Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang
Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui
jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian
hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode
pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya
(UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang
wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau
dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan
Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta Syarat-syarat
bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun
UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai
untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau
penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau
menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan
produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan
perundang-undangan.
Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji adalah alat ukur
yang digunakan untuk mengukur secara kontinyu kuantitas cairan yang
melewatinya. Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji yang
digunakan harus memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan agar
dalam penggunaannya memenuhi persyaratan.
Berdasarkan uraian di atas, perlu disusun suatu Syarat Teknis Meter
Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji sebagai pedoman bagi
Pegawai Berhak dalam melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang
serta Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan pengawasan Meter
Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Untuk mewujudkan kesamaan persepsi dan keseragaman dalam
pelaksanaan pelayanan tera dan tera ulang dan pengawasan Meter
Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi Pegawai Berhak dalam melaksanakan
pelayanan tera dan tera ulang serta bagi Pengawas Kemetrologian
dalam kegiatan pengawasan Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa
Ukur Elpiji.

1
1.3 Pengertian
Dalam Syarat Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Meter Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Meter BBM
adalah meter yang terdiri dari Meter Arus Volumetrik, Meter Arus
Turbin, Meter Arus Pengukur Massa Secara Langsung, atau Pompa
Ukur Bahan Bakar Minyak yang digunakan untuk mengukur secara
kontinyu kuantitas cairan yang melewatinya.
2. Meter Arus Volumetrik atau Posistive Displacement Meter adalah
meter arus yang badan ukurnya mempunyai ruang ukur dan cairan
yang diukur menggerakkan dinding-dinding organ di dalam badan
ukur yang merupakan batas ruang ukur, sehingga memungkinkan
pengukuran secara kontinyu.
3. Meter Arus Turbin adalah meter arus yang penunjukan kuantitasnya
didasarkan pada laju alir cairan yang menggerakkan rotor dalam
ruang tertutup.
4. Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (direct mass flow
meter) yang selanjutnya disebut Meter Arus Massa (mass flow meter)
adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan massa
terhadap kuantitas cairan yang mengalir tanpa menggunakan
perangkat bantu atau data dari sifat-sifat fisik cairan.
5. Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disebut Pompa
Ukur BBM adalah instalasi ukur yang tersusun lengkap, merupakan
satu kesatuan yang digunakan untuk mengukur kuantitas bahan
bakar minyak yang diisikan/diserahkan ke dalam tangki kendaraan
bermotor.
6. Pompa Ukur Liquefied Petroleum Gas yang selanjutnya disebut
Pompa Ukur Elpiji adalah instalasi ukur yang tersusun lengkap,
merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk mengukur jumlah
Elpiji yang diisikan/diserahkan ke dalam tangki kendaraan
bermotor.
7. Meter adalah alat ukur yang terdiri dari badan ukur dan badan
hitung, serta dapat dilengkapi dengan alat justir atau alat koreksi.
8. Sistem pengukuran adalah sistem yang terdiri dari meter, perangkat
bantu, dan perangkat tambahan.
9. Sistem pengukuran elektronik adalah sistem pengukuran yang
dilengkapi dengan perangkat elektronik.
10. Pompa adalah alat yang dapat mengalirkan cairan melalui hisapan
atau dorongan.
11. Perangkat bantu (ancillary device) adalah perangkat yang
menjalankan fungsi tertentu, yang secara langsung terlibat dalam
mengirimkan atau menampilkan hasil pengukuran.
12. Perangkat tambahan (additional device) adalah bagian atau
perangkat lain selain perangkat bantu yang diperlukan untuk
memastikan kebenaran pengukuran, memudahkan operasi
pengukuran, atau mempengaruhi pengukuran.
13. Perangkat justir adalah perangkat yang terintegrasi pada meter dan
dapat disetel, yang berfungsi untuk menyetel meter agar mengurangi
kesalahan penunjukan sehingga mendekati nol.

2
14. Badan hitung (calculator) adalah bagian dari meter yang menerima
sinyal keluaran dari badan ukur dan dari perangkat sensor dan/atau
perangkat transduser kemudian memprosesnya dan menyimpan
hasilnya dalam memori sampai hasil tersebut digunakan.
15. Badan ukur (measuring device) adalah bagian dari meter yang
mengukur kuantitas cairan dan dilengkapi sensor dan transduser.
16. Sensor adalah perangkat yang mengubah karakteristik kuantitas
cairan ke dalam sinyal pengukuran untuk dikirim ke transduser.
17. Transduser adalah bagian dari meter yang mengubah karakteristik
kuantitas cairan menjadi sinyal pengukuran.
18. Kondisi dasar adalah nilai tertentu dari kondisi cairan yang diukur
setelah dikonversi.
19. Kondisi operasional adalah kondisi penggunaan yang memberikan
rentang nilai dari kuantitas pengaruh sehingga karakteristik
kemetrologian berada dalam batas kesalahan yang diizinkan.
20. Kondisi ukur (metering conditions) adalah nilai dari kondisi yang
menjabarkan sifat cairan selama pengukuran pada titik pengukuran.
21. Perangkat konversi adalah perangkat yang secara otomatis
mengubah kuantitas yang diukur pada kondisi pengukuran ke
dalam kuantitas pada kondisi dasar dengan memperhitungkan
karakteristik cairan yang diukur menggunakan sensor dan
transduser atau yang disimpan dalam memori.
22. Perangkat koreksi adalah perangkat yang dihubungkan ke atau
terintegrasi di dalam meter dan secara otomatis mengoreksi
kuantitas yang diukur pada waktu pengukuran.
23. Deviasi kuantitas minimum yang ditentukan adalah nilai absolut
dari kesalahan maksimum yang diizinkan untuk kuantitas minimum
yang diukur.
24. Kesalahan penunjukan adalah selisih antara penunjukan meter yang
diuji dikurangi penunjukan standar uji pada kondisi yang sama.
25. Batas Kesalahan yang Diizinkan yang selanjutnya disebut BKD
adalah kesalahan maksimum yang masih berada dalam rentang
operasional yang ditentukan pada Meter BBM dan Pompa Ukur
Elpiji.
26. Standar uji adalah alat yang digunakan sebagai penguji, dalam
Syarat Teknis ini berupa Bejana Ukur, Master Meter, Meter Prover,
Mass Flowmeter dan/atau Timbangan tertelusur dengan kapasitas
tertentu yang digunakan untuk menguji Meter BBM dan Pompa Ukur
Elpiji.
27. Ketidaktetapan adalah selisih terbesar kesalahan penunjukan dari
pengukuran yang berurutan pada kondisi yang sama.
28. Saringan adalah perangkat untuk melindungi meter dan perangkat
tambahan dari kerusakan akibat partikel asing.
29. Perangkat eliminasi udara adalah perangkat yang digunakan untuk
menghilangkan berbagai udara dan uap cairan yang terkandung
dalam cairan.
30. Perangkat penunjukan kuantitas adalah bagian badan hitung yang
menunjukan kuantitas cairan yang diukur.

3
31. Perangkat penunjukan harga adalah bagian badan hitung yang
menunjukan jumlah harga yang harus dibayar.
32. Perangkat penjatah (Pre-setting device) adalah perangkat untuk
menentukan kuantitas yang diukur (volume, massa, atau harga) dan
secara otomatis menghentikan aliran cairan pada akhir pengukuran
dari kuantitas yang ditentukan.
33. Kuantitas yang ditunjukkan adalah total kuantitas yang ditunjukkan
oleh meter.
34. Gelas penglihat (sight glass) adalah alat untuk memeriksa bahwa
seluruh atau sebagian dari sistem pengukuran terisi sepenuhnya
oleh cairan.
35. Titik transfer adalah titik yang disepakati untuk digunakan dalam
serah terima cairan.
36. Sistem pengukuran selang kosong adalah sistem pengukuran dengan
titik transfer yang berada pada bagian hulu dari selang penyerahan
yang dirancang untuk mengirim cairan atau bagian hilir dari selang
penerima yang dirancang untuk menerima cairan.
37. Sistem pengukuran selang penuh adalah sistem pengukuran dengan
titik transfer yang berada pada bagian hilir dari selang penyerahan
yang dirancang untuk mengirim cairan atau bagian hulu dari selang
penerima yang dirancang untuk menerima cairan.
38. Penyerahan minimum (Minimum Measured Quantity) adalah
kuantitas terkecil dari cairan yang diperkenankan untuk diukur.
39. Static Pressure Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan
sensor tekanan statis yang mengubah tekanan yang terjadi di dalam
sistem pengukuran menjadi bentuk sinyal.
40. Temperature Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan
sensor temperatur yang mengubah temperatur yang terjadi di dalam
pipa sistem pengukuran menjadi bentuk sinyal.
41. Laju alir atau debit adalah kuantitas cairan yang diukur per satuan
waktu.
42. Laju alir cairan maksimum (Qmaks) adalah laju alir cairan terbesar
yang melalui meter yang masih berada pada rentang BKD.
43. Laju alir cairan minimum (Qmin) adalah laju alir cairan terkecil yang
melalui meter yang masih berada pada rentang BKD.
44. Kuantitas uji adalah kuantitas cairan yang diukur oleh meter pada
setiap kali pengujian.
45. Kuantitas ukur adalah kuantitas cairan yang diukur oleh meter pada
setiap kali pengukuran.
46. Kavitasi adalah suatu fenomena ketika tekanan cairan lebih rendah
dari tekanan uap jenuhnya sehingga terjadi perubahan fasa dari cair
menjadi udara.
47. Tekanan balik adalah tekanan minimal yang ditambahkan pada
bagian hilir untuk mencegah terjadinya kavitasi cairan akibat
perbedaan tekanan yang terlalu besar akibat instalasi meter.

4
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1 Lingkup
Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan administrasi, persyaratan
teknis dan persyaratan kemetrologian untuk:
1. Meter BBM:
a. Meter Arus Volumetrik;
b. Meter Arus Turbin;
c. Meter Arus Massa; dan
d. Pompa Ukur BBM;
2. Pompa Ukur Elpiji.

2.2 Penerapan
Syarat Teknis ini berlaku untuk setiap Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
yang digunakan dalam pengukuran serah terima (custody transfer) cairan
yaitu:
1. minyak bumi (liquid petroleum); dan
2. produk derivatif seperti minyak mentah (crude oil), hidrokarbon cair
(liquid hydrocarbon), bahan bakar cair (liquid fuel), pelumas, oli dan
lain-lain.

2.3 Identitas
1. Setiap Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus dilengkapi dengan
pelat identitas yang berisi informasi sebagai berikut:
a. merek tanda pabrik;
b. model/tipe dan nomor seri;
c. tahun pembuatan;
d. suhu maksimum dan minimum (jika ada);
e. tekanan operasional maksimum dan minimum;
f. rentang densitas Elpiji yang diperbolehkan (khusus untuk Pompa
Ukur Elpiji);
g. laju alir aktual maksimum dan minimum.
2. Semua tanda dan informasi pada angka 1 harus jelas, mudah dilihat
dan dibaca, serta tidak mudah terhapus/dihilangkan.

5
2.4 Persyaratan Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji Sebelum Peneraan
1. Persyaratan sebelum dilakukan tera
a. untuk Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji asal impor harus
dilengkapi:
1) Nomor Izin Tipe; dan
2) Label Tipe yang melekat pada Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
b. untuk Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji produksi dalam negeri
harus dilengkapi:
1) Nomor Izin Tanda Pabrik; dan
2) merek tanda pabrik yang melekat pada Meter BBM dan Pompa
Ukur Elpiji.
2. Persyaratan sebelum dilakukan tera ulang
Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang akan ditera ulang harus
sudah ditera sebelumnya dan lemping tanda tera tidak terpisah dari
meter.

6
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1 Persyaratan Teknis


1. Ketentuan Umum
a. Konstruksi sistem pengukuran
1) Sistem Pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji paling
sedikit terdiri dari:
a) Meter;
b) Titik transfer; dan
c) Jalur hidrolik.
2) Agar sistem dapat beroperasi dengan benar, maka perlu untuk
menambahkan:
a) Perangkat eliminasi udara;
b) Saringan;
c) Pompa; dan
d) Perangkat koreksi.
3) Sistem pengukuran dapat dilengkapi dengan perangkat bantu
dan perangkat tambahan.
4) Jika beberapa meter digunakan untuk operasi pengukuran
tunggal, maka meter-meter tersebut dianggap membentuk suatu
sistem pengukuran tunggal.
5) Jika beberapa meter digunakan untuk operasi pengukuran
terpisah dengan beberapa elemen yang sama (badan hitung,
saringan, perangkat eliminasi udara, perangkat konversi, dan
lain-lain), masing-masing meter dianggap membentuk sistem
pengukuran terpisah, berbagi elemen-elemen yang sama.
b. Perangkat bantu
1) Perangkat bantu merupakan bagian dari badan hitung suatu
meter atau dapat berupa perangkat yang dihubungkan melalui
antarmuka ke badan hitung.
2) Yang termasuk perangkat bantu utama antara lain: perangkat
penyetelan nol, pencetak, memori, penunjukan harga, koreksi,
konversi, dan penjatah (pre-setting device).
c. Perangkat tambahan
Yang termasuk perangkat tambahan utama antara lain: gelas
penglihat, saringan, pompa, dan perangkat pelurus (anti-swirl
device).
d. Kondisi operasi
1) Kondisi operasional dari sistem pengukuran ditentukan oleh
karakteristik berikut:
a) Penyerahan minimum (Minimum Measured Quantity/MMQ);
b) Rentang laju alir yang dibatasi oleh laju alir minimum Qmin
dan laju alir maksimum Qmaks;

7
c) Nama atau tipe cairan, ketika penunjukan nama atau tipe
cairan tidak mencukupi untuk menentukan sifat cairan,
maka disebutkan karakteristiknya sebagai contoh rentang
viskositas dan rentang densitas;
d) Rentang tekanan yang dibatasi oleh tekanan minimum dari
cairan Pmin dan tekanan maksimum cairan Pmaks.
e) Rentang suhu yang dibatasi oleh suhu minimum cairan T min
dan suhu maksimum cairan Tmaks..
f) Rentang bilangan Reynold (jika ada)
g) Nilai nominal dari catu tegangan AC dan/atau batas catu
tegangan DC.
2) Sistem pengukuran harus digunakan untuk cairan ukur dengan
karakteristik yang berada dalam kondisi operasional.
3) Kondisi operasional sistem pengukuran harus berada dalam
kondisi operasional dari setiap elemennya.
4) Penyerahan minimum sistem pengukuran harus dalam bentuk
1 x 10n, 2 x 10n atau 5 x 10n satuan kuantitas yang berlaku,
dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol.
5) Penyerahan minimum sistem pengukuran tidak boleh lebih kecil
daripada penyerahan minimum terbesar dari salah satu meter.
6) Rentang laju alir dari sistem pengukuran
a) Rentang laju alir dari sistem pengukuran harus berada dalam
rentang laju alir dari masing-masing elemennya.
b) Sistem pengukuran harus dirancang sedemikian sehingga
laju alir berada antara laju alir minimum dan laju alir
maksimum, kecuali pada awal dan akhir pengukuran atau
selama interupsi.
e. Rasio antara laju alir maksimum dan laju alir minimum untuk
sistem pengukuran paling sedikit 5 (lima).
f. Rasio untuk sistem pengukuran dapat kurang dari 5 (lima) jika
sistem pengukuran dilengkapi dengan perangkat pemeriksa
otomatis yang mendeteksi ketika laju alir cairan yang diukur berada
di luar batas rentang laju alir.
g. Ketika dua atau lebih meter disusun paralel dalam sistem
pengukuran yang sama, batas laju alir (Qmaks, Qmin) dari meter-
meter tersebut harus diperhitungkan, khususnya jumlah dari batas
laju alir untuk memverifikasi bahwa sistem pengukuran memenuhi
persyaratan pada huruf e.
h. Penunjukan
1) Nama satuan atau simbol harus tampak di samping
penunjukan.
2) Sistem pengukuran harus dilengkapi dengan perangkat
penunjukan yang menunjukkan kuantitas cairan yang diukur
pada kondisi ukur.
3) Ketika sistem pengukuran dilengkapi dengan perangkat
konversi, maka harus dimungkinkan untuk menunjukkan
kuantitas pada kondisi ukur dan kuantitas yang dikonversi.

8
4) Untuk Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji penunjukan
yang ditampilkan hanya berupa kuantitas yang digunakan
selama transaksi.
i. Eliminasi udara
1) Sistem pengukuran harus dilengkapi dengan perangkat eliminasi
udara untuk eliminasi udara atau uap air yang mungkin
terkandung dalam cairan sebelum masuk meter.
2) Perangkat eliminasi udara tidak diperlukan jika cairan yang
diukur memiliki viskositas dinamis yang lebih dari 20 mPa.s
pada 20 0C.
3) Pompa harus dipasang sedemikian sehingga tekanan inlet selalu
lebih besar daripada tekanan atmosfir.
4) Jika kondisi pada angka 3) tidak terpenuhi, maka harus tersedia
perangkat untuk menghentikan aliran cairan secara otomatis
segera setelah tekanan inlet turun di bawah tekanan atmosfir.
5) Jika tangki pemasok dari sistem pengukuran harus benar-benar
dikosongkan, outlet dari tangki harus dilengkapi dengan
perangkat pelurus (anti-swirl device), kecuali sistem pengukuran
menggunakan pemisah udara.
6) Indikator udara harus terdapat di bagian hilir meter.
j. Titik transfer
1) Sistem pengukuran harus memiliki minimal satu titik transfer.
2) Titik transfer ini terletak pada bagian hilir meter dalam sistem
penyerahan dan bagian hulu meter dalam sistem penerimaan.
k. Pengisian penuh dari sistem pengukuran
1) Meter dan pipa antara meter dan titik transfer harus terisi penuh
cairan selama pengukuran dan selama periode shutdown.
2) Ketika kondisi pada angka 1) tidak dapat dipenuhi, khususnya
dalam kasus instalasi tetap, pengisian penuh sistem pengukuran
sampai pada titik transfer harus dilakukan secara manual atau
otomatis dan harus dapat dimonitor selama pengukuran dan
shutdown.
3) Dalam sistem pengukuran selang kosong, pipa bagian hilir dan
pipa bagian hulu (jika diperlukan) harus berada pada posisi yang
tinggi sehingga semua bagian dari sistem pengukuran selain
selang selalu dalam keadaan penuh.
4) Dalam sistem pengukuran selang penuh yang digunakan untuk
pengukuran cairan selain Elpiji, bagian ujung bebas dari selang
harus dilengkapi perangkat yang mencegah pengeringan selang
selama periode shutdown.
5) Pengosongan selang penyerahan
Pada sistem pengukuran selang kosong, pengosongan dari selang
penyerahan dijamin oleh venting valve.

9
l. Variasi dalam kuantitas internal selang penuh
1) Untuk sistem pengukuran selang penuh yang dilengkapi dengan
hose reel, kenaikan kuantitas internal yang disebabkan oleh
perubahan dari posisi selang yang tergulung ketika tidak
bertekanan ke posisi selang terurai ketika bertekanan tanpa
aliran cairan, harus tidak melebihi dua kali deviasi kuantitas
minimum yang ditentukan.
2) Jika sistem pengukuran tidak dilengkapi dengan hose reel,
kenaikan kuantitas internal harus tidak melebihi deviasi
kuantitas minimum yang ditentukan.
m. Percabangan dan bypass
2. Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
a. Bahan
Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus terbuat dari bahan yang
tahan karat dan kuat sehingga sifat atau karakteristik
kemetrologiannya terjaga.
b. Konstruksi:
1) Ada 3 (tiga) jenis Meter Arus Massa, yaitu:
a) Jenis Coriolis, yaitu Meter Arus Massa yang mengukur laju
alir massa dan densitas melalui interaksi antara cairan dan
osilasi tabung.
b) Jenis Termal, yaitu meter Arus Massa yang mengukur laju
alir massa dengan cara mengarahkan cairan melewati elemen
pemanas; dan
c) Jenis Gabungan antara laju alir volume dan densitas cairan.
2) Pompa Ukur Elpiji dapat berupa Positive Displacement Meter atau
Corriolis Meter.
3) Pompa Ukur BBM dari jenis Positive Displacement Meter.
4) Meter Arus Turbin berbentuk bilah-bilah turbin.
5) Meter Arus Volumetrik (Positive Displacement) terdiri dari jenis
piston, oval, nutating disc, rotary vane dan helix.
c. Kondisi operasional
1) Kondisi operasional ditentukan oleh karakteristik sebagai
berikut:
a) Penyerahan minimum (Minimum Measured Quantity/MMQ);
b) Daerah/rentang ukur yang dibatasi oleh laju alir minimum
Qmin dan laju alir maksimum Qmaks;
c) nama atau tipe cairan atau karakteristik yang bersangkutan,
sebagai contoh rentang viskositas yang dibatasi oleh
viskositas minimum cairan dan viskositas maksimum cairan
dan/atau rentang densitas yang dibatasi oleh densitas
minimum cairan ρmin dan densitas maksimum cairan ρmaks;
d) Tekanan minimum cairan Pmin dan tekanan maksimum cairan
Pmaks;
e) Rentang ukur suhu yang dibatasi oleh suhu minimum cairan
Tmindan suhu maksimum cairan Tmaks;

10
2) Nilai penyerahan minimum harus dalam bentuk1 x 10n, 2 x 10n
atau 5 x 10n dalam satuan kuantitas yang berlaku, dimana n
adalah bilangan positif, negatif, atau nol.
3) Penyerahan minimum sebesar 200 kali interval skala dari
perangkat penunjukan, kecuali dinyatakan lain dalam Izin Tipe
atau Izin Tanda Pabrik.
d. Badan Ukur
1) Badan ukur harus tahan terhadap tekanan sesuai dengan
spesifikasinya yang minimal 10 kg/cm2.
2) Badan ukur harus tahan terhadap pengaruh dari suhu dan
cairan yang diukur.
3) Badan ukur tidak boleh ada kebocoran pada tekanan operasional
e. Transduser
1) Spesifikasi
Transduser harus memenuhi persyaratan untuk digunakan pada
tekanan maksimum/minimum dan rentang suhu operasional
serta komposisi cairan.
2) Penggantian
Transduser tidak boleh dilakukan penggantian dengan
transduser lain baik dengan spesifikasi sama ataupun berbeda
setelah dilakukan peneraan.
f. Perangkat justir
1) Meter dapat dilengkapi perangkat justir yang dapat disegel.
2) Perangkat justir digunakan hanya untuk mengurangi kesalahan
penunjukan sehingga mendekati nol.
3) Penjustiran dengan cara bypass tidak diperbolehkan.
g. Perangkat Koreksi
1) Meter dapat dilengkapi dengan perangkat koreksi yang tidak
boleh mengubah karakteristik kemetrologian.
2) Dalam operasi normal, kuantitas yang tidak dikoreksi tidak
boleh ditampilkan.
3) Perangkat koreksi hanya boleh digunakan untuk mengurangi
kesalahan sehingga mendekati nol.
4) Semua parameter yang tidak diukur dan yang perlu untuk
koreksi harus ada dalam badan hitung pada awal operasi
pengukuran.
h. Persyaratan tambahan untuk Sistem pengukuran yang
menggunakan Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa adalah
sebagai berikut:
1) Tekanan bagian hilir (downstream) dari meter harus sedemikian
sehingga kavitasi dapat dihindari.
2) Jika dilengkapi dengan fitur “low-flow cut-off” yang dapat
diprogram atau dijustir, atau fitur lain yang dapat dijustir untuk
memenuhi persyaratan pengujian pada seluruh kondisi operasi,
maka fitur harus dapat disegel.

11
3) Fitur “low-flow cut-off” tidak boleh disetel pada tingkat aliran
yang lebih tinggi dari 20% dari laju alir minimum.
3. Perangkat Penunjukan Kuantitas
Perangkat penunjukan kuantitas dapat berupa penunjukan mekanik
atau penunjukan elektronik.
a. Ketentuan umum
1) Pembacaan penunjukan harus tepat, mudah dan tidak
membingungkan dalam posisi di manapun perangkat
penunjukan berhenti.
2) Jika alat tersebut terdiri dari beberapa elemen, maka harus
dapat disusun sedemikian sehingga pembacaan kuantitas
cairan yang diukur tetap dapat dilakukan.
3) Tanda desimal harus dapat dibedakan dengan jelas.
4) Interval skala penunjukan harus dinyatakan dalam bentuk
1x10n, 2x10n atau 5x10n satuan kuantitas yang berlaku,
dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol.
5) Interval skala harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Untuk alat penunjukan analog, yaitu kuantitas yang
menunjukkan nilai 2 mm pada skala atau satu per lima
1
5 interval skala (dari elemen pertama), dipilih yang
terbesar;
b) Untuk alat penunjukan digital, yaitu kuantitas yang
menunjukkan nilai dua interval skala.
b. Ketentuan untuk Perangkat Penunjukan Mekanik
Selain ketentuan umum sebagaimana tercantum pada huruf a,
bagi perangkat penunjukan mekanik berlaku ketentuan sebagai
berikut:
1) Ketika pembagian skala sebuah elemen penunjukan tampak
secara keseluruhan, nilai satu putaran elemen tersebut harus
dalam bentuk 10n satuan kuantitas.
2) Pada perangkat penunjukan yang mempunyai beberapa
elemen, nilai dari satu putaran elemen yang pembagian
skalanya tampak secara keseluruhan harus sesuai dengan
interval skala elemen berikutnya.
3) Suatu elemen dari perangkat penunjukan dapat mempunyai
pergerakan kontinyu atau tidak kontinyu. Apabila elemen lain
selain dari elemen yang pertama memiliki skala yang hanya
terlihat sebagian, maka pergerakan elemen ini harus tidak
kontinyu.
4) Kenaikan satu angka dari elemen yang memiliki pergerakan
tidak kontinyu, angka penunjukan harus terlihat lengkap
ketika elemen sebelumnya berubah dari 9 ke 0.
5) Ketika elemen pertama hanya mempunyai satu bagian dari
skala yang terlihat dan mempunyai pergerakan kontinyu,
maka ukuran tampilan paling kecil harus sama dengan 1,5
kali jarak antara dua tanda skala yang berurutan.

12
6) Semua tanda skala harus mempunyai lebar yang sama, tetap
sepanjang baris dan tidak melebihi satu per empat 1 4 jarak
skala. Jarak skala harus sama dengan atau lebih besar dari
2 mm. Tinggi angka harus sama atau lebih besar dari 4 mm.
c. Ketentuan untuk perangkat penunjukan elektronik
Selain ketentuan umum sebagaimana tercantum pada huruf a,
bagi perangkat penunjukan elektronik berlaku ketentuan bahwa
tampilan kuantitas selama pengukuran harus kontinyu.
d. Perangkat penyetel nol untuk perangkat penunjukan kuantitas
1) Perangkat penunjukan kuantitas harus dilengkapi dengan
perangkat penyetel nol.
2) Setelah penyetelan nol dimulai, perangkat penunjukan
kuantitas tidak boleh menunjukkan hasil yang berbeda
dengan hasil pengukuran yang baru saja dibuat, sampai
penyetelan nol telah selesai.
3) Perangkat penunjukan sistem pengukuran elektronik tidak
boleh direset ke nol selama pengukuran.
4) Pada perangkat penunjukan digital, penunjukan setelah
kembali ke nol harus betul-betul nol, tanpa menimbulkan
keraguan.
5) Pada perangkat penunjukan analog, sisa penunjukan setelah
dikembalikan ke nol harus tidak boleh lebih dari setengah
deviasi kuantitas minimum yang ditentukan.
6) Untuk Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji, berlaku
persyaratan sebagai berikut:
a) Penyerahan selanjutnya tidak boleh dilakukan sampai
perangkat penunjukan telah dinolkan; atau
b) Ketika penyetel nol tidak otomatis, sistem pengukuran
harus menyediakan informasi yang dapat dibaca oleh
pembeli untuk menyetel nol penunjukan sebelum
penyerahan.
4. Perangkat penunjukan harga
a. Harga satuan harus ditampilkan sebelum penyerahan cairan.
b. Harga satuan harus dapat diatur.
c. Harga satuan yang ditunjukkan pada awal operasi pengukuran
harus valid untuk keseluruhan transaksi. Harga satuan baru
hanya berlaku efektif pada saat operasi pengukuran baru.
d. Jika harga satuan diatur dari perangkat bantu, maka waktu jeda
antara penunjukan harga satuan baru dengan mulainya operasi
pengukuran baru minimal 5 sekon.
e. Untuk Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji, harga satuan
harus ditampilkan atau dicetak.
f. Ketentuan mengenai perangkat penunjukan kuantitas pada angka
3 juga berlaku untuk perangkat penunjukan harga.
g. Simbol rupiah (Rp) yang digunakan harus tampak di samping
penunjukan.

13
h. Perangkat penyetel nol dari perangkat penunjukan harga dan
perangkat penunjukan kuantitas harus dirancang sedemikian
sehingga penyetelan nol pada salah satu perangkat penunjukan
akan menyetel nol perangkat penunjukan yang lain.
i. Perbedaan antara harga yang ditunjukan dengan harga hasil
perhitungan harus lebih kecil dari nilai nominal rupiah terkecil
yang berlaku.
j. Pada alat penunjukan harga analog (mekanik), penunjukan sisa
setelah dilakukan penyetelan nol harus lebih kecil dari nilai
nominal rupiah terkecil yang berlaku.
k. Pada perangkat penunjukan digital, penunjukan harga setelah
penyetelan nol harus benar-benar nol tanpa menimbulkan
keraguan.
5. Perangkat Pencetak
a. Interval skala yang dicetak harus dalam bentuk 1x10n, 2 x 10n
atau 5 x 10n satuan kuantitas yang berlaku, dimana n adalah
bilangan bulat positif, negatif atau nol dan tidak boleh melebihi
deviasi penyerahan minimum.
b. Interval skala yang dicetak tidak boleh lebih kecil dari interval
skala terkecil dari perangkat penunjukan.
c. Kuantitas yang dicetak harus dinyatakan dalam satuan ukuran
yang berlaku untuk penunjukan kuantitas dan ditunjukkan
dalam satuan yang sama seperti pada perangkat penunjukan.
d. Angka, tanda desimal, dan satuan yang digunakan atau simbolnya
harus dicetak dengan jelas sehingga tidak membingungkan.
e. Jika perangkat pencetak dihubungkan dengan lebih dari satu
sistem pengukuran, maka hasil cetakan harus mengidentifikasi
sistem yang sesuai.
f. Jika perangkat pencetak memungkinkan pengulangan pencetakan
sebelum penyerahan baru dimulai, salinan harus ditandai dengan
jelas.
g. Selama pengukuran perangkat pencetak tidak dapat difungsikan.
h. Saat perangkat pencetak dan perangkat penunjukan kuantitas
masing-masing memiliki perangkat penyetel nol, perangkat-
perangkat ini harus dirancang sehingga penyetelan kembali salah
satu perangkat ke nol akan menyebabkan yang lain juga menjadi
nol.
i. Perangkat pencetak harus dapat mencetak kuantitas cairan yang
diukur, harga satuan, dan harga total transaksi.
j. Interval skala harga yang dicetak harus dalam bentuk 1 x 10 n, 2 x
10n, 5 x 10n satuan mata uang, dimana n adalah bilangan bulat
positif, negatif atau nol dan tidak boleh melebihi deviasi harga
minimum yang ditentukan.
k. Jika perangkat penunjukan kuantitas tidak dilengkapi dengan
perangkat penunjukan harga, perbedaan antara harga yang
dicetak dan harga yang dihitung berdasarkan kuantitas yang
ditunjukkan dan harga satuan yang dicetak harus memenuhi
persyaratan perangkat penunjukan harga pada angka 4 huruf i.

14
l. Jika volume ditentukan melalui perbedaan antara dua nilai yang
dicetak, maka pencetakan hasil pengukuran tetap dimungkinkan
tanpa harus dilakukan penyetelan nol.
6. Perangkat penyimpan (memory device)
a. Sistem pengukuran dapat dilengkapi dengan perangkat
penyimpan untuk menyimpan hasil pengukuran sampai
digunakan atau untuk menyimpan rekaman transaksi. Perangkat
yang digunakan untuk membaca informasi yang tersimpan
dianggap termasuk dalam perangkat penyimpan.
b. Media tempat data disimpan harus permanen untuk memastikan
bahwa data tidak rusak dalam kondisi penyimpanan normal,
memiliki kapasitas penyimpanan yang sesuai dan data dapat
ditampilkan kembali sesuai dengan kondisi awal.
c. Apabila kapasitas penyimpanan telah penuh, maka dimungkinkan
untuk menghapus data yang disimpan ketika kedua kondisi
berikut terpenuhi:
1) data yang dihapus sesuai dengan urutan perekaman.
2) penghapusan dilakukan baik secara otomatis maupun manual.
d. Penyimpanan harus sedemikian sehingga tidak memungkinkan
untuk mengubah nilai yang disimpan.
e. Data yang tersimpan harus dilindungi.
f. Perangkat penyimpan harus dipasang dengan fasilitas pengecek
untuk memastikan dan menjamin data tersimpan sesuai dengan
hasil perhitungan.
7. Perangkat Penjatah(pre-setting device)
a. Kuantitas yang telah ditentukan sebelumnya harus ditunjukkan
sebelum memulai pengukuran.
b. Perangkat penjatah dapat diatur sedemikian sehingga
pengulangan kuantitas yang dipilih tidak perlu menyetel alat
pengaturnya lagi.
c. Tampilan pada perangkat penjatah harus dapat dibedakan dengan
tampilan penunjukan kuantitas.
d. Selama pengukuran, penunjukan kuantitas yang dipilih tidak
berubah atau kembali ke nol.
e. Perangkat penjatah elektronik dapat menampilkan nilai penjatah
pada perangkat penunjukan kuantitas atau harga tetapi nilai ini
harus kembali ke nol sebelum operasi pengukuran.
f. Kuantitas yang ditetapkan lebih dahulu pada penjatah dan
kuantitas yang ditampilkan oleh perangkat penunjukan kuantitas,
harus ditunjukkan dalam satuan yang sama.
g. Interval skala dari perangkat penjatah tidak boleh kurang dari
interval skala dari perangkat penunjukan.
8. Perangkat Konversi
a. Sistem pengukuran dapat dipasang dengan perangkat konversi.
b. Sensor dan transduser tidak boleh mempengaruhi kebenaran fungsi
dari meter.

15
c. Parameter yang tidak diukur dan yang perlu untuk keperluan
konversi harus ada dalam badan hitung pada awal pengukuran dan
parameter-parameter tersebut memungkinkan untuk dicetak atau
ditampilkan dari badan hitung.
d. Sensor harus dipasang dalam jarak maksimal 1 meter dari badan
ukur sehingga penentuan kuantitas dapat dilakukan seakurat
mungkin.
9. Badan Hitung (calculator)
a. Semua parameter yang diperlukan untuk penunjukan harus ada
dalam badan hitung pada awal pengukuran.
b. Badan hitung dapat dilengkapi dengan antarmuka (interface)
untuk dihubungkan dengan perlengkapan periferal. Alat ini harus
tetap berfungsi dengan benar dan tidak mempengaruhi
karakteristik kemetrologian.
10. Perlengkapan
Sistem Pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dapat
dilengkapi dengan perlengkapan tanpa mempengaruhi karakteristik
kemetrologian.
a. Perangkat perlengkapan antara lain terdiri dari:
1) Alat kompensasi suhu
a) Alat kompensasi suhu hanya boleh dipasang pada Sistem
pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang
menunjukkan kuantitasnya pada suhu dasar.
b) Alat kompensasi suhu harus mempunyai sensor suhu dan
boleh dilengkapi dengan gravity selector untuk memilih
specific gravity yang sesuai dengan cairan ukurnya.
c) Alat kompensasi suhu dipasang antara badan ukur dan
perangkat penunjukan.
d) Pada alat kompensasi suhu harus terdapat identitas yang
jelas, mudah dibaca dan tidak mudah terhapus, yaitu:
(1) Merek;
(2) Model/tipe; dan
(3) Nomor seri.
e) Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
yang dilengkapi dengan alat kompensasi suhu dapat
ditambah dengan perangkat penunjukan kuantitas pada
suhu operasional.
f) Alat kompensasi suhu diuji tersendiri.
2) Temperature transmitter dan pressure transmitter.
Temperature transmitter dan pressure transmitter digunakan
untuk menghitung hasil pengukuran pada kondisi dasar (base
condition).
a) Daerah ukur Temperature transmitter dan pressure
transmitter harus sesuai dengan operasional sistem
pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji.
b) Temperature transmitter dan pressure transmitter harus
tahan terhadap pengaruh lingkungan.

16
c) Pada Temperature transmitter dan pressure transmitter
harus terdapat identitas yang jelas, mudah dibaca dan
tidak mudah terhapus, yaitu:
(1) Merek;
(2) Model/tipe; dan
(3) Nomor seri.
d) Temperature transmitter dan pressure transmitter diuji
tersendiri.
11. Persyaratan tambahan untuk tipe sistem pengukuran:
a. Pompa Ukur BBM
1) Saat diinstal, rasio antara laju alir maksimum dan minimum
dapat lebih kecil dari 10 tetapi tidak boleh kurang dari 5.
2) Apabila sistem pengukuran memiliki pompa sendiri,
perangkat eliminasi udara harus dipasang pada bagian hulu
dari bagian masukan meter (meter inlet).
3) Apabila gelas penglihat dipasang, maka tidak boleh
mempunyai perangkat pembuang.
4) Pompa ukur BBM harus dilengkapi dengan perangkat untuk
mereset perangkat penunjukan kuantitas ke nol.
5) Jika sistem juga termasuk perangkat penunjukan harga,
perangkat penunjukan harus dipasang dengan perangkat
penyetel nol.
6) Indikator harus memenuhi persyaratan berikut:
a) Tinggi minimum untuk angka indikator kuantitas yang
dapat direset (resettable) adalah 10 mm.
b) Tinggi minimum untuk indikator harga yang dapat direset
adalah 10 mm.
c) Tinggi minimum untuk harga satuan adalah 4 mm.
7) Ketika hanya satu nozzle yang dapat digunakan selama
penyerahan, dan setelah nozzle ditempatkan kembali,
penyerahan berikutnya harus menunggu sampai perangkat
penunjukan sudah diubah ke nol.
8) Ketika dua atau lebih nozzle dapat digunakan secara
bersamaan atau bergantian, dan setelah nozzle ditempatkan
kembali, penyerahan berikutnya tidak diperbolehkan sampai
perangkat penunjukan telah disetel kembali ke nol.
9) Sistem pengukuran yang mempunyai laju alir maksimum
tidak lebih besar dari 60 L/menit, harus mempunyai
penyerahan minimum tidak melebihi 5 L.
10) Ketika sistem pengukuran dipasang perangkat pencetak,
operasi pencetakan harus mencegah kelanjutan dari
penyerahan sampai penyetelan kembali ke nol telah
dilakukan.
11) Operasi pencetakan tidak boleh mengubah kuantitas yang
ditunjukkan pada perangkat penunjukan.
12) Ketika beberapa Pompa Ukur BBM mempunyai perangkat
penunjukan bersama maka sistem pengukuran secara
bersamaan tidak dimungkinkan.

17
13) Semua pompa ukur dengan penunjukan elektronik harus
dilengkapi dengan perangkat time-out yang menghentikan
transaksi apabila selama 120 sekon pompa ukur tidak aktif
(tidak ada aliran).
b. Pompa Ukur Elpiji
1) Rasio laju alir maksimum dan minimum untuk pompa ukur
yang terpasang minimum 2,5.
2) Elpiji dalam sistem pengukuran harus tetap dalam bentuk
cairan, untuk itu pompa ukur dapat dilengkapi dengan
perangkat untuk mempertahankan tekanan.
3) Pompa Ukur Elpiji sebaiknya dilengkapi dengan thermometer
well dan dipasang sedekat mungkin dengan meter.
4) Jalur pengembalian uap dari tangki kendaraan bermotor
(penerima) ke dalam tangki penyuplai tidak diperbolehkan.
5) Ketika hanya satu nozzle yang dapat digunakan selama
penyerahan, dan setelah nozzle ditempatkan kembali,
penyerahan berikutnya harus menunggu sampai perangkat
penunjukan sudah diubah ke nol.
6) Ketika dua atau lebih nozzle dapat digunakan secara
bersamaan atau bergantian, dan setelah nozzle ditempatkan
kembali, penyerahan berikutnya tidak diperbolehkan sampai
perangkat penunjukan telah disetel kembali ke nol.
7) Pompa ukur Elpiji harus dilengkapi dengan katup non-return
pada bagian hilir dari meter untuk mencegah hilang tekanan.
8) Fitur-fitur keselamatan tidak boleh mempengaruhi
karakteristik kemetrologian.
12. Instalasi dan pemipaan
a. Pipa pelurus digunakan untuk Sistem Pengukuran Meter Arus
Turbin dan Meter Arus Massa sedemikian sehingga dapat
mengurangi pusaran aliran (swirl) dan mengurangi terjadinya
perubahan profil kecepatan aliran yang dapat terjadi:
1) Jika dilengkapi flow conditioner, maka panjang pipa pelurus
yang dibutuhkan pada sisi hulu sekitar 10 kali diameter
dalam pipa.
2) Jika tidak dilengkapi flow conditioner, maka panjang pipa
pelurus yang dibutuhkan sekitar 20 kali diameter dalam pipa.
3) Pada sisi hilir panjang minimal pipa pelurus adalah sekitar 5
kali diameter dalam pipa.
b. Katup (valves) pada instalasi dan pemipaan harus diperhatikan
secara khusus yaitu:
1) Katup pengendali aliran atau tekanan harus diletakkan pada
sisi outlet (downstream) dari sistem pengukuran Meter BBM
dan Pompa Ukur Elpiji sehingga tidak menyebabkan
perubahan pola aliran akibat adanya guncangan atau
lonjakan dan tekanan di dalam sistem pengukuran Meter
BBM dan Pompa Ukur Elpiji.

18
2) Katup yang dipasang diantara sistem pengukuran Meter BBM
dan Pompa Ukur Elpiji dan standar uji seperti katup
pengendali aliran, saluran air, dan ventilasi harus dilengkapi
dengan double block dan bleed valve untuk mencegah
terjadinya kebocoran.
c. Perangkat suhu, tempat untuk meletakkan termometer
(thermowell), perangkat tekanan, dan densitometer harus
dipasang sedemikian sehingga dapat diperoleh hasil pengukuran
yang akurat.
d. Saringan (filter) harus tersedia untuk melindungi meter dari
partikel yang mencampuri cairan, termasuk standar uji dan
pompa.
e. Instalasi harus dilengkapi dengan kompensator tekanan balik
untuk mencegah kavitasi. Besarnya tekanan balik bisa
didasarkan pada rekomendasi pabrikan atau dengan
menggunakan rumus:
Pb  2.p  1.25. p e
dimana Pb adalah tekanan balik minimum, p adalah perbedaan
tekanan, dan pe adalah tekanan uap cairan pada suhu kerja.

3.2 Persyaratan Kemetrologian


1. BKD untuk Sistem Pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
dengan jumlah penyerahan lebih besar dari atau sama dengan 2 L atau
lebih besar dari atau sama dengan 2 kg ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. BKD untuk Sistem Pengukuran Meter BBM dengan jumlah


penyerahan lebih besar dari atau sama dengan 2 L atau lebih besar
dari atau sama dengan 2 kg
UTTP BKD
Meter Bahan Bakar Minyak + 0,5 %
Pompa Ukur Elpiji + 1%
2. Persyaratan BKD untuk meter sebagai meter arus induk (master
meter) adalah + 0,2 %.
3. Persyaratan BKD untuk jumlah penyerahan lebih kecil dari 2 L atau
lebih kecil dari 2 kg, positif atau negatif ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. BKD untuk penyerahan lebih kecil dari 2 liter atau lebih kecil
dari 2 kg

Kuantitas
pengukuran
BKD
(dalam liter atau
kg)
1 s.d 2 Nilai pada Tabel 1, dengan kuantitas pengukuran
2 liter atau 2 kg
0,4 s.d 1 2 kali Nilai pada Tabel 1, dengan perhitungan
Emin.

19
0,2 s.d 0,4 2 kali Nilai pada Tabel 1, dengan kuantitas
pengukuran 0,4 liter atau 0,4 kg
0,1 s.d 0,2 4 kali Nilai pada Tabel 1, dengan perhitungan
Emin
< 0,1 4 kali Nilai pada Tabel 1, dengan kuantitas
pengukuran 0,1 liter atau 0,1 kg
4. Berapapun kuantitas yang diukur, nilai BKD yang berlaku adalah
yang lebih besar dari dua nilai berikut:
a. Nilai absolut dari BKD yang diberikan pada Tabel 1 atau Tabel 2,
atau
b. Deviasi kuantitas minimum yang ditentukan, (E min)
5. Untuk penyerahan minimum (MMQ) lebih besar dari atau sama
dengan 2 L atau lebih besar dari atau sama dengan 2 kg, deviasi
kuantitas minimum yang ditentukan dengan menggunakan rumus:
Emin = (2MMQ) x A
dimana MMQ adalah penyerahan minimum dan A adalah nilai
BKD seperti dicantumkan pada Tabel 1.
Untuk Penyerahan minimum (MMQ) lebih kecil dari 2 L atau lebih
kecil dari 2 kg, Emin adalah dua kali nilai yang ditentukan dalam
Tabel 2.
6. Ketidaktetapan
a. Batas ketidaktetapan yang diizinkan untuk sistem pengukuran
meter arus kerja dalam kondisi uji adalah sama dengan 0,1%
untuk pengujian yang berurutan dengan catatan bahwa pengujian
yang dilakukan pada masing-masing kondisi uji tersebut harus
paling sedikit 3 (tiga) kali.
b. Batas ketidaktetapan yang diizinkan untuk sistem pengukuran
meter arus induk dalam kondisi uji adalah sama dengan 0,05%
untuk pengujian yang berurutan dengan catatan bahwa pengujian
yang dilakukan pada masing-masing kondisi uji tersebut harus
paling sedikit 3 (tiga) kali.
c. Batas ketidaktetapan yang diizinkan untuk Pompa ukur Elpiji
dalam kondisi uji adalah sama dengan 0,4% untuk pengujian
yang berurutan dengan catatan bahwa pengujian yang dilakukan
pada masing-masing kondisi uji tersebut harus paling sedikit 3
(tiga) kali.
7. Persyaratan untuk Temperature Transmitter dan Static Pressure
Transmitter
Jika Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin
dan Meter Arus Massa dilengkapi dengan transmitter, maka BKD
pada tera dan tera ulang untuk temperature transmitter dan static
pressure transmitter adalah ± 0,25% full scale.

20
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa Sistem pengukuran
Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Syarat Teknis ini.
2. Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus diperiksa
untuk memastikan kesesuaian dengan tipe yang telah mendapatkan
Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
3. Pemeriksaan juga harus memastikan pemasangan sistem pengukuran
Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji dirancang sedemikian sehingga
pengoperasian pada saat pengujian dan penggunaan dalam transaksi
adalah sama.
4. Pemeriksaan kebocoran dilaksanakan dengan memperhatikan
sambungan antara pipa instalasi dengan lubang masuk dan lubang
keluar saat sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
berisi media uji.
4.2 Pengujian tera dan tera ulang
1. Persyaratan Umum
a. Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji harus diuji
untuk memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan kemetrologian
dan persyaratan teknis.
b. Pengujian dapat dilakukan di laboratorium Metrologi atau di tempat
sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji terpasang
tetap (in-situ).
2. Pengujian penyetel nol
Pengujian ini untuk memastikan penunjukan aliran pada badan
hitung menunjuk angka nol ketika sistem pengukuran Meter BBM dan
Pompa Ukur Elpiji dalam kondisi tidak bekerja.
3. Pengujian Sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji
Jenis standar uji yang digunakan untuk melakukan pengujian
tergantung pada kapasitas sistem pengukuran Meter BBM dan Pompa
Ukur Elpiji dan metode pengujian sebagai berikut:
a. Metode Volumetrik
1) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin
dan Meter Arus Massa.
Standar uji yang dapat digunakan pada metode pengujian ini
adalah Bejana Ukur Standar, Master Meter, atau Meter Prover.
2) Pompa Ukur BBM
Standar Uji yang digunakan pada metode pengujian ini adalah
Bejana Ukur Standar.
3) Pompa Ukur Elpiji
Standar Uji yang digunakan pada metode pengujian ini adalah
Master Meter atau Mass Flowmeter.

21
b. Metode Gravimetri
Standar uji yang dapat digunakan pada metode pengujian ini
adalah Timbangan.
4. Pengujian Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa
a. Pengujian Pressure Transmitter
Beberapa perangkat uji yang digunakan dalam pengujian ini
adalah:
1) Dead Weight Tester (DWT) yang bersertifikat dan sesuai dengan
rentang ukur.
2) Pressure Calibrator yang bersertifikat dan sesuai dengan rentang
ukur.
3) Sumber tegangan yang sesuai.
b. Pengujian Temperature Transmitter
Beberapa perangkat uji yang digunakan dalam pengujian ini
adalah:
1) Thermobath yang bersertifikat dan sesuai dengan rentang ukur.
2) Sumber tegangan yang sesuai.

22
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1 Pembubuhan
1. Tanda Daerah, Tanda Pegawai Berhak, dan Tanda Sah dibubuhkan
pada lemping tanda tera yang terbuat dari aluminium atau logam
dengan kualitas yang tahan karat.
2. Tanda Jaminan dibubuhkan atau dipasang pada bagian-bagian sistem
pengukuran Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji untuk mencegah
penukaran dan/atau perubahan.
3. Bentuk dan ukuran tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan.
5.2 Tempat Pembubuhan
1. Penempatan
Lemping tanda tera dipasang pada bagian sistem pengukuran Meter
BBM dan Pompa Ukur Elpiji yang mudah dilihat, tidak mudah lepas
dan dapat menjamin keutuhan tanda-tanda tersebut.
2. Tera
a. Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin, dan Meter Arus Massa:
1) Tanda Daerah ukuran 4 mm (D4), Tanda Pegawai Berhak (H),
dan Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4) dibubuhkan pada
lemping Tanda Tera. Lemping tersebut dipasang pada meter
dengan kawat segel dan dijamin dengan Jaminan Plombir
ukuran 8 mm (JP8).
2) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagian-
bagian meter yang tidak boleh dilakukan perubahan, tutup
transmitter, tutup bagian elektronik dan badan hitung yang
terpisah dari meter.
b. Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji
1) Tanda Daerah ukuran 4 mm (D4), Tanda Pegawai Berhak (H),
dan Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4) dibubuhkan pada
lemping Tanda Tera. Lemping tersebut dipasang pada Pompa
Ukur BBM dan Pompa Ukur ELPIJI dengan kawat segel dan
dijamin dengan Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8).
2) Tanda Pegawai Berhak Plombir (HP) dan Tanda Sah Plombir
ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan secara bolak-balik pada
perangkat justir.
3) Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada
perangkat penunjukan dan kelihatan dari luar.
4) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada
pembangkit pulsa (pulser), pada tutup Pompa Ukur BBM dan
Pompa Ukur Elpiji dan bagian-bagian meter yang harus
dilindungi dari perubahan.

23
3. Tera Ulang
a. Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin dan Meter Arus Massa:
1) Untuk meter yang tidak memiliki perangkat justir, Jaminan
Plombir ukuran 8 mm (JP8) yang dipasang pada saat tera pada
lemping diganti dengan Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm
(SP6).
2) Untuk meter yang memiliki perangkat justir, Jaminan Plombir
ukuran 8 mm (JP8) yang dipasang pada perangkat justir pada
saat tera diganti dengan tanda Sah Plombir ukuran 6 mm
(SP6).
3) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagian-
bagian meter yang tidak boleh dilakukan perubahan, tutup
transmitter, tutup bagian elektronik dan badan hitung yang
terpisah dari meter.
b. Pompa Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji
1) Tanda Daerah ukuran 4 mm (D4), Tanda Pegawai Berhak (H),
dan Tanda Sah Logam ukuran 4 mm (SL4) dibubuhkan pada
lemping Tanda Tera. Lemping tersebut dipasang pada Pompa
Ukur BBM dan Pompa Ukur Elpiji, diikat dengan kawat segel
dan dijamin dengan Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8).
2) Tanda Pegawai Berhak Plombir (HP) dan Tanda Sah Plombir
ukuran 8 mm (SP8) dibubuhkan secara bolak-balik pada
perangkat justir.
3) Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada
perangkat penunjukan dan kelihatan dari luar.
4) Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada
pembangkit pulsa (pulser), pada tutup Pompa Ukur BBM dan
Pompa Ukur Elpiji dan bagian-bagian meter yang harus
dilindungi dari perubahan.

24
BAB VI
PENUTUP

Syarat Teknis Meter BBM dan Pompa Ukur Elpiji merupakan pedoman bagi
Pegawai Berhak dalam melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang serta
Pengawas Kemetrologian dalam melaksanakan pengawasan Meter BBM dan
Pompa Ukur Elpiji, untuk meminimalkan penyimpangan penggunaan Meter
BBM dan Pompa Ukur Elpiji dalam transaksi serta upaya perwujudan tertib
ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal.

25
Lampiran I

PROSEDUR PENGUJIAN SISTEM PENGUKURAN METER ARUS


VOLUMETRIK, METER ARUS TURBIN DAN METER ARUS MASSA

Pengujian dapat dilakukan dengan beberapa Standar Uji, antara lain:


A. Menggunakan Bejana Ukur
1. Perangkat yang diperlukan:
a. Bejana Ukur
1) Bejana ukur standar yang terpasang secara terintegrasi
dengan sistem pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter
Arus Turbin atau Meter Arus Massa berdiri sendiri, mampu
telusur;
2) Bersertifikat dan masih berlaku.
b. Termometer
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,10C.
c. Stopwatch dengan penunjukan sekon
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,1 s.
d. Manometer
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,1 kg/cm2.
e. Tabel koreksi 53, 54 dan Tabel II pada dokumen standar ASTM
2. Langkah-langkah Pengujian
a. Persiapan dan pengujian
1) Siapkan semua perangkat uji di tempat pengujian, termasuk
sertifikat yang diperlukan;
2) Catat data teknis bejana ukur;
3) Catat data teknis Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa;
4) Kuantitas bejana ukur yang tersedia harus sesuai dengan
laju alir maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang
diuji;
5) Letakkan bejana ukur pada landasan dan atur
kedatarannya;

26
6) Basahi bejana ukur, keluarkan cairan dengan tetesan yang
sesuai, apabila menggunakan pengujian dengan metode
kering, maka bejana dikeringkan dengan kain bersih;
7) Alirkan cairan dan periksa kebocorannya;
8) Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dinolkan;
9) Alirkan cairan pada laju alir (flow rate) sesuai dengan yang
diinginkan dan catat laju alirnya;
10) Catat penunjukan tekanan saat cairan masuk dan keluar
Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus
Turbin atau Meter Arus Massa (Pm1, Pm2) dan rata-ratakan
nilai tersebut (Pm);
11) Catat penunjukan tekanan saat cairan masuk dan keluar
Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus
Turbin atau Meter Arus Massa (Tm1, Tm2) dan rata-ratakan
nilai tersebut (Tm);
12) Setelah kuantitas bejana ukur telah mencapai kuantitas
nominal, tutup katup untuk menghentikan aliran;
13) Catat penunjukan kuantitas bejana ukur (Vb1, Vb2) dan
Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus
Turbin atau Meter Arus Massa (Vm1, Vm2);
14) Baca penunjukan suhu bejana ukur (TB);
15) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 8) s.d. langkah
14) sebanyak 3 (tiga) kali pada laju alir yang sama;
16) Ketidaktetapan (repeatability) selisih terbesar antara dua
pengujian yang berurutan tidak boleh melebihi BKD;
17) Rata-rata hasil pengujian yang dilakukan pada langkah 15)
adalah kesalahan Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada
laju alir tersebut;
18) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 8) s.d. langkah
15), pada laju alir tersebut;
19) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 8) s.d. langkah
15), pada laju alir yang lain; dan
20) Pengujian minimal dilakukan pada laju alir minimum,
transisi, operasional dan maksimum.

27
b. Perhitungan
1) Kuantitas Bejana Ukur (VB)
= ( + )
2) Kuantitas Meter (Vm)
=
3) Kesalahan Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa

= 100%

Notasi yang digunakan


Ctsb : faktor koreksi kuantitas bejana ukur akibat perubahan
suhu saat pengujian TB dari suhu dasar TS terhadap
bahan bejana ukur.
Ctlb : faktor koreksi kuantitas cairan akibat perubahan suhu
saat pengujian TB dari suhu dasar TS pada bejana ukur.
Ctlm : faktor koreksi kuantitas cairan akibat perubahan suhu
saat pengujian TM dari suhu dasar TS pada Sistem
Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus
Turbin atau Meter Arus Massa.
Cplm : faktor koreksi kuantitas cairan akibat tekanan pada Sistem
Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus
Turbin atau Meter Arus Massa.
SB : kesalahan penunjukan pada bejana ukur.
Vb : kuantitas cairan pada bejana ukur sebelum dikoreksi.
VB : kuantitas cairan pada bejana ukur untuk kondisi dasar.
Vml12: kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
sebelum dikoreksi.
Vm : kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada
kondisi dasar.
E : kesalahan penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa.

28
3. Contoh Cerapan Pengujian Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa menggunakan
Bejana Ukur.

KOP INSTANSI NAMA INSTANSI DAN ALAMAT

Pemilik :
Lokasi :

DATA BADAN UKUR DATA BEJANA UKUR


Merek : Merek :
Tipe : Tipe :
No. Seri : No. Seri :
Diameter : Kuantitas Nominal :
Dalam
Kapasitas : Koefisien Muai Bahan ( ) :
Buatan : Kesalahan :
penunjukan (SB)
Waktu Tetesan :

DATA BADAN HITUNG


Merek : Cairan uji :
Tipe : Suhu Dasar :
No. Seri : Tekanan Dasar :
Buatan :

No. URAIAN SATUAN PENGUJIAN KE


1 2 3
Laju alir L/menit
BEJANA UKUR
(1) Pembacaan Akhir (Vb2) L
(2) Pembacaan Awal (Vb1) L
(3) Kuantitas yang Diukur (Vb) L
(1) - (2)
(4) Suhu (TB) 0C

(5) Ctsb = (1+ (TB -TS))


(6) Ctlb Tabel 54 ASTM
(7) Kuantitas BU (VB) = L
(Vb + SB) x Ctsb x Ctlb
Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter
Arus Massa
(8) Pembacaan Akhir (Vm2) L
(9) Pembacaan Awal (Vm1) L
(10) Kuantitas yang Diukur (Vm12) L
(8) - (9)
(11) Suhu (Tm) 0C

(12) Tekanan (Pm) kPa


(kg/cm2)
(13) Ctlm Tabel 54 ASTM
(14) Cplm ( 1 : (1-PF))
(15) CCFm
(13) x (14)
(16) Vol. Sistem Pengukuran Meter Arus L
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter
Arus Massa (Vm) pada Kondisi Dasar
(10) x (15)
(17) Kesalahan L

= 100%
(18) Ketidaktetapan %
Keterangan
SAH BATAL

29
B. Menggunakan Master Meter
1. Perangkat yang diperlukan
a. Master Meter
Master Meter harus bersertifikat dan masih berlaku;
b. Termometer
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,1 0C.
c. Manometer
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,1 kg/cm2.
d. Tabel koreksi 53, 54 dan tabel II pada dokumen standar ASTM
2. Langkah-langkah Pengujian
a. Persiapan dan Pengujian
1) Siapkan semua perangkat uji di tempat pengujian, termasuk
sertifikat yang diperlukan;
2) Pasang (instal) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada instalasi
pengujian secara seri;
3) Catat data teknis Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Master Meter;
4) Master Meter yang tersedia harus sesuai dengan laju alir
maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang diuji;
5) Alirkan cairan dan periksa kebocorannya;
6) Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter
Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Master Meter
dinolkan;
7) Alirkan cairan pada laju alir sesuai dengan yang diinginkan;
8) Catat penunjukan tekanan pada saat cairan masuk dan keluar
Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin
atau Meter Arus Massa (Pm1, Pm2) dan rata-ratakan nilai
tersebut (Pm);
9) Catat penunjukan suhu saat cairan masuk dan keluar Sistem
Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau
Meter Arus Massa (Tm1, Tm2) dan rata-ratakan nilai tersebut
(Tm);
10) Setelah kuantitas yang diinginkan telah tercapai, tutup kran
untuk menghentikan aliran;

30
11) Catat penunjukan kuantitas Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (Vm1,
Vm2) dan Master Meter (Vmm1, Vmm2);
12) Catat penunjukan suhu Master Meter (Tmm);
13) Catat penunjukan tekanan Master Meter (P mm);
14) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 6) s.d. langkah 13)
sebanyak 3 (tiga) kali pada laju alir yang sama;
15) Ketidaktetapan (repeatability) selisih terbesar antara dua
pengujian yang berurutan tidak boleh melebihi BKD;
16) Rata-rata hasil pengujian yang dilakukan pada langkah 14)
adalah kesalahan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada laju alir
tersebut;
17) Lakukan pengujian sebagaimana langkah 6) s.d. langkah 14)
pada laju alir yang lain; dan
18) Pengujian minimal dilakukan pada laju alir minimum, transisi,
operasional dan maksimum.
b. Perhitungan
1) Kuantitas cairam Master Meter pada kondisi dasar (Vmm)
Vmm = MFmm x Ctlmm x Cplmm x Vmm12
2) Kuantitas cairan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada kondisi dasar
(Vm)
Vm = Ctlm x Cplm x Vm12
3) Kesalahan penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa

= 100%

c. Notasi yang digunakan:


Ctlmm : faktor koreksi suhu cairan pada Master Meter
Cplmm : faktor koreksi tekanan cairan pada Master Meter
MFmm : nilai meter faktor pada Master Meter
Ctlm : faktor koreksi suhu cairan pada Sistem Pengukuran Meter
Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
Cplm : faktor koreksi tekanan cairan pada Sistem Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa Arus
Volumetrik atau Meter Arus Turbin.
Vmm12 : kuantitas cairan pada Master Meter sebelum dikoreksi.

31
Vm12 : kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
sebelum dikoreksi.
Vm : kuantitas cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
untuk kondisi dasar.
Vmm : kuantitas cairan pada Master Meter untuk kondisi dasar.
E : kesalahan penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa

32
3. Contoh Cerapan Pengujian Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa menggunakan
Master Meter

KOP INSTANSI NAMA INSTANSI DAN ALAMAT

Pemilik :
Lokasi :

DATA BADAN UKUR DATA MASTER METER


Merek : Merek :
Tipe : Tipe :
No. Seri : No. Seri :
Diameter : Buatan :
Dalam
Kapasitas : Koefisien Muai Bahan ( ) :
Buatan : Kesalahan :
penunjukan (SB)
Waktu Tetesan :

DATA BADAN HITUNG


Merek : Cairan uji :
Tipe : Suhu Dasar :
No. Seri : Tekanan Dasar :
Buatan :
No. URAIAN SATUAN PENGUJIAN KE
1 2 3
Laju alir L/menit
Master Meter
(1) Pembacaan Akhir (Vmm2) L
(2) Pembacaan Awal (Vmm1) L
(3) Kuantitas yang Diukur (Vmm12) L
(1) - (2)
(4) Suhu (TMM) 0C

(5) Tekanan (Pmm) kPa


(6) Master Meter Faktor (MFmm)
(7 Ctlmm Tabel 54 ASTM
(8) Cplmm = (1 : (1-PF))
(9) CCFmm = (6) x (7) x (8)
(10) Kuantitas MM (VMM) pada kondisi dasar
(3) x (9)
Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter
Arus Massa
(11) Pembacaan Akhir (Vm2) L
(12) Pembacaan Awal (Vm1) L
(13) Kuantitas yang Diukur (Vm12) L
(11) - (12)
(14) Suhu (Tm) 0C

(15) Tekanan (Pm) kPa


(kg/cm2)
(16) Ctlm Tabel 54 ASTM
(17) Cplm ( 1 : (1-PF))
(18) CCFm
(16) x (17)
(19) Vol. Sistem Pengukuran Meter Arus L
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter
Arus Massa (Vm) pada Kondisi Dasar
(13) x (18)
(20) Kesalahan L

= 100%
(21) Ketidaktetapan %
Keterangan
SAH BATAL

33
C. Pengujian Untuk Meter Arus Massa dengan Penunjukan dalam besaran
Massa Dapat Juga Dilakukan dengan Menggunakan :

I. Meter Prover Jenis Conventional Pipe Prover


1. Persiapan Pengujian
a. Catat data Conventional Pipe Prover sebagai Standar Uji yang
meliputi:
1) tanggal sertifikat;
2) nama merek/pabrik;
3) volume dasar (V0);
4) nomor seri;
5) Tipe/Model;
6) Tebal pipa (Wt);
7) Modulus Elastisitas (E);
8) Koefisien muai ruang bahan (); dan
9) Diameter Dalam.
b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang
meliputi:
1) nomor seri;
2) nama merek/pabrik;
3) Kapasitas Maksimum;
4) tipe/model;
5) lokasi pengujian;
6) faktor kalibrasi pabrik;
7) faktor skala pulsa; dan
8) K-faktor (KFm).
c. Alat hitung elektronik
1) Merek;
2) Nomor seri;
3) Tipe/model; dan
4) K-faktor (KFe).
d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara
seri dengan Meter Prover dalam instalasi pengujian
menggunakan pipa dengan diameter yang sama.
e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter
Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan
hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter
Prover.
f. Pasang densitometer, termometer dan manometer pada
instalasi pengujian.
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.

34
2. Pelaksanaan Pengujian
Tahapan pengujian Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung
sebagai berikut:
a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan;
b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum
Meter Arus Massa;
c. catat densitas cairan pada Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung,ρm;
d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp;
e. catat suhu Meter Prover (tp);
f. catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat
penunjukan jumlah pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung (PM) pada alat hitung elektronik;
3. Perhitungan
Lakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Hitung CTSp = 1 + (tp – T)
dengan: T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC)

b. Hitung CPSp= 1 + ∙

c. Hitung volume Meter Prover, Vp = V0 × CTSp × CPSp.


d. Hitung massa Meter Prover, A = Vp × ρp.
e. Hitung penunjukan massa Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung, B = PM / KF.
f. Hitung kesalahan,  = [(B − A) / A] × 100 %.
g. Lakukan prosedur butir b.1) sampai dengan c.6) sebanyak lima
kali.
h. Hitung kesalahan rata-rata ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5.
i. Hitung ketidaktetapan
= Max.(| − |, | − |, | − |, | − |).
j. Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak
terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian
pertama.
k. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.j. sekurang-
kurangnya untuk laju alir massa operasional/sedang dan
maksimum/tinggi.

35
4. Contoh Cerapan Pengujian dengan Meter Prover jenis Conventional
Pipe Prover
DIREKTORAT METROLOGI
Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

1. DATA METER PROVER JENIS CONVENTIONAL PIPE PROVER

TANGGAL SERTIFIKAT: MEREK/PABRIK PROVER :


(DD/MM/YYYY)

VOLUME DASAR PROVER, V0 NO. SERI PROVER


(LITER)

KOEFISIEN MUAI RUANG BAHAN METER PROVER,  DIAMETER DALAM PIPA, D

MODULUS ELASTISITAS BAHAN PIPA, E TEBAL DINDING PIPA, Wt

2. DATA METER ARUS MASSA SECARA LANGSUNG

NO. SERI PABRIK

KAPASITAS MAKSIMUM TIPE/MODEL

LOKASI

FAKTOR KALIBRASI PABRIK

FAKTOR SKALA PULSA KF (Alat Terkait)


(PULSA/kg) (PULSA/kg)

3. ALAT HITUNG ELEKTRONIK

MEREK NOMOR SERI TIPE/MODEL K-FAKTOR

DATA PENGUJIAN

LAJU ALIR JENIS FLUIDA


(kg/MIN) (liter/JAM)
SUMBER DENSITAS
(PERANGKAT/LOKASI)
(TANGGAL PENGUJIAN DD/MM/YYYY) (FAKTOR)
PENGUJIAN KE 1 2 3 4 5

TOTAL PULSA METER ARUS


MASSA, PM

36
DENSITAS PROVER, ρp (kg/m3)

SUHU PROVER, tp (oC)

CTSp

TEKANAN PROVER, Pp (Pa)

CPSp

VOLUME PROVER, Vp (L) =


(V0) × CTSp × CPSp

MASSA PROVER, A (kg) =


(Vp)×( ρp)

MASSA METER ARUS PENGUKUR


MASSA SECARA LANGSUNG, B (kg)
=
(PM) / (KF)

KESALAHAN,  =
[(B − A) / A] × 100 %

LOKASI ENTRI
KESALAHAN RATA-RATA, ̅=
(Meter Faktor) TRANSMITTER/PENGHITUN
(1 + 2 + 3+ 4 + 5) / 5 G

KETIDAKTETAPAN VERIFIKASI NOL?

Max. (| − |, | − |, | − |, | − AS AS
FOUND LEFT
|)
YA/TIDAK

SAH BATAL
KETERANGAN

DIUJI OLEH DISAKSIKAN OLEH


(TANDA (TANGGAL) (TANDA (TANGGAL)
TANGAN) TANGAN)

37
II. Meter Prover Jenis Small Volume Prover
1. Persiapan Pengujian
a. Catat data Meter Prover jenis Small Volume Prover sebagai
Standar Uji yang meliputi:
1) tanggal sertifikat;
2) nama merek/pabrik;
3) volume dasar (V0);
4) nomor seri;
5) tipe/model;
6) tebal pipa (Wt);
7) diameter dalam (D);
8) modulus elastisitas (E); dan
9) koefisien muai ruang bahan ().
b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang
meliputi:
1) nomor seri;
2) nama merek/pabrik;
3) kapasitas maksimum;
4) tipe;
5) lokasi pengujian;
6) faktor kalibrasi pabrik;
7) faktor skala pulsa; dan
8) K-faktor (KF).
c. Alat hitung elektronik
1) merek;
2) nomor seri;
3) tipe/model; dan
4) K-faktor (KF).
d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara
seri dalam instalasi pengujian menggunakan pipa dengan
diameter yang sama.
e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter
Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan
hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter
Prover jenis Small Volume Prover.
f. Pasang densitometer, termometer dan manometer pada
instalasi pengujian.
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.

38
2. Pelaksanaan Pengujian
Tahapan pengujian Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung
dengan Meter Prover jenis Small Volume Prover sebagai berikut:
a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan;
b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum
Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung;
c. catat densitas cairan pada Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung, ρm;
d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp;
e. catat suhu Meter Prover (tp);
f. catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat
penunjukan jumlah pulsa pada alat hitung elektronik dari
Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (PM);
3. Perhitungan
Lakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Hitung CTSp = 1 + (tp – T)
dengan: T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC)

b. Hitung CPSp= 1 + ∙

c. Hitung volume Meter Prover,Vp = V0 × CTSp × CPSp


d. Hitung massa Meter Prover, A = Vp × ρp
e. Hitung penunjukan massa Meter Arus Massa, B = KF / PM
f. Hitung kesalahan,  = [(B − A) / A] × 100 %.
g. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.f. sebanyak
lima kali.
h. Hitung kesalahan rata-rata ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5.
i. Hitung ketidaktetapan
= Max.(| − |, | − |, | − |, | − |).
j. Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak
terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian
pertama.
k. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.j. sekurang-
kurangnya untuk laju alir massa operasional/sedang dan
maksimum/tinggi.

39
4. Cerapan Pengujian dengan Meter Prover jenis Small Volume Prover

DIREKTORAT METROLOGI
Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

1. DATA METER PROVER JENIS SMALL VOLUME PROVER

TANGGAL SERTIFIKAT: MEREK/PABRIK PROVER :


(DD/MM/YYYY)

VOLUME DASAR PROVER, V0 NO. SERI METER PROVER


(LITER)

2. DATA METER ARUS MASSA SECARA LANGSUNG

NO. SERI MEREK/PABRIK

ID METER ARUS MASSA TIPE

LOKASI

FAKTOR KALIBRASI PABRIK

FAKTOR SKALA PULSA KF (Alat Terkait)


(PULSA/kg) (PULSA/kg)

3. ALAT HITUNG ELEKTRONIK

MEREK NOMOR SERI TIPE/MODEL K-FAKTOR

DATA PENGUJIAN

LAJU ALIR JENIS FLUIDA


(kg/MIN) (liter/JAM)
SUMBER DENSITAS
(PERANGKAT/LOKASI)

PENGUJIAN KE 1 2 3 4 5

RATA-RATA INTERPOLASI PULSA,


PM

RATA-RATA DENSITAS PROVER, ρP,


(kg/m3)

RATA-RATA SUHU PROVER, tp (oC)

CTSp

40
RATA-RATATEKANAN PROVER, Pp
(Pa)

CPSp

VOLUME PROVER, Vp (L) =


V0 × CTSp × CPSp

MASSA PROVER, A (kg) =Vp×ρP

MASSA METER ARUS PENGUKUR


MASSA SECARA LANGSUNG, B (kg)
=
PM / KF

KESALAHAN, =
[(B – A) / A] × 100 %

LOKASI ENTRI
KESALAHAN RATA-RATA , ̅=
(Meter Faktor) TRANSMITTER/PENGHITUN
(1 + 2 + 3+ 4 + 5) / 5 G

KETIDAKTETAPAN VERIFIKASI NOL?

Max. (| − YA/TIDA AS AS
K FOUND LEFT
|, | −
|, | −
|, | − |)

SAH BATAL
KETERANGAN

DIUJI OLEH DISAKSIKAN OLEH


(TANDA (TANGGAL) (TANDA (TANGGAL)
TANGAN) TANGAN)

41
D. Pengujian Meter Arus Massa dengan Penunjukan dalam besaran Volume
dapat dilakukan dengan menggunakan

I. Meter Prover jenis Conventional Pipe Prover


1. Persiapan Pengujian
a. Catat data Conventional Pipe Prover sebagai Standar Uji yang
meliputi:
1) tanggal sertifikat;
2) nama merek/pabrik;
3) volume dasar (V0);
4) nomor seri;
5) Tipe/Model;
6) Tebal pipa (Wt);
7) Modulus Elastisitas (E);
8) Koefisien muai ruang bahan (); dan
9) Diameter Dalam.
b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung yang
meliputi:
1) nomor seri;
2) nama merek/pabrik;
3) Kapasitas Maksimum;
4) tipe/model;
5) lokasi pengujian;
6) faktor kalibrasi pabrik;
7) faktor skala pulsa; dan
8) K-faktor (KFm).
c. Alat hitung elektronik
1) Merek;
2) Nomor seri;
3) Tipe/model; dan
4) K-faktor (KFe).
d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara
seri dengan Meter Prover dalam instalasi pengujian
menggunakan pipa dengan diameter yang sama.
e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter
Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan
hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter
Prover.
f. Pasang densitometer, termometer dan manometer pada
instalasi pengujian.
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.

42
2. Pelaksanaan Pengujian
Tahapan pengujian Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung sebagai berikut:
a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan;
b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum
Meter Arus Massa;
c. catat densitas cairan pada Meter Arus Massa, ρm;
d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp;
e. catat suhu Meter Prover (tp);
f. catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat
penunjukan jumlah pulsa Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung (PM) pada alat hitung elektronik;
3. Perhitungan
Lakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Hitung CTSp = 1 + (tp – T)
dengan: = koefisien muai ruang bahan Meter Prover
T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC)
b. Hitung:
∙∆ ( , ∙∆ )
1) =
dengan:
e = konstanta eksponensial
∆t = suhu actual prover – suhu acuan
2)

c. Hitung CPSp= 1 + ∙

dengan: D = diameter dalam pipa


E = modulus elastisitas bahan pipa
WT= tebal dinding pipa
d. Hitung CPLp = ∙

dengan:
Pp = tekanan statik air
F = faktor kompresibilitas air
e. Hitung CPLm
f. Hitung volume Meter Prover,
A (L) = V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp.
g. Hitung volume Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung,
B (L) = (PM / KF) ×CTLm×CPLm.
h. Hitung kesalahan,  = [(B – A) / A] × 100 %.

43
i. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.h. sebanyak 5
(lima) kali.
j. Hitung kesalahan rata-rata, ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5.
k. Hitung ketidaktetapan = Max.(| − |, | − |, | − |, | −
|).
l. Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak
terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian
pertama.
m. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.l. sekurang-
kurangnya untuk laju alir massa operasional/sedang dan
maksimum/tinggi.
4. Contoh Cerapan PengujianMeter Arus Pengukur Massa secara
Langsung dengan Meter Prover Jenis Conventional Pipe Prover
DIREKTORAT METROLOGI
Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

DATA METER PROVER JENIS CONVENTIONAL PIPE PROVER

TANGGAL SERTIFIKAT MEREK/PABRIK :


(DD/MM/YYYY)

VOLUME DASAR NO. SERI UNIT


(LITER)

KOEFISIEN MUAI RUANG BAHAN METER PROVER,  DIAMETER DALAM PIPA, D

MODULUS ELASTISITAS BAHAN PIPA, E TEBAL DINDING PIPA, Wt

DATA METER ARUS MASSA PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG

NO. SERI MEREK/PABRIK

ID METER TIPE

LOKASI

FAKTOR KALIBRASI ARUS PABRIK

FAKTOR SKALA PULSA KF (Alat Terkait)


(PULSA/L) (PULSA/L)

DATA PENGUJIAN

LAJU ALIR FAKTOR KOR.


DENSITAS
(kg/MIN) (L/JAM)
SUMBER DENSITAS DENSITAS JENIS FLUIDA
(PERANGKAT/LOKASI)

44
PENGUJIAN KE 1 2 3 4 5

TOTAL PULSA METER ARUS


MASSA, PM
SUHU METER PROVER, tp (oC)
CTSp
CTLp
TEKANAN METER PROVER, Pp (Pa)
CPSp
CPLp
SUHU METER (oC)
CTLm
TEKANAN METER ARUS
PENGUKUR MASSA SECARA
LANGSUNG (Pa)
CPLm
VOLUME STANDAR, A (L) =
V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp
VOLUME METER ARUS MASSA, B
(L) =
PM / KF× CTLm × CPLm

KESALAHAN,  =
[(B – A) / A] × 100 %

LOKASI ENTRI
KESALAHAN RATA-RATA , ̅=
(Meter Faktor) TRANSMITTER/PENGHITUN
(1 + 2 + 3+ 4+ 5) / 5 G

KETIDAKTETAPAN VERIFIKASI NOL?

Max. (| − |, | − |, | − |, | − |) AS AS
FOUN LEFT
YA/TIDAK D

SAH BATAL
KETERANGAN

DIUJI OLEH DISAKSIKAN OLEH


(TANDA (TANGGAL) (TANDA (TANGGAL)
TANGAN) TANGAN)

45
II. METER PROVER JENIS SMALL VOLUME PROVER
1. Persiapan Pengujian
a. Catat data Meter Prover jenis Small Volume Prover sebagai
Standar Uji yang meliputi:
1) tanggal sertifikat;
2) nama merek/pabrik;
3) volume dasar (V0);
4) nomor seri;
5) Tipe/Model;
6) Tebal pipa (Wt);
7) Modulus Elastisitas (E);
8) Koefisien muai ruang bahan (); dan
9) Diameter Dalam (D).
b. Catat data Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung
yang meliputi:
1) nomor seri;
2) nama merek/pabrik;
3) diameter dalam (ID);
4) tipe;
5) lokasi pengujian;
6) faktor kalibrasi pabrik;
7) faktor skala pulsa; dan
8) K-faktor (KF).
c. Alat hitung elektronik
1) merek;
2) nomor seri;
3) tipe/model; dan
4) K-faktor (KF).
d. Pasang Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung secara
seri dalam instalasi pengujian menggunakan pipa dengan
diameter yang sama.
e. Hubungkan alat hitung elektronik pada generator pulsa Meter
Arus Pengukur Massa secara Langsung yang diuji dan
hubungkan kabel saklar start-stop pada detektor dari Meter
Prover jenis Small Volume Prover.
f. Pasang densitometer, termometer dan manometer pada
instalasi pengujian.
g. Alirkan cairan dan periksa kebocoran.
2. Pelaksanaan Pengujian
Tahapan pengujian:
a. catat penunjukan awal Meter Arus Pengukur Massa secara
Langsung dan/atau alat hitung elektronik dinolkan;

46
b. alirkan cairan dengan laju alir sesuai dengan laju minimum
Meter Arus Massa;
c. catat densitas cairan pada Meter Arus Pengukur Massa
secara Langsung, ρm;
d. catat densitas cairan pada Meter Prover, ρp;
e. catat suhu Meter Prover (tp) dan Meter Arus Pengukur Massa
secara Langsung (tm);
f. catat tekanan Meter Prover (Pp);
g. setelah Meter Prover mencapai volume dasar, catat
penunjukan jumlah pulsa pada alat hitung elektronik dari
Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung (PM);
3. Perhitungan
Lakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Hitung
1) CTSp = 1 + (tp – T)
dengan: T = suhu dasar Meter Prover (15,6 oC atau 28 oC)
∙∆ ( , ∙∆ )
2) =
dengan:
e = konstanta eksponensial
∆t = suhu aktual prover – suhu acuan
3)

4) CPSp = 1 +

5) CPLp =

dengan:
Pp = tekanan statik air atau cairan uji lainnya
F = faktor kompresibilitas air
6) = ∙

dengan:
Pm = rata-rata tekanan Meter Arus Pengukur Massa
secara Langsung
F = Faktor kompresibilitas hidrokarbon

b. Hitung volume Standar,


A (L) = V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp.
c. Hitung volume Meter Arus Pengukur Massa secara Langsung,
B (L) = PM / KF × CTLm × CPLm
d. Hitung Kesalahan,  = [(B – A) / A] × 100 %.
e. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.d. sebanyak 5
(lima) kali.
f. Hitung kesalahan rata-rata, ̅ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5) / 5.

47
g. Hitung ketidaktetapan =
Max.(| − |, | − |, | − |, | − |).
h. Ketidaktetapan tidak boleh melebihi 0,1%, apabila tidak
terpenuhi maka pengujian harus diulang dari pengujian
pertama.
i. Lakukan prosedur butir 2.a. sampai dengan 3.h. masing-
masing untuk laju alir massa operasional/sedang dan
maksimum/tinggi.
4. Contoh Cerapan Pengujian dengan Small Volume Prover keluaran Volume

DIREKTORAT METROLOGI
Jalan Pasteur No. 27 Bandung 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

DATA METER PROVER JENIS SMALL VOLUME PROVER

TANGGAL SERTIFIKAT MEREK/PABRIK


(DD/MM/YYYY)

VOLUME DASAR NO. SERI UNIT


(LITER)

DATA METER ARUS PENGUKUR MASSA SECARA LANGSUNG

NO. SERI MEREK/PABRIK

LOKASI

FAKTOR KALIBRASI ARUS PABRIK

FAKTOR SKALA PULSA KF (Alat terkait)


(PULSA/L)

DATA PENGUJIAN

LAJU ALIR FAKTOR KOR. DENSITAS


(kg/MIN) (liter/JAM)
SUMBER DENSITAS DENSITAS JENIS FLUIDA
o
PERANGKAT/LOKASI (kg/m3 @ 15,6 C)

PENGUJIAN KE 1 2 3 4 5

RATA-RATA PULSA, PM

RATA-RATA SUHU METER PROVER,


tp (oC)

CTSp

CTLp

48
RATA-RATATEKANAN METER
PROVER, Pp
CPSp
CPLp

RATA-RATA SUHU METER ARUS


MASSA tm(oC)
CTLm

RATA-RATA TEKANAN METER


ARUS MASSA, Pm
CPLm

VOLUME METER PROVER, A (L) =


V0 × CTSp × CPSp × CTLp × CPLp

VOLUME METER ARUS MASSA, B


(L) =
PM / KF × CTLm × CPLm

KESALAHAN,  =
[(B – A) / A] × 100 %

LOKASI ENTRI
KESALAHAN RATA-RATA , ̅=
(Meter Faktor) TRANSMITTER/PENGHITUN
(1 + 2 + 3+ 4+ 5) / 5 G

KETIDAKTETAPAN VERIFIKASI NOL?

Max. (| − YA/TIDA AS AS
K FOUND LEFT
|, | −
|, | −
|, | − |)

SAH BATAL
KETERANGAN

DIUJI OLEH DISAKSIKAN OLEH


(TANDA (TANGGAL) (TANDA (TANGGAL)
TANGAN) TANGAN)

49
E. Pengujian dengan Menggunakan Timbangan
1. Perangkat yang diperlukan
a. Timbangan yang terpasang secara integrasi dengan Sistem
Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau
Meter Arus Massa atau berdiri sendiri, telah bersetifikat dan
masih berlaku serta memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari
Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin
atau Meter Arus Massa yang diuji;
b. Termometer
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,1 0C.
c. Manometer
1) Bersertifikat dan masih berlaku; dan
2) Ketelitian pembacaan 0,1 kg/cm2.
d. Perangkat penampung/bejana ukur cairan lainnya baik yang
terpasang secara terintegrasi dengan Sistem Pengukuran Meter
Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa atau
berdiri sendiri;
e. Stopwatch dengan penunjukan sekon
1) Bersertifikat dan masih berlaku;
2) Ketelitian pembacaan 0,1 s;
2. Langkah-langkah Pengujian
a. Letakkan semua peralatan uji di tempat pengujian, termasuk
sertifikat yang diperlukan;
b. Pasang (instal) Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter
Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Timbangan pada
instalasi pengujian;
c. Catat data teknis Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa dan Timbangan;
d. Timbangan dan perangkat penampung cairan harus sesuai
dengan kapasitas maksimum dari Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa yang diuji;
e. Alirkan cairan dan periksa kebocoran pada perangkat
penampung cairan;
f. Letakkan perangkat penampung cairan pada lantai muatan
Timbangan;
g. Catat penunjukan awal pada indikator timbangan (I 0);

50
h. Naikkan imbuh (ΔL) pada lantai muatan sampai penunjukan
indikator timbangan berubah 1 (satu) skala;
i. Penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter
Arus Turbin atau Meter Arus Massa dinolkan;
j. Alirkan cairan pada laju alir sesuai yang diinginkan;
k. Catat penunjukan tekanan saat cairan masuk dan keluar Sistem
Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau
Meter Arus Massa (Pm1, Pm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Pm);
l. Catat penunjukan suhu saat cairan masuk dan keluar Sistem
Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau
Meter Arus Massa (Tm1, Tm2) dan rata-ratakan nilai tersebut (Tm);
m. Setelah kapasitas cairan yang diinginkan telah tercapai, tutup
katup untuk menghentikan aliran;
n. Catat penunjukan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa (V0, V1) dan indikator
timbangan (I1);
o. Naikkan imbuh (ΔL) pada lantai muatan sampai penunjukan
indikator Timbangan berubah 1 (satu) skala;
p. Lakukan pengujian sebagaimana langkah pada huruf f s.d. huruf
o sebanyak 3 (tiga) kali pada laju alir yang sama;
q. Ketidaktetapan (repeatability) selisih terbesar antara dua
pengujian yang berurutan tidak boleh melebihi BKD, apabila
tidak terpenuhi pengujian harus diulang;
r. Rata-rata hasil pengujian yang dilakukan pada huruf p adalah
kesalahan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter
Arus Turbin atau Meter Arus Massa pada laju alir tersebut;
s. Lakukan pengujian sebagaimana langkah huruf f s.d. huruf p
pada laju alir yang lain; dan
t. Pengujian minimal dilakukan pada laju alir minimum,
operasional dan maksimum.

51
3. Contoh Cerapan Pengujian Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
menggunakan Timbangan
KOP INSTANSI NAMA DAN ALAMAT INSTANSI
Pemilik :
Lokasi :
1. BADAN UKUR 2. BADAN HITUNG 3. TIMBANGAN 4. KONDISI UJI
Merek : Merek : Merek : Cairan uji :
Tipe : Tipe : Tipe : Suhu dasar :
No. Seri : No. Seri : No. Seri : Tekanan dasar :
Diamater : Buatan : Kelas :
dalam
Laju Alir : Kapasitas :
Maks.
Buatan : Skala :
terkecil
Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin Timbangan Kesalahan (%)
Laju Alir Massa
No. M = V x ρ x Ctlm x Cplm P = P1 - P0 −
(L/Menit) V0 V1 V=V1-V0 Tm Pm Ctlm Cplm jenis Io ΔL Po I1 ΔL P1 100 Rata-rata
(kg) (kg)
(ρ)

Repeatability

Keterangan
M : Penunjukan massa sebenarnya pada Sistem Pengukuran Meter Io : Penunjukan awal pada indikator timbangan
Arus Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa
Vo : Penunjukan kuantitas awal pada Sistem Pengukuran Meter Arus I1 : Penunjukan akhir pada indikator timbangan
Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa
V1 : Penunjukan kuantitas akhir pada Sistem Pengukuran Meter Arus Ctlm : faktor koreksi suhu cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa
P : Penunjukan sebenarnya Timbangan Cplm : faktor koreksi tekanan cairan pada Sistem Pengukuran Meter Arus
Volumetrik/Meter Arus Turbin/Meter Arus Massa
P0 : Penunjukan awal sebenarnya Timbangan
P1 : Penunjukan akhir sebenarnya Timbangan

52
F. Pengujian Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter Arus Volumetrik,
Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
1. Prosedur Pengujian Static Pressure Transmitter (PT)
a. Pelaksanaan Pengujian
Dalam melakukan pengujian Static Pressure Transmitter, lakukan
sesuai dengan tahap sebagai berikut:
1) Lepaskan pipa saluran masuk dari Static Pressure Transmitter
dari pressure tap-nya;
2) Hubungkan keluaran Dead Weight Tester (DWT) pada
masukan Static Pressure Transmitter;
3) Lepaskan hubungan dari keluaran Static Pressure Transmitter
dan pasangkan resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri
dengan beban;
4) Pasangkan Digital Multi Meter (DMM) pada posisi paralel
dengan resistor tersebut;
5) Berikan beban pada DWT sesuai dengan daerah ukur Static
Pressure Transmitter dengan titik pengujian 0, 25%, 50%, 75%
dan 100% atau titil lain sesuai dengan kemampuan standar;
6) Lakukan pembacaan DMM dan indikator pada Flow Computer
di setiap titik pembebanan DWT;
7) Lakukan tahapan pengujian pada angka 5) s.d. angka 6) pada
posisi pembebanan naik dan menurun.
b. Perhitungan
1) Nilai arus sebenarnya keluaran Static Pressure Transmitter
adalah Is;
2) Pembacaan DMM pada keluaran transmitter adalah Vt.
Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan R s menjadi
It (It = Vt : Rs);
3) Pembacaan Static Pressure Indicator adalah Pi;
4) Tekanan standar adalah nilai tekanan ekivalen tahanan
masukan Static Pressure Transmitter, Ps;
5) Kesalahan penunjukan Static Pressure Transmitter adalah E t;

= 100%

6) Kesalahan penunjukan Static Pressure Indicator adalah E i;

= 100%

53
c. Notasi yang digunakan:
DMM : Digital Multi Meter
PT : Static Pressure Transmitter
Et : Kesalahan penunjukan Static Pressure Transmitter
(%)
Ve : Tegangan keluaran Static Pressure Transmitter
(diubah menjadi) It = Vt : Rs
Is : Arus sebenarnya
Pi : Pembacaan Static Pressure Indicator
Ps : Static Pressure ekivalen tahanan masukan
Pmin : Static Pressure minimum dari rentang ukur Static
Pressure Transmitter
Pmaks : Tekanan maksimum rentang ukur Static Pressure
Transmitter
2. Prosedur Pengujian Temperature Transmitter (TT)
a. Pelaksanaan Pengujian
Dalam melakukan pengujian Pressure Transmitter, lakukan sesuai
dengan tahap sebagai berikut:
1) Atur posisi selector DMM pada satuan volt DC;
2) Atur nila tahanan suhu pada decade resistance box dengan
urutan 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dari rentang ukur
masukan Temperature Transmitter;
3) Sebagai standar keluaran dari Temperature Transmitter adalah
hasi kali antara nilai arusnya dengan tahanan standar;
4) Pada setiap pembacaan DMM dilakukan pembacaan suhu
pada Temperature Indicator (pada komputer);
5) Tentukan kesalahan penunjukan keluaran Temperature
Transmitter;
6) Tentukan kesalahan penunjukan Temperature Indicator;
7) Lakukan tahapan pengujian pada angka 1) s.d. angka 6)
dengan titik-titik tahanan ekivalen suhu dari 100%, 75%,
50%, 25% dan 0% dari rentang ukurnya.

54
b. Perhitungan
1) Nilai arus sebenarnya keluaran Temperature Transmitter
adalah Is;
2) Pembacaan DMM pada keluaran transmitter adalah Vt.
Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan R s menjadi
It (It = Vt : Rs);
3) Pembacaan Temperature Indicator adalah Ti;
4) Suhu sebenarnya adalah nilai suhu ekivalen tahanan
masukan Temperature Transmitter, Ts;
5) Kesalahan penunjukan Temperature Transmitter adalah Et;

= 100%

6) Kesalahan penunjukan Temperature Indicator adalah Ei;

= 100%

c. Notasi yang digunakan:


DMM : Digital Multi Meter
TT : Temperature Transmitter
E : Kesalahan penunjukan Temperature Transmitter
(%)
Ve : Tegangan keluaran Temperature Transmitter
(diubah menjadi) It = Vt : Rs
Is : Arus sebenarnya
Ti : Pembacaan Temperature Indicator
Ts : Temperature ekivalen tahanan masukan
Tmin :Temperatur minimum dari rentang ukur Temperature
Transmitter
Tmaks : Temperatur maksimum rentang ukur Temperature
Transmitter

55
3. Contoh Cerapan Pengujian Perlengkapan Sistem Pengukuran Meter
Arus Volumetrik, Meter Arus Turbin atau Meter Arus Massa
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag Number

Perangkat : Daerah ukur :


ukur Range
Measuring
Instrument
Merek : Satuan :
Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Output
Number
Catu daya : Vdc Kesalahan Maks. :
Power Max. Permissible
Supply Error
HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Justir Sesudah Justir
Masukan Keluaran Actually Kesalahan Masukan Keluaran Actually Kesalahan
Input Output (mA) Error Input Output (mA) Error
(mA) (%) (mA) (%)
% Naik Turun Naik Turun % Naik Turun Naik Turun
Up Down Up Down Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Perangkat Standar yang Digunakan:


Standard equipment used
No. Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
Standard Name Mark Type Serial Number

Disaksikan oleh: Tempat, Tanggal :


Witnessed by Diuji oleh : Direktorat Metrologi
Calibrated by
No Institusi terkait Nama Tanda No. Nama Tanda Tangan
Tangan

56
Lampiran II
PROSEDUR PENGUJIAN POMPA UKUR BBM
1. Persiapan pengujian:
a. Keselamatan kerja
1) Memakai baju kerja pengaman dari bahan anti static (bahan katun
100%)
2) Memakai sepatu pengaman (safety shoes)
3) Memakai topi pengama (safety foot wear)
4) Pastikan ada tabung pemadam api yang masih bekerja dengan baik
dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau.
5) Pastikan tidak ada sumber pengapian yang potensial.
6) Tempatkan tanda “POMPA SEDANG DITERA” pada tempat yang
mudah dilihat.
7) Tempatkan alat pengaman untuk menghalangi orang/kendaraan
masuk ke pompa yang sedang diuji.
b. Persiapan standar, peralatan dan perlengkapan uji
1) Bejana ukur standar dengan kapasitas minimal 10 L yang sesuai
untuk penyerahan pada laju alir maksimum pompa ukur. Ukuran
harus sesuai untuk penyerahan lebih besar dari 3 (tiga) kali
kuantitas minimum yang diukur (Vmin) dari pompa ukur. Untuk
pompa ukur lebih besar dari 60 L/menit menggunakan bejana ukur
yang setara dengan volume untuk penyerahan setidaknya 1 menit
pada laju alir maksimum dan minimum.
2) Bejana ukur kapasitas kecil yang diverifikasi pada interval yang
relevan untuk keperluan pengujian.
3) Sertifikat bejana ukur standar dan peralatan/perlengkapan uji
harus tersedia dan dijadikan acuan.
4) Landasan dan penyipat datar.
5) Stop watch
6) Cerapan pengujian Pompa Ukur BBM.
c. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan secara visual Pompa Ukur BBM dan catat data serta
karakteristik yang diperlukan dari pompa ukur pada laporan pengujian.
1) Data yang diperlukan
a) Tanggal pengujian
b) Tipe pengujian: tera atau tera ulang
c) Nama pemilik/pengguna
d) Alamat pemilik/pengguna
e) Nama kontak di tempat pengujian
f) Nama dagang/merek
g) Alamat dimana pompa ukur dipasang
h) Pabrikan

57
i) Model
j) Nomor pompa ukur
k) Nomor seri pompa ukur
l) Nomor Izin Tipe/Izin Tanda Pabrik
m) Produk bahan bakar pompa ukur yang disetujui untuk
diserahkan
n) Laju alir maksimum dan minimum
2) Karakteristik instrumen
a) Apakah PU BBM ini dilengkapi dengan IT/ITP?
b) Apakah PU BBM ini digunakan dengan benar?
c) Apakah semua deskripsi yang wajib jelas terpasang pada pelat
data dan terpasang tetap pada PU BBM?
d) Apakah Pompa Ukur BBM dalam kondisi lengkap dan bersih?
e) Apakah semua panel eksternal dalam kondisi terlindungi?
f) Apakah PU BBM terpasang tetap pada pondasinya?
g) Apakah tutup penunjukan rusak?
h) Apakah gelas penglihat berisi spinner atau bola plastik, bersih
serta penuh produk?
i) Apakah penunjukan volume, harga satuan, dan harga total
sesuai dengan selang yang dipilih?
j) Apakah semua penunjukan kelihatan dengan jelas pada siang
dan malam hari?
k) Apakah selang dalam kondisi baik, misalnya tidak lecet, retak,
atau pembungkus selangnya tidak usang?
l) Apakah masing-masing nozzle menghentikan aliran cairan
ketika dikembalikan ke tempat penyimpanannya?
m) Apakah ada kebocoran?
n) Untuk penunjukan kontinyu: apakah pergerakan roda penunjuk
harga mengikuti pergerakan tuas internal penyetel harga?
2. Prosedur Pengujian
Untuk Pompa Ukur BBM dengan laju alir maksimum tidak lebih besar
daripada 60 L/menit harus mempunyai kuantitas minimum yang diukur
(Vmin) 2 L.
a. Pemeriksaan fasilitas untuk alat penunjukan elektronik
Pemeriksaan fasilitas untuk alat penunjukan elektronik harus
dilakukan pemeriksaan visual untuk semua tampilan, yang harus
memenuhi persyaratan:
1) tampilkan semua elemen;
2) hilangkan semua tampilan; dan
3) tampilkan nol pada semua elemen tampilan
Pengujian ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengujian untuk
penyetelan nol dengan menggunakan mekanisme reset elektronik
1) Angkat nozzle dari posisi hang-up dan periksa:

58
a) pengujian tampilan dilakukan; dan
b) segmen tampilan tidak rusak
2) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal
3) Catat hasilnya pada laporan pengujian
b. Penyetelan nol
1) Mekanisme reset mekanik
Untuk alat penunjukan mekanis, penunjukan volume sisa setelah
kembali ke nol tidak boleh lebih dari setengah deviasi volume
minimum yang ditentukan (Emin). Demikian juga penunjukan harga
sisa setelah kembali ke nol tidak boleh lebih dari setengah deviasi
harga minimum yang ditentukan (H) dimana H = E min x harga
satuan.
a) Angkat nozzle dari posisi menggantung.
b) Jika penjualan sebelumnya tetap ada di penunjukan, pindah
tuas start ke posisi ON dan pastikan motor pompa tidak
menyala atau pompa ukur tidak diaktifkan. Jika motor pompa
menyala atau pompa ukur aktif maka mekanisme interlock
rusak.
c) Reset penunjukan ke nol dan periksa apakah penunjukan
volume adalah nol
d) Pindahkan tuas secara pelan ke posisi ON sampai motor
menyala (atau pompa ukur aktif) dan kemudian pindah secara
pelan ke posisi OFF sampai motor berhenti (atau pompa ukur
tidak aktif).
e) Pindahkan tuas secara pelan ke posisi ON dan periksa apakah
interlock telah bekerja dan mencegah motor menyala.
f) Kembalikan tuas start ke posisi OFF.
g) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
h) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
2) Mekanisme reset elektronik
Untuk alat penunjukan elektronik, penunjukan volume/harga
setelah kembali ke nol harus benar nol.
a) Angkat nozzle dari posisi menggantung dan pastikan bahwa
pengujian penunjukan dilakukan, penunjukan volume dan
harga adalah nol sebelum penyerahan.
b) Kembalikan nozzle ke posisi menggantung dan pastikan bahwa
ketika nozzle diangkat tidak ada lagi penyerahan sebelum
pengujian penunjukan dimulai dan penunjukan kembali ke nol.
c) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
d) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
3) Perhitungan harga
Penunjukan harga harus sama dengan perhitungan harga dari
penunjukan volume dan harga satuan dalam batas kesalahan yang
diizinkan
a) Reset pompa ukur ke nol.
b) Lakukan penyerahan volume yang kita kehendaki.

59
c) Hitung harga total dari harga satuan dan volume total yang
ditunjukkan.
d) Bandingkan harga yang dihitung dengan yang ditunjukkan
pompa ukur.
e) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
f) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
4) Nozzle cut-off
Ketika selang dipasang dengan nozzle cut-off otomatis, nozzle harus
menutup secara otomatis ketika port sensor pada nozzle
bersentuhan dengan cairan atau buih.
Pengujian ini dapat dilakukan selama pengujian akurasi atau anti-
drain.
Langkah-langkah pengujian:
a) Lakukan penyerahan pada laju alir operasional.
b) Lakukan kontak antara port sensing dari nozzle dengan cairan
atau buih.
c) Pastikan nozzle cut-off mati.
d) Ulangi langkah a s.d. c sebanyak 2 kali.
e) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
f) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
5) Interlock
Penggunaan perangkat penunjukan yang sama untuk penunjukan
dari beberapa sistem pengukuran (yang mempunyai perangkat
penunjukkan bersama) diperbolehkan selama tidak dimungkinkan
untuk menggunakan keduanya secara bersamaan.
Persyaratan ini berarti tidak ada bahan bakar yang dapat
dikeluarkan kecuali bahan bakar diukur dan bahwa harga satuan
yang ditunjukkan bersesuaian dengan harga satuan dari bahan
bakar yang dipilih dan diserahkan.
Tentukan apakah selang mempunyai penunjukan bersama atau
apakah selang mempunyai pompa bersama dan laksanakan
pengujian yang sesuai seperti dijelaskan berikut.
a) Beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan
(1) Pilih satu selang dan angkat nozzle dari posisi
menggantung.
(2) Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih
harus tetap menunjuk nol:
(a) Dengan penunjukan harga satuan yang terpisah:
Penunjukan harga satuan untuk tipe bahan bakar yang
dipilih ditransfer ke penunjukan utama.
(b) Tanpa penunjukan harga satuan terpisah:
Penujukan harga satuan untuk selang yang dipilih
ditampilkan dan semua penunjukan harga satuan
lainnya tidak ditampilkan sampai penyerahan selesai.

60
(3) Periksa dan pastikan bahwa selang yang lain dalam kondisi
non-aktif, dengan cara mengangkat nozzle lain dari
posisinya.
(4) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
(5) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
b) Beberapa selang dengan satu unit pompa
(1) Pilih selang yang berbagi unit pompa yang sama.
(2) Saat unit pompa beroperasi, angkat selang lain yang
terhubung ke unit pompa yang sama tetapi tuas
penggantung pada posisi OFF.
(3) Periksa bahwa tidak memungkinkan melakukan
penyerahan dari selang lain yang terhubung ke unit pompa
yang sama.
(4) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
(5) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
c) Penunjukan penjatah (pre-set)
Pengujian ini dapat dikombinasikan dengan pengujian akurasi
pre-set dan satu hasil dicatat.
(1) Reset pompa ukur ke nol.
(2) Masukkan nilai pre-set volume/harga yang diinginkan
menggunakan fasilitas pre-set. Pastikan jumlah pre-set
muncul di perangkat penunjukkan.
(3) Lakukan penyerahan dengan nozzle terbuka penuh
sehingga memungkinkan fasilitas pre-set untuk
memperlambat dan menghentikan penyerahan secara
otomatis.
(4) Catat penunjukan volume/harga.
(5) Tentukan apakah hasil penunjukan volume/harga sesuai
dengan nilai pre-set yang diberikan.
(6) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
(7) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
d) Laju alir maksimum
Laju alir maksimum yang dapat dicapai harus berada dalam
rentang yang diperbolehkan (Qmin ke Qmaks) yang tercantum
pada pelat data.
Pengujian ini untuk menunjukkan bahwa laju alir maksimum
yang dapat dicapai berada dalam rentang yang diperbolekan
dan dapat dilakukan saat pengujian akurasi pada laju alir
maksimum yang dapat dicapai.
(1) Selang dengan unit pompa sendiri
(a) Mulai penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat
dicapai.
(b) Hentikan penyerahan pada setidaknya setelah 10 sekon.
(c) Catat penunjukan pada pompa ukur dan hitung laju
alir.

61
(d) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal
(e) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
(2) Selang yang berbagi pompa bersama
Persyaratan ini untuk tera atau ketika ada perubahan
lokasi.
(a) Pilih sejumlah selang yang dihubungkan pada unit
pompa yang sama.
(b) Lakukan penyerahan pada semua selang yang
beroperasi pada laju alir maksimum yang dapat dicapai,
(c) Hentikan penyerahan setelah sekurang-kurangnya 10
sekon dan hitung laju alir.
(d) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
(e) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
6) Akurasi
Langkah-langkah pengujian:
a) Siapkan bejana ukur.
b) Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat
dicapai. Catat volume yang ditunjukkan oleh Pompa Ukur BBM
(VFD) dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF).
c) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD)
EFD = ((VFD – VREF)/VREF) x 100
d) Ulangi langkah b) s.d. c) dua kali.
e) Lakukan penyerahan pada laju alir operasional dan laju alir
minimum masing-masing sebanyak 3 kali. Catat volume yang
ditunjukkan oleh pompa ukur (VFD) dan volume yang
ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF).
f) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD).
g) Tentukan apakah semua hasil masih berada dalam kesalahan
maksimum yang diizinkan. Jika tidak, analisa hasilnya dan
periksa apakah meter dapat dijustir sehingga hasilnya masih
masuk dalam kesalahan maksimum yang diizinkan.
h) Jika justir telah dilakukan, alirkan kuantitas bahan bakar dan
ulangi langkah b) s.d. g).
i) Catat hasilnya pada laporan pengujian
7) Akurasi dari penjatah
Langkah-langkah pengujian:
a) Siapkan Bejana ukur
b) Masukkan dan catat nilai penjatah volume/harga
menggunakan fasilitas penjatah. Nilai penjatah yang
diserahkan harus mendekati kuantitas bejana ukur yang
digunakan.
c) Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat
dicapai sampai penyerahan berhenti. Catat volume yang
ditunjukkan oleh pompa ukur (VFD) dan volume yang
ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF).

62
d) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD)
EFD = ((VFD – VREF)/VREF) x 100
e) Tentukan apakah hasil berada dalam kesalahan maksimum
yang diizinkan.
f) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
8) Eliminasi gas
Pengujian ini hanya perlu jika terdapat alat penguji eliminasi gas
pada pompa ukur .
Perbedaan kesalahan (ED) antara pengujian tanpa gas/udara dan
dengan gas/udara harus tidak boleh melebihi kesalahan
maksimum yang diizinkan yang diberikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. BKD untuk pengujian eliminasi udara
Viskositas BKD
≤ 1 mPa.s 0,5%
>1 mPa.s 1,0%
a) Hitung dan catat kesalahan rata-rata (EAV) dari 3 kali
penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai
selama pengujian akurasi.
b) Siapkan bejana ukur.
c) Jika disegel, pindahkan segel dari katup pengujian.
d) Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat
dicapai. Selama pengujian buka perlahan katup pengujian
gas/udara sehinga aliran berkurang atau berhenti.
e) Tutup katup pengujian, dan selesaikan penyerahan.
f) Catat volume yang ditunjukkan oleh pompa ukur BBM (V FD)
dan volume yang ditunjukkan oleh bejana ukur (VREF).
g) Hitung dan catat kesalahan relatif (E FD)
EFD = ((VFD – VREF)/VREF) x 100
h) Tentukan perbedaan kesalahan (ED) untuk alat eliminasi gas.
ED = EAV - EFD
i) Tentukan apakah ED berada dalam BKD.
j) Catat hasilnya pada laporan pengujian.
9) Anti-drain
Untuk sistem pengukuran selang penuh yang dilengkapi dengan
hose reel, kenaikan volume internal selama perubahan dari posisi
selang yang digulung ketika tidak bertekanan ke posisi selang yang
tidak digulung ketika bertekanan tanpa aliran cairan harus tidak
melebihi dua kali deviasi volume minimum yang ditentukan.
Jika sistem pengukuran tidak dilengkapi hose reel, kenaikan
volume internal tidak boleh melebihi deviasi volume minimum yang
ditentukan.

63
Tabel 2. BKD untuk pengujian anti-drain
Vmin BKD tanpa hose reel BKD dengan hose reel
2L 20 mL 40 mL
5L 50 mL 100 mL
Jika Vmin tidak terdapat pada Tabel 2 maka nilai BKD dapat
dihitung dengan persamaan:
 Tanpa hose reel (BKD dalam mL)
BKD = Vmin(L) x 10
 Dengan hose reel (BKD dalam mL)
BKD = = Vmin(L) x 20
a) Tanpa hose reel
(1) Siapkan bejana ukur
(2) Mulai penyerahan ke sehingga selang bertekanan
(3) Hentikan penyerahan secara tiba-tiba dengan
membenamkan nozzle kedalam cairan atau dengan
melepaskan pemicu nozzle secara tiba-tiba.
(4) Matikan pompa ukur dengan mengoperasikan secara
manual tuas penggantung nozzle dan jangan gantung
nozzle.
(5) Selagi memegang nozzle, keringkan selama 5 sekon.
(6) Buka nozzle dan biarkan tekanan dalam selang berkurang
selagi mengosongkan nozzle ke dalam bejana ukur.
(7) Tutup nozzle ketika aliran berhenti, atau setelah 30 sekon.
Jika nozzle masih menetes setelah 30 sekon nozzle harus
diperbaiki.
(8) Catat volume dari pengosongan bahan bakar yang
ditunjukkan oleh bejana ukur .
(9) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.
b) Dengan hose reel
1) Urai selang dari reel nya.
2) Siapkan bejana ukur.
3) Mulai penyerahan agar selang bertekanan
4) Hentikan pengiriman secara tiba-tiba dengan
membenamkan nozzle kedalam cairan atau dengan
melepaskan pemicu nozzle secara tiba-tiba.
5) Matikan pompa ukur dengan mengoperasikan secara
manual tuas penggantung nozzle dan jangan gantung
nozzle.
6) Gulung selang dan kembalikan ke tempat reel-nya.
7) Selagi memegang nozzle, keringkan selama 5 sekon.
8) Buka nozzle dan biarkan tekanan dalam selang berkurang
selagi mengosongkan nozzle ke dalam bejana ukur.

64
9) Tutup nozzle ketika aliran berhenti, atau setelah 30 sekon.
Jika nozzle masih menetes setelah 30 sekon nozzle harus
diperbaiki.
10) Catat volume pengosongan bahan bakar yang ditunjukkan
oleh bejana ukur standar .
11) Tentukan apakah pompa ukur lolos atau gagal.

65
3. Contoh Cerapan Pengujian untuk Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak

KOP NAMA DAN ALAMAT INSTANSI


INSTANSI

Tanggal pengujian ……………….


Tipe pengujian : tera tera ulang
Merek :
Tipe :
Nomor seri :
Nomor IT/ITP :
Pemilik :
Alamat :

1. Apakah PU BBM ini dilengkapi dengan IT/ITP? ya tidak

2. Apakah PU BBM ini digunakan dengan benar? ya tidak


3. Apakah semua deskripsi yang wajib jelas
terpasang pada pelat data dan terpasang tetap ya tidak
pada PU BBM?
4. Apakah semua panel eksternal terjamin? ya tidak
5. Apakah PU BBM terpasang tetap pada
ya tidak
pondasinya?
6. Apakah tutup tampilan rusak? ya tidak
7. Apakah gelas penglihat berisi spinner atau bola
ya tidak
plastic, dan bersih serta penuh produk?
8. Apakah penunjukan volume, harga satuan, dan
ya tidak
harga total sesuai dengan selang yang dipilih?
9. Apakah semua penunjukan kelihatan dengan
ya tidak
jelas pada siang dan malam hari?
10. Apakah selang dalam kondisi yang yang wajar,
misalnya tidak lecet, retak, atau pembungkus ya tidak
selangnya usang?
11. Apakah masing-masing nozzle menghentikan
aliran cairan ketika dikembalikan ke tempat ya tidak
penyimpanannya?
12. Apakah ada kebocoran? ya tidak
13. Untuk penunjukan kontinyu: apakah
pergerakan roda penunjuk harga mengikuti ya tidak
pergerakan tuas internal penyetel harga?

66
HASIL PENGUJIAN
Nomor PU BBM dan identifikasi nozzle

Harga satuan yang ditampilkan Rp./L Rp./L Rp./L

Pembacaan totalisator volume pada awal pengujian L L L

Pembacaan totalisator volume pada akhir pengujian L L L

Total volume yang digunakan untuk pengujian L L L

Qmin dan Qmaks pada pelat data Qmin Qmaks Qmin Qmaks Qmin Qmaks

Akurasi VFD VREF EFD ED VFD VREF EFD ED VFD VREF EFD ED
EFD = (VFD – VREF)/ VREF x 100

Penyerahan 1 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/Laju alir L L % L L % L L %


operasional/Laju alir minimum

Penyerahan 2 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/Laju alir L L % L L % L L %


operasional/Laju alir minimum

Penyerahan 3 pada laju alir maksimum yang dapat dicapai/Laju alir L L % L L % L L %


operasional/Laju alir minimum.

Kesalahan rata-rata (EAV) untuk 3 penyerahan % % %

Penyerahan penjatah L L % L L % L L %

Penyerahan eliminasi udara ED = EAV -EFD L L % % L L % L L %

Anti-drain, volume dari pengosongan bahan bakar mL mL mL

Fasilitas pemeriksa untuk perangkat penunjukan Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Penyetelan nol Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Perhitungan harga Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Nozzle cut-off Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Interlock Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Penunjukan penjatah (pre-set) Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Hasil keseluruhan Lolos Gagal Lolos Gagal Lolos Gagal

Lolos Gagal Pegawai Berhak: 1.


2.

67
Lampiran III
PROSEDUR PENGUJIAN POMPA UKUR ELPIJI
I. Pemeriksaan Visual
A. Pemeriksaan Administrasi
Periksa dan catat kelengkapan administrasi Pompa Ukur Elpiji yang akan
diuji, meliputi:
1. Pelat identitas, yang berisi:
a. tanda pabrik atau merek;
b. model/tipe dan nomor seri;
c. tahun pembuatan;
d. temperatur maksimum dan minimum;
e. tekanan operasional maksimum dan minimum;
f. range density Elpiji yang diperbolehkan;
g. laju alir aktual maksimum dan minimum (pada kondisi aliran).
2. Label tipe, untuk pompa ukur Elpiji asal impor pada saat tera.
3. Nomor Surat Izin Tanda Pabrik, untuk pompa ukur Elpiji buatan dalam
negeri pada saat tera.
4. Kelengkapan data, antara lain:
a. nama pemilik/pengguna;
b. alamat pemilik/pengguna;
c. nama contact person di lokasi;
d. nama perusahaan;
e. alamat di mana pompa ukur berada;
f. nomor pompa ukur (tag number).

B. Pemeriksaan Karakteristik Instrumen


1. Apakah pompa ukur digunakan secara benar?
2. Apakah semua penandaan yang wajib terdapat pada pelat data yang
melekat permanen pada pompa ukur dan dapat dilihat dengan jelas?
3. Apakah semua panel eksternal dalam keadaan aman dan baik?
4. Apakah pompa ukur terpasang dengan kokoh pada fondasinya?
5. Apakah jendela penutup rusak?
6. Apakah penunjukkan volume, harga satuan dan total harga sesuai
dengan selang yang dipilih?
7. Apakah semua penunjukkan terlihat jelas pada semua kondisi siang dan
malam?
8. Apakah selang dalam kondisi siap pakai (misal: tidak lecet parah,
terbelah, atau aus)?
9. Apakah ada kebocoran?
10. Untuk sistem swalayan, apakah nomor pompa ukur sesuai dengan
konsol?

68
II. Pengujian Fasilitas Pompa Ukur ELPIJI
A. Penyetelan Nol
Pengujian perangkat penyetelan nol dilakukan sebagai berikut:
1. Angkat nozzle dari posisinya dan pastikan bahwa display menampilkan
suatu angka, penunjukkan harga/volume adalah nol sebelum
penyerahan produk dilakukan.
2. Kembalikan nozzle ke posisinya, angkat kembali nozzle sebagaimana
dilakukan pada angka 1.
3. Catat hasil pengujian pada cerapan.
B. Penghitungan Harga
Pengujian perangkat penghitung harga dilakukan sebagai berikut:
1. Reset pompa ukur ke nol.
2. Lakukan penyerahan volume sesuai yang diinginkan.
3. Catat nilai volume dan penunjukan harganya.
4. Hitung harga dengan mengalikan harga satuan dan volume yang
ditunjukkan.
5. Bandingkan harga hasil perhitungan dengan harga pada penunjukan.
C. Interlock
Pengujian interlock dilakukan terhadap beberapa kondisi:
- beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan
- beberapa selang dengan beberapa perangkat penunjukan
- satu selang dengan dua perangkat penunjukan.
1. Beberapa selang dengan satu perangkat penunjukan
a. Pilih satu selang dan angkat nozzle dari posisinya.
b. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus
tetap menunjuk nol.
c. Lakukan penyerahan.
d. Periksa dan pastikan bahwa selang yang lain dalam kondisi non-
aktif, dengan cara mengangkat nozzle lain dari posisinya.
e. Catat hasil pengujian pada cerapan.
2. Beberapa selang dengan beberapa perangkat penunjukan
a. Pilih salah satu selang dan angkat nozzle dari posisinya.
b. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus
tetap menunjuk nol.
c. Angkat nozzle lain yang tidak diuji dan alirkan produk.
d. Pada selang yang dipilih untuk penyerahan, alirkan produk sesuai
dengan volume dan laju alir yang diinginkan.
e. Setelah volume yang diinginkan tercapai, tutup nozzle dan catat
penunjukkannya.
f. Tutup nozzle yang tidak diuji.

69
g. Catat hasil pengujian pada cerapan dan harus sesuai dengan BKD.
h. Lakukan langkah-langkah pada huruf a s.d. g untuk selang yang
lain.
3. Satu selang dengan dua perangkat penunjukan
a. Angkat nozzle dari posisinya.
b. Penunjukkan harga dan volume untuk selang yang dipilih harus
tetap menunjuk nol.
c. Alirkan produk sesuai dengan volume dan laju alir yang diinginkan.
d. Setelah volume yang diinginkan tercapai, tutup nozzle dan catat
penunjukkannya.
e. Catat hasil yang ditampilkan pada kedua penunjukan di cerapan
dan penunjukannya tidak boleh berbeda.

D. Perangkat Pre-set
Pengujian perangkat pre-set untuk volume dan harga dilakukan sebagai
berikut:
1. Reset pompa ukur ke nol.
2. Masukkan nilai pre-set volume/harga yang diinginkan menggunakan
fasilitas pre-set. Pastikan jumlah pre-set muncul di perangkat
penunjukkan.
3. Lakukan penyerahan dengan nozzle terbuka penuh sehingga
memungkinkan fasilitas pre-set untuk memperlambat dan
menghentikan penyerahan secara otomatis.
4. Catat penunjukan volume/harga.
5. Tentukan apakah hasil penunjukan volume/harga sesuai dengan nilai
pre-set yang diberikan.
Pengujian sebagaimana poin A sampai dengan C dapat dilakukan secara
bersamaan dengan pengujian akurasi.

70
Contoh Cerapan Pemeriksaan Visual dan Pengujian Fasilitas Pompa Ukur
Elpiji

KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

CERAPAN PENGUJIAN TERA


POMPA UKUR LPG (PEMERIKSAAN VISUAL & FASILITAS) TERA ULANG

DATA POMPA UKUR


Nama Perusahaan :
Nama Pemilik :
Alamat Pemilik :
Nama Contact Person :
Alamat (lokasi Pompa Ukur) :
Nomor Pompa Ukur :
Merek : Tekanan Minimum :
Model/Tipe : Tekanan Maksimum :
Nomor Seri : Density (yg diperbolehkan) :
Tahun Pembuatan : Laju Alir Minimum :
Temperatur (Min - Max) : Laju Alir Maksimum :

PEMERIKSAAN KARAKTERISTIK
Apakah pompa ukur digunakan secara benar? Ya Tidak
Apakah semua penandaan yang wajib terdapat pada pelat data yang melekat permanen Ya Tidak
pada pompa ukur dan dapat dilihat dengan jelas?
Apakah semua panel eksternal dalam keadaan aman dan baik? Ya Tidak
Apakah pompa ukur terpasang dengan kokoh pada fondasinya? Ya Tidak
Apakah jendela penutup rusak? Ya Tidak
Apakah penunjukkan volume, harga satuan dan total harga sesuai dengan selang yang Ya Tidak
dipilih?
Apakah semua penunjukkan terlihat jelas pada semua kondisi siang dan malam? Ya Tidak
Apakah selang dalam kondisi siap pakai (misal: tidak lecet parah, terbelah, atau aus)? Ya Tidak
Apakah terdapat kebocoran? Ya Tidak
Untuk sistem swalayan, apakah nomor pompa ukur sesuai dengan konsol? Ya Tidak

PENYETELAN NOL
Pengangkatan Nozzle ke-1
- Display menyala dan menampilkan angka? Ya Tidak
SAH
- Display menunjukkan angka nol? Ya Tidak
Pengangkatan Nozzle ke-2
- Display menyala dan menampilkan angka? Ya Tidak
BATAL
- Display menunjukkan angka nol? Ya Tidak

PENGHITUNG HARGA
Harga LPG per liter : Rp. SAH
Volume LPG yang Diserahkan : L
Penunjukan Harga pada Display : Rp. BATAL
Harga Hasil Perhitungan : Rp

INTERLOCK
Beberapa selang - Apakah penunjukan volume & harga reset ke nol? Ya Tidak
dengan 1 display : - Apakah selang yang lain non-aktif? Ya Tidak
SAH
Beberapa selang - Apakah penunjukan volume & harga reset ke nol? Ya Tidak
dengan beberapa - Apakah selang lain dapat beroperasi? Ya Tidak
display : - Apakah volume yg diserahkan selang yg diuji sesuai Ya Tidak
BATAL
dengan yang ditunjukkan pada display?

(1)

71
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

CERAPAN PENGUJIAN
POMPA UKUR LPG (PEMERIKSAAN VISUAL & FASILITAS)

INTERLOCK (lanjutan)
1(satu) selang - Apakah penunjukan volume & harga reset ke nol? Ya Tidak
dengan 2 display : - Apakah penunjukan volume pada display 1 dan Ya Tidak
display 2 menampilkan nilai yg sama?
- Apakah penunjukan harga pada display 1 dan Ya Tidak
display 2 menampilkan nilai yg sama?

PRE-SET
Pengaturan : - Volume : L SAH
- Harga : Rp.
Hasil Penyerahan : - Volume : L BATAL
- Harga : Rp.

SAH BATAL

......................, ........................20.....
Petugas :
1. .....................................................

2. .....................................................

(2)

72
III. Pengujian Akurasi dengan Metode Volumetri menggunakan Master Meter
A. Peralatan yang diperlukan
1. Master meter
a. harus mampu telusur;
b. harus mempunyai akurasi lebih tinggi dari Pompa Ukur Elpiji yang
diuji dengan ketidakpastian + 0,2%;
c. dilengkapi dengan termometer standar referensi (skala terkecil
+0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa
(ketidakpastian + 25 kPa), dipasang pada inlet master meter.
2. Termometer
a. harus mampu telusur;
b. skala terkecil + 0,1oC;
c. harus dapat dimasukkan ke dalam thermowell Pompa Ukur Elpiji.
3. Hydrometer pressure vessel
a. harus mampu telusur;
b. dilengkapi dengan hydrometer standar referensi (ketidakpastian
+ 1 kg/m3), termometer standar referensi (skala terkecil + 0,1oC) dan
pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25 kPa).

B. Pengujian
Pengujian harus dilakukan pada laju alirsebagai berikut:
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai
(Qmaks);
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir operasional; dan
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir minimum (Q min).
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Pastikan pompa ukur dalam kondisi aktual (mode temperature
uncompensated).
Catatan: apabila tidak memungkinkan, lakukan penyerahan pada mode
temperature compensated dan gunakan switch yang sesuai untuk
menampilkan VFD.
b. Masukkan minyak atau glycol ke dalam thermowell pompa ukur dan
letakkan termometer di dalamnya. Di sinilah pengukuran temperatur
TFD dilakukan.
c. Hubungkan selang keluaran master meter ke vapour return line pada
pompa ukur.
d. Hubungkan nozzle pompa ukur ke inlet (masukan) master meter.
e. Buka nozzle pompa ukur secara perlahan kemudian buka secara penuh
valve pengontrol aliran pada master meter agar dapat dilakukan
pengujian pada laju alirmaksimum.
f. Buka nozzle master meter dan sirkulasikan setidaknya 100 L produk
melalui sistem tersebut dan dikembalikan ke tangki penyuplai sampai
temperatur dan pembacaan tekanan pada master meter menjadi stabil.
g. Reset master meter dan pompa ukur ke nol.

73
h. Lakukan penyerahan pada laju alirmaksimum yang dapat dicapai
sampai minimum volume terbesar dari ketiga nilai berikut:
- penyerahan selama 1 menit;
- 2 x penyerahan minimum; atau
- kuantitas minimum master meter seperti yang tercantum pada
sertifikat pengujian.
i. Kira-kira pada kondisi ½ penyerahan, catat temperatur produk di
dalam pompa ukur dan master meter (TFD dan TMM) serta tekanan pada
master meter (PMM).
j. Lanjutkan penyerahan menggunakan nozzle master meter sampai
selesai, catat volume yang ditampilkan pada master meter (VMM) serta
volume uncompensated pada pompa ukur (VFD).
Catatan: apabila pompa ukur dapat menampilkan nilai volume
compensated (VFD15) dan uncompensated (VFD) secara bersamaan, catat
kedua penunjukkan tersebut. Volume compensated (VFD15) hanya perlu
dicatat 1 (satu) kali selama pengujian. Nilai V FD15 digunakan untuk
menilai apakah proses konversi bekerja dengan benar.
k. Tenentukan faktor konversi CtlFD dan CtlMM sebagai pengaruh
temperatur terhadap ELPIJIpada pompa ukur dan master meter
menggunakan D15, TFD dan TMM dengan dihubungan terhadap ASTM-IP-
API Tabel 54.
l. Hitung faktor konversi tekanan (CplMM) sebagai pengaruh tekanan
terhadap ELPIJIpada master meter dengan menggunakan D15, Pe, PMM,
TMM dan faktor compressibility dari API Manual of Petroleum
Measurement Standards, Chapter 11.2.2M. Atau, gunakan tabel
ringkasan yang terdapat dalam Lampiran B.
m. Catat meter faktor dari master meter (MFMM) berdasarkan keterangan
padasertifikat pengujiannya.
n. Hitung volume master meter terkonversi dan terkoreksi dengan
persamaan berikut:
= × × ×
o. Hitung volume pompa ukur terkonversi dengan persamaan berikut:
, = ×
p. Hitung kesalahan relatif (EFD) dengan membandingkan volume pompa
ukur terkonversi dan volume pengujian terkonversi.
= , − / × 100%
q. Ulangi langkah g sampai p sebanyak 2 (dua) kali.
r. Hasil rata-rata dari 3 (tiga) kali pengujian tersebut di atas merupakan
kesalahan penunjukkan pada laju alir yang diuji.
s. Hitung repeatability (ketidaktetapan) dari selisih terbesar antara 2 (dua)
hasil pengujian yang berurutan, apabila hasilnya melebihi BKD maka
pengujian harus diulangi.
t. Ulangi langkah g sampai s pada Qmin dan Qoperasional sebanyak 3 (tiga)
kali.
u. Tentukan apakah semua hasil pada langkah t berada dalam BKD (lihat
Tabel 2).

74
v. Apabila hasil sebagaimana huruf s melebihi BKD, lakukan penyetelan
meter, ulangi langkah g sampai dengan u.
w. Catat hasil pengujian dalam cerapan.
x. Pastikan pompa ukur berada dalam mode temperature compensated.

75
C. Contoh Cerapan

KEMENT ERIAN PERDAGANGAN


DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

Pompa Ukur dilengkapi dengan


CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER
Switch V F D/VF D1 5
o
- Nomor Seri Mast er Met er : - Densit y pada Pompa Ukur :
............................................... .................. kg/L - Temperat ur pada Pompa Ukur : ............ C
o
Pembacaan - Observed Pe : kPa - Observed Temperat ure : o
C - Observed Densit y : kg/L Densit y pada 15 C
Hydromet er - Corect ed Pe : kPa - Corect ed Temperat ure : o
C - Corect ed Densit y : kg/L (D15) : kg/L
Penunjukan Tot alisat or : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 Penyerahan 2 Penyerahan 3
- Awal : L (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Cat at an :
- Akhir : L ........................L Qmin) Qmin) Qmin) *) jika perbedaan antara TFD dan TMM > 0,5oC,
o o o
TM M C C C maka faktor koreksi dapat disamakan
PM M kPa kPa kPa
VM M L L L
Laju alir maksimum yg dapat dicapai L/min L/min L/min
MFM M
CtlM M *) (menggunakan TM M dan density pada 15o C)
CplM M (menggunakan TM M , PM M , Pe dan density pada 15o C)
Vr e f (V M M ×CtlM M ×CplM M ×MFM M )
o o o
TF D C C C
VF D L L L
Repeatability % %
VF D1 5 (dengan menekan switch V F D/VF D1 5 ) L L L
CtlF D*) (menggunakan TF D dan density pada 15o C)
VF D,c (V F D x CtlF D) L L L
EF D % % %
Rata-rata Kesalahan Relatif (EF D_A V ) %
EC % % %

Rata-rata Kesalahan Konversi (EC _A V ) %


Pet ugas :
1. ........................................................
SAH BATAL

Tanggal Pengujian : ............................. 2. ........................................................

76
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

Pompa Ukur tidak dilengkapi dengan


CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER
Switch VF D/VF D1 5
o
- Nomor Seri Mast er Met er : - Densit y pada Pompa Ukur :
............................................... .................. kg/L - Temperat ur pada Pompa Ukur : ............ C
o
Pembacaan - Observed Pe : kPa - Observed Temperat ure : o
C - Observed Densit y : kg/L Densit y pada 15 C
Hydromet er - Corect ed Pe : kPa - Corect ed Temperat ure : o
C - Corect ed Densit y : kg/L (D15) : kg/L
Penunjukan Tot alisat or : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 Penyerahan 2 Penyerahan 3
- Awal : L (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Cat at an :
- Akhir : L ........................L Qmin) Qmin) Qmin) *) jika perbedaan antara TFD dan TMM > 0,5oC,
TM M maka faktor koreksi dapat disamakan
PM M - C tlFD untuk penyerahan terkompensasi pada
VM M temperatur 15oC dianggap 1,00
Laju alir maksimum yg dapat dicapai
MFM M Tanggal Pengujian : ...........................
CtlM M *) (menggunakan TM M dan density pada 15o C) Petugas :
CplM M (menggunakan TM M , PM M , Pe dan density pada 15o C) 1. .....................................................
Vr ef (VM M ×CtlM M ×CplM M ×MFM M )
TF D
VF D
Repeatability
VF D1 5 (dengan perhitungan) 2. .....................................................
CtlF D*) (menggunakan TF D dan density pada 15o C)
VF D,c (VF D x CtlF D)
EF D

Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur operasional (EF D_A V )


EF D1 5

Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur 15o C (EF D1 5 _A V )


Kesalahan Konversi (EC )

SAH BATAL

77
IV. Pengujian Akurasi dengan Metode Volumetri menggunakan Mass
Flowmeter
A. Peralatan yang diperlukan
1. Mass Flowmeter
a. harus mampu telusur;
b. harus mempunyai akurasi lebih tinggi dari Pompa Ukur Elpiji yang
diuji dengan ketidakpastian + 0,2%;
c. dilengkapi dengan termometer standar referensi (skala terkecil
+0,1oC) dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa
(ketidakpastian + 25 kPa), dipasang pada inlet master meter.
2. Termometer
a. harus mampu telusur;
b. skala terkecil + 0,1oC;
c. harus dapat dimasukkan ke dalam thermowell Pompa Ukur Elpiji.
3. Hydrometer pressure vessel
a. harus mampu telusur;
b. dilengkapi dengan hydrometer standar referensi (ketidakpastian
+ 0,5 kg/m3), termometer standar referensi (skala terkecil + 0,1oC)
dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25
kPa).

B. Pengujian
Pengujian harus dilakukan pada laju alir sebagai berikut:
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai (Qmaks);
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir operasional; dan
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir minimum (Qmin).
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Pastikan pompa ukur dalam mode temperature uncompensated.
Catatan: apabila tidak memungkinkan, lakukan penyerahan pada
mode temperature compensated dan gunakan switch yang sesuai untuk
menampilkan VFD.
b. Masukkan minyak atau glycol ke dalam thermowell pompa ukur dan
letakkan termometer di dalamnya. Di sinilah pengukuran temperatur
TFD dilakukan.
c. Hubungkan selang keluaran mass flowmeter ke vapour return line pada
pompa ukur.
d. Hubungkan nozzle pompa ukur ke inlet mass flowmeter.
e. Buka nozzle pompa ukur secara perlahan kemudian buka secara
penuh valve pengontrol aliran pada mass flowmeter agar dapat
dilakukan pengujian pada laju alir maksimum.
f. Buka nozzle mass flowmeter dan sirkulasikan setidaknya 100 L produk
melalui sistem tersebut dan dikembalikan ke tangki penyuplai sampai
temperatur dan pembacaan tekanan pada mass flowmeter menjadi
stabil.
g. Reset (nolkan) mass flowmeter dan pompa ukur.

78
h. Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai
sampai minimal volume terbesar dari ketiga nilai berikut:
- penyerahan selama 1 menit;
- 2 x penyerahan minimum Pompa Ukur Elpiji; atau
- kuantitas penyerahan minimum mass flowmeter seperti yang
tercantum pada sertifikat pengujian.
i. Pada ½ penyerahan, catat temperatur produk di dalam pompa ukur
dan mass flowmeter (TFD dan TMFM) serta tekanan pada mass flowmeter
(PMFM).
j. Setelah penyerahan mencapai volume yang diinginkan, hentikan
penyerahan dan catat penunjukkan volume uncompensated pada
pompa ukur (VFD) dan penunjukkan massa mass flowmeter (MMFM).
k. Hitung volume mass flowmeter terkonversi dan terkoreksi dengan
persamaan berikut:
=( × )÷
l. Tentukan faktor konversi temperatur (C tlFD) menggunakan D15 dan TFD
dengan dihubungan terhadap ASTM-IP-API Tabel 54.
m. Hitung volume pompa ukur terkonversi dengan persamaan berikut:
, = ×
n. Hitung kesalahan relatif (EFD) dengan membandingkan volume pompa
ukur terkonversi dan volume pengujian terkonversi.
= , − / × 100%
o. Ulangi langkah g sampai n sebanyak 2 (dua) kali.
p. Hasil rata-rata dari 3 (tiga) kali pengujian tersebut di atas merupakan
kesalahan penunjukkan pada laju alir yang diuji.
q. Hitung repeatability (ketidaktetapan) dari selisih terbesar antara 2 (dua)
hasil pengujian yang berurutan, apabila hasilnya melebihi BKD maka
pengujian harus diulangi.
r. Ulangi langkah g sampai q pada Qmin dan Qoperasional sebanyak 3 (tiga)
kali.
s. Tentukan apakah semua hasil pada langkah r berada dalam BKD (lihat
Tabel 2).
t. Apabila hasil sebagaimana huruf s melebihi BKD, lakukan penyetelan
meter, ulangi langkah g sampai dengan s.
u. Catat hasil pengujian dalam cerapan.

79
C. Contoh Cerapan

KEMENT ERIAN PERDAGANGAN


DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

Pompa Ukur dilengkapi dengan


CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA SS FLOWMETER
Switch VF D/VF D1 5
o
- Nomor Seri Mass Flowmet er ...............................................
: - Densit y pada Pompa Ukur : .................. kg/L - Temperat ur pada Pompa Ukur : ............ C
o
Pembacaan - Observed Temperat ure : C - Observed Densit y : kg/L Densit y pada 15 Co

Hydromet er - Corect ed Temperat ure : o


C - Corect ed Densit y : kg/L (D15) : kg/L
Penunjukan Tot alisat or : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 Penyerahan 2 Penyerahan 3
- Awal : L (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Cat at an :
- Akhir : L ........................L Qmin) Qmin) Qmin)
MM F M kg kg kg
PM F M kPa kPa kPa
o o o
TM F M C C C
MFM M
Vr e f ((MM F M ×MFM F M )/D1 5 )
Laju alir maksimum yg dapat dicapai L/min L/min L/min
o o o
TF D C C C
VF D L L L
Repeatability % %
VF D1 5 (dengan menekan switch V F D/VF D1 5 ) L L L
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C)
VF D,c (VF D x CtlF D) L L L
EF D % % %
Rata-rata Kesalahan Relatif (EF D_A V ) %
EC % % %
Rata-rata Kesalahan Konversi (EC _A V ) %
Pet ugas :
1. ........................................................
SAH BATAL

Tanggal Pengujian : .............................


2. ........................................................

80
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

Pompa Ukur tidak dilengkapi dengan


CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA SS FLOWMETER
Switch VF D/VF D1 5
o
- Nomor Seri Mass Flowmet er ...............................................
: - Densit y pada Pompa Ukur : .................. kg/L - Temperat ur pada Pompa Ukur : ............ C
o
Pembacaan - Observed Temperat ure : C - Observed Densit y : kg/L Densit y pada 15 C o

Hydromet er - Corect ed Temperat ure : o


C - Corect ed Densit y : kg/L (D15) : kg/L
Penunjukan Tot alisat or : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 Penyerahan 2 Penyerahan 3
- Awal : L (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Cat at an :
- Akhir : L ........................L Qmin) Qmin) Qmin) - C tlFD untuk penyerahan terkompensasi pada
MM F M kg kg kg temperatur 15oC dianggap 1,00
PM F M kPa kPa kPa
o o o
TM F M C C C Tanggal Pengujian : ...........................
MFM M Petugas :
Vr ef ((MM F M ×MFM F M )/D1 5 ) 1. .....................................................
Laju alir maksimum yg dapat dicapai L/min L/min L/min
o o o
TF D C C C
VF D L L L
Repeatability % %
VF D1 5 (dengan perhitungan) L L L 2. .....................................................
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C)
VF D,c (VF D x CtlF D) L L L
EF D % % %
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur operasional (EF D_A V ) %
EF D1 5 % % %
o
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur 15 C (EF D1 5 _A V ) %
Kesalahan Konversi (EC )
%

SAH BATAL

81
V. Pengujian Akurasi dengan Metode Gravimetri
A. Peralatan yang diperlukan
1. Timbangan
a. harus mampu telusur;
b. memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari Pompa Ukur Elpiji yang
diuji.
2. Anak timbangan standar
a. harus mampu telusur;
b. 1 (satu) set (1 g sampai dengan 1 kg).
3. Hydrometer pressure vessel
a. harus mampu telusur;
b. dilengkapi dengan hydrometer standar referensi (ketidakpastian
+ 0,5 kg/m3), termometer standar referensi (skala terkecil +0,1oC)
dan pressure gauge standar referensi 2500 kPa (ketidakpastian + 25
kPa).
4. Termometer
a. harus mampu telusur;
b. skala terkecil +0,1oC;
c. harus dapat dimasukkan ke dalam thermowell Pompa Ukur Elpiji
5. Alat penampung Elpiji dengan kapasitas yang cukup, mampu
menampung laju alir sampai dengan Q maks dan mempunyai katup
kontrol aliran yang memadai.
B. Pengujian
Pengujian harus dilakukan pada laju alir sebagai berikut:
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai (Qmaks);
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir operasional; dan
 3 (tiga) penyerahan pada laju alir minimum (Qmin).
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Pastikan pompa ukur dalam mode temperature uncompensated.
Catatan: apabila tidak memungkinkan, lakukan penyerahan pada
mode temperature compensated dan gunakan switch yang sesuai untuk
menampilkan VFD.
b. Masukkan minyak atau glycol ke dalam thermowell pompa ukur dan
letakkan termometer di dalamnya. Di sinilah pengukuran temperatur
TFD dilakukan.
c. Setel kedataran timbangan.
d. Tempatkan alat penampung Elpiji pada timbangan, catat nilai
penunjukan awal pada indikator timbangan (I o), kemudian naikkan
imbuh (∆L) pada lantai muatan sampai penunjukan timbangan
berubah 1 (satu) skala dan catat nilai imbuhnya.
e. Reset pompa ukur ke nol.
f. Lakukan penyerahan pada laju alir maksimum yang dapat dicapai
sampai minimal volume terbesar dari kedua nilai berikut:

82
- penyerahan selama 1 menit; atau
- 2 x penyerahan minimum.
Catatan: untuk mempertahankan penyerahan tetap pada laju alir
maksimum, pengisian ke alat penampung Elpiji dapat dilakukan hanya
sampai setengah penuh saja.
g. Pada ½ penyerahan, catat temperatur produk di dalam pompa ukur
(TFD).
h. Lanjutkan penyerahan sampai selesai, catat volume uncompensated
yang ditampilkan pada pompa ukur (V FD), timbang alat penampung
Elpiji dan catat nilai massa produk yang diserahkan dari penunjukkan
awal pada indikator timbangan (I 1).
Catatan: apabila pompa ukur dapat menampilkan volume compensated
(VFD15) dan uncompensated (VFD), catat kedua penunjukkan tersebut.
i. Letakkan imbuh (∆L) pada lantai muatan sampai penunjukan
timbangan berubah 1 (satu) skala, catat besarnya imbuh.
j. Konversikan nilai massa ke volume pada kondisi dasar (VREF) dengan
membagi nilai massa dengan D15.
k. Tentukan faktor konversi temperatur (C tlFD) menggunakan D15 dan TFD
dengan dihubungan terhadap ASTM-IP-API Tabel 54.
l. Hitung volume pompa ukur terkonversi dengan persamaan berikut:
, = ×
m. Hitung kesalahan relatif (EFD) dengan membandingkan volume pompa
ukur terkonversi dan volume pengujian terkonversi.
= , − / × 100%
n. Ulangi langkah e sampai dengan m sebanyak 2 (dua) kali.
o. Hasil rata-rata dari 3 (tiga) kali pengujian tersebut di atas merupakan
kesalahan penunjukkan pada laju alir yang diuji.
p. Hitung repeatability (ketidaktetapan) dari selisih terbesar antara 2 (dua)
hasil pengujian yang berurutan, apabila hasilnya melebihi BKD maka
pengujian harus diulangi.
q. Ulangi langkah e sampai p pada Qmin dan Qoperasional sebanyak 3 (tiga)
kali.
r. Tentukan apakah semua hasil pada langkah q berada dalam BKD (lihat
Tabel 2).
s. Apabila hasil sebagaimana huruf s melebihi BKD, lakukan penyetelan
meter, ulangi langkah g sampai dengan r.
t. Catat hasil pengujian dalam laporan hasil pengujian.
u. Pastikan pompa ukur berada dalam mode temperature compensated.

83
C. Contoh Cerapan

KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

Pompa Ukur dilengkapi dengan


CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER
Switch VF D/VF D1 5
o
- Nomor Seri Mast er Met er : - Densit y pada Pompa Ukur :
............................................... .................. kg/L - Temperat ur pada Pompa Ukur : ............ C
o
Pembacaan - Observed Pe : kPa - Observed Temperat ure : o
C - Observed Densit y : kg/L Densit y pada 15 C
Hydromet er - Corect ed Pe : kPa - Corect ed Temperat ure : o
C - Corect ed Densit y : kg/L (D15) : kg/L
Penunjukan Tot alisat or : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 Penyerahan 2 Penyerahan 3
- Awal : L (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Cat at an :
- Akhir : L ........................L Qmin) Qmin) Qmin)
I0 (nilai penunjukan awal alat penampung LPG) kg
DL1 (imbuh) kg
I0 ' (nilai penunjukan akhir alat penampung LPG) kg
P0 (I0 ' - DL1 ) kg
I1 (nilai penunjukan awal LPG + penampung) kg kg kg
DL2 (imbuh) kg kg kg
I1 ' (nilai penunjukan akhir LPG + penampung) kg kg kg
SA H BA TA L
P1 (I1 ' - DL2 ) kg kg kg
ML P G (P1 - P0 ) kg kg kg
Vr ef (ML P G / D1 5 ) L L L Tanggal Pengujian : ...........................
Laju alir maksimum yg dapat dicapai L/min L/min L/min Petugas :
o o o
TF D C C C 1. .....................................................
VF D L L L
Repeatability % %
VF D1 5 (dengan menekan switch V F D/VF D1 5 ) L L L
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C)
VF D,c (VF D x CtlF D) L L L 2. .....................................................
EF D % % %
Rata-rata Kesalahan Relatif (EF D_A V ) %
EC % % %
Rata-rata Kesalahan Konversi (EC _A V ) %

84
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
DIREKTORA T JENDERA L STA NDA RDISA SI DA N PERLINDUNGA N KONSUMEN
DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No.27 Bandung - 40171
Telp. (022) 4203597 (Hunting), Fax. (022) 4207035

Pompa Ukur tidak dilengkapi dengan


CERA PA N PENGUJIA N POMPA UKUR LPG MENGGUNA KA N MA STER METER
Switch VF D/VF D1 5
o
- Nomor Seri Mast er Met er : - Densit y pada Pompa Ukur :
............................................... .................. kg/L - Temperat ur pada Pompa Ukur : ............ C
o
Pembacaan - Observed Pe : kPa - Observed Temperat ure : o
C - Observed Densit y : kg/L Densit y pada 15 C
Hydromet er - Corect ed Pe : kPa - Corect ed Temperat ure : o
C - Corect ed Densit y : kg/L (D15) : kg/L
Penunjukan Tot alisat or : Tot al Volume Terpakai Penyerahan 1 Penyerahan 2 Penyerahan 3
- Awal : L (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ (Qmaks/Qop/ Cat at an :
- Akhir : L ........................L Qmin) Qmin) Qmin) - C tlFD untuk penyerahan terkompensasi pada
I0 (nilai penunjukan awal alat penampung LPG) kg temperatur 15oC dianggap 1,00

DL1 (imbuh) kg
I0 ' (nilai penunjukan akhir alat penampung LPG) kg
P0 (I0 ' - DL1 ) kg
I1 (nilai penunjukan awal LPG + penampung) kg kg kg
DL2 (imbuh) kg kg kg
I1 ' (nilai penunjukan akhir LPG + penampung) kg kg kg
SA H BA TA L
P1 (I1 ' - DL2 ) kg kg kg
ML P G (P1 - P0 ) kg kg kg
Vr ef (ML P G / D1 5 ) L L L Tanggal Pengujian : ...........................
Laju alir maksimum yg dapat dicapai L/min L/min L/min Petugas :
o o o
TF D C C C 1. .....................................................
VF D L L L
Repeatability % %
VF D1 5 (dengan perhitungan) L L L
CtlF D (menggunakan TF D dan density pada 15o C)
VF D,c (VF D x CtlF D) L L L 2. .....................................................
EF D % % %
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur operasional (EF D_A V ) %
EF D1 5 % % %
o
Rata-rata Kesalahan Relatif pd temperatur 15 C (EF D1 5 _A V ) %
Kesalahan Konversi (EC )
%

85
86

Anda mungkin juga menyukai