HEMATOMA EPIDURAL
1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan jendalan darah (hematom) dalam
ruang epidural diantara tulang kepala dan
duramater
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS<15
Subgaleal hematoma
Pupil anisokor
Hemiparesis kontra lateral dari subgaleal he
matoma
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma kepala disertai dengan
sakit kepala, mual dan muntah yang
semakin berat
b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran
epidural hematoma
c. Foto kepala : terdapat fraktur linier
d. Adanya lucid interval
e. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Hematoma subdural atau intraserebral
b. Edema otak
c. Stroke-ICH
d. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanap kontras, bila tidak
tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Laut
8. Terapi a. Non Bedah :
- Mannitol 5 cc/kgBB/20 menit (bila ada
herniasi atau rapi deterioration)
- Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv
dilanjutkan dengan phenitoin loading 15
mg/iv dalam 100cc PZ ½ jam
dilanjutkan 5 mg/kgBB/hari
b. Bedah :
- Burrhole (kraniotomi) diagnostik (bila
tidak tersedia CT-Scan kepala atau
kondisi pasien sangat cepat memburuk)
- Trepanasi bila ada CT-Scan
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
HEMATOMA SUBDURAL
1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan jendalan darah (hematoma) dalam
raung subdural yang terjadi dalam waktu 0-72
jam atau sampai 20 hari post-trauma akibat
pecahnya bridging vein atau pembuluh darah
kortikal
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS<15
Pupil anisokor/ isokor dengan penurunan
refleks cahaya
Dapat terjadi hemipanesis pada ipsilateral
subgaleal hematoma
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan
sakit kepala, mual dan muntah yang
semakin berat
b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran
subdural hematoma
c. Foto kepala : terdapat fraktur linier
d. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Hematoma subdural atau Intra serebral
b. Edema otak
c. Stroke-ICH
d. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala dengan atau tanpa kontras,
foto skull AP/Lat
8. Terapi a. Bedah : Burhole elevasi dan kraniotomi
rekonsrtruksi atau kranioplasti tergantung
keadaan dengan indikasi :
- Bila depresi lebih dari tebal tulang
tengkorak
- Ada fragmen tulang yang masuk ke otak
- Kosmetik
- Indikasi lain, misalnya perdarahan
intrakranial
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
HIDROSEFALUS INFANTIL
1. Pengertian (Definisi) Penumpukan cairan serebrospinal di alam
ventrikel otak secara progresif dan berlebihan
yang diakibatkan karena ketidakseimbangan
antara produksi dan penyerapan dan gangguan
sirkulasi cairan serebrospinal
2. Anamnesis Kepala membesar tidak normal
Progresif
Riwayat ibu memelihara unggas atau Kucing
atau anjing
Ri wayat ibu saat hamil: demam, trauma,
Konsumsi Jamu berlebihan, usaha
menggugurkan
3. Pemeriksaan Fisik Lingkar kepala> 37 cm
Ubun_ubun besar menonjol dan tegang
Venektase
Sunset eyes Fenomena
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya penumpukan cairan serebrospinal
yang berlebihan di dalam sistem ventrikel
secara progresif yang ditandai dengan:
kepala besar, psikomotor terlambat, timbul
sejak lahir, sunset phenomena, vena kepala
prominen
b. Pada anak umur < 2 tahun sutura masih
terbuka, sehingga gejala yang timbul selain
tanda khas pada hidrosefalus, fontanela
akan cembung dan tegang.
c. Pada anak umur > 2 tahun (sutura sudah
menutup) : gejala kenaikan tekanan kronial
yang lebih menonjol, seperti: sakit kepala,
mual, muntah, visus menurun sampai buta
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Makrosefali
b. Tumor otak
c. Subdural higrom, empyema, hematom
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, bila tidak
tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Lat
8. Terapi a. Bedah:
- Menghilangkan causa obstruksi CSS
dengan exisi tumor, cysta dan
hemaatom
- Mengurangi produksi CSS dengan
plexectomy/ventriculostomy
- Bedah pintas : ventrikulo-Peritoneal
Shunt, Ventrikulo-Sisternal Shunt,
Ventrikulo Antrial Shunt
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. Bayston R (1989). Hydrosefalus Shun
infections. Chapman and Hall. London
2. Di Rocco C (1987). The treatment of
infantile hydrocephalus. CRC Press. Boca
Raton
3. Drake JM, Sainte-Rose C (1995). The Shun
book. Blackwell Science. Cambridge
4. Milhorat TH (1995). Hydrocephalus:
Pathophysiology and Clinical Features. In:
Wilkins RH, Rengachary SS (eds).
Neurosurgery. Mc Graw-Hill. New York.
pp. 2135-2139.
Mc Cullough DC (1985). Hydrocephlus :
Treatment. In: Wilkins RH, Rengachary SS
(eds). Neurosurgery. Mc Graw-Hill. New
York. 1996
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019
MENINGOCELE
1. Pengertian (Definisi) Suatu kantong berisi komponen ruang
intrakranial (cairan otak dan atau jaringan
otak) akibat herniasi melalui suat defek tulang
uranium karena kelainan kongenital
2. Anamnesis Adanya benjolan pada kepala, biasa posisi mid
line dan didapat dari lahir, benjolan dapat
membesar atau menegang jika mengedan
3. Pemeriksaan Fisik Benjolan( biasanya midline) pada Kepala,
lunak, batas tidak tegas, immobile, wana
sama dengan kulit, transiluminasi (+)
Terdapat detek tulang dibawah benjolan
4. Kriteria Diagnosis - Adanya benjolan pada pangkal hidung atau
tengkuk
- Tampak kantng ensefalokel berbungkus
kulit normal, membranous maupun kulit
yang mengalami maserasi
- Pada umumnya terletak pada garis tengah
- Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala
klinis yang khas
- Laboratoris : TORCH untuk mencari
penyebab ensefalokel
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Kista dermoid
b. Mukokel sinus paranasalis
c. kista dermoid
d. Fibroma
7. Pemeriksaan Penunjang - CT-Scan kepala tanpa kontras
- MRI
8. Terapi a. Non Bedah:
- Bila pecah, dirujuk kurang dari 48 jam :
rawat lokal, tutup steril, antibiotika
b. Bedah:
- Operasi eksisi ensefalokel disertai
penutupan defek uranium
- Operasi subfrontal osteotomi pada
kasus ensefalokel frontoetmoidal
- Operasi dikerjakan sesegera mungkin,
kecuali pada kasus yang
progresifitasnya lambat dengan isi
kantong yang lebih padat, dapat
ditundad hingga usia 5 – 6 bulan
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. M. Arifin. Subfrontal orbitotomy approach
for frontoethmoidal encephalocele. Annual
Meeting Indonesia Neurosurgical
Association. 1993.
2. Richard CGM. Frontoethmoidal
meningoencephalocele: a Common and
severe kongenital abnormality in south
East Asia. Arch Dis Child. 67 : 717-9,
1992.
3. Sibayan RG, Racelis LC, Domingo ML.
Intracranial abnormalities and ventricular
patterns associated with
meningoencephaloceles. J Clin Neurosci 2
(1) : 45-7, 1995.
4. Wilkins RH. Neurosurgery. 2nd ed. Mc
Graw-Hill. New York. 1996.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019
MIELOKEL
1. Pengertian (Definisi) Mielokel adalah suat kanung berisi komponen
sistem saraf medula spinalis akibat herniasi
melalui suat defek pada prosesus spinosus
vertebra akibat kelainan kongenital
2. Anamnesis Adanya benjolan pada punggung, biasa posisi
mid line dan didapat dari lahir, benjolan dapat
membesar atau menegang jika mengedan
3. Pemeriksaan Fisik Benjolan( biasanya midline) pada punggung,
lunak, batas tidak tegas, immobile, wana
sama dengan kulit, transiluminasi (+)
Terdapat detek tulang dibawah benjolan
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung:
- Benjolan yang ada sejak lahir dan
cenderung membesar
- Tampak kantung mielokel terbungkus kulit
normal, membranous ataupun kulit yang
mengalami maserasi
- Pada umumnya terletak pada garis tengah
- Konsistensi tergantung isi kantung, pada
umumnya kistous dan kenyal. Pada kasus
lipomielokel, sebagian isi kantung berisi
lipom, sehingga terlihat lobulasi dan teraba
lunak
- Isi kantung berhubunan dengan ruang
spinal, sehingga dapat mengempis dan
menegang, tergantung tekanan intraspinal.
Kadang-kadang dapat terlihat pulsasi
- Pada mielokel, dapat disertai hidrosefalus
dan kelainan intrakranial lain, defisit
neurologis yang berat, deformitas tulang
spinal dan ekstremitas. Defisit neurologis
yang terjadi berupa gangguan sensibilitas
dan motorik distal dari level anatomis
mielokel. Dapat juga terjadi inkontinensia
uirn dan alvi
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding Duplikasi rektum
Hemangioma
Abses spinal
Epidermoid / dermoid
Malformasi / tumor tulang
Kondroma
Kista pilonidal
Glioma
Neuroblastoma
Hamartoma
Kardoma
Teratoma
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan fisik berdasarkan gejala klinis
yang khas
- Foto MRI spinal
- CT-Scan kepala
- Laboratoris : TORCH untuk mencari
penyebab mielokel
8. Terapi a. Bedah:
- Penutupan defek durameter dan kulit
- Hidrosefalus : VP-Shunt
- Bila pecah, dirujuk kurang dari 48 jam:
rawat lokal, tutup steril, tengkurap,
antibiotik
b. Rehabilitasi :
- Pembedahan diikuti tindakan multi-
disiplin yang melibatkan bidang
psikiatri, rehabilitasi medik, arthopedi
dan urologi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019
TUMOR INTRAKRANIAL
1. Pengertian (Definisi) Tumor intraknial adalah semua tumor atau
masa seperti tumor yang ditemukan dalam
ruang intrakranial memiliki sifat biologis,
prognosis dan modalitas terapi masing-masing
tanpa mempedulikan asal jaringan.
2. Anamnesis Nyeri Kepala diseluruh kepala, terutama pagi
hari, semakin lama semakin memberat
Muntah proyektil
Pandangan kabur progresif
Defisit neurologis yang progresif
Tidak ada riwayat trauma
TUMOR INTRASPINAL
1. Pengertian (Definisi) Tumor intraspinal adalah tumor yang terletak
pada kanalis spinalis, dapat berasal primer
tumor susunan saraf atau sekunder akibat
metastase.
2. Anamnesis Kelemahan anggota gerak yang progresif
Hilang sensasi yang progresif
Tidak ada riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik Paraperis / Tetraparesis
Hipestesia/ anestesia
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung :
- Letak tumor (intradura, extradura,
intrameduler, extrameduler)
- Segmen medula spinalis yang tertekan atau
terinvasi
- Pada umumnya gejala klinis berupa : nyeri,
defisis, motoris, gangguan sensibilitas,
gangguan otonom, gejala lain (Skoliosis,
masa di daerah spinal)
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Kelainan vaskuler (AVM, Aneurisma)
- Multiple sklerosis
- Mielopati para neoplastik
- Infeksi (abses, mielitis)
- Kelainan struktur pada kolumna vertebralis
(penyakit paget’s, giant cell tumor, HNP)
7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra (AP/LAT/OBLIK):
melihat kerusakan korpus vertebra,
pelebaran foramen, pelebaran jarak antar
pedikel.
- Mielografi
- MRI
- Angiografi spinal : hanya dilakukan bila
dicurigai kelainan vaskuler
8. Terapi a. Simptomtik : kontrol nyeri
b. Kortikosteroid
c. Operasi : Eksisi tumor
d. Terapi adjuvan tergantung jenis tingkat
keganasan.
e. Radiasi
f. Kemoterapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. World Health organization : Pathology and
Genetics Tumors of the Nervous System:
IARC Press Lyon 2000
2. Adams M, Volker KH, Sontag MD:
Surgical Treatment of Metastatic Cervical
Spine Disease. Comtemporary
Neurosurgery, vol. 23 No. 5 March 15,
2001
3. Greenberg M : Tumor, Handbook of
Neurosurgery, Fifth Edition, Theime 2001,
p. 386-458
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019
ABSES SEREBRI
1. Pengertian (Definisi) Abses serebri aalah proses supuratif fokal
dalam parenkim otak yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur atau protozoa.
2. Anamnesis Nyeri kepala, muntah, kejang, demam
Riwayat infeksi, seperti: Omsk, sakit gigi,
sinusitis.
Riwayat trauma kepala terbuka
Riwayat operasi kepala
Riwayat penyakit jantung sia notik.
3. Pemeriksaan Fisik PTIK
Defisit neurologis
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung :
- Lokasi abses
- Besar abses
- Jumlah lesi
- Edema serebri yang menyertai
- Respons tubuh terhadap infeksi
- Virulensi kuman
- Fokus infeksi
Gejala klinis yang tersering adalah :
- Nyeri kepala
- Demam
- Defisit neurologis fokal
- Nusea, vomiting
- Kejang
- Kaku kuduk
- Papil bendung
- Penurunan kesadaran
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Tumor otak (astrositoma)
- Infark serebri
- Tuberkuloma
- Kista arachnoid
7. Pemeriksaan Penunjang - Laboratoris
- Radiologis : CT-Scan, MRI
8. Terapi a. Non Bedah : Pemberian antibiotik jangka
panjang (± 6 minggu) dan sampai kultur
negatif 2 kali berturut-turut
- Cefotaxine :
dewasa 1 gram tiap 8 jam, iv bila
sangat berat dapat dinaikkan 2 gram
tiap 4 jam iv
anak : 50 mg/kg iv setiap 6 jam
- Ceftriaxone :
dewasa : 2 gram iv tiap 12 jam
anak : 75 mg/kg dosis inisial
dilanjutkan 100 mg/kg/hari di bagi
setiap 12 jam
Ditambah salah satu dari bawah ini :
- Metronidazole :
dewasa : 30 mg/kg/hari iv di bagi
setiap 12 jam
anak : 10 mg/kg iv setiap 8 jam atau
- Chloramphenicol :
dewasa : 1 gr iv tiap 6 jam
anak : 15-25 mg/kg iv setiap 6 jam
Bila telah ada hasil kultur, maka antibiotik
disesuaikan dengan sensitivitasnya.
Bila ada riwayat trauma atau operasi kepala
diberikan tambahan Vancomycin
Medikamentosa tambahan : kartiko steroid,
anti konvulsan
b. Bedah
- Operatif drainase atau excise
- Penanganan fokus infeksi primer
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. Mark S Greenberg: Cerebral abscess.
Handbook of Neurosurgery. Fifth edition
Theime medical publishers 2001, p. 217-
223.
2. Parang G Petil, MD et al: Newer
Antimicrobials for Neurosurgery;
Contemporary Neurosurgery, 24;
Dec.1.2002
3. Robert H Wilkins, Setti SR: Diagnosis and
Management of Brain abscess,
Neurosurgery; II et al. 1996, p. 3285-3298
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019
INFEKSI PASCASHUNTING
1. Pengertian (Definisi) Infeksi paska shunting adalah : infeksi yang
sering terjadi setelah pemasangan shunt baik
yang terjadi hanya paa kulit (eksternal)
maupun mengakibatkan infeksi pada cairan
serebrospinal (internal)
2. Anamnesis - Febris
- Letargi
- Iritabilitas
- Episode apnea
- Kaku kuduk (pada anak-anak)
- Akut abdomen
3. Pemeriksaan Fisik - Gangguan fungsi shunt
Inflamasi sepanjang jalur shunt
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung :
- Febris
- Letargi
- Iritabilitas
- Episode apnea
- Kaku kuduk (pada anak-anak)
- Akut abdomen
- Gangguan fungsi shunt
- Inflamasi sepanjang jalur shunt
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Malfungsi shunt
- Septisema
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan darah
Leukositosis
Laju endap darah meningkat
Kultur darah
C-reactive protein (CRP)
- Pemeriksaan cairan liquor dari shunt tap
terdiri dari :
Pengecatan gram
Pemeriksaan jumlah sel, kadar glukosa
dan protein
Kultur dan sensitivitas antibiotik
- CT-Scan kepala, melihat :
Tanda hidrosefalus
Tanda ventrikulitis
8. Terapi - Diversi shunt dapat berupa
Eksternalisasi shunt
EVD
Pungsi ventrikel berkala
- Pemberian antibiotik sesuai kultur, bila
belum ada kultur dapat diberikan :
Vancomycin : dewasa : 1 gr iv tiap 8
jam, bayi kurang 7 hari : 30 mg/kg/hr
setiap 12 jam, anak usia lebih 7 hari: 45
mg/kg/hr
Instalasi intraventrikel : Gentamisin :
10-12 g/ml
- Bila kultur liquor telah steril 2 kali
berturut-turut, gejala klinis infeksi hilang,
antibiotik dilanjutkan 10-14 hari,
dilakukan tes dependensi shunt, bila masih
memerlukan maka shunt baru dipasang
kembali.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019
STROKE INFARK
1. Pengertian (Definisi) Stroke Infark adalah kelainan anatomi dan
fungsi otak karena gangguan aliran darah ke
otak
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis - Gejala klinis terganggu : lokasi, lama dan
luasnya sirkulasi serebral yang tersumbat
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Penurunan kesadaran dan defisit
neurologis akibat cedera kepala, tumor
otak, perdarahan intra-tumoral, infark
hemoragik otak, infark otak yang luas,
pemakian narkoba, gangguan
metabolisme.
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan klinis
- CT-Scan kepala
- MRI kepala
- Angioigrafi
8. Terapi Jenis tindakan operasi tergantung keadaan
klinis, lokasi dan luasnya pembuluh darah :
a. Endarterektomi
b. Extra-intracranial bypass
c. Dural fascial flap
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan