Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PERCOBAAN 2
PENERAPAN DIAGRAM FASE KARBON DIOKSIDA DAN AIR DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Disusun oleh :
Nama : Maria Bestanika Nugrahani
NIM : 171444005
Shift/Kelompok : A1/1

Dosen Pengampu:
Johnsen Harta, M.Pd.

Asisten Dosen:
1. Adelina Helena Tara
2. Niken Frydha Wulandary

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP 2018/2019
PERCOBAAN 2
PENERAPAN DIAGARdsAM FASE KARBON DIOKSIDA DAN AIR DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. Judul Praktikum : Penerapan Diagram Fase Karbon Dioksida dan Air dalam
Kehidupan Sehari-Hari
B. Hari dan Tanggal Praktikum : Selasa, 2 April 2019
C. Tujuan Praktikum
1. Memahami digaram fase H2O dan CO2
2. Mempelajari perubahan yang terjadi pada setiap fase untuk H2O dan CO2
3. Mempelajari tentang titik triple, sublimasi, suhu, dan tekanan standar pada diagram
fase H2O dan CO2
4. Mengetahui penerapan diagram fase CO2 dan H2O dalam kehidupan sehari-hari
D. Konteks dan Landasan Teori
1. Konteks
Ketika sebuah truk mengangkut es krim di tengah siang hari yang sangat
panas, menurut Anda bagaimana cara mencegah supaya es krim tidak meleleh
selama perjalanan? Biasanya es krim diangkut dengan menggunakan dry ice.
Pernahkah Anda berpikir mengapa menggunakan dry ice dan bukan menggunakan
es biasa? Es yang diambil dari pendingin es akan meleleh pada suhu ruangan
menjadi cairan dan berubah menjadi gas ketika dipanaskan. Sebaliknya dry ice
menjaga es krim tetap dingin, dan bukannya meleleh, dry ice akan menyublim yang
akan mencegah es krim meleleh selama perjalanan. Perubahan fase dari es dan dry
ice seperti yang disebutkan di atas terjadi pada tekanan 1 atm. Apakah yang akan
terjadi pada es dan dry ice pada temperatur dan tekanan lain?
2. Landasan Teori
Perubahan termodinamika dari suatu fase zat ke keadaan wujud yang berbeda
disebut dengan perubahan wujud zat. Perubahan wujud zat bisa terjadi karena
peristiwa pelepas dan penyerapan kalor. Perubahan wujud zat terjadi ketika titik
tertentu tercapai oleh suatu zat yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu
dimana wujud zat dikelompokkan menjadi 3 yaitu padat, cair, dan gas. Transisi fase
menandakan bahwa terdapat perubahan struktur dan dapat diketahui melalui
perbedaan drastis dari sifat-sifatnya (Sukardjo, 2004).

1
Pada keadaan padat, volumenya tetap karena daya tarik antarpartikel zat
padat sangat kuat. Pada wujud cair, volumenya tetap tetapi bentuk berubah-ubah
sesuai dengan yang ditempatinya karena partikel-partikel penyusunnya sedikit
berjauhan satu sama lain. Sedangkan pada wujud gas, bentuk dan volumenya sesuai
dengan tempatnya karena partikel-partikel gas bergerak acak ke segala arah dengan
kecepatan bergantung pada suhu gas sehingga volumenya selalu berubah (Giancolli,
1999).
Menurut Harris (1991), dry ice adalah bentuk padat dari karbon dioksida
dimana karbon dioksida ini terdiri dari dua atom oksigen yang terikat pada satu
karbon tunggal. Dry ice memiliki sifat tidak mudah terbakar, tidak berbau, dan tidak
berwarna. Senyawa ini dibentuk dari proses perubahan fase CO2 dari gas menjadi
padat. Pada suhu -78,5℃ dan tekanan atmosfer, es kering (dry ice) mengalami
sublimasi. Sublimasi adalah pembentuk zat padat dari fase gas atau padat menjadi
gas tanpa melalui fase cair. Dry ice biasanya digunakan untuk pendingin dan
pemberi efek asap di atas panggung-panggung.
Diagram fase air menunjukkan beberapa keistimewaan pada air dimana kurva
untuk peleburan air menunjukkan kemiringan yang negatif. Akibatnya titik leleh es
menurun dengan meningkatnya tekanan. Keadaan ini merupakan perilaku yang
jarang ditemukan pada zat lain. Keistimewaan air yang lain adalah polimorfisme.
Polimorfisme adalah keberadaan bahan padat dalam bentuk lebih dari satu macam
kristal. Pada umumnya, es terjadi di bawah tekanan dan suhu normal namun bentuk
es yang lain dapat terbentuk jika tekanan dalam keadaan tinggi (Petrucci, 1992).
Pada tekanan 1 atm dengan suhu di bawah 0℃, air akan berwujud padat
dimana pada kenyataannya daerah yang dibatasi oleh garis kesetimbangan padat-
cair dan padat-gas sesuai untuk semua suhu dan tekanan. Begitu juga daerah yang
tergabung pada garis kesetimbangan padar-cair dan cair-gas, maka zat tersebut akan
membentuk cair sedangkan di sebelah kanan dari padat-gas maupun cair gas
berdasarkan diagram fase air, zat terbentuk akan terbentuk gas (Brady, 1999).
E. Eksplorasi
1. Pertanyaan
a. Zat-zat apa sajakah penyusun es dan dry ice?
Es adalah bentuk fase padat dari air yang terdiri dari molekul hidrogen dan
oksigen. Sedangkan dry ice merupakan bentuk fase padat dari karbon dioksida

2
b. Buatlah ilustrasi singkat tentang perubahan fase zat-zat penyusun es dan dry ice
dalam tekanan 1 atm!
Berdasarkan diagram fase dari karbon dioksida, pada tekanan 1 atm dan suhu
ruangan dry ice yang merupakan bentuk fase padat dari karbon dioksida
mengalami penyubliman yaitu fase padat ke fase gas. Proses perubahan fase zat
padat pada karbon dioksida, tidak melewati fase cair namun langsung ke fase
gas karena karbon dioksida yang sering ditemukan di dunia ini dalam wujud gas.
Berdasarkan diagram fase dari air, pada tekanan 1 atm dan suhu ruangan es
yang merupakan bentuk fase padat dari air mengalami perubahan fase dari padat
menjadi cair. Namun saat suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan pada tekanan 1
atm, air mengalami penguapan dari fase cair menjadi gas.
c. Carilah diagram fase zat-zat penyusun tersebut es dan dry ice!

Gambar 1. Diagram fase H2O Gambar 2. Diagram fase CO2


d. Bagaimana posisi titik triple, sublimasi, suhu, dan tekanan standar pada diagram
zat penyusun es?
Titik triple merupakan titik dimana fase padat, cair, dan gas berada dalam
setimbang. Berdasarkan diagram fase air, titik triple air berada pada tekanan 4,58
mmHg dan suhu 0,0098℃ yang ditunjukkan pada titik B. Garis AB merupakan
garis sublimasi air yang merupakan transisi fase padat ke gas dimana di bawah
tekanan 4,58 mmHg dan suhu kurang dari 0,0098℃ air dapat mengalami proses
penyubliman dari fase padat ke fase cair. Biasanya air ditemukan dalam bentuk
cairan sehingga pada diagram fase terlihat jelas bahwa pada tekanan atm dan
suhu air berada dalam bentuk cairan.
e. Bagaimana posisi titik triple, sublimasi, suhu, dan tekanan standar pada diagram
zat penyusun dry ice?

3
Titik triple merupakan titik dimana fase padat, cair, dan gas berada dalam
setimbang. Pada diagram fase karbon dioksida, titik triple ditunjukkan pada titik
X dimana titik triple ini berada pada tekanan 5,11 atm dan suhu -56,4℃.
Sedangkan sublimasi untuk CO2 ditunjukkan pada titik Y dimana tekanan
standar untuk daerah sublimasi adalah 1 atm dengan suhu -78,5℃.
f. Amatilah perubahan yang terjadi pada fase zat-zat penyusun es dan dry ice pada
suhu dan tekanan yang berbeda!
Zat penyusun es adalah air dimana saat es berada di atas 0,0098℃ dan
tekanan berada 1 atm, es mulai mencair. Pada kondisi ini ketika tekanan
dinaikkan maka titik leleh pada air semakin besar. Begitu juga pada kondisi air
mengalami perubahan fase dari cair ke gas. Namun saat proses pembekuan,
ketika tekanan dinaikkan maka titik beku air menjadi turun.
Dry ice adalah bentuk fase padat dari karbon dioksida dimana ketika dry ice
berada di atas -78,5℃ dry ice mengalami penyubliman yaitu dari fase padat ke
fase gas. Bahkan pada suhu ruangan dan tekanan 1 atm, CO2 ditemukan dalam
bentuk fase gas.
g. Bandingkan kedua diagram fase zat-zat penyusun es dan dry ice tersebut!
Pada diagram fase karbon dioksida, titik triple berada pada tekanan 5,11 atm
dan suhu -56,4℃. Sedangkan pada air, titik triplenya berada pada tekanan 4,58
mmHg dan suhu 0,0098℃. Pada tekanan 1 atm, air mampu mengalami
perubahan fase menjadi cair, gas, dan padat dengan mengatur suhunya dimana
titik beku air adalah 0℃ dan titik didih air adalah 100℃. Proses pembekuan
pada air terjadi penyimpangan negatif dimana ketika tekanan dinaikkan maka
titik leleh air menjadi turun, namun untuk proses penguapan dan sublimasi
ketika tekanan dinaikkan maka suhu juga ikut naik.
Pada umumnya karbon dioksida ditemukan dalam wujud gas, sehingga pada
tekanan 1 atm dan suhu ruangan karbon dioksida berada dalam wujud gas.
Berdasarkan digaram fase dari karbon dioksida, ketika tekanan dinaikkan maka
titik beku karbon dioksida dan titik didih karbon dioksida juga ikut naik karena
diagram fase karbon dioksida berada dalam kemiringan positif
2. Alat
a. Gelas kimia
b. Gelas ukur

4
c. Batang pengaduk
d. Baskom
e. Neraca digital
f. Termometer digital
g. Stopwatch
3. Bahan
a. Es batu
b. Dry ice
c. Akuades
d. Sabun
e. Pewarna makanan
F. Rancangan Eksperimen
1. Mengamati perubahan fasa dry ice dan air

200 mL akuades dimasukkan ke dalam 2 gelas kimia 500 mL

5 tetes pewarna makanan berwarna hijau dimasukkan ke dalam 2 gelas kimia


yang telah diisi akuades

5 gram es batu dan 5 gram dry ice dimasukkan ke dalam masing-masing gelas
kimia yang telah disediakan

Suhu dalam gelas kimia diukur menggunakan termometer digital setiap 10 detik

Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat

2. Penerapan diagram fasa karbon dioksida dan air dalam kehidupan sehari-hari

50 mL akuades dimasukkan ke dalam masing-masing gelas kimia

Masing-masing gelas kimia ditambahkan 1 mL sabun

Gelas kimia tersebut dimasukkan ke dalam wadah baskom

5 gram es batu dan 5 gram dry ice dimasukkan ke dalam masing-masing gelas
kimia yang telah disediakan dan diaduk

5
Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat waktu busa terbentuk pada es batu
dan dry ice

G. Data Pengamatan
1. Tabel 1. Perubahan Fase Karbon Dioksida dan Air
Waktu Suhu Perubahan yang terjadi
(detik) Es batu Dry ice Es batu Dry ice
Dry ice mengalami
Es mulai mencair dan penyubliman ketika
0 29,5 °C 29,5 °C
larut dalam akuades dimasukkan ke dalam
gelas kimia
Es batu mencair dan
10 28,3 °C 29,2 °C Dry ice menyublim
larut dalam akuades
Es batu mencair dan
20 28,3 °C 28,9 °C Dry ice menyublim
larut dalam akuades
Es batu mencair dan
30 28,3 °C 28,3 °C Dry ice menyublim
larut dalam akuades
Es batu mencair dan
40 27,1 °C 27,4 °C Dry ice menyublim
larut dalam akuades
Es batu mencair dan
50 27,0 °C 27,3 °C Dry ice menyublim
larut dalam akuades
Es batu mencair dan
60 27,2 °C 27,1 °C Dry ice menyublim
larut dalam akuades

2. Tabel 2. Penerapan Diagram Fase Karbon Dioksida dalam Kehidupan Sehari-


hari
a. Gelas kimia A (air dan es batu)
Perlakuan Pengamatan
50 mL akuades ditambahkan 1 mL
Terdapat gelembung dalam jumlah
sabun ke dalam gelas ukur 100 mL
yang sedikit
lalu ditambahkan 10 gram es batu

6
b. Gelas kimia B (air dan dry ice)
Perlakuan Pengamatan
50 mL akuades ditambahkan 1 mL
Terbentuk gelembung dalam jumlah
sabun ke dalam gelas ukur 100 mL
yang sangat banyak
lalu ditambahkan 10 gram dry ice

H. Pembahasan
Es adalah bentuk fase padat dari air yang terdiri dari molekul hidrogen dan oksigen.
Sedangkan dry ice merupakan bentuk fase padat dari karbon dioksida. Pada percobaan
ini akan dilakukan pengujian terhadap es dan dry ice untuk menganalisis perbedaan
yang terjadi pada diagram fase air (H2O) dan karbon dioksida (CO2), mengetahui titik
triple, sublimasi, suhu, dan tekanan standar pada air dan karbon dioksida, serta
mempelajari penggunaan diagram fase air dan karbon dioksida dalam kehidupan sehari-
hari.
Untuk melaksanakan tujuan dari percobaan ini, sampel yang digunakan adalah es
yang merupakan fase padat dari air dan karbon dioksida yang merupakan fase padat dari
karbon dioksida. Untuk melakukan analisa pada kedua zat tersebut, percobaan ini terdiri
dari 2 bagian yaitu mengamati perubahan fase yang terjadi pada karbon dioksida dan
air serta menerapkan diagram fase air dan karbon dioksida dalam kehidupan sehari-hari.
1. Perubahan fase karbon dioksida dan air
Untuk melakukan analisa terhadap perubahan fase dari karbon dioksida dan
air dilakukan dengan cara akuades yang telah dimasukkan ke dalam gelas kimia
ditambahkan dengan beberapa tetes makanan lalu dry ice dan es dimasukkan ke
dalam masing-masing gelas kimia yang sudah disiapkan dan diamati fenomena yang
terjadi dari kedua gelas kimia tersebut serta suhu dalam gelas kimia diukur setiap 10
detik.
Pada detik ke 10, suhu akuades yang ditambahkan dengan es batu mengalami
penurunan yang awalnya sebesar 29,5 °C menjadi 28,3 °C. Fenomena yang terjadi
ketika akuades ditambahkan dengan es batu adalah es batu mulai perlahan-lahan
mencair dan larut dengan akuades. Di detik ke 20 hingga ke 30, suhu dalam gelas
kimia tidak mengalami perubahan tetap pada suhu 28,3 °C. Ketika di detik ke 40
hingga 50 suhu pada gelas kimia mulai mengalami penurunan namun penurunannya
tidak terlalu drastis. Suhu pada detik ke 40 hingga ke 50 sebagai berikut: 27,1 °C dan

7
27 °C. Tetapi di detik ke 60, suhu pada gelas kimia mengalami kenaikan menjadi
27,2 °C. Pada detik yang terakhir ini, volume air pada gelas kimia bertambah dari
yang sebelumnya. Ini disebabkan es batu dalam akuades mencair, sehingga volume
air dalam gelas kimia bertambah meskipun penambahan volume dalam gelas kimia
tidak terlalu banyak.
Menurut Atkins (1990), es batu yang larut dengan akuades ini disebabkan
dari diagram fase dari air dimana pada suhu dan tekanan standar air, air berada dalam
fase cair. Fase cair merupakan fase yang stabil pada air. Sehingga ketika es
dimasukkan ke dalam akuades yang berada pada suhu ruangan dan tekanan standar
(1 atm) maka es batu akan mencair.
Pada gelas kedua yang berisi akuades dan dry ice juga dilakukan pengukuran
suhu setiap 10 detik dimana suhu awal pada gelas kedua sebesar 29,5 °C. Pada detik
ke 10, suhu dalam gelas kimia mengalami perubahan menjadi 29,2 °C dan dry ice
mulai menyublim serta menghasilkan gas yang berwarna putih yang merupakan gas
karbon dioksida (CO2). Pada detik ke 20 hingga ke 60, suhu dalam gelas kimia
mengalami penurunan dimana suhu pada detik 20 hingga 60 sebagai berikut: 28,9
°C, 28,3 °C, 27,4 °C, 27,3 °C. dan 27,1°C. Fenomena yang terjadi di detik ke 20
hingga ke 60, dry ice terus menyublim sehingga menghasilkan banyak gas berwarna
putih yang merupakan fase stabil dari karbon dioksida. Volume air dalam gelas kimia
tidak mengalami penambahan ataupun pengurangan, ini dikarenakan dry ice tidak
larut dalam akuades namun dry ice mengalami penyubliman.
Pada percobaan ini terjadi perbedaan antara dry ice dan es batu. Perbedaan
yang terjadi dari kedua zat tersebut adalah perubahan suhu setiap detik serta volume
air pada gelas kimia. Pada gelas pertama yang berisi es batu, penurunan suhu dalam
gelas kimia tidak terlalu drastis karena es batu mengalami peleburan (mencair),
namun pada gelas kedua yang berisi dry ice mengalami penurunan suhu yang cukup
drastis. Ini disebabkan karena digaram fase pada karbon dioksida (CO2) dimana
ketika dry ice yang merupakan bentuk fase padat dari karbon dioksida dengan suhu
-78,5 °C dimasukkan ke dalam suhu ruangan dan pada tekanan standar, dry ice akan
menyublim dan menghasilkan gas berwarna putih dan menyebabkan suhu pada
akuades dalam gelas kimia menjadi turun. Pada tekanan standar dan suhu ruangan,
karbon dioksida berada dalam fase gas dimana fase ini merupakan fase stabil dari
karbon dioksida (Fatimah, 2017).

8
Menurut Brown & Bursren (2002), transisi fase dry ice yang langsung
mengalami penyubliman tanpa melewati fase cair dibandingkan es batu juga
dipengaruhi dari gaya interaksi molekul penyusun dari karbon dioksida. Pada air
molekul penyusunnya adalah H2O yang memiliki ikatan hidrogen dan gaya london
yang cukup sehingga es batu harus melewati proses peleburan (mencair). Sedangkan
dry ice yang molekul penyusunnya adalah CO2 dimana molekul penyusunnya tidak
memiliki ikatan hidrogen dan gaya londonnya rendah sehingga cenderung terjadi
proses penyubliman (fase padat ke fase gas) tanpa harus melewati fase cair.

Gambar 1. Hasil pencampuran antara es batu dan air dalam gelas kimia

Gambar 2. Hasil ketika dry ice dimasukkan ke dalam gelas kimia yang
berisi akuades

9
Gambar 3. Pengukuran suhu pada akuades ketika dimasukkan dry ice dan es
batu
2. Penerapan diagram fase air dan karbon dioksida dalam kehidupan sehari-hari
Pada percobaan ini dilakukan untuk menerapkan diagram fase air dan karbon
dioksida dalam kehidupan sehari-hari. Percobaan ini dilakukan dengan cara 50 mL
akuades dimasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan 1 mL sabun kemudian
ditambahkan dengan 10 gram dry ice. Fenomena yang terjadi pada percobaan ini
adalah saat dry ice dimasukkan ke dalam gelas ukur terbentuk gelembung gas dalam
jumlah yang banyak hingga keluar dari gelas. Gelembung gas yang dihasilkan gas
yang mengandung karbon dioksida serta gelembung dari sabun. Ini terjadi karena dry
ice yang memiliki suhu yang dingin berkontak langsung dengan air yang berada pada
suhu kamar akan menyebabkan suhu naik dan terjadi proses sublimasi yaitu dari fase
padat menjadi fase gas dan bereaksi dengan sabun sehingga menghasilkan
gelembung gas.
Menurut Cesa (2005), ketika dry ice dimasukkan ke dalam air maka dry ice
perlahan-lahan akan terbentuk gas yang cukup karena pergerakan gas lebih acak
daripada padatan. Gas yang dihasilkan dari dry ice ketika berkontak langsung dengan
sabun akan menghasilkan gelembung ini dikarenakan gas karbon dioksida bereaksi
dengan sabun.
Percobaan ini juga dilakukan pada air, dimana 50 mL akuades dimasukkan
ke dalam gelas ukur dan ditambahkan dengan 1 mL sabun kemudian 10 gram
dimasukkan ke dalam ukur. Ketika es batu dimasukkan ke dalam gelas ukur,

10
terbentuk gelembung dalam jumlah sedikit. Terbentuk gelembung dalam jumlah
yang sedikit karena es batu larut dalam akuades sehingga jumlah gelembung yang
dihasilkan tidak terlalu banyak dibandingkan pada gelas ukur yang pertama.
Gelembung yang terbentuk disebabkan karena ketika air bereaksi dengan sabun akan
menghasilkan gelembung karena campuran antara sabun dan air akan saling
melarutkan.
Menurut Atkins (1990), es batu yang merupakan bentuk padat dari air jika
dilihat dari diagram fasenya es batu yang berada pada tekanan 1 atm dan suhu
ruangan akan mengalami peleburan (mencair). Namun ketika tekanan yang dinaikan
maka titik leleh pada air akan turun. Ini dikarenakan kemiringan pada diagram fase
air adalah negatif.

Gambar 4. Persiapan percobaan bagian kedua sebelum dimasukkan dry ice


dan es batu

Gambar 5. Hasil reaksi sabun dengan es batu (kiri) dan reaksi dry ice
dengan sabun (kanan)

11
I. Pertanyaan Pascapraktek dan Refleksi
1. Pertanyaan Pascapraktek
a. Dengan menggunakan gambar atau kata-kata, jelaskan bagaimana susunan
molekul berbeda dalam fase padat es dan dry ice!
Dry ice yang merupakan fase padat dari karbon dioskida memiliki susunan
molekul yang rapat karena entropinya kecil namun ketika karbon dioksida
berwujud gas susunan partikelnya berjauhan sehingga terjadi gerakan yang
sangat acak akibatnya entropinya besar. Pada fase padat dari air yaitu es batu
memiliki kepadatan yang lebih kecil dari pada ketika air pada fase air ini
disebabkan pada fase padat dari air terdapat rongga namun susunan molekulnya
juga rapat seperti fase padat dari karbon dioksida, sedangkan pada fase gas air
susunan molekulnya juga saling berjauhan.
b. Jelaskan mengapa fase cair tidak teramati pada dry ice ketika sublimasi
sedangkan ketiga fase teramati dalam es!
Ketika dry ice yang merupakan fase padat dari karbon dioksida berada dalam
suhu ruang dan tekanan standar langsung mengalami penyubliman yaitu dari
fase padat menjadi fase gas. Ini terjadi karena diagram fase pada karbon dan
gaya interaksi yang terjadi pada dry ice. Gaya interaksi pada dry ice memiliki
ikatan hidrogen dan gaya london yang lemah sehingga tidak memungkin dry ice
melewati fase cair. Namun pada air, ‘pada tekanan 1 atm seluruh fase air dapat
terbentuk tergantung pada suhu yang digunakan. Apabila, ingin menguapkan air
dimana air berada dalam fase gas makan suhunya harus berada 100 ˚C. Namun
untuk membekukan air atau air berada dalam fase padat makan suhunya harus
berada pada 0 ˚C dan untuk meleburkan es batu atau fase padat menjadi fase cair
maka dapat dilakukan pada suhu ruangan.
c. Jelaskan semua perubahan fase yang terjadi selama percobaan! Jelaskan dengan
kata-kata atau gambar, bagaimana perubahan susunan molekul yang terjadi!
Perubahan yang terjadi pada dry ice adalah dry ice mengalami penyubliman
ketika berada pada tekanan standar dan suhu normal akibatnya susunan molekul
pada dry ice mengalami perubahan yang awalnya sangat rapat menjadi saling
berjauhan dan acak. Namun pada es batu, ketika di masukkan ke dalam suhu
ruangan dan tekanan standar es batu mengalami perubahan fase menjadi fase

12
jadi akibatnya susunan molekulnya menjadi berubah yang awalnya susunan
molekul sangat rapat menjadi sedikit berjauhan.
d. Bagaimana hubungan posisi titik triple, sublimasi, suhu, dan tekanan stanadar
pada diagram fase zat penyusun es dengan sifat-sifat dari penyusun es dan dry
ice?
Titik triple merupakan titik dimana fase padat, cair, dan gas berada dalam
setimbang. Berdasarkan diagram fase air, titik triple air berada pada tekanan 4,58
mmHg dan suhu 0,0098℃ yang ditunjukkan pada titik B. Garis AB merupakan
garis sublimasi air yang merupakan transisi fase padat ke gas dimana di bawah
tekanan 4,58 mmHg dan suhu kurang dari 0,0098℃ air dapat mengalami proses
penyubliman dari fase padat ke fase cair. Biasanya air ditemukan dalam bentuk
cairan sehingga pada diagram fase terlihat jelas bahwa pada tekanan atm dan
suhu air berada dalam bentuk cairan.
Pada diagram fase karbon dioksida, titik triple ditunjukkan pada titik X
dimana titik triple ini berada pada tekanan 5,11 atm dan suhu -56,4℃.
Sedangkan sublimasi untuk CO2 ditunjukkan pada titik Y dimana tekanan
standar untuk daerah sublimasi adalah 1 atm dengan suhu -78,5℃.
2. Refleksi
Pada percobaan ini membuat saya sadar bahwa diagram fase dari air dan
karbon dioksida dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu melalui
percobaan ini, membuat saya memahami lebih dalam diagram fase dari air dan
karbon dioksida serta mampu membedakan diagram fase pada air dan karbon
dioksida. Untuk melakukan percobaan ini juga perlu diperhatikan dalam
menggunakan APD. APD sangat penting digunakan dalam percobaan ini karena dry
ice memiliki suhu yang sangat rendah apabila kita tidak menggunakan sarung tangan
maka tangan kita akan kesakitan.
J. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Diagram fase pada CO2 memiliki kemiringan yang positif apabila tekanan dinaikan
maka titik lebur, titik sublimasi juga ikut naik. Titik triple pada karbon dioskida
berada pada tekanan 5,11 atm dan suhu -56,4℃. Sedangkan sublimasi untuk CO2
ditunjukkan pada titik Y dimana tekanan standar untuk daerah sublimasi adalah 1
atm dengan suhu -78,5℃.

13
2. Diagram fase dari H2O memiliki kemiringan yang negatif pada fase padat ke cair
atau sebaliknya dimana ketika tekanan dinaikkan maka titik lebur dari air akan turun.
Namun pada fase padat ke gas atau fase cair ke gas memiliki kemiringan yang
positif. titik triple air berada pada tekanan 4,58 mmHg dan suhu 0,0098℃.
3. Dry ice yang diletakkan dalam suhu ruangan akan mengalami proses penyubliman
sedangkan es batu yang diletakkan dalam suhu ruangan akan mengalami proses
peleburan (mencair). Ini disebabkan pada masing-masing diagram fase kedua zat
tersebut.
K. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Brady, J.E. 1999. General Chemistry Principle and Structure 4th Edition. New York:
John Willey & Sons, Inc.
Brown, Theodore, L., & Bursten, B.E. 2002. Chemistry: The Central Sciene 11th ed.
Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Cesa, I. 2005. Solids and Liquids in The Flim Chem TopiTm Lab Series. Flinn scientific
vol.11.
Fatimah, I. 2017. Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepublish.
Giancoli, D.C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Harris, N.C. 1991. Modern Air Conditiong Practice. New York: McGraw-Hill
Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta: Bhineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai