Anda di halaman 1dari 31

BAB XI

SENYAWA HIDROKARBON
Sasaran pembelajaran dari bab ini adalah mahasiswa mampu:
1. Mengetahui karakateristik senyawa hidrokarbon: hibridisasi C, geometri molekul
2. Menuliskan rumus struktur senyawa alkana, alkena dan alkuna
3. Mengetahui sifat kimia dan reaksi senyawa alkana, alkena dan alkuna
4. Menjelaskan sifat-sifat hidrokarbon siklik dan aromatik

11.1 Pendahuluan
Istilah hidrokarbon yang dimaksudkan adalah berbagai formasi persenyawaan murni
antara hidrogen dengan karbon. Kelompok senyawa yang dimaksudkan dalam bab ini, anatara
lain adalah alkana, alkena dan alkuna, termasuk pula hidrokarbon siklik dan hidrokarbon
aromatik Jika persenyawaan hidrokarbon telah mengandung unsur lain selain hidrogen dan
karbon, maka senyawa tersebut dikelompokkan sebagai senyawa gugus fungsional, akan
dibahas pada bab berikutnya. Pada awal bab. ini akan diuraikan mekanisme pembentukan
senyawa hidrokarbon ditinjau dari konsep interaksi orbital atom membentuk orbital molekul
dan konsep hibridisasi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan pengertian terhadap
pokok bahasan berikutnya.
Ikatan yang terjadi antara hodrogen dengan karbon maupun ikatan karbon-karbon
adalah ikatn kovalen. Ikatan karbon-karbon dapat terjadi melalui ikatan “sigma” ()
sepenuhnya terjadi pada hidrokarbon jenuh (alkana), dan atau ikatan “phi” seperti pada
hidrokarbon tidak jenuh (alkena & alkuna). Kedua jenis ikatan tersebut yang membengun
struktur molekul hampir disemua senyawa organik.
Penjelasan mengenai distribusi elektron dalam pembentukan senyawa hidrokarbon
dan hubungannya dengan jenis ikatan kimia yang terbentuk serta stereokimia molekul yang
dicapai dapat dijelaskan sebagai berikut.

XI-1
11.1.1 Hibridisasi sp3 dan Struktur Metana
Dalam keadaan dasar atom karbon memiliki konfigurasi elektron
1s2 2s2 2px1 2py1 2pz
Jika digambarkan dalam bentuk diagram energi maka terlihat sebagai berikut;

2p x y z

2s
E

1s
Keadaan dasar

Gambar 11.1 Propil energi konfigurasi elektron karbon


dalam keadaan dasar

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa atom karbon memiliki dua elektron yang tidak
berpasangan, hal ini dapat diasumsikan bahwa atom karbon hanya dapat menerima dua
elektron secara kovalen dari atom lain. Namun pada kenyataannya atom karbon yang stabil
justeru memiliki empat orbital yang masing-masing terisi elektron tunggal yang dapat
bertumpangtindih dengan empat elektron dari atom lain. Jika berikatan dengan hidrogen akan
membentuk CH4, bukan CH2
Konsep hibridisasi adalah jawaban untuk kasus tersebut di atas. Terjadi promosi
satu elektron dari 2s ke 2p, menghasilkan konfigurasi elektron yang berbeda dengan keadaan
dasar, disebut sebagai konfigurasi hibrida. Satu orbital s dan tiga orbital p bercampur
(berhibridisasi) menghasilkan empat orbital baru yang identik. Orbital-orbital baru tersebut
dinamakan obital sp3. Energinya lebih rendah dari pada orbital 2p. dan lebih tinggi dari pada
orbital 2s.

XI-2
2p
sp3
2s
E E
1s 1s

Promosi elektron sp3 hibrida

Gambar 11.2 Propil energi dan hibridisasi sp3

Metana adalah kasus dimana keempat elektron tersebut di atas membentuk ikatan
kovalen dengan empat atom hidrogen. Dalam interaksinya, keempat orbital tersebut
mengambil orientasi tetrahedral dengan sudut 109,50 derajat. Keadaan ini menunjukkan bahwa
geometri molekul metana adalah tetrahedral dengan sudut ikatan H-C-H = 109,5. Panjang
ikatan C-H adalah 1,10 Ao dengan kekuatan ikatan = 104 kkal/mol. Struktur/stereokimia
metana adalah tetrahedron.

Gambar 11.3. Tetrahedron Metana

11.1.2 Hibridisasi sp2 dalam Struktur Etilen


Secara sederhana struktur etilen dapat digambarkan sebagai berikut

H H H H
C::C C C
H H H H

Gambar 11.4. Konfigurasi elektron etena (struktur lewis)

Ikatan karbon-karbon dalam etilen terdiri dari dua ikatan, yaitu satu ikatan 
(sigma) dan satu ikatan ikatan  (phi). Dalam hal ini orbital 2s hanya berhibridisasi dengan
XI-3
dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2, jadi masih terdapat satu orbital p yang
tidak menagalami pembauran. Orbital-orbital sp2mengambil orientasi segi tiga sama sisi
palanar dengan sudut 1200 Pada kasus etilen terdapat satu ikatan  yang terjadi dari tumpang
tindih orbital sp2 atom-atom karbon dan satu ikatan  yang terbentuk dari tumpang tindih
antara dua orbital p dari ataom-atom karbon. Empat ikatan lainnya dalam bentuk C-H adalah
ikatan  antara sp2 dari atom karbon dengan orbital s dari atom hidrogen.
Formasi elektron hibridisasi sp2 dan interaksi orbital dalam pembentukan etena
dapat dilihat pada gambar berikut.

2p p
2
sp
E 2s
E
1s 1s

keadaan dasar sp2 hibrida

Gambar. 11.5 Profil energi sp2 hibrida

Gambar. 11.6. Tumpang tindih orbital dalam Etilen

Besarnya sudut ikatan H-C-H adalah 116,6, dan ikatan H-C-C adalah 121,7. Panjang
setiap ikatan C-H adalah 1,076 A dengan kekuatan ikatan = 103 kkal/mol. Sedangkan panjang
ikatan C=C adalah 1,33 A dengan kekuatan ikatan = 152 kkal/mol

11. 1.3 Hibridisasi sp dalam struktur asetilen


XI-4
Ikatan karbon-karbon dapat pula terjadi dalam bentuk ikatan rangkap tiga, kelompok
senyawa ini dikenal dengan nama alkuna. Alkuna yang paling sederhana adalah asetilen atau
disebut pula etuna, rumus empiris C2H2., Secara sederhana struktur etena dapat digambarkan
sebagai berikut.

H:C:::C:H atau H C C H

Gambar 11.7. Formasi elektron etuna (struktur lewis)

Dalam pembentukan ikatan rangkap tiga, masing-masing karbon mengalami


hibridisasi sp. Satu orbital 2p berhibridisasi dengan orbital 2s menghasilkan dua orbital hibrida
sp. Jadi masih ada dua orbital 2p yang tidak terlibat dalam percampuran orbital, selanjutnya
kedua orbital 2p tersebut bertumpangtindih dengan orbital 2p yang sejajar dari atom karbon
lain yang berdampingan membentuk dua ikatan . Satu ikatan  karbon-karbon terbentuk dari
tumpangtindih orbital sp dari masing-masing karbon. Selain itu terdapat lagi dua ikatan 
sebagai hasil interaksi obital s atom hidrogen dan orbital p atom karbon, sebagai  sp-s pada
C-H. Formasi elektron hibridisasi sp dan interaksi orbital dalam etuna dapat digambarkan
sebagai berikut.

2p p p
sp
2s

1s 1s

keadaan dasar sp hibrida

Gambar. 11. 8 Profil energi sp hibrida

XI-5
Gambar. 11. 9 Tumpangtindih orbital hibrida sp

Akibat interaksi orbital sp antara atom-atom karbon maka asetilen berbentuk linier
dengan sudut iaktan H-C adalah 1800, dengan panjang ikatan C-H adalah 1,06 A, dan kekuatan
ikatan sebesar 200 kkal/mol.

11.2. Alkana
Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang dirturunkan dari metana dengan ikatan sp3.
Adapun deret homolog senyawa alkana seperti terlihat pada Tabel 11. 1.
Tabel 11.1. Sepuluh homolog alkana alifatik dan jumlah isomernya

Nama jumlah Rumus Rumus Struktur Jumlah


Karbon molekul isomer

Metana 1 CH4 CH4 1


Etana 2 C2H6 CH3CH3 1
Propan 3 C3H8 CH3CH2CH3 1
Butana 4 C4H10 CH3(CH2)2CH3 2
Pentana 5 C5H12 CH3(CH2)3CH3 3
Heksana 6 C6H14 CH3(CH2)4CH3 5
Heptana 7 C7H16 CH3(CH2)5CH3 9
Oktana 8 C8H18 CH3(CH2)6CH3 18
Nonana 9 C9H20 CH3(CH2)7CH3 35
Dekana 10 C10H22 CH3(CH2)8CH3 75

Kelompok senyawa ini cukup stabil sehingga disebut juga paraffin. Berdasarkan perbandingan
C dan H pada alkana maka dapat dibuat satu rumus umum, CnH2n+2, dimana “n”
menunjukkan jumlah atom karbon. Jadi alkana dengan jumlah 5 atom karbon akan mempunyai
XI-6
hidrogen sebanyak (2 x 5) + 2, yaitu 12, sehingga rumus molekulnya menjadi C 5H12. Alkana
alifatik (rantai lurus) dinamakan alkana normal. Gugus (–CH 2-) yang berperan
memperpanjang rantai disebut gugus metilen dan deret senyawa ini dikenal sebagai deret
homolog.

11.2.1 Tatanama Senyawa Alkana


Sering ditemukan penamaan senyawa alkana didasarkan pada sumber atau
kegunaannya, namun cara ini tidak sistematik sehingga lebih banyak digunakan nama
sistematik yang disusun oleh International Union of Pure and Applied Chemistry, yang dikenal
dengan aturan IUPAC. Berdasarkan itu alkana dapat diberi nama sesuai urutan berikut :
(a). Akhiran –ana digunakan untuk semua hidrokarbon jenuh
(b). Alkana rantai lurus didasarkan pada jumlah karbon
(c). Alkana rantai cabang, penamaan didasarkan pada rantai karbon terpanjang
CH3 CH3
CH3-CH2-CH2-CH-CH3
Contoh tersebut menunjukkan rantai utmanya adalah lima karbon sehingga
disebut pentana bersubtitusi, dua karbon yang lain disebut subtituen
(d). Subtituen jenuh yang terdiri dari karbon dan hidrogen saja disebut gugus alkil, yang
penamaannya sesuai nama alkana dengan atom karbon yang sama, hanya dengan
mengganti akhiran -ana menjadi –il. Alkil dicirikan sebagai alkana yang hidrogennya
berkurang satu.
Contoh; metana CH4 menurunkan metil (CH3-), etana CH3CH3 menurunkan etil (CH3-
CH2-), propana menurunkan propil, dan seterusnya.
(e). Lokasi gugus ditunjukkan dengan nama dan nomor. Penomoran rantai utama dilakukan
sedemikian rupa sehingga subtituen pertama terletak pada nomor karbon yang paling
rendah. Bila ada dua gugus subtituen identik, maka digunakan awalan di-, jika tiga
digunakan tri- demikian juga seterusnya.
(f). Nama dituliskan dalam satu baris, nomor-nomor dipisahkan satu dengan lainnya oleh
tanda koma, sedangkan nomor dan nama dipisahkan oleh tanda garis datar. Jika
terdapat dua atau lebih subtituen, maka subtituen tersebut disusun berdasakan alfabetik.
Contoh, nama IUPAC senyawa berikut :
XI-7
CH3
CH3-C-CH2-CH-CH2-CH3
CH3 CH2-CH2-CH3
4-etil-2,2-dimetil heptana
Penggantian atom hidrogen suatau senyawa alkana dengan suatu gugus alkil akan
menyebabkan terbentuknya kedudukan baru (tipe-tipe) atom karbon yang diklasifikasikan
berdasarkan jumlah karbon lain yang terikat padanya. Berdasarkan itu, maka kedudukan
atom karbon dapat dibedakan, sebagai berikut.
(a). Atom C primer, adalah karbon yang mengikat satu karbon yang lain
(b). Atom C sekunder, adalah karbon yang mengikat dua karbon yang lain
(c). Atom C tertier, adalah karbon yang mengikat tiga karbon yang lain
(d). Atom C kuartener, adalah karbon yang mengikat empat karbon yang lain

CH3 p = primer (1o)


k t s p
CH3-C-CH2-CH-CH2-CH3 s = sekunder (2o)
t = tertier (3o)
CH3 CH2-CH2-CH3 k= kuartener (4o)
4-etil-2,2-dimetil heptana

11.2.2. Menulis rumus struktur senyawa Alkana


langkah-langkah penulisan untuk pentana C5H12, sebagai berikut.
(a). Tuliskan kelima karbon dalam rantai lurus yang dihubungkan oleh suatu garis lurus, maka
karbon karbon ujung memerlukan tiga sisi valensi lagi untuk menunjukkan valensi empat,
sedangkan karbon yang ditengah memerlukan dua sisi valensi lagi.
C-C-C-C-C
(b). Jika kekosongan valensi di atas diikatkan dengan hidrogen maka diperoleh struktur
hidrokarbon berikut.

H H H H H
H-C–C–C–C–C-H
H H H H H
n-pentana

XI-8
(c). Bentuk lain dari struktur C5H12 adalah 2-metil butana. Tuliskan rantai karbon yang lebih
pendek, yakni rangkaian empat karbon kemudian menghubungkan karbon kelima dengan
salah satu karbon yang ada ditengah rantai.
C C C C
C
(d). Jika setiap karbon masing-masing diikatkan dengan hidrogen hingga memenuhi valensi
empat, maka terdapat tiga karbon yang mengikat tiga atom hidrogen dan yang lainnya
mengikat dua dan satu hidrogen.
CH3 CH CH2 CH3
CH3
(e). Struktur lain dari C5H12 dapat dibuat dengan mengurangi rantai terpanjang menjadi tiga
karbon dan dua karbon lainnya diikatkan pada karbon yang terletak ditengah, sehingga
menyerupai cabang.
C
C C C
C
(f). Jika diisi dengan hidrogen, maka keempat karbon ujung terisi masing-masing tiga
hidrogen, sedangkan karbon yang ditenagah tidak dapat mengikat hidrogen.
H
H-C-H
H H
H C C C H
H H
H CH
H
Penggambaran ini menunjukkan bahwa C5H12 dapat dituliskan dalam tiga
bentuk struktur yang lasim dikenal dengan isomer.
11.2.3 Rumus Molekul dan Struktur Alkana
Ada beberapa cara yang lazim untuk menggambarkan rumus struktur dari senyawa
organik. Rumus struktur lengkap paling mudah dipahami namun jarang digunakan apalagi
untuk molekul dengan rantai panjang, besar. Untuk memudahkan penulis dan penggunaan
XI-9
ruang tulis yang terbatas maka sering digunakan rumus struktur yang singkat, bahkan rumus
struktur yang minimum terutama untuk senyawa organik yang bermolekul besar.
Walaupun sering digambarkan dalam garis lurus, sesungguhnya rantai karbon dari
alkana berantai lurus tersebut tidaklah lurus, melainkan mengikuti pola zig-zag. Hal ini dapat
dimengerti sebab setiap pengikatan yang terpaut dengan karbon rantai lurus haruslah mengarah
ke sudut-sudut tetrahedron.

H H H H H H
C6H12
Rumus Molekul H–C–C–C–C–C–C–H Rumus struktur lengkap

H H H H H H

CH3(CH2)4CH3
CH3–CH2–CH2–CH2–CH2–CH3 Rumus struktur singkat, semua ikatan
tidak ditulis, tanda kurung pembatas empat
Rumus struktur unit metilen (-CH2-)4 yang terikat dalam
singkat, ikatan C-H
rantai lurus
tidak ditulis

C–C–C–C–C–C
Rangka karbon
Rumus minimum: karbon berada pada
semua hidrogen dan
simpang garis sebagai CH2 , dan diujung rantai
ikatan C-H tidak
CH3 karbon dan hidrogen tidak tertulis
ditulis

Gambar 11.9. Beberapa cara penulisan rumus struktur senyawa karbon (heksana)
Karena dengan cara itu maka semua atom penyusun akan saling terpisah sejauh
mungkin, sehingga senyawa tersebut berada dalam keadaan mantap (stabil), perhatikan
struktur n-heksana dalam model bola dan tongkat, (Gambar 11.10) perlu diingat bahwa
karbon pada alkana dapat berotasi secara bebas pada ikatan tunggal karbon-karbon,
sebagaimana telah dibahas terdahulu, sehingga terdapat banyak kemungkinan konformasi

XI-10
molekul n-heksana. Namun yang paling disukai adalah bentuk memanjang seperti gambar
11.10 sebab efek strik (hambatan ruang) paling minimal sehingga lebih stabil.

Gambar 11.10. Struktur heksana rantai lurus, model bola-tongkat

11.2.4 Isomeri dan Konformasi Senyawa Alkana

11.2.4.1. Isomer Senyawa Alkana


Senyawa alkana yang mempunyai empat atau lebih atom karbon dapat dituliskan
dalam beberapa rumus struktur. Keadaan ini dikenal dengan istilah isomer. Butana dengan
rumus molekul C4H10 diperoleh dalam dua macam hidrokarbon yang berbeda. Empat atom
karbon dalam butana dapat dihubungkan dalam satu rantai lurus atau salah satu dari atom
karbon tersebut merupakan cabang dari rantai lurus tadi. Kedua macam isomer butana
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika yang agak berbeda, n-butana mendidih pada –0,5 0C,
dan isobutana mendidih pada –120C. Demikian pula senyawa karbon dengan jumlah atom
karbon lima, enam, tujuh dan seterusnya berturut-turut memiliki isomer yang lebih banyak,
seperti yang lihat pada Tabel 11.1.
CH3–CH2–CH2–CH3 CH3–CH–CH3
CH3
n-butana
2-metil propane

11.2.4.2. Konformasi Alkana


Dalam rantai terbuka, ikatan antara karbon-karbon dalam alkana dapat berputar
secara bebas melalui sumbu ikatan sigma. Oleh sebab itu, dalam suatu alkana rantai

XI-11
terbuka atom-atomnya dapat memiliki sejumlah tak terhingga posisi relatif (dalam ruang
tiga dimensi). Sebagai contoh molekul etana dapat memiliki penataan atom-atonya dalam
ruang secara berlain-lainan. Penataan tersebut dikenal dengan istilah konformasi. Dalam
pembahasan selanjutnya mengenai konformasi akan digunakan model proyeksi Newmann
dari Ohio State University. Proyeksi sangat berguna untuk menggambarkan konformasi.
Pada proyeksi Newmann, kita melihat ikatan karbon-karbon dari salah satu ujung rantai.
Ikatan-ikatan pada karbon di depan bersumber dari pusat lingkaran, sedangkan semua
ikatan pada karbon di belakang digambarkan dimulai dari garis lingkar keluar. Karena
adanya rotasi mengelilingi ikatan sigma, maka suatu molekul dapat memiliki berapapun
konformasi terhadap suatu konformasi yang paling stabil. Konformasi yang paling stabil itu
disebut konformer. Konformasi bukanlah isomer karena antara satu dengan yang lain dapat
dipertukarkan. Konformasi adalah sekedar orientasi ruang yang berbeda-beda dari molekul
yang itu-itu juga.
Sebagai contoh kita gunakan model etana. Etana dapat menghasilkan sekian banyak
konformasi. Terdapat dua konformasi yang ekstrim yakni konformasi bersilang (staggered
comformation) dan komformasi berimpit (eclipsed comformation). Konformasi bersilang,
setiap ikatan C-H dari satu atom karbon menyilang sudut H-C-H karbon yang lain, atau
dapat dipandang bahwa atom-atom yang terikat pada atom karbon yang satu terletak di
antara atom-atom yang terikat pada atom karbon yang lain. Konformasi berimpit, tiap
ikatan C-H dari satu atom karbon sejajar dengan ikatan C-H berikutnya, atau dapat
dikatakan bahwa atom-atom yang terikat pada atom karbon yang satu terletak tepat
dibelakang atom-atom yang terikat pada atom karbon yang lain. Konformasi bersilang lebih
disukai daripada konformasi berimpit, pada suhu kamar 99% dari molekul etana berada
dalam konformasi bersilang. Konformasi berimpit dari etana kira-kira 3 kkal/mol kurang
stabil (lebih tinggi energinya) dibandingkan konformer goyang (bersilang), karena adanya
tolak menolak antara elektron-elektron ikatan. Dengan memutar salah satu karbon sebesar
600 kita dapat merubah konformasi bersilang menjadi konformasi berimpit, begitupun
seterusnya, konformasi berimpit dapat berubah menjadi konformasi bersilang dengan
pemutaran 600. Untuk berotasi dari konformasi bersilang ke konformasi berimpit, molekul
etana memerlukan 3 kkal energi.

XI-12
Gambar 11.11. Konformasi ekstrim dari etana, bersilang (stagerred) dan berimpit
(eclipsed) dan profil energinya.

Gambar 11. 11 menunjukkan dua jenis konformasi yang dapat dicapai jika etana diputar
dari 0o s/d 180o dengan sudut putar 60o. Posisi 0o, 120o, 240o, 360o menunjukkan besarnya
energi konformasi stegger. Sedangkan pada posisi 60o, 180o, 360o menunjukkan tingginya
energi konformasi eklips.

11.2.5. Sifat Fisik Alkana


Alkana merupakan senyawa non-polar, oleh karena itu tidak dapat bercampur dengan
air. Berat jenis alkana umumnya lebih rendah dari pada air sehingga bila dicampur dengan air
akan membentuk larutan berlapis dan alkana selalu terapung dibagian atas dan air bahagian
bawah. Alkana rantai pendek seperti metana, etana dan propana merupakan komponen utama
gas alam. Demikian juga minyak bumi cair merupakan campuran yang didominasi oleh
alkana. Titik didih alkana menaik sesuai dengan pertambahan panjang rantai karbonnya. Hal
ini menjadi dasar pemisahan fraksi minyak bumi melalui teknik penyulingan.

Tabel 11.2. Rentang titik didih Beberapa fraksi penting Minyak Bumi

XI-13
Nama Rantai Karbon Rentang titik didih

Eter petrolium C5 – C7 30 - 60
Bensin C9 – C 10 40 - 200
Minyak Tanah C8 – C14 175 - 325
Minyak Gas C12 – C18 > C 275
Minyak Pelumas > C 18 > C 275

11.2.6. Sifat Kimia Alkana


Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang stabil, kurang reaktif. Tidak bereaksi dengan
kebanyakan asam, basa, oksodator dan reduktor. Karena itu alkana banyak digunakan sebagai
pelarut senyawa-senyawa non polar. Namun demikian pada kondisi khusus alkana dapat
mengalami reaksi. Reaksi subtitusi dan oksidasi merupakan jenis reaksi yang umum terjadi
pada alkana.

a. Oksidasi kuat
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
2CO + O2 2CO2 + 212,8 kkal/mol
Reaksi ini yang mendasari penggunaan hidrokarbon sebagai sumber
energi (BBG dan BBM)

b. Subtitusi
Reaksi ini spesifik untuk senyawa alkana, umumnya terjadi dengan halogen
(halogenasi), reaksi ini dapat berlangsung secara berantai jika ada katalisator ultrafiolet.
Sebagai contoh ditunjukkan reaksi klorinasi di bawah ini.
Cl2/hv
CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl (metilklorida)
Cl2/hv
CH2Cl2 + HCl (metilen klorida)
Cl2/hv
CHCl3 + HCl (kloroform)
Cl2/hv
CCl4 + HCl tetralorometan

c. Pirolisis = Cracking

XI-14
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000C tanpa oksigen, akan dihasilkan alkana
dengan rantai karbon lebih pendek

CH4 2 H2 + C
CH3–CH2–CH3 1. H2 + C3H6
2. CH4 + C2H4
CH3–CH2–CH2–CH3 1. H2 + C4H5
2. CH4 + C3H6
3. C2H6 + C2H6

Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan karbon-black.
Proses pirolisasi juga digunakan untuk memperbaiki struktur bahan bakar minyak, yaitu
berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan senyawa alkena yang
dipergunakan sebagai bahan pembuatan plastik.

11.2.7. Pembuatan (sintesis) Alkana

2.7.1.Cara khusus
Cara khusus yang dimaksud adalah cara pembuatan metana :
a. metana dapat diperoleh dari pemanasan unsur-unsurnya pada temperatur 12000C
C + 2 H2 CH4
b. Metana dapat diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari senyawa CS 2 , H2S dan
logam Cu, ini dikenal sebagai metode Berhelot.

CS2 + 8Cu + 2 H2S 4 Cu2S + CH4


c. Metana dapat diperoleh dari pemberian air pada aluminium karbida
Al4C3 + 12 H2O 4 Al(OH)3 + 3CH4
d. Reduksi katalis dari karbon monoksida dan hidrogen akan menghasilkan metana

CO + 3 H2 CH4 + H2O
e. Metana dapat dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat
(KOH/NaOH) tanpa adanya air.

CH3COOH + NaOH CH4 + Na2CO3

XI-15
2.7.2. Cara Umum

a. Alkana dapat diperoleh dari reduksi alkil halida dengan logam, misalnya logam Zn
(campuran Zn + Cu) atau logam Na dan Alkohol

C2H5Cl C2H6 + HCl

b. Alkana dapat diperoleh dari alkil halida melalui terbentuknya senyawa grignard
kemudian dihirolisis.

C2H5Br+ Mg C2H5 – Mg – Br

C2H5 – MgBr + H2O C2H6 + Mg (OH) Br

c. Alkana dapat diperoleh dari alkil halida oleh logam Na (reaksi Wurtz), dimana
alkana yang dihasilkan mempunyai atom karbon dua kali lebih banyak dari atom
karbon alkil halida yang digunakan

2C2H5Cl + 2Na C2H5– C2H5 + 2 NaCl

11. 3. Alkena
Sebagaimana yang telah diuraikan pada pendahuluan bab. ini, bahwa kelompok alkena
memiliki ikatan ganda dua karbon-karbon dengan hirida sp2 dan memiliki ikatan “phi”( ).
Geometri molekulnya adalah trigonal palanar dengan sudut ikatan 120, dan panjang ikatan
karbon-karbon adalah 1,33 Ao. Perbandingan karbon dan hidrogen dapat ditandai dengan
rumus empirik CnH2n. Kadangkala dijumpai alkena mengandung lebih dari satu ikatan
rangkap, dikenal sebagai alkadiena, -triena, -tetraena, -poliena untuk dua, tiga, empat, banyak
ikatan ganda dua.
Jika dalam satu senyawa memiliki lebih dari satu ikatan ganda, maka strukturnya dapat
dikelompokkan berdasarkan letak ikatan-ikatan ganda tersebut. Bila ikatan-ikatan gandanya
bersebelahan antara satu dengan yang lain disebut terakumulasi, jika ikatan-ikatan ganda
berselang karena diantarai oleh ikatan tunggal, dinamakan ikatan ganda terkonyugasi, dan bila
ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh dua atau lebih ikatan tunggal, disebut
ikatan ganda terisolasi. Ikatan ganda yang terkonyugasi adalah ikatan ganda yang paling stabil
oleh karenanya paling banyak ditemukan di alam dengan berbagai sifat yang menarik.

XI-16
C=C=C C=C C=C C=C C C=C
Terkumulasi terkonyugasi terisolasi

11.3.2 Tatanama Alkena


Penamaan alkena menyerupai cara-cara penamaan alkana, kecuali tambahan untuk
menyatakan letak dari ikatan ganda dua, sebagai berikut
(a). Ikatan ganda dua diberi akhiran ena untuk satu ikatan ganda, triena,
tetraena untuk dua dan tiga ikatan ganda dua, begitu juga selanjutnya.
(b). Penomoran sedemikian rupa sehingga ikatan ganda terletak pada karbon
dengan bilangan terendah.
(c). Nomor yang menunjukkan ikatan ganda dituliskan didepan nama senyawa.
CH3-CH2-CH2=CH2-CH3 CH3-CH=CH2-CH3
CH3
2-pentena 2-metil-2-butena

11.3.3 Isomer Pada Alkena


Selain menghasilkan isomer struktur, alkena dapat pula menimbulkan isomer
geometrik, notasi cis dan trans. Hal ini disebabkan oleh karena ikatan ganda tidak dapat
berputar secara bebas. Contoh di bawah ini menunjukkan adanya dua jenis isomer yakni
isomer struktur dan isomer geometrik untuk senyawa C4H8.

CH3 CH3 H CH3


CH2=CH-CH2-CH3 CH2=C-CH3 C=C C=C
CH3 H H CH3 H
1-butena 2-metil propena cis-2-butena trans-2-butena

Pada contoh kasus di atas terlihat ada tiga isomer struktur yaitu 1-butena, 2-butena dan
2-metil propena, selain itu terdapat pula dua isomer geometrik yakni cis-2-butena dan trans-2-
butena
11.3.4. Reaksi Alkena

XI-17
Kalau alkana menjalani reaksi subtitusi maka alkena menjalani reaksi adisi yang
merupakan reaksi spesifik untuk hidrokarbon tak jenuh, termasuk alkena. Dalam reaksi adisi
ini, terjadinya pemutusan ikatan rangkap karbon-karbon disebabkan oleh karena pecahnya
ikatan  yang terpaut dalam ikatan ganda tersebut, sedangkan ikatan  tetap. Hal ini
dikerenakan kekuatan ikatan  relatif lebih lemah dibandingkan dengan ikatan .
Bebrapa contoh reaksi adisi etena sebagai model, dapat dilihat berikut
a. Hidrogenasi
Pt
CH2=CH2 + H2 CH3-CH3
etena etana
b. Halogenasi
Adisi ini dapat berupa brominasi, klorinasi, iodisasi jika melibatkan brom, klor dan
iod. Reaksi ini dapat berlangsung dengan mudah dan spontan dalam suhu kamar.

CH2=CH2 + Br2 Ni CH2Br-CH2Br


etena 1,2-dibromo etana

c. Hidrasi
Adisi ini memerlukan asam sebagai katalisator. Metode ini digunakan dalam sintesis
alkohol, termasuk untuk keperluan komersial.

CH2=CH2 + H2O H+ CH3-CH2OH


etena Etanol

d. Adisi Asam terhadap alkena tak simetris


Asilasi terhadap ikatan ganda berlangsung spontan, jika digunakan asam halida akan
menghasilkan senyawa organo halida. Untuk alkena tak simetris adisi didasrkan pada
postulat Vladimir Markovnikov berbunyi; Jika pereaksi tak simetrik beradisi pada
alkena tak simetrik pula, maka bagian elektropositif dari pereaksi beradisi pada atom
karbon dari ikatan ganda dua yang mengandung atom hidrogen terbanyak.
Berkaitan dengan ini maka senyawa alkena maupun pereaksinya harus dapat dibedakan
atas posisi simetrik dan tak simetrik. Istilah simetrik jika unsur-unsur yang terikat pada
kedua karbon pembentuk ikatan ganda dua adalah sama (ekivalen), jika kedua belah
pihak karbon tersebut tidak ekivalen maka molekulnya tak simetrik. Jika suatu alkena
XI-18
tak simetrik direaksikan dengan pereaksi tak simetrik pula, maka akan diprediksi dua
macam hasil reaksi, sedangkan jika alkena dan atau pereaksinya bersifat simetrik maka
hasilnya hanya satu macam saja. Perhatikan contoh di bawah :

Reaksi alkena simetrik

CH3-CH=CH-CH3 + HCl a. CH3-CHCl-CH2-CH3

b. CH3-CH2-CHCl-CH3

Reaksi di atas menunjukkan hanaya satu hasil walaupun dua jalan. Baik hasil a
maupun hasil b sama saja, adalah 2-klorobutana. Tidak berlaku hukum Markovnikov

Reaksi alkena tak simetrik

CH3-CH=CH2 + HCl a. CH3-CH-CH3


propena Cl
(alkena tak simetrik) 2-kloropropana

b. CH3-CH2-CH2Cl
kloropropana

Kasus reaksi di atas menunjukkan ada dua hasil reaksi yang berbeda, dan hasil
utamanya adalah 2-kloropropana. Hasil ini sesuai hukum Markovnikov yang berlaku
pada reaksi alkena tak simetrik.

e. Hidroborasi
Reaksi reduksi ini banyak dimanfaatkan dalam sintesis, dengan menggunakan senyawa
BH3. Boron akan terikat pada karbon ikatan rangkap yang mengandung subtitusi paling
sedikit.

R-CH=CH2 + H-BH2 R-CH2-CH2-BH2


f. Oksidasi
KMnO4 adalah oksidator yang umum digunakan, berfungsi menyerap elektron  pada
ikatan ganda dua, reaksi ini dicirikan dengan perubahan warna permanganat dari warna
ungu menjadi coklat, terbentuk MnO2.
CH3-CH=CH-CH3 + KMnO4 CH3-CH--CH-CH3

XI-19
2-butena OH OH
2,3-butadiol

g. Ozonolisis
Reaksi antara alkena dengan ozon (O3) menghasilkan senyawa antara ozonida, dengan
bantuan suatu reduktor (biasanya Zn dalam suasana asam), akan menghasilkan
senyawa karbonil.

CH3 CH3 CH3 CH3 CH3 CH3


O
C C + O3 C C C=O + O=C
H CH3 H O O CH3 H CH3
Alkena ozonida aldehid keton

f. Reaksi diena
Diena terisolasi

CH2=CH–CH2–CH=CH2 + HCl CH3–CHCl–CH2–CH=CH2


1,2-pentadiena 4-kloropentena

Diena terkonjugasi
(a)
CH2=CH–CH=CH2 + HCl X CH3–CHCl–CH=CH2
1,3-butadiena 3-klorobutena

(b)
CH3–CH=CH–CH2Cl
Kloro-2-butena

Hasil reaksi adalah (b) bukan (a), hal ini terjadi karena adanya delokalisasi elektron π,
mengalami konjugasi.

 
CH2=CH–CH=CH2 + HCl CH3–CH–CH=CH2 CH3–CH=CHCH2
1,3-butadiena
Cl 

CH3–CH=CH2–CH2Cl
Kloro-2-butena

11.3.5. Pembuatan Alkena (sintesis)


Ada beberapa cara untuk mensintesis senyawa alkena :
XI-20
a. Dehidrasi Alkohol dengan Katalis Asam sulfat

CH3–CH2=CH2–OH H2SO4 CH3–CH=CH2 + H2O


propanol propena

b. Dehalogenasi Alkil halida dengan basa kuat

CH3–CH2–CH2Cl KOH CH3–CH=CH2 + KCl + H2O


alkohol
kloropropana propena

d. Dehalogenasi terhadap dihalida yang terikat pada atom karbon yang bersebelahan

CH3–CHBr–CH2Br + Zn CH3–CH=CH2 + ZnBr2

11.3.5 Alkuna
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa alkuna dilambangkan dengan ikatan
ganda tiga sebagai hibrida sp. Ikatan karbon-karbon terdiri dari satu ikatan  dan dua ikatan .
Panjang iktan C-C ganda tiga 1,21 Ao lebih pendek jika dibanding dengan alkena dan alkana.
Hal ini memberi gambaran.bahwa tiga pasang elektron di antara dua atom karbon menarik
kedua intinya menjadi lebih dekat, dibanding dengan dua pasang elektron pada alkena. Karena
geometrinya linier maka senyawa alkuna tidak melahirkan isomer geometri cis-trans.

11.3.5.1.Keasaman Alkuna

H H
C C C C C H
HH H H

sp3 sp2 sp

25%, s 33,3 %, s 50 %, s
75%, p 66,6 %, p 50 %, p

keasaman meningkat
Keasaman alkuna dapat ditinjau dari aspek orbital hibridisasi. Pada karbon yang
memiliki karakter s lebih besar dan karakter p lebih kecil keasamannya lebih besar. Demikin

XI-21
halnya pada alkuna dengan karakter s 50%, lebih besar dari pada karakter s 33,3% pada alkena
dan hanya 25% pada alkana.
Pada alkuna orbital-orbital s berada lebih dekat dengan inti atom dibanding dengan
orbital p. dengan demikian, elektron-elektron ikatan pada C-H paling dekat dengan atom
karbon sehingga protonnya dengan mudah diambil aleh basa. Oleh karena itu alkuna dapat
mengalami reaksi subtitusi.

11.3.5.2 Reaksi adisi pada Alkuna


a. Subsitusi
Atom hidrogen dari asetilen maupun turunannya dapat disubsitusikan oleh logam. Ag,
Na, atau Cu. Reaksi ini sekaligus menunjukkan sifat keasaman dari asetilen.

1. HCCH + Cu2Cl2 + 2NH4OH 2NH4Cl + H2O + CuCCCu


asetilen Cupro asetilen

2. HCCH + 2 Ag Ag–CC–Ag + 2H+


asetilen Perak asetilen

3. HCCH + NaNH2 HCCN+ + NH3


asetilen sodium asetilen

b. Addisi
Reaksi adisi yang terjadi pada alkena dapat pula berlangsung pada alkuna, namun
kapasitasnya lebih besar. Adisi melalui mekanisme trans karena lebih stabil dengan efek ruang
yang kecil.

1. Brominasi
Br Br
H Br
Br2 C=C Br2 H C=C H
H–CC–H
Br H
Br Br
Trans-1,2-dibromoetena 1,1,2,2-tetrabromoetane

2. Hidrogenasi
Reduksi asetilen mula-mula menghasilkan etilen kemudian menghasilkan etana
H2 H2
CHCH–H XI-22
CH2=CH CH3–CH3
Pt 2
Pt
asetilen etilen etana
3.Hidrasi
Addisi alkuna dengan air tidak hanya memerlukan katalis asam melainkan juga ion
raksa. Ion raksa membentuk kompleks dengan ikatan ganda tiga dan mengaktifkannya
untuk beraddisi. Walaupun reaksinya serupa dengan alkena hasil awalnya adalah vinil
alkohol atau enol yang tidak mantap dan selanjutnya mengadakan penataan ulang

OH O
CHCH–H + H–OH R–CH=CH2 R–C–CH3

asetilen Vinil alkohol Keton


atau enol
c. Polimerisasi
Asetilen jika dipanaskan dalam temperatur tinggi akan mengalami polimerasi
membentuk berbagai senyawa, tergantung pada temperatur dan katalisator yang
digunakannya.

3C2H2 C6H6
polimerasi benzen

1.

2C2H2 Cu
2. CH2=CH–CCH
NH4Cl
Vinil asetilen
Cu
3. 3C2H2 CH2=CH–CC–C=CH2
NH4Cl
divinil asetilen

11.3.5.3. Sintesis Alkuna


a. Asetilen dapat dihasilkan dari Kalsium dengan air

C + CaO CaC2 + CO
+ H2O
CaCoHI2 + C2H2

b. Alkilhalida dengan KOH dalam alkohol

CH3–CH2–CH2Br + 2KOH XI-23 CH3–CCH + 2KBr + 2H2O


c. Alkiltetrahalida dengan logam aktif
CH3–CBr2–CHBr2 + 2Zn CH3–CCH + 2ZnBr2

d. Dari Iodoform dengan perak


CHCl3CHCl3 + 6 Ag HCCH + 6 AgCl

2.3.4. Beberapa Manfaat Asetilen


- Bila dibakar dengan oksigen menghasilkan panas/temperatur tinggi, oleh karenanya
digunakan untuk mengelas logam.
- Pada pembakaran dengan udara dapat menghasilkan nyala yang terang, baik untuk
penerangan
- Dapat digunakan dalam pembuatan dalam karet sintesis (neopren)
- Dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan asam asetat, melalui etanal
kemudian dioksidasi

11.4. Hidrokarbon Siklik


Senyawa hidrokarbon siklik banyak dijumpai sebagai komponen kimia bahan alam,
seperti senyawa terpen siklik, steroid dan lain-lain. Ujung-ujung rantai suatu hidrokarbon
rantai lurus dapat tergabungkan membentuk suatu rantai karbon yang tertutup atau cincin.
Jika atom-atom pembentuk cincin semua terdiri dari karbon maka dikenal sebagai alisiklik,
namun jika terdapat satu atau lebih atom lain (selain karbon) sebagai penyusun rantai utama
dari cincin tersebut maka disebut dengan heterosiklik. Selanjutnya apabila rantai karbon
siklik yang bersangkutan berupa hidrokarbon jenuh maka disebut sikloalkana, dan jika
terdapat ikatan rangkap maka disebut dengan sikloalkena.
Jika dibandingkan dengan alkana rantai terbuka dengan jumlah atom karbon yang
sama, maka sikloalkana memiliki atom hidrogen lebih sedikit (kurang dua), dengan formula
CnH2n , menyerupai alkena.

11.4.1. Tatacara penulisan dan penamaan hidrokarbon siklik

XI-24
Di bawah ini disajikan beberapa senyawa siklik yang sederhana dan tata cara
penamaannya. Penulisan senyawa hidrokarbon siklik yang lazim, adalah dengan
menggambarkan satu sistem siklik tanpa menuliskan atom karbon hidrogennya, kecuali
terdapat hetero atom.

H2C CH2 H2C CH2


H2C
CH2 CH2
H2C CH2
standar lazim lazim
standar

Gambar 11.12. Penulisan hidrokarbon siklik, cara standar dan lazim

Penamaan hidrokarbon siklik didasarkan pada jumlah atom karbon sebagaimana


hidrokarbon rantai lurus dan ditambah awalan kata siklo. Penomoran diperlukan jika
terdapat lebih dari satu subtituen terikat pada cincin

. CH3
CH3 CH3
1
6 CH3 CH3 6 2
5 1
CH3 5
4
3
4
3
2 CH3 Br
CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil 1,2,4-trimetil 3-bromo-1-metil
sikloheksana sikloheksana sikloheksana sikloheksena

Penomoran didasarkan pada subtituen, sedemikian rupa sehingga subtituen berada


pada nomor-nomor terendah, demikian juga ikatan rangkap selalu menjadi patokan awal
penomoran. Subtituen disebutkan lebih awal mendahului nama induk, dan jika terdapat dua
atau lebih subtituen yang berbeda maka masing-masing subtituen disebutkan berturut-turut
berdasarkan abjad dilihat dari huruf awal subtituen tersebut.

11.4.2. Isomer pada sikloalkana


Selain pembentukan isomer struktur, maka pada hidrokarbonsiklik juga dapat
membentuk isomer geometrik “ Cis, Trans” sebagaimana ditemukan pada senyawa alkena.
Isomer geometrik ini dapat terbentuk pada hidrokarbon siklik karena ikatan karbon-

XI-25
karbonnya tidak dapat berputar secara bebas. Sebagi contoh, dimetil siklo propana memiliki
dua isomer struktur yakni 1,1-dimetil siklopropana dan 1,2-dimetil siklopropana. 1,2-
dimetil siklopropana sendiri memeliki dua isomer geometrik yakni trans 1,2-dimetil
siklopropana dan cis 1,2–dimetilsiklopropana. Jadi jumlah isomer dimetil siklopropana
adalah tiga.

CH3 CH3 CH3 CH3 CH3

CH3 CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana Trans 1,2-dimetilCH3 Cis 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana
Gambar 11.13. Isomer sterutur dan isomer geometrik dimetil siklopropana

11.4.3. Tarikan dan Kestabilan Cincin


Pada umumnya sikloalkana mengalami tegangan dalam molekul karena terjadinya
deviasi sudut molekul dibandingkan sudut tetrahedron normal. Semakin jauh deviasi sudut
molekul dari sudut 109,5 semakin besar tegangan dalam molekul semakin tidak stabil
molekul tersebut. Berdasarkan ketentuan itu, maka dapat dijelaskan mengapa siklopropana
sangat tidak stabil dengan sudut 60o dan sangat mudah putus membentuk propana rantai
lurus. Demikian pula halnya penyebab ketidak stabilan pada siklo butana sudut 90 o, dan
siklopentana 105o lebih stabil, deviasi sudut lebih kecil. Seandainya molekul sikloheksana
palanar (datar) maka sudut-sudutnya 120o melampaui sudut 109,5 dan lagi pula atom-atom
hidrogennya tereklipskan antara satu dengan yang lain, tentu saja sangat tidak stabil.

CH2
+ HBr CH3–CH2–CHBr
CH2 CH2
bromopropana
siklopropana
Kenyataanya sikloheksana ternyata mempunyai tegangan dalam molekul paling
kecil, sebab cincin sikloheksana tidak palanar (tidak datar). Akibat adanya tarikan cincin
maka sikloheksana mengalami tekukan molekul membentuk struktur konformasi kursi,
akibatanya sudut-sudut molekulnya bukan 120o melainkan 109o,5’ (tetrahedron), lagi pula
atom-atom hidrogen pada sikloheksana dalam bentuk konformasi berkedudukan steggered
XI-26
(goyang) antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan
sikloheksana adalah sikloalkana yang paling satabil dan paling banyak dijumpai pada
senyawa bahan alam.

H H H H
goyang
tereklipskan
H H H H
H H H
H H H H H
H H H
H H H
datar H H
tertekuk

Gambar 11.14. Sikloheksana struktur datar (tidak stabil), dan struktur tertekuk
(konfornasi) yang satabil.

11.5. Hidrokarbon Aromatik


Senyawa aromatik merupakan kelompok tersendiri dalam kimia organik, memiliki sifat
yang berbeda dengan kelompok alifatik, sangat stabil. Aromatak berasal dari kata aroma yang
berarti harum, tetapi tidaklah berarti bahwa semua senyawa aromatik berbau harum. Defenisi
aromatik lebih dimaksudkan kepada sifat kimianya yang dicirikan oleh ikatan rangkap
terkonyugasi secara sempurna dalam cincin. Jumlah elektron  yang terdelokalisasi dalam
cincin, harus sesuai dengan hukum Huckel dalam rumus;
Elektron  = 4n + 2, dimana n = 0, 1, 2, 3 …(bil.bulat)
Benzena memiliki 6 ( 3 pasang) elektron , sehingga 6 = 4n + 2 jadi n = 1. Tiga
pasang elktron  dalam benzena terdelokalisasi secara sempurna dalam cincin segi enam.
Senyawa yang menyerupai sifat benzena tersebut digolongkan sebagai senyawa aromatik.
Beberapa senyawa aromatik sederhana dapat ditulis sebagai berikut.

Benzena Naftalena Fenantrena Antrasena

11.5.1. Pandangan Teori Resonansi

XI-27
Rumus empiris benzena C6H6, masalahnya bagaimana menuliskan rumus struktur
benzena Semula kekule meramalkan struktur benzena sebagai sikloheksatriena dalam
kesetimbangan.

Gambar 11.15. Sikloheksatriena hipotetis

Namun karena panjang ikatan dalam molekul benzena semua sama 1,39 A, dan
benzena adalah senyawa tunggal (tidak mempunyai isomer), maka ikatan delokal dalam
benzena ditulis dengan struktur resonansi sebagai berikut.

Gambar 11.16. Bentuk-bentuk resonansi bensena

Banyak ikatan  dan ikatan  pada kedua bentuk resonansi yang dituliskan di atas
adalah sama, hanya letak/posisi ikatan -nya yang berbeda, menunjukkan bahwa keduanya
ekivalen, dan mempunyai kontribusi yang sama terhadap hibrida resonansi (rumus
sebenarnya).
Semua atom karbon pada cincin benzena adala hibrida sp2 yang berikatan dengan tiga
atom tetangganya, yakni dua karbon dan satu hidrogen. Tiap-tiap karbon tersebut menyisakan
satu elektron pada orbital p yang kemudian bertumpang tindih dengan orbital p dari masing-
masing karbon tetangganya, membentuk ikatan  yang dapat berkonyugasi.

XI-28
Gambar 11.17. Tumpangtindih orbital p dan pembentukan ikatan  pada benzena

11.5.2. Tatanama Senyawa Aromatik


Selain nama sistematika, banyak digunankan nama umum dalam penamaan benzena.

CH3 CH=CH2 OH NH2

Toluena
stirena fenol anilin
Toluena

Penamaan yang didasarkan pada benzena, benzen mengandung subtitusi dianggap turunan
benzena, seperti.

Br NO2 COOH SO3H

bromobenzena Nitrobenzena Asam benzoat Asam bensensulfonat

Istilah orto (o), para (p) dan meta (m) digunakan untuk benzen yang mengandung subtitusi
lebih dari satu.

CH3
CH3 CH3
Br

Br Br
o-bromo toluena
m-bromo toluena
p-bromo toluena
XI-29
Istilah orto digunakan untuk dua subtituen yang berdampingan, meta jika subtituen tersebut
berselang satu atom karbon dan para jika berselang dua atom karbon.

11.5.3. Energi Resonansi pada Benzena


Energi resonansi adalah besarnya energi yang digunakan benzena untuk
mendelokalisasikan elektronnya atau beresonansi. Besarnya energi resonansi benzena 36,0
kkal/mol, dapat dihitung melalui diagram berikut.

36,0

55,4
85,8

49,8
28,6

Gambar. 11.18. Diagram perhitungan energi resonansi

Hidrogenasi sikloheksena menghasilkan sikloheksana memerlukan kalor hidrogenasi


28,6 kkal/mol. Berarti sikloheksadiena memerlukan kalor hidrogenasi 2 x 28,6 = 57,2
kkal/mol, namu kenyataan hanya 55,4 kkal/mol. Demikian halnya jika sikloheksatriena
(hipotetis) dihidrogenasi mestinya memerlukan kalor hidrogenasi 3 x 28,6 = 85,8 kkal/mol,
ternyata kalor hidrogenasi untuk sikloheksena dengan tiga ikatan rangkap, hanya sebesar 49,8
kkal/mol. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada energi sebesar 85,8 – 49,8 = 36 kkal/mol
yang tersisa. Energi tersebut yang digunakan oleh elektron π beresonansi dalam cincin bensena
dan disebut Energi Resonansi Benzena

11.5.4. Reaksi Subtitusi Elektrofilik Pada Aromatik


Walaupun benzena memiliki tiga ikatan rangkap namun tidak mengalami reaksi adisi
sebagaimana pada alkena. Reaksi benzena adalah subtitusi menyerupai reaksi alkana.
XI-30
Kenyataan ini dimungkinkan karena ikatan rangkap pada benzena mengalami delokalisasi
sepanjang resonansinya, hal ini mengakibatkan benzena menjadi stabil dan tidak mengalami

Br
1. + Br2 FeBr3 + HBr Brominasi

Bromobenzena
NO2
2. + HNO3 H2SO4 + H2O Nitrasi

Nitrobenzena
SO3H

3. + H2SO4 SO3 + H2O Sulfonasi

benzensulfonat

CH3
4. + CH3Cl AlCl3 + HCl Alkilasi

Toluen
Gambar. 11.19. Beberapa reaksi subtitusi elektrofilik benzena

reaksi adisi. Oleh karena benzena mengandung banyak elektron sehingga reaksinya hanya
mungkin dengan pereaksi yang menyenagi elektron (elektrofil), karena itu dikenal dengan
subtitusi elektrofilik. Reaksi subtitusi benzena dapat berlangsung jika ada katalisator
diantaranya reaksi brominasi, nitrasi, sulfonasi, dan metilas (Gambar 11. 19). Beberapa jenis
reaksi substitusi pada inti aromatik yang lain yaitu klorinasi atau secara umum adalah jenis
halogenasi, etilasi, propilasi, dan lain-lain yang dikelompokkan ke dalam reaksi alkilasi.
Umumnya reaksi-reaksi substitusi berlangsung pada suhu rendah yaitu sekitar 0-50 oC.

XI-31

Anda mungkin juga menyukai