SENYAWA HIDROKARBON
Sasaran pembelajaran dari bab ini adalah mahasiswa mampu:
1. Mengetahui karakateristik senyawa hidrokarbon: hibridisasi C, geometri molekul
2. Menuliskan rumus struktur senyawa alkana, alkena dan alkuna
3. Mengetahui sifat kimia dan reaksi senyawa alkana, alkena dan alkuna
4. Menjelaskan sifat-sifat hidrokarbon siklik dan aromatik
11.1 Pendahuluan
Istilah hidrokarbon yang dimaksudkan adalah berbagai formasi persenyawaan murni
antara hidrogen dengan karbon. Kelompok senyawa yang dimaksudkan dalam bab ini, anatara
lain adalah alkana, alkena dan alkuna, termasuk pula hidrokarbon siklik dan hidrokarbon
aromatik Jika persenyawaan hidrokarbon telah mengandung unsur lain selain hidrogen dan
karbon, maka senyawa tersebut dikelompokkan sebagai senyawa gugus fungsional, akan
dibahas pada bab berikutnya. Pada awal bab. ini akan diuraikan mekanisme pembentukan
senyawa hidrokarbon ditinjau dari konsep interaksi orbital atom membentuk orbital molekul
dan konsep hibridisasi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan pengertian terhadap
pokok bahasan berikutnya.
Ikatan yang terjadi antara hodrogen dengan karbon maupun ikatan karbon-karbon
adalah ikatn kovalen. Ikatan karbon-karbon dapat terjadi melalui ikatan “sigma” ()
sepenuhnya terjadi pada hidrokarbon jenuh (alkana), dan atau ikatan “phi” seperti pada
hidrokarbon tidak jenuh (alkena & alkuna). Kedua jenis ikatan tersebut yang membengun
struktur molekul hampir disemua senyawa organik.
Penjelasan mengenai distribusi elektron dalam pembentukan senyawa hidrokarbon
dan hubungannya dengan jenis ikatan kimia yang terbentuk serta stereokimia molekul yang
dicapai dapat dijelaskan sebagai berikut.
XI-1
11.1.1 Hibridisasi sp3 dan Struktur Metana
Dalam keadaan dasar atom karbon memiliki konfigurasi elektron
1s2 2s2 2px1 2py1 2pz
Jika digambarkan dalam bentuk diagram energi maka terlihat sebagai berikut;
2p x y z
2s
E
1s
Keadaan dasar
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa atom karbon memiliki dua elektron yang tidak
berpasangan, hal ini dapat diasumsikan bahwa atom karbon hanya dapat menerima dua
elektron secara kovalen dari atom lain. Namun pada kenyataannya atom karbon yang stabil
justeru memiliki empat orbital yang masing-masing terisi elektron tunggal yang dapat
bertumpangtindih dengan empat elektron dari atom lain. Jika berikatan dengan hidrogen akan
membentuk CH4, bukan CH2
Konsep hibridisasi adalah jawaban untuk kasus tersebut di atas. Terjadi promosi
satu elektron dari 2s ke 2p, menghasilkan konfigurasi elektron yang berbeda dengan keadaan
dasar, disebut sebagai konfigurasi hibrida. Satu orbital s dan tiga orbital p bercampur
(berhibridisasi) menghasilkan empat orbital baru yang identik. Orbital-orbital baru tersebut
dinamakan obital sp3. Energinya lebih rendah dari pada orbital 2p. dan lebih tinggi dari pada
orbital 2s.
XI-2
2p
sp3
2s
E E
1s 1s
Metana adalah kasus dimana keempat elektron tersebut di atas membentuk ikatan
kovalen dengan empat atom hidrogen. Dalam interaksinya, keempat orbital tersebut
mengambil orientasi tetrahedral dengan sudut 109,50 derajat. Keadaan ini menunjukkan bahwa
geometri molekul metana adalah tetrahedral dengan sudut ikatan H-C-H = 109,5. Panjang
ikatan C-H adalah 1,10 Ao dengan kekuatan ikatan = 104 kkal/mol. Struktur/stereokimia
metana adalah tetrahedron.
H H H H
C::C C C
H H H H
Ikatan karbon-karbon dalam etilen terdiri dari dua ikatan, yaitu satu ikatan
(sigma) dan satu ikatan ikatan (phi). Dalam hal ini orbital 2s hanya berhibridisasi dengan
XI-3
dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2, jadi masih terdapat satu orbital p yang
tidak menagalami pembauran. Orbital-orbital sp2mengambil orientasi segi tiga sama sisi
palanar dengan sudut 1200 Pada kasus etilen terdapat satu ikatan yang terjadi dari tumpang
tindih orbital sp2 atom-atom karbon dan satu ikatan yang terbentuk dari tumpang tindih
antara dua orbital p dari ataom-atom karbon. Empat ikatan lainnya dalam bentuk C-H adalah
ikatan antara sp2 dari atom karbon dengan orbital s dari atom hidrogen.
Formasi elektron hibridisasi sp2 dan interaksi orbital dalam pembentukan etena
dapat dilihat pada gambar berikut.
2p p
2
sp
E 2s
E
1s 1s
Besarnya sudut ikatan H-C-H adalah 116,6, dan ikatan H-C-C adalah 121,7. Panjang
setiap ikatan C-H adalah 1,076 A dengan kekuatan ikatan = 103 kkal/mol. Sedangkan panjang
ikatan C=C adalah 1,33 A dengan kekuatan ikatan = 152 kkal/mol
H:C:::C:H atau H C C H
2p p p
sp
2s
1s 1s
XI-5
Gambar. 11. 9 Tumpangtindih orbital hibrida sp
Akibat interaksi orbital sp antara atom-atom karbon maka asetilen berbentuk linier
dengan sudut iaktan H-C adalah 1800, dengan panjang ikatan C-H adalah 1,06 A, dan kekuatan
ikatan sebesar 200 kkal/mol.
11.2. Alkana
Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang dirturunkan dari metana dengan ikatan sp3.
Adapun deret homolog senyawa alkana seperti terlihat pada Tabel 11. 1.
Tabel 11.1. Sepuluh homolog alkana alifatik dan jumlah isomernya
Kelompok senyawa ini cukup stabil sehingga disebut juga paraffin. Berdasarkan perbandingan
C dan H pada alkana maka dapat dibuat satu rumus umum, CnH2n+2, dimana “n”
menunjukkan jumlah atom karbon. Jadi alkana dengan jumlah 5 atom karbon akan mempunyai
XI-6
hidrogen sebanyak (2 x 5) + 2, yaitu 12, sehingga rumus molekulnya menjadi C 5H12. Alkana
alifatik (rantai lurus) dinamakan alkana normal. Gugus (–CH 2-) yang berperan
memperpanjang rantai disebut gugus metilen dan deret senyawa ini dikenal sebagai deret
homolog.
H H H H H
H-C–C–C–C–C-H
H H H H H
n-pentana
XI-8
(c). Bentuk lain dari struktur C5H12 adalah 2-metil butana. Tuliskan rantai karbon yang lebih
pendek, yakni rangkaian empat karbon kemudian menghubungkan karbon kelima dengan
salah satu karbon yang ada ditengah rantai.
C C C C
C
(d). Jika setiap karbon masing-masing diikatkan dengan hidrogen hingga memenuhi valensi
empat, maka terdapat tiga karbon yang mengikat tiga atom hidrogen dan yang lainnya
mengikat dua dan satu hidrogen.
CH3 CH CH2 CH3
CH3
(e). Struktur lain dari C5H12 dapat dibuat dengan mengurangi rantai terpanjang menjadi tiga
karbon dan dua karbon lainnya diikatkan pada karbon yang terletak ditengah, sehingga
menyerupai cabang.
C
C C C
C
(f). Jika diisi dengan hidrogen, maka keempat karbon ujung terisi masing-masing tiga
hidrogen, sedangkan karbon yang ditenagah tidak dapat mengikat hidrogen.
H
H-C-H
H H
H C C C H
H H
H CH
H
Penggambaran ini menunjukkan bahwa C5H12 dapat dituliskan dalam tiga
bentuk struktur yang lasim dikenal dengan isomer.
11.2.3 Rumus Molekul dan Struktur Alkana
Ada beberapa cara yang lazim untuk menggambarkan rumus struktur dari senyawa
organik. Rumus struktur lengkap paling mudah dipahami namun jarang digunakan apalagi
untuk molekul dengan rantai panjang, besar. Untuk memudahkan penulis dan penggunaan
XI-9
ruang tulis yang terbatas maka sering digunakan rumus struktur yang singkat, bahkan rumus
struktur yang minimum terutama untuk senyawa organik yang bermolekul besar.
Walaupun sering digambarkan dalam garis lurus, sesungguhnya rantai karbon dari
alkana berantai lurus tersebut tidaklah lurus, melainkan mengikuti pola zig-zag. Hal ini dapat
dimengerti sebab setiap pengikatan yang terpaut dengan karbon rantai lurus haruslah mengarah
ke sudut-sudut tetrahedron.
H H H H H H
C6H12
Rumus Molekul H–C–C–C–C–C–C–H Rumus struktur lengkap
H H H H H H
CH3(CH2)4CH3
CH3–CH2–CH2–CH2–CH2–CH3 Rumus struktur singkat, semua ikatan
tidak ditulis, tanda kurung pembatas empat
Rumus struktur unit metilen (-CH2-)4 yang terikat dalam
singkat, ikatan C-H
rantai lurus
tidak ditulis
C–C–C–C–C–C
Rangka karbon
Rumus minimum: karbon berada pada
semua hidrogen dan
simpang garis sebagai CH2 , dan diujung rantai
ikatan C-H tidak
CH3 karbon dan hidrogen tidak tertulis
ditulis
Gambar 11.9. Beberapa cara penulisan rumus struktur senyawa karbon (heksana)
Karena dengan cara itu maka semua atom penyusun akan saling terpisah sejauh
mungkin, sehingga senyawa tersebut berada dalam keadaan mantap (stabil), perhatikan
struktur n-heksana dalam model bola dan tongkat, (Gambar 11.10) perlu diingat bahwa
karbon pada alkana dapat berotasi secara bebas pada ikatan tunggal karbon-karbon,
sebagaimana telah dibahas terdahulu, sehingga terdapat banyak kemungkinan konformasi
XI-10
molekul n-heksana. Namun yang paling disukai adalah bentuk memanjang seperti gambar
11.10 sebab efek strik (hambatan ruang) paling minimal sehingga lebih stabil.
XI-11
terbuka atom-atomnya dapat memiliki sejumlah tak terhingga posisi relatif (dalam ruang
tiga dimensi). Sebagai contoh molekul etana dapat memiliki penataan atom-atonya dalam
ruang secara berlain-lainan. Penataan tersebut dikenal dengan istilah konformasi. Dalam
pembahasan selanjutnya mengenai konformasi akan digunakan model proyeksi Newmann
dari Ohio State University. Proyeksi sangat berguna untuk menggambarkan konformasi.
Pada proyeksi Newmann, kita melihat ikatan karbon-karbon dari salah satu ujung rantai.
Ikatan-ikatan pada karbon di depan bersumber dari pusat lingkaran, sedangkan semua
ikatan pada karbon di belakang digambarkan dimulai dari garis lingkar keluar. Karena
adanya rotasi mengelilingi ikatan sigma, maka suatu molekul dapat memiliki berapapun
konformasi terhadap suatu konformasi yang paling stabil. Konformasi yang paling stabil itu
disebut konformer. Konformasi bukanlah isomer karena antara satu dengan yang lain dapat
dipertukarkan. Konformasi adalah sekedar orientasi ruang yang berbeda-beda dari molekul
yang itu-itu juga.
Sebagai contoh kita gunakan model etana. Etana dapat menghasilkan sekian banyak
konformasi. Terdapat dua konformasi yang ekstrim yakni konformasi bersilang (staggered
comformation) dan komformasi berimpit (eclipsed comformation). Konformasi bersilang,
setiap ikatan C-H dari satu atom karbon menyilang sudut H-C-H karbon yang lain, atau
dapat dipandang bahwa atom-atom yang terikat pada atom karbon yang satu terletak di
antara atom-atom yang terikat pada atom karbon yang lain. Konformasi berimpit, tiap
ikatan C-H dari satu atom karbon sejajar dengan ikatan C-H berikutnya, atau dapat
dikatakan bahwa atom-atom yang terikat pada atom karbon yang satu terletak tepat
dibelakang atom-atom yang terikat pada atom karbon yang lain. Konformasi bersilang lebih
disukai daripada konformasi berimpit, pada suhu kamar 99% dari molekul etana berada
dalam konformasi bersilang. Konformasi berimpit dari etana kira-kira 3 kkal/mol kurang
stabil (lebih tinggi energinya) dibandingkan konformer goyang (bersilang), karena adanya
tolak menolak antara elektron-elektron ikatan. Dengan memutar salah satu karbon sebesar
600 kita dapat merubah konformasi bersilang menjadi konformasi berimpit, begitupun
seterusnya, konformasi berimpit dapat berubah menjadi konformasi bersilang dengan
pemutaran 600. Untuk berotasi dari konformasi bersilang ke konformasi berimpit, molekul
etana memerlukan 3 kkal energi.
XI-12
Gambar 11.11. Konformasi ekstrim dari etana, bersilang (stagerred) dan berimpit
(eclipsed) dan profil energinya.
Gambar 11. 11 menunjukkan dua jenis konformasi yang dapat dicapai jika etana diputar
dari 0o s/d 180o dengan sudut putar 60o. Posisi 0o, 120o, 240o, 360o menunjukkan besarnya
energi konformasi stegger. Sedangkan pada posisi 60o, 180o, 360o menunjukkan tingginya
energi konformasi eklips.
Tabel 11.2. Rentang titik didih Beberapa fraksi penting Minyak Bumi
XI-13
Nama Rantai Karbon Rentang titik didih
Eter petrolium C5 – C7 30 - 60
Bensin C9 – C 10 40 - 200
Minyak Tanah C8 – C14 175 - 325
Minyak Gas C12 – C18 > C 275
Minyak Pelumas > C 18 > C 275
a. Oksidasi kuat
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
2CO + O2 2CO2 + 212,8 kkal/mol
Reaksi ini yang mendasari penggunaan hidrokarbon sebagai sumber
energi (BBG dan BBM)
b. Subtitusi
Reaksi ini spesifik untuk senyawa alkana, umumnya terjadi dengan halogen
(halogenasi), reaksi ini dapat berlangsung secara berantai jika ada katalisator ultrafiolet.
Sebagai contoh ditunjukkan reaksi klorinasi di bawah ini.
Cl2/hv
CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl (metilklorida)
Cl2/hv
CH2Cl2 + HCl (metilen klorida)
Cl2/hv
CHCl3 + HCl (kloroform)
Cl2/hv
CCl4 + HCl tetralorometan
c. Pirolisis = Cracking
XI-14
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000C tanpa oksigen, akan dihasilkan alkana
dengan rantai karbon lebih pendek
CH4 2 H2 + C
CH3–CH2–CH3 1. H2 + C3H6
2. CH4 + C2H4
CH3–CH2–CH2–CH3 1. H2 + C4H5
2. CH4 + C3H6
3. C2H6 + C2H6
Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan karbon-black.
Proses pirolisasi juga digunakan untuk memperbaiki struktur bahan bakar minyak, yaitu
berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan senyawa alkena yang
dipergunakan sebagai bahan pembuatan plastik.
2.7.1.Cara khusus
Cara khusus yang dimaksud adalah cara pembuatan metana :
a. metana dapat diperoleh dari pemanasan unsur-unsurnya pada temperatur 12000C
C + 2 H2 CH4
b. Metana dapat diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari senyawa CS 2 , H2S dan
logam Cu, ini dikenal sebagai metode Berhelot.
CO + 3 H2 CH4 + H2O
e. Metana dapat dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa kuat
(KOH/NaOH) tanpa adanya air.
XI-15
2.7.2. Cara Umum
a. Alkana dapat diperoleh dari reduksi alkil halida dengan logam, misalnya logam Zn
(campuran Zn + Cu) atau logam Na dan Alkohol
b. Alkana dapat diperoleh dari alkil halida melalui terbentuknya senyawa grignard
kemudian dihirolisis.
C2H5Br+ Mg C2H5 – Mg – Br
c. Alkana dapat diperoleh dari alkil halida oleh logam Na (reaksi Wurtz), dimana
alkana yang dihasilkan mempunyai atom karbon dua kali lebih banyak dari atom
karbon alkil halida yang digunakan
11. 3. Alkena
Sebagaimana yang telah diuraikan pada pendahuluan bab. ini, bahwa kelompok alkena
memiliki ikatan ganda dua karbon-karbon dengan hirida sp2 dan memiliki ikatan “phi”( ).
Geometri molekulnya adalah trigonal palanar dengan sudut ikatan 120, dan panjang ikatan
karbon-karbon adalah 1,33 Ao. Perbandingan karbon dan hidrogen dapat ditandai dengan
rumus empirik CnH2n. Kadangkala dijumpai alkena mengandung lebih dari satu ikatan
rangkap, dikenal sebagai alkadiena, -triena, -tetraena, -poliena untuk dua, tiga, empat, banyak
ikatan ganda dua.
Jika dalam satu senyawa memiliki lebih dari satu ikatan ganda, maka strukturnya dapat
dikelompokkan berdasarkan letak ikatan-ikatan ganda tersebut. Bila ikatan-ikatan gandanya
bersebelahan antara satu dengan yang lain disebut terakumulasi, jika ikatan-ikatan ganda
berselang karena diantarai oleh ikatan tunggal, dinamakan ikatan ganda terkonyugasi, dan bila
ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh dua atau lebih ikatan tunggal, disebut
ikatan ganda terisolasi. Ikatan ganda yang terkonyugasi adalah ikatan ganda yang paling stabil
oleh karenanya paling banyak ditemukan di alam dengan berbagai sifat yang menarik.
XI-16
C=C=C C=C C=C C=C C C=C
Terkumulasi terkonyugasi terisolasi
Pada contoh kasus di atas terlihat ada tiga isomer struktur yaitu 1-butena, 2-butena dan
2-metil propena, selain itu terdapat pula dua isomer geometrik yakni cis-2-butena dan trans-2-
butena
11.3.4. Reaksi Alkena
XI-17
Kalau alkana menjalani reaksi subtitusi maka alkena menjalani reaksi adisi yang
merupakan reaksi spesifik untuk hidrokarbon tak jenuh, termasuk alkena. Dalam reaksi adisi
ini, terjadinya pemutusan ikatan rangkap karbon-karbon disebabkan oleh karena pecahnya
ikatan yang terpaut dalam ikatan ganda tersebut, sedangkan ikatan tetap. Hal ini
dikerenakan kekuatan ikatan relatif lebih lemah dibandingkan dengan ikatan .
Bebrapa contoh reaksi adisi etena sebagai model, dapat dilihat berikut
a. Hidrogenasi
Pt
CH2=CH2 + H2 CH3-CH3
etena etana
b. Halogenasi
Adisi ini dapat berupa brominasi, klorinasi, iodisasi jika melibatkan brom, klor dan
iod. Reaksi ini dapat berlangsung dengan mudah dan spontan dalam suhu kamar.
c. Hidrasi
Adisi ini memerlukan asam sebagai katalisator. Metode ini digunakan dalam sintesis
alkohol, termasuk untuk keperluan komersial.
b. CH3-CH2-CHCl-CH3
Reaksi di atas menunjukkan hanaya satu hasil walaupun dua jalan. Baik hasil a
maupun hasil b sama saja, adalah 2-klorobutana. Tidak berlaku hukum Markovnikov
b. CH3-CH2-CH2Cl
kloropropana
Kasus reaksi di atas menunjukkan ada dua hasil reaksi yang berbeda, dan hasil
utamanya adalah 2-kloropropana. Hasil ini sesuai hukum Markovnikov yang berlaku
pada reaksi alkena tak simetrik.
e. Hidroborasi
Reaksi reduksi ini banyak dimanfaatkan dalam sintesis, dengan menggunakan senyawa
BH3. Boron akan terikat pada karbon ikatan rangkap yang mengandung subtitusi paling
sedikit.
XI-19
2-butena OH OH
2,3-butadiol
g. Ozonolisis
Reaksi antara alkena dengan ozon (O3) menghasilkan senyawa antara ozonida, dengan
bantuan suatu reduktor (biasanya Zn dalam suasana asam), akan menghasilkan
senyawa karbonil.
f. Reaksi diena
Diena terisolasi
Diena terkonjugasi
(a)
CH2=CH–CH=CH2 + HCl X CH3–CHCl–CH=CH2
1,3-butadiena 3-klorobutena
(b)
CH3–CH=CH–CH2Cl
Kloro-2-butena
Hasil reaksi adalah (b) bukan (a), hal ini terjadi karena adanya delokalisasi elektron π,
mengalami konjugasi.
CH2=CH–CH=CH2 + HCl CH3–CH–CH=CH2 CH3–CH=CHCH2
1,3-butadiena
Cl
CH3–CH=CH2–CH2Cl
Kloro-2-butena
d. Dehalogenasi terhadap dihalida yang terikat pada atom karbon yang bersebelahan
11.3.5 Alkuna
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa alkuna dilambangkan dengan ikatan
ganda tiga sebagai hibrida sp. Ikatan karbon-karbon terdiri dari satu ikatan dan dua ikatan .
Panjang iktan C-C ganda tiga 1,21 Ao lebih pendek jika dibanding dengan alkena dan alkana.
Hal ini memberi gambaran.bahwa tiga pasang elektron di antara dua atom karbon menarik
kedua intinya menjadi lebih dekat, dibanding dengan dua pasang elektron pada alkena. Karena
geometrinya linier maka senyawa alkuna tidak melahirkan isomer geometri cis-trans.
11.3.5.1.Keasaman Alkuna
H H
C C C C C H
HH H H
sp3 sp2 sp
25%, s 33,3 %, s 50 %, s
75%, p 66,6 %, p 50 %, p
keasaman meningkat
Keasaman alkuna dapat ditinjau dari aspek orbital hibridisasi. Pada karbon yang
memiliki karakter s lebih besar dan karakter p lebih kecil keasamannya lebih besar. Demikin
XI-21
halnya pada alkuna dengan karakter s 50%, lebih besar dari pada karakter s 33,3% pada alkena
dan hanya 25% pada alkana.
Pada alkuna orbital-orbital s berada lebih dekat dengan inti atom dibanding dengan
orbital p. dengan demikian, elektron-elektron ikatan pada C-H paling dekat dengan atom
karbon sehingga protonnya dengan mudah diambil aleh basa. Oleh karena itu alkuna dapat
mengalami reaksi subtitusi.
b. Addisi
Reaksi adisi yang terjadi pada alkena dapat pula berlangsung pada alkuna, namun
kapasitasnya lebih besar. Adisi melalui mekanisme trans karena lebih stabil dengan efek ruang
yang kecil.
1. Brominasi
Br Br
H Br
Br2 C=C Br2 H C=C H
H–CC–H
Br H
Br Br
Trans-1,2-dibromoetena 1,1,2,2-tetrabromoetane
2. Hidrogenasi
Reduksi asetilen mula-mula menghasilkan etilen kemudian menghasilkan etana
H2 H2
CHCH–H XI-22
CH2=CH CH3–CH3
Pt 2
Pt
asetilen etilen etana
3.Hidrasi
Addisi alkuna dengan air tidak hanya memerlukan katalis asam melainkan juga ion
raksa. Ion raksa membentuk kompleks dengan ikatan ganda tiga dan mengaktifkannya
untuk beraddisi. Walaupun reaksinya serupa dengan alkena hasil awalnya adalah vinil
alkohol atau enol yang tidak mantap dan selanjutnya mengadakan penataan ulang
OH O
CHCH–H + H–OH R–CH=CH2 R–C–CH3
3C2H2 C6H6
polimerasi benzen
1.
2C2H2 Cu
2. CH2=CH–CCH
NH4Cl
Vinil asetilen
Cu
3. 3C2H2 CH2=CH–CC–C=CH2
NH4Cl
divinil asetilen
C + CaO CaC2 + CO
+ H2O
CaCoHI2 + C2H2
XI-24
Di bawah ini disajikan beberapa senyawa siklik yang sederhana dan tata cara
penamaannya. Penulisan senyawa hidrokarbon siklik yang lazim, adalah dengan
menggambarkan satu sistem siklik tanpa menuliskan atom karbon hidrogennya, kecuali
terdapat hetero atom.
. CH3
CH3 CH3
1
6 CH3 CH3 6 2
5 1
CH3 5
4
3
4
3
2 CH3 Br
CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil 1,2,4-trimetil 3-bromo-1-metil
sikloheksana sikloheksana sikloheksana sikloheksena
XI-25
karbonnya tidak dapat berputar secara bebas. Sebagi contoh, dimetil siklo propana memiliki
dua isomer struktur yakni 1,1-dimetil siklopropana dan 1,2-dimetil siklopropana. 1,2-
dimetil siklopropana sendiri memeliki dua isomer geometrik yakni trans 1,2-dimetil
siklopropana dan cis 1,2–dimetilsiklopropana. Jadi jumlah isomer dimetil siklopropana
adalah tiga.
CH3 CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana Trans 1,2-dimetilCH3 Cis 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana
Gambar 11.13. Isomer sterutur dan isomer geometrik dimetil siklopropana
CH2
+ HBr CH3–CH2–CHBr
CH2 CH2
bromopropana
siklopropana
Kenyataanya sikloheksana ternyata mempunyai tegangan dalam molekul paling
kecil, sebab cincin sikloheksana tidak palanar (tidak datar). Akibat adanya tarikan cincin
maka sikloheksana mengalami tekukan molekul membentuk struktur konformasi kursi,
akibatanya sudut-sudut molekulnya bukan 120o melainkan 109o,5’ (tetrahedron), lagi pula
atom-atom hidrogen pada sikloheksana dalam bentuk konformasi berkedudukan steggered
XI-26
(goyang) antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan
sikloheksana adalah sikloalkana yang paling satabil dan paling banyak dijumpai pada
senyawa bahan alam.
H H H H
goyang
tereklipskan
H H H H
H H H
H H H H H
H H H
H H H
datar H H
tertekuk
Gambar 11.14. Sikloheksana struktur datar (tidak stabil), dan struktur tertekuk
(konfornasi) yang satabil.
XI-27
Rumus empiris benzena C6H6, masalahnya bagaimana menuliskan rumus struktur
benzena Semula kekule meramalkan struktur benzena sebagai sikloheksatriena dalam
kesetimbangan.
Namun karena panjang ikatan dalam molekul benzena semua sama 1,39 A, dan
benzena adalah senyawa tunggal (tidak mempunyai isomer), maka ikatan delokal dalam
benzena ditulis dengan struktur resonansi sebagai berikut.
Banyak ikatan dan ikatan pada kedua bentuk resonansi yang dituliskan di atas
adalah sama, hanya letak/posisi ikatan -nya yang berbeda, menunjukkan bahwa keduanya
ekivalen, dan mempunyai kontribusi yang sama terhadap hibrida resonansi (rumus
sebenarnya).
Semua atom karbon pada cincin benzena adala hibrida sp2 yang berikatan dengan tiga
atom tetangganya, yakni dua karbon dan satu hidrogen. Tiap-tiap karbon tersebut menyisakan
satu elektron pada orbital p yang kemudian bertumpang tindih dengan orbital p dari masing-
masing karbon tetangganya, membentuk ikatan yang dapat berkonyugasi.
XI-28
Gambar 11.17. Tumpangtindih orbital p dan pembentukan ikatan pada benzena
Toluena
stirena fenol anilin
Toluena
Penamaan yang didasarkan pada benzena, benzen mengandung subtitusi dianggap turunan
benzena, seperti.
Istilah orto (o), para (p) dan meta (m) digunakan untuk benzen yang mengandung subtitusi
lebih dari satu.
CH3
CH3 CH3
Br
Br Br
o-bromo toluena
m-bromo toluena
p-bromo toluena
XI-29
Istilah orto digunakan untuk dua subtituen yang berdampingan, meta jika subtituen tersebut
berselang satu atom karbon dan para jika berselang dua atom karbon.
36,0
55,4
85,8
49,8
28,6
Br
1. + Br2 FeBr3 + HBr Brominasi
Bromobenzena
NO2
2. + HNO3 H2SO4 + H2O Nitrasi
Nitrobenzena
SO3H
benzensulfonat
CH3
4. + CH3Cl AlCl3 + HCl Alkilasi
Toluen
Gambar. 11.19. Beberapa reaksi subtitusi elektrofilik benzena
reaksi adisi. Oleh karena benzena mengandung banyak elektron sehingga reaksinya hanya
mungkin dengan pereaksi yang menyenagi elektron (elektrofil), karena itu dikenal dengan
subtitusi elektrofilik. Reaksi subtitusi benzena dapat berlangsung jika ada katalisator
diantaranya reaksi brominasi, nitrasi, sulfonasi, dan metilas (Gambar 11. 19). Beberapa jenis
reaksi substitusi pada inti aromatik yang lain yaitu klorinasi atau secara umum adalah jenis
halogenasi, etilasi, propilasi, dan lain-lain yang dikelompokkan ke dalam reaksi alkilasi.
Umumnya reaksi-reaksi substitusi berlangsung pada suhu rendah yaitu sekitar 0-50 oC.
XI-31