Anda di halaman 1dari 11

The Theory-Driven Perspective

Bab ini mencoba untuk memperkenalkan rasio, logika dan strategi dari theory-driven
perspective. Tiga chapter disertakan dalam bagian ini, Chapter 2 menggarisbesarkan pada
sifat alamiah teori program. Enam wilayah dasar dalam teori program diidentifikasikan
sebagai: treatment, hasil akhir, lingkungan implementasi, dampak, mekanisme campur
tangan, dan generalisasi. Dari dasar enam wilayah ini, tiga kategori umum dari theory-driven
evaluations diidentifikasi menjadi normatif, kausatif, dan campuran.
Chapter 3 memfokuskan pada konstruksi teori program. Chapter ini dimulai dengan
menunjukkan bagaimana konstruksi dari teori adalah aktivitas yang bernilai. Empat nilai
dasar yang diidentifikasi dalam program evaluasi adalah daya tanggap, objektivitas, sifat
layak/dapat dipercaya, dan generalisasi. Tergantung pada nilai mana atau nilai-nilai apa yang
digunakan, tiga pendekatan teori konstruksi diilustrasikan secara detail dalam: stakeholder,
ilmu sosial, dan integratif.
Chapter 4 mendiskusikan isu-isu dalam mengaplikasikan theory-driven evaluations.
Peran dari theory-driven evaluator dan bagaimana membedakannya dari peran evaluator biasa
melalui beberapa ilustrasi. Prinsip-prinsip dan panduan-panduan dikembangkan untuk
memfasilitasi aplikasi dari theory-driven evaluations.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka evaluasi program berguna untuk:
1. Menilai kesepakatan antara struktur normatif dengan program yang sebenarnya
(termasuk struktur-struktur dari program treatment, lingkungan implementasi,
dan/atau hasil akhir).
2. Memverifikasi dampak program, mekanisme sebab akibat yang melandasi atau
tingkat dari kemampuan untuk digeneralisasi (generalizability).
Kedua aspek ini, jika disatukan, membentuk konsep dari evaluasi program. Evaluasi
Program bertujuan memperbaiki atau mengembangkan struktur program dan
pelaksanaaannya, untuk memahami atau meningkatkan efektivitas dan kegunaan program dan
selain itu untuk memfasilitasi kebijakan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
program.

The Theory-Driven Perspective: The New Alternative


The Nature of Program Theory
Teori seringkali bersifat implisit atau tidak sistematis, namun teori juga menyediakan
panduan umum untuk penyusunan program dan menjelaskan bagaimana program seharusnya
bekerja. Istilah “teori” biasanya didefinisikan sebagai seperangkat bagian-bagian yang saling
berhubungan dengan tujuan menjelaskan atau memprediksi suatu fenomena (e.g., Kerlinger,
1986). Jenis definisi ini relevan, terutama untuk satu tipe teori yang disebut “descriptive
theory” (e.g., Lave and March, 1975). Tujuan dari teori deskriptif adalah untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan suatu fenomena. Jenis teori ini berakar pada logical
positivism yang digunakan oleh filsuf-filsuf ilmiah seperti Hemple (1965), Popper (1968),
dan Nagel (1979). Teori Deskriptif menaruh perhatian pada ”what is” (apa yang ada) dan
tidak memiliki implikasi pada ”what people ought to do” (apa yang harus dilakukan). Jenis
teori ini populer diantara ilmu-ilmu sosial, Sedangkan tipe teori yang memiliki bentuk
evaluatif sering disebut dengan ”prescriptive theory”. Teori prescriptive menentukan tentang
apa yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan sesuatu dengan lebih baik. Selain itu
Teori Persfektif juga menjelaskan tentang bagaimana orang-orang harus berperilaku dalam
keadaan atau kondisi yang ideal melibatkan penilaian personal.
Definisi dari teori program selalu menekankan pada sifat alamiah dari teori deskriptif.
Proses mendeskripsikan dan menjelaskan fakta-fakta juga hubungan-hubungan yang
ditonjolkan. Sebagai contoh, Bickman (1987, p. 7) mendefinisikan teori program sebagai
”konstruksi dari model yang memungkinkan dan masuk akal, mengenai bagaimana
seharusnya program bekerja”. Lipsey (1987, p.7) mendefinisikan teori program sebagai
sebagai seperangkat bagian mengenai apa yang terjadi di dalam kotak hitam selama
transformasi dari input ke output; yaitu bagaimana, melalui perbaikan input, suatu situasi
yang buruk diubah ke situasi yang lebih baik.” Hampir identik, Wholey (1987, p.78)
memandang tujuan dari teori program adalah untuk mengidentifikasikan, “sumber-sumber
program, aktivitas-aktivitas program dan hasil-hasil program yang diharapkan, dan men-
spesifikasikan rangkaian asumsi sebab akibat, yang menghubungkan hasil-hasil program,
aktivitas-aktivitas, hasil-hasil di antara dan tujuan-tujuan akhir.” Bagaimanapun juga selain
memiliki sifat alamiah dari teori deskriptif, teori program juga memiliki sifat alamiah dari
teori persfektif.

Action Orientation
Teori program memiliki strategi yang spesifik, yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan atau mengatasi masalah sosial. Karakteristik dari orientasi tindakan
sangat berbeda dengan gambaran teori ilmu sosial lainnya contohnya adalah fenomena
kekerasan dalam keluarga. Goode's (1971) teori identitas menjelaskan suami yang
memiliki keahlian yang kurang (pendapatan, pengetahuan dan martabat) sebagai faktor
yang dapat menyebabkan kekerasan dalam keluarga. Goode’s berpendapat bahwa dengan
kekurangan yang dimilikinya, seorang suami dapat menggunakan kekerasan, untuk
mempertahankan keunggulan (kekuatan) terhadap anggota keluarga lainnya, seperti istri
yang dianggap memiliki peran yang lebih rendah.
Di pihak lain, sebuah teori mengusulkan solusi untuk mengurangi ketegangan dan
sebagai teknik pencegahan untuk keluar dari peningkatan interaksi yang berkualitas,
Sebagai teori program, terlepas apakah teori ini mutakhir atau tidak, teori ini cukup
sederhana dalam mengasumsikan bahwa kekurangan keahlian suami dalam mengontrol
stress membawa suami untuk melakukan perbuatan menyimpang terhadap istrinya, tetapi
teori orientasi aksi atau tindakan dan dispesifikasi bahwa strategi tindakan dapat
digunakan untuk meringankan masalah.
Konsep Format Penanganan dan Strategi Implementasi
Teori program merupakan tindakan yang berorientasi, bagaimana tindakan diatur
menjadi bagian yang lengkap, yang berkonsentrasi pada teori program. Bagian tindakan
dari teori program selalu melibatkan masalah seperti bagaimana penanganan /treatment
dibuat dan diterapkan. Penanganan dapat didesain dalam format yang berbeda
berdasarkan komponen dan kekuatan. Perancang program dan pembuat keputusan sering
membuat asumsi tentang kesesuaian bentuk penanganan dalam perancangan program.
Teori program berfokus bahwa penanganan harus dibangun untuk pelaksanaan intervensi.
Asumsi yang dibuat oleh perancang program adalah mengenai bagaimana penanganan
harus diterapkan yang terdiri dari satu fokus utama dari teori program. Apakah program
berdampak atau tidak, tergantung pada apakah pendekatan asumsi telah benar. Ini
merupakan bagian dari tugas teori program untuk membuat asumsi dan merancang
penanganan dan proses penerapan secara jelas untuk menginstigasi dan memperoleh
umpan balik dari informasi untuk rencana pembuatan keputusan.

Berbagai pilihan dalam memilih kriteria outcome


Stakeholders memiliki kepentingan dan penilaian yang berbeda terhadap program,
hal ini tergantung pada kerangka pikir, kesukaan mereka yang berbeda, mengenai fokus
apakah kriteria outcome dapat dievaluasi. Kriteria outcome pada akhirnya diseleksi dan
dievaluasi, hanya terbatas untuk mengatur dan kemungkinan besar potensi hasil sebagai
efek dari program. Kriteria outcome yang terpilih dalam evaluasi akan mempengaruhi
evaluasi sebab akibat, yang diciptakan oleh masalah. Contohnya, untuk melihat kestabilan
fungsi dari evaluasi, lembaga pendanaan lebih tertarik untuk menghubungkan kriteria
sesuai dengan output yang dihasilkan. Sebuah program yang dinilai tinggi berdasarkan
ketepatan tujuan tidak seharusnya dinilai tinggi menurut output dan begitupun sebaliknya.
Karena sumber terbatas, hal ini memungkinkan evaluasi untuk menilaii semua potensi
kriteria outcome. Pemilihan kriteria outcome digunakan dalam evaluasi sebagai nilai-
syarat sebuah keputusan dan juga mencerminkan ketentuan aspek dari teori program.
Kombinasi dari tiga nilai - orientasi karakteristik dari program teori dengan aspek
kausal dari teori program menekankan pada defenisi yang menggambarkan permulaan
dari bab yang mengindikasikan bahwa teori program memiliki sifat tidak hanya
menggambarkan teori tetapi juga menentukan teori. Kedua teori ini membuat teori
program sebagai bentuk dari teori yang diadvokasi oleh dewey 1933. Dewey salah satu
ilmuan sosial yang memisahkan antara sains dengan teknik. Dia berpendapat bahwa
pemisahan sains dari aplikasi praktek ketika dipilih dalam fenomena sosial sering
menghindari ilmu sosial dari ilmu pengetahuan umumnya yang dapat mengatasi masalah
sosial. Dewey mempercayai bahwa ilmu sosial dan praktek sosial harus menyatu.
Pekerjaan mengandung advokasi thadap berbagai macam teori bahwa kelebihan ilmu dan
potensi yang digunakan dalam masyarakat.
Konsep teori program
Pembahasan sifat teori Program jelas menunjukkan bahwa teori Program memiliki kedua
keprihatinan deskriptif atau ilmiah dan praktis. Untuk mencerminkan keprihatinan ini,
"Program Teori" didefinisikan dalam buku ini sebagai spesifikasi apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, apa dampak penting lainnya juga
dapat diantisipasi, dan bagaimana tujuan-tujuan ini dan dampak akan dihasilkan. Definisi
ini menyiratkan bahwa teori Program terdiri dari dua bagian:
1. Apa struktur dari sebuah program yang seharusnya ada, termasuk hal-hal seperti
perawatan, hasil, dan proses implementasi yang terkait dengan nilai-nilai program
(prescriptive teori).
2. Apa mekanisme kausal yang mendasar yang menghubungkan hubungan antara
treatment program, proses implementasi dan outcomes (deskriptif teori).
Dalam buku ini bagian dari teori Program yang berkaitan dengan teori preskriptif
disebut sebagai "teori normatif", dan bagian dari teori Program yang berkaitan dengan
teori deskriptif disebut sebagai "teori penyebab". Teori normatif dan penyebab dua sub
teori dalam teori Program. Teori normatif memberikan panduan pada apa tujuan atau
hasil harus dikejar atau diperiksa, dan bagaimana pengobatan harus dirancang dan
diimplementasikan. Teori penyebab menentukan bagaimana program itu bekerja dengan
mengidentifikasi kondisi di mana proses tertentu akan muncul dan apa konsekuensi
kemungkinan terjadi.
Teori normatif menyediakan panduan tentang apa tujuan atau hasil outcome yang
harus diteliti dan bagaimana perancangan penanganan dan pelaksanaannya. Teori kausatif
menspesifikasikan bagaimana program bekerja melalui identifikasi kondisi berdasarkan
proses yang akan timbul dan konsekuensi apa yang mungkin mereka hadapi.
Teori normatif dapat bersumber dari lokal yang tidak teruji, asumsi, produser
pelanggan, dan atau sebelum pengetahuan dan teori. ini biasanya diambil untuk menjamin
perancang program, atau stakeholder lainnya dan Tidak eksplisit atau pernyataan
sistematis atau diuji. Akan tetapi, teori normatif memberikan rasional dan pembenaran
terhadap struktur program dan segala aktivitas.
Evaluasi dari setiap teori menawarkan fungsi penting untuk proragm evaluasi.
Sebuah evaluasi dari teori normatif sangat relevant dengan pekerjaan perancang program,
manajer, dan aktivitas administrator. Spesifikasi dan evaluasi teori normatif membuat
manusia semakin paham mengenai konsptual dan asumsi dari program dan mendorong
mereka dalam mengidentifikasi masalah krusial dalam perancangan program dan proses
implementasi. Sebagai konsekuensinya, dengan kespakatan masalah pelaksanaan program
dari hari ke hari, evaluator dapat bertanggung jawab terhadap program kebutuhan
manusia dan dapat secara tepat meningkatkan pemanfaatan hasil evaluasi.
Selanjutnya, stakeholder membutuhkan informasi secara berkala untuk bertindak
dan membuat kebijakan yang efektif. Evaluasi dari teori normatif dapat memberikan
informasi secara berkala untuk membantu stakeholder mendiagnosis masalah dan
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini dengan cara memperkuat struktur
program dan proses implementasi.
Ketika penanganan atau treatment program yang dibangun dan dimplementasikan
sesuai, maka ketepatan atau kredibilitas program akan meningkat. Akan tetapi, hal ini
tidak mengimplikasikan bahwa program selalu efektif. Dengan kata lain, meskipun sangat
penting untuk mendapatkan informasi secara berkala untuk meningkatkan aktivitas
program, evaluasi dari teori normatif sendiri tidak mencukupi untuk memahami apakah
program yang dirancang mencapai tujuannya atau untuk mengetahui konsekuensi dari
program. Untuk mengetahui efektifitas sebuah program maka teori kausatif sangatlah
penting.
Sedangkan teori evaluasi memberikan informasi tentang program dan bagaimana
dampak yang dihasilkan dari program tersebut. Kelayakan program sulit untuk dinilai tanpa
informasi mengenai faktor-faktor kontekstual dan atau intervensi yang membantu untuk
membuat program itu sukses atau gagal.
Spesifikasi teori sebab akibat dalam evaluasi sangat berguna untuk perbaikan program
di masa mendatang. seperti yang sudah dibahas dalam bab sebelumnya, evaluasi kotak hitam
memberikan informasi hanya pada kegagalan atau keberhasilan dari sebuah program, jika
program gagal, jenis evaluasi tidak dapat memberikan informasi tentang apa yang salah, juga
tidak dapat mengidentifikasi kelemahan dalam program. Evaluasi kotak hitam memberikan
sedikit informasi yang dapat digunakan untuk peningkatan program. Sebaliknya ketika teori
sebab akibat dipetakan secara rinci, evaluasi dapat menentukan kelemahan dari mekanisme
sebab akibat yang mendasari program, mengidentifikasi faktor-faktor kontekstual dan
intervensi/penanganan yang menghambat atau yang membuat keberhasilan dari program
tersebut dan menyarankan strategi yang mungkin dilakukan dari program ini.
Untuk mengkonseptualkan teori program, maka kita harus memahami pola dasar yang
di sebut domain. Setiap domain memiliki teori domainnya sendiri. selanjutnya akan dibahas,
teori domain sendiri atau dikombinasikan dengan teori domain yang lain akan memberikan
petunjuk penting dalam melakukan berbagai jenis evaluasi. Ada enam domain utama dalam
teori program. Tiga diantaranya berkaitan dengan teori normatif yaitu pengobatan,
implementasi environment dan hasil. Tiga lainnya berasal dari teori sebab akibat yaitu
dampak, mekanisme penanganan, dan generalisasi.

Domain dan Teori Domain


Konseptualisasi dari Teori program telah dibahas dalam dua sesi sebelumya bahwa
teori program berisi beberapa pola dasar yang terorganisir yang disebut domain. Setiap
domain memiliki teori domainnya sendiri. selanjutnya akan dibahas, teori domain sendiri atau
dikombinasikan dengan teori domain yang lain akan memberikan petunjuk penting dalam
melakukan berbagai jenis evaluasi.
Ada enam domain utama dalam teori program. Tiga diantaranya berkaitan dengan
teori normatif yaitu pengobatan, implementasi environment dan hasil. Tiga lainnya berasal
dari teori sebab akibat yaitu dampak, mekanisme penanganan, dan generalisasi.
1. Treatment Domain
Treatment merupakan dasar, dan elemen penting yang menghasilkan perubahan
yang diharapkan dalam program sosial. Namun penting untuk merancang
pengobatan/penanganan ke dalam struktur yang memungkinkan evaluasi secara
sistematis terhadap proses dan hasil pengobatan. Selain itu pemberian pengobatan di
berbagai program sosial merupakan proses yang sulit dan rumit.
Contoh, Uji Coba Kontrak Kinerja (Grarnlich dan Koshel, 1975), domain
pengobatan akan menentukan bagaimana konsep dan desain pengobatan. Pertanyaan-
pertanyaan yang relevan berikut ini: Apa sifat dari pengobatan? , Haruskah pengobatan
terdiri dari materi pembelajaran yang inovatif, mesin pengajaran, sistem pembayaran
khusus untuk perusahaan swasta (dibayar secara proporsional dengan keuntungan belajar
siswa), dan sebagainya? Bagaimana seharusnya elemen ini diatur? Bagaimana
seharusnya seseorang mengukur pengobatan?)
2. Implementation Environment Domain
Program pengobatan dapat diterapkan dengan beberapa cara. Pelaksanaan
program ini dapat mempengaruhi proses dan hasil, Domain ini mencoba memahami
penerapan dilingkungan pengobatan dan domain ini berhubungan dengan isu-isu seperti:
apakah treatment menjangkau kelompok sasaran? Apakah pelaksana memiliki kualitas
yang dibutuhkan ? adakah cara penyampaian dan koordinasi yang tepat ? dan seterusnya.
Informasi tentang implementasi lingkungan bermanfaat untuk meningkatkan penerapan
proses dan mempermudah penafsiran hasil evaluasi
3. Domain Akibat (outcome)
Sebuah program dibuat untuk tujuan memberikan layanan atau memecahkan
masalah. Tujuan ini disebut sasaran atau hasil yang diharapkan. karena tujuan atau hasil
merupakan sesuatu yang ingin di capai dari program tersebut, hal ini penting bagi
pemangku kepentingan karena dua alasan. Pertama, tujuan biasanya digunakan oleh
pemangku kepentingan sebagai panduan kegiatan mereka dan untuk menentukan alokasi
sumber daya. Kedua, tujuan sering digunakan sebagai kriteria untuk menilai efektivitas
program.
Hasil Domain mencakup hasil disengaja dan tidak disengaja. Sebagai contoh,
hasil yang diharapkan dalam Uji Coba Kontrak Kinerja adalah peningkatan kompetensi
siswa dalam matematika dan skor membaca. Hasil yang tidak diinginkan mungkin
ketidakhadiran atau keberatan dari guru tetap siswa.
4. Domain Impact
Kekhawatiran dampak domain menilai dampak pengobatan berdasarkan pada
hasil. Pemangku kepentingan utama menghabiskan perhatian seperti pembuat
keputusan ingin tahu apakah pengobatan itu efektif atau arah program ini benar-benar
bergerak. Efektivitas sebuah program sulit untuk diketahui kecuali hubungan antara
pengobatan dan hasilnya dapat dipahami.
Domain ini menyangkut isu yang berkaitan dengan memberikan kesimpulan
kausal yang kuat dalam penilaian dampak. Sebagai contoh, domain dampak di Uji Coba
Kontrak Kinerja apakah pengobatan memiliki dampak pada variabel hasil seperti skor
matematika, skor membaca, atau ketidakhadiran. Dampak domain telah menjadi fokus
utama dalam evaluasi tradisional dan akan terus menjadi salah satu domain evaluasi
penting di masa depan.
5. Domain Mekanisme Intervensi
Domain ini meneliti proses sebab akibat yang menghubungkan pengobatan
dilaksanakan dengan hasil yaitu, proses yang menghasilkan pengobatan atau gagal
menghasilkan hasil yang diinginkan. Program pengobatan biasanya mempengaruhi
hasil program melalui beberapa intervensi proses. Sebuah penyelidikan mekanisme
intervensi akan memberikan informasi tentang mengapa program bekerja atau tidak
bekerja dan akan membantu untuk mendiagnosa kekuatan dan / atau kelemahan dari
sebuah program sehingga perbaikan mungkin dapat dibuat.
6. Domain Generalisasi
Jika seorang pembuat keputusan atau stakehodler memiliki ide untuk menjadikan
hasil evaluasi untuk digunakan pada masa yang akan datang, maka penting bagi
evaluator untuk menyadari akan ekspektasi dan rencana evaluasi guna menyediakan
informasi yang memungkinakan untuk melakuakan generalisasi.

Teori Domain
Persepektif teori Driven berpendapat ada 6 domain teori yang dipersyaratkan dalam
melakukan evaluasi, yaitu:
1. Teori Treatment, mengkhususkan pada kebiasaan bagaimana treatmen program
dijalankan.
2. Teori Lingkungan implementasi yang mengkhususkan pada kebiasaan lingkungan
kontektual dijalankan dengan bagaimana sebaiknya program dijalankan
3. Teori Outcome yang mengkhususkan tentang apakah kebiasaan outcome program yang
semestinya dicapai
Berdasarkan 3 teori domain itu maka yang terkait dengan teori penyebab umum,
yaitu:
1. Teori impact yang mengkhususkan pada efek penyebab antara treatmen dengan outcome
2. Teori mekanisme intervining, yang mengkhususkan pada bagaimana operasi proses
intervening
3. Teori generalisasi yang mengkhususkan pada generalisasi hasil evaluasi topik-topik
keadaan yang diinginkan stakeholders.
Hubungan antara dua sistem yaitu sistem riset dan sistem generalisasi

Research System Generalizing System


Implementation Implementation
Environment Environment

treatment Intervening Outcome Intervening Outcome


treatment
Mechanism Mechanism

Generalization

Pada sistem riset, domain impact dilakukan dengan menilai hubungan antara domain
treatment (intervensi) dengan domain outcome. Sementara mekanisme domain intervening
konsen pada intervining proses yang berhubugan antara domain treament dan domain
outcome. Domain lingkungan implementasi mengindikasikan bagaimana program
dijalankan. Penyebab hubungan antara intervensi dan outcome atau mekanisme invervining
dikondisian oleh representasi faktor kontektual oleh lingkungan implementasi.
Domain generalisasi mengarah pada isu yang melingkupi proses atau generalisasi
outcome dalam sebuah sistem riset. Generalisasi sistem selalu memiliki perbedaan dengan
lingkungan dimana diterapkan.
Temuan evaluasi dalam sitem riset bisa jadi tidak otomatis dapat digeneralisasi pada
sistem gernalisasi. Oleh karena itu diperlukan upaya khususus yang secara cepat harus
dilakukan agar bisa digeneralisasi.
Kombinasi sistematis dari 6 domain teori itu merupakan teori program sup kordinat.
Keterbatasan waktu dan sumberdaya dalam evaluasi meminta evaluator hanya akan fokus
pada satu atau sebagian kecil dari domain itu sesuai dengan fokus yang diinginkan
stakehodler. Selanjutnya, antara teori domain normatif dan teori domain penyebab tidak
terputus dari satu degan lainnya. Kenayataannya informasi ditemukan juga dalam teori
domain nomratif, seperti pada intervensi, lingkungan impelementasi, dan outcome yang
menyediakan pengetahuan kontestual dan faktor-faktor intervening yang dibutuhkan untuk
menjabarkan juga menginterpretasi temuan empiris pada domain penyebab dalam impac,
mekanisme intervening, dan generalisasi.
Disisi lain temuan evaluasi dari domain kausatif dapat menyediakan informasi
pada kinerja domain normatif dan dapat mengindikasikan bagaimana peningkatan domain
seperti re-disain struktur intervensi, faktor-faktor yang harus diperhitungkan ke depan dan
apa outcome yang sebaiknya diberikan perhatian lebih pada masa yang akan datang.
Typology of Theory-Driven Evaluations

Enam teori domain ini (treatment, lingkungan pelaksanaan, hasil, dampak, mekanisme
intervensi dan generalisasi) memungkinkan kita untuk secara sistematis menurunkan dua
kategori umum theory-driven evaluations: Dasar dan Gabungan. Tipe dasar berasal langsung
dari setiap tipe teori domain. Tipe Gabungan dibangun dari kombinasi tipe dasar, yang
menghasilkan berbagai tipe baru evaluasi.

Tipe Dasar
Berdasarkan enam teori domain, enam tipe dasar evaluasi berikut dapat diturunkan:

Evaluasi Penanganan Normatif


Tipe evaluasi ini berfokus pada identifikasi struktur penanganan normatif, memeriksa
penanganan yang sebenarnya di lapangan, dan menilai kongruensi antara Penanganan
normatif dan yang dilaksanakan. Misalnya bekerjasama dengan perancang program dan
pemangku kepentingan lainnya,Brekke (1987) telah menentukan teori penanganan normatif
dalam program dukungan masyarakat untuk sakit mental kronis. Data empiris pada
pengoperasian program kemudian dikumpulkan untuk menilai kongruensi antara perlakuan
teoritis dan diterapkan. Breke (1987) telah menunjukkan kegunaan evaluasi jenis ini bagi
manajer program dan administrator dalam meningkatkan operasi program.

Gambar Hubungan Antara Teori dan Tipe Evaluasi Dasar

Teori Penanganan Evaluasi Penanganan Normatif

Teori Teori Lingkungan Evaluasi Lingkungan Pelaksanaan


Normatif Pelaksanaan Normatif

Teori Hasil Evaluasi Hasil Normatif

Teori
Program

Teori Dampak Evaluasi Dampak

Teori Mekanisme Evaluasi Mekanisme Campuran


Teori
Kausatif Intervensi

Teori Generalisasi Evaluasi Generalisasi


Evaluasi Lingkungan Pelaksanaan Normatif

Tipe evaluasi ini berfokus pada identifikasi lingkungan pelaksanaan normatif, memeriksa
lingkungan pelaksanaannya di lapangan, dan menilai kongruensi (dapat diartikan sebagai
kesamaan) antara lingkungan pelaksanaan secara teoritis dan lingkungan pelaksanaan yang
sebenarnya. Setelah lingkungan pelaksanaan normatif ditentukan, maka data empiris
dikumpulkan untuk menilai kongruensi dalam lingkungan implementasi sebenarnya.
Misalnya, lingkungan implementasi normatif program terapi obat untuk anak-anak dapat
menetapkan bahwa sesi terapi untuk anak-anak pecandu narkoba tidak harus dilakukan dalam
lingkungan yang menekankan paksaan atau hukuman fisik. Setelah lingkungan implementasi
normatif yang ditentukan, maka data empiris dikumpulkan untuk menilai kongruensi dengan
lingkungan implementasi sebenarnya.

Evaluasi Hasil Normatif

Evaluasi hasil normative menyangkut identifikasi secara sistematis atau menjelaskan


serangkaian tujuan atau hasil program untuk memfasilitasi proses perencanaan dan
pengelolaan program. Evaluasi hasil normative ini sangat berguna ketika beberapa pemangku
kepentingan belum jelas mengenai apa tujuan spesifik yang mereka kejar atau memiliki
tujuan yang saling bertentangan yang sulit untuk dipertemukan. Analisis kegunaan
multiatribut yang diusulkan oleh Edwards etal. (1975) menjadi salah satu contoh dari evaluasi
hasil normatif yang yang menghasilkan serangkaian tujuan yang dapat diterima untuk
beberapa konstituen.

Evaluasi Dampak

Tujuan dari jenis evaluasi ini adalah untuk menilai dampak penangananterhadap hasil.
Jenisevaluasi ini berbeda dari evaluasi sumatif tradisional dalam dua aspek:Pertama, bahwa
evaluasi dampak menekankan bukti yang luas sebagai dasar dalam mengevaluasi dampak
program. Untuk mencapai ini, evaluator diminta untuk aktif dan kreatif menggunakan strategi
dan disainn, khususnya mereka yang dipandu teori, harus memperkuat bukti untuk
melahirkan kesimpulan. Kedua, evaluasi dampak menekankan pada kebutuhan untuk
menjadi lebih peka terhadap pentingnya hasil yang dinginkan dan yang tidak diinginkan. Ini
memerlukan klarifikasi kebijakan tujuan yang relevan dari stakeholder dan hasil yang
diinginkan yang secara teoritis masukakal untuk penyelidikan. Salah satu dari dua aspek ini
dapat berfungsi sebagai dasar evaluasi dampak.

Evaluasi Mekanisme Intervensi

Jenis evaluasi ini berupaya untuk memperluas ruang lingkup evaluasi dengan memasukkan
proses intervensi. Evaluasi Mekanisme intervensi memberikan informasi mengenai proses
kasual antara penanganandan hasilnya. Selain itu, proses kausal diidentifikasi melalui
evaluasi mekanisme intervensi tidak hanya menyediakan informasi yang penting dalam hal
pemahaman yang lebih baik dari potensi masalah yang dapat digunakan untuk perbaikan
program di masa mendatang.

Evaluasi Generalisasi

Jenis evaluasi ini mencoba untuk mengintegrasikan isu-isu generalisasi ke dalam proses
evaluasi. Jenis evaluasiini menganalisamelampaui hasil spesifik dari program yang
dilaksanakan dalam orientasi masa depan bagaimana meningkatkan generalisasi hasil
evaluasi dengan situasi yang lain yang mungkin menarik bagi para pemangku kepentingan.
Karena tujuan akhir dari evaluasi adalah aplikasi, evaluasi generalisasimembahas masalah-
masalahpenting dalamevaluasi program. Chen dan Rossi (1987) berpendapat bahwa dalam
merancang sebuah evaluasi generalisasi, evaluator harus mempertimbangkan isu-isu seperti
struktur dan operasional prosedur dari organisasi yang akan menerapkan program,
kemungkinan-kemungkinan yang potensial terjadi yang dapat mengakibatkan operasi
perlakuan, dan kemungkinan pergeseran dan perubahan pada lingkungan implementasinya.

Penanganan Normatif-Evaluasi Dampak

Salah satu fungsi dari jenis evaluasi ini adalah untuk menentukan komponen penting dalam
treatment yang mempengaruhi hasil. Treatment normatif- evaluasi dampakberusaha secara
sistematis menguraikan komponen treatmentini dalam evaluasi dampak untuk memberikan
informasi tentang efektivitas relatif dari masing-masing komponen.

Penanganan Implementasi Normatif – Evaluasi Dampak

Penggabungan evaluasi lingkungan implementasi dengan evaluasi dampak dapat memberikan


informasi kontekstual yang berguna untuk meningkatkan efektivitas program. Karena teori
program harus dimasukkan ke dalam proses evaluasi terlepas dari jenis evaluasi teori-driven
yang digunakan, menjadi penting untuk memahami berbagai pendekatan konstruksi teori dan
memiliki seperangkat pedoman dan prinsip-prinsip untuk mengarahkan pembangunan teori
program.

Anda mungkin juga menyukai