HIDROKARBON
11.1 Pendahuluan
. Kelompok senyawa hidrokarbon adalah alkana, alkena dan
alkuna, termasuk pula hidrokarbon siklik dan hidrokarbon aromatik
Jika persenyawaan hidrokarbon telah mengandung unsur lain selain
hidrogen dan karbon, maka senyawa tersebut dikelompokkan sebagai
senyawa gugus fungsional, Ikatan yang terjadi antara hodrogen
dengan karbon maupun ikatan karbon-karbon adalah ikatn kovalen.
Ikatan C-C dapat terjadi melalui ikatan (σ) sepenuhnya terjadi pada
hidrokarbon jenuh (alkana), dan atau ikatan π seperti pada
hidrokarbon tidak jenuh (alkena & alkuna).
Ikatan C-C dalam etilen terdiri dari dua ikatan, yaitu satu ikatan s
dan satu ikatan ikatan p Dalam hal ini orbital 2s hanya berhibridisasi
dengan dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2, jadi
masih terdapat satu orbital p yang tidak menagalami pembauran.
Orbital-orbital sp2mengambil orientasi segi tiga sama sisi planar
dengan sudut 1200 Pada kasus etilen terdapat satu ikatan s yang
terjadi dari tumpang tindih orbital sp2 atom-atom karbon dan satu
ikatan p yang terbentuk dari tumpang tindih antara dua orbital p dari
ataom-atom karbon. Empat ikatan lainnya dalam bentuk C-H adalah
ikatan s antara sp2 dari atom karbon dengan orbital s dari atom
hidrogen.
Formasi elektron hibridisasi sp2 dan interaksi orbital dalam
pembentukan etena dapat dilihat pada gambar berikut.
4
Besarnya sudut ikatan H-C-H adalah 116,6, dan ikatan H-C-C adalah
121,7. Panjang setiap ikatan C-H adalah 1,076 A dengan kekuatan
ikatan = 103 kkal/mol. Sedangkan panjang ikatan C=C adalah 1,33 A
dengan kekuatan ikatan = 152 kkal/mol
11.2. Alkana
Alkana adalah hidrokarbon jenuh yang dirturunkan dari metana
dengan ikatan sp3. Kelompok senyawa ini cukup stabil sehingga
disebut juga paraffin. Berdasarkan perbandingan C dan H pada
alkana maka dapat dibuat satu rumus umum, CnH2n+2 Alkana
alifatik (rantai lurus) dinamakan alkana normal. Gugus (CH 2-) yang
berperan memperpanjang rantai disebut gugus metilen dan deret
senyawa ini dikenal sebagai deret homolog.
Tabel 11.1. Sepuluh homolog alkana alifatik dan jumlah isomernya
4-etil-2,2-dimetil heptana
4-etil-2,2-dimetil heptana
(d).
(e).
(f). \
H H H H H H
HCCCCCCH Rumus struktur lengkap
H H H H H H
7
C6H12
Rumus Molekul
CH3CH2CH2CH2CH2CH3 CH3(CH2)4CH3
Rumus struktur singkat, semua ikatan
tidak ditulis, tanda kurung pembatas empat
unit metilen (-CH2-)4 yang terikat dalam
rantai lurus
CCCCCC
Gambar 11.9. Beberapa cara penulisan rumus struktur senyawa karbon (heksana)
Karena dengan cara itu maka semua atom penyusun akan saling terpisah
sejauh mungkin, sehingga senyawa tersebut berada dalam keadaan mantap
(stabil), perhatikan struktur n-heksana dalam model bola dan tongkat,
(Gambar 11.10) perlu diingat bahwa karbon pada alkana dapat berotasi
secara bebas pada ikatan tunggal karbon-karbon, sebagaimana telah dibahas
terdahulu, sehingga terdapat banyak kemungkinan konformasi molekul n-
heksana. Namun yang paling disukai adalah bentuk memanjang seperti
gambar 11.10 sebab efek strik (hambatan ruang) paling minimal sehingga
lebih stabil.
11.2.4 Isomeri dan Konformasi Senyawa Alkana
11.2.4.1 Isomer Senyawa Alkana
Senyawa alkana yang mempunyai empat atau lebih atom karbon dapat
dituliskan dalam beberapa rumus struktur. Keadaan ini dikenal dengan
istilah isomer. Kedua macam isomer butana mempunyai sifat-sifat kimia
dan fisika yang agak berbeda, n-butana mendidih pada 0,50C, dan
isobutana mendidih pada 120C.
CH3CH2CH2CH3 CH3CHCH3
n-butana
CH3
2-metil propane
Gambar 11.11. Konformasi ekstrim dari etana, bersilang (stagerred) dan berimpit
(eclipsed) dan profil energinya.
a. Oksidasi kuat
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
2CO + O2 2CO2 + 212,8 kkal/mol
Reaksi ini yang mendasari penggunaan hidrokarbon sebagai sumber
energi (BBG dan BBM)
b. Subtitusi
Reaksi ini spesifik untuk senyawa alkana, umumnya terjadi dengan
halogen (halogenasi), reaksi ini dapat berlangsung secara berantai jika
ada katalisator ultrafiolet. Sebagai contoh ditunjukkan reaksi klorinasi
di bawah ini.
Cl2/hv
CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl (metilklorida)
Cl2/hv
CH2Cl2 + HCl (metilen klorida)
Cl2/hv
CHCl3 + HCl (kloroform)
Cl2/hv
CCl4 + HCl tetralorometan
c. Pirolisis = Cracking
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan
jalan pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000C tanpa
oksigen, akan dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
CH4 2 H2 + C
CH3CH2CH3 1. H2 + C3H6
2. CH4 + C2H4
CH3CH2CH2CH3 1. H2 + C4H5
2. CH4 + C3H6
3. C2H6 + C2H6
11.3 Alkena
Kelompok alkena memiliki ikatan ganda dua karbon-karbon dengan
hirida sp2 dan memiliki ikatan phi( ). Geometri molekulnya
adalah trigonal palanar dengan sudut ikatan 120, dan panjang ikatan
karbon-karbon adalah 1,33 Ao. Perbandingan karbon dan hidrogen
dapat ditandai dengan rumus empirik CnH2n. Kadangkala dijumpai
alkena mengandung lebih dari satu ikatan rangkap, dikenal sebagai
alkadiena, -triena, -tetraena, -poliena untuk dua, tiga, empat, banyak
ikatan ganda dua.
12
Jika dalam satu senyawa memiliki lebih dari satu ikatan ganda, maka
strukturnya dapat dikelompokkan berdasarkan letak ikatan-ikatan
ganda tersebut. Bila ikatan-ikatan gandanya bersebelahan antara satu
dengan yang lain disebut terakumulasi, jika ikatan-ikatan ganda berselang
karena diantarai oleh ikatan tunggal, dinamakan ikatan ganda terkonyugasi,
dan bila ikatan-ikatan ganda tersebut diantarai oleh dua atau lebih ikatan
tunggal, disebut ikatan ganda terisolasi. Ikatan ganda yang terkonyugasi
adalah ikatan ganda yang paling stabil oleh karenanya paling banyak
ditemukan di alam dengan berbagai sifat yang menarik.
CH3-CH2-CH2=CH2-CH3 CH3-CH=CH2-CH3
CH3
2-pentena 2-metil-2-butena
Pada contoh kasus di atas terlihat ada tiga isomer struktur yaitu 1-butena, 2-
butena dan 2-metil propena, selain itu terdapat pula dua isomer geometrik
yakni cis-2-butena dan trans-2-butena
CH2=CH2 + H2 CH3-CH3
etena etana
b. Halogenasi
Ni
CH2=CH2 + Br2 CH2Br-CH2Br
etena 1,2-dibromo etana
c. Hidrasi
H+
CH2=CH2 + H2O CH3-CH2OH
etena Etanol
b. CH3-CH2-CHCl-CH3
Reaksi di atas menunjukkan hanaya satu hasil walaupun dua jalan. Baik
hasil a maupun hasil b sama saja, adalah 2-klorobutana. Tidak berlaku
hukum Markovnikov
b. CH3-CH2-CH2Cl
kloropropana
e. Hidroborasi
14
f. Oksidasi
KMnO4 adalah oksidator yang umum digunakan, berfungsi menyerap
elektron p pada ikatan ganda dua, reaksi ini dicirikan dengan perubahan
warna permanganat dari warna ungu menjadi coklat, terbentuk MnO2.
2-butena
2,3-butadiol
g. Ozonolisis
Reaksi antara alkena dengan ozon (O3) menghasilkan senyawa antara
ozonida, dengan bantuan suatu reduktor (biasanya Zn dalam suasana
asam), akan menghasilkan senyawa karbonil.
f. Reaksi diena
Diena terisolasi
CH2=CHCH2CH=CH2 + HCl CH3CHClCH2CH=CH2
1,2-pentadiena 4-kloropentena
Diena terkonjugasi
(a)
CH2=CHCH=CH2 + HCl X CH3CHClCH=CH2
1,3-butadiena 3-klorobutena
(b)
CH3CH=CHCH2Cl
Kloro-2-butena
Hasil reaksi adalah (b) bukan (a), hal ini terjadi karena adanya delokalisasi elektron π, mengalami
konjugasi.
Å Å
CH2=CHCH=CH2 + HCl CH3CHCH=CH2 CH3CH=CHCH2
1,3-butadiena
Cl æ
CH3CH=CH2CH2Cl
Kloro-2-butena
15
11.4. Alkuna
alkuna dilambangkan dengan ikatan ganda tiga sebagai hibrida sp. Ikatan
karbon-karbon terdiri dari satu ikatan s dan dua ikatan p . Panjang iktan C-C
ganda tiga 1,21 Ao lebih pendek jika dibanding dengan alkena dan alkana. Hal
ini memberi gambaran.bahwa tiga pasang elektron di antara dua atom karbon
menarik kedua intinya menjadi lebih dekat, dibanding dengan dua pasang
elektron pada alkena. Karena geometrinya linier maka senyawa alkuna tidak
melahirkan isomer geometri cis-trans.
11.4.1 Keasaman Alkuna
sp3 sp2 sp
25%, s 33,3 %, s 50 %, s
75%, p 66,6 %, p 50 %, p
keasaman meningkat
Keasaman alkuna dapat ditinjau dari aspek orbital hibridisasi. Pada karbon yang
memiliki karakter s lebih besar dan karakter p lebih kecil keasamannya lebih besar.
Demikin halnya pada alkuna dengan karakter s 50%, lebih besar dari pada karakter s
33,3% pada alkena dan hanya 25% pada alkana.
Pada alkuna orbital-orbital s berada lebih dekat dengan inti atom dibanding dengan
orbital p. dengan demikian, elektron-elektron ikatan pada C-H paling dekat dengan
atom karbon sehingga protonnya dengan mudah diambil aleh basa. Oleh karena itu
alkuna dapat mengalami reaksi subtitusi.
11.4.2 Reaksi adisi pada Alkuna
a. Subsitusi
Atom hidrogen dari asetilen maupun turunannya dapat disubsitusikan
oleh logam. Ag, Na, atau Cu. Reaksi ini sekaligus menunjukkan sifat
keasaman dari asetilen.
b. Addisi
Reaksi adisi yang terjadi pada alkena dapat pula berlangsung pada
alkuna, namun kapasitasnya lebih besar. Adisi melalui mekanisme trans
karena lebih stabil dengan efek ruang yang kecil.
1. Brominasi
Br Br
H Br
Br2 C=C Br2 H C-C H
HCºCH
Br H
Br Br
Trans-1,2-dibromoetena 1,1,2,2-tetrabromoetane
2. Hidrogenasi
Reduksi asetilen mula-mula menghasilkan etilen kemudian menghasilkan etana
H2 H2
CHºCHH CH2=CH2 CH3CH3
Pt Pt
asetilen etilen etana
3.Hidrasi
Addisi alkuna dengan air tidak hanya memerlukan katalis asam melainkan juga ion
raksa. Ion raksa membentuk kompleks dengan ikatan ganda tiga dan
mengaktifkannya untuk beraddisi. Walaupun reaksinya serupa dengan alkena hasil
awalnya adalah vinil alkohol atau enol yang tidak mantap dan selanjutnya
mengadakan penataan ulang
OH O
CHºCHH + HOH RCH=CH2 RCCH3
c. Polimerasi
Asetilen jika dipanaskan dalam temperatur tinggi akan mengalami polimerasi membentuk
berbagai senyawa, tergantung pada temperatur dan katalisator yang digunakannya.
3C2H2 C6H6
1. polimerasi benzen
2C2H2 Cu
2. CH2=CHCºCH
NH4Cl
Vinil asetilen
3C2H2 Cu
3. CH2=CHCºCC=CH2
NH4Cl
divinil asetilen
17
11.4.3 Sintesis Alkuna
a. Asetilen dapat dihasilkan dari Kalsium dengan air
C + CaO CaC2 + CO
+ H2O
CaCoHI2 + C2H2
CH3
CH3
CH3
1,1-dimetil 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana Trans 1,2-dimetil Cis 1,2-dimetil
siklopropana siklopropana
bromopropana
siklopropana
Demikian pula halnya penyebab ketidak stabilan pada siklo butana sudut
90o, dan siklopentana 105o lebih stabil, deviasi sudut lebih kecil. Seandainya
molekul sikloheksana palanar (datar) maka sudut-sudutnya 120o
melampaui sudut 109,5 dan lagi pula atom-atom hidrogennya tereklipskan
antara satu dengan yang lain, tentu saja sangat tidak stabil. Kenyataanya
sikloheksana ternyata mempunyai tegangan dalam molekul paling kecil,
sebab cincin sikloheksana tidak palanar (tidak datar). Akibat adanya tarikan
cincin maka sikloheksana mengalami tekukan molekul membentuk struktur
konformasi kursi, akibatanya sudut-sudut molekulnya bukan 120 o
melainkan 109o,5 (tetrahedron), lagi pula atom-atom hidrogen pada
sikloheksana dalam bentuk konformasi berkedudukan steggered (goyang)
antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan
sikloheksana adalah sikloalkana yang paling satabil dan paling banyak
dijumpai pada senyawa bahan alam.
H
goyang
tereklipskan H H H
H H H H
H H H
H H H H H
H H H
H H H
datar H H
tertekuk
Namun karena panjang ikatan dalam molekul benzena semua sama 1,39 A,
dan benzena adalah senyawa tunggal (tidak mempunyai isomer), maka
ikatan delokal dalam benzena ditulis dengan struktur resonansi sebagai
berikut.
Banyak ikatan p dan ikatan s pada kedua bentuk resonansi yang dituliskan
di atas adalah sama, hanya letak/posisi ikatan p-nya yang berbeda,
menunjukkan bahwa keduanya ekivalen, dan mempunyai kontribusi yang
sama terhadap hibrida resonansi (rumus sebenarnya).
Semua atom karbon pada cincin benzena adala hibrida sp2 yang berikatan
dengan tiga atom tetangganya, yakni dua karbon dan satu hidrogen. Tiap-tiap
21
Penamaan yang didasarkan pada benzena, benzen mengandung subtitusi dianggap turunan benzena,
seperti.
Br Br
o-bromo toluena
m-bromo toluena
p-bromo toluena
Istilah orto digunakan untuk dua subtituen yang berdampingan, meta jika
subtituen tersebut berselang satu atom karbon dan para jika berselang dua
atom karbon.
36,0
55,4
85,8
49,8
28,6
E
22
NO2
H2SO4
+ HNO3 + H2O Nitrasi
Nitrobenzena
SO3H
SO3
+ H2SO4 + H2O Sulfonasi
benzensulfonat
CH3
Toluen