Anda di halaman 1dari 27

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan

Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

STRATEGI PENANGANAN KAWASAN KUMUH SEBAGAI UPAYA


MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN YANG SEHAT
(Contoh Kasus : Kota Pangkalpinang)

ASEP HARIYANTO
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. UNISBA
Jalan Tamansari No.1 Bandung

ABSTRAK
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia dan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat dan martabat
serta mutu kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat yang adil dan makmur.
Perumahan dan permukiman juga merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah,
terencana, dan berkesinambungan.
Pembangunan perumahan dan permukiman yang kurang terpadu, terarah,
terencana, dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana dasar
seperti air bersih, sanitasi (jamban), sistem pengelolaan sampah, dan saluran
pembuangan air hujan, akan cenderung mengalami degradasi kualitas
lingkungan atau yang kemudian diterminologikan sebagai “Kawasan Kumuh”.

Kata Kunci : Kawasan Kumuh, Perumahan, Permukiman

1. PENDAHULUAN lingkungan tempat tinggal / lingkungan


hunian yang dilengkapi dengan
Perumahan dan permukiman
prasarana dan sarana lingkungan,
merupakan salah satu kebutuhan dasar
dimaksudkan agar lingkungan tersebut
manusia dan merupakan faktor penting
menjadi lingkungan yang sehat, aman,
dalam peningkatan harkat dan martabat
serasi, dan teratur dan berfungsi
manusia serta mutu kehidupan yang
sebagaimana yang diharapkan.
sejahtera dalam masyarakat yang adil
Sedangkan permukiman adalah bagian
dan makmur. Perumahan dan
dari lingkungan hidup diluar kawasan
permukiman juga merupakan bagian dari
lindung, baik yang berupa kawasan
pembangunan nasional yang perlu terus
perkotaan maupun perdesaan yang
ditingkatkan dan dikembangkan secara
berfungsi sebagai lingkungan tempat
terpadu, terarah, terencana, dan
tinggal atau lingkungan hunian dan
berkesinambungan.
tempat kegiatan yang mendukung
Perumahan adalah kelompok
prikehidupan dan penghidupan (UU No
rumah yang berfungsi sebagai
4/1992). Permukiman dapat pula

Jurnal PWK Unisba 11


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

didefinisikan sebagai kawasan yang perumahan dan permukiman yang


didominasi oleh lingkungan hunian layak huni baik oleh pemerintah,
dengan fungsi utama sebagai tempat swasta maupun masyarakat.
tinggal yang dilengkapi dengan 3. Pembangunan sumberdaya manusia
prasarana dan sarana lingkungan dan dan kelembagaan masyarakat yang
tempat kerja yang memberikan masih belum optimal khususnya
pelayanan dan kesempatan kerja untuk menyangkut kesadaran akan
mendukung perikehidupan dan pentingnya hidup sehat.
penghidupan sehingga fungsi-fungsi 4. Kurang dipahaminya kriteria teknis
perumahan tersebut dapat berdaya guna pemanfaatan lahan permukiman dan
dan berhasil guna. perumahan khususnya yang berbasis
pada ambang batas daya dukung
Masalah perumahan dan
lingkungan dan daya tampung ruang.
permukiman merupakan masalah tanpa
akhir (the endless problems). Betapa Pembangunan perumahan dan
tidak, masalah papan bagi manusia permukiman yang kurang terpadu,
senantiasa menjadi pembicaraan yang terarah, terencana, dan kurang
seolah tanpa akhir. Bukan hanya di kota- memperhatikan kelengkapan prasarana
kota besar saja masalah ini mengemuka, dan sarana dasar seperti air bersih,
tetapi di kota kecil pun masalah sanitasi (jamban), sistem pengelolaan
perumahan dan permukiman tersebut sampah, dan saluran pembuangan air
menjadi bahan pembicaraan. Masalah hujan, akan cenderung mengalami
perumahan dan permukiman berkaitan degradasi kualitas lingkungan atau yang
dengan proses pembangunan, serta kemudian diterminologikan sebagai
kerap merupakan cerminan dari dampak “Kawasan Kumuh”.
keterbelakangan pembangunan
Kawasan kumuh meskipun tidak
umumnya. Munculnya masalah
dikendaki namun harus diakui bahwa
perumahan dan permukiman ini
keberadaannya dalam perkembangan
disebabkan, karena :
wilayah dan kota tidak dapat dihindari.
1. Kurang terkendalinya pembangunan Oleh karena itu, dalam rangka
perumahan dan permukiman meminimalisir munculnya kawasan
sehingga menyebabkan munculnya kumuh, maka perlu dilakukan upaya-
kawasan kumuh pada beberapa upaya secara komprehensif yang
bagian kota yang berdampak pada menyangkut berbagai aspek yang
penurunan daya dukung lingkungan. mampu menghambat timbulnya kawasan
2. Keterbatasan kemampuan dan kumuh tersebut.
kapasitas dalam penyediaan

12 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

2. PENGERTIAN KAWASAN KUMUH penduduk yang padat serta keterbatasan


ruang (untuk ventilasi cahaya, udara,
Pertumbuhan dan perkembangan
sinitasi, dan lapangan terbuka). Kondisi
penduduk yang cukup pesat mempunyai
yang ada seringkali menimbulkan
dampak terhadap berbagai bidang antara
dampak yang membahayakan kehidupan
lain di bidang fisik lingkungan, sosial,
manusia (misalnya kebakaran dan
maupun ekonomi yang memerlukan
kriminalitas) sebagai akibat kombinasi
ketersediaan prasarana dan sarana
berbagai faktor.
dasar yang secara umum akan bersifat
susul menyusul dengan laju
pertumbuhan penduduk. Kurang
tersedianya sarana dasar ini akan
mengakibatkan tumbuhnya beberapa
bagian wilayah perkotaan menjadi
kawasan kumuh. Kawasan yang kumuh
sering diidentikkan dengan kawasan Gb.1
yang jorok dengan masalah atau Beberapa
contoh
kemiskinan kota. kawasan
kumuh
Kawasan kumuh adalah sebuah
kawasan dengan tingkat kepadatan
populasi tinggi di sebuah kota yang
umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.
Kawasan kumuh dapat ditemui di
berbagai kota besar di Indonesia.
Kawasan kumuh umumnya dihubung- Beberapa karakteristik kawasan

hubungkan dengan tingkat kemiskinan kumuh di Indonesia menggambarkan

dan pengangguran tinggi. Kawasan suatu kawasan permukiman yang secara

kumuh dapat pula menjadi sumber fisik memiliki kondisi lingkungan yang

masalah sosial seperti kejahatan, obat- tidak sehat, seperti kotor, tercemar,

obat terlarang dan minuman keras. Di lembab, dan lain-lain. Kondisi tersebut

berbagai wilayah, kawasan kumuh juga secara ekologis timbul sebagai akibat

menjadi pusat masalah kesehatan dari ketiakmampuan daya dukung

karena kondisinya yang tidak higienis. lingkungan mengatasi beban aktivitas


yang berlangsung di kawasan tersebut.
Menurut CSU’s Urban Studies
Di wilayah perkotaan kondisi tersebut
Department, kawasan kumuh
timbul sebagai akibat tingkat kepadatan
merupakan suatu wilayah yang memiliki
penduduk yang tinggi. Di wilayah
kondisi lingkungan yang buruk, kotor,
pedesaan dengan kepadatan penduduk

Jurnal PWK Unisba 13


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

yang rendah, kekumuhan wilayah tersedia fasilitas sarana dan prasarana


ditimbulkan oleh kondisi sanitasi dasar bagi lingkungan huniannya.
lingkungan yang buruk, sebagai akibat Kawasan semacam ini menurut
keterbatasan sarana maupun kebiasaan berbagai literatur termasuk ke dalam
masyarakat yang kurang memperhatikan kriteria kawasan squatter. Squatter
kebersihan dan kesehatan lingkungan. adalah suatu area hunian yang dibangun
Di berbagai kawasan kumuh, di atas lahan tanpa dilindungi hak
penduduk tinggal di kawasan yang kepemilikan atas tanahnya, dan
sangat berdekatan sehingga sangat sulit masyarakat squatter adalah suatu
untuk dilewati kendaraan seperti masyarakat yang mendiami (bertempat
ambulans dan pemadam kebakaran. tinggal) di atas lahan yang bukan haknya
Kurangnya pelayanan pembuangan atau bukan diperuntukkan bagi
sampah juga mengakibatkan sampah permukiman; seringkali tumbuh
yang bertumpuk-tumpuk. Dalam terkonsentrasi pada lokasi terlarang
beberapa tahun terakhir ini untuk dihuni (bantaran sungai, pinggir
perkembangan kawasan kumuh terus pantai, dibawah jembatan, dll.) dan
meningkat, hal ini sejalan dengan berkembang cepat sebagai hunian
meningkatnya populasi penduduk. karena terlambat diantisipasi; dan
Pemerintah telah mencoba menangani menempati lahan tanpa hak yang sah
masalah kawasan kumuh dengan (tanah negara, tempat pembuangan
berbagai cara, salah satunya dengan sampah, atau bahkan tanah milik
menggantikan kawasan kumuh tersebut orang/lembaga lain yang belum ataupun
dengan perumahan modern yang tidak dimanfaatkan).
memiliki sanitasi yang baik (umumnya
Kelompok squatter umumnya
berupa rumah bertingkat / rumah susun).
merupakan pendatang dari wilayah
Selain kawasan kumuh yang perdesaan atau pinggiran kota yang
menepati lahan-lahan yang legal, yang bermigrasi ke perkotaan untuk mengadu
disebut “Slum Area”, kawasan kumuh nasib (mencari nafkah) di perkotaan.
seringkali juga muncul pada lahan-lahan Selain secara ekonomi umumnya mereka
tanpa hak yang jelas, baik secara status merupakan komunitas yang
kepemilikan maupun secara fungsi ruang berpenghasilan rendah, bekerja di sektor
kota yang umumnya merupakan lahan informal, dengan penghasilan yang tidak
bukan untuk tempat hunian. tanpa seijin tetap, juga secara sosial mereka
pemiliknya, yang karenanya, pada berpendidikan rendah, berketrampilan
umumnya membawa konsekuensi terbatas dengan tatanan sosial
terhadap tidak layaknya kondisi hunian kemasyarakatan yang longgar,
masyarakat tersebut, karena tidak menghadapi eksklusifisme dari

14 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

masyarakat di sekitar-nya, dan akses kemungkinan pemecahannya yang


yang terbatas terhadap pelayanan sosial realistik yang dapat disepakati oleh
dan administrasi publik. berbagai pihak serta berdampak positif
bagi peningkatan kualitas lingkungan
Kemudian secara hukum mereka
penduduk dan perkembangan ruang kota.
tidak memiliki kekuatan dan kepastian
Fenomena keberadaan masyarakat slum
terutama menyangkut lahan yang
dan squatter di perkotaan ini selain telah
mereka tempati serta status administrasi,
menjadi salah satu penyebab timbulnya
serta secara fisik mereka tinggal dalam
ketidakjelasan fungsi elemen-elemen
kondisi lingkungan yang sangat buruk,
lahan perkotaan, juga telah menimbulkan
tidak tersedia fasilitas sarana dan
penurunan kualitas lingkungan perkotaan,
prasarana dasar lingkungan hunian,
sehingga wajah kota menjadi tidak jelas
sering terkena banjir dan polusi
dan semerawut. Keberadaan kawasan-
lingkungan lainnya.
kawasan kumuh akan memberikan
Pertumbuhan permukiman kumuh
dampak negatif, baik ditinjau dari sisi
(slum dan squatter) ini terasa makin
tingkat kalayakan kawasan maupun
pesat, terutama sejak terjadinya krisis
keterjaminan kualitas hidup dan
yang “menasional”, mulai dari krisis
keberlanjutan fungsi lingkungan.
moneter, disusul krisis ekonomi sampai
dengan krisis multidimensi yang
3. FAKTOR PENYEBAB
mengakibatkan bertambah besarnya
MUNCULNYA KAWASAN KUMUH
jumlah penduduk miskin baik di
perdesaan maupun di perkotaan. Kondisi Sejalan dengan perkembangaan
ini telah menyebabkan semakin kota baik secara fisik, ekonomi, dan
merebaklah kawasan-kawasan slum dan sosial budaya, kota telah mengalami
squatter di wilayah perkotaan. pergeseran peran, mulai dari paradigma
bahwa kota telah berkembang dengan
Hal itu terjadi karena banyak
berbagai konflik kepentingan, kemudian
penduduk kota yang menurun tingkat
muncul paradigma bahwa kota
kesejahtera-annya, sementara
berkembang sebagai proses ekologi
pendatang dari perdesaan yang
budaya, sampai dengan munculnya
membawa banyak penduduk miskin juga
pandangan bahwa kota merupakan
meningkat. Dari kondisi tersebut di atas
tempat berkumpulnya berbagai
jelas terlihat bahwa permukiman kumuh
komunitas dan budaya dengan istilah
(slum dan squatte)r merupakan ”buah”
“social world”, sebagaimana diungkapkan
dari berbagai situasi rumit dari
oleh Howard Becker (1970an, dari
ketimpangan pembangunan yang perlu
Herbert Gans, 1962; Ernest Burgess,
digali akar persoalannya dan dicari

Jurnal PWK Unisba 15


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

1925, the Chicago School): yang kumuh, dan tidak sesuai lagi dengan
memandang bahwa semua kehidupan di standar lingkungan permukiman
kota merupakan produk dari yang sehat;
kebudayaan-kebudayaan yang tercipta
3. Kurangnya perhatian / partisipasi
oleh “dunia sosial” yang hidup di kota
masyarakat akan pendayagunaan
tersebut.
prasarana dan sarana lingkungan
Semakin kuatnya daya tarik kota permukiman guna kenyamanan dan
ditambah dengan adanya berbagai kemudahan dukungan kegiatan
keterbatasan secara ekonomi di usaha ekonomi.
perdesaan, telah mendorong sebagian
Dari penjelasan diatas maka dapat
besar warga perdesaan untuk mengadu
ditegaskan bahwa permasalahan
nasib di perkotaan. Perkembangan kota
perumahan dan permukiman diperkotaan
yang pesat tersebut yang berfungsi
merupakan permasalahan yang komplek
sebagai pusat kegiatan serta
dan perlu mendapatkan perhatian, hal ini
menyediakan layanan primer dan
disebabkan karena rumah merupakan
sekunder, telah mengundang penduduk
kebutuhan dasar manusia selain pangan
dari daerah pedesaan untuk datang ke
dan sandang yang masih belum dapat
perkotaan dengan harapan bisa
dipenuhi oleh seluruh masyarakat. Bagi
mendapatkan kehidupan yang lebih baik
masyarakat berpenghasilan rendah,
serta berbagai kemudahan lain termasuk
rumah merupakan asset dalam rangka
lapangan kerja, sehingga mengakibatkan
pengembangan kehidupan social dan
kurang perhatiannya terhadap
ekonomi bagi pemiliknya. Sedangkan
pertumbuhan kawasan perumahan dan
pengadaan perumahan yang dilakukan
permukiman penduduk maupun kegiatan
oleh semua pelaku pembangunan pada
ekonomi. Kondisi tersebut pada
hakekatnya dapat mendorong
kenyataannya mengakibatkan :
berkembangnya kegiatan ekonomi
1. Terjadinya pertambahan penduduk nasional. Oleh karena itu bidang
yang lebih pesat dari pada perumahan dan permukiman merupakan
kemampuan pemerintah dalam program yang penting dan strategis
menyediakan hunian serta layanan dalam rangka pembangunan nasional.
primer lainnya secara
Pengadaan perumahan yang
layak/memadai;
diselenggarakan secara formal oleh
2. Tumbuhnya kawasan perumahan pemerintah dan pengembang swasta
dan permukiman yang kurang layak ternyata setiap tahun hanya mampu
huni, yang pada berbagai daerah memenuhi 15 % dari kebutuhan
cenderung berkembang menjadi perumahan nasional. Kekurangan

16 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

sebesar 85 % dari kebutuhan nasional lingkungan). Faktor lingkungan


dipenuhi oleh masyarakat secara perumahan yang menimbulkan
swadaya tanpa menggunakan fasilitas kekumuhan meliputi kondisi rumah,
pendanaan formal. Pembangunan status kepemilikan lahan, kepadatan
perumahan yang tidak terfasilitasi ini bangunan, koefisien Dasar Bangunan
berlangsung terus sesuai dengan (KDB), dll, sedangkan faktor sanitasi
kebutuhan social dan kemampuan lingkungan yang menimbulkan
ekonomi yang dimiliki masing-masing permasalahan meliputi kondisi air bersih,
individu yang mendorong masyarakat MCK, pengelolaan sampah,
untuk menyelenggarakan pengadaan pembuangan air limbah rumah tangga,
perumahan dan permukimannya secara drainase, dan jalan.
swadaya. Kondisi lingkungan perumahan

Dampak yang ditimbulkan dari yang menyebabkan timbulnya

kondisi yang demikian ini terutama kekumuhan adalah keadaan rumah yang

pembangunan perumahan yang mencerminkan nilai kesehatan yang

dilaksanakan oleh masyarakat rendah, kepadatan bangunan yang tinggi,

berpenghasilan rendah adalah tumbuh koefisien dasar bangunan (KDB) yang

dan berkembangnya permukiman- tinggi, serta status lahan yang tidak jelas

permukiman yang tidak terkendali dan (keberadaan rumah di daerah marjinal)

terintegrasi dalam suatu perencanaan seperti rumah yang berada di bantaran

permukiman yang sesuai dengan arah sungai, rel KA, dll. Rumah–rumah yang

pengembangan ruang kota. Pada berada di daerah marjinal berpotensi

akhirnya hal tersebut akan terkena banjir pada saat musim hujan.

mengakibatkan permasalahan fisik Dengan demikian nilai kekumuhan

lingkungan serta kerawanan sosial. tertinggi pada saat musim penghujan.

Sedangkan faktor sanitiasi


Dari penjelasan diatas maka dapat
lingkungan yang menyebabkan
disimpulkan faktor penyebab munculnya
kekumuhan seperti kurangnya sarana air
kawasan kumuh (slum dan squatter)
bersih yang terlihat dari banyaknya
dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor
masyarakat yang memanfaatkan air dari
yang bersifat langsung dan faktor yang
sumber yang tidak bersih sehingga
bersifat tidak langsung.
berpotensi menimbulkan penyakit akibat
1. Faktor Yang Bersifat Langsung mengkonsumsi air yang tidak sehat,

Faktor-faktor yang bersifat rendahnya penggunaan MCK serta

langsung yang menyebabkan munculnya banyaknya masyarakat yang membuang

kawasan kumuh adalah faktor fisik hajat secara tidak sehat, sehingga

(kondisi perumahan dan sanitasi berpotensi menimbulkan pencemaran

Jurnal PWK Unisba 17


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

organic dan peningkatan bakteri coli, Faktor-faktor yang dinilai berdampak


yang akan menimbulkan dampak tidak langsung terhadap kekumuhan
lanjutan berupa gangguan kesehatan adalah faktor ekonomi masyarakat, sosial
masyarakat. dan budaya masyarakat.

Belum adanya pengelolaan Faktor ekonomi yang berkaitan


sampah yang baik menjadi salah satu dengan kekumuhan yaitu taraf ekonomi
unsur penentu timbulnya kekumuhan. masyarakat (pendapatan masyarakat),
Akibat tidak adanya sistem pengelolaan pekerjaan masyarakat. Penghasilan yang
sampah dan kurangnya sarana rendah menyebabkan masyarakat tidak
pembuangan sampah mengakibatkan memiliki dana untuk membuat kondisi
terjadinya penumpukan sampah di rumah yang sehat, pengadaan MCK,
pekarangan. Tidak berfungsinya sistem tempat sampah dan lain-lain yang terkait
jaringan drainase juga merupakan salah dengan sarana lingkungan rumah yang
satu penyebab munculnya kawasan sehat. Pengahasilan yang rendah juga
kumuh. Kondisi ini menimbulkan mengakibatkan sebagian masyarakat
tambahan prolematika lingkungan antara membangun rumah tidak permanen di
lain terjadinya banjir (genangan) akibat bantaran sungai, Rel KA, dll. Dengan
penyumbatan sungai dan saluran air demikian taraf ekonomi secara tidak
(drainase). langsung berpengaruh terhadap
Faktor terakhir yang dinilai terjadinya kekumuhan. Demikian juga
memiliki dampak langsung terhadap halnya dengan pekerjaan masyarakat.
timbulnya lingkungan kumuh adalah Pekerjaan masyarakat yang kurang layak
pembuangan limbah rumah tangga dan menyebabkan tingkat pendapatan yang
kondisi jaringan jalan. Rendahnya rendah, sehingga kemampuan untuk
kualitas sistem pembuangan air limbah membuat rumah yang layak huni dan
rumah tangga dan jaringan jalan juga sehatpun menjadi rendah.
menyebabkan suatu kawasan menjadi Faktor kedua yang berpengaruh
kumuh. tidak langsung terhadap kekumuhan
adalah kondisi sosial kependudukan
2. Faktor Yang bersifat Tidak yang meliputi jumlah anggota keluarga,
Langsung
tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan.
Faktor-faktor yang bersifat tidak Jumlah anggota keluarga yang besar
langsung adalah faktor-faktor yang dengan tingkat pendidikan dan
secara langsung tidak berhubungan kesehatan yang rendah menyebabkan
dengan kekumuhan tetapi faktor-faktor ini rendahnya kemampuan dan
berdampak terhadap faktor lain yang pengetahuan masyarakat terhadap
terbukti menyebabkan kekumuhan. permasalahan lingkungan yang akhirnya

18 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

mendorong kesadaran yang rendah 4. PARAMETER DAN KRITERIA


terhadap upaya menciptakan lingkungan PENILAIAN KAWASAN KUMUH
dan kehidupan yang sehat. Rendahnya
4.1 Parameter Penilaian Kawasan
kesadaran masyarakat terhadap
Kumuh
kesehatan lingkungan menyebabkan
Dalam melakukan penilaian
masyarakat melakukan aktivitas
terhadap kawasan kumuh terdapat
membuang hajat dan sampah yang
beberapa parameter yang dapat
berdampak negatif bagi lingkungan dan
digunakan yang didasarkan pada
kesehatan dirinya.
beberapa komponen yaitu komponen
Faktor lain yang juga ikut
fisik, komponen sanitasi lingkungan;
mempengaruhi munculnya kawasan
komponen sosial kependudukan;
kumuh yaitu faktor budaya yang
komponen sosial budaya, dan komponen
berhubungan dengan masalah kebiasaan
ekonomi. Lebih jelasnya parameter
dan adat istiadat. Selain faktor sosial
tersebut dapat dilihat pada uraian berikut
seperti tingkat pendidikan, faktor
ini :
kebiasaan juga menjadi pendoroong
munculnya kawasan kumuh. Faktor Komponen Fisik
kebiasaan ini juga yang menyebabkan a. Penggunaan Lahan (Land Use),
masyarakat merasa lebih enak parameter yang diteliti : tata guna
membuang hajat di saluran air dan kebun lahan untuk berbagai peruntukan,
sekalipun tidak sehat, dibanding mencakup penggunaan untuk fungsi
membuang hajat di WC umum. Untuk itu lindung seperti sempadan pantai,
beberapa WC umum yang dibangun oleh sempadan sungai, dan daerah
pemerintah berada dalam kondisi konservasi; penggunaan untuk fungsi
terlantar tidak dimanfaatkan oleh budidaya seperti permukiman dan
masyarakat. aktivitas lainnya.
Selain itu faktor adat istiadat b. Keadaan Permukiman, parameter
seperti ”makan tidak makan yang penting yang diteliti : jumlah rumah, jenis
kumpul” juga merupakan salah satu rumah, kondisi rumah, jumlah
penyebab munculnya kawasan kumuh, penghuni, kepadatan bangunan,
walaupun bersifat tidak langsung. Namun KDB, dan status kepemilikan lahan.
adat istiadat seperti ini mendorong orang Contoh : tata bangunan yang sangat
untuk tetap tinggal dalam suatu tidak teratur, umumnya bangunan-
lingkungan perumahan walaupun tidak bangunan yang tidak permanen dan
layak huni yang penting dekat dengan bangunan darurat; tidak adanya
saudara, tanpa mau berusaha mencari suasana ”privacy (pribadi)” bagi
lingkungan hunian yang lebih baik. pemilik rumah, karena jumlah ruang

Jurnal PWK Unisba 19


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

di rumah tinggalnya terbatas jika rumahnya dalam satuan wilayah


dibandingkan dengan jumlah tertentu (satuan wilayah desa).
penghuninya. d. Kondisi saluran air, kondisi saluran
c. Kondisi Fisik Lingkungan, para meter air (drainase) diukur dalam
yang diteliti kualitas udara dan persentase saluran drainase dalam
pencahayaan matahari. Kualitas kondisi mengalir dalam satu satuan
udara yang tidak baik (kualitas udara wilayah tertentu.
menurun) dan pencahayaan e. Penumpukan dan Upaya
matahari yang kurang yang biasanya pengelolaan sampah, kondisi
disebabkan karena tidak adanya persampahan di hitung dari
ruang-ruang terbuka (open space). banyaknya lokasi penumpukkan
kondisi seperti ini akan sampah dalam satu wilayah tertentu.
menyebabkan udara di dalam rumah
f. Frekuensi banjir, frekuensi banjir di
tak dapat mengalir dengan baik,
ukur dari jumlah terjadinya banjir
akibatnya akan menggangu
dalam satu tahun pada satuan
kesehatan penghuni rumah tersebut;
wilayah terntentu (satuan wilayah
desa).
Komponen Sanitasi Lingkungan
g. Kondisi jalan lingkungan, kondisi
a. Kecukupan sumber air bersih, dasar
jalan lingkungan diukur dalam
penentuan nilai adalah persentase
persentase jalan lingkungan yang
jumlah keluarga yang memanfaatkan
berada pada kondisi sedang dan
sungai sebagai sumber air bersih.
buruk dalam satu satuan wilayah
b. Pemanfaatan MCK oleh Warga,
tententu (satuan wilayah
dasar penentuan nilainya adalah
desa/kelurahan).
persentase penduduk yang telah
h. Kondisi penerangan dan komunikasi,
menanfaatkan jamban sebagai
kondisi penerangan dan komunikasi
tempat membuang hajat dalam
diukur dalam persentase KK yang
satuan wilayah tertentu (satuan
mendapatkan pelayanan penerangan
wilayah desa).
dan komunikasi.
c. Pembuangan air limbah, dasar
penentuan nilai dalam kriteria ini Komponen Sosial Kependudukan
adalah keviasaan penduduk
a. Jumlah penduduk, diukur dari
membuang air limbah yang diukur
banyaknya jumlah penduduk yang
dalam persen penduduk yang
tinggal dalam satu kawasan atau
membuang limbah berupa air kotor
wilayah.
rumah tangga kepekarangan

20 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

b. komposisi penduduk, melihat jumlah mengkonsumsi air yang tidak bersih


penduduk berdasarkan struktur usia dan hieginis, dll
(belum produktif, produktif, dan tidak b. Adat istiadat, yaitu kultur budaya
produktif) dan mata status pekerjaan masyarakat yang dapat mendorong
(bekerja, setengah pengangguran terciptanya kawasan kumuh seperti :
atau pengangguran) makan tidak makan yang penting

c. kepadatan penduduk, melihat ngumpul, dll.

kepadatan penduduk yang diukur


Komponen Ekonomi
dari jumlah penduduk dibagi dengan
ketersediaan lahan (daya tampung). a. Tingkat Pendapatan, diukur dari
besarnya pendapatan yang diterima
d. Pendidikan penduduk, tujuannya
tiap KK dalam setiap bulannya.
untuk melihat sejauh mana tingkat
b. Aktivitas ekonomi atau mata
pendidikan penduduk dalam
pencaharian penduduk, diukur dari
kawasan tersebut. Sehingga akan
besarnya jumlah penduduk yang
diketahui berapa besar pengetahuan
bekerja dalam suatu bidang tertentu
dan pemahaman penduduk terhadap
(PNS, buruh tani, industri, dll).
lingkungan permukiman yang sehat
c. Sarana atau fasilitas penunjang
dan layak huni.
kegiatan ekonomi, bertujuan untuk
e. Kesehatan penduduk, tujuannya
melihat berapa besar fasilitas
untuk melihat sejauh mana kekuatan
ekonomi yang dapat melayani
yang dimiliki penduduk dari tingkat
masyarakat dalam kawasan tersebut.
kesehatannya yang dapat diukur dari
jenis penyakit yang pernah diderita,
4.2 Kriteria Penilaian Kawasan Kumuh
jumlah penduduk yang terkena
penyakit, dll. Dari penjelasan-penjelasan diatas,
kemudian dilakukan penentuan status
Komponen Sosial Budaya
kawasan kumuh berdasarkan tingkat
a. Kebiasaan penduduk, diukur dari kekumuhan. Dalam hal ini, status
banyaknya jumlah penduduk yang kawasan kumuh dibagi dalam 5 kelas,
melakukan kebiasaan-kebiasaan yaitu :
yang dapat mendorong munculnya Ko = Tidak kumuh
K1 = Kurang kumuh
kawasan kumuh seperti : kebiasaan K2 = Cukup Kumuh
K3 = Kumuh
membuang sampah disembarang
K4 = Sangat kumuh
tempat, kebiasaan membuang hajat Untuk jelasnya mengenai
di sungai, pekarangan atau tempat penetapan kriteri kawasan kumuh dapat
terbuka lainnya, kebiasaan penduduk dilihat pada Tabel 1.

Jurnal PWK Unisba 21


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Tabel 1
PENETAPAN KRITERIA KAWASAN KUMUH
KELAS KAWAASN KUMUH
KOMPONEN Tidak Kurang Cukup Kumuh Sangat
NO
PENILAIAN Kumuh (K0) Kumuh (K1) Kumuh (K3) Kumuh (K4)
(K2)
I Komponen Fisik
Sangat
1 Kondisi Rumah Baik Hampir Baik Cukup Buruk
Buruk
Semi
2 Jenis Rumah Permanen Temporer Temporer Temporer
Permanen
Kepadatan Hampir Sangat
3 Rendah Sedang Tinggi
bangunan tinggi Tinggi
4 KDB < 50 % 60 % 70 % 80 % > 90 %
5 Jumlah Penghuni 5 Org 6 – 7 Org 8 – 9 org 10 Org > 10 Org
Hampir Sangat
6 Sirkulasi Udara Baik Cukup Kurang
Cukup Kurang
Pencahayaan Hampir Sangat
7 Baik Cukup Kurang
Matahari Cukup Kurang

II Komponen Sosial
50 – 75 % 25 – 50 % 5 – 25 %
1 Pendidikan > 75 % SMA < 5 % SMA
SMA SMA SMA
Sangat
2 Kesehatan Baik Hampir Baik Cukup Buruk
Buruk

III Komponen Budaya


Kebiasaan Sangat
1 Ramah Lingk. Sedang Cukup Kurang
Penduduk Kurang
Sangat
2 Adat Istiadat Baik Hampir Baik Cukup Buruk
Buruk

IV Komponen Ekonomi
Pendapatan 1.000.000 – 750.000 – 500.000 –
1 > 1.000.000 < 250.000
Perkapita per bulan 750.000 500.000 250.000
Bekerja Bekerja Bekerja
Bekerja dan Bekerja tidak
2 Status Pekerjaan Hampir kurang sangat tidak
mencukupi mencukupi
Mencukupi mencukupi mencukupi

V Komponen Sanitasi Lingkungan


Air Bersih (dari
1 <5% 5 – 25 % 25 – 50 % 50 – 75 % > 75 %
Sungai)
2 MCK (septik Tank) > 75 % 50 – 75 % 25 – 50 % 5 – 25 % <5%
Banyak dan
Sedikit dan Sedikit tapi Sedang dan Sedang tapi
3 Sampah tidak
Dikelola tidak dikelola dikelola tidak dikelola
dikelola
Air Limbah ( Ke
4 <5% 5 – 25 % 25 – 50 % 50 – 75 % > 75 %
pekarangan)
Sangat
5 Drainase Baik Sedang Cukup Buruk
buruk
6 Jalan lingkungan Baik Sedang Cukup Buruk Sangat
buruk
7 Frekuensi Banjir 0 kali/th 1– 2 kali/th 3–4 kali/th 5-6 kali/th > 7 kali/th
Penerangan dan Sangat
8 Baik Sedang Cukup Kurang
komunikasi kurang
Sumber : Dimodifikasi dari Kriteria Kawasan Kumuh Ir. Budi D. Sinulingga M.Si, 2006

22 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

5. CONTOH KASUS KAWASAN lahan untuk menampung jumlah


KUMUH DI KOTA PANGKAL- penduduk yang begitu besar. Sedangkan
PINANG tingkat kekumuhan di Kota
Pangkalpinang lebih disebabkan karena
Di Kota Pangkalpinang tidak
faktor ekonomi dalam arti
terdapat kawasan kumuh yang
ketidakmampuan masyarakat
dikategorikan sebagai kawasan kumuh III
menciptakan lingkungan permukiman
dan Kawasan Kumuh IV (kumuh dan
yang sehat karena keterbatasan
sangat kumuh), ini dapat dipahami
ekonomi, selain itu faktor penyebab
mengingat Kota Pangkalpinang
kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga
merupakan kota yang berukuran sedang
disebabkan karena kekurang pahaman
dan sedang berkembang. Sementara itu
masyarakat akan pentingnya lingkungan
ketersediaan lahan tidak terbangun di
yang sehat, ini terlihat dari kebiasaan
Kota Pangkalpinang masih cukup besar,
sebagian masyarakat yang masih belum
sehingga perkembangan permukiman
mampu memanfaatkan dan memelihara
tidak terkonsentrasi pada satu titik saja.
infrastruktur secara optimal.
Disamping itu jumlah penduduk Kota
Pangkalpinang juga masih tergolong Di samping itu tingkat kekumuhan
kecil, sehingga masyarakat memiliki di Kota Pangkalpinang juga disebabkan
keleluasaan di dalam memilih lokasi karena pengaruh faktor alamiah seperti
tempat tinggalnya. adanya pengaruh pasang surut air laut,
sehingga muncul daerah-daerah
Karakteristik kawasan kumuh di
genangan yang semakin lama cenderung
Kota Pangkalpinang sangat berbeda
berkembang menjadi kawasan kumuh.
dengan karakteristik kawasan kumuh di
Pada bagian ini akan coba diuraikan
kota-kota besar lainnya di Indonesia.
beberapa titik lokasi kawasan kumuh di
Kekumuhan di kota-kota besar lainnya di
Kota Pangkalpinang.
Indonesia lebih disebabkan keterbatasan

Kelurahan Opas Indah


Lokasi : RT 01 RW 02
Luas Kawasan Kumuh : ± 2 Hektar
Jumlah Rumah : 60 Unit
Jumlah KK : 75 KK
KDB Rata-rata : 75 – 95 %
Kondisi Rumah : 40 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Kondisi Ekonomi : Pekerjaan masyarakat umumnya swasta 50 %,
buruh 25 %, pedagang 10 %, nelayan 10 % dan
PNS 5 %. Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp.
500.000 – Rp.750.000,-

Jurnal PWK Unisba 23


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kondisi Prasarana : Jalan lingkungan dalam kondisi sedang dengan


konstruksi berupa jalan rabat beton; penangan
limbah domestik dalam keadaan buruk (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi sedang,
terdapat hidran air tetapi tidak berfungsi; kondisi
persampahan di lokasi ini buruk, walaupun sudah
terdapat sarana angkutan sampah namun masih
banyak sampah yang berserakan karena lokasi ini
merupakan daerah bantaran sungai sehingga ada
pengaruh pasang surut air laut; penerangan dalam
keadaan baik.
Penyebab kekumuhan :
ƒ Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya
yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 70 %)
ƒ Kondisi ekonomi : umumnya sebagai pegawai
swasta dan buruh harian, sehingga
pendapatan perkapita relatif kecil.
ƒ Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan kebutuhan masyarakat seperti air
bersih, sanitasi, dll.
ƒ Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang.

Gb. 1 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 01 RW 02 Kelurahan Opas Indah

Kelurahan Gedung Nasional


Lokasi : RT 012 RW 03
Luas Kawasan Kumuh : ± 4 Hektar
Jumlah Rumah : 115 Unit
Jumlah KK : 115 KK
KDB Rata-rata : 75 – 90 %
Kondisi Rumah : 60 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Kondisi Sosial : Etnis Campuran

24 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kondisi Ekonomi : Pekerjaan masyarakat umumnya swasta 40 %,


nelayan 30 %, pedagangan 20 %, buruh 8 %, dan
PNS 2 %. Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp.
500.000 – Rp.1.000.000,-
Kondisi Prasarana : Jalan lingkungan dalam kondisi sedang dengan
konstruksi berupa jalan rabat beton (cukup);
penangan limbah domestik dalam keadaan buruk,
belum ada sanitasi yang layak (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi kurang;
kondisi persampahan di lokasi ini buruk, walaupun
sudah terdapat sarana angkutan sampah namun
masih banyak masyarakat yang membuang
sampah di sungai.
Penyebab kekumuhan :
ƒ Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya
yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 70 %)
ƒ Kondisi ekonomi : umumnya sebagai pegawai
swasta dan nelayan, sehingga pendapatan
perkapita relatif rendah.
ƒ Ketersediaan infrastruktur sanitasi lingkungan
tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat
seperti air bersih, tempat sampah, drainase,
sanitasi, dll.
ƒ Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang dan
sampah berserakan.

Gb. 2 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 012 RW 03 Kelurahan Gedung Nasional

Kelurahan Ketapang
Lokasi : RT 02 RW 03
Luas Kawasan Kumuh : ± 6 Hektar
Jumlah Rumah : 270 Unit
Jumlah KK : 295 KK
KDB Rata-rata : 75 – 95 %

Jurnal PWK Unisba 25


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kondisi Rumah : 40 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan


kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Kondisi Sosial : Mayoritas Suku Bugis
Kondisi Ekonomi : Pekerjaan masyarakat umumnya nelayan 90 %.
Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp. 500.000
– Rp.750.000,-
Kondisi Prasarana : Jalan lingkungan dalam kondisi sedang dengan
konstruksi berupa jalan rabat beton, namun sudah
banyak yang rusak; penangan limbah domestik
dalam keadaan buruk (dibuang ke pekarangan); air
bersih dalam kondisi buruk, pada musim kemarau
lokasi ini kekurangan air, hanya ada satu sumur
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sumur bor
yang dibuat airnya banyak mengandung zat besi
(kecoklatan dan berkarat); kondisi persampahan di
lokasi ini buruk, banyak masyarakat yang
membuang sampah ke selokan (drainase) atau
sungai; penerangan ada namun banyak
masyarakat yang menyambung secara ilegal.
Penyebab kekumuhan :
ƒ Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya
yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 70 %)
ƒ Kondisi ekonomi : umumnya sebagai nelayan.
ƒ Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan kebutuhan masyarakat bahkan
cenderung tidak ada seperti air bersih, sanitasi,
dll.
ƒ Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang.

Gb. 3 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 02 RW 03 Kelurahan Ketapang

26 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kelurahan Pasir Putih


Lokasi : RT 01 RW 01
Luas Kawasan Kumuh : ± 3 Hektar
Jumlah Rumah : 35 Unit
Jumlah KK : 35 KK
KDB Rata-rata : 80 – 90 %
Kondisi Rumah : 100 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Kondisi Sosial : Etnis campuran
Kondisi Ekonomi : Pekerjaan masyarakat umumnya pedagang 50 %,
buruh 30 %, dan swasta 20 %. Penghasilan rata-
rata berkisar antara Rp. 500.000 – Rp.750.000,-
Kondisi Prasarana : Jalan lingkungan dalam kondisi buruk dengan
konstruksi berupa jalan papan; penangan limbah
domestik dalam keadaan buruk (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi buruk, pada
musim kemarau lokasi ini kekurangan air, sumur
yang dibuat airnya banyak mengandung zat besi
(kecoklatan dan berkarat); kondisi persampahan di
lokasi ini buruk, banyak masyarakat yang
membuang sampah ke sembarang tempat seperti
ke selokan (drainase), pekarangan, atau sungai;
penerangan ada.
Penyebab kekumuhan :
ƒ Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya
yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 80 %)
ƒ Kondisi ekonomi : umumnya sebagai pedagang
dan buruh.
ƒ Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan kebutuhan masyarakat bahkan
cenderung tidak ada seperti air bersih, sanitasi,
dll.
ƒ Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang.
ƒ Merupakan daerah reklamasi dengan
peruntukan sebagai Jalur Hijau.

Gb. 4 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 01 RW 01 Kelurahan Pasir Putih

Jurnal PWK Unisba 27


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kelurahan Semabung Lama


Lokasi : RT 04 RW 01
Luas Kawasan Kumuh : ± 1 Hektar
Jumlah Rumah : 20 Unit
Jumlah KK : 25 KK
KDB Rata-rata : 70 – 95 %
Kondisi Rumah : 40 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Kondisi Sosial : Etnis campuran
Kondisi Ekonomi : Pekerjaan masyarakat umumnya buruh 100 %.
Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp. 500.000
– Rp.750.000,-
Kondisi Prasarana : Jalan lingkungan dalam kondisi buruk dengan
konstruksi berupa jalan tanah; penangan limbah
domestik dalam keadaan buruk (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi sedang;
kondisi persampahan di lokasi ini buruk, banyak
masyarakat yang membuang sampah dibelang
rumah; penerangan ada.
Penyebab kekumuhan :
ƒ Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya
yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 80 %)
ƒ Kondisi ekonomi : umumnya sebagai buruh.
ƒ Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan kebutuhan masyarakat bahkan
cenderung tidak ada seperti sarana prasarana
persampahan, sanitasi, dll.

Gb. 5 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 04 RW 01 Kelurahan Semabung Lama

6. STRATEGI PENANGANAN mengatasi masalah kawasan kumuh ini.


KAWASAN KUMUH Mulai dari program pengentasan

6.1 Beberapa Strategi Yang Pernah kemiskinan yang dianggap sebagai

Dilakukan penyebab utama munculnya kawasan


kumuh sampai kepada program-program
Berbagai upaya telah dilakukan
yang lebih bersifat spesifik. Pemerintah
oleh pemerintah baik pemerintah pusat
Pusat mencoba menangani masalah
maupun pemerintah daerah dalam

28 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

kemiskinan dengan meluncurkan skema mengembangkan kebijakan dan program


program jaringan pengaman sosial (JPS), yang berkesinambungan bagi
mulai dari Inpres Desa Tertinggal, P3DT, penanganan permasalahan kawasan
PDM-DKE, PLKP, PEMD, Parul (Poverty kumuh melalui berbagai pendekatan
Alleviation through Rural-Urban untuk memperbaiki kehidupan dan
Linkages), Program Ketahanan Pangan, penghidupan mereka. Melalui
sampai dengan P2KP (Program pendekatan-pendekatan yang dilakukan,
Pengentasan Kemiskinan Perkotaan) pemerintah dan masyarakat diharapkan
yang kesemuanya dilaksanakan dengan dapat bekerja bersama untuk
pola BLM (bantuan langsung kepada memperbaiki kondisi fisik, sosial dan
masyarakat). Berbagai program ekonomi golongan masyarakat ini.
pengentasan masyarakat dari
Namun yang menjadi persoalan di
kemiskinan, antara lain melalui
sini adalah sudah tepatkah kebijakan
pendekatan permukiman, telah dirancang
program-program tersebut diatas?
dan dilakukan oleh pemerintah, baik
Jangan-jangan malah akan menimbulkan
pusat maupun daerah, di perkotaan
semakin berdatangan kaum migran
maupun perdesaan, seperti misalnya
sehingga semakin merebak pula
P2LDT, KIP, P2BPK, CAP, RP4D, dst.
persoalan kawasan-kawasan kumuh.
Sebagian telah berjalan dengan baik
Lalu, model penanganan yang
namun sebagian yang lain belum
bagaimanakah yang betul-betul efektif
mencapai hasil yang optimal.
untuk diterapkan, agar sesuai
Untuk menanggulangi persoalan dengan ”niat baik” pemerintah tersebut ?
kawasan kumuh (slum dan squatter), Ini masih memerlukan jawaban lebih
perlu dikembangkan upaya peningkatan lanjut secara lebih seksama. Banyak
kemampuan masyarakat dan membuka realitas menunjukkan justru bahwa
peluang agar mereka mampu upaya-upaya pembenahan yang
memperbaiki kehidupannya dan dilakukan oleh pemerintah, dengan dalih
menjangkau permukiman yang lebih apapun, termasuk terjadinya
layak. Program-program diatas penggeseran dan penggusuran tempat-
merupakan suatu program yang pada tempat hunian di kawasan kumuh diduga
dasarnya diarahkan pada upaya seolah-olah hanya memindahkan
penyadaran dan peningkatan permasalahan yang sama dari satu
kemampuan masyarakat sehingga tempat ke tempat yang lain, dan
komunitas masyarakat kumuh dapat ujungnya semata-mata nampak hanya
“menggusur dirinya sendiri”. Melalui “menyengsarakan” masyarakat yang
program-program ini diharapkan apabila merujuk kepada isi pasal-pasal
Pemerintah dapat dibantu dalam dalam peraturan perundangan-undangan

Jurnal PWK Unisba 29


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

yang ada di Indonesia sebagaimana sektor lain, seperti pendidikan, kesehatan,


diantaranya disebutkan di atas justru pekerjaan umum dan lain-lain.
merupakan kewajiban bagi pemerintah
Program pengendalian lingkungan
bersama-sama dengan masyarakat
secara terpadu pada prinsipnya dapat
untuk membenahinya.
didesain sebagai program yang
dilaksanakan secara terpisah oleh setiap
6.2 Beberapa Strategi Lain Dalam
dinas, akan tetapi setiap kegiatan
Menangani Kawasan Kumuh
memiliki muatan yang mengarah pada
Strategi penanganan kawasan upaya penanggulangan lingkungan
kumuh harus didasarkan pada upaya kumuh. Untuk itu langkah yang perlu
menanggulangi faktor-faktor yang dilakukan adalah rapat koordinasi yang
menyebabkan kekumuhan, baik faktor mengikutsertakan setiap dinas terkait
yang bersifat langsung maupun tidak dibawah koordinasi BAPPEDA untuk
langsung. Pada hakikatnya penyelesaian merumuskan program-program yang
permasalahan lingkungan kumuh tidak mengarah kepada pengendalian
dapat dilakukan oleh satu unit atau dinas, lingkungan kumuh. Beberapa program-
akan tetapi membutuhkan keterpaduan program sebagai upaya pengendalian
kegiatan dari setiap dinas yang akan lingkungan kumuh adalah sebagai
berdampak terhadap perbaikan berikut :
lingkungan kumuh.
1. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
Strategi utama yang harus Penyuluhan kesehatan lingkungan
dilakukan dalam meningkatkan kualitas bertujuan untuk meningkatkan
lingkungan kumuh adalah Program pengetahuan masyarakat tentang
Pengendalian lingkungan secara terpadu. pentingnya upaya menjaga
Program pengendalian lingkungan kesehatan lingkungan dengan
secara terpadu merupakan program yang menerapkan pola hidup sehat
di susun bersama oleh setiap dinas yang sebagai upaya menciptakan
mengarah pada penyehatan lingkungan masyarakat yang sehat. Kegiatan ini
baik secara langsung maupun tidak dapat dilakukan bersama oleh dinas
langsung. Program yang demikian lingkungan hidup dan dinas
dilaksanakan dibawah koordinasi kesehatan.
BAPPEDA dengan usulan oleh Dinas Kegiatan penyuluhan dapat
Lingkungan Hidup. Program ini penting dilakukan dengan memanfaatkan
dilaksanakan mengingat upaya aktivitas posyandu atau pengajian
mengatasi faktor-faktor penyebab atau acara-acara sosial
timbulnya kekumuhan hubungan dengan kemasyarakatan lainnya. Melalui

30 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

kegiatan yang dilaksanakan dalam dilaksanakan sebaiknya dinas


lingkup kecil diharapkan masyarakat pelaksana bersama masyarakat
dapat memahami arti penting prilaku merumuskan pengelolaan sarana
hidup yang sehat. tersebut, sehingga sarana yang
dibangun termanfaatkan dan
2. Pembinaan masyarakat sadar
terpelihara dengan baik.
Lingkungan
Dengan demikian pelaksana yang
Kegiatan ini berbentuk kegiatan yang
sesuai dengan program ini adalah
terpogram dan mengarah kepada
Dinas Pekerjaan Umum.
terwujudnya masyarakat yang sadar
lingkungan. Program yang demikian 4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
dilakukan dalam jangka panjang Pemberdayaan ekonomi masyarakat
secara bertahap. Hasil dari kegiatan dapat dilakukan dengan pengadaan
ini diharapkan masyarakat memiliki program-program pemberdayaan
kesadaran yang tinggi tentang arti sesuai dengan potensi karakteristik
penting lingkungan hidup yang baik daerah. Untuk itu program yang
dan mayarakat mampu secara dikembangkan setiap lokasi dapat
mandiri mewujudkan lingkungan berbeda-beda. Secara riil program ini
desa yang sehat dan lestari. berbentuk pengembangan potensi
Pelaksana program ini adalah Dinas yang dimiliki masyarakat. Dengan
Lingkungan Hidup. demikian program ini diarahkan
untuk membangun UKM berbasis
3. Pembangunan Infrastruktur Publik
masyarakat yang kuat sehingga
Keterbatasan sarana dan sanitasi
mampu meningkatkan taraf ekonomi.
lingkungan di Kawasan Kumuh perlu
Program ini meliputi pelatihan (teari
diatasi dengan pengadaan
dan praktek) serta pendampingan.
infrastruktur sanitasi lingkungan.
Dalam kegiatan pelatihan perlu ada
Infrastruktur yang dapat dibangun
materi yang dikaitkan dengan upaya
meliputi MCK Umum, Sumur Air
pengendalian lingkungan kumuh,
bersih, jalan lingkungan, drainase,
sehingga diharapkan peningkatan
dan bak-bak sampah mengingat
ekonomi yang diperoleh masyarakat
pemanfaat sarana ini adalah
sebagian akan dimanfaatkan untuk
masyarakat, maka sebelum
perbaikan lingkungan kumuh. Dinas
dilakukan pembangunan sebaiknya
pertanian, perikanan, peternakan,
telah ada program sosialisasi dan
industri dan perdagangan merupkan
penyuluhan tentang arti penting
dinas yang dinilai sesuai untuk
sarana sanitasi lingkungan tersebut.
melaksanakan program ini.
Selain itu sebelum pembangunan

Jurnal PWK Unisba 31


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

5. Peningkatan Kualitas Pendidikan rumah liar (squatter) di daerah


Masyarakat Bantaran / Sempadan. Pola
Upaya mengatasi rendahnya tingkat pendekatan yang disarankan adalah
pendidikan yang menjadi faktor menggunakan model partisipatif.
pendorong munculnya kawasan Kegiatan ini dapat dilaksanakan
kumuh perlu diatasi dengan bersama antara Dinas Lingkungan
melakukan peningkatan kualitas Hidup, Dinas Kelautan, PT. KAI, dll.
pendidikan masyarakat. Upaya ini
7. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
dapat dilakukan dengan dua bentuk,
Salah satu permasalahan yang
yaitu penambahan sarana
terjadi dilokasi kumuh adalah
pendidikan formal dan pembangunan
menurunnya kesehatan masyarakat
pendidikan non formal (PKBM).
terutama sebagai akibat penyakit
Penambahan sarana pendidikan
yang ditimbulkan oleh kondisi
formal perlu didahului dengan
lingkungan yang buruk. Keterbatasan
pemetaan lokasi yang membutuhkan
sarana kesehatan dan tenaga medis
sekolah secara tepat. Hal ini
di beberapa kawasan kumuh perlu
disebabkan beberapa lokasi kumuh
diatasi dengan peningkatan sarana
memiliki jarak yang cukup jauh dari
kesehatan dan tenaga medis.
sekolah. Pengembangan PKBM
Pelaksana program ini adalah Dinas
berupa paket A, Paket B dan paket C
Kesehatan.
dinilai akan mampu membantu
pemerintah dalam menuntaskan
6.3 Program Yang Bersifat Spesifik
program wajib belajar 9 tahun di lima
kecamatan lokasi studi pelaksanaan Selain program-program tersebut

kegiatan ini menjadi tanggung jawab diatas, ada suatu program yang bersifat

Dinas Pendidikan. lebih spesifik yaitu “peremajaan kota


(urban renewal) biasanya dimaksudkan
6. Pengelolaan Kawasan Bantaran/
untuk mengubah daerah perkampungan
Sempadan (Sungai, Pantai, Danau,
kumuh dengan mengisi dan membangun
KA, SUTET, dll)
prasarana dan sarana yang sesuai
Pengolahan kawasan bantaran / dengan peruntukan lahannya sehingga
sempadan dapat dilakukan berupa layak untuk dihuni penduduk maupun
penguatan peraturan tentang untuk menampung aktivitas lainnya dan
pemanfaatan daerah bantaran / sekaligus memperindah penampilan
sempadan sebagai daerah (wajah) kota. Prasarana dan sarana yang
konservasi. Kegiatan ini diarahkan dimaksud bisa berupa perumahan,
untuk mengatasi permasalahan bangunan komersial, jaringan air bersih,

32 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

drainase, persampahan, jaringan air kawasan kumuh yang berada pada


limbah, dan prasarana lainnya. Bentuk lahan-lahan yang ilegal (bantaran
kegiatan peremajaan kota tersebut sungai, taman kota, sempadan
antara lain : pantai, dll) yang umumnya ditempati
oleh kaum migran yang sebagian
1. Pembangunan Rumah Susun
besar merupakan pekerja informal
Pembangunan rumah susun ini
dan buruh dengan tingkat
diprioritaskan pada kawasn-kawasan
pendapatan yang rendah. Selain
kumuh yang tingkat kekumuhannya
diperuntukan bagi kaum squatter,
sudah sangat tinggi (K4) atau kondisi
model rumah susun sewa ini dapat
lingkungan permukiman yang sudah
juga dilakukan untuk meremajakan
tidak layak huni, dimana infrastruktur
kota pada kawasan kumuh dengan
yang tersedia sangat terbatas,
tingkat kekumuhan cukup kumuh
kepadatan bangunan sangat tinggi,
sampai sangat kumuh (K2 – K4).
KDB tinggi, lahan terbatas, namun
Bangunan rumah susun sewa ini
status lahan umumnya merupakan
dilengkapi dengan sarana dan
lahan hak milik, dan berada di
prasarana penunjang (infrastruktur)
kawasan pusat kota.
seperti : air bersih, pengolahan
Bangunan rumah susun ini
sampah (TPS), pengolahan limbah,
dilengkapi oleh beberapa fasilitas
parkir, listrik, parkir, dll. Pelaksanaan
lingkungan seperti balai pertemuan,
pembangunan rumah susun sewa ini
TK, SD, lapangan parkir, listrik, Air
dapat dilakukan oleh Pemerintah
Bersih, taman lingkungan,TPS,
Daerah bekerjasama dengan instansi
pengolahan limbah, dll.
terkai lainnya. Pendekatan yang
Pembangunan dan pengelolaan
ditempuh terhadap masyarakat harus
rumah susun ini dilakukan oleh Pihak
ditangani secara terpadu dan
Perumnas bekerjasama dengan
bersama-sama. Selama proses
Pemda. Penguasaan tanah dilakukan
pembangunan berlangsung
dengan sistem ganti rugi, sedangkan
masyarakat penghuni mendapat
sistem penjualannya dilakukan
jaminan berupa dana untuk pindah
dengan pemberian subsidi terhadap
sementara, sedangkan setelah
penduduk asli, dibandingkan dengan
selesai penghuni dibebankan harga
harga jual terhadap penduduk
sewa yang disesuaikan dengan
pendatang.
kemampuan masyarakat
2. Pembangunan Rumah Susun Sewa berdasarkan hasil kesepakatan
bersama.
Pembangunan rumah susun sewa ini
diprioritaskan pada kawasan-

Jurnal PWK Unisba 33


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

3. Pembangunan Rumah Sederhana yang mengganggu fungsi lindung


Sehat (RsH) sekaligus mendistribusikan penduduk
pada daerah-daerah yang masih
Untuk memudahkan masyarakat
jarang penduduknya (tingkat
berpenghasilan rendah, Pemerintah
kepadatan rendah).
juga telah memberikan kemudahan
dalam memiliki Rumah Sederhana 4. Program Perbaikan Kampung (KIP)
Sehat (RsH), melalui penerbitan Program perbaikan kampun (KIP)
Keputusan Menteri Permukimaan merupakan program untuk
dan Prasarana Wilayah Nomor. memperbaiki komponen infrastruktur
24/KPTS/M/2003 tentang Pengadaan dalam kampung. Program ini
Perumahan dan perrmukiman dilaksanakan secara terpadu dengan
dengan dukungan Fasilitas Subsidi sektor-sektor terkait. Kawasan
Perumahan. kumuh yang mendapatkan prioritas

Pemerintah telah menyempurnakan program ini yaitu kawasan kumuh

konsep rumah sederhana dan rumah dengan tingkat kekumuhan kurang

sangat sederhana (RS dan RSS) kumuh (K1) sampai Kumuh (K3),

dengan Rumah Sederhana Sehat dimana infrastruktur terbatas atau

(Rs Sehat / RsH) yang dituangkan kurang, sering terkena banjir atau

dalam Keputusan Menteri Kimpraswil genangan, merupakan kampung-

Nomor 403/KPTS/M/2002 tentang kampung tua, dan pendapatan

Pedoman Teknis Rumah Sederhana perkapita masyarakat rendah. Tujuan

Sehat. Dalam pedoman tersebut program ini adalah untuk

terdapat empat macam konstruksi meningkatkan mutu kehidupan,

bangunan rumah yang dapat dipilih terutama bagi golongan masyarakat

sesuai dengan kebutuhan dan yang berpenghasilan rendah melalui

kemampuan masyarakat, yang penataan lingkungan dan

semula hanya satu pilihan (rumah peningkatan serta penyediaan

tembok) menjadi rumah jenis : prasarana dasar, sehingga akan

tembok; setengah tembok; kayu tidak meningkatkan jumlah keluarga yang

panggung, dan kayu panggung. bertempat tinggal pada rumah-rumah


yang layak huni dan sehat. Teknis
Program ini dirasakan cocok untuk
pelaksanaan program ini adalah :
menangani kawasan kumuh (K2)
perbaikan dan peningkatan sanitasi
yang menempati daerah-daerah
lingkungan, rehabilitasi kualitas
bantaran / sempadan, hal ini
rumah menjadi rumah yang layak
dimaksudkan untuk mengamankan
huni.
bantaran / sempadan dari aktivitas

34 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

5. Pembongkaran atau Penggusuran 6. Program Land Consolidation


Rumah-Rumah Liar di Bantaran /
Program land consolidation adalah
Sempadan
suatu program penataan ulang
Kegiatan ini bertujuan untuk kawasan permukiman di atas lahan
mengamankan bantaran / sempadan yang selama ini telah dimanfaatkan
sebagai kawasan lindung sebagai lokasi permukiman. Program
(konservasi) dari bahaya banjir land consolidation dapat digunakan
disamping menjaga keindahan kota. apabila telah memenuhi persyaratan
Kegiatan ini dipriritaskan pada antara lain :
perumahan-perumahan kaum migran a. Tingkat penguasaan lahan
(squatter) yang menepati kawasan secara tidak sah (tidak memiliki
ini. Sebagai solusinya pemerintah bukti primer pemilikan/
harus menyediakan kawasan penghunian) oleh masyarakat
perumahan sederhana pada lakosi- cukup tinggi.
lokasi yang masih kosong (lahan b. Tata letak permukiman
tidak produktif). Kegiatan yang dapat tidak/kurang berpola, dengan
dilakukan berupa : penertiban pemanfaatan yang beragam
bangunan-bangunan liar di bantaran (tidak terbatas pada hunian).
sungai dan sempadan pantai sesuai c. Berpotensi untuk dikembangkan
dengan Rencana Tata Ruang yang menjadi kawasan fungsional
ada dan menata dan yang lebih strategis dari sekedar
mengembangkan daerah hijau hunian.
disepanjang bantaran sungai dan
7. Resettlement (pemindahan
pantai. Program ini dapat diterapkan
penduduk)
pada kawasan kumuh (K2) yang
menempati daerah-daerah dimana Resettlement adalah suatu program
status lahannya bukan merupakan penataan kawasan permukiman
hak milik masyarakat. hal ini kumuh melalui pemindahan
dimaksudkan untuk mengamankan penduduk yang biasanya memakan
sempadan / bantaran dari aktivitas waktu dan biaya sosial cukup besar,
yang mengganggu fungsi lindung termasuk kemungkinan timbulnya
sekaligus mendistribusikan penduduk keresahan bahkan kerusuhan oleh
pada daerah-daerah yang masih masyarakat. Pemindahan penduduk
jarang penduduknya (tingkat dilakukan dikarenakan kawasan
kepadatan rendah). tersebut berada pada kawasan
tidak layak sehingga perlu
direhabilitasi dan dapat

Jurnal PWK Unisba 35


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

memberikan nilai ekonomi, sosial, lingkungan mengatasi beban aktivitas


dan estetika serta fisik lingkungan yang berlangsung di kawasan tersebut.
bagi kehidupan kota. Di wilayah perkotaan kondisi tersebut
timbul sebagai akibat tingkat kepadatan

7. PENUTUP penduduk yang tinggi. Di wilayah


pedesaan dengan kepadatan penduduk
Masalah perumahan dan
yang rendah, kekumuhan wilayah
permukiman merupakan masalah tanpa
ditimbulkan oleh kondisi sanitasi
akhir (the endless problems). Betapa
lingkungan yang buruk, sebagai akibat
tidak, masalah papan bagi manusia
keterbatasan sarana maupun kebiasaan
senantiasa menjadi pembicaraan yang
masyarakat yang kurang memperhatikan
seolah tanpa akhir. Masalah perumahan
kebersihan dan kesehatan lingkungan.
dan permukiman merupakan masalah
yang komplek dan perlu mendapatkan Faktor penyebab munculnya

perhatian, hal ini disebabkan karena kawasan kumuh (slum dan squatter)

rumah merupakan kebutuhan dasar dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor

manusia yang masih belum dapat yang bersifat langsung dan faktor yang

dipenuhi oleh seluruh masyarakat. bersifat tidak langsung.

Pembangunan perumahan dan Strategi penanganan kawasan

permukiman yang kurang terpadu, kumuh harus didasarkan pada upaya

terarah, terencana, dan kurang menanggulangi faktor-faktor yang

memperhatikan kelengkapan prasarana menyebabkan kekumuhan, baik faktor

dan sarana dasar seperti air bersih, yang bersifat langsung maupun tidak

sanitasi (jamban), sistem pengelolaan langsung. Pada hakikatnya penyelesaian

sampah, dan saluran pembuangan air permasalahan lingkungan kumuh tidak

hujan, akan cenderung mengalami dapat dilakukan oleh satu unit atau dinas,

degradasi kualitas lingkungan atau yang akan tetapi membutuhkan keterpaduan

kemudian diterminologikan sebagai kegiatan dari setiap dinas yang akan

“Kawasan Kumuh”. berdampak terhadap perbaikan


lingkungan kumuh.
Beberapa karakteristik kawasan
kumuh di Indonesia menggambarkan
8. DAFTAR PUSTAKA
suatu kawasan permukiman yang secara
fisik memiliki kondisi lingkungan yang 1. Bintoro Tjokroamidjojo, MA,
tidak sehat, seperti kotor, tercemar, “Perencanaan Pembangunan”, PT.
lembab, dan lain-lain. Kondisi tersebut Gunung Agung,
secara ekologis timbul sebagai akibat
2. Becker, G. 1976. The Economic
dari ketiakmampuan daya dukung
Approach to Human Behaviour.

36 Jurnal PWK Unisba


Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Chicago : University of Chicago 13. “Standar Perencanaan Kota”,


Press. Departemen Pekerjaan Umum, 1987,
Jakarta.
3. Evaluasi Pelaksanaan Peremajaan
Kota, Departemen Pekerjaan Umum, 14. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
Cipta Karya, 1991. 1992, Tentang Perumahan dan
Permukiman.
4. Ketentuann dan Peraturan
Perundangan Perumahan, Dinas
Perumahan, DKI Jakarta, 1994.

5. Koentjaraningrat, “Metode-Metode
Penelitian Masyarakat”, PT.
Gramedia, 1986, Jakarta.

6. “Modul P3KT”, PU-Ciptakarya.

7. “Masalah Perumahan dan


permukiman”, Jurnal PWK-ITB,
edisi khusus Juli 1993, Bandung.

8. Nana Rukmana, “Manajemen


Pembangunan Prasarana
Perkotaan”, LP3ES, 1993.

9. Nazir Moh, Ph.D, Metode Penelitian,


Jakarta Ghalla Indonesia, 1988.

10. Poerwadarminta W.J.S, Kamus


Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 1985

11. “Petunjuk Penyusunan Program


Pembangunan Prasarana Kota
Terpadu”, Tim Koordinasi
Pembangunan Perkotaan, 1989.

12. Ruslan Diwiryo, “Pembangunan


Infrastruktur dan Pengembangan
Kota dan Wilayah”, Bahan Seminar
Pengembangan Profesi
Perencanaan, 1993 Jakarta.

Jurnal PWK Unisba 37

Anda mungkin juga menyukai