
dengan waktu penelitian pada September sampai dengan Oktober tahun 2017.
Informan penelitian berjumlah 7 orang yang terdiri dari pemegang program
pneumonia balita, staf koordinator P2 ISPA, dan kepala Puskesmas Pamulang,
Staf pelaksana pneumonia balita di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dan
tenaga kesehatan yang diobservasi di Puskesmas Pamulang yakni 2 Dokter dan 1
Bidan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kesehatan yang mendapatkan
pelatihan pedoman tatalaksana pneumonia balita hanya pemegang program
pneumonia balita dan sasaran pneumonia balita yang belum sepenuhnya dipahami
oleh tenaga kesehatan. Proses tatalaksana menilai anak batuk atau kesukaran
bernapas pelaksanaannya sudah baik, klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai
untuk 2 kelompok umur balita, pengobatan dan rujukan, konseling ibu, tindak
lanjut pneumonia balita, dan penerapan di Puskesmas belum terlaksana dengan
baik. Pelaksanaan tatalaksana pneumonia balita di Puskesmas Pamulang belum
sesuai dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan
terdiri dari klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2 kelompok umur
balita, pengobatan dan rujukan, konseling ibu, tindak lanjut pneumonia balita, dan
penerapan di Puskesmas.
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
ABSTRACT
Guidelines for the management of toddler pneumonia is a strategy for
controlling pneumonia toddlers with the aim of finding as early as possible and
treating until healed, so it is not to aggravate the disease and cause death. Public
Health Center of Pamulang has the highest number of pneumonia cases in South
Tangerang City. The research aimed to describe the implementation of pneumonia
management guidelines for toddler at Public Health Center of Pamulang in 2017.
Qualitative research with a case study were conducted in this study. The data was
collected by performing in depth interview, observation, and documents review.
There were 7 informants which consist of 1 person in charge of toddler
pneumonia, 1 staff coordinator P2 ISPA, head of Pamulang public health center,
and 1 staff of Toddler Pneumonia of South Tangerang City Health Office;
meanwhile 2 doctors and 1 midwife in Pamulang Public Health Center were
observed. This research showed that only the programmer of toddler pneumonia
had ever been experiencing in training of pneumonia management guidelines for
toddler and pneumonia of toddler’s target had been thoroughly understood by
health personnel. This study revealed that the classification and determining
action for 2 age group of toddler, treatment and referral, counselling of mother,
follow up pneumonia of toddler, and the implementation has not been done well
according to guideline of pneumonia management for toddler. The Conclusion is
the implementation of pneumonia management of toddler at Public Health Center
of Pamulang has not been accordance with the guideline of pneumonia
management for toddler.
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
DISUSUN OLEH
FAZA FIDARANI
1113101000013
Telah disetujui, diperiksa dan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Mengetahui,
Pembimbing
iv
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Penguji III
v
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini adalah hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Faza Fidarani
vi
RIWAYAT HIDUP
Gender : Female
Religion : Islam
Nationality : Indonesia
Email : Fazafidarani95@gmail.com
vii
KATA PENGANTAR
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
memberikan doa dan kasih sayang serta motivasi dalam setiap kondisi
Hidayatullah Jakarta.
viii
5. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas Pamulang yang
6. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph, D, dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan
Faza Fidarani
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
x
BAB II ..................................................................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................. 45
xi
4.8 Penyajian Data .......................................................................................... 52
BAB V................................................................................................................... 55
xii
6.1 Pelaksanaan Tatalaksana Pneumonia Balita .......................................... 109
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
LB 1 : Laporan Bulanan 1
LB 3 : Laporan Bulanan 3
xvi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RR : Respiratory rate
SK : Surat Keputusan
xvii
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Sustainable Development Goals (SDGs) dengan global goal yang terdiri dari 17
tujuan dan 169 target. Salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)
dalam dunia kesehatan adalah kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi semua orang di segala usia. Pencapaian tujuan millenium Development Goals
(MDGS) yang belum tuntas pada tahun 2015 di sektor kesehatan yang perlu
diwujudkan yaitu upaya angka kematian bayi dan balita (Bappenas, 2016).
terjadi pada anak. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien
Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap
ISPA dan Pneumonia sangat erat hubungannya terutama pada balita. ISPA
yang berlanjut dapat menjadi pneumonia, hal tersebut sering terjadi pada balita
terutama apabila mengalami gizi kurang atau buruk dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak higienis (Mardjanis, 2010). Balita menderita ISPA
1
2
Penyakit ini lebih banyak menyerang pada anak khususnya dibawah usia 5 tahun
dan diperkirakan 1,1 juta kematian setiap tahun disebabkan pneumonia (WHO,
(WHO, 2013). Pada tahun 2013 sekitar 940.000 anak meninggal akibat
kematian akibat penyakit ini masih tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi
Kesehatan Indonesia) pada tahun 2012, angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran
hidup, angka kematian balita 40/1.000 kelahiran hidup, lebih dari ¾ kematian
balita tahun pertama kehidupan, terbanyak saat neonatus. Hasil survey Sistem
cakupan penemuan pneumonia balita sebesar 63,45% dari tahun sebelumnya yang
hanya berkisar antara 20%-30%. Angka kematian akibat pneumonia pada balita
tahun 2015 sebesar 0,16%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang
sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu
sebesar 0,17% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%
pneumonia semua umur dari 2,1 persen pada tahun 2007 menjadi 2,7 persen pada
tahun 2013. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per
diagnosis berada di atas rata-rata periode prevalens nasional yaitu sebesar 18,7 per
1000 balita. Sedangkan menurut profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
tahun 2015 diketahui bahwa kematian balita tertinggi adalah pneumonia balita,
dengan penemuan kasus pneumonia pada balita mencapai 5,739 per penderita
Salah satu upaya penurunan angka kesakitan dan kematian yang akibat
dan tatalaksana pneumonia balita di sarana pelayanan kesehatan. Sejak tahun 1990
Pedoman dapat menjadi panduan untuk tenaga kesehatan baik untuk dokter,
tahun 2014 sebesar 6,205 dan menurun pada tahun 2015 sebesar 5,739 penemuan
pneumonia balita yang lebih rendah dari target yang telah ditentukan.
tahun 2014 berada di Pamulang, Benda Baru, Jurang mangu, Pondok Betung,
Rawa Buntu, Paku Alam, Pisangan, Ciputat timur, Kampung sawah, dan Pondok
jagung. Pada tahun 2015 penemuan kasus pneumonia balita tertinggi berada di
Puskesmas Pamulang, Pondok aren, Pondok kacang timur, Benda baru, Jombang,
Serpong 1, Jurang manggu, Pondok betung, Rawa buntu, dan Bakti jaya (Dinas
komitmen dari pelaksana dalam program P2 ISPA. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak adanya pelatihan, tidak ada dana khusus yang dialokasikan untuk program
karena perencanaan tidak dibuat secara detail, sarana KIE tidak dimiliki oleh
diketahui bahwa jumah tenaga P2 ISPA yang tersedia di Puskesmas belum sesuai
dalam mencapai pembangunan kesehatan yang optimal dan akan mencapai target
angka temuan kasus pneumonia tertinggi di Kota Tangerang Selatan pada tahun
2014 dan 2015. Berdasarkan hasil laporan magang oleh Marlinawati (2015),
karena belum optimal dalam melakukan deteksi kasus, penemuan penderita secara
aktif belum berjalan dengan baik, pencatatan kasus, pelacakan dan pemantauan
dengan kunjungan rumah belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, Puskesmas
penelitian karena angka penemuan kasus pneumonia balita tertinggi pada tahun
2014 sampai dengan tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan dan hasil laporan
Pamulang).
Dapat dijadikan referensi untuk bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti
Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 dengan studi kasus di
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
(alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit saluran
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi
dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Somantri, 2008).
paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah ke
9
10
ISPA dan Pneumonia sangat erat hubungannya terutama pada balita. ISPA
yang berlanjut dapat menjadi pneumonia, hal tersebut sering terjadi pada balita
terutama apabila mengalami gizi kurang atau buruk dan dikombinasi dengan
Hal ini menandakan bahwa jika balita menderita ISPA perlu mendapatkan
Pneumonia pada balita diklasifikasikan sesuai dengan gejala atau tanda dan
namun ditemukan napas cepat 50x/menit atau lebih pada anak umur 2
bulan sampai dengan,12 bulan, dan 40 x/menit atau lebih pada umur 12
ke dalam, tidak ada napas cepat, frekuensi napas kurang dari 50 x/menit
pada anak umur 2 bulan sampai dengan 12 bulan, dan kurang dari 40
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari
total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan
terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di
terabaikan atau penyakit yang terlupakan karena begitu banyak anak meninggal
karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan terhadap masalah
terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan kejadian pneumonia paling
tinggi anak-balita sebesar 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus diseluruh dunia.
Lebih dari setengah terjadi pada 6 negara, yaitu Indi 43 juta, China 21 juta,
mencakup 44% populasi anak pada balita di dunia pertahun (World Pneumonia
Day, 2012). Adapun etiologi, tanda dan gejala, pencegahan, dan faktor risiko
a. Etiologi
aureus dan klebsiela pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti
atau keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau bensin) (Said, 2010).
b. Tanda Gejala
adanya ronkhi basah, frekuensi nafas > 50 kali per menit (Marni, 2014).
c. Pencegahan
perbaikan gizi dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor risiko lain
mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah
d. Faktor Risiko
terjangkit penyakit) dan faktor risiko intrinsik (faktor risiko yang berasal
kejadian penyakit.
dan kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi
memiliki kuasa untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya yang lain
dalam organisasi (Sinurat, 2008). Pada penelitian ini menggunakan sumber daya
manusia atau tenaga kesehatan, dimana tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja (Kemenkes RI, 2014). Berbagai macam
kualitas (Kemenkes RI, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Adnan (2013)
b. Sarana Prasarana
c. Anggaran
lain yang sah dan tidak mengikat. Pengelolaan dana dilaksanakan sesuai dengan
d. Sasaran
Sasaran adalah sebuah target atau penjabaran dari tujuan, yang akan dicapai
oleh organisasi pada jangka waktu tertentu. Sasaran akan suatu pedoman
17
kesehatan harus spesifik dan juga kriterianya harus jelas sehingga mampu tercapai
secara efektif. Apabila sasaran mampu tercapai dengan baik, maka pelaksanaan
dari program dapat berjalan dengan baik serta tidak menyimpang dari ketentuan
yang telah ditentukan. Sasaran tatalaksana pneumonia balita adalah anak yang
menderita batuk atau kesukaran bernapas pemeriksaan yang dapat dilakukan yakni
sebesar 1.85% untuk pneumonia balita. Oleh karena itu, pada tahun 2015
program pengendalian ISPA) dalam tatalaksana anak dengan batuk atau kesukaran
ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara melihat dan mendengarkan
napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan
dapat dilakukan dalam proses menilai anak batuk dan kesukaran bernapas
a. Tanyakan :
2 bulan-s.d 59 bulan ?
b. Lihat :
(TDDK) ?
c. Dengar :
balita
yang akan diambil oleh tenaga kesehatan dan bukan sebagai diagnosis
serius atau bukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak. Dalam membuat
klasifikasi harus dibedakan menjadi 2 kelompok yakni umur <2 bulan dan
garis besar dibedakan menjadi 3 yaitu rujuk segera ke RS, beri antibiotik
Bulan
buruk, tampak biru (sianosis), ujung tangan dan kaki pucat dan
dingin.
Bila ada stidor, sianosis, dan ujung tangan dan kaki pucat
dirujuk ke RS
hari
Rujuk segera ke RS
mungkin.
Puskesmas.
a. Pengobatan
suntikan
suntikan
hari.
Pneumonia
b. Rujukan
suntikan
Mencegah agar gula darah bayi tidak turun pada bayi < 2
Rujuk Segera
2. Merujuk Anak
masalah
masalahnya
Isi data yang ada dalam surat rujukan yang akan dibawa ibu
ke RS
di RS
bernapa pertama
26
rumah
perawatan di rumah
Pemberian oksigen
Hal ini harus dilakukan mengingat ibu dibekali pengetahuan tentang dosis
anjuran pemberian makan yang baik serta kapan harus membawa anak
berikut :
sesuai
27
lagi. Bila anak muntah lagi sampai timbul tanda dehidrasi maka
TDDK)
baik
Pemberian ASI
3. Kembali Segera
kesehatan
Batuk Dirumah
Berikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
Jauhkan balita dari asap (rokok, asap dapur, asap kendaraan), debu,
tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
umum, dan melakukan penilaian lagi untuk balita batuk atau kesukaran
1. Memburuk
atau tanda bahaya yang lain. Anak harus dirujuk untuk rawat inap,
2. Tetap sama
3. Membaik
6. Penerapan di Puskesmas
Balita di Puskesmas
2. Penyiapan Logistik
Sediaan oral
32
Sediaan injeksi
Alat
b. Penerapan di Puskesmas
2.3 Puskesmas
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai
satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu
33
Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar Puskesmas dengan
pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target dan sasaran masyarakat di
kesehatan.
kerjanya.
Sadar, mau dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk
hidup sehat.
termasuk pembiayaan.
menjelaskan pemahaman dari hubungan antara sumber daya yang dimiliki untuk
mengoperasikan program yang direncanakan, dan perubahan atau hasil yang ingin
Menurut Helena Clark (2004) logic models adalah suatu grafis yang
atau kegiatan sehingga disebut juga program logic models. Tujuan dari program
yang diinginkan. Pemetaan program ini dibagi menjadi input, proses, output,
35
outcome, serta effect. Sehingga pendekatan ini bisa diterapkan digunakan dalam
asumsi/prinsip dari suatu program. Logic models ini sering disebut dengan
melihat gambaran dari input, proses, output, outcome, serta impact dari suatu
digunakan logic models dengan melihat dari sistem itu sendiri. Logic models
melihat suatu sistem itu terdiri dari input, proses, output, outcome, dan effect.
36
Jika manfaat
telah tercapai
makan akan
membuat
Sumberdaya perubahan
yang Menggunaka Hasil Manfaat yang bagi
diperlukan n sumberdaya keluaran akan datang organisasi
untuk untuk langsung dari dari kegiatan atau
menjalanka menjalankan rencana yang telah masyarakat
n program rencana kegiatan. direncanakan dan instansi
1 2 3 4 5
komponen saling berhubungan diantara apa yang direncanakan dan apa yang
bagian tersebut. Berikut sistem yang dapat digunakan pada logic models terdiri
dari :
37
Aktivitas juga berarti proses, alat, kejadian, teknologi, dan aksi dari
balita di Puskesmas.
tahun. Perubahan yang dituju atau yang tidak diinginkan mendasar yang
38
setinggi-tingginya.
logic models untuk menjawab tujuan dari penelitian. Penelitian yang diharapkan
Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan teori logic models oleh W.K.
Kellogg (2004). Berikut adalah teori logic models yang digunakan dalam
penelitian :
Output :
Input Kesesuaian
Pelaksanaan Outcome :
1. Sumber Process :
Daya Tatalaksana Menurunnya Impact :
Tatalaksana Pneumonia Balita
Kesehatan angka
Pneumonia Dengan Pedoman Balita terbebas
2. Sarana kesakitan dan
Balita di Tatalaksana dari penyakit
Prasarana kematian balita
Puskesmas Pneumonia Balita di pneumonia
akibat penyakit
3. Anggaran Pamulang Puskesmas Kota pneumonia
4. Sasaran Tangerang Selatan
Tahun 2017
39
BAB III
disusunlah sebuah kerangka pikir. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori
logic models dengan pendekatan sistem oleh W.K. Kellogg (2004) yang sudah
dikarenakan untuk hasil dari outcome bisa terlihat 1-3 tahun dari yang
direncanakan dan impact atau dampak dari suatu rencana akan terlihat 7-10 tahun
tidak sampai ke tahapan outcome dan tahapan impact karena waktu yang
Kellogg (2014) pada komponen masukan (input), peneliti melihat unsur sumber
40
41
kerangka pikir yang digunakan dalam penelitan ini antara lain, sebagai berikut :
Output:
Input: Kesesuaian
Pelaksanaan
1. Sumber Daya Process: Tatalaksana
Manusia Tatalaksana Pneumonia Balita
2. Sarana dan Pneumonia Balita di Dengan Pedoman
Prasarana Puskesmas Tatalaksana
3. Dana Pamulang Pneumonia Balita
4. Sasaran di Puskesmas Kota
Tangerang Selatan
Tahun 2017
42
No Istilah Definisi
pneumonia balita.
Data yang diperoleh dari wawancara mendalam
dengan hasil gambaran jumlah dan sumber dana
untuk tatalaksana pneumonia balita yang
digunakan di Puskesmas.
Sasaran Adalah balita dan ibu balita yang mempunyai
gejala ataupun tanda menderita pneumonia balita.
Data diperoleh dari wawancara mendalam, telaah
dokumen dan observasi dengan hasil gambaran
penemuan balita pnemonia di Puskesmas.
2 Process (Proses) Kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
tatalaksana Pamulang dalam tatalaksana yang terdiri dari
pneumonia menilai anak batuk atau kesukaran bernapas,
klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai untuk 2
kelompok umur balita, menentukan pengobatan
dan rujukan, memberikan konseling bagi ibu balita
pneumonia, memberikan pelayanan pemantauan
obat, dan penerapan di Puskesmas Pamulang.
Data diperoleh dari wawancara mendalam,
observasi, dan telaah dokumen dengan hasil
gambaran tatalaksana pneumonia balita.
3. Pelaksanaan Seluruh tahapan menilai anak batuk atau kesukaran
Tatalaksana bernapas, klasifikasi dan menentukan tindakan
Pneumonia Balita sesuai untuk 2 kelompok umur balita, menentukan
di Puskesmas pengobatan dan rujukan, memberikan konseling
bagi ibu balita pneumonia, memberikan pelayanan
pemantauan obat, dan penerapan di Puskesmas
untuk tatalaksana pneumonia balita dapat
dilaksanakan sesuai dengan pedoman tatalaksana
pneumonia balita dari Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2015.
44
METODELOGI PENELITIAN
deskriptif berupa teks, naratif, kata-kata baik secara tertulis maupun lisan dari
informan serta perilaku yang diamati (Sugiyono, 2011). Pendekatan ini dengan
dokumen.
kasus pneumonia balita tertinggi di tahun 2014 dan 2015 yakni Puskesmas
45
46
telah ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini Informan yang dipilih adalah
Pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar dalam waktu yang relatif singkat
Tangerang Selatan
terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan informan pendukung
terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti (Suyanto, 2005). Jika informasi yang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan orang
sebagai key instrument atau intrumen kunci yang mengumpulkan data berdasarkan
Serta peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera, dan perekam
1. Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh
2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
sebagai berikut :
b. Observasi
pneumonia balita yang terdiri dari proses menilai anak batuk atau
Kesehatan.
c. Telaah Dokumen
Puskesmas Pamulang.
50
data yang telah diolah. Pendekatan ini mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
berbeda dari data, sehingga berusahan untuk menggambarkan peristiwa dan atau
menjelaskan kesimpulan dari berbagai arah. Proses dan prosedur analisis data
memetakan data ke dalam matriks kerangka kerja, dan menafsirkan data (Gale,
1. Transkripsi
tadi dengan data mentah yang berupa catatan atau rekaman sehingga data
menerjemahkan data.
3. Pengkodean
penelitian ini dibagi dalam pendomain yaitu SDM, sarana dan prasarana,
substansi akan dibagi lagi menjadi kode yang lebih besar seperti SDM,
sarana dan prasarana, dana, dan sasaran akan masuk kedalam kode input,
output.
data yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga pada setiap kode akan
Bentuk matriks tersebut berisikan semua data dari berbagai sumber data
7. Menafsirkan Data
matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi
53
melakukan validasi data. Pada penelitian ini validasi data yang dilakukan anatara
check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali
sekunder.
Pada praktiknya peneliti hanya bisa melakukan triangulasi dengan check dan
recheck (cek silang) antar informan, hal ini dikarenakan peneliti tidak memiliki
informan lain yang sesuai dengan kebutuhan data yang diinginkan. Namun,
dengan dilakukan triangulasi data pada penelitian ini, diharapkan peneliti dapat
melakukan validasi secara tepat, akurat dan terpecaya. Sehingga didapatkan hasil
data yang tepat, akurat, dan terpercaya dalam analisis pelaksanaan tatalaksana
Triangulasi Data
Domain Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Penelitian
Wawawcara Telaah Inf Inf Inf
Observasi
Mendalam Dokumen Kunci Utama Pendukung
Sumber Daya √
√ √ - √ √
Manusia
Sarana dan √
√ √ √ √ √
Prasarana
Dana √ - - √ √ √
Sasaran √ √ - √ √ √
Tatalaksana
Pneumonia
Balita di √ √ √ √ √ √
Puskesmas
Pamulang
BAB V
HASIL PENELITIAN
rawat jalan di Puskesmas Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 514 Ha.
dan kegiatan yang dilaksanakan berjalan dan kesesuaian antara efisiensi dan
55
56
Pendidikan Kode
No. Informan Usia Jenis
Terakhir Informan
Puskesmas Kunci
Pamulang
Pelaksana Kunci
Pneumonia
Balita Dinas
Kesehatan
Kota Tangesel
program Utama
57
Pneumonia
Balita
Puskesmas
Pamulang
Koordinator Pendukung
P2 Puskesmas
Pamulang
telah digunakan sebagai acuan untuk melakukan tatalaksana pneumonia balita dari
tahun 2015 sampai dengan sekarang. Pedoman tatalaksana pneumonia balita ini
didukung oleh input dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian di dapat dari hasil
tatalaksana pneumonia balita. Pada sumber daya manusia ini akan dipaparkan
mengenai siapa saja SDM yang melakukan tatalaksana baik SDM yang terlibat
dan mendukung, serta peran Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam
“Semuanya ya, mau bidan, perawat, ataupun dokter. Memang yang bagus itu ada
1 dokter untuk mendiagnosa tapi tenaga medis kurang banget jadi kadang yang
“Iyaa dokter, bidan, dan perawat yang bertugas di Poli Anak”. (Inf 04)
yang sedang bertugas di Poli Anak. Hal ini sama halnya dengan hasil wawancara
wawancaranya :
59
yang ada di Puskesmas, ada pemegang program, perawat, bidan, dan dokter yang
adalah kurangnya SDM yang ada di Puskesmas terutama dokter. Berikut kutipan
wawancaraya :
“Kita di Puskesmas dokter cuma 2 orang jadi jika ada tanda dan gejala anak
karena yang jaga poli anak kadang bidan atau perawat aja.” (Inf 01)
anak hanya pernah melakukan pelayanan kesehatan 1 kali selama observasi dan
tindakan pelayanan kesehatan untuk anak digabung dengan Poli umum. Hal ini
wawancara :
“Menghitung nafas balita baik itu bidan maupun perawat, jika ada tanda dan
gejala anak yang pneumonia langsung dipindahkan ke Poli umum untuk di beri
pada balita. Kadang di kasih rujukan ke fisioterapi untuk dikasih uap. Jika parah
Puskesmas adalah dokter, bidan, dan perawat. Berikut kutipan wawancara yang
dilakukan :
“Semua terlibat ya, seperti dokter, bidan dan perawat. Sekarang ada program
SDM yang bertugas di Poli anak terlibat untuk melakukan tatalaksana pneumonia
seperti perawat dan bidan yang ada di Poli Anak. Jarang banget ada dokter di
61
Poli Anak karena harus berbagi dengan poli umum dan poli BPJS. Saya
dibuatkan SK, namun belum menerimanya dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
tatalaksana. Ya, paling ada SDM khusus ya pemegang program aja seperti bidan
Yuni yang memegang pneumonia dan diberik SK dari Dinas Kesehatan.” (Inf 04)
Hal ini sesuai dengan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
“Ada acara dimana gitu dari Dinas Kesehatan dengan narasumbernya. Monev
tentang pelaporan dan pencatatan. Pernah waktu saya mengikuti rapat, jika di
dalam lokbul ada yang tidak masuk pedoman tatalaksana diletakkan diatas meja
dan tenaga kesehatan yang belum mengetahui tatalaksana terbaru saya sarankan
untuk membaca pedoman di Poli Anak. Rapatnya 2-3 kali untuk pelatihan
“Iya ada pelatihan yang diselenggarakan Dinas Kesehatan setiap tahunya karena
yang di dapat dari hasil wawancara dengan informan di Dinas Kesehatan Kota
“Pelatihan pasti ya, karena mengingat kondisi dilapangan 1 tahun bisa ganti
beberapa kali jadi selalu update ilmu yang baru dan update juga petugas
Puskesmasnya dengan ilmu yang baru. Tahun ini kita melakukan rapat kordinasi
tahun yang dilakukan pada awal dan akhir tahun 2017 dari Dinas Kesehatan.”
(Inf 03)
observasi yang telah dilakukan tidak semua SDM yang bertugas di Poli Anak
kepada tenaga kesehatan lain yang telah dilakukan selama 2x pada loka karya
Saran prasarana adalah suatu fasilitas yang tersedia dan mendukung dalam
Puskesmas Pamulang mengenai apa saja sarana prasarana yang ada di Puskesmas
nebulaiser, lab dan alat lainnya untuk tatalaksana pneumonia balitanya.” (Inf 01)
“Sarana prasarananya ya ada seperti stopwatch, 1 rasi digital yakni alat yg dapat
menghitung napas cepat atau lambat dapat dari Dinas Kesehatan Kota
“Sudah lengkap ya, seperti ada tetoskop, tensi, termometer, dan sebagainya.
Untuk pneumonia alat ukur pernapasan saya lupa itu apa nama alatnya dan
diberikan sepiro metri portable yang diletakkan di poli Anak.” (Inf 04)
lengkap. Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi masih terdapat beberapa sarana
prasarana yang tidak ada di Puskesmas. Berikut tabel hasil observasi sarana dan
Jumlah/
No Sarana Prasarana Ada Tidak
Ketersedian
pneumonia balita
pneumonia balita
pneumonia balita
1. Suntikan ampisilin √ -
2. Suntikan gentamisin √ -
pneumonia balita
pneumonia balita
pneumonia balita
Alat
Puskesmas, 1 yang
pnemonia balita
65
digunakan 1 oksigen
konsentrator digital
pelayanan kesehatan
Diperbanyak sesuai
kebutuhan Puskesmas.
6. Formulir rekapitulasi √ -
careseeking program P2
program P2 ISPA
Puskesmas Pamulang diketahui bahwa untuk obat yang terdiri dari sediaan oral
66
sudah lengkap, sedangkan untuk sediaan injeksi masih belum lengkap yakni
suntikan ampisilin dan gentamisin. Serta untuk alat pada sarana prasarana masih
Selatan terkait dengan sarana prasarana diketahui bahwa sarana prasarana yang
wawancaranya :
sudah punya semua. Namun, untuk CD tentang pneumonia, pool oksimetri dan
yang tinggi di 5 Puskesmas salah salah satunya Puskesmas Pamulang.” (Inf 02)
prasarana belum semuanya dipenuhi oleh Dinas Kesehatan seperti sediaan injeksi
balita dalam rangka careseeking program P2 ISPA dikarena tidak diberikan dari
alat farmasi Dinas Kesehatan dan formulir yang tidak diberikan karena dapat
diperbanyak sendiri oleh Puskesmas yang melakukan kunjungan rumah. Hal ini
67
“Semua sarana prasarana awalnya sudah tersedia dan disimpan di Poli Anak.
Namun, poli lain suka mengambil sarana prasarana tersebut sehingga tidak
berada di satu tempat atau ruangan. Untuk sekarang ya, sarana dan prasarana
“Puskesmas sudah menyediakan ya, waktu adanya poli MTBS tahun 2009.
Sarana prasarana gedung dan alat seperti senter, respiratory rate dari Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Cuma yang dari Dinas Kesehatan sudah ada
yang rusak ya jadi kita pegadaan sendiri dengan dana JKN.” (Inf 01)
tahun 2009 dengan adanya poli MTBS. Akan tetapi, poli MTBS tidak aktif
diajukan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.” (Inf 03)
68
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan informan dari Dinas
“Memberikan sarana dan prasarana, update sarana dan prasarana yang di dapat
prasana tersebut yang di dapat dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan
Provinsi Banten.
Dana adalah materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk mendukung
Adanya anggaran atau dana yang dimiliki oleh Puskesmas Pamulang untuk
“Dana untuk tatalaksana dari Puskesmas. Kalo untuk kunjungan rumah dari
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ya untuk pneumonia balita.” (Inf 03)
69
“Peran Dinas Kesehatan kasih alat untuk menghitung respiratory rate, ada juga
pneumonia balita. Untuk obat diberikan dari Dinas Kesehatan juga, dana JKN
digunakan sebagai backup jika dana dari Dinas Kesehatan lagi kosong.” (Inf 01)
“Saya kurang tau ya soal dana itu. Kayaknya dana operasional tidak khusus
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, diketahui bahwa dana berasal dari APBD dan
terkait :
rumah ada anggaran dari APBD. Terus untuk penyediaan sarana prasana tahun
2015-2016, workshop dan rakor tenaga kesehatan itu biasanya dari kita Dinas
balita berasal dari operasional Puskesmas, APBD dan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, tetapi ada dana pendukung yakni dana JKN yang digunakan
5.4.4 Sasaran
Sasaran adalah balita dan ibu balita yang mempunyai tanda dan gejala
menderita pneumonia. Pada sasaran ini akan dipaparkan mengenai cara tenaga
“Sudah sesuai, sampai saat ini sasaran pneumonia balita belum memenuhi target.
Target nasional spm terbaru 100% dan Puskesmas Pamulang ditahun 2016 sudah
“Yang saya tau teman-teman sudah bisa menetapkan sasaran pneumonia karena
sudah biasa ikut pelatihan pedoman tatalaksana pneumonian balita ya, tapi tetap
dan klasifikasi usia balita tersebut untuk menentukan pengobatan. Hal ini juga
balita.
71
Hal ini sama dengan hasil wawancara pada informan di Dinas Kesehatan
yang memiliki penilaian sendiri dalam menetapkan balita pneumonia atau tidak,
karena dari hasil observasi didapatkan bahwa SDM yang sudah mendapatkan
tanda dan gejala anak yang mendekati pneumonia jarang dihitung napasnya.
Berdasarkan pedoman tatalaksana jika anak sudah memiliki tanda dan gejala
pneumonia dengan napas yang cepat dan harus dihitung napas untuk menentukan
“Sudah sesuai dengan pedoman ya. Untuk target kita Puskesmas sama dengan
“Sudah sesuai dengan pedoman, namun angka penemuan kasus selama ini yang
saya lihat dari tahun ketahun tidak menurun ya.” (Inf 04)
proses tersebut terdiri dari menilai anak batuk atau kesukaran bernapas, klasifikasi
tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59 bulan, klasifikasi dan tindakan untuk
bayi atau kesukaran bernapas <2 bulan, pengobatan dan rujukan, konseling ibu,
Proses menilai anak batuk atau Kesukaran bernapas yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Poli anak terkait dengan pelaksanaan
pneumonia balita. Data menilai anak batuk atau kesukaran bernapas didapat
balita di Poli umum. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan, sebagai berikut :
“Menilai anak batuk sesuai dengan pedoman ya aku mulai dengan tanyain umur
anak, keluhan apa aja, dan sudah berapa lama sakitnya. Terus aku lihat keadaan
balitanya ada napas cepat atau tarikan dinding dada bagian bawah atau tidak,
dan terakhir aku dengar pernapasan balitanya apakah ada stridor ataupun
wheezing dengan stetoskop pada balita. Jadi aku tinggal ngikutin aja tindakan
73
yang ada dipedoman, terus sebelumnya juga udah pernah dapat pelatihan
bahwa dalam proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas dilakukan di
kesehatan pada tahapan menilai anak batuk atu kesukaran bernapas yakni dengan
balita tersebut, dan terakhir tenaga kesehatan mendengar dengan stetoskop untuk
dapat disimpulkan bahwa dalam proses menilai anak batuk atau kesukaran
bernapas dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan yakni dengan menanyakan
keadaan balita, melihat napas cepat dan tarikan didnding dada bagian bawah
balita, dan mendengar ada tidaknya stridor dan wheezing pada balita untuk
menentukan balita pneumonia pada anak umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan
memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari, diberi pelega
tenggorokan dan pereda batuk yang aman, apabila batuk > 14 hari rujuk, apabila
wheezing berulang rujuk, nasehati ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran
petugas kesehatan dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta
jelaskan cara pemberian antibiotik, kunjungan ulang dalam 3 hari, dan obati
wheezing bila ada. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan, sebagai
berikut :
“Biasanya aku cek dulu RR balitanya pake alat namanya respiratory rate timer,
kalo ada napas cepat lebih dari 50x/menit untuk usia anak 2 bulan sampe 59
bulan baru di klasifikasi bahwa balitanya menderita pneumonia. Terus aku kasih
amoksisilin untuk 3 hari dan aku jelasin cara kasih antibiotiknya, kasih pelega
tenggorokan dan pereda batuknya, kalo ada batuk > 14 hari rujuk, nasehatin
ibunya untuk kasih obat sesuai anjuran aku dan bawa balik ke Puskesmas kalo
pneumonia untuk klasifikasi dan tindakan pada anak berumur 2 bulan sampai
dengan 59 bulan dengan 6 balita pneumonia yang ditemukan saat observasi yakni
disimpulkan bahwa dalam proses klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2
bulan s.d 59 bulan pelaksanaannya belum dilakukan dengan baik, hal ini
kesehatan yakni tidak memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari
untuk 3 hari pada balita tersebut. Adanya proses klasifikasi dapat memberikan
5.5.3 Klasifikasi Dan Tindakan Untuk Bayi Batuk Atau Kesukaran Bernapas
Umur <2 Bulan
Proses klasifikasi dan tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas
akibat pneumonia.
menentukan klasifikasi dan tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas
umur <2 bulan dengan menghitung napas cepat yang lebih 60 x/menit dan ada
tarikan dinding dada kedalam. Klasifikasi dan tindakan yang dilakukan adalah
rujuk segera balita ke RS, sebelum meninggalkan Puskesmas beri pengobatan pra
sebagainya), tulis surat rujukan ke RS dan anjurkan ibu agar membawa anak ke
76
RS sesegera mungkin, anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI dan jaga bayi
tetap hangat, dan jika tidak dapat dirujuk lakukan pengobatan di Puskesmas. Hal
“Untuk bayi <2 bulan, aku tetap menghitung napas cepat bayi menggunakan
respiratory rate timer. Untuk usia bayi napas cepat 60x/ menit atau lebih dan ada
tarikan dinding dada kedalamnya baru tau klasifikasi bahwa bayi menderita
pneumonia berat. Bayi seperti ini langsung aku rujuk, tapi biasanya kita kasih
obat dulu kalo ada demam, wheezing, ataupun kejang dulu sebelum ke RS. Sambil
ngurus surat rujukan ke RS, kita suruh ibunya untuk tetap kasih ASI dan jaga
kondisi bayinya agar tetap hangat. Kalo bayinya tidak bisa di rujuk, barulah kita
memberikan klasifikasi dan tindakan pada bayi berumur <2 bulan dilakukan
wawancara tidak didukung dengan hasil observasi dan telaah dokumen karena
selama melakukan observasi dan telaah dokumen tidak menemukan bayi batuk
atau kesukaran bernapas berumur <2 bulan yang menderita pneumonia berat di
Puskesmas Pamulang.
klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59 bulan, klasifikasi dan
tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas umur <2 bulan, dan
77
informan terkait :
“Jika pneumonia berat kita rujuk ke RSUD, kalo masih ringan kita beri obat dan
jika 3 hari tidak ada perbaikan kita rawat inap di Puskesmas.” (Inf 01)
antibiotik, dan kalo pneumonia berat kita ada retraksi iga atau ada kejang gizi
buruk dan gejala lainnya kita rujuk ke RSUD. Alur rujukannya mengikut pedoman
sudah parah terlebih dahulu langsung diberikan rujukan. Namun, jika masih bisa
ditangani dengan menggunakan alat nebulizer dan obat kita atasi dulu sebelum
berdasarkan klasifikasi dan tindakan sesuai umur balita dan selanjutnya diberikan
pengobatan wheezing jika ada. Serta rujukan dilakukan saat balita sudah
78
menunjukkan tanda dan gejala pneumonia berat dan sebelum rujukan tenaga
“Yaa saya sebagai staf pelaksana pneumonia balita dari Dinas Kesehatan Kota
terus Puskesmas yang memberikan pengobatan dan rujukan yang sudah ada
pengobatan dan rujukan terdapat proses tatalaksana yang tidak dilakukan oleh
tenaga kesehatan yakni tidak memberikan pengobatan antibiotik oral yang sama
adanya balita pneumonia yang dirujuk ke rumah sakit, hal ini karena balita
pneumonia yang ditemukan masih bisa melakukan rawat jalan dengan pengobatan
Puskesmas Pamulang untuk proses tatalaksana yang dilakukan belum baik yakni
79
rawat jalan dirumah pada balita yang di dapat melalui konseling ibu balita yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Poli Anak dengan
informan terkait :
“Setiap abis kita kasih terapi kita konseling dulu, seperti cara penggunaan obat,
cara penanganan balita saat sesak, dan pola makan anak pada bagian gizi.
Belum ada sosialisasi untuk ibu dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
“Jika saya yang jaga di Poli anak saya berikan konseling pada ibu, saya
melakukan konseling liat jika dia ada napasnya belum normal segera kembali
atau misalkan jika 2 sampai 3 hari tidak ada perbaikan napas makin sesak dan
tanda bahaya pada ada saya kasih konseling ibunya agar segera dirujuk ke
dan apa yang harus dilakukan saat balita di rawat dirumah seperti apa. Yang
80
konseling balita yang dilakukan tenaga kesehatan yang terdiri dari mengajari ibu
cara pemberian obat oral dirumah, menggunkana buku KIA untuk petunjuk
menggunkana bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah, dan memberi
Pamulang, diketahui bahwa pada proses konseling ibu terdapat proses tatalaksana
yang tidak dilakukan seperti mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah yang
dan dosis yang sesuai pada ibu balita, tidak menggunkan buku KIA untuk
mengajari ibu menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah
seperti memberitahu ibu obat yang tidak dianjurkan, dan tidak memberi tahu ibu
lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin mencuci tangan dengan
dapat disimpulkan bahwa dalam proses konseling ibu oleh tenaga kesehatan
pelaksanaan tatalaksana belum dilakukan dengan baik. Hal ini terjadi pada proses
yang tidak menggunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis
yang sesuai pada ibu balita, tidak memberikan petunjuk pemberian makanan,
tidak menggunakan buku KIA sebagai petunjuk, dan tidak memberi tahu
semua kasus pneumonia balita, hal ini disesuaikan dengan keadaan balita setelah
pneumonia balita terdiri dari 2 proses yakni kunjungan ulang dan kunjungan
rumah.
“Kalo misalnya dia kita obatin dengan diagnosis pneumonia obat habis 3 hari
kasus (kunjungan rumah) yang melakukan biasanya saya dan dr. R. Kunjungan
ulang pengobatan dia ga sembuh suruh datang lagi, ga bisa dilepas aja tunggu
“Tindak lanjut untuk pneumonia balita tidak ada kunjungan rumah, paling
kunjungan ulang 2-3 hari balita melakukan kontrol lagi ke Puskesmas.” (INF 04)
“Pneumonia ringan tidak ada kunjungan ulang, tapi kalo pneumonia berat kita
ada kunjungan rumah. Yang melakukannya kunjungan rumah bidan atau perawat
yang sesuai dengan wilayah penderita pneumonia balita tersebut.” (Inf 01)
Puskesmas Pamulang, maka dapat diketahui bahwa dalam proses tindak lanjut
pneumonia balita tidak semua kasus dilakukan kunjungan ulang dan kunjungan
memantau keadaan balita membaik, tetap sama, atau memburuk. Lain halnya
untuk kunjungan rumah dilakukan saat balita pneumonia yang tidak melakukan
kunjungan ulang di Puskesmas Pamulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
wawancaranya :
diketahui bahwa dari 6 balita pneumonia yang ditemukan pada proses tindak
lanjut pneumonia balita sebagian balita tidak melakukan kunjungan ulang, hanya
83
berikut :
“....kendalanya SDM untuk melakukan kunjungan rumah ga ada selain saya dan
belum dilakukan dengan baik yakni untuk kunjungan ulang dan kunjungan rumah
“Saya yang merekap dari lembaran (register anak) penderita pneumonia balita,
selanjutnya saya setiap bulan memberikan laporan LB3 ke Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan sebelum tanggal 5 setiap bulannya. Tidak ada sanksi, cuma
pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan akan terus meminta laporan
Kota Tangerang Selatan sebelum tanggal 5 dalam bentuk LB3 yaa.” (Inf 04)
kita lapor via LB1 dan LB3. Fungsi pencatatan dan pelaporan tersebut itu lebih
laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan setiap bulannya sebelum
tanggal 5 dalam bentuk laporan yakni LB1 dan LB3 berdasarkan data dari register
anak dan laporan dari pelayanan kesehatan di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Pamulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan
yang memberikan laporan tidak sesuai format karena format diganti dari tahun
Tangerang Selatan tidak valid, jadi sama saja mereka tidak melaporkan atau
tidak tepat. Pencatatan dan pelaporan diberikan setiap tanggal 5 tiap bulannya
dan tidak ada sanksi untuk Puskesmas yang terlambat dalam memberikan hasil
dan pelaporannya bagaimana, kenapa tidak bisa mengisi sesuai format padahal
ke Puskesmas untuk pengisian format. Namun, Puskesmas masih ada yang belum
85
dalam 1 bulan hanya ditemukan 6 balita pneumonia karena tenaga kesehatan tidak
menghitung respiratory rate balita. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien
dan tidak adanya alat respiratory rate di Poli umum, sehingga tidak dihitung
napas cepat pada balita yang mengakibatkan tenaga kesehatan hanya memberikan
pelayanan kesehatan dengan diagnosa penyakit ISPA. Dampak dari hal tersebut
diberikan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan setiap bulan hasilnya tidak
belum dilakukan dengan baik, yakni masih adanya tindakan tenaga kesehatan
sesuai dengan hasil data yang ada di register anak untuk penemuan balita
pneumonia.
pneumonia balita pada bagian pemantauan dan evaluasi. Berikut pernyataan yang
“Minimal harus kunjungan rumah, kalo ga biasanya distatus ada nomor telepon
bisa dikonseling lewat telpon dan mengetahui keadaan balita sembuh atau sampai
86
dirujuk ke RS. Di pantau lewat Binwil (bina wilayah) ada penanggung jawab RT
masing-masing dan posyandu dengan bidan dan kader setiap desa. Pelaporannya
ke TU, Kapus, dan baru ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.” (Inf 03)
“Saya sebagai koordinator melakukan pemantauan dan evaluasi aja dari setiap
kendalanya form MTBS tidak di isi. Hasil pemantauan dan evaluasi diberikan ke
rendah terus. Yang terlibat pemegang program pneumonia balita yakni bidan
tenaga kesehatan dengan cara menelpon orang tua balita pneumonia untuk
oleh Binwil (bina wilayah) yang ada penanggung jawab RT masing-masing dan
posyandu dengan bidan dan kader setiap desa. Hasil dari pemantauan dan evaluasi
diberikan secara berjenjang mulai dari kepala tata usaha, kepala Puskesmas, dan
Dinas Kesehatan Kota Tangeranag Selatan. Hal ini didukung dengan hasil
kutipan wawancaranya :
faktor apa saja yang mempengaruhi setiap Puskesmas adanya pneumonia balita.
kepala seksi, dan kepala bidang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.”
(Inf 02)
tanyakan umur anak, keluhan apa aja, dan sudah berapa lama sakitnya.
Terus aku lihat keadaan balitanya ada napas cepat atau tarikan dinding
dada bagian bawah atau tidak, dan terakhir aku dengar pernapasan
pada pernapasannya.
Tanda klinik adalah napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke
yakni umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan
“Biasanya aku cek dulu RR balitanya pake alat namanya respiratory rate
timer, kalo ada napas cepat lebih dari 50x/menit untuk usia anak 2 bulan
Terus aku kasih amoksisilin untuk 3 hari dan aku jelasin cara kasih
batuk > 14 hari rujuk, nasehatin ibunya untuk kasih obat sesuai anjuran
memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari pada
balita pneumonia.
jika masih bisa ditangani dengan menggunakan alat nebulizer dan obat
4. Konseling Ibu
informan terkait :
“Setiap abis kita kasih terarapi kita konseling dulu, seperti cara
penggunaan obat, cara penanganan balita saat sesak, dan pola makan
anak pada bagian gizi. Belum ada sosialisasi untuk ibu dari Dinas
yang tidak dilakukan seperti mengajari ibu cara pemberian obat oral
pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang sesuai pada ibu balita,
memberitahu ibu obat yang tidak dianjurkan, dan tidak memberi tahu ibu
dan lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin mencuci tangan
“Kalo misalnya dia kita obatin dengan diagnosis pneumonia obat habis 3
dr. Risna. Kunjungan ulang pengobatan dia ga sembuh suruh datang lagi,
ga bisa dilepas aja tunggu sembuh baru dilepas pemantauannya.” (Inf 03)
6. Penerapan Di Puskesmas
informan terkait :
Tidak ada sanksi cuma pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
respiratory rate balita. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien dan
Tangerang Selatan setiap bulan hasilnya tidak sesuai dengan buku register
95
kedalam 2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
(TDDK) bulan
Setelah dihitung jumlah respiratory rate balita berjumlah
52x/menit balita diketahui menderita pneumonia. Maka
selanjutnya dokter memberikan tatalaksana berupa
tindakan nebulaizer untuk melegakan tenggorokan balita
dan memberikan obat rhinos dan imunos sirup.
3. Pengobatan dan Rujukan
Setelah diberikan tindakan pelayanan kesehatan di ruangan
UGD Puskesmas, balita diberikan obat oleh dokter.
Namun, dokter tidak memberikan antibiotik dari
Puskesmas karena dokter menyarankan balita tersebut
menghabiskan antibiotik dari klinik swasta yang
dikunjungi balita semalam sebelum ke Puskesmas. Balita
hanya mendapatkan pengobatan rawat jalan, tidak sampai
dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Setelah mendapatkan pengobatan ibu balita diberikan
konseling berupa cara memberikan obat sirup, antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu untuk
kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk dan
tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat
pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu dengan
memberikan minum lebih banyak pada balita, pemberian
makanan pada anak saat muntah, memberitahu ibu untuk
pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan balita
dari asap rokok, dan pemberian makanan cukup gizi
seimbang. Terakhir dokter memastikan kembali bahwa ibu
sudah paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
96
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan, balita
tidak melakukan kunjungan ulang. Tenaga kesehatan tidak
melakukan pemantauan untuk balita yang tidak melakukan
kunjungan ulang ke Puskesmas.
2. Rizeki 11 Pamulang BB : 8,8 Kg dr. E 3 Oktober 2017
Alfatar Bulan Barat RT Suhu 38,5 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
01/07 ˚C Tatalaksana yang dilakukan dokter terlebih dahulu adalah
Respiraroty menilai keadaan batuk atau kesukaran bernapas dengan
Rate cara menanyakan beberapa pertanyaan kepada ibu, sebagai
60x/Menit berikut :
Napas a. Berapa umur anak ?
Cepat b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Panas 3 bernapas?
Hari c. Sudah berapa lama ?
d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
berusia 2 bulan-s.d 59 bulan ?
e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
ditemukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami
balita dokter mendengar apakah ada stridor ataupun
wheezing, hasil yang di dapatkan tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Setelah dihitung jumlah respiratory rate balita ditemukan
sebanyak 60x/menit, balita termasuk penderita
peneumonia. Maka selanjutnya dokter memberikan
tatalaksana berupa cek laborarium sebelum memberikan
pengobatan.
97
3. Pengobatan dan Rujukan
Setelah diketahui hasil laboratorium, balita diberikan
pengobatan berupa antibiotik oral yakni amoksisilin dan
pengobatan demam yakni parasetamol. Balita hanya
mendapatkan pengobatan rawat jalan, tidak sampai dirujuk
ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Setelah mendapatkan pengobatan ibu balita diberikan
konseling berupa cara memberikan obat puyer, antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu untuk
kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk dan
tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat
pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu dengan
memberikan minum lebih banyak pada balita, pemberian
makanan selama anak sakit, memberitahu ibu untuk
pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan balita
dari asap rokok dan penderita batuk, pemberian makanan
cukup gizi seimbang, dan dokter memastikan kembali
bahwa ibu sudah paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan, balita
kembali untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 5
Oktober 2017 dengan keadaan balita membaik.
Selanjutnya dokter meneruskan pengobatan dengan
memberikan tambahan antibiotik sampai 3 hari ke depan.
3. Kotaro 4 Pamulang BB : 18 Kg dr. R 6 Oktober 2017
Tahun Barat RT Suhu 38,5 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
01/02 ˚C Sebelum dokter memberikan tindakan pelayanan
Respiraroty kesehatan, dokter terlebih dahulu menilai keadaan batuk
Rate atau kesukaran bernapas dengan cara menanyakan
98
42x/Menit beberapa pertanyaan kepada ibu, sebagai berikut :
Napas a. Berapa umur anak ?
Cepat b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Demam 4 bernapas?
hari c. Sudah berapa lama ?
Batuk d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
berusia 2 bulan-s.d 59 bulan ?
e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
ditemukan adanya napas cepat dan kesadaran menurun.
Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami balita
dokter mendengar apakah ada stridor ataupun wheezing,
hasil yang di dapatkan tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Setelah diketahui jumlah respiratory rate balita yakni
42x/menit, maka balita dinyatakan menderita pneumonia.
Untuk memastikana keadaan balita dokter memberikan
tatalaksana berupa cek laborarium sebelum memberikan
pengobatan dan rujukan di Puskesmas.
3. Pengobatan dan Rujukan
Berdasarkan hasil laboratorium, balita diberikan
pengobatan berupa antibiotik oral yakni kotri yang berbeda
merek dengan antibiotik yang ada di pedoman tatalaksana
pneumonia balita dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Sebelum mendapatkan obat, ibu balita diberikan konseling
99
oleh dokter berupa cara memberikan obat tablet dan sirup,
antibiotik harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu
untuk kembali ke Puskesmas jika keadaan balita
memburuk dan tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3
hari mendapat pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu
dengan memberikan minum lebih banyak pada balita,
pemberian makanan selama anak sakit, dan memberitahu
ibu untuk pencegahan pneumonia balita dengan
menjauhkan balita dari penderita batuk dan asap rokok,
dan pemberian makanan cukup gizi dan seimbang.
Terakhir dokter memastikan kembali bahwa ibu sudah
paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan, balita
tidak kembali untuk melakukan kunjungan ulang sehingga
tidak mendapatkan antibiotik tambahan dari Puskesmas.
4. Dafa 9 Pisangan BB : 6,7 Kg dr. R 11 Oktober 2017
Bulan RT 2/5 Suhu 39,3 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
˚C Dokter menilai keadaan batuk atau kesukaran bernapas
Respiraroty dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan kepada ibu,
Rate sebagai berikut :
55x/Menit a. Berapa umur anak ?
Napas b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Cepat bernapas?
Demam 2 c. Sudah berapa lama ?
hari d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
Batuk berusia 2 bulan s.d 59 bulan ?
Pilek e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
100
ditemukan adanya napas cepat dan kesadaran menurun
pada balita. Untuk memastikan tanda dan gejala yang
dialami balita dokter mendengar apakah ada stridor
ataupun wheezing, hasil yang ditemukan tidak ada stridor
ataupun wheezing pada balita.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Diketahui jumlah respiratory rate balita sebanyak
55x/menit, maka balita menderita pneumonia. Tatalaksana
yang dilakukan berdasarkan klasifikasi umur pada balita
adalah diberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali
perhari untuk 3 hari, pelega tenggorokan dan pereda batuk
yang aman, menasehati ibu untuk memberikan obat sesuai
anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah
buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.
3. Pengobatan dan Rujukan
Dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik oral
yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Melihat umur balita yang masih 9 bulan, dokter
memberikan konseling pada ibu balita berupa cara
memberikan obat sirup, antibiotik harus dihabiskan selama
3 hari, menasehati ibu untuk kembali ke Puskesmas jika
keadaan balita memburuk dan tetap melakukan kunjungan
ulang setelah 3 hari mendapat pengobatan dari Puskesmas,
menasehati ibu dengan memberikan ASI pada balita dan
pemberian makanan selama anak sakit, memberitahu ibu
untuk pencegahan pneumonia balita dengan menjauhkan
101
balita dari penderita batuk, asap rokok, dan pemberian
makanan cukup gizi seimbang.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari
Puskesmas, balita tidak kembali untuk melakukan
kunjungan ulang. Tenaga kesehatan tidak melakukan
follow up untuk balita yang tidak melakukan kunjungan
ulang ke Puskesmas.
5. Ibrahim 2 Pamulang BB : 9,9 Kg Bidan Y 6 Oktober 2017
Tahun Barat RT Suhu 38,9 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
2/4 ˚C Terlebih dahulu dokter menilai keadaan batuk atau
Respiraroty kesukaran bernapas dengan cara menanyakan beberapa
Rate pertanyaan kepada ibu, sebagai berikut :
57x/Menit a. Berapa umur anak ?
Napas b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
Cepat bernapas?
Demam 1 c. Sudah berapa lama ?
hari d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak
Batuk berusia 2 bulan-s.d 59 bulan ?
Pilek e. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
f. Apakah anak kejang ?
Tatalaksana dilakukan dengan melihat keadaan balita dan
menghitung napas balita, ditemukan adanya napas cepat.
Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami balita
dokter mendengar apakah ada stridor ataupun wheezing,
hasilnya tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Berdasarkan jumlah respiratory rate balita sebanyak
57x/menit, maka balita termasuk penderita pneumonia.
102
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan klasifikasi umur
pada balita adalah diberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2
kali perhari untuk 3 hari, pelega tenggorokan dan pereda
batuk yang aman, menasehati ibu untuk memberikan obat
sesuai anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak
bertambah buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.
3. Pengobatan dan Rujukan
Dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik oral
yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Melihat umur balita yang masih 2 tahun, dokter
memberikan konseling pada ibu balita berupa cara
memberikan obat sirup, antibiotik harus dihabiskan selama
3 hari, menasehati ibu untuk kembali ke Puskesmas jika
keadaan balita memburuk dan tetap melakukan kunjungan
ulang setelah 3 hari mendapat pengobatan dari Puskesmas,
menasehati ibu dengan memberikan banyak minum air
hangat, pemberian makanan selama anak sakit,
memberitahu ibu untuk pencegahan pneumonia balita
dengan menjauhkan balita dari penderita batuk, asap
rokok, dan pemberian makanan cukup gizi seimbang pada
balita.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari
Puskesmas, balita tidak kembali untuk melakukan
kunjungan ulang.
6. Arka 11 Jl. Alam BB : 9 Kg Bidan Y 6 Oktober 2017
Bulan Segar RT Suhu 36 ˚C 1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
103
01/08 Respiraroty Sebelum dokter memberikan diagnosa balita menderita
Pamulang Rate pneumonia, dokter terlebih dahulu menilai keadaan batuk
Barat 51x/Menit atau kesukaran bernapas dengan cara menanyakan
Napas beberapa pertanyaan sebagai berikut :
Cepat a. Berapa umur anak ?
Demam 2 b. Apakah anak menderita batuk atau kesukaran
hari bernapas?
Muntah c. Sudah berapa lama ?
d. Apakah anak demam ? sudah berapa lama ?
e. Apakah anak kejang ?
Selanjutnya dokter melihat dan menghitung napas balita,
ditemukannya ada napas cepat dan kesadaran menurun.
Untuk memastikan tanda dan gejala yang dialami balita
dokter mendengar apakah ada stridor ataupun wheezing,
hasil yang di dapatkan tidak ada.
2. Klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan s.d 59
bulan
Untuk menentukan tindakan tatalaksana dilakukan
perhitungan pernapasan balita dan diketahui jumlah
respiratory rate balita yakni 52x/menit, maka balita
menderita peneumonia. Selanjutnya dokter memberikan
tatalaksana berupa amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali
perhari untuk 3 hari, pelega tenggorokan dan pereda batuk
yang aman, menasehati ibu untuk memberikan obat sesuai
anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah
buruk, dan kunjungan ulang dalam 3 hari.
3. Pengobatan dan Rujukan
Dokter memberikan pengobatan berupa antibiotik oral
yakni amoksisilin dan pengobatan demam yakni
parasetamol. Balita hanya mendapatkan pengobatan rawat
104
jalan, tidak sampai dirujuk ke RSUD setempat.
4. Konseling Ibu
Setelah mendapatkan pengobatan ibu balita diberikan
konseling berupa cara memberikan obat sirup, antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, menasehati ibu untuk
kembali ke Puskesmas jika keadaan balita memburuk dan
tetap melakukan kunjungan ulang setelah 3 hari mendapat
pengobatan dari Puskesmas, menasehati ibu dengan
memberikan ASI pada balita, pemberian makanan pada
anak saat muntah, memberitahu ibu untuk pencegahan
pneumonia balita dengan menjauhkan balita dari asap
rokok, penderita batuk, dan pemberian makanan cukup gizi
seimbang. Terakhir dokter memastikan kembali bahwa ibu
sudah paham akan konseling yang diberikan.
5. Tindak Lanjut Pneumonia Balita
Kunjungan ulang dalam tahapan tatalaksana pneumonia
balita pada tindak lanjut pneumonia tidak dilakukan balita
setelah 3 hari mendapatkan pengobatan rawat jalan dari
Puskesmas Pamulang.
105
106
berikut :
keadaan balita dan menghitung napas balita, ditemukan dari 6 balita yakni 1
balita dengan tanda dan gejala tarikan dinding bagian bawah ke dalam, 4
memastikan tanda dan gejala yang dialami balita tenaga kesehatan mendengar
Setelah diketahui tanda dan gejala balita dari menilai anak batuk atau
napas cepat balita dengan alat respiratory rate timer. Dari hasil perhitungan
dengan memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari,
pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, menasehati ibu untuk
memberikan obat sesuai anjuran dan bawa kembali jika keadaan anak
Rumah Sakit setempat karena balita diberikan pengobatan rawat jalan sesuai
dengan tanda dan gejala yang dialami balita dari tenaga kesehatan di
Puskesmas.
4. Konseling ibu
batuk, asap rokok, dan pemberian makanan cukup gizi seimbang pada
balita.
merupakan salah satu dari gambaran strategi yang telah dilakukan oleh pelayanan
kesehatan dalam pengendalian pneumonia. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat
PEMBAHASAN
yang sesuai dengan standar tatalaksana dalam proses mengurangi angka kematian
Kota Tangerang Selatan semenjak peraturan dikeluarkan yaitu pada tahun 2015
mengunakan teori Logic Models dengan melihat dari input sampai dengan output
109
110
dengan meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,
dengan kata lain meningkatkan input atau struktur serta memperbaiki metode atau
Input merupakan masukan yang perlu disediakan atau harus tersedia untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau proses. Input memegang peranan yang penting
dalam suatu sistem. Jika input tidak tersedia dengan baik, maka dapat
menghambat kegiatan yang terjadi dalam proses pada suatu sistem, bahkan dapat
Puskesmas harus dapat menyediakan input yang menunjang proses dari kegiatan
tersebut. Input dari tatalaksana pneumonia balita dalah sumber daya manusia,
balita terdiri dari dokter, bidan, dan perawat yang bertugas di Poli Anak. Semua
sumber daya manusia ini merupakan salah satu faktor input yang berhubungan
Puskesmas. Sumber daya manusia ini bisa dilihat dari segi kuantitas dan kualitas
daya utama yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap proses maupun capaian
(dua belas) bidan, dan 7 (tujuh) perawat yang bertugas memberikan tatalaksana
terpenuhi karena penempatan personal tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan
balita Poli Anak digabung dengan Poli Umum, hal ini dikarenakan SDM memiliki
sehingga kurangnya SDM yang tersedia untuk membuka Poli Anak. Kesibukan
dan beban kerja yang dimiliki tenaga kesehatan berdampak pada pelaksanaan
berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan, hal ini sejaran dengan Global
tenaga kerja ini juga sangat penting karena tenaga kesehatan merupakan kunci
kesehatan. Selain itu terpenuhinya jumlah SDM sesuai kebutuhan juga menjadi
Puskesmas Pamulang jika dilihat dari segi kualitas SDM masih kurang atau
hal ini disebabkan karena masih ada beberapa aspek kualitas SDM yang belum
memadai dan terpenuhi. Salah satu aspek kualitas ini adalah frekuensi pelatihan
yang diikuti SDM, baik itu dokter, bidan, ataupun perawat di Puskesmas masih
belum terpenuhi.
balita adalah bidan yang memegang program pneumonia balita, hal ini dirasa
masih kurang karena belum semua SDM yang mendapat pelatihan. Bidan yang
balita kepada SDM lainnya di Puskesmas pada saat ada lokbul dan staf meeting
pada tahun 2016. Ketaatan adalah salah satu sikap dan perilaku yang berniat untuk
didasarkan perasaan takut atau terpaksa. Perilaku manusia adalah suatu keadaan
penahan. Perilaku bisa berubah jika terjadi ketidak seimbangan antara dua faktor
program diketahui belum dimengerti karena sosialisasi dilakukan tahun 2016 dan
ada yang sudah mengerti tapi belum mau mengubah sikap sesuai dengan pedoman
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabuna (2011) menyatakan bahwa ada
pneumonia dan ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan
tatalaksana pneumonia balita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
Penelitian lain yang dilakukan oleh Salmah (2012) terdapat hubungan yang kuat
dan positif antara pelatihan dan pengembangan SDM terhadap kompetensi SDM.
balita yakni minimnya SDM yang bertugas di Poli Anak yang mengakibatkan
proses tatalaksana tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya
bantuan tenaga kesehatan dari Poli Umum dan pelatihan terkait pedoman
tatalaksana pneumonia balita untuk dokter, bidan, ataupun perawat yang bertugas
Pamulang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati
(2011) ada hubungan antara pelatihan yang diikuti petugas dengan implementasi
program di Puskesmas.
114
Fasilitas kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
yang harus dipenuhi oleh setiap wadah pemberian pelayanan kesehatan, dengan
sediaan injeksi masih belum lengkap yakni suntikan ampisilin dan gentasimisin
dikarenakan tidak diberikan dari alat farmasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan. Sedangkan untuk alat masih belum lengkap yakni formulir rekapitulasi
dikarenakan formulir yang tidak diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan dan sudah diberi tahukan kepada Puskesmas untuk diperbanyak sendiri,
115
dalam proses tatalaksana, hal ini karena tenaga kesehatan menggunakan sarana
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pudjiastuti (2002) yang
(alat) merupakan suatu unsur dari organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Sarana
termasuk dalam salah satu unsur dalam pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dengan pedoman tatalaksana pneumonia balita, hal ini dejalan dengan Permenkes
ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
satunya melalui upaya penyediaan alata kesehatan atau sarana prasarana yang
proses tatalaksana pneumonia dapat berjalan dengan baik karena sarana prasarana
116
yang belum tersedia masih bisa diganti dengan sarana prasarana pendukung
lainnya. Kegiatan akan terlaksana dengan baik jika segala sarana prasarana atau
fasilitas dilihat cukup baik dan lengkap untuk memberikan tatalaksana pneumonia
balita di Puskesmas.
6.2.3 Anggaran
Anggaran berfungsi sebagai alat bantu bagi manajemen untuk mencapai tujuan
balita yakni dana JKN yang digunakan jika dana dari Dinas Kesehatan Kota
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dan sumber-sumber lain yang
sah dan tidak mengikat. Pengelolaan anggaran atau dana dilaksanakan sesuai
program kesehatan. Selain itu anggaran dana juga dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan pembanding serta kontrol antara rencana kegiatan dan pelaksaana
Pamulang. Hal tersebut sesuai dengan manfaat adanya pembuatan anggaran dalam
berikut :
1. Di bidang Perencanaan
2. Di bidang pengendalian
6.2.4 Sasaran
balita dalam menetapkan sasaran berdasarkan hasil diagnosa berupa tanda dan
gejala yang dimiliki balita, apakah termasuk pneumonia balita atau tidak dengan
118
menghitung respiratory rate terlebih dahulu. Hal ini juga didukung dengan
SDM sudah mengetahui sasaran yang tepat dalam menentukan balita pneumonia
Pamulang, ditemukannya salah satu SDM yang belum sesuai dengan dalam
dalam menetapkan balita tersebut pneumonia atau tidak, seperti SDM yang tidak
menghitung respiratory rate balita terlebih dahulu dan tidak menyakatan balita
tersebut menderita pneumonia dikarena balita tidak memiliki salah satu tanda dan
pneumonia balita tahun 2015 menyatakan bahwa jika balita sudah memiliki tanda
dan gejala pneumonia dengan napas yang cepat dan jumlah respiratory rate sesuai
pneumonia balita. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pneumonia yang sesuai standar. Namun, dalam pelaksanaannya masih ada SDM
pneumoni balita. Hal ini sangat mempengaruhi penemuan sedini mungkin balita
Puskesmas Pamulang.
terdapat beberapa proses dalam melakukan tatalaksana yaitu menilai anak batuk
atau kesukaran bernapas, klasifikasi dan tindakan anak umur 2 bulan s.d 59 bulan,
kalasifikasi dan tindakan untuk bayi batuk atau kesukaran bernapas umur <2
bulan, pengobatan dan rujukan, konseling ibu, tindak lanjut pneumonia balita, dan
penerapan di Puskesmas.
(penemuan dan penanganan Pneumonia balita) bergantung pada sifat dari proses
itu sendiri (Pohan, 2006). Menilai berarti memperoleh informasi tentang penyakit
kepada ibu) dan pemeriksaan fisik balita dengan cara melihat dan mendengarkan
beberapa tanda klinik tertentu yang mudah dimengerti dan diajarkan tanpa
dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan suara napas tambahan seperti
Pada proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas yang dilakukan
sehingga tenaga kesehatan dan balita kurang nyaman untuk melakukan proses
pertanyaan kepada ibu balita, melihat, dan mendengar tanda dan gejala balita
pneumonia (Kemenkes RI, 2015). Hal tersebut dilakukan dengan baik oleh tenaga
Saat tenaga kesehatan menanyakan keluhan balita kepada ibu balita, tenaga
kesehatan juga melihat keadaan balita tersebut seperti melihat ada napas cepat,
ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), dan kesadaran balita
tenaga kesehatan mendengar ada tidaknya stridor atau wheezing pada balita untuk
Pada proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas tenaga kesehatan
terlebih dahulu menanyakan keadaan balita dengan ibu balita terkait keluhan yang
dirasakan balita. Adapun pertanyaan yang ditanyakan kepada ibu balita, sebagai
berikut :
d. Apakah anak bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia 2 bulan-s.d 59
bulan) ?
121
e. Apakah anak kurang bisa minum atau menetek ? (Jika anak berusia <2
bulan) ?
Berdasarkan hasil penelitian, pada proses menilai anak batuk atau kesukaran
yang bertugas di Poli Umum memberikan beberapa pertanyaan pada ibu balita,
namun ada pertanyaan yang tidak ditanyakan pada ibu balita dikarenakan
pertanyaan tersebut tidak sesuai dengan umur balita. Selanjutnya tenaga kesehatan
melihat dan menghitung napas balita pada balita. Hasilnya terlihat bahwa 6 balita
memiliki napas cepat, 1 balita dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam dan 6 balita dengan penurunan kesadaran. Untuk memastikan tanda dan
gejala yang di alami balita tenaga kesehatan mendengar ada tidaknya stridor dan
wheezing pada balita, dari hasil mendengarkan tidak ditemukan adanya stridor
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar dan
Sedangkan tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari
menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah suatu penyakit serius atau bukan,
apakah perlu dirujuk segera atau tidak. Dalam membuat klasifikasi harus
dibedakan menjadi 2 kelompok yakni umur <2 bulan dan kelompok umur 2 bulan
pengobatan terhadap infeksi bakteri secara garis besar dibedakan menjadi 3 yaitu
rujuk segera ke RS, beri antibiotik dirumah, dan beri pengawasan dirumah
kesehatan dalam satu persamaan persepsi dengan melihat respiratory rate dan
umur balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Azzahra (2015)
dan bawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan cara
pemberian antibiotik
klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah melakukan penilaian tanda dan gejala
pada balita. Jika balita memiliki napas cepat 50x/menit atau lebih pada anak umur
2 bulan s.d <12 bulan dan 40x/menit atau lebih pada umur anak 12 bulan s.d 59
tatalaksana yang tidak dilaksanakan dengan baik pada 2 balita yakni tidak
memberikan amoksisilin oral dosis tinggi 2 kali perhari untuk 3 hari pada balita
124
pneumonia. Hal ini karena amoksisilin sirup sedang kosong, maka tenaga
pneumonia dengan gejala batuk dan sukar bernapas. Sistem kekebalan tubuh anak
pada usia tersebut juga sangat rentan sehingga mudah terinfeksi oleh penyakit
yang ditularkan melalui udara (Misnadiarly, 2008). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Farida dkk (2017) yang menyatakan bahwa bahwa
sebagian besar penderita pneumonia adalah pasien usia 0-5 tahun sebesar
Penelitian lain yang dilakukan oleh Turner (2013) yang menyatakan bahwa usia
pneumonia balita. Oleh karena itu, dapat disarankan agar tenaga kesehatan
memberikan tatalaksana pada proses klasifikasi dan tindakan untuk anak umur 2
bulan s.d 59 bulan dengan memberikan amoksisilin oral dosisi tinggi 2 kali sehari
atau pengasuh, pengobatan demam dan wheezing (Kemenkes RI, 2015). Menurut
Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012 menyatakan bahwa rujukan adalah suatu
tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada
unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Wiratno (2014) yang menyatakan bahwa terapi
antibiotik yang diberikan pada pasien ISPA ada dua macam, yaitu amoksisilin
amoksisilin dan ciprofloksasin (Dahlan, 2014). Hal ini sejalan dengan Penelitian
yang dilakukan oleh Menon dkk (2013) mendapatkan bahwa amoxicillin memiliki
untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini sejalan dengan kajian WHO
126
berjalan baik, dimana diketahui dari hasil observasi balita yang mengalami
Puskesmas Pamulang tidak memiliki tanda ataupun gejala balita adanya wheezing.
Serta dari semua balita pneumonia tidak mendapatkan pelayanan rujukan karena
balita masih bisa diberikan pengobatan rawat jalan sesuai dengan tanda dan gejala
balita sebagai penganti amoksisiilin sirup yang sedang kosong di Puskesmas. Oleh
distribusi amoksisilin sirup balita pneumonia. Hal ini sejalan dengan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyatakan bahwa pilihan pertama untuk
antibiotik usia dibawah lima tahun adalah amoxicillin dan untuk usia 5 tahun ke
atas adalah macrolide jika tidak ada tanda pneumonia berat (Pudjiadi, 2009).
Nasehat Ibu (KNI) sebagai alat komunikasi (Depkes RI, 2008). Memberikan
konseling bagi ibu harus dilakukan pada balita dengan klasifikasi pneumonia
dengan tindakan rawat jalan dan diberi antibiotik. Hal ini harus dilakukan
termasuk pemberian ASI, memberikan anjuran pemberian makan yang baik serta
yang tidak dilakukan seperti mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah
dengan tidak menggunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis
yang sesuai pada ibu balita, tidak menggunakan buku KIA untuk petunjuk
mengajari ibu menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah
seperti memberitahu ibu obat yang tidak dianjurkan, dan tidak memberi tahu ibu
lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin mencuci tangan dengan
akan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin jika balita sudah memiliki tanda
dan gejala pneumonia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutangi (2014)
menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara pengetahuan ibu dengan
128
kejadian pneumonia balita dan terdapat hubungan cukup kuat antara sikap ibu
dengan kejadian pneumonia balita. Pada dasarnya kejadian pneumonia pada balita
dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak. Sistem kekebalan tubuh dapat
dipengaruhi karena beberapa faktor, yaitu pemberian ASI eksklusif, status gizi,
status imunisasi, polusi dari lingkungan, dan tempat tinggal yang terlalu padat
(Anwar, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurnajiah dkk (2016)
menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara status gizi dengan balita
penderita pneumonia.
hal ini karena tenaga kesehatan tidak menggunakan bagan pengobatan untuk
menentukan obat dan dosis, tidak menggunakan buku KIA untuk petunjuk, tidak
mengajari ibu menggunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dirumah
dan tidak memberi tahu ibu tentang pencegahan pneumonia balita seperti menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin
kebersihan rumah dan lingkungan, rumah dengan ventilasi cukup, dan rajin
mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik. Hal ini sejalan dengan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yaitu sebagian besar perokok adalah laki–laki. Paparan
asap rokok yang dialami terus menerus pada orang dewasa yang sehat dapat
menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan
ulang. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan adalah menanyakan
apakah anak bernapas lebih lambat, apakah ada TDDK, apakah nafsu makan
lagi untuk balita batuk atau kesukaran bernapas (Kemenkes RI, 2015).
besar balita tidak melakukan kunjungan ulang. Hanya 1 balita pneumonia yang
intravena. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Watkins dan
Lemonovich (2011) penggantian antibiotik oral lebih awal terbukti efektif dan
dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien yang menyatakan bahwa durasi efektif
yang dilakukan oleh Triasih (2007) menyatakan bahwa kunjungan rumah oleh
130
tenaga kesehatan yang disertai penyuluhan sesuai dengan program P2 ISPA yang
pneumonia.
pelaksanaannya belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan sebagian besar
balita tidak melakukan kunjungan ulang dan kurangnya tenaga kesehatan untuk
melakukan kunjungan rumah balita pneumonia. Oleh karena itu, disarankan untuk
tenaga kesehatan melakukan tindak lanjut pada balita pneumonia yang tidak
dan pencatatan pelaporan Puskesmas. Hal ini di dukung dengan adanya persiapan
respiratory rate balita, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien dan tidak
adanya alat respiratory rate di Poli umum sehingga tidak dihitung napas cepat
balita. Dampak dari hal tersebut adalah sedikitnya penemuan kasus pneumonia
Selatan setiap bulan hasilnya tidak sesuai dengan buku register anak penemuan
131
kasus pneumonia balita. Hal ini dikarenakan beban kerja petugas dan pemahaman
bahwa kegiatan penemuan kasus hanya sebagai kegiatan pencatatan dan pelaporan
melakukan analisa dari hasil pengolahan data kasus pneumonia dengan persentase
100%. Hal ini dikarenakan petugas merangkap pekerjaan lain dan adanya
dan pelaporan. Pelaporan dilakukan agar data yang didapatkan bisa dimanfaatkan
diketahui bahwa terdapat kendala yakni pelaporan yang belum sesuai dengan
format yang sudah ditentukan, kemudian harus bersifat fakta dan dilaporkan tepat
pada waktunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriarti
seharusnya sudah bisa dilakukan melalui online dengan software yang sudah
disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota, namun sistem pelaporan tersebut belum
software tersebut.
132
apabila diperlukan, sehingga hasil dari kegiatan program tersebut sesuai dengan
mulai dari tingkat Puskesmas sampai dengan Pusat. Pemantauan ini dapat
dilakukan setiap bulan atau triwulan. Dari hasil analisis dapat segera dilakukan
hampir sama dengan evaluasi, hanya evaluasi dilakukan kurun waktu yang lebih
Tangerang Selatan yang belum sesuai dengan format pelaporan dan hasil data
yang ada di register anak penemuan balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isroyati (2015)
yang menyatakan bahwa fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan
satu aspek yang sangat penting pada suatu pelayanan kesehatan pada tatalaksana
balita pneumonia karena tatalaksana yang tepat dan sesuai dengan pedoman
133
pneumonia dan mengobati sampai sembuh agar menurunkan angka kesakitan dan
(Suparwati, 2015).
yakni umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan
yakni umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan 59 bulan pada
4. Konseling Ibu
6. Penerapan Di Puskesmas
tatalaksana pneumonia balita, hal ini dikarena dari 6 langkah tatalaksana hanya
terdapat hubungan antara input dan proses, serta proses dan output. Hal ini
program akan mempengaruhi output program. Salah satu cara untuk mencapai
target capaian maka Puskesmas harus memiliki input dan melaksanakan proses
sesuai petunjuk teknis. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wahyono (2011)
yang belum maksimal sehingga banyak kasus pneumonia balita tidak terdeteksi
atau tidak tertangani (Ortiz, 2011). Selain itu, belum maksimalnya sosialisasi
tidak segera ditangani juga berperan dalam rendahnya cakupan pneumonia balita
ditangani.
tatalaksana pneumonia balita akan berpengaruh pada jumlah penemuan dan angka
7.1 Simpulan
1. Input
distribusi SDM kurang untuk membuka poli anak karena SDM memiliki
beban tugas lain di luar Puskesmas. Untuk kuliatas SDM belum memadai
balita pneumonia.
2. Proses
a. Proses menilai anak batuk atau kesukaran bernapas pada balita pneumonia
137
138
lainnya.
dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain, tidak menggunakan bagan
dengan baik oleh tenaga kesehatan antara lain, tidak memantau kunjungan
pneumonia.
sesuai dengan format dan hasil data di buku register anak di Puskesmas
Pamulang.
139
3. Output
Pamulang belum sesuai dengan 6 langkah tatalaksana antara lain klasifikasi dan
Kesehatan.
7.2 Saran
1. Untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Clark, Helena. 2004. Theories of change and Logic Models: Telling Them Apart.
Research Associate, Aspen Institute Roundatable on Community Change.
141
142
Gale, Nicola K, dkk. 2013. Using The Framework Method For The Anaysis Of
Qualitative Data In Multidusciplinary Health Research. Jurnal BMC
Medical Research Methodology.
Ida Bagus Gede Manuaba, Prof. dr. 2013. Millenium Development Goals (MDGs)
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta : CV. Trans Info Medika
Isroyati Sri, dkk. 2015. Hubungan Fungsi Manajemen Program P2 ISPA dengan
Ketercapaian Target Angka Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas Kota
Semarang. Jurnal. Manajemen Kesehatan Indonesia.
Isroyati, S., Suwitri, S., & Jati, S. P. 2015. Hubungan Fungsi Manajemen
Program P2 ISPA dengan Ketercapaian Target Angka Cakupan
Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Semarang. (Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro Semarang).
143
Mazmanian, Daniel H., dan Paul A. Sabatier. 1983. Implementation and Public
Policy, New York: HarperC
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewas, Usia Lanjut. Edisi 1 Jakarta, Pustaka Obor Populer.
Nurnajiah, M., Rusdi, R., & Desmawati, D. 2016. Hubungan Status Gizi dengan
Derajat Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(1).
Pudjiadi A, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: IDAI.
145
Pudjiadi, A. H., Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N. S., Gandaputra, E. P., &
Harmoniati, E. D. 2009. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak
Indonesia. Jakarta: IDAI, 47-50.
Puspadewi, Y. A., Mawarni, A., & Dharminto, D. 2013. Analisis Kinerja Bidan
Puskesmas dalam Pelayanan MTBS di Wilayah Puskesmas Kota Malang
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).
Sosialine, Engko M. 2015. Tata kelola dan perbekalan kesehatan terpadu. Rapat
koordinasi Nasional Ditjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan.
Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Triasih, F., Istiawan, R., & Riyadi, S. 2007. Pengaruh Kunjungan Rumah oleh
Perawat terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Penderita Pneumonia
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesma 2 Baturraden. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 2(1), 30-40.
Walker, Roger. Cate, Whittlesea Ed. 2012. Clinical Pharmacy And Therapeutics
Fifth London: Elsevier.
WHO. 2008. The Global Burned Of Disease: This Figure Includes Pneumonia
Deaths That Occur In The Neonatal Period, But Not Those That Are
Associated With Measles, Pertussis And HIV. Geneva. Switzerland
Wijono. 2008. Manajemen Mutu Rumah Sakit dan Kepuasan Pasien Prinsip dan
Praktik. Surabaya: CV Duta Prima Airlangga.
LAMPIRAN
148
FORM INFORM CONCERN
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya
benar, dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan nanti akan
Hormat Saya
Faza Fidarani
Daftar Pertanyaan Penelitian Untuk Staf Pelaksana Pneumonia Balita
b. Merujuk Anak
Menjelaskan perlunya rujukan
Hilangkan kekhawatiran ibu dan bantu mengatasi setiap masalah
Usahakan agar ibu mau membawa anaknya ke rumah sakit dan bantulan
semampu tenaga kesehatan untuk memecahkan masalahnya
Beri ibu intruksi dan peralatan yang diperlukan untuk merawat anak selama
perjalanan ke rumah sakit.
c. Menulis surat rujukan
Isi data yang ada dalam surat rujukan yang akan dibawa ibu ke RS
Beritahu ibu untuk memberikannya kepada petugas kesehatan di RS
d. Jika rujukan tidak memungkinkan
Pemberian antibiotik untuk rawat inap
Usia anak 2 s.d 59 bulan dengan batuk atau kesukaran bernapa
pertama
Batuk & pilek bukan pneumonia -> Nasehat perawatan di rumah
Naps cepat dan TTDK -> Amoxicilin oral dan nasehat perawatan
di rumah
Tanda bahaya umum -> antibiotik dosis pertama
Pneumonia berat -> rujuk kefasyankes untuk injeksi antibiotic atau
terapi penunjang.
Pemberian oksigen
Umur < 2 bulan, jumlah aliran oksigen 0,5/menit
Umur > 2 bulan, jumlah aliran oksigen 1/menit
Konseling Ibu
1. Mengajari ibu cara memberikan obat oral di rumah
a. Pemberian dosis pertama pada anak
Gunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang
sesuai
Beritahu ibu alasan pemberian obat kepada anak, termasuk mengapa
diberi obat oral dan masalah apa yang di dapati
Peragakan cara mengukur satu dosis
Memberi tablet : Tunjukkan kepada ibu jumlah obat dalam 1 dosis,
peragakan cara membagi/membelah tablet dan bila digerus
tambahkan tetes air pada obat diamkan 1-2 menit selanjutnya gerus
obat.
Memberi Sirup : peragakan cara mengukur dosis dalam mililiter
(ml) secara benar dan menggunkan sendok takar atau sendok makan
dan minta ibu untuk melakukannya.
Setelah pemberian dosis pertama, ibu diminta mengawasi anak selama
30 menit. Bila dalam 30 menit anak muntah, beri 1 dosis lagi. Bila anak
muntah lagi sampai timbul tanda dehidrasi maka atasi dehidrasi,
sebelum memberikan obat dosis berikutnya.
2. Menjelaskan cara pemberian antibiotik
Berikan antibiotik cukup untuk 3 hari dihabiskan
Cantumkan nama dan umur penderita
Cantumkan dosis yang tepat untuk penderita (jumlah tablet/sirup, berapa
sendok takar)
3. Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan Puskesmas
Ajukan pertanyaan sebagai berikut :
Setiap berapa kali mengobati anak, ada berapa macam obat ?
Kapan ibu memberikan obat ini ? untuk berapa lama ?
Berapa tablet setiap kali pemberian ?
Obat mana yang diberikan 2 kali setiap hari ?
Ajari petugas obat di Puskesmas untuk memberikan cara pengobatan sesuai
tatalaksana pneumonia balita
4. Nasehati ibu kapan harus kembali
Sesegera mungkin jika kondisi anak memburuk (sesak napas, TDDK)
Setelah 48 jam minum antibiotik untuk kontrol ulang
5. Menggunakan buku KIA untuk petunjuk pemberian makanan, cairan/ASI, serta
tanda-tanda untuk kembali segera
a. Nasihat pemberian makanan
Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa menghisap dengan baik
Pemberian makanan pada anak yang muntah
Pemberin makanan selama anak sakit
Pemberian makanan setelah anak sembuh
b. Nasihat Pemberian Cairan
Berilah minuman lebih banyak pada anak
Pemberian ASI
c. Kembali Segera
Mintalah ibu untuk mengamati kemungkinan timbul tanda-tanda
pneumonia, sebagai berikut :
e. Pernapasan menjadi sulit
f. Pernapasan menjadi cepat
g. Anak tidak mau minum
h.Sakit anak tampak lebih berat
Jika muncul tanda-tanda tsb, maka mintalah ibuuntuk kembali membawa
anaknya ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
6. Mengajari Ibu Menggunakan Bahan Yang Aman Untuk Meredakan Batuk Dirumah
a. Bahan yang dianjurkan
ASI eksklusif bayi sampai umur 6 bulan
Banyak minum air hangat
b. Obat yang tidak dianjurkan
Semua jenis obat batuk
Obat yang mengandung codein
Obat-obat dekongestan oral dan nasal
7. Memberitahu IBU tentang Pencegahan Pneumonia Balita
Jauhkan balita dari penderita batuk
Lakukan imunisasi lengkap di Posyandu atau Puskesmas
Berikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
Pemberian makanan cukup gizi dan seimbang
Jauhkan balita dari asap (rokok, asap dapur, asap kendaraan), debu, serta
bahan-bahan lain yang mengganggu pernapasan.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
Rumah dengan ventilasi cukup
Rajin mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik
Tinjak Lanjut Pneumonia Balita
Kunjungan Ulang Untuk Pneumonia Balita
1. Memburuk
Anak menjadi sulit bernapas, tak mampu minum, timbul TDDK atau tanda bahaya yang lain. Anak harus dirujuk untuk
rawat inap, sebelum merujuk berikut :
Satu dosis antibiotik
Injeksi intramuskular ampisilin dan gentamisin
2. Tetap sama
Jika keadaan anak tetap sama seperti pemeriksaan sebelumnya, tanyakan pemberian antibiotiknya.
Apakah antibiotik diminum sesuai anjuran, cobalah terus dengan antibiotik yang sama. Minta agar ibu
membawa anak kembali dalam 2 hari untuk kunjungan ulang kedua.
Apabila antibiotik telah dimunum sesuai anjuran, berarti antibiotik harus diganti dengan yang lain dan berikan
untuk 3 hari. Misalnya amoksisilan diganti eritromisin.
3. Membaik
Beritahu ibu untuk meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari.
Hasil
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah posisi atau Staf pelaksana Staf pelaksana Kepala Puskesmas Staf koordinator P2
jabatan ibu saat ini P2M (Pneumonia Pneumonia Balita di Pamulang Puskesmas
? Balita) di Dinas Puskesmas Pamulang
Kesehatan Kota Pamulang
Tangerang Selatan
Sumber Daya Manusia
1. Siapa saja tenaga Yang melakukan Semuanya, mau - Iyaa dokter, bidan,
kesehatan yang tatalaksana perawat, bidan, dan perawat yang
terlibat dalam pneumonia balita di ataupun dokter. bertugas di Poli
pelaksanaan Puskesmas ya Memang yg bagus Anak.
pedoman semua petugas itu ada dokter 1
tatalaksana yang ada di untuk mendiagnosa
pneumonia balita ? Puskesmas, ada tapi tenaga medis
pemegang kurang banget jadi
program, perawat, kadang yang ada
bidan, dan dokter hanya perawat dan
yang ada di BP bidan saja di Poli
Anak. Anak.
2. Bagaimana - - Seluruh staf ikut terlibat Mulai dari
keterlibatan SDM dalam memberikan mendiagnosa,
di Puskesmas tatalaksana pneumonia, tatalaksana,
dalam melakukan SDM khusus seperti bidan pencatatan dan
tatalaksana Yuni yang memegang pelaporannya..
pneumonia balita ? program pneumonia balita
(Probing : bentuk memberikan tatalaksana
keterlibatan seperti pneumonia balita dengan
apa ? adakah sdm mendiagnosis balita dan
pendukung dan memberikan tatalaksana
SDM khusus berupa pengobatan.
tatalaksana
pneumonia balita ?
Berapa banyak ?
ada SK? Siapa
yang memberikan
SK?)
3. Bagaimana SDM - - Alur pelayanannya -
dapat melakukan mengikuti tindakan dan
tatalaksana pengobatan berdasarkan
pneumonia balita pedoman tatalaksana dari
?(Probing: Kemenkes RI RI.
berdasarkan
pedoman, SOP,
alur pelayanan atau
lainnya ?)
4. Bagaimana Semua terlibat ya, Menghitung nafas - -
keterlibatan tenaga seperti dokter, balita baik itu bidan
kesehatan tersebut bidan dan perawat. maupun perawat,
? (Probing : Semua Sekarang ada jika ada tanda dan
tenaga kesehatan program MTBS gejala anak yang
yang terlibat dan belum semua pneumonia langsung
disebutkan Puskesmas dipindahkan ke Poli
bagaimana bentuk menjalan MTBS. umum untuk di beri
keterlibatannya ? pelayanan kesehatan
Sejak kapan ?) sesuai dengan
tingkat klasifikasi
keparahan
pneumonia pada
balita. Kadang di
kasih rujukan ke
fisioterapi untuk
dikasih uap. Jika
parah langsung
dirujuk ke RSUD
tangsel.
5. Siapa saja tenaga Selain tenaga Selain saya sebagai Semua tenaga
kesehatan yang kesehatan di Dinas pemegang program kesehatan di
mendukung dalam Kesehatan, Dinas pneumonia balita, Puskesmas
melakukan Kesehatan provinsi yang mendukung mendukung dalam
tatalaksana dan Kemenkes RI seperti perawat dan melakukan
pneumonia balita ? ikut turun ke bidan yang ada di tatalaksana. Ya,
(Probling: Semua Puskesmas untuk Poli Anak. Jarang paling ada SDM
tenaga kesehatan melakukan banget ada dokter di khusus ya
yang mendukung monitoring dan Poli Anak karena pemegang program
disebutkan evaluasi harus berbagi aja seperti bidan
bagaimana bentuk tatalaksana dengan poli umum Yuni yang
dukungannya ? pneumonia balita. dan poli BPJS. Saya memegang
Apakah SDM Untuk SDM khusus dibuatkan SK, pneumonia dan
khusus ? Jika ada, di Dinas Kesehatan namun saya belum diberik SK dari
berapa banyak ? saya yang menerimanya dari Dinas Kesehatan.
apakah dia khusus memegang Dinas Kesehatan
memegang pneumonia balita. Kota Tangerang
program Selatan.
pengendalian
pneumonia balita
atau memegang
program lain ? Ada
SK, siapa yang
memberikan SK?)
6. Apakah Dinas Pelatihan pasti ya, Ada acara dimana Iya ada pelatihan
Kesehatan karena mengingat gitu dari Dinas yang
menyeleggarakan kondisi dilapangan Kesehatan dengan diselenggarakan
pelatihan untuk 1 tahun bisa ganti narasumbernya. Dinas Kesehatan
SDM dalam beberapa kali jadi Monev tentang setiap tahunya
melakukan selalu update ilmu pelaporan dan karena setiap tahun
tatalaksana yang baru dan pencatatan. Pernah pemegang program
pneumonia balita di update juga petugas waktu saya ganti.
Puskesmas ? Puskesmasnya mengikuti rapat, jika
(Probling: dengan ilmu yang di dalam lokbul ada
Pelatihan apa saja baru. Tahun ini kita yang tidak masuk
yang diberikan? melakukan rapat pedoman tatalaksana
Apakah termasuk kordinasi mengenai diletakkan diatas
bimbingan ? Kapan pelaporan 2x, meja dan tenaga
dilakukan pelatihan workshop kesehatan yang
?) tatalaksana belum mengetahui
pneumonia balita tatalaksana terbaru
2x dalam 1 tahun saya sarankan untuk
yang dilakukan membaca pedoman
pada awal dan di Poli Anak.
akhir tahun 2017 Rapatnya 2-3 untuk
dari Dinas pelatihan tatalaksana
Kesehatan. pneumonia balita
tahun 2016. Udah
sering
disosialisasikan
pedoman
tatalaksana.
Sarana dan Prasarana
1. Apa saja sarana dan Sarana Stopwatch, 1 rasi Sudah ada sarana dan Sudah lengkap ya,
prasarana yang prasarananya digital yakni alat yg prasarana seperti untuk seperti ada tetoskop,
dibutuhkan dalam selama ini baru dapat menghitung menghitung respirator rate, tensi, termometer,
mejalankan punya sountimer, napas cepat atau nebulaisor, lab dan alat dan sebagainya.
tatalaksana buku pedoman lambat dapat dari lainnya untuk tatalaksana Untuk pneumonia
pneumonia balita tatalaksana untuk Dinas Kesehatan, pneumonia balitanya. alat ukur pernapasan
sesuai dengan semua Puskesmas oksigen (beli sendiri saya lupa itu apa
pedoman ? sudah diberikan, anggaran nama alatnya dan
(Probing : pencatatan dan Puskesmas) dan alat diberikan sepiro
bagaimana sarana pelaporan sudah tatalaksana disini metri portable yang
dan prasarana tsb punya semua. semua lengkap. diletakkan di poli
bisa tersedia ? Apa Namun, untuk CD Anak.
fungsi dari sarana tentang pneumonia,
dan prasarana pool oksimetri dan
tersebut ?) oksigen konsetrator
baru beberapa
Puskesmas. Saya
hanya memberikan
kepada Puskesmas
yang melakukan
perawatan dan
memiliki jumlah
balita pneumonia
yang tinggi di 5
Puskesmas ya salah
salah satunya
Puskesmas
Pamulang.
2. Bagaimana peran Memberikan sarana Memberikan sarana - Iya Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan dan prasarana, dan prasarna sesuai membantu dengan
dalam membantu update sarana dan dengan kebutuhan meberikan sarana
Puskesmas untuk prasarana yang di yang telah diajukan dan prasarana tsb.
memenuhi sarana dapat dari oleh Puskesmas Ke
dan prasarana Kemenkes RI dan Dinas Kesehatan
tatalaksana Dinas Kesehatan Kota Tangerang
pneumonia balita ? Provinsi diberikan Selatan.
ke Puskesmas.
3. Sudahkah Semua sarana Puskesmas sudah
Puskesmas prasarana awalnya menyediakan ya, waktu
menyediakan sudah tersedia dan adanya poli MTBS tahun
sarana dan disimpan di Poli 2009. Sarana prasarana
prasarana tersebut? Anak. Namun, poli gedung dan alat seperti
(Probing: sejak lain suka mengambil senter, respiratory rate
kapan sarana dan sarana prasarana dari Dinas Kesehatan Kota
prasarana tsb ada tersebut sehingga Tangerang Selatan. Cuma
dan siapa yg tidak berada di satu yang dari Dinas Kesehatan
memberikan ?) tempat atau ruangan. sudah ada yang rusak ya
Untuk sekarang ya, jadi kita pegadaan sendiri
sarana dan prasarana dengan dana JKN.
tersebut ada di UGD
Puskesmas.
Dana atau Anggaran
1. Bagaimanakah Dana yang Dana untuk Peran Dinas Kesehatan Saya kurang tau ya
dana untuk digunakan biasanya tatalaksana dari kasih alat untuk soal dana itu.
pelaksanaan dana operasional Puskesmas. Kalo menghitung respiratory Kayaknya dana
tatalaksana Puskesmas dan untuk kunjungan rate, ada juga oksigen operasional tidak
pneumonia balita di Kunjungan rumah rumah balita dari konsentrator rusak baru- khusus untuk
Puskesmas ? ada anggaran dari Dinas Kesehatan baru ini mau diperbaiki tatalaksana
(Probing: Apa APBD. Terus Kota Tangerang binggung nyari teknisinya. pneumonia balita.
peran Dinas untuk penyediaan Selatan yaa untuk Dinas Kesehatan
Kesehatan dalam sarana prasana pneumonia balita. memberikan dana untuk
menyediakan dana tahun 2015-2016, pelatihan tatalaksana
untuk Puskesmas workshop dan pneumonia dan obat. Dana
khusus pneumonia rakor tenaga JKN digunakan sebagai
? Sumber dan ? kesehatan itu backup jika dana dari
Penggunaan dana biasanya dari kita Dinas Kesehatan lagi
?) Dinas Kesehatan Kosong.
ya.”
Sasaran
1. Bagaimana cara Sasaran balita Biasanya hitung Sudah sesuai, ampai saat Yang saya tau
menetapkan pneumonia napas terlebih ini sasaran pneumonia teman-teman sudah
sasaran pneumonia mengikuti sasaran dahulu, lalu balita belum memenuhi bisa menetapkan
balita di Puskesmas yang telah diklasifikasikan targe. Namun penemuan sasaran pneumonia
? (Probing : ditentukan berdasarkan usia pneumonia balita tetap karena sudah biasa
Berdasarkan apa Kementerian dengan jumlah tinggi dibandingkan ikut pelatihan
balita termasuk Kesehatan dalam hitung 1 rasinya. Puskesmas lain. pedoman tatalaksana
sasaran pneumonia pedoman Jika mengarah ke pneumonian balita
balita?) tatalaksana pneumonia dirujuk ya, tapi tetap yang
pneumonia balita. ke dokter umum, mendiagnosa dokter
Setiap Puskesmas lalu ditulis ya.
menentukan target diagnosanya
berbeda karena berdasarkan
disesuaikan dengan klasifikasi usia.
jumlah balita di
daerah tsb.
2. Bagaimana - Sudah sesuai dengan - Sudah sesuai dengan
menurut Bapak/Ibu pedoman ya. Untuk pedoman, namun
sasaran penderita target kita angka penemuan
pneumonia balita Puskesmas sama kasus selama ini
Puskesmas sudah dengan Dinas yang saya lihat dari
sesuai dengan Kesehatan. tahun ketahun tidak
pedoman ? menurun ya.
Pelaksanaan Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
- Menilai anak batuk -
1. Bagaimana sesuai dengan
Bapak/Ibu menilai pedoman ya aku
anak batuk atau mulai dengan
kesukaran bernapas tanyakan umur anak,
? (Probing: keluhan apa aja, dan
Berdasarkan sudah berapa lama
pedoman atau sakitnya. Terus aku
lainnya tindakkan lihat keadaan
menilai dilakukan balitanya ada napas
?) cepat atau tarikan
dinding dada bagian
bawah atau tidak,
dan terakhir aku
dengar pernapasan
balitanya apakah ada
stridor ataupun
wheezing dengan
stetoskop pada
balita. Jadi aku
tinggal ngikutin aja
tindakan yang ada
dipedoman, terus
sebelumnya juga
udah pernah dapet
pelatihan pedoman
tatalaksana
pneumonia balita
Biasanya aku cek
2. Bagaimana dulu RR balitanya
Bapak/Ibu pake alat namanya
melakukan respiratory rate
klasifikasi dan timer, kalo ada napas
tindakan untuk cepat lebih dari
anak batuk atau 50x/menit untuk usia
kesukaran bernapas anak 2 bulan sampe
umur 2 bulan 59 bulan baru di
sampai dengan 59 klasifikasi bahwa
bulan ? (Probing : balitanya menderita
berdasarkan apa pneumonia. Terus
cara penentuan aku kasih
tingkat keparahan amoksisilin untuk 3
penyakit dan hari dan aku jelasin
tindakannya pada cara kasih
balita ? Sesuai antibiotiknya, kasih
dengan pedoman pelega tenggorokan
tatalaksana atau dan pereda batuknya,
tidak ?) kalo ada batuk > 14
hari rujuk, ,
nasehatin ibu untuk
kasih obat sesuai
anjuran aku dan
bawa balik ke
Puskesmas kalo
keadaan anaknya
bertambah buruk,
dan kunjungan ulang
dalam 3 hari
berikutnya.
Untuk bayi <2 bulan,
3. Bagaimana aku tetap
Bapak/Ibu menghitung RR bayi
melakuan menggunakan
klasifikasi dan respiratory rate
tindakan untuk bayi timer. Kalo lebih
batuk atau dari 60x/menit untuk
kesukaran bernapas usia bayi 60x/ menit
umur <2 bulan ? atau lebih dan ada
(Probing : tarikan dinding dada
berdasarkan apa kedalamnya baru tau
cara penentuan klasifikasi bahwa
tingkat keparahan bayi menderita
penyakit dan pneumonia berat.
tindakannya pada Bayi seperti ini
balita ? Sesuai langsung aku rujuk,
dengan pedoman tapi biasanya kita
tatalaksana atau kasih obat dulu kalo
tidak ?) ada demam,
wheezing, ataupun
kejang dulu sebelum
ke RS. Sambil
ngurus surat rujukan
ke RS, kita suruh
ibunya untuk tetap
kasih ASI dan jaga
kondisi bayinya agar
tetap hangat. Kalo
bayinya tidak bisa
di rujuk, barulah kita
kasih rawat jalan di
Puskesmas aja
4. Bagaimana Yaa saya sebagai Pengobatan dengan Jika pneumonia berat kita Tergantung
pengobatan dan staf pelaksana memberikan rujuk ke RSUD, kalo klasifikasi
rujukan untuk pneumonia balita antibiotik, masih ringan kita beri obat pneumonianya ya,
balita pneumonia di dari Dinas pengobatan demam, dan jika 3 hari tidak ada jika pneumonia aja
Puskesmas Kesehatan Kota dan pengobatan perbaikan kita rawat inap kita kasih antibiotik,
Pamulang ? Tangerang Selatan wheezing terlebih di Puskesmas. dan kalo pneumonia
(Probing : melakukan dahulu. Jika diobati berat kita ada
Pengobatan seperti monitoring saja ternyata retraksi iga atau ada
apa dan rujukan untuk pengobatan memperparah atau kejang gizi buruk
seperti apa yang dan rujukan, trus sudah parah terlebih dan gejala lainnya
dilakuakan saat Puskesmas yang dahulu langsung kita rujuk ke RSUD.
melakukan memberikan diberikan rujukan. Alur rujukannya
tatalaksana pengobatan dan Namun, jika masih mengikut pedoman
pneumonia balita? rujukan yang bisa ditangani tatalaksana
berdasarkan apa sudah ada alurnya dengan pneumonianya.
pengobatan dan sendiri kemana menggunakan alat
rujukan untuk mendapat nebulizer dan obat
dilaksanakan ?) tindak lanjut kita atasi dulu
pelayanan sebelum melakukan
kesehatan rujukan.
pneumonia balita.
Kita dari Dinas Setiap abis kita kasih Iya pasti konseling Jika saya yang jaga
5. Bagaimana Kesehatan ya terapi kita konseling diberikan saat berobat ke di Poli anak saya
konseling bagi ibu memberikan dulu, seperti Puskesmas, tatalaksana berikan konseling
penderita Sosialisasi ke penggunaan obat , pneumonia dan apa yang pada ibu, saya
pneumonia balita Puskesmas dan cara penanganan harus dilakukan saat balita melakukan konseling
yang dilakukan di pelatihan konseling balita saat sesak, dan di rawat dirumah seperti liat jika dia ada
Puskesmas ? untuk petugas pola makan anak apa. Yang memberikan napasnya belum
(Probing : kesehatan yang pada bagian gizi. konseling ke ibu balitanya normal segera
Konseling seperti melakukan Belum ada ya petugas yang kembali, atau
apa yang dilakukan tatalaksana sosialisasi untuk ibu memberikan pelayanan di misalkan jika 2
saat tatalaksana pneumonia balita. dari Dinas Poli anak, seperti bidan sampai 3 hari tidak
pneumonia balita ? Kesehatan Kota atau dokter. ada perbaikan napas
Berdasarkan apa ? Tangerang Selatan. makin sesak dan
Adakah sosialisasi Konseling individu tanda bahaya pada
sebelumya terkait dengan ibu pada ada saya kasih
konseling bagi ibu kunjungan rumah konseling ibunya
dari Dinas untuk penderita agar segera dirujuk
Kesehatan ? Kapan pneumonia, ya saya ke RSUD.
saja dilakukan yang datang
konseling untuk berkunjung.
ibu?)
Berdasarkan alur Kalo misalnyadia Pneumonia ringan tidak Tindak lanjut untuk
6. Bagaimana rujukan, melakukan kita obatin dengan ada kunjungan ulang, tapi pneumonia balita
Bapak/Ibu kunjungan rumah diagnosis pneumonia kalo pneumonia berat kita tidak ada kunjungan
melakukan tindak balita penderita berat obat habis 3 ada kunjungan rumah. rumah, paling
lanjut untuk balita pneumonia dari hari wajib kontrol ke Yang melakukannya kunjungan ulang 2-3
yang sudah Petugas Puskesmas Puskesmas, jika kunjungan rumah bidan hari balita
mendapatkan setempat. tidak kontrol atau perawat yang sesuai melakukan kontrol
pengobatan di Puskesmas dengan wilayah penderita lagi ke Puskesmas.
Puskesmas ? melakukan pneumonia balita tersebut
(Probing : Apakah pelacakan kasus
dilakukan (Kunjungan rumah).
kunjungan ulang Yang melakukan
dan kunjungan biasanya saya dan
rumah ? Siapa yg dr. Risna.
melakukannya ? Kunjungan ulang
Apa kendala tindak pengobatan dia ga
lanjut penumonia sembuh suruh datang
balita dalam lagi, ga bisa dilepas
melakukan aja tunggu sembuh
tatalaksana baru dilepas
pneumonia balita ?) pemantauannya.
KendalanyaSDM
untuk melakukan
kunjungan rumah ga
ada selain saya dan
dr.risna jadi kadang
kurang terlaksana
karena kesibukan di
Puskesmas.
Pencatatan dan Saya yang merekap Laporan diberikan setiap Sebulan sekali saya
7. Bagaimana pelaporan banyak dari lembaran bulannya, ada register memberikan
pencatatan dan Puskesmas yang penderita pneumonia pneumonia balitanya pencatatan dan
pelaporan hasil di memberikan balita, selanjutnya sendiri kita lapor via LB1 pelaporan ke Dinke
Puskesmas laporan tidak sesuai saya setiap bulan dan LB3. Fungsi sebelum tanggal 5
Pamulang untuk format karena memberikan laporan pencatatan dan pelaporan dalam bentuk LB3
pneumonia balita ? format diganti dari LB3 ke Dinas tsb itu lebih informasi yaa.
(Probing : Apakah tahun 2015 Kesehatan Kota untuk kita aja sih.
Puskesmas pertengahan. Tangerang Selatan
memberikan Namun, tidak sebelum tanggal 5
pencatatan dan semua Puskesmas setiap bulannya.
pelaporan hasil ke mengerti memakai Tidak ada sanksi
Dinas Kesehatan ? komputer sehingga cuma pihak Dinas
Kapan saja berdampat saat Kesehatan akan terus
diberikan ? Jika saya input datanya meminta laporan
tidak diberikan di Dinas Kesehatan tersebut..
apakah setiap tidak valid, jadi
Puskesmas sama saja mereka
mendapatkan tidak melaporkan
sanksi ?) atau tidak tepat.
Pencatatan dan
pelaporan
diberikan setiap
tanggal 5 tiap
bulannya dantidak
ada sanksi untuk
Puskesmas yang
terlambat dalam
memberikan hasil
pencatatan dan
pelaporan
pneumonia balita
setiap bulannya.
Setiap rapat
koordinasi selalu
followup
pencatatan dan
pelaporannya
bagaimana, kenapa
tidak bisa mengisi
sesuai format
padahal Dinas
Kesehatan sudah
memberikan
sosialisasi datang
ke Puskesmas
untuk pengisian
format, namun
Puskesmas
adayang belum
paham
menggunakan
komputer besok-
besok nanya lagi,
sehinnga
memberikan
pelaporan dengan
format lama.
Pemantauan dilihat Minimal harus Ada pertemuan dari Dinas Saya sebagai
8. Bagaimana di laporan ada kunjungan rumah, Kesehatan karena koordinator
pemantauan dan kenaikan atau kalo ga biasanya penemuan pneumonia melakukan
evaluasi penderita penurunan , distatus ada nomor balita masih rendah pemantauan dan
pneumonia balita di melihat faktor- tlpn bisa dikonseling biasanya mengevaluasi evaluasi aja dari
Puskesmas faktor apa saja lwat telpon dan kenapa masih rendah terus. setiap program P2.
Pamulang ? yang mengetahui keadaan Yang terlibat pemegang Kadang-kadang suka
(Probing : Cara mempengaruhi balita sembuh atau program pneumonia balita lupa di periksa RR
melakukan setiap Puskesmas sampai dirujuk ke yakni bidan Yuni. nya untuk
pemantauan dan adanya pneumonia RS. Di pantau lewat mengingatkan,
evaluasi ? Siapa balita. Pemantauan Binwil (bina kendalanya form
saja yang terlibat ? dan evaluasi wilayah) ada MTBS tidak di isi.
Hasil pemantauan dikakukan oleh staf penanggung jawab Hasil pemantauan
dan evaluasi pelaksana RT masing-masing dan evaluasi
digunakan untuk pemegang dan posyandu diberikan ke Dinas
apa dan diberikan program, kepala dengan bidan dan Kesehatan.
kepada Dinas seksi, kepala kader setiap desa.
Kesehatan kapan bidang di Dinas Pelaporannya ke TU,
saja ?) Kesehatan. Kapus, dan baru ke
Dinas Kesehatan.