Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SMF BEDAH SARAF


RSUD DELI SERDANG
2019

FRAKTUR IMPRESI TULANG TENGKORAK TERBUKA


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan salah satu tanda : terdapat fragmen
tulang yang masuk, dengan atau tanpa
keluarnya jaringan otak disertai luka terbuka
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik Tampak Adanya luka robek yang dasarnya
cranium yang fraktur dan menekan ke dalam,
Bisa disertai dengan prolaps otak
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma kepala disertai dengan
salah satu tanda: sebagian fragmen tulang
masuk, dengan atau tanpa keluarnya
jaringan otak, dengan luka di kepala
b. Foto polos kepala atau CT Scan didapatkan
gambaran fraktur impresi
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding Hematoma subgaleal
7. Pemeriksaan Penunjang a. Foto polos kepala AP/Lat/Tangensial
b. CT Scan kepala
8. Terapi a. Bedah : Debridement dan kraniektomi
bagian tulang yang depresi dengan
indikasi:
- Bila depresi lebih dari tebal tulang
tengkorak
- Ada fragmen tulang yang masuk ke otak
- Kosmetik
- Fraktur impresi disertai dengan luka
terbuka
- Indikasi lain, misalnya perdarahan
intrakranial
9. Edukasi
10. Prognosis Baik jika tidak ada polaps otak
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

HEMATOMA EPIDURAL
1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan jendalan darah (hematom) dalam
ruang epidural diantara tulang kepala dan
duramater
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS<15
Subgaleal hematoma
Pupil anisokor
Hemiparesis kontra lateral dari subgaleal he
matoma
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma kepala disertai dengan
sakit kepala, mual dan muntah yang
semakin berat
b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran
epidural hematoma
c. Foto kepala : terdapat fraktur linier
d. Adanya lucid interval
e. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Hematoma subdural atau intraserebral
b. Edema otak
c. Stroke-ICH
d. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanap kontras, bila tidak
tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Laut
8. Terapi a. Non Bedah :
- Mannitol 5 cc/kgBB/20 menit (bila ada
herniasi atau rapi deterioration)
- Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv
dilanjutkan dengan phenitoin loading 15
mg/iv dalam 100cc PZ ½ jam
dilanjutkan 5 mg/kgBB/hari
b. Bedah :
- Burrhole (kraniotomi) diagnostik (bila
tidak tersedia CT-Scan kepala atau
kondisi pasien sangat cepat memburuk)
- Trepanasi bila ada CT-Scan
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

CIDERA KEPALA RINGAN


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan tingkat kesadaran (GCS) 14-15
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS14- 15
LOC (-)
PTA(-)
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala
b. GCS 14-15
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Adanya trauma di kepala
b. CT-TIA
c. Mabuk
d. Intoksikasi
7. Pemeriksaan Penunjang a. Foto polos kepala AP/Lat
b. Foto polos cervical lateral bila diperlukan
c. CT Scan bila ada indikasi
d. Lab sesuai indikasi
8. Terapi a. Istirahat di tempat tidur
b. Observasi adanya tanda-tanda komplikasi
seperti hematoma epidural, hematoma
subdural, cedera saraf kranial
c. Observasi fungsi vital neurologis
d. Obat simptomatis-suportif
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY,
3rd Ed, William & Wilkins Baltimore,
Maryland, USA
- Wilkins RH and Rengachary SS (eds),
neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill
Co. New York
- Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock
JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC
Graw Hill Co. New York
- Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002
Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

CIDERA KEPALA RINGAN


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan tingkat kesadaran (GCS) 9-13
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS9-13
LOC(+)
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala
b. GCS 9-13
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Epilepsi
b. CVA-TIA
c. Mabuk
d. Intoksikasi
7. Pemeriksaan Penunjang a. CT-Scan kepala, bila tidak ada dana dapat
dilakukan Foto polos kepala AP/Lat
b. Foto polos cervical lateral dan thorax
c. Lab : DL, Gula Darah Acak, Serum
Elektrolit
8. Terapi a. Non bedah:
1. Istirahat di tempat tidur
2. Stabilitas fungsi vital (A, B, C)
3. Deteksi dini adanya tanda-tanda
perdarahan intrakranial
4. Observasi fungsi vital dan neurologis
5. Pasang collar brace sampai terbukti
tidak terdapat fraktur cervical
6. Obat simptomatis-suportif
7. Manitol bila ada herniasi atau rapi
deterioration
8. Bila kejang diberi valium 5-10 mg/iv
(diencerkan 20 cc aqua)
9. Pasang kateter dan NG-Tube
b. Bedah :
1. bila ada indikasi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY,
3rd Ed, William & Wilkins Baltimore,
Maryland, USA
- Wilkins RH and Rengachary SS (eds),
neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill
Co. New York
- Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock
JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC
Graw Hill Co. New York
- Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002
Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

CIDERA KEPALA BERAT


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan tingkat kesadaran (GCS) 3-8
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS 3-8
Penurunan reflex pupil
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala
b. GCS 3-8
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding Koma karena sebab lain
7. Pemeriksaan Penunjang a. CT-Scan kepala tanpa kontras
b. Foto polos AP/Laut
c. Foto polos cervical lateral, thorax
d. Lab : DL, Gula Darah Acak, Analisa gas
darah
8. Terapi a. Non bedah:
1. Pasang collar brace sampai terbukti
tidak terdapat fraktur cervical
2. Resusitasi dan intubasi endotracheal
3. Stabilitas fungsi vital (A, B, C)
4. deteksi dini adanya tanda-tanda
perdarahan intraktranial
5. Observasi fungsi vital dan neurologis
6. Pasang collar brace sampai terbukti
tidak terdapat fraktur cervical
7. Obat simptomatis-suportif
8. Manitol 2 cc/kgBB/20 menit setiap 6
jam bila ada herniasi atau rapi
deterioration
9. Phenitoin Loading dose 15 mg/kgBB
dalam NS 100 selama 20 menit
dilanjutkan dengan Phenitoin 3x100
mg/iv (diencerkan 20 cc aqua)
b. Bedah :
1. Operasi bila ada indikasi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY,
3rd Ed, William & Wilkins Baltimore,
Maryland, USA
- Wilkins RH and Rengachary SS (eds),
neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill
Co. New York
- Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock
JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC
Graw Hill Co. New York
- Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002
Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

FRAKTUR BASIS KRANII


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan salah satu tanda : keluar darah/liquor
dari hidung atau telinga, Brill hematoma,
battle sigi, lesi saraf kranial
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik Cara pemeriksaan
Klinis : - Pemeriksaan trauma kepala seperti
di atas
- Pemeriksaan tanda lokal
Radiologis
- X foto kepala : sebaran/arah garis fraktur,
kedudukan fragmen, corpus alienum, lokasi
dan kedalaman depresi (melebihi ketebalan
tulang), aerokel, darah dalam sinus
paranasalis. Projeksi AP/lateral dan bila
perlu oblik.
- CT-Scan : penderita yang berindikasi CT-
Scan, tidak perlu dibuatkan foto polos
kepala
4. Kriteria Diagnosis Adanya trauma di kepala disertai dengan salah
satu tanda : keluar darah / liquor dari hidung,
telinga, Brill hematoma, Battle sigi, Lesi saraf
kranial
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Fraktur tulang hidung dan fraktur tulang
wajah
b. Trauma pada kepala atau mata
7. Pemeriksaan Penunjang CT Scan kepala tanpa kontras, bila tidak
tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Lat
8. Terapi a. Non bedah:
1. Istirahat di tempat tidur
2. Obat simptomatis-suportif, antibiotika
3. Perawatan kebersihan lubang hidung
atau lubang telinga
b. Bedah :
1. bila kebocoran liquor menetap 2 minggu
perawatan
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY,
3rd Ed, William & Wilkins Beltimore,
Maryland, USA
- Wilkins RH and Rengachary SS (Eds),
Neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw
Hill Co. New York
- Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock
JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC
Graw Hill Co. New York
- Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002
Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6
- Palmer JD (ED) (1997) HEAD TRAUMA
in Manual of Neurosurgery Churchill
Livingstone, New York, pp 499-580.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

FRAKTUR IMPRESI TULANG TENGKORAK TERTUTUP


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan salah satu tanda : terdapat fragmen
tulang yang masuk, dengan atau tanpa
keluarnya jaringan otak disertai luka terbuka
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik Subgaleal hematoma dengan defek tulang
dibawahnya
Tidak terdapat laserasi SCALP
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan
salah satu tanda : sebagian fragmen tulang
masuk, dengan atau tanpa keluarnya
jaringan otak, dengan luka di kepala
b. Foto polos kepala atau CT Scan didapatkan
gambaran fraktur impresi
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding Hematoma subgaleal
7. Pemeriksaan Penunjang a. Foto polos kepala AP/Lat/Tangensial
b. CT Scan kepala
8. Terapi a. Non bedah: (Asimtomatis)
- Mannitol 5 cc kg/BB/20 menit (bila ada
indikasi)
- Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv
dilanjutkan dengan phenitoin loading
dose 15 mg/kgBB dilanjutkan mannitol
5 mg/kgBB/hari
b. Bedah :
- Trepansi bila akut atau Burrhole untuk
subakut dan kronis
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

HEMATOMA SUBDURAL
1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan jendalan darah (hematoma) dalam
raung subdural yang terjadi dalam waktu 0-72
jam atau sampai 20 hari post-trauma akibat
pecahnya bridging vein atau pembuluh darah
kortikal
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS<15
Pupil anisokor/ isokor dengan penurunan
refleks cahaya
Dapat terjadi hemipanesis pada ipsilateral
subgaleal hematoma
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan
sakit kepala, mual dan muntah yang
semakin berat
b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran
subdural hematoma
c. Foto kepala : terdapat fraktur linier
d. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Hematoma subdural atau Intra serebral
b. Edema otak
c. Stroke-ICH
d. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala dengan atau tanpa kontras,
foto skull AP/Lat
8. Terapi a. Bedah : Burhole elevasi dan kraniotomi
rekonsrtruksi atau kranioplasti tergantung
keadaan dengan indikasi :
- Bila depresi lebih dari tebal tulang
tengkorak
- Ada fragmen tulang yang masuk ke otak
- Kosmetik
- Indikasi lain, misalnya perdarahan
intrakranial
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis

15. Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

HEMATOMA INTRACEREBRAAL TRAUMATIKA


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma
dengan jendalan darah (hematoma) dalam
parenchym cerebral
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
Riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik GCS<15
Pupil anisokor/ isokor dengan penurunan
refleks cahaya
Dapat terjadi hemipanesis pada ipsilateral
subgaleal hematoma
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan
sakit kepala, mual dan muntah yang
semakin berat sampai tidak sadar
b. CT-Scan: didapatkan intracerebral
hematoma
c. Foto kepala : terdapat fraktur linier
d. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Edema otak
b. Stroke-ICH
c. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, foto skull
AP/Lat
8. Terapi a. Non Bedah:
- Mannitol 5 cc kgBB/20 menit (bila ada
indikasi)
- Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv
dilanjutkan dengan phenitoin 15
mg/kgBB dilanjutkan maintenace 5
mg/kg/hari
b. Bedah : sesuai indikasi
- Trepanasi evakuasi hematoma
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

HEMATOMA INTRACEREBRAAL SPONTAN


1. Pengertian (Definisi) Adalah perdarahan parenkim otak spon tanpa
adanya riwayat hidup
2. Anamnesis Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial,
terjaditiba-tiba, lemah Sebelah anggota tubuh
Riwayat Hipertensi
3. Pemeriksaan Fisik GCS<15
Pupil anisokor/ isokor dengan penurunan
refleks cahaya
Dapat terjadi hemipanesis
4. Kriteria Diagnosis a. Penurunan kesadaran atau tidak dengan
disertai sakit kepala, mual dan muntah
yang semakin berat
b. CT-Scan: didapatkan gambaran
intracerebral hematoma
c. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak
d. Adanya defisit neurologis sebagian besar
ada riwayat hipertensi kronis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. ICH traumatika
b. Edema otak
c. Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, foto skull
AP/Lat
8. Terapi a. Non Bedah:
- Mannitol 5 cc kgBB/20 menit (bila ada
indikasi)
- Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv
dilanjutkan dengan phenitoin 15
mg/kgBB dilanjutkan maintenace 5
mg/kg/hari
b. Bedah : sesuai indikasi
- Trepanasi evakuasi hematoma
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

HNP (HERNI NUKLEUS PULPOSUS)


1. Pengertian (Definisi) Adalah penonjolan (hernia) dari nukleus
pulposus disertai dengan nyeri tungkai yang
menjalar dari pinggang ke paha dan betis
2. Anamnesis Nyeri pinggang menjalar ke paha hingga kaki,
Unilateral,
3. Pemeriksaan Fisik Cervical: Tes Spurling (+), Lhermitte (+)
Lumbal: laseque (+)
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya nyeri salah satu tungkai yang
menjalar dari pinggang ke paha dan betis
b. Laseque test
c. Adanya defisit neurologis
d. MRI : didapatkan gambaran “Bulging
Dise”
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Tumor spinal
b. Cauda Equina Syndrome
7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra AP/Lat
- MRI
8. Terapi a. Non Bedah:
- Bed rest, fisioterapi, analgesik selama 2
minggu
b. Bedah :
- Laminotomi/laminectomi + desectomi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

CEDERA SUMSUM TULANG BELAKANG


1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di tulang belakang akibat
adanya trauma dengan disertai dengan nyeri
dan atau tanpa disertai dengan adanya defisit
neurologis
2. Anamnesis Riwayat trauma pada leher ataupun tulang
belakang
Kelemahan kedua/keempat anggota gerak
Inkontinensia Urin et alfi ( thoracal bawah
hingga lumbal atas)
Hilangnya sensasi nyeri, suhu, dan raba
3. Pemeriksaan Fisik Tetrapresis/ paraparesis
Hipestesia/ anestesia setentang Lesi ke bawah
Inkontinensia Urin et alf
Pernafasan Abdominal ( cervical)
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di tulang belakang disertai
dengan nyeri lokal di lokasi tulang
belakang dan jejas dislokasi tulang
belakang
b. Foto vertebra : terdapat fraktur kompresi,
dislokasi
c. Adanya defisit neurologis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Sindroma Guillian Barre
- Stroke – ICH
- Tumor otak
7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra AP/Lat
- CT-Scan, bila diperlukan
- MRI bila diperlukan
8. Terapi a. Non Bedah:
- Fiksasi, imobilisasi (collar dan papan
pengangkut) dan Resusitasi
- Solumendrol (harus diberikan sebelum
8 jam pertama), dengan dosis:
Awal : 30 mg/kgBB diencerkan aqua 40
cc/drip dalam 15 menit
Berikutnya : 5,4 mg/kgBB diencerkan
100 cc/drip dalam 60 menit selama 23
jam Kontra Indikasi Solumedrol :
Hamil, DM, Herpes, TB Aktif, Ulkus
Peptikum, Umur < 13 tahun
- Terapi jika terdapat spinal syok (beri
vosopressor bukan cairan)
- Atasi bradikardi (beri Sulfat atropin)
- Cegah hipotermi
b. Bedah : Dekompresi/Reposisi/Fiksasi/
Stabilise indikasi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

HIDROSEFALUS INFANTIL
1. Pengertian (Definisi) Penumpukan cairan serebrospinal di alam
ventrikel otak secara progresif dan berlebihan
yang diakibatkan karena ketidakseimbangan
antara produksi dan penyerapan dan gangguan
sirkulasi cairan serebrospinal
2. Anamnesis Kepala membesar tidak normal
Progresif
Riwayat ibu memelihara unggas atau Kucing
atau anjing
Ri wayat ibu saat hamil: demam, trauma,
Konsumsi Jamu berlebihan, usaha
menggugurkan
3. Pemeriksaan Fisik Lingkar kepala> 37 cm
Ubun_ubun besar menonjol dan tegang
Venektase
Sunset eyes Fenomena
4. Kriteria Diagnosis a. Adanya penumpukan cairan serebrospinal
yang berlebihan di dalam sistem ventrikel
secara progresif yang ditandai dengan:
kepala besar, psikomotor terlambat, timbul
sejak lahir, sunset phenomena, vena kepala
prominen
b. Pada anak umur < 2 tahun sutura masih
terbuka, sehingga gejala yang timbul selain
tanda khas pada hidrosefalus, fontanela
akan cembung dan tegang.
c. Pada anak umur > 2 tahun (sutura sudah
menutup) : gejala kenaikan tekanan kronial
yang lebih menonjol, seperti: sakit kepala,
mual, muntah, visus menurun sampai buta
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Makrosefali
b. Tumor otak
c. Subdural higrom, empyema, hematom
7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, bila tidak
tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Lat
8. Terapi a. Bedah:
- Menghilangkan causa obstruksi CSS
dengan exisi tumor, cysta dan
hemaatom
- Mengurangi produksi CSS dengan
plexectomy/ventriculostomy
- Bedah pintas : ventrikulo-Peritoneal
Shunt, Ventrikulo-Sisternal Shunt,
Ventrikulo Antrial Shunt
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. Bayston R (1989). Hydrosefalus Shun
infections. Chapman and Hall. London
2. Di Rocco C (1987). The treatment of
infantile hydrocephalus. CRC Press. Boca
Raton
3. Drake JM, Sainte-Rose C (1995). The Shun
book. Blackwell Science. Cambridge
4. Milhorat TH (1995). Hydrocephalus:
Pathophysiology and Clinical Features. In:
Wilkins RH, Rengachary SS (eds).
Neurosurgery. Mc Graw-Hill. New York.
pp. 2135-2139.
Mc Cullough DC (1985). Hydrocephlus :
Treatment. In: Wilkins RH, Rengachary SS
(eds). Neurosurgery. Mc Graw-Hill. New
York. 1996
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

MENINGOCELE
1. Pengertian (Definisi) Suatu kantong berisi komponen ruang
intrakranial (cairan otak dan atau jaringan
otak) akibat herniasi melalui suat defek tulang
uranium karena kelainan kongenital
2. Anamnesis Adanya benjolan pada kepala, biasa posisi mid
line dan didapat dari lahir, benjolan dapat
membesar atau menegang jika mengedan
3. Pemeriksaan Fisik Benjolan( biasanya midline) pada Kepala,
lunak, batas tidak tegas, immobile, wana
sama dengan kulit, transiluminasi (+)
Terdapat detek tulang dibawah benjolan
4. Kriteria Diagnosis - Adanya benjolan pada pangkal hidung atau
tengkuk
- Tampak kantng ensefalokel berbungkus
kulit normal, membranous maupun kulit
yang mengalami maserasi
- Pada umumnya terletak pada garis tengah
- Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala
klinis yang khas
- Laboratoris : TORCH untuk mencari
penyebab ensefalokel
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding a. Kista dermoid
b. Mukokel sinus paranasalis
c. kista dermoid
d. Fibroma
7. Pemeriksaan Penunjang - CT-Scan kepala tanpa kontras
- MRI
8. Terapi a. Non Bedah:
- Bila pecah, dirujuk kurang dari 48 jam :
rawat lokal, tutup steril, antibiotika
b. Bedah:
- Operasi eksisi ensefalokel disertai
penutupan defek uranium
- Operasi subfrontal osteotomi pada
kasus ensefalokel frontoetmoidal
- Operasi dikerjakan sesegera mungkin,
kecuali pada kasus yang
progresifitasnya lambat dengan isi
kantong yang lebih padat, dapat
ditundad hingga usia 5 – 6 bulan
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. M. Arifin. Subfrontal orbitotomy approach
for frontoethmoidal encephalocele. Annual
Meeting Indonesia Neurosurgical
Association. 1993.
2. Richard CGM. Frontoethmoidal
meningoencephalocele: a Common and
severe kongenital abnormality in south
East Asia. Arch Dis Child. 67 : 717-9,
1992.
3. Sibayan RG, Racelis LC, Domingo ML.
Intracranial abnormalities and ventricular
patterns associated with
meningoencephaloceles. J Clin Neurosci 2
(1) : 45-7, 1995.
4. Wilkins RH. Neurosurgery. 2nd ed. Mc
Graw-Hill. New York. 1996.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

MIELOKEL
1. Pengertian (Definisi) Mielokel adalah suat kanung berisi komponen
sistem saraf medula spinalis akibat herniasi
melalui suat defek pada prosesus spinosus
vertebra akibat kelainan kongenital
2. Anamnesis Adanya benjolan pada punggung, biasa posisi
mid line dan didapat dari lahir, benjolan dapat
membesar atau menegang jika mengedan
3. Pemeriksaan Fisik Benjolan( biasanya midline) pada punggung,
lunak, batas tidak tegas, immobile, wana
sama dengan kulit, transiluminasi (+)
Terdapat detek tulang dibawah benjolan
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung:
- Benjolan yang ada sejak lahir dan
cenderung membesar
- Tampak kantung mielokel terbungkus kulit
normal, membranous ataupun kulit yang
mengalami maserasi
- Pada umumnya terletak pada garis tengah
- Konsistensi tergantung isi kantung, pada
umumnya kistous dan kenyal. Pada kasus
lipomielokel, sebagian isi kantung berisi
lipom, sehingga terlihat lobulasi dan teraba
lunak
- Isi kantung berhubunan dengan ruang
spinal, sehingga dapat mengempis dan
menegang, tergantung tekanan intraspinal.
Kadang-kadang dapat terlihat pulsasi
- Pada mielokel, dapat disertai hidrosefalus
dan kelainan intrakranial lain, defisit
neurologis yang berat, deformitas tulang
spinal dan ekstremitas. Defisit neurologis
yang terjadi berupa gangguan sensibilitas
dan motorik distal dari level anatomis
mielokel. Dapat juga terjadi inkontinensia
uirn dan alvi
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding Duplikasi rektum
Hemangioma
Abses spinal
Epidermoid / dermoid
Malformasi / tumor tulang
Kondroma
Kista pilonidal
Glioma
Neuroblastoma
Hamartoma
Kardoma
Teratoma
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan fisik berdasarkan gejala klinis
yang khas
- Foto MRI spinal
- CT-Scan kepala
- Laboratoris : TORCH untuk mencari
penyebab mielokel
8. Terapi a. Bedah:
- Penutupan defek durameter dan kulit
- Hidrosefalus : VP-Shunt
- Bila pecah, dirujuk kurang dari 48 jam:
rawat lokal, tutup steril, tengkurap,
antibiotik
b. Rehabilitasi :
- Pembedahan diikuti tindakan multi-
disiplin yang melibatkan bidang
psikiatri, rehabilitasi medik, arthopedi
dan urologi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

TUMOR INTRAKRANIAL
1. Pengertian (Definisi) Tumor intraknial adalah semua tumor atau
masa seperti tumor yang ditemukan dalam
ruang intrakranial memiliki sifat biologis,
prognosis dan modalitas terapi masing-masing
tanpa mempedulikan asal jaringan.
2. Anamnesis Nyeri Kepala diseluruh kepala, terutama pagi
hari, semakin lama semakin memberat
Muntah proyektil
Pandangan kabur progresif
Defisit neurologis yang progresif
Tidak ada riwayat trauma

3. Pemeriksaan Fisik PTIK


Defisit neurologis yang progresif seperti:
Paresis nervous cranialis
Hemiparesis
Gangguan cerebelar
4. Kriteria Diagnosis - Gejala umum diakibatkan peningkatan
TIK: nyeri kepala, muntah-muntah, edema
pupil, gangguan kesadaran, gangguan
kepribadian (terauma pada anak)
- Defisit lokal: tergantung lokasi otak yang
mengalami neoplasia atau yang tertekan :
Hemiparese, kejang fokal, gangguan
fungsi luhur, lesi saraf cranial, aphasia.
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Vaskular : Hematoma, AVM, Trombosis
venous, Giant anerysma, infra serebri
dengan edema.
- Trauma : Hematoma, kontusio
- Infeksi : Abses otak, tuberkuloma,
sarcoidosis, enchepalitis
- Cyste : Subarachnoid, parasit
7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos kepala (tanda-tanda TIK,
kerusakan sela, pergeseran glandula
pineal)
- CT scan kepala dengan kontras
- MRI kepala dengan kontras
- Angiografi serebral dengan indikasi (lokasi
dekat pembuluh darah besar, melihat
patensi sinus venosus, persiapan
embolisasi, menyingkirkan diagnosa
AVM)
- Tumor marker : pada kecurigaan tumor
tertentu.
8. Terapi Modalitas terapi :
- Farmasi : steroid, anti kejang, analgetik
- Operasi : untuk diagnostik ada terapeutik
- Radiasi
- Kemoterapi
Masa mendatang :
a. Imunoterapi
b. Gen terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. World Health organization : Pathology and
Genetics Tumors of the Nervous System:
IARC Press Lyon 2000
2. Deangelis LM : Brain Tumors, N Engl. J
med: vol. 344 no. 2, January 11, 2001 p.
114-123.
3. Greenberg M : Tumor, Handbook of
Neurosurgery, Fifth Edition, Theime 2001,
p. 386-458
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

TUMOR INTRASPINAL
1. Pengertian (Definisi) Tumor intraspinal adalah tumor yang terletak
pada kanalis spinalis, dapat berasal primer
tumor susunan saraf atau sekunder akibat
metastase.
2. Anamnesis Kelemahan anggota gerak yang progresif
Hilang sensasi yang progresif
Tidak ada riwayat trauma
3. Pemeriksaan Fisik Paraperis / Tetraparesis
Hipestesia/ anestesia
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung :
- Letak tumor (intradura, extradura,
intrameduler, extrameduler)
- Segmen medula spinalis yang tertekan atau
terinvasi
- Pada umumnya gejala klinis berupa : nyeri,
defisis, motoris, gangguan sensibilitas,
gangguan otonom, gejala lain (Skoliosis,
masa di daerah spinal)
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Kelainan vaskuler (AVM, Aneurisma)
- Multiple sklerosis
- Mielopati para neoplastik
- Infeksi (abses, mielitis)
- Kelainan struktur pada kolumna vertebralis
(penyakit paget’s, giant cell tumor, HNP)
7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra (AP/LAT/OBLIK):
melihat kerusakan korpus vertebra,
pelebaran foramen, pelebaran jarak antar
pedikel.
- Mielografi
- MRI
- Angiografi spinal : hanya dilakukan bila
dicurigai kelainan vaskuler
8. Terapi a. Simptomtik : kontrol nyeri
b. Kortikosteroid
c. Operasi : Eksisi tumor
d. Terapi adjuvan tergantung jenis tingkat
keganasan.
e. Radiasi
f. Kemoterapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. World Health organization : Pathology and
Genetics Tumors of the Nervous System:
IARC Press Lyon 2000
2. Adams M, Volker KH, Sontag MD:
Surgical Treatment of Metastatic Cervical
Spine Disease. Comtemporary
Neurosurgery, vol. 23 No. 5 March 15,
2001
3. Greenberg M : Tumor, Handbook of
Neurosurgery, Fifth Edition, Theime 2001,
p. 386-458
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

ABSES SEREBRI
1. Pengertian (Definisi) Abses serebri aalah proses supuratif fokal
dalam parenkim otak yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur atau protozoa.
2. Anamnesis Nyeri kepala, muntah, kejang, demam
Riwayat infeksi, seperti: Omsk, sakit gigi,
sinusitis.
Riwayat trauma kepala terbuka
Riwayat operasi kepala
Riwayat penyakit jantung sia notik.
3. Pemeriksaan Fisik PTIK
Defisit neurologis
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung :
- Lokasi abses
- Besar abses
- Jumlah lesi
- Edema serebri yang menyertai
- Respons tubuh terhadap infeksi
- Virulensi kuman
- Fokus infeksi
Gejala klinis yang tersering adalah :
- Nyeri kepala
- Demam
- Defisit neurologis fokal
- Nusea, vomiting
- Kejang
- Kaku kuduk
- Papil bendung
- Penurunan kesadaran
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Tumor otak (astrositoma)
- Infark serebri
- Tuberkuloma
- Kista arachnoid
7. Pemeriksaan Penunjang - Laboratoris
- Radiologis : CT-Scan, MRI
8. Terapi a. Non Bedah : Pemberian antibiotik jangka
panjang (± 6 minggu) dan sampai kultur
negatif 2 kali berturut-turut
- Cefotaxine :
 dewasa 1 gram tiap 8 jam, iv bila
sangat berat dapat dinaikkan 2 gram
tiap 4 jam iv
 anak : 50 mg/kg iv setiap 6 jam
- Ceftriaxone :
 dewasa : 2 gram iv tiap 12 jam
 anak : 75 mg/kg dosis inisial
dilanjutkan 100 mg/kg/hari di bagi
setiap 12 jam
Ditambah salah satu dari bawah ini :
- Metronidazole :
 dewasa : 30 mg/kg/hari iv di bagi
setiap 12 jam
 anak : 10 mg/kg iv setiap 8 jam atau
- Chloramphenicol :
 dewasa : 1 gr iv tiap 6 jam
 anak : 15-25 mg/kg iv setiap 6 jam
Bila telah ada hasil kultur, maka antibiotik
disesuaikan dengan sensitivitasnya.
Bila ada riwayat trauma atau operasi kepala
diberikan tambahan Vancomycin
Medikamentosa tambahan : kartiko steroid,
anti konvulsan
b. Bedah
- Operatif drainase atau excise
- Penanganan fokus infeksi primer
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. Mark S Greenberg: Cerebral abscess.
Handbook of Neurosurgery. Fifth edition
Theime medical publishers 2001, p. 217-
223.
2. Parang G Petil, MD et al: Newer
Antimicrobials for Neurosurgery;
Contemporary Neurosurgery, 24;
Dec.1.2002
3. Robert H Wilkins, Setti SR: Diagnosis and
Management of Brain abscess,
Neurosurgery; II et al. 1996, p. 3285-3298
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

INFEKSI PASCASHUNTING
1. Pengertian (Definisi) Infeksi paska shunting adalah : infeksi yang
sering terjadi setelah pemasangan shunt baik
yang terjadi hanya paa kulit (eksternal)
maupun mengakibatkan infeksi pada cairan
serebrospinal (internal)
2. Anamnesis - Febris
- Letargi
- Iritabilitas
- Episode apnea
- Kaku kuduk (pada anak-anak)
- Akut abdomen
3. Pemeriksaan Fisik - Gangguan fungsi shunt
Inflamasi sepanjang jalur shunt
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung :
- Febris
- Letargi
- Iritabilitas
- Episode apnea
- Kaku kuduk (pada anak-anak)
- Akut abdomen
- Gangguan fungsi shunt
- Inflamasi sepanjang jalur shunt
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Malfungsi shunt
- Septisema
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan darah
 Leukositosis
 Laju endap darah meningkat
 Kultur darah
 C-reactive protein (CRP)
- Pemeriksaan cairan liquor dari shunt tap
terdiri dari :
 Pengecatan gram
 Pemeriksaan jumlah sel, kadar glukosa
dan protein
 Kultur dan sensitivitas antibiotik
- CT-Scan kepala, melihat :
 Tanda hidrosefalus
 Tanda ventrikulitis
8. Terapi - Diversi shunt dapat berupa
 Eksternalisasi shunt
 EVD
 Pungsi ventrikel berkala
- Pemberian antibiotik sesuai kultur, bila
belum ada kultur dapat diberikan :
 Vancomycin : dewasa : 1 gr iv tiap 8
jam, bayi kurang 7 hari : 30 mg/kg/hr
setiap 12 jam, anak usia lebih 7 hari: 45
mg/kg/hr
 Instalasi intraventrikel : Gentamisin :
10-12 g/ml
- Bila kultur liquor telah steril 2 kali
berturut-turut, gejala klinis infeksi hilang,
antibiotik dilanjutkan 10-14 hari,
dilakukan tes dependensi shunt, bila masih
memerlukan maka shunt baru dipasang
kembali.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF
RSUD DELI SERDANG
2019

STROKE INFARK
1. Pengertian (Definisi) Stroke Infark adalah kelainan anatomi dan
fungsi otak karena gangguan aliran darah ke
otak
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis - Gejala klinis terganggu : lokasi, lama dan
luasnya sirkulasi serebral yang tersumbat
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding - Penurunan kesadaran dan defisit
neurologis akibat cedera kepala, tumor
otak, perdarahan intra-tumoral, infark
hemoragik otak, infark otak yang luas,
pemakian narkoba, gangguan
metabolisme.
7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan klinis
- CT-Scan kepala
- MRI kepala
- Angioigrafi
8. Terapi Jenis tindakan operasi tergantung keadaan
klinis, lokasi dan luasnya pembuluh darah :
a. Endarterektomi
b. Extra-intracranial bypass
c. Dural fascial flap
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

Anda mungkin juga menyukai