Anda di halaman 1dari 23

1

HIDROKARBON
11.1 Pendahuluan
. Kelompok senyawa hidrokarbon adalah alkana, alkena dan
alkuna, termasuk pula hidrokarbon siklik dan hidrokarbon aromatik
Jika persenyawaan hidrokarbon telah mengandung unsur lain selain
hidrogen dan karbon, maka senyawa tersebut dikelompokkan sebagai
senyawa gugus fungsional, Ikatan yang terjadi antara hodrogen
dengan karbon maupun ikatan karbon-karbon adalah ikatn kovalen.
Ikatan C-C dapat terjadi melalui ikatan (σ) sepenuhnya terjadi pada
hidrokarbon jenuh (alkana), dan atau ikatan π seperti pada
hidrokarbon tidak jenuh (alkena & alkuna).

11.1.1 Hibridisasi sp3 dan Struktur Metana


Dalam keadaan dasar atom karbon memiliki konfigurasi elektron

1s2 2s2 2px1 2py1 2pz


Jika digambarkan dalam bentuk diagram energi maka terlihat sebagai
berikut;

Konsep hibridisasi. Terjadi promosi satu elektron dari 2s ke 2p,


menghasilkan konfigurasi elektron yang berbeda dengan keadaan
dasar, disebut sebagai konfigurasi hibrida. Satu orbital s dan tiga
orbital p bercampur (berhibridisasi) menghasilkan empat orbital baru
yang identik. diinamakan obital sp3. Energinya lebih rendah dari pada
orbital 2p. dan lebih tinggi dari pada energi orbital 2s.
2

CH4 adalah kasus dimana keempat elektron tersebut di atas


membentuk ikatan kovalen dengan empat atom hidrogen. Dalam
interaksinya, keempat orbital tersebut mengambil orientasi
tetrahedral dengan sudut 109,50. Keadaan ini menunjukkan bahwa
geometri molekul metana adalah tetrahedral dengan sudut ikatan H-
C-H = 109,5. Panjang ikatan C-H adalah 1,10 A o dengan kekuatan
ikatan = 104 kkal/mol. Struktur/stereokimia metana adalah
tetrahedron.
3

11.1.2 Hibridisasi sp2 dalam Struktur Etilen


Secara sederhana struktur etilen dapat digambarkan sebagai
berikut
H H H H
C::C C C
H H H H

Ikatan C-C dalam etilen terdiri dari dua ikatan, yaitu satu ikatan s
dan satu ikatan ikatan p Dalam hal ini orbital 2s hanya berhibridisasi
dengan dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2, jadi
masih terdapat satu orbital p yang tidak menagalami pembauran.
Orbital-orbital sp2mengambil orientasi segi tiga sama sisi planar
dengan sudut 1200 Pada kasus etilen terdapat satu ikatan s yang
terjadi dari tumpang tindih orbital sp2 atom-atom karbon dan satu
ikatan p yang terbentuk dari tumpang tindih antara dua orbital p dari
ataom-atom karbon. Empat ikatan lainnya dalam bentuk C-H adalah
ikatan s antara sp2 dari atom karbon dengan orbital s dari atom
hidrogen.
Formasi elektron hibridisasi sp2 dan interaksi orbital dalam
pembentukan etena dapat dilihat pada gambar berikut.
4

Gambar. 11.6. Tumpang tidih orbital dalam Etilen

Besarnya sudut ikatan H-C-H adalah 116,6, dan ikatan H-C-C adalah
121,7. Panjang setiap ikatan C-H adalah 1,076 A dengan kekuatan
ikatan = 103 kkal/mol. Sedangkan panjang ikatan C=C adalah 1,33 A
dengan kekuatan ikatan = 152 kkal/mol

11.1.3 Hibridisasi sp dalam struktur asetilen


Ikatan karbon-karbon dapat pula terjadi dalam bentuk ikatan rangkap
tiga, kelompok senyawa ini dikenal dengan nama alkuna. Alkuna
yang paling sederhana adalah asetilen atau disebut pula etuna, rumus
empiris C2H2., Secara sederhana struktur etena dapat digambarkan
sebagai berikut.

Gambar. 11. 8 Profil energi sp hibrida


5

Gambar. 11. 9. Tumpangtindih orbital hibrida sp

Akibat interaksi orbital sp antara atom-atom karbon maka asetilen


berbentuk linier dengan sudut iaktan H-C adalah 180 0, dengan
panjang ikatan C-H adalah 1,06 A, dan kekuatan ikatan sebesar 200
kkal/mol.

11.2. Alkana
Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang dirturunkan dari metana
dengan ikatan sp3. Kelompok senyawa ini cukup stabil sehingga
disebut juga paraffin. Berdasarkan perbandingan C dan H pada
alkana maka dapat dibuat satu rumus umum, CnH2n+2 Alkana
alifatik (rantai lurus) dinamakan alkana normal. Gugus (–CH 2-) yang
berperan memperpanjang rantai disebut gugus metilen dan deret
senyawa ini dikenal sebagai deret homolog.
Tabel 11.1. Sepuluh homolog alkana alifatik dan jumlah isomernya

Nama jumlah Rumus Rumus Struktur Jumlah


Karbon molekul isomer
Metana 1 CH4 CH4 1
Etana 2 C2H6 CH3CH3 1
Propan 3 C3H8 CH3CH2CH3 1
Butana 4 C4H10 CH3(CH2)2CH3 2
Pentana 5 C5H12 CH3(CH2)3CH3 3
Heksana 6 C6H14 CH3(CH2)4CH3 5
Heptana 7 C7H16 CH3(CH2)5CH3 9
Oktana 8 C8H18 CH3(CH2)6CH3 18
Nonana 9 C9H20 CH3(CH2)7CH3 35
Dekana 10 C10H22 CH3(CH2)8CH3 75

11.2.1 Tatanama Senyawa Alkana


Tatanama senyawa alkana digunakan nama sistematik yang disusun
oleh International Union of Pure and Applied Chemistry, yang
6

dikenal dengan aturan IUPAC.. Contoh, nama IUPAC senyawa


berikut :

4-etil-2,2-dimetil heptana

4-etil-2,2-dimetil heptana

11.2.2. Menulis rumus struktur senyawa Alkana


Sebagai contoh dilakukan langkah-langkah penulisan untuk pentana
C5H12, sebagai berikut.
(a).
C-C-C-C-C
(b)..
H H H H H
H-C–C–C–C–C-H
H H H H H
n-pentana
(c

(d).

(e).

(f). \

11.2.3 Rumus Molekul dan Struktur Alkana


Ada beberapa cara yang lazim untuk menggambarkan rumus struktur dari senyawa organik
mengikuti pola zig-zag. Hal ini dapat dimengerti sebab setiap pengikatan yang terpaut dengan karbon
rantai lurus haruslah mengarah ke sudut-sudut tetrahedron.

H H H H H H
H–C–C–C–C–C–C–H Rumus struktur lengkap

H H H H H H
7
C6H12
Rumus Molekul

CH3–CH2–CH2–CH2–CH2–CH3 CH3(CH2)4CH3
Rumus struktur singkat, semua ikatan
tidak ditulis, tanda kurung pembatas empat
unit metilen (-CH2-)4 yang terikat dalam
rantai lurus
C–C–C–C–C–C

Gambar 11.9. Beberapa cara penulisan rumus struktur senyawa karbon (heksana)

Gambar 11.10. Struktur heksana rantai lurus, model bola-tongkat

Karena dengan cara itu maka semua atom penyusun akan saling terpisah
sejauh mungkin, sehingga senyawa tersebut berada dalam keadaan mantap
(stabil), perhatikan struktur n-heksana dalam model bola dan tongkat,
(Gambar 11.10) perlu diingat bahwa karbon pada alkana dapat berotasi
secara bebas pada ikatan tunggal karbon-karbon, sebagaimana telah dibahas
terdahulu, sehingga terdapat banyak kemungkinan konformasi molekul n-
heksana. Namun yang paling disukai adalah bentuk memanjang seperti
gambar 11.10 sebab efek strik (hambatan ruang) paling minimal sehingga
lebih stabil.
11.2.4 Isomeri dan Konformasi Senyawa Alkana
11.2.4.1 Isomer Senyawa Alkana
Senyawa alkana yang mempunyai empat atau lebih atom karbon dapat
dituliskan dalam beberapa rumus struktur. Keadaan ini dikenal dengan
istilah isomer. Kedua macam isomer butana mempunyai sifat-sifat kimia
dan fisika yang agak berbeda, n-butana mendidih pada –0,50C, dan
isobutana mendidih pada –120C.
CH3–CH2–CH2–CH3 CH3–CH–CH3

n-butana
CH3
2-metil propane

11.2.4.2. Konformasi Alkana


Dalam rantai terbuka, ikatan antara karbon-karbon dalam alkana
dapat berputar secara bebas melalui sumbu ikatan sigma. Oleh
sebab itu, dalam suatu alkana rantai terbuka atom-atomnya dapat
8

memiliki sejumlah tak terhingga posisi relatif (dalam ruang tiga


dimensi). Sebagai contoh molekul etana dapat memiliki penataan
atom-atonya dalam ruang secara berlain-lainan. Penataan tersebut
dikenal dengan istilah konformasi. Dalam pembahasan selanjutnya
mengenai konformasi akan digunakan model proyeksi Newmann
dari Ohio State University. Proyeksi sangat berguna untuk
menggambarkan konformasi. Pada proyeksi Newmann, kita
melihat ikatan karbon-karbon dari salah satu ujung rantai. Ikatan-
ikatan pada karbon di depan bersumber dari pusat lingkaran,
sedangkan semua ikatan pada karbon di belakang digambarkan
dimulai dari garis lingkar keluar. Karena adanya rotasi mengelilingi
ikatan sigma, maka suatu molekul dapat memiliki berapapun
konformasi terhadap suatu konformasi yang paling stabil.
Konformasi yang paling stabil itu disebut konformer. Konformasi
bukanlah isomer karena antara satu dengan yang lain dapat
dipertukarkan. Konformasi adalah sekedar orientasi ruang yang
berbeda-beda dari molekul yang itu-itu juga.
Sebagai contoh kita gunakan model etana. Etana dapat
menghasilkan sekian banyak konformasi. Terdapat dua konformasi
yang ekstrim yakni konformasi bersilang (staggered
comformation) dan komformasi berimpit (eclipsed comformation).
Konformasi bersilang, setiap ikatan C-H dari satu atom karbon
menyilang sudut H-C-H karbon yang lain, atau dapat dipandang
bahwa atom-atom yang terikat pada atom karbon yang satu terletak
di antara atom-atom yang terikat pada atom karbon yang lain.
Konformasi berimpit, tiap ikatan C-H dari satu atom karbon sejajar
dengan ikatan C-H berikutnya, atau dapat dikatakan bahwa atom-
atom yang terikat pada atom karbon yang satu terletak tepat
dibelakang atom-atom yang terikat pada atom karbon yang lain.
Konformasi bersilang lebih disukai daripada konformasi berimpit,
pada suhu kamar 99% dari molekul etana berada dalam konformasi
bersilang. Konformasi berimpit dari etana kira-kira 3 kkal/mol
kurang stabil (lebih tinggi energinya) dibandingkan konformer
goyang (bersilang), karena adanya tolak menolak antara elektron-
elektron ikatan. Dengan memutar salah satu karbon sebesar 60 0
9

kita dapat merubah konformasi bersilang menjadi konformasi


berimpit, begitupun seterusnya, konformasi berimpit dapat
berubah menjadi konformasi bersilang dengan pemutaran 60 0.
Untuk berotasi dari konformasi bersilang ke konformasi berimpit,
molekul etana memerlukan 3 kkal energi.

Gambar 11.11. Konformasi ekstrim dari etana, bersilang (stagerred) dan berimpit
(eclipsed) dan profil energinya.

Gambar di atas menunjukkan dua jenis konformasi yang dapat


dicapai jika etana diputar dari 0o s/d 180o dengan sudut putar 60o.
Posisi 0o, 120o, 240o, 360o menunjukkan besarnya energi
konformasi stegger. Sedangkan pada posisi 60o, 180o, 360o
menunjukkan tingginya energi konformasi eklips.

11.2.5. Sifat Fisik Alkana


Alkana merupakan senyawa non-polar, oleh karena itu tidak dapat bercampur
dengan air. Berat jenis alkana umumnya lebih rendah dari pada air sehingga
bila dicampur dengan air akan membentuk larutan berlapis dan alkana selalu
terapung dibagian atas dan air bahagian bawah. Alkana rantai pendek seperti
metana, etana dan propana merupakan komponen utama gas alam. Demikian
juga minyak bumi cair merupakan campuran yang didominasi oleh alkana.
Titik didih alkana menaik sesuai dengan pertambahan panjang rantai
karbonnya. Hal ini menjadi dasar pemisahan fraksi minyak bumi melalui
teknik penyulingan.
Tabel 11. Rentang titik didih Beberapa fraksi penting Minyak Bumi
Nama Rantai Karbon Rentang titik didih
Petrelium eter C5-C7 30 – 60
Bensin C9-C10 40 – 200
Minyak tanah C8-C14 175 – 325
Minyak gas C12-C18 > 275
Minyak pelumas >C18 > 275

11.2.6. Sifat Kimia Alkana


Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang stabil, kurang reaktif. Tidak bereaksi
dengan kebanyakan asam, basa, oksidator dan reduktor. Karena itu alkana
10

banyak digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa non polar. Namun


demikian pada kondisi khusus alkana dapat mengalami reaksi. Reaksi
subtitusi dan oksidasi merupakan jenis reaksi yang umum terjadi pada alkana.

a. Oksidasi kuat
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
2CO + O2 2CO2 + 212,8 kkal/mol
Reaksi ini yang mendasari penggunaan hidrokarbon sebagai sumber
energi (BBG dan BBM)

b. Subtitusi
Reaksi ini spesifik untuk senyawa alkana, umumnya terjadi dengan
halogen (halogenasi), reaksi ini dapat berlangsung secara berantai jika
ada katalisator ultrafiolet. Sebagai contoh ditunjukkan reaksi klorinasi
di bawah ini.
Cl2/hv
CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl (metilklorida)
Cl2/hv
CH2Cl2 + HCl (metilen klorida)
Cl2/hv
CHCl3 + HCl (kloroform)
Cl2/hv
CCl4 + HCl tetralorometan

c. Pirolisis = Cracking
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan
jalan pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000C tanpa
oksigen, akan dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.

CH4 2 H2 + C
CH3–CH2–CH3 1. H2 + C3H6
2. CH4 + C2H4
CH3–CH2–CH2–CH3 1. H2 + C4H5
2. CH4 + C3H6
3. C2H6 + C2H6

Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam


pembuatan karbon-black. Proses pirolisasi juga digunakan untuk
memperbaiki struktur bahan bakar minyak, yaitu berfungsi untuk
menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan senyawa alkena yang
dipergunakan sebagai bahan pembuatan plastik.

11.2.7. Pembuatan (sintesis) Alkana


11.2.7.1.Cara khusus
Cara khusus yang dimaksud adalah cara pembuatan metana :
11

a. metana dapat diperoleh dari pemanasan unsur-unsurnya pada


temperatur 12000C
C + 2 H2 CH4
b. Metana dapat diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari senyawa
CS2 , H2S dan logam Cu, ini dikenal sebagai metode Berhelot.
CS2 + 8Cu + 2 H2S 4 Cu2S + CH4
c. Metana dapat diperoleh dari pemberian air pada aluminium karbida
Al4C3 + 12 H2O 4 Al(OH)3 + 3CH4
d. Reduksi katalis dari karbon monoksida dan hidrogen akan
menghasilkan metana
CO + 3 H2 CH4 + H2O
e. Metana dapat dihasilkan dari pemanasan sodium asetat dengan basa
kuat (KOH/NaOH) tanpa adanya air.
CH3COOH + NaOH CH4 + Na2CO3
11.2.7.2. Cara Umum
a. Alkana dapat diperoleh dari reduksi alkil halida dengan logam,
misalnya logam Zn (campuran Zn + Cu) atau logam Na dan
Alkohol
C2H5Cl C2H6 + HCl
b. Alkana dapat diperoleh dari alkil halida melalui terbentuknya
senyawa grignard kemudian dihirolisis.
C2H5Br + Mg C2H5 – Mg – Br
C2H5 – MgBr + H2O C2H6 + Mg (OH) Br
c. Alkana dapat diperoleh dari alkil halida oleh logam Na (reaksi
Wurtz), dimana alkana yang dihasilkan mempunyai atom
karbon dua kali lebih banyak dari atom karbon alkil halida
yang digunakan

2C2H5Cl + 2Na C2H5– C2H5 + 2 NaCl

11.3 Alkena
Kelompok alkena memiliki ikatan ganda dua karbon-karbon dengan
hirida sp2 dan memiliki ikatan “phi”(  ). Geometri molekulnya
adalah trigonal palanar dengan sudut ikatan 120, dan panjang ikatan
karbon-karbon adalah 1,33 Ao. Perbandingan karbon dan hidrogen
dapat ditandai dengan rumus empirik CnH2n. Kadangkala dijumpai
alkena mengandung lebih dari satu ikatan rangkap, dikenal sebagai
alkadiena, -triena, -tetraena, -poliena untuk dua, tiga, empat, banyak
ikatan ganda dua.
12

Jika dalam satu senyawa memiliki lebih dari satu ikatan ganda, maka
strukturnya dapat dikelompokkan berdasarkan letak ikatan-ikatan
ganda tersebut. Bila ikatan-ikatan gandanya bersebelahan antara satu
dengan yang lain disebut terakumulasi, jika ikatan-ikatan ganda berselang
karena diantarai oleh ikatan tunggal, dinamakan ikatan ganda terkonyugasi,
dan bila ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh dua atau lebih ikatan
tunggal, disebut ikatan ganda terisolasi. Ikatan ganda yang terkonyugasi
adalah ikatan ganda yang paling stabil oleh karenanya paling banyak
ditemukan di alam dengan berbagai sifat yang menarik.

C=C=C C=C C=C C=C C C=C


Terkumulasi terkonyugasi terisolasi

11.3.1 Tatanama Alkena


Penamaan alkena menyerupai cara-cara penamaan alkana, kecuali tambahan
untuk menyatakan letak dari ikatan ganda dua, sebagai berikut

CH3-CH2-CH2=CH2-CH3 CH3-CH=CH2-CH3
CH3
2-pentena 2-metil-2-butena

11.3.2 Isomer Pada Alkena


Selain menghasilkan isomer struktur, alkena dapat pula menimbulkan isomer
geometrik, notasi cis dan trans. Hal ini disebabkan oleh karena ikatan ganda
tidak dapat berputar secara bebas. Contoh di bawah ini menunjukkan adanya
dua jenis isomer yakni isomer struktur dan isomer geometrik untuk senyawa
C4H8.

1-butena 2-metil propena cis-2-butena trans-2-butena

Pada contoh kasus di atas terlihat ada tiga isomer struktur yaitu 1-butena, 2-
butena dan 2-metil propena, selain itu terdapat pula dua isomer geometrik
yakni cis-2-butena dan trans-2-butena

11.3.3 Reaksi Alkena


alkana menjalani reaksi subtitusi maka alkena menjalani reaksi adisi yang
merupakan reaksi spesifik untuk hidrokarbon tak jenuh, termasuk alkuna.
Dalam reaksi adisi ini, terjadinya pemutusan ikatan rangkap karbon-karbon
disebabkan oleh karena pecahnya ikatan p yang terpaut dalam ikatan ganda
tersebut, sedangkan ikatan s tetap. Hal ini dikerenakan kekuatan ikatan p
relatif lebih lemah dibandingkan dengan ikatan s.
Bebrapa contoh reaksi adisi etena sebagai model, dapat dilihat berikut
a. Hidrogenasi Pt
13

CH2=CH2 + H2 CH3-CH3
etena etana

b. Halogenasi

Ni
CH2=CH2 + Br2 CH2Br-CH2Br
etena 1,2-dibromo etana

c. Hidrasi
H+
CH2=CH2 + H2O CH3-CH2OH
etena Etanol

d. Adisi Asam terhadap alkena tak simetris


Asilasi terhadap ikatan ganda berlangsung spontan, jika digunakan asam
halida akan menghasilkan senyawa organo halida. Untuk alkena tak
simetris adisi didasrkan pada postulat Vladimir Markovnikov berbunyi;
Jika pereaksi tak simetrik beradisi pada alkena tak simetrik pula, maka
bagian elektropositif dari pereaksi beradisi pada atom karbon dari
ikatan ganda dua yang mengandung atom hidrogen terbanyak.

Reaksi alkena simetrik

CH3-CH=CH-CH3 + HCl a. CH3-CHCl-CH2-CH3

b. CH3-CH2-CHCl-CH3
Reaksi di atas menunjukkan hanaya satu hasil walaupun dua jalan. Baik
hasil a maupun hasil b sama saja, adalah 2-klorobutana. Tidak berlaku
hukum Markovnikov

Reaksi alkena tak simetrik

CH3-CH=CH2 + HCl a. CH3-CClH-CH3


propena
(alkena tak simetrik) 2-kloropropana

b. CH3-CH2-CH2Cl
kloropropana

e. Hidroborasi
14

Reaksi reduksi ini banyak dimanfaatkan dalam sintesis, dengan


menggunakan senyawa BH3. Boron akan terikat pada karbon ikatan
rangkap yang mengandung subtitusi paling sedikit.

R-CH=CH2 + H-BH2 R-CH2-CH2-BH2

f. Oksidasi
KMnO4 adalah oksidator yang umum digunakan, berfungsi menyerap
elektron p pada ikatan ganda dua, reaksi ini dicirikan dengan perubahan
warna permanganat dari warna ungu menjadi coklat, terbentuk MnO2.

2-butena
2,3-butadiol

g. Ozonolisis
Reaksi antara alkena dengan ozon (O3) menghasilkan senyawa antara
ozonida, dengan bantuan suatu reduktor (biasanya Zn dalam suasana
asam), akan menghasilkan senyawa karbonil.

f. Reaksi diena
Diena terisolasi
CH2=CH–CH2–CH=CH2 + HCl CH3–CHCl–CH2–CH=CH2
1,2-pentadiena 4-kloropentena

Diena terkonjugasi
(a)
CH2=CH–CH=CH2 + HCl X CH3–CHCl–CH=CH2
1,3-butadiena 3-klorobutena

(b)
CH3–CH=CH–CH2Cl
Kloro-2-butena

Hasil reaksi adalah (b) bukan (a), hal ini terjadi karena adanya delokalisasi elektron π, mengalami
konjugasi.
Å Å
CH2=CH–CH=CH2 + HCl CH3–CH–CH=CH2 CH3–CH=CHCH2
1,3-butadiena
Cl æ

CH3–CH=CH2–CH2Cl
Kloro-2-butena
15

11.3.4 Pembuatan Alkena (sintesis)


Ada beberapa cara untuk mensintesis senyawa alkena :
a. Dehidrasi Alkohol dengan Katalis Asam sulfat

CH3–CH2=CH2–OH H2SO4 CH3–CH=CH2 + H2O


propanol propena

b. Dehalogenasi Alkil halida dengan basa kuat

CH3–CH2–CH2Cl KOH CH3–CH=CH2 + KCl + H2O


alkohol
kloropropana propena

c. Dehalogenasi dihalida yang terikat pada atom karbon yang bersebelahan

CH3–CHBr–CH2Br + Zn CH3–CH=CH2 + ZnBr2

11.4. Alkuna
alkuna dilambangkan dengan ikatan ganda tiga sebagai hibrida sp. Ikatan
karbon-karbon terdiri dari satu ikatan s dan dua ikatan p . Panjang iktan C-C
ganda tiga 1,21 Ao lebih pendek jika dibanding dengan alkena dan alkana. Hal
ini memberi gambaran.bahwa tiga pasang elektron di antara dua atom karbon
menarik kedua intinya menjadi lebih dekat, dibanding dengan dua pasang
elektron pada alkena. Karena geometrinya linier maka senyawa alkuna tidak
melahirkan isomer geometri cis-trans.
11.4.1 Keasaman Alkuna

sp3 sp2 sp

25%, s 33,3 %, s 50 %, s
75%, p 66,6 %, p 50 %, p

keasaman meningkat
Keasaman alkuna dapat ditinjau dari aspek orbital hibridisasi. Pada karbon yang
memiliki karakter s lebih besar dan karakter p lebih kecil keasamannya lebih besar.
Demikin halnya pada alkuna dengan karakter s 50%, lebih besar dari pada karakter s
33,3% pada alkena dan hanya 25% pada alkana.
Pada alkuna orbital-orbital s berada lebih dekat dengan inti atom dibanding dengan
orbital p. dengan demikian, elektron-elektron ikatan pada C-H paling dekat dengan
atom karbon sehingga protonnya dengan mudah diambil aleh basa. Oleh karena itu
alkuna dapat mengalami reaksi subtitusi.
11.4.2 Reaksi adisi pada Alkuna
a. Subsitusi
Atom hidrogen dari asetilen maupun turunannya dapat disubsitusikan
oleh logam. Ag, Na, atau Cu. Reaksi ini sekaligus menunjukkan sifat
keasaman dari asetilen.

1. HCºCH + Cu2Cl2 + 2NH4OH 2NH4Cl + H2O + CuCºCCu


asetilen Cupro asetilen
16

2. HCºCH + 2 Ag Ag–CºC–Ag + 2H+


asetilen Perak asetilen

3. HCºCH + NaNH2 HCºCNa+ + NH3


asetilen sodium asetilen

b. Addisi
Reaksi adisi yang terjadi pada alkena dapat pula berlangsung pada
alkuna, namun kapasitasnya lebih besar. Adisi melalui mekanisme trans
karena lebih stabil dengan efek ruang yang kecil.

1. Brominasi
Br Br
H Br
Br2 C=C Br2 H C-C H
H–CºC–H
Br H
Br Br
Trans-1,2-dibromoetena 1,1,2,2-tetrabromoetane

2. Hidrogenasi
Reduksi asetilen mula-mula menghasilkan etilen kemudian menghasilkan etana
H2 H2
CHºCH–H CH2=CH2 CH3–CH3
Pt Pt
asetilen etilen etana

3.Hidrasi
Addisi alkuna dengan air tidak hanya memerlukan katalis asam melainkan juga ion
raksa. Ion raksa membentuk kompleks dengan ikatan ganda tiga dan
mengaktifkannya untuk beraddisi. Walaupun reaksinya serupa dengan alkena hasil
awalnya adalah vinil alkohol atau enol yang tidak mantap dan selanjutnya
mengadakan penataan ulang
OH O
CHºCH–H + H–OH R–CH=CH2 R–C–CH3

asetilen Vinil alkohol Keton


( enol )

c. Polimerasi
Asetilen jika dipanaskan dalam temperatur tinggi akan mengalami polimerasi membentuk
berbagai senyawa, tergantung pada temperatur dan katalisator yang digunakannya.
3C2H2 C6H6
1. polimerasi benzen

2C2H2 Cu
2. CH2=CH–CºCH
NH4Cl
Vinil asetilen

3C2H2 Cu
3. CH2=CH–CºC–C=CH2
NH4Cl
divinil asetilen
17
11.4.3 Sintesis Alkuna
a. Asetilen dapat dihasilkan dari Kalsium dengan air
C + CaO CaC2 + CO
+ H2O
CaCoHI2 + C2H2

b. Alkilhalida dengan KOH dalam alkohol

CH3–CH2–CH2Br + 2KOH CH3–CºCH + 2KBr + 2H2O

c. Alkiltetrahalida dengan logam aktif


CH3–CBr2–CHBr2 + 2Zn CH3–CºCH + 2ZnBr2

d. Dari Iodoform dengan perak


CHCl3CHCl3 + 6 Ag HCºCH + 6 AgCl

Beberapa Manfaat Asetilen


Bila dibakar dengan oksigen menghasilkan panas/temperatur tinggi, oleh
karenanya digunakan untuk mengelas logam.
- Pada pembakaran dengan udara dapat menghasilkan nyala yang
terang, baik untuk penerangan
- Dapat digunakan dalam pembuatan dalam karet sintesis (neopren)
- Dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan asam asetat,
melalui etanal kemudian dioksidasi

11.5. Hidrokarbon Siklik


Senyawa hidrokarbon siklik banyak dijumpai sebagai komponen kimia
bahan alam, seperti senyawa terpen siklik, steroid dan lain-lain. Ujung-
ujung rantai suatu hidrokarbon rantai lurus dapat tergabungkan membentuk
suatu rantai karbon yang tertutup atau cincin. Jika atom-atom pembentuk
cincin semua terdiri dari karbon maka dikenal sebagai alisiklik, namun jika
terdapat satu atau lebih atom lain (selain karbon) sebagai penyusun rantai
utama dari cincin tersebut maka disebut dengan heterosiklik. Selanjutnya
apabila rantai karbon siklik yang bersangkutan berupa hidrokarbon jenuh
maka disebut sikloalkana, dan jika terdapat ikatan rangkap maka disebut
dengan sikloalkena.
Jika dibandingkan dengan alkana rantai terbuka dengan jumlah atom karbon
yang sama, maka sikloalkana memiliki atom hidrogen lebih sedikit (kurang
dua), dengan formula CnH2n , menyerupai alkena.

11.5.1 Tatacara penulisan dan penamaan hidrokarbon siklik


Di bawah ini disajikan beberapa senyawa siklik yang sederhana dan tata
cara penamaannya. Penulisan senyawa hidrokarbon siklik yang lazim,
adalah dengan menggambarkan satu sistem siklik tanpa menuliskan atom
karbon hidrogennya, kecuali terdapat hetero atom.

standar lazim standar lazim


18
siklobutana siklopentana

Gambar 11.12. Penulisan hidrokarbon siklik, cara standar dan lazim

Penamaan hidrokarbon siklik didasarkan pada jumlah atom karbon


sebagaimana hidrokarbon rantai lurus dan ditambah awalan kata siklo.
Penomoran diperlukan jika terdapat lebih dari satu subtituen terikat pada
cincin.
CH3
CH3 CH3
6 CH3 CH3
5 1 1
CH3 6 2
4 2
3 5 3
CH3 4 Br
CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil 1,2,4-trimetil 3-bromo-1-metil
sikloheksana sikloheksana sikloheksana sikloheksena

Penomoran didasarkan pada subtituen, sedemikian rupa sehingga subtituen


berada pada nomor-nomor terendah, demikian juga ikatan rangkap selalu
menjadi patokan awal penomoran. Subtituen disebutkan lebih awal
mendahului nama induk, dan jika terdapat dua atau lebih subtituen yang
berbeda maka masing-masing subtituen disebutkan berturut-turut
berdasarkan abjad dilihat dari huruf awal subtituen tersebut.

11.5.2 Isomer pada sikloalkana


Selain pembentukan isomer struktur, maka pada hidrokarbonsiklik juga
dapat membentuk isomer geometrik “ Cis, Trans” sebagaimana ditemukan
pada senyawa alkena. Isomer geometrik ini dapat terbentuk pada
hidrokarbon siklik karena ikatan karbon-karbonnya tidak dapat berputar
secara bebas. Sebagi contoh, dimetil siklo propana memiliki dua isomer
struktur yakni 1,1-dimetil siklopropana dan 1,2-dimetil siklopropana. 1,2-
dimetil siklopropana sendiri memeliki dua isomer geometrik yakni trans
1,2-dimetil siklopropana dan cis 1,2–dimetilsiklopropana. Jadi jumlah
isomer dimetil siklopropana adalah tiga.

CH3 CH3 CH3 CH3 CH3

CH3
CH3
CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana Trans 1,2-dimetil Cis 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana

Gambar 11.13. Isomer struktur dan isomer geometrik dimetil siklopropana

11.5.3 Tarikan dan Kestabilan Cincin


Pada umumnya sikloalkana mengalami tegangan dalam molekul karena
terjadinya deviasi sudut molekul dibandingkan sudut tetrahedron normal.
Semakin jauh deviasi sudut molekul dari sudut 109,5 semakin besar
tegangan dalam molekul semakin tidak stabil molekul tersebut. Berdasarkan
19

ketentuan itu, maka dapat dijelaskan mengapa siklopropana sangat tidak


stabil dengan sudut 60o dan sangat mudah putus membentuk propana rantai
lurus

bromopropana
siklopropana

Demikian pula halnya penyebab ketidak stabilan pada siklo butana sudut
90o, dan siklopentana 105o lebih stabil, deviasi sudut lebih kecil. Seandainya
molekul sikloheksana palanar (datar) maka sudut-sudutnya 120o
melampaui sudut 109,5 dan lagi pula atom-atom hidrogennya tereklipskan
antara satu dengan yang lain, tentu saja sangat tidak stabil. Kenyataanya
sikloheksana ternyata mempunyai tegangan dalam molekul paling kecil,
sebab cincin sikloheksana tidak palanar (tidak datar). Akibat adanya tarikan
cincin maka sikloheksana mengalami tekukan molekul membentuk struktur
konformasi kursi, akibatanya sudut-sudut molekulnya bukan 120 o
melainkan 109o,5’ (tetrahedron), lagi pula atom-atom hidrogen pada
sikloheksana dalam bentuk konformasi berkedudukan steggered (goyang)
antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan
sikloheksana adalah sikloalkana yang paling satabil dan paling banyak
dijumpai pada senyawa bahan alam.

H
goyang
tereklipskan H H H
H H H H
H H H
H H H H H
H H H
H H H
datar H H
tertekuk

Gambar 11.14. Sikloheksana struktur datar (tidak stabil), dan struktur


tertekuk (konfornasi) yang stabil.

11.4 Hidrokarbon Aromatik


Senyawa aromatik merupakan kelompok tersendiri dalam kimia organik,
memiliki sifat yang berbeda dengan kelompok alifatik, sangat stabil.
Aromatik berasal dari kata aroma yang berarti harum, tetapi tidaklah berarti
bahwa semua senyawa aromatik berbau harum. Defenisi aromatik lebih
dimaksudkan kepada sifat kimianya yang dicirikan oleh ikatan rangkap
terkonyugasi secara sempurna dalam cincin. Jumlah elektron p yang
terdelokalisasi dalam cincin, harus sesuai dengan hukum Huckel dalam
rumus;
Elektron p = 4n + 2, dimana n = 0, 1, 2, 3 …(bil.bulat)
Benzena memiliki 6 ( 3 pasang) elektron p, sehingga 6 = 4n + 2 jadi n = 1.
Tiga pasang elktron p dalam benzena terdelokalisasi secara sempurna dalam
cincin segi enam. Senyawa yang menyerupai sifat benzena tersebut
20

digolongkan sebagai senyawa aromatik. Beberapa senyawa aromatik


sederhana dapat ditulis sebagai berikut.

Benzena Naftalena Antrasena Fenantrena

11.6.1 Pandangan Teori Resonansi


Rumus empiris benzena C6H6, masalahnya bagaimana menuliskan rumus
struktur benzena Semula kekule meramalkan struktur benzena sebagai
sikloheksatriena dalam kesetimbangan.

Gambar 11.15. Sikloheksatriena hipotetis

Namun karena panjang ikatan dalam molekul benzena semua sama 1,39 A,
dan benzena adalah senyawa tunggal (tidak mempunyai isomer), maka
ikatan delokal dalam benzena ditulis dengan struktur resonansi sebagai
berikut.

Gambar 11.16. Bentuk-bentuk resonansi bensena

Banyak ikatan p dan ikatan s pada kedua bentuk resonansi yang dituliskan
di atas adalah sama, hanya letak/posisi ikatan p-nya yang berbeda,
menunjukkan bahwa keduanya ekivalen, dan mempunyai kontribusi yang
sama terhadap hibrida resonansi (rumus sebenarnya).

Gambar 11.17. Tumpangtindih orbital p dan pembentukan ikatan p pada benzena

Semua atom karbon pada cincin benzena adala hibrida sp2 yang berikatan
dengan tiga atom tetangganya, yakni dua karbon dan satu hidrogen. Tiap-tiap
21

karbon tersebut menyisakan satu elektron pada orbital p yang kemudian


bertumpang tindih dengan orbital p dari masing-masing karbon tetangganya,
membentuk ikatan p yang dapat berkonyugasi.

11.6.2. Tatanama Senyawa Aromatik


Selain nama sistematika, banyak digunankan nama umum dalam penamaan benzena.

CH3 CH=CH2 OH NH2

Toluena stirena fenol anilin

Penamaan yang didasarkan pada benzena, benzen mengandung subtitusi dianggap turunan benzena,
seperti.

Br NO2 COOH SO3H

bromobenze Nitrobenzena Asam benzoat Asam bensensulfonat


ena
Istilah orto (o), para (p) dan meta (m) digunakan untuk benzen yang mengandung subtitusi lebih dari
satu.
CH3
CH3 CH3
Br

Br Br
o-bromo toluena
m-bromo toluena
p-bromo toluena
Istilah orto digunakan untuk dua subtituen yang berdampingan, meta jika
subtituen tersebut berselang satu atom karbon dan para jika berselang dua
atom karbon.

11.6.3.Energi Resonansi pada Benzena


Energi resonansi adalah besarnya energi yang digunakan benzena untuk
mendelokalisasikan elektronnya atau beresonansi. Besarnya energi resonansi
benzena 36,0 kkal/mol, dapat dihitung melalui diagram berikut.

36,0

55,4
85,8

49,8
28,6

E
22

Gambar. 11.18. Diagram perhitungan energi resonansi

Hidrogenasi sikloheksena menghasilkan sikloheksana memerlukan kalor


hidrogenasi 28,6 kkal/mol. Berarti sikloheksadiena memerlukan kalor
hidrogenasi 2 x 28,6 = 57,2 kkal/mol, namu kenyataan hanya 55,4 kkal/mol.
Demikian halnya jika sikloheksatriena (hipotetis) dihidrogenasi mestinya
memerlukan kalor hidrogenasi 3 x 28,6 = 85,8 kkal/mol, ternyata kalor
hidrogenasi untuk sikloheksena dengan tiga ikatan rangkap, hanya sebesar
49,8 kkal/mol. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada energi sebesar 85,8
– 49,8 = 36 kkal/mol yang tersisa. Energi tersebut yang digunakan oleh
elektron π beresonansi dalam cincin bensena dan disebut Energi Resonansi
Benzena

11.6.4 Reaksi Subtitusi Elektrofilik Pada Aromatik


benzena memiliki tiga ikatan rangkap namun tidak mengalami reaksi adisi
sebagaimana pada alkena. Reaksi benzena adalah subtitusi menyerupai reaksi
alkana. Kenyataan ini dimungkinkan karena ikatan rangkap pada benzena
mengalami delokalisasi sepanjang resonansinya, hal ini mengakibatkan
benzena menjadi stabil dan tidak mengalami adisi. Oleh karena benzena
mengandung banyak elektron sehingga reaksinya hanya mungkin dengan
pereaksi yang menyenagi elektron (elektrofil), karena itulah reaksinya dikenal
dengan subtitusi elektrofilik.
Beberapa reaksi subtitusi benzena dapat berlangsung jika diolah dengan
katalisator.
Br
FeBr3
+ Br2 + HBr Brominasi
Bromobenzena

NO2
H2SO4
+ HNO3 + H2O Nitrasi

Nitrobenzena

SO3H
SO3
+ H2SO4 + H2O Sulfonasi
benzensulfonat

CH3

+ CH3Cl AlCl3 + HCl Alkilasi

Toluen

Gambar. 11.19. Beberapa reaksi subtitusi elektrofilik benzena


23

Anda mungkin juga menyukai