Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PERCOBAAN 1
PENENTUAN PENURUNAN TITIK BEKU BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS
ZAT TERLARUT DAN KONSENTRASI LARUTAN

Disusun oleh :
Nama : Maria Bestanika Nugrahani
NIM : 171444005
Shift/Kelompok : A1/6

Dosen Pengampu:
Johnsen Harta, M.Pd.

Asisten Dosen:
1. Adelina Helena Tara
2. Niken Frydha Wulandary

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP 2018/2019
PERCOBAAN 1
PENENTUAN PENURUNAN TITIK BEKU BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS
ZAT TERLARUT DAN KONSENTRASI LARUTAN

A. Judul Praktikum : Penentuan Penurunan Titik Beku Berdasarkan Perbedaan Jenis


Zat Terlarut dan Konsentrasi Larutan
B. Hari dan Tanggal Praktikum: Selasa, 5 Maret 2019
C. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi pengaruh jenis zat terlarut terhadap penurunan titik beku larutan
2. Mengidentifikasi pengaruh konsentrasi pada zat terlarut terhadap penurunan titik
beku
3. Menentukan titik beku pelarut, larutan NaCl, dan larutan glukosa
4. Menentukan ∆Tf larutan NaCl dan larutan glukosa
D. Konteks dan Landasan Teori
1. Konteks
a. Penurunan Tekanan Uap
Manakah yang akan menguap lebih cepat, air laut atau air tawar? Air laut
tidak akan menguap lebih cepat dari air tawar, sehingga air tawar selalu
menguap lebih cepat dari air laut. Tekanan uap air laut lebih kecil daripada air
murni pada suhu yang sama.
b. Kenaikan Titik Didih
Etilena glikol atau antibeku membantu mencegah air di radiator kendaraan
membeku. Ini melindungi mesin dari pembekuan, tetapi juga menghentikan
air dari mendidih pada operasi kendaraan yang tinggi. Dengan menaikkan
titik didih, zat antibeku tersebut melindungi dari pemanasan mesin yang
berlebihan.
c. Penurunan Titik Beku
Untuk membuat es krim, kita perlu campuran susu dan gula. Campuran ini
dikelilingi oleh banyak es batu untuk membuatnya padat. Biasanya
ditambahkan garam di atas es batu untuk membuat suhu es lebih rendah.
2. Landasan Teori
Larutan merupakan campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusun pada dua zat tersebut tidak dapat

1
dibedakan lagi secara fisik. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasi),
larutan dibedakan dua macam yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion
dalam larutan yang akan menghantarkan arus listrik. Apabila suatu larutan
terdapat ion dan dapat menghantarkan arus listrik maka larutan tersebut disebut
larutan elektrolit. Contoh pada larutan elektrolit adalah NaCl, asam kuat, basa
kuat, dll. Sedangkan larutan non elektrolit merupakan larutan yang tidak terdapat
ion dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh pada larutan non elektrolit
adalah urea, glukosa, dll (Hardjono, 2000).
Sifat koligatif larutan merupakan suatu sifat larutan yang tidak bergantung
pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada berapa banyak jumlah partikel
terlarut dalam pelarut. Apabila suatu zat pelarut ditambah sedikit dengan zat
terlarut maka akan diperoleh suatu larutan yang mengalami penurunan tekanan
uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik (Bird,
1987). Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Jumlah partikel pada larutan
non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel pada larutan elektrolit meskipun
kedua larutan memiliki konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit dapat terurai menjadi ion-ionnya sedangkan larutan non elektrolit tidak
dapat terurai menjadi ion-ion (Keenan, 2000).
Titik beku merupakan suhu dimana tekanan uap cairan sama (setimbang)
dengan tekanan uap padatannya. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda-
beda dan titik beku larutan selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut. Ini
disebabkan sebagian partikel air dan partikel-partikel terlarut akan bercampur dan
membentuk ikatan. Besarnya perbedaan antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf) (Jupamahu, 1980).
Menurut Brady (1999), titik beku larutan bergantung pada kesetimbangan
pelarut dalam larutan dengan pelarut padatan dan juga bergantung pada
kesetimbangan pelarut dengan pelarut murni (air) sehingga saat terjadi
kesetimbangan, titik beku dapat tercapai. Setiap pelarut memiliki harga tetapan Kf
tertentu. Tetapan Kf ini menyatakan besarnya penurunan titik beku larutan 1
molal. Pada umumnya efek penurunan titik beku akan lebih besar daripada
kenaikan titik didih atau penurunan tekanan uap.

2
E. Eksplorasi
1. Pertanyaan
a. Mengapa air garam tidak menguap lebih cepat dari air tawar?
Air garam lebih lama menguap dibandingkan air tawar karena di dalam air
garam terdapat zat terlarut yang mengakibatkan partikel zat terlarut dan
partikel pelarut bercampur dan bereaksi sehingga proses penguapan menjadi
lebih lambat. Selain itu, zat terlarut pada air garam bersifat elektrolit dimana
partikel-partikelnya dapat terurai menjadi ion-ionnya.
b. Mengapa tekanan uap air garam lebih rendah daripada air murni pada suhu
yang sama?
Tekanan uap suatu cairan bergantung pada banyaknya molekul di
permukaan yang memiliki cuku energi kinetik untuk lolos dari tarikan
molekul-molekul lainnya. Air garam memiliki tekanan uap lebih rendah
dibandingkan air murni. Ini terjadi karena pada air garam tersebut terdapat zat
terlarut akibatnya zat yang menempati permukaan bukan hanya molekul
pelarut tetapi juga molekul zat terlarut sehingga molekul pelarut yang berada di
permukaan semakin dikit dan laju penguapan akan berkurang atau dengan kata
lain tekanan uap cairan akan turun.
c. Apakah penambahan garam akan menaikkan atau menurunkan titik didih air?
Garam yang ditambahkan ke dalam air akan menaikkan suhu pada titik
didih air. Ini terjadi karena adanya ketidakteraturan molekul-molekul antara
garam dengan air pada larutan garam sehingga entropi pada larutan garam
menjadi besar. Entropi yang besar pada larutan garam mengakibatkan larutan
garam sulit untuk menguap sehingga titik didih air setelah ditambahkan
menjadi naik. Jika dibandingkan dengan air yang tidak ditambahkan dengan
garam akan lebih cepat menguap karena untuk memperoleh entropi yang besar
zat cair harus berubah menjadi fase gas maka dari itu air lebih cepat menguap.
Secara teori entropi fase gas lebih besar dibandingkan entropi fase cair.
d. Dengan konsentrasi yang sama, mengapa air garam memiliki titik didih lebih
tinggi daripada air gula?
Air garam merupakan larutan yang bersifat elektrolit sedangkan air gula
merupakan larutan yang bersifat non elektrolit. Air garam memiliki titik didih
yang lebih besar dibandingkan air gula. Ini terjadi karena partikel zat terlarut

3
pada air garam terionisasi menjadi ion-ionnya sehingga jumlah partikel pada
air garam lebih banyak dibandingkan partikel pada air gula di konsentrasi yang
sama. Partikel pada air garam yang semakin banyak menyebabkan proses
penguapannya membutuhkan energi yang lebih besar sehingga titik didih pada
air garam lebih tinggi dibandingkan air gula
e. Apakah penambahan garam akan meningkatkan atau mengurangi titik beku
air?
Penambahan garam ke dalam air menyebabkan titik beku pada air
mengalami penurunan. Garam sebagai zat terlarut ditambahkan ke dalam zat
pelarut yaitu air mengakibatkan titik beku pada suatu larutan menjadi rendah.
Ini terjadi karena jumlah partikel pada larutan menjadi lebih banyak akibatnya
larutan menjadi lebih sukar membeku sehingga membutuhkan suhu yang lebih
rendah dan waktu yang lebih lama.
f. Dengan konsentrasi yang sama, mengapa air garam memiliki titik beku lebih
rendah daripada air gula?
Pada konsentrasi yang sama, air garam memiliki titik beku lebih rendah
daripada air gula. Ini terjadi karena air garam memiliki zat terlarut yang
bersifat elektrolit dimana partikel-partikelnya terurai menjadi ion-ionnya yang
sehingga jumlah partikel pada air garam semakin banyak. Jumlah partikel yang
semakin banyak membuat larutan garam sukar untuk membeku sehingga
membutuhkan suhu yang lebih rendah untuk membekukan larutan garam.
Sedangkan air gula memiliki zat terlarut yang bersifat non elektrolit dimana
partikel-partikelnya tidak terurai menjadi ion-ionnya sehingga jumlah partikel
pada air gula tidak banyak dibandingkan air garam akibatnya larutan gula lebih
cepat membeku dibandingkan air garam
2. Alat
a. Gelas kimia f. Rak tabung reaksi
b. Pengaduk g. Pipet tetes
c. Termometer digital h. Stopwatch
d. Neraca i. Labu ukur
e. Tabung reaksi j. Gelas ukur

4
3. Bahan
a. Larutan NaCl 0,1 M e. Akuades
b. Larutan Glukosa 0,1 M f. Batu es
c. Larutan NaCl 0,05 M g. Garam
d. Larutan Glukosa 0,05 M h. Aquades
F. Rancangan Eksperimen
1. Pembuatan Larutan NaCl

Sebanyak 0,2925 gram dan 0,14625 gram padatan NaCl ditimbang menggunakan
neraca

Masing-masing padatan NaCl dilarutkan dengan 10 mL aquades dalam gelas kimia

Masing-masing larutan yang telah terbentuk dipindahkan secara kuantitatif ke dalam


labu takar 50 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas

2. Pembuatan Larutan Glukosa

Sebanyak 0,9 gram dan 0,45 gram padatan glukosa ditimbang menggunakan neraca

Masing-masing padatan glukosa dilarutkan dengan 10 mL aquades dalam gelas kimia

Masing-masing larutan yang telah terbentuk dipindahkan secara kuantitatif ke dalam


labu takar 50 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas

3. Penentuan Titik Beku Pelarut, Larutan Glukosa dan Larutan NaCl

Es batu yang telah dihancurkan dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL dan
ditambahkan dengan sedikit garam

Sebanyak 5 mL aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Tabung reaksi yang berisi aquades dimasukkan ke dalam gelas


kimia yang berisi es

Proses pembekuan pada akuades ditunggu selama 15 menit

Perubahan suhu setiap 10 detik diukur dan dicatat

5
Titik beku setiap sampel larutan dan pelarut ditentukan

∆Tf setiap sampel larutan ditentukan

Data yang kami butuhkan adalah titik beku pada aquades, larutan NaCl 0,1 M,
larutan NaCl 0,05 M, larutan glukosa 0,1 M, dan larutan glukosa 0,05 M . Selain
itu ∆Tf pada larutan larutan NaCl 0,1 M, larutan NaCl 0,05 M, larutan glukosa 0,1
M, dan larutan glukosa 0,05 M
G. Data Pengamatan
1. Kenaikan Titik Didih Pelarut

Larutan NaCl (℃) Larutan Glukosa (℃)

Waktu Aquades(℃) 0,05 M


No. 0,1 M 0,05 M 0,1 M
(detik)
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 0 32,8 30 32,5 33,4 32,1 32,2 31,9 30,8 31,8 30,8

2 10 32,8 29,7 29 30,9 28,5 30 30,5 28,3 28,5 29,6

3 20 18 25,8 27 26,7 24 26,6 20,6 25 15,5 24

4 30 12 18,8 16 24,6 17,3 25 15,3 23,6 11,8 19,6

5 40 8,2 14,5 11,7 20,5 14,6 19,2 11,6 19,2 7,8 15,4

6 50 6,7 10,4 7,8 17,3 11,3 15,2 9,7 17 5 9,8

7 60 5,3 8,2 4,9 16,3 7,5 13,2 7,4 15 4,7 7,8

8 70 4,9 5,9 4,1 13,1 5,3 10,7 5,8 13,4 3,8 6

9 80 1,1 3,9 2,3 11,2 4,3 9,3 4,3 12,4 3 4,5

10 90 0,3 2,3 0,2 10,1 3,1 7,1 2,4 10,5 1,7 3,2

11 100 0,3 1 0 9 0,4 6 0,8 9,1 -0,1 2,8

12 110 0,3 0 -0,6 6,9 -0,2 4,6 0,5 7,6 -0,1 2,5

6
13 120 - 0 -0,6 5,8 -0,2 3,2 -0,2 6,7 -0,1 1,2

14 130 - 0 -0,6 4,6 -0,2 2,1 -0,2 5,3 - -0,1

15 140 - - - 2,8 - 1,1 -0,2 4,4 - -0,1

16 150 - - - 1,4 - 0,8 - 3,4 - -

17 160 - - - -0,8 - -0,6 - 2,4 - -

18 170 - - - -0,8 - -0,6 - 1,6 - -

19 180 - - - -0,8 - 0,6 - -0,5 - -

20 190 - - - - - - - -0,5 - -

2. Perbandingan Nilai Titik Beku Secara Praktik dan Teori


Titik Beku (℃)
No. Jenis Larutan Praktik
Teori
1 2 Rata-rata
1. Air 0,3 0 0,15 0
2. Larutan NaCl 0,1 M -0,6 -0,8 -0,7 -0,372
3. Larutan NaCl 0,05 M -0,2 -0,6 -0,4 -0,186
4. Larutan Glukosa 0,1 M -0,2 -0,5 -0,35 -0,186
5. Larutan Glukosa 0,05 M -01 -0,1 -0,1 -0,093
3. Perbandingan Nilai Penurunan Tititk Beku (∆Tf) Secara Praktik dan Teori
Penurunan Tititk Beku (∆Tf)
No. Jenis Larutan
Praktik Teori
1. Larutan NaCl 0,1 M 0,85 0,372
2. Larutan NaCl 0,05 M 0,55 0,186
3. Larutan Glukosa 0,1 M 0,50 0,186
4. Larutan Glukosa 0,05 M 0,25 0,093

H. Pembahasan
Larutan merupakan campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom maupun
ion dari dua zat atau lebih. Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya

7
partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Sifat-
sifat ini sering disebut dengan sifat koligatif. Menurut Petrucci (1987), sifat koligatif
bergantung pada jumlah mol total per liter yang terlarut yang ada. Apabila suatu zat
pelarut ditambah sedikit dengan zat terlarut maka akan diperoleh suatu larutan yang
mengalami penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmotik. Pada praktikum ini, dilakukan pengujian pada salah satu sifat
koligatif larutan yaitu penurunan titik beku terhadap perbedaan konsentrasi dan jenis
zat terlarut. Berikut ini penjelasan mengenai penurunan titik beku yang terjadi
terhadap perbedaan konsentrasi dan jenis zat terlarut sebagai berikut:
1. Penurunan Titik Beku Pada Perbedaan Konsentrasi Larutan
Titik beku merupakan suhu saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya. Secara teori, titik beku larutan selalu lebih rendah daripada titik beku
pelarut murni. Ini dikarenakan zat sebagian partikel pelarut dan partikel-partikel zat
terlarut akan bergabung membentuk ikatan baru dimana akan membutuhkan lebih
banyak energi yang diperlukan untuk mengubah larutan menjadi fasa padat karena
titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya (Brady,
1999). Penurunan titik beku termasuk dalam salah satu sifat koligatif larutan
dimana penurunan titik beku dapat disimbolkan sebagai ∆Tf. Penurunan titik beku
merupakan selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan. Penurunan
titik beku dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
∆Tf = Tf⁰ - Tf
∆Tf = m x Kf
∆Tf = m x Kb x i
(Chang, 2005)
Pada persamaan tersebut, Tf⁰ adalah titik beku pelarut, Tf merupakan titik beku
larutan, m merupakan konsentrasi dari zat terlarut dalam 1000 gram pelarut,
sedangkan Kf merupakan konstanta penurunan titik beku molal.
Pada percobaan ini, larutan NaCl dan larutan glukosa dimana setiap larutan
memiliki 2 konsentrasi yang berbeda yaitu 0,1 M dan 0,05 M dilakukan pengujian
terhadap titik beku masing-masing larutan untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi dengan penurunan titik beku. Untuk mengetahui penurunan titik beku
terhadap masing-masing larutan, titik beku pelarut yaitu air secara praktik harus
ditentukan terlebih dahulu sehingga ∆Tf masing-masing larutan dapat dihitung.

8
Proses pengukuran titik beku pada masing-masing larutan dan air dilakukan dengan
cara larutan dibekukan dalam wadah yang berisi es dan sudah ditambahkan garam.
Proses penambahan garam ke dalam es bertujuan agar es tidak cepat mencair
karena garam yang ditambahkan es batu akan menurunkan titik leleh es batu
sehingga proses penentuan titik beku larutan tidak terganggu. Saat proses
pembekuan, suhu pada masing-masing larutan dan air diukur setiap waktu untuk
mengetahui proses penurun suhu pada masing-masing zat. Pada percobaan ini,
setiap 10 detik masing-masing diukur suhunya karena proses penurunan suhu pada
larutan NaCl, larutan glukosa, dan air berlangsung cepat.
Titik beku suatu zat telah tercapai jika zat tersebut sudah berubah fasa dari
fasa cair ke fasa padat dan suhu yang diperoleh konstan saat proses pembekuan.
Penentuan titik beku pada masing-masing zat dilakukan sebanyak 2 kali untuk
memperoleh hasil yang akurat. Pada percobaan ini, suhu awal akuades pada
pengulangan 1 adalah 32,8℃ dan pengulangan 2 adalah 30℃. Saat akuades
dilakukan proses pembekuan, setiap 10 detik, suhu pada akuades mulai mengalami
penurunan baik pada pengulangan 1 dan pengulangan 2. Ini terjadi karena akuades
belum mencapai titik beku sehingga suhunya selalu mengalami perubahan setiap 10
detik. Pada detik ke 90 – 110, suhu akuades sudah mencapai konstan yaitu 0,3℃
dan akuades telah mengalami perubahan fasa menjadi fasa padat untuk
pengulangan pertama. Ini menandakan, akuades sudah mencapai titik beku. Pada
pengulangan 2, di detik 110-130 suhu akuades baru mencapai konstan yaitu 0℃
sehingga titik beku air rata-ratanya adalah 0,15℃. Perbedaan titik beku air yang
diperoleh baik pengulangan 1 dan pengulangan 2 disebabkan kesalahan praktik,
dan es yang digunakan sudah mulai mencair pada saat pengulangan 2 sehingga titik
beku yang diperoleh menjadi berbeda. Menurut Brady (1999), titik beku air adalah
0℃. Adanya perbedaan nilai titik beku antara teori dan praktik disebabkan dari
beberapa faktor yaitu ketidaktelitian praktikan saat melakukan praktikum seperti
alat yang digunakan untuk menampung akuades tidak bersih sehingga akuades
tercemar dengan zat lain, selain itu ketidaktelitian alat pengukur suhu yaitu
termometer serta tekanan pada laboratorium tidak 1 atm sehingga titik beku air
yang diperoleh bukan 0℃.
Untuk larutan NaCl pada konsentrasi 0,1 M, titik beku pada pengulangan 1
adalah -0,6℃ dan pengulangan 2 sebesar -0,8℃ sehingga titik beku rata-rata larutan

9
NaCl 0,1 M adalah -0,7℃. Secara perhitungan, titik beku pada larutan NaCl 0,1 M
adalah -0,372℃ Sedangkan larutan NaCl 0,05 M, titik beku pada pengulangan 1
adalah -0,2 ℃ dan pengulangan 2 sebesar -0,6℃ sehingga titik beku rata-rata
larutan NaCl 0,05 M adalah -0,4℃ . Secara perhitungan, titik beku larutan NaCl
0,05 M sebesar -0,186℃. Untuk titik beku larutan glukosa pada pengulangan 1
adalah -0,2℃ dan pengulangan 2 sebesar -0,5℃ sehingga titik beku rata-rata larutan
glukosa 0,1 M sebesar -0,35℃. Titik beku larutan glukosa 0,05 M pada
pengulangan 1 dan 2 adalah -0,1℃ sehingga titik beku rata-rata larutan 0,05 M
sebesar -0,1℃. Secara perhitungan titik beku larutan glukosa sebesar 0,093.
Bila dibandingkan antara titik beku air dengan titik beku larutan NaCl dan
larutan glukosa baik pada konsentrasi 0,1 M dan 0,05 M, titik beku air lebih besar.
Ini disebabkan pada air tidak memiliki zat terlarut sehingga untuk mengubah fasa
dari cair ke fasa padat tidak membutuhkan energi yang besar akibatnya titik beku
air lebih besar dibandingkan larutan NaCl dan larutan glukosa. Menurut Atkins
(1996), proses pembekuan suatu larutan melibatkan transisi dari keadaan tidak
teratur ke keadaan teratur dimana membutuhkan energi yang besar untuk mengubah
fasa cairan menjadi fasa padat. Molekul-molekul suatu zat pada fasa padat lebih
teratur dibandingkan pada fasa cair. Molekul-molekul pada larutan lebih tidak
teratur dibandingkan pelarutnya, sehingga membutuhkan energi yang besar untuk
mencapai keteraturan. Larutan NaCl dan larutan glukosa bersifat non volatile
dimana zat ini bersifat sukar menguap, akibatnya pada suhu 0℃ belum membeku
dan tekanan permukaan lebih kecil dari 1 atm sehingga larutan harus dibekukan
pada tekanan 1 atm dengan menurunkan suhu atm (Dogra, 1994).
Titik beku pada larutan NaCl 0,1 M dan larutan NaCl 0,05 M memiliki nilai
yang berbeda baik dimana titik beku larutan NaCl 0,1 M lebih rendah dibandingkan
larutan NaCl 0,05 M. Akibatnya penurunan titik beku yang terjadi pada larutan
NaCl 0,1 M lebih besar dibandingkan larutan 0,05 M. Berdasarkan perhitungan
yang tercantum dalam lampiran, penurunan titik beku (∆Tf) larutan NaCl 0,1 secara
praktik sebesar 0,85 sedangkan secara teori sebesar 0,372. Untuk penurunan titik
beku larutan (∆Tf) 0,05 M secara praktik sebesar 0,55 dan secara teori sebesar
0,186. Pada hal ini terlihat jelas bahwa konsentrasi zat terlarut sangat berpengaruh
besar terhadap penurunan titik beku larutan. Berdasarkan nilai titik beku dan
penurunan titik beku larutan NaCl baik secara praktik maupun teori, semakin besar

10
konsentrasi zat terlarut menyebabkan titik beku larutan NaCl menjadi semakin
rendah akibatnya penurunan titik beku yang terjadi pada larutan NaCl semakin
besar. Menurut Harnanto (2009), penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi
pada konsentrasi dari zat terlarut di dalamnya. Semakin besar konsentrasi larutan
semakin banyak jumlah partikel dalam larutan yang menyebabkan titik beku larutan
yang diperoleh menjadi lebih rendah dan penurunan titik beku larutan menjadi
besar. Ini terjadi karena jumlah partikel-partikel dari zat terlarut yang semakin
banyak mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul terhalang dimana
molekul-molekul di dalam larutan semakin tidak teratur akibatnya untuk
mendekatkan jarak antarmolekul pelarut diperlukan suhu yang lebih rendah.
Perbedaan nilai penurunan titik beku dan titik beku pada larutan NaCl 0,1 M
dan larutan 0,05 M juga terjadi pada larutan glukosa 0,1 M dan larutan glukosa
0,05 M. Berdasarkan data yang diperoleh, titik beku pada larutan glukosa dengan
konsentrasi 0,1 M lebih rendah dibandingkan dengan titik beku larutan. Secara
teori, bahwa titik beku larutan glukosa 0,1 M juga lebih rendah dibandingkan
larutan glukosa 0,05 M. Titik beku larutan glukosa 0,1 M rendah menyebabkan
penurunan titik beku yang terjadi pada larutan glukosa 0,1 M lebih besar
dibandingkan larutan glukosa 0,05 M. Berdasarkan perhitungan yang tercantum di
lampiran, nilai penurunan titik beku (∆Tf) larutan glukosa 0,1 M secara praktik
sebesar 0,5 sedangkan larutan glukosa 0,05 M sebesar 0,25. Secara teori, penurunan
titik beku pada larutan glukosa 0,1 M juga lebih besar dibandingkan larutan
glukosa 0,05 M dimana nilai ∆Tf larutan glukosa 0,1 M sebesar 0,186 dan larutan
glukosa sebesar 0,093.
Berdasarkan data percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi larutan sangat mempengaruhi nilai titik beku yang diperoleh dan
penurunan titik bekunya dimana semakin besar konsentrasi suatu larutan
menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dan penurunan titik bekunya
menjadi besar.
2. Penurunan Titik Beku Pada Jenis Zat Terlarut
Pada percobaan ini dilakukan pengujian pada larutan NaCl dan larutan
glukosa untuk mengetahui nilai penurunan titik beku yang terjadi antara kedua zat
pada konsentrasi yang sama. Larutan NaCl merupakan senyawa non volatil yang
bersifat elektrolit. Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan

11
arus listrik karena larutan elektrolit dapat terurai menjadi partikel-partikel yang
berupa ion. Sedangkan larutan glukosa merupakan senyawa non volatil dan bersifat
non elektrolit. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik karena larutan non elektrolit tidak dapat terurai jadi
partikel-partikel yang berupa ion (Dogra, 1994). Berdasarkan hasil percobaan yang
diperoleh, penurunan titik beku yang terjadi pada larutan NaCl 0,1 M lebih besar
dibandingkan larutan glukosa 0,1 M yaitu 0,85. Secara teori, penurunan titik beku
pada larutan NaCl 0,1 M juga lebih besar dibandingkan larutan glukosa. Ini terjadi
karena larutan NaCl termasuk elektrolit sementara larutan glukosa merupakan non
elektrolit jadi glukosa tidak terionisasi sehingga tetap sebagai molekul sedangkan
larutan NaCl terionisasi menjadi ion penyusunnya yaitu Na+ dan Cl- akibatnya
jumlah partikel di dalam larutan NaCl 0,1 M lebih banyak dibandingkan larutan
glukosa 0,1 M .
Menurut Jupamahu (1980), penurunan titik beku larutan berbanding lurus
dengan jumlah partikel zat dalam larutan. Semakin besar jumlah partikel suatu zat
semakin besar penurunan titik beku larutan. Apabila dihitung secara teori, nilai
penurunan titik beku larutan NaCl 2 kali lebih besar dibandingkan larutan glukosa.
Ini terjadi karena larutan NaCl memiliki faktor Van’t Hoff yang dinotasikan dengan
huruf “i”. Faktor ini adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut
berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor Van’t Hoff secara teori dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
i = 1 + ((n-1)α)
α adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu
zat berada di dalam larutan.
(Haliday, 2005)
Larutan NaCl 0,1 M merupakan larutan elektrolit yang mengalami ionisasi
sempurna (derajat ionisasi = 1) sehingga nilai i sama dengan jumlah partikel ion
yang diuraikan sehingga nilai i mempunyai 2 maka rumus untuk menghitung
penurunan titik beku (∆Tf) larutan NaCl 0,1 M = m x Kf x i. Sedangkan larutan
glukosa merupakan non elektrolit yang tidak terionisasi secara sempurna sehingga
tidak memiliki nilai i maka rumus untuk menghitung penurunan titik beku (∆Tf)
larutan glukosa 0,1 M = m x Kf.

12
Penurunan titik beku yang terjadi larutan NaCl 0,05 M lebih besar
dibandingkan larutan glukosa 0,05 M. Ini terlihat jelas dari data percobaan yang
diperoleh dimana penurunan titik beku (∆Tf) larutan NaCl 0,05 M sebesar 0,55
sedangkan larutan glukosa 0,05 M sebesar 0,25. Secara teori, nilai penurunan titik
beku pada larutan NaCl 0,05 M 2 kali lebih besar daripada larutan glukosa 0,05
yaitu 0,186. Ini disebabkan karena larutan NaCl 0,05 M juga terurai menjadi ion-
ionnya sehingga ∆Tf larutan NaCl 0,05 M dipengaruhi faktor Van’t Hoff . Selain itu
jumlah partikel di dalam larutan NaCl 0,05 M lebih banyak dibandingkan larutan
glukosa 0,05 M akibatnya semakin besar penurunan titik beku larutannya.
I. Pertanyaan Pascapraktek dan Refleksi
1. Pertanyaan Pascapraktek
a. Bandingkan tekanan uap larutan (zat terlarut + pelarut murni) dan pelarut
murni! Jelaskan alasannya!
Tekanan uap larutan lebih rendah dibandingkan tekanan uap pelarut. Ini
disebabkan pada larutan terdapat zat terlarut yang menyebabkan larutan
menjadi sukar untuk mendidih. Larutan yang semakin sukar untuk mendidih
membuat tekanan uap larutan menjadi rendah dibandingkan tekanan uap
pelarut pada suhu yang sama.
b. Bandingkan perbedaan antara titik didih larutan (zat terlarut + pelarut murni)
dan pelarut murni! Jelaskan alasannya!
Titik didih pada larutan lebih besar dibandingkan titik didih pelarut
murni. Ini disebabkan pada larutan terdapat zat terlarut yang menyebabkan
molekul-molekul pada larutan menjadi lebih tidak teratur sehingga nilai entropi
pada larutan lebih besar dibandingkan pelarut murni. Akibatnya untuk
mencapai titik didih, membutuhkan energi yang besar agar larutan mengalami
perubahan fasa dari fasa cair ke fasa padat. Sebab entropi pada larutan sudah
besar sedangkan entropi pada pelarut kecil jadi untuk mencapai titik didih lebih
cepat.
c. Jelaskan hubungan antara jenis zat terlarut dan konsentrasi zat terlarut dengan
titik didih larutan dibandingkan dengan pelarut murni!
Tinggi rendahnya titik didih larutan dipengaruhi oleh jenis zat terlarut
dan konsentrasi zat terlarut. Jenis zat terlarut dibedakan menjadi 2 yaitu larutan
elektrolit dan larutan elektrolit. Pada larutan elektrolit akan memiliki titik didih

13
yang lebih besar dibandingkan larutan non elektrolit dan pelarut murni. Ini
disebabkan zat terlarut dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya sehingga
jumlah partikel di dalam larutan menjadi lebih banyak akibatnya molekul-
molekul di dalam larutan menjadi lebih tidak teratur. Jumlah partikel yang
semakin banyak menyebabkan larutan sulit untuk mencapai titik didih karena
entropi di dalam larutan sudah besar.
Konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap titik didih larutan
dimana semakin besar konsentrasi suatu larutan makan titik didih pada larutan
menjadi lebih besar. Ini terjadi karena konsentrasi yang semakin besar
menyebabkan jumlah partikel di dalam larutan semakin banyak sehingga
larutan sulit untuk mencapai titik didih. Akibatnya nilai titik didih larutan lebih
besar dibandingkan titik didih pelarut murninya. Titik didih larutan yang
semakin besar menyebabkan kenaikan titik didih pada larutan tersebut menjadi
besar.
d. Bandingkan perbedaan antara titik beku larutan (zat terlarut + pelarut murni)
dan pelarut murni! Jelaskan alasannya!
Titik beku larutan lebih kecil dibandingkan titik beku pelarut murninya.
Ini terjadi karena pada larutan terdapat zat terlarut yang menyebabkan larutan
sulit untuk membeku. Titik beku suatu larutan ditandai dengan berubahnya
fasa cairan menjadi fasa padat dimana molekul-molekul yang awalnya tidak
teratur menjadi lebih teratur. Pada larutan, molekul-molekul lebih tidak teratur
dibandingkan pelarutnya akibatnya pada larutan membutuhkan energi yang
sangat besar untuk membuat molekul-molekul pada larutan menjadi lebih
teratur sehingga titik beku pada larutan menjadi lebih rendah dibandingkan
titik beku pelarutnya.
e. Jelaskan hubungan antara jenis zat terlarut dan konsentrasi zat terlarut ke titik
beku larutan apabila dibandingkan dengan pelarut murni!
Jenis zat terlarut sangat mempengaruhi terhadap titik beku larutan. Pada
jenis zat terlarut dibagi menjadi 2 yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit.
Titik beku pada larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan titik beku larutan
non elektrolit. Ini terjadi karena pada larutan elektrolit zat terlarutnya terurai
menjadi ion-ion penyusunnya sedangkan larutan non elektrolit tidak terionisasi
sehingga jumlah partikel di dalam larutan menjadi lebih banyak akibatnya

14
larutan sulit untuk membeku yang menyebabkan titik beku pada larutan
elektrolit lebih rendah dibandingkan larutan non elektrolit bahkan pelarutnya.
Titik beku larutan yang semakin rendah menyebabkan penurunan titik beku
pada larutan tersebut menjadi besar.
Konsentrasi suatu larutan juga berpengaruh terhadap titik beku suatu
larutan. Dimana semakin besar suatu konsentrasi larutan maka titik beku
larutan menjadi lebih rendah yang akibatnya penurunan titik beku yang terjadi
pada larutan tersebut menjadi besar. Ini terjadi karena jumlah partikel di dalam
larutan menjadi lebih banyak akibatnya larutan menjadi sulit untuk membeku
sehingga titik beku pada larutan tersebut menjadi lebih rendah.
f. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi sifat koligatif larutan!
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat koligatif larutan adalah
konsentrasi larutan, jenis larutan termasuk larutan elektrolit atau larutan non
elektrolit, dan massa zat terlarut.
2. Refleksi
Ada banyak pelajaran yang saya peroleh selama saya merancang dan
melaksanakan praktikum dengan kelompok. Berawal dari merancang dimana saya
belajar untuk mampu bekerja sama dengan kelompok teman saya selain itu saya
harus belajar untuk menerima pendapat orang lain sehingga rancangan
praktikumnya dapat terselesaikan. Di sisi lain, sebagai calon pendidik saya harus
belajar untuk merancang praktikum meskipun masih di bantu dengan teman
kelompok karena di masa depan saya harus mampu merancang praktikum sendiri.
Pada pelaksanaan praktikum, saya harus mampu bekerja sama dengan
teman sekelompok saya serta teliti dalam melaksanakan praktikum sehingga data
yang ingin kami peroleh dapat terwujud. Pada praktikum ini, saya merasa senang
sekali karena hasil praktikumnya sesuai dengan teori selain itu praktikum ini
membantu saya dalam memahami materi sifat koligatif.
J. Kesimpulan
Pada percobaan ini, penurunan titik beku dipengaruhi oleh konsentrasi suatu
larutan dan jenis zat terlarut. Larutan yang digunakan untuk mengetahui penurunan
titik beku adalah larutan glukosa dan larutan NaCl dengan konsentrasi 0,1 M dan 0,05
M dengan pelarut yang digunakan adalah air. Titik beku pada larutan NaCl 0,01 M
sebesar 0,7℃ dengan ∆Tf sebesar 0,85. Untuk titik beku larutan NaCl 0,05 M sebesar -

15
0,4℃ dengan ∆Tf sebesar 0,55. Titik beku larutan glukosa 0,1 M sebesar -0,35℃
dengan ∆Tf sebesar 0,50. Sedangkan titik beku larutan glukosa 0,05 M sebesar -0,1℃
dengan ∆Tf sebesar 0,25. Pada konsentrasi yang berbeda dengan jenis zat terlarut yang
sama titik beku yang diperoleh berbeda serta penurunan titik beku yang terjadi juga
berbeda. Pada konsentrasi yang besar baik pada larutan NaCl dan larutan glukosa, titik
beku yang diperoleh lebih rendah dan penurunan titik beku yang terjadi pada larutan
tersebut lebih besar. Sedangkan pada konsentrasi yang sama dengan jenis zat terlarut,
penurunan titik beku yang terjadi dan titik beku yang diperoleh berbeda. Sebab larutan
NaCl merupakan larutan elektrolit sedangkan larutan non elektrolit sehingga titik beku
pada larutan NaCl lebih rendah dan penurunan titik beku lebih besar pada konsentrasi
yang sama.
K. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. (1996). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Bird, T. (1987). Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti: Jakarta: Erlangga.
Dogra, S.K. (1994). Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.
Hardjono. (2001). Kimia Dasar. Yogyakarta: Universita Gadjah Mada.
Haliday, R. (2005). Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Harnanto, A. (2009). Kimia 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional.
Jupamahu, M.S. (1980). Kimia Fisika I. Bandung: Departemen Kimia ITB.
Keenan, K. (2000). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.
Petrcucci, R.M. (1987). Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

16
LAMPIRAN

Perhitungan ∆Tf dan Titik Beku Larutan Secara Teori


a. Larutan NaCl 0,1 M Tf = -0,186℃
∆Tf = m x Kf x i c. Larutan Glukosa 0,1 M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙 1000 ∆Tf = m x Kf x i
∆Tf = x x Kf air
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑝
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 1000
0,2925 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 ∆Tf = x x Kf air
∆Tf = x 50𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1,86 x 2 𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑝
58,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙
0,9 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
∆Tf = 0,372 ∆Tf = 180 𝑔/𝑚𝑜𝑙 x 50𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1,86

Tf = Tf⁰ - ∆Tf ∆Tf = 0,186


Tf = 0℃ - 0,372 Tf = Tf⁰ - ∆Tf
Tf = -0,372℃ Tf = 0℃ - 0,186
b. Larutan NaCl 0,05 M Tf = -0,186℃
∆Tf = m x Kf x i d. Larutan Glukosa 0,05 M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙 1000 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 1000
∆Tf = x x Kf air ∆Tf = x x Kf air
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑝 𝑀𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑝
0,14625 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 0,45 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
∆Tf = x x 1,86 x ∆Tf = 180 𝑔/𝑚𝑜𝑙 x 50𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1,86
58,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑔𝑟𝑎𝑚

2 ∆Tf = 0,093
∆Tf = 0,186 Tf = Tf⁰ - ∆Tf
Tf = Tf⁰ - ∆Tf Tf = 0℃ - 0,093
Tf = 0℃ - 0,186 Tf = -0,093℃

17
Perhitungan ∆Tf Secara Praktik
a. Larutan NaCl 0,1 M
∆Tf = Tf⁰ - Tf
∆Tf = 0,15℃ - (-0,7℃)
∆Tf = 0,85
b. Larutan NaCl 0,05 M
∆Tf = Tf⁰ - Tf
∆Tf = 0,15℃ - (-0,4℃)
∆Tf = 0,55
c. Larutan Glukosa 0,1 M
∆Tf = Tf⁰ - Tf
∆Tf = 0,15℃ - (-0,35℃)
∆Tf = 0,50
d. Larutan Glukosa 0,05 M
∆Tf = Tf⁰ - Tf
∆Tf = 0,15℃ - (-0,1℃)
∆Tf = 0,25

18

Anda mungkin juga menyukai