Bab ini mencoba untuk memperkenalkan rasio, logika dan strategi dari theory-driven
perspective. Tiga chapter disertakan dalam bagian ini, Chapter 2 menggarisbesarkan pada
sifat alamiah teori program. Enam wilayah dasar dalam teori program diidentifikasikan
sebagai: treatment, hasil akhir, lingkungan implementasi, dampak, mekanisme campur
tangan, dan generalisasi. Dari dasar enam wilayah ini, tiga kategori umum dari theory-driven
evaluations diidentifikasi menjadi normatif, kausatif, dan campuran.
Chapter 3 memfokuskan pada konstruksi teori program. Chapter ini dimulai dengan
menunjukkan bagaimana konstruksi dari teori adalah aktivitas yang bernilai. Empat nilai
dasar yang diidentifikasi dalam program evaluasi adalah daya tanggap, objektivitas, sifat
layak/dapat dipercaya, dan generalisasi. Tergantung pada nilai mana atau nilai-nilai apa yang
digunakan, tiga pendekatan teori konstruksi diilustrasikan secara detail dalam: stakeholder,
ilmu sosial, dan integratif.
Chapter 4 mendiskusikan isu-isu dalam mengaplikasikan theory-driven evaluations.
Peran dari theory-driven evaluator dan bagaimana membedakannya dari peran evaluator biasa
melalui beberapa ilustrasi. Prinsip-prinsip dan panduan-panduan dikembangkan untuk
memfasilitasi aplikasi dari theory-driven evaluations.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka evaluasi program berguna untuk:
1. Menilai kesepakatan antara struktur normatif dengan program yang sebenarnya
(termasuk struktur-struktur dari program treatment, lingkungan implementasi,
dan/atau hasil akhir).
2. Memverifikasi dampak program, mekanisme sebab akibat yang melandasi atau
tingkat dari kemampuan untuk digeneralisasi (generalizability).
Kedua aspek ini, jika disatukan, membentuk konsep dari evaluasi program. Evaluasi
Program bertujuan memperbaiki atau mengembangkan struktur program dan
pelaksanaaannya, untuk memahami atau meningkatkan efektivitas dan kegunaan program dan
selain itu untuk memfasilitasi kebijakan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
program.
Action Orientation
Teori program memiliki strategi yang spesifik, yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan atau mengatasi masalah sosial. Karakteristik dari orientasi tindakan
sangat berbeda dengan gambaran teori ilmu sosial lainnya contohnya adalah fenomena
kekerasan dalam keluarga. Goode's (1971) teori identitas menjelaskan suami yang
memiliki keahlian yang kurang (pendapatan, pengetahuan dan martabat) sebagai faktor
yang dapat menyebabkan kekerasan dalam keluarga. Goode’s berpendapat bahwa dengan
kekurangan yang dimilikinya, seorang suami dapat menggunakan kekerasan, untuk
mempertahankan keunggulan (kekuatan) terhadap anggota keluarga lainnya, seperti istri
yang dianggap memiliki peran yang lebih rendah.
Di pihak lain, sebuah teori mengusulkan solusi untuk mengurangi ketegangan dan
sebagai teknik pencegahan untuk keluar dari peningkatan interaksi yang berkualitas,
Sebagai teori program, terlepas apakah teori ini mutakhir atau tidak, teori ini cukup
sederhana dalam mengasumsikan bahwa kekurangan keahlian suami dalam mengontrol
stress membawa suami untuk melakukan perbuatan menyimpang terhadap istrinya, tetapi
teori orientasi aksi atau tindakan dan dispesifikasi bahwa strategi tindakan dapat
digunakan untuk meringankan masalah.
Konsep Format Penanganan dan Strategi Implementasi
Teori program merupakan tindakan yang berorientasi, bagaimana tindakan diatur
menjadi bagian yang lengkap, yang berkonsentrasi pada teori program. Bagian tindakan
dari teori program selalu melibatkan masalah seperti bagaimana penanganan /treatment
dibuat dan diterapkan. Penanganan dapat didesain dalam format yang berbeda
berdasarkan komponen dan kekuatan. Perancang program dan pembuat keputusan sering
membuat asumsi tentang kesesuaian bentuk penanganan dalam perancangan program.
Teori program berfokus bahwa penanganan harus dibangun untuk pelaksanaan intervensi.
Asumsi yang dibuat oleh perancang program adalah mengenai bagaimana penanganan
harus diterapkan yang terdiri dari satu fokus utama dari teori program. Apakah program
berdampak atau tidak, tergantung pada apakah pendekatan asumsi telah benar. Ini
merupakan bagian dari tugas teori program untuk membuat asumsi dan merancang
penanganan dan proses penerapan secara jelas untuk menginstigasi dan memperoleh
umpan balik dari informasi untuk rencana pembuatan keputusan.
Teori Domain
Persepektif teori Driven berpendapat ada 6 domain teori yang dipersyaratkan dalam
melakukan evaluasi, yaitu:
1. Teori Treatment, mengkhususkan pada kebiasaan bagaimana treatmen program
dijalankan.
2. Teori Lingkungan implementasi yang mengkhususkan pada kebiasaan lingkungan
kontektual dijalankan dengan bagaimana sebaiknya program dijalankan
3. Teori Outcome yang mengkhususkan tentang apakah kebiasaan outcome program yang
semestinya dicapai
Berdasarkan 3 teori domain itu maka yang terkait dengan teori penyebab umum,
yaitu:
1. Teori impact yang mengkhususkan pada efek penyebab antara treatmen dengan outcome
2. Teori mekanisme intervining, yang mengkhususkan pada bagaimana operasi proses
intervening
3. Teori generalisasi yang mengkhususkan pada generalisasi hasil evaluasi topik-topik
keadaan yang diinginkan stakeholders.
Hubungan antara dua sistem yaitu sistem riset dan sistem generalisasi
Generalization
Pada sistem riset, domain impact dilakukan dengan menilai hubungan antara domain
treatment (intervensi) dengan domain outcome. Sementara mekanisme domain intervening
konsen pada intervining proses yang berhubugan antara domain treament dan domain
outcome. Domain lingkungan implementasi mengindikasikan bagaimana program
dijalankan. Penyebab hubungan antara intervensi dan outcome atau mekanisme invervining
dikondisian oleh representasi faktor kontektual oleh lingkungan implementasi.
Domain generalisasi mengarah pada isu yang melingkupi proses atau generalisasi
outcome dalam sebuah sistem riset. Generalisasi sistem selalu memiliki perbedaan dengan
lingkungan dimana diterapkan.
Temuan evaluasi dalam sitem riset bisa jadi tidak otomatis dapat digeneralisasi pada
sistem gernalisasi. Oleh karena itu diperlukan upaya khususus yang secara cepat harus
dilakukan agar bisa digeneralisasi.
Kombinasi sistematis dari 6 domain teori itu merupakan teori program sup kordinat.
Keterbatasan waktu dan sumberdaya dalam evaluasi meminta evaluator hanya akan fokus
pada satu atau sebagian kecil dari domain itu sesuai dengan fokus yang diinginkan
stakehodler. Selanjutnya, antara teori domain normatif dan teori domain penyebab tidak
terputus dari satu degan lainnya. Kenayataannya informasi ditemukan juga dalam teori
domain nomratif, seperti pada intervensi, lingkungan impelementasi, dan outcome yang
menyediakan pengetahuan kontestual dan faktor-faktor intervening yang dibutuhkan untuk
menjabarkan juga menginterpretasi temuan empiris pada domain penyebab dalam impac,
mekanisme intervening, dan generalisasi.
Disisi lain temuan evaluasi dari domain kausatif dapat menyediakan informasi
pada kinerja domain normatif dan dapat mengindikasikan bagaimana peningkatan domain
seperti re-disain struktur intervensi, faktor-faktor yang harus diperhitungkan ke depan dan
apa outcome yang sebaiknya diberikan perhatian lebih pada masa yang akan datang.
Typology of Theory-Driven Evaluations
Enam teori domain ini (treatment, lingkungan pelaksanaan, hasil, dampak, mekanisme
intervensi dan generalisasi) memungkinkan kita untuk secara sistematis menurunkan dua
kategori umum theory-driven evaluations: Dasar dan Gabungan. Tipe dasar berasal langsung
dari setiap tipe teori domain. Tipe Gabungan dibangun dari kombinasi tipe dasar, yang
menghasilkan berbagai tipe baru evaluasi.
Tipe Dasar
Berdasarkan enam teori domain, enam tipe dasar evaluasi berikut dapat diturunkan:
Teori
Program
Tipe evaluasi ini berfokus pada identifikasi lingkungan pelaksanaan normatif, memeriksa
lingkungan pelaksanaannya di lapangan, dan menilai kongruensi (dapat diartikan sebagai
kesamaan) antara lingkungan pelaksanaan secara teoritis dan lingkungan pelaksanaan yang
sebenarnya. Setelah lingkungan pelaksanaan normatif ditentukan, maka data empiris
dikumpulkan untuk menilai kongruensi dalam lingkungan implementasi sebenarnya.
Misalnya, lingkungan implementasi normatif program terapi obat untuk anak-anak dapat
menetapkan bahwa sesi terapi untuk anak-anak pecandu narkoba tidak harus dilakukan dalam
lingkungan yang menekankan paksaan atau hukuman fisik. Setelah lingkungan implementasi
normatif yang ditentukan, maka data empiris dikumpulkan untuk menilai kongruensi dengan
lingkungan implementasi sebenarnya.
Evaluasi Dampak
Tujuan dari jenis evaluasi ini adalah untuk menilai dampak penangananterhadap hasil.
Jenisevaluasi ini berbeda dari evaluasi sumatif tradisional dalam dua aspek:Pertama, bahwa
evaluasi dampak menekankan bukti yang luas sebagai dasar dalam mengevaluasi dampak
program. Untuk mencapai ini, evaluator diminta untuk aktif dan kreatif menggunakan strategi
dan disainn, khususnya mereka yang dipandu teori, harus memperkuat bukti untuk
melahirkan kesimpulan. Kedua, evaluasi dampak menekankan pada kebutuhan untuk
menjadi lebih peka terhadap pentingnya hasil yang dinginkan dan yang tidak diinginkan. Ini
memerlukan klarifikasi kebijakan tujuan yang relevan dari stakeholder dan hasil yang
diinginkan yang secara teoritis masukakal untuk penyelidikan. Salah satu dari dua aspek ini
dapat berfungsi sebagai dasar evaluasi dampak.
Jenis evaluasi ini berupaya untuk memperluas ruang lingkup evaluasi dengan memasukkan
proses intervensi. Evaluasi Mekanisme intervensi memberikan informasi mengenai proses
kasual antara penanganandan hasilnya. Selain itu, proses kausal diidentifikasi melalui
evaluasi mekanisme intervensi tidak hanya menyediakan informasi yang penting dalam hal
pemahaman yang lebih baik dari potensi masalah yang dapat digunakan untuk perbaikan
program di masa mendatang.
Evaluasi Generalisasi
Jenis evaluasi ini mencoba untuk mengintegrasikan isu-isu generalisasi ke dalam proses
evaluasi. Jenis evaluasiini menganalisamelampaui hasil spesifik dari program yang
dilaksanakan dalam orientasi masa depan bagaimana meningkatkan generalisasi hasil
evaluasi dengan situasi yang lain yang mungkin menarik bagi para pemangku kepentingan.
Karena tujuan akhir dari evaluasi adalah aplikasi, evaluasi generalisasimembahas masalah-
masalahpenting dalamevaluasi program. Chen dan Rossi (1987) berpendapat bahwa dalam
merancang sebuah evaluasi generalisasi, evaluator harus mempertimbangkan isu-isu seperti
struktur dan operasional prosedur dari organisasi yang akan menerapkan program,
kemungkinan-kemungkinan yang potensial terjadi yang dapat mengakibatkan operasi
perlakuan, dan kemungkinan pergeseran dan perubahan pada lingkungan implementasinya.
Salah satu fungsi dari jenis evaluasi ini adalah untuk menentukan komponen penting dalam
treatment yang mempengaruhi hasil. Treatment normatif- evaluasi dampakberusaha secara
sistematis menguraikan komponen treatmentini dalam evaluasi dampak untuk memberikan
informasi tentang efektivitas relatif dari masing-masing komponen.