Anda di halaman 1dari 21

Nama : Eunike Oi Sukesti Alamsyah

NIM : 652018032

Kelompok : 5

Praktikum : Rabu , 31 Juli 2019 ( 12.00 – 16.00 )

Judul : Perubahan wujud zat

I. DASAR TEORI

Perubahan wujud zat yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan
wujud yang lain. Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang didapatkan dari
berbagai materi berlainan. Pada dasarnya perbedaan fase ini didasari oleh perbedaan
kualitatif dalam sifat baik dengan keadaan padatan zat untuk mempertahankan bentuk
dan volumenya. Dalam keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi
menyesuaikan dengan wadah tersebut. Sedangkan pada keadaan gas zat mengembang
untuk menempati volume yang tersedia (Giancolli, 1999: 140).

Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai oleh atom atau senyawa zat
tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu. Perubahan wujud zat
dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Perubahan kimia
Perubahan yang menghasilkan zat baru Contoh : Makanan membusuk, pembakaran,
petasan yang meledak, dan fermentasi .

2. Perubahan Fisika
Perubahan yang tidak menghasilkan zat baru yang berubah hanya wujud dan
bentuknya. Contohnya : Es mencair, gula yang dilarutkan kedalam air, air menjadi es.
Pada umumnya dalam perubahan wujud zat tersebut terdapat (3) macam perubahan
umumnya ada tiga wujud zat yaitu ( gas, cair dan padat )
Perubahan fisika di bedakan menjadi 6 peristiwa, yaitu :

a. Membeku
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat
melepaskan energi panas. Contoh peristiwa mencair yaitu air yang dimasukkan dalam freezer
akan menjadi es batu, lilin cair yang didinginkan.
b. Mencair
Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat
memerlukan energi panas. Contoh peristiwa mencair yaitu pada batu es yang berubah
menjadi air, lilin yang dipanaskan.
c. Menguap
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan
energi panas. Contohnya air yang direbus jika dibiarkan lama-kelamaan akan habis, bensin
yang dibiarkan berada pada tempat terbuka lama-lama juga akan habis berubah menjadi gas.
d. Mengembun
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan
energi panas. Contoh mengembun adalah ketika kita menyimpan es batu dalam sebuah gelas
maka bagian luar gelas akan basah, atau rumput di lapangan pada pagi hari menjadi basah
padahal sore harinya tidak hujan.

e. Menyublim
Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat
memerlukan energi panas. Contoh menyublim yaitu pada kapur barus (kamper) yang
disimpan pada lemari pakaian lama-lama akan habis.
f. Mengkristal
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan
energi panas. Contoh mengkristal adalah pada peristiwa berubahnya uap menjadi salju.
( Any Winarsih, dkk. 2008 )
Padatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
kristal dan amorf. Es merupakan padatan kristal memiliki keteraturan yang kaku dan
menjangkau-jauh atom-atomnya, molekul-molekulnya, atau ion-ionnya menempati tempat
tertentu. Padatan amorf seperti gelas tidak memiliki susunan yang tertata baik dan keteraturan
molekul yang menjangkau-jauh (Chang, 2005)

II. TUJUAN

1. Menentukan percobaan baik secara semi kuantitatif maupun kualitatif.

2. Menentukan sifat-sifat zat dan perubahan wujud zat dalam kesetimbangan.

3. Menentukan proses menyublim I2.

4. Menentukan cairan yang terlalu dingin dan terlalu panas.

5. Menentukan reaksi yang terjadi antara es dengan air mendidih.

6. Menentukan tentang zat amorf dan contoh zat amorf.

7. Menentukan tentang tekanan uap jenuh sebagai fungsi suhu.

8. Menentukan tegangan permukaan air pada pipa kapiler.

III. ALAT dan BAHAN

Alat
. Alat
:

1. Kawat nikel 6. Korek api


2. Benang nylon 7. Termometer
3. Gelas beaker 8. Kaca pengantar
4. Cawan petri 9. Tabung reaksi
5. Pembakar bunsen 10. Labu didih
11. Lap basah Bahan :
12. Kaca
1. Es batu
13. Kaki tiga
2. Iodium
14. Kasa kawat
3. Aquadest
15. Mistar
4. Kristal dan cairan hypo
16. Kapiler ( pipa gelas )
( Na2S2O3.5H2O )
17. Silicon rubber

IV. METODE

A. Memotong Es

1. Disediakan kawat nikelin, benang nylon dan balok es.

2. Diukur diameter benang dan kawat serta luas penampang balok es.

3. Digantungkan beban 5 kg dengan benang dan kawat.

4. Dipotong balok es dengan benang dan kawat.

5. Diamati mana yang lebih cepat memotong dan yang terjadi pada es.

B. Menyublim Iodium

1. Dimasukkan sedikit iodium ke dalam gelas piala dan diletakkan sebuah cawan yang
berisi es dan air di atas gelas piala.

2. Dipanaskan iodium dengan waterbath pada suhu 90°C.

3. Diamati kristal iodium yang terbentuk dengan kaca pembesar.

C. Cairan terlalu dingin

1. Disediakan sebuah tabung reaksi berisi cairan hyppo dan diukur suhunya.

2. Dimasukkan sebuah kristal hyppo ke dalam cairan hyppo.


3. Diamati yang terjadi pada cairan hyppo dan dicatat suhu sebelum seluruh hyppo
membeku.

D. Cairan terlalu panas

1. Diisi sebuah labu didih dengan air sampai seperempat bagian.

2. Dididihkan air selama beberapa menit smapai semua udara ditukar dengan uap air.

3. Ditutup labu didih dengan sumbat yang dilengkapi kran.

4. Dibalik labu didih dan didinginkan bagian atas dengan lap yang dibasahi air dingin.

E. Es dengan air mendidih

1. Dimasukkan potongan es kecil ke dalam tabung reaksi.

2. Ditenggelamkan es di dalam tabung reaksi dengan kawat.

3. Diisi tabung reaksi dengan air sampai 2/3 volume tabung.

4. Dipanaskan air pada bagian atas tabung reaksi dengan nyala api yang kecil sampai air
mendidih.

Percobaan F. Zat Amorf

1. Dipanaskan bagian tengah dari sebatang kaca sambil memutarnya di atas nyala api.

2. Diamati perubahan kekerasan pada kaca saat suhu naik.

G. Tekanan uap air jenuh sebagai fungsi suhu

1. Diambil 20 cm pipa gelas AB dengan diameter ± 2 mm.

2. Dibersihkan kapiler dengan baik dan bilas dengan air

3. Dimasukkan ± 2 cm air ke dalam kapiler dan digeser kolom air ini sampai mendekati
kurang dari ½ kapiler AB.

4. Ditutup ujung kapiler A dengan menggunakan silicone rubber.


5. Dipasang sebuah mistar pada AB sehingga panjang (L) dari kolom gas antara ujung A
dengan gelembung air dapat diukur

6. Dimasukkan kapiler AB dengan A di bagian bawah ke dalam gelas piala berisi air dan
es.

7. Ditunggu sampai keadaan termal dan diukur suhu T1 dan diukur panjang jarak
gelembung air dengan ujung A (L1).

8. Diukur tekanan udara laboratorium dengan menggunakan barometer (Pa).

9. Dimasukkan pipa AB ke dalam air dengan suhu ± 60°C.

10. Ditunggu sampai keadaan kesetimbangan termal tercapai dan diukur T2 dan L2.
Dipastikan bahwa kapiler tercelup sampai ke atas kolom air.

11. Diulangi pengukuran ini dengan air yang bersuhu ± 80°C untuk mengukur T3 dan L3.

H. Tegangan permukaan air

1. Diukur diameter dalam dari seluruh kapiler yang dipakai dengan menggunakan
micrometerloop atau dengan cara dihitung selisih berat antara kapiler berisi air dengan
kapiler kosong.

2. Dibersihkan dan membilas kapiler dengan air.


3. Dimasukkan seluruh kapiler ke dalam air dan diukur kenaikan permukaan air di dalam
kapiler.

4. Diukur suhu air yang digunakan.

V. HASIL PENGAMATAN

A.Memotong Es

Panjang es : 18,5 cm

Lebar es : 11,5 cm

Tinggi es : 4 cm

Kawat nikel : beban jatuh lebih cepat dari benang nilon , ( es tidak terpotong )

Ketebalan kawat nikel : 0,3 mm

Ketebalan benang nilon : 0,39 mm

B. Penyubliman Iodium

Warna awal : abu – abu

Setelah dipanaskan : ungu

Terbentuk kristal berwarna hitam di bawah cawan petri

Es mencair

C.Cairan terlalu dingin

Suhu : 300C

Suhu setelah ditambahkan : 330C

Terbentuk kristal

D.Cairan terlalu panas

Terdapat banyak gelembung

Terasa uap panas pada kain panas


E.Es dengan air didih

Es mencair dan mendidih

F.Zat Amorf

Saat dipanaskan kaca semakin lentur dan tidak dapat kembali pada suhu ruang

G.Tekanan uap air jenuh sebagai fungsi suhu

(Jarak mula-mula = 19,8 cm )

BAHAN JARAK ( cm ) SUHU


Air es 19,4 5°C
Air suhu ruang 18,9 25°C
Air panas 16,5 80°C

H.Tegangan Permukaan

Tekanan ruangan : 722 mmHg

DIAMETER Kenaikan permukaan SUHU


air pada kapiler ( cm )
0,4 3,9 28 °C

0,5 3,5 28 °C

1,5 2,3 28 °C

1,7 1,7 28 °C

1,9 1,4 28 °C

2,3 0,7 28 °C
VI.PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini mengenai perubahan wujud zat yang bertujuan untuk menentukan
semi kuantitatif maupun kualitatif , sifat-sifat zat dan perubahan wujud zat dalam
kesetimbangan, proses menyublim I2, cairan yang terlalu dingin dan terlalu panas, reaksi yang
terjadi antara es dengan air mendidih, Menentukan tentang zat amorf, tekanan uap jenuh
sebagai fungsi suhu,dan tegangan permukaan air pada pipa kapiler.hal yang dilakukan
pertama kali adalah pemotongan es ( regelation ), dimana pada kawat nikel dan benang nilon
yang lebih cepat melewati adalah kawat nikel mudah menghantarkan panas karena tekanan
yg diberikan pada es perlahan - lahan akan melelehkam es dan memungkinkan kawat
melewati seluruh balok es tersebut , jejak kawat akan terisi kembali segera setelah tekanan
berkurang , sehingga balok es akan tetap kokoh saat kawat melewatinya sepenuhnya ( Drake ,
1973 ) sehingga dipilih sebagai elemen penghantar yang ideal.Secara teori, jika suatu kawat
dengan ukuran tetap namun hanya mengalami deformasi seharusnya melepaskan kalor yang
sama dengan kawat yang belum mengalami perubahan bentuk apapun, karena benda yang
mengalami deformasi seperti membengkok atau menekuk maka secara ekstrinsik bentuk
benda tersebut berubah, namun secara intrinsik tetap (Sanjaya, 2011). kemudian pada
percobaan kedua yaitu tentang penyubliman iodium pada saat iodium dipanaskan dengan
waterbath hal yang terjadi adalah warna pada iodium berubah menjadi ungu dikarenakan di
iodium tersebut di panaskan dengan menggunakan waterbath kemudian terbentuk kristal
berwarna hitam di bawah cawan petri dikarenakan es yang terdapat pada atas cawan alorji
mencair sehingga menimbulkan efek kristal pada iodium sedang menguap , pada percobaan
ketiga tentang cairan terlalu dingin ketika cairan hypo dimasukkan ke dalam tabung reaksi di
tambahkan dengan kristal hypo menjadi beku hal tersebut dikarenakan volume molar padatan
lebih kecil daripada volume molar cairan. Sehingga titik beku hyppo Tb akan naik (
membeku ).Pada percobaan ke empat yaitu mengenai cairan terlalu panas pada saat labu didih
diisi air panas dan di balik di beri kain basah di atasnya maka akan terjadi proses
pengembunan setelah pengembunan maka akan kembali menjadi panas dalam labunya
sehingga menimbulkan gelembung-gelembung di dalam labu tersebut pada percobaan kelima
es dengan air didih perubahan wujud yg terjadi adalah es tersebut mencair di karenakan es
mencairnya es ini diakibatkan karena kenaikan suhu disekitar es batu tersebut. Pada saat es
batu tersebut, ia akan menerima kalor dari luar sehingga dapat mencairkan es tersebut.
Kemudian pada percobaan ke enam dengan zat amorf ketika kaca di panaskan dia akan
meleleh dikarenakan amorf seperti gelas tidak memiliki susunan yang tertata baik dan
keteraturan molekul yang menjangkau-jauh (Chang, 2005: 378). Pada percobaan ke tujuh
mengenai tekanan uap air jenuh sebagai fungsi suhu ketika kaca di isi dengan air maka yg
terjadi air ketika di panaskan akan naik skalanya dibandingkannair yg diamkan pada air biasa
karena jika dalam keadaan panas itu akan memicu tekanan yg tinggi sehingga suhu air pun
tinggi begitupun sebaliknya , kemudian yang terakhir adalah pada percobaan mengenai
tegangan permukaan pada tiap kaca berdiamter berkisar ( 0,4 ; 0;5 ; 1,5 ; 1,7 ; 1,9 ; 2,3 ) jika
semakin besar diamter pada kaca kapiler maka akan semakim kecil atau sedikit jarak nya.

VII. JAWAB PERTANYAAN

1. Memotong es
Nama lain dalam proses pemotongan es adalah ( regelation ), dimana pada pada benang
diberi beban 5 kg dan benang tersebut dililitkan di es tersebut, sehingga es tersebut
mendapatkan tekanan dari benang sehingga benang dapat memotong es. Karena beban
yang diberi juga, maka dapat menurunkan titik leleh dari es.

Dapat dilihat dari diagram fase diatas bahwa pada suatu tekanan pada es jika semakin besar
maka akan semakin tinggi diagram fasenya .Kemudian dapat dilihat bahwa pada garis padat
ke cair dapat artikan tekanannya sangat besar / berbanding lurus .

b. Dari percobaan ini, pada kawat nikelin juga diberi beban yang sama seperti benang nylon,
kawat memotong lebih cepat dibandingkan dengan benang nylon pada kawat nikel dan
benang nilon yang lebih cepat melewati adalah kawat nikel mudah menghantarkan panas
karena tekanan yg diberikan pada es perlahan - lahan akan melelehkan es dan
memungkinkan kawat melewati seluruh balok es tersebut , jejak kawat akan terisi kembali
segera setelah tekanan berkurang , sehingga balok es akan tetap kokoh saat kawat
melewatinya sepenuhnya
( Drake , 1973 )

2. Hitung tekanan yang disebabkan oleh benang,dalam satuan N/m3 dan atm !

Diketahui :

Es:

 es = 0,98 g/ml

P = 18,5 cm

L = 11,5 cm

T = 4 cm

Lpermukaan es = 616,3 cm2 =0,06163m2

Benang nilon = 0,3 mm

Benang Kawat = 0,39 mm

Dit : P benang dan P kawat

Jawab:

 P benang nilon

5kg  9,8m / s 2 ⁄
P= =
11,5  10 2  0,39mm  10 3

P = 10,9253 x ⁄ = 1092,53

P= x 1 atm = 10,782 atm


 P benang kawat

5kg  9,8m / s 2 ⁄
P= =
11,5  10 2  0,3mm  10 3

P = 14,202 x ⁄ = 1420,2

P= x 1 atm = 14,016 atm

b) Dengan menggunakan persamaan clapeyron, hitunglah penurunan titik lebur yang


disebabkan oleh tekanan ini !

 Benang nylon

P0 = 1 atm T0 = 273,15 K P =10,782 atm


x

a x

-2,708 x =
0,999729 =

Jadi penurunan pada titik leleh = 273,15 k – 273,076 k

= 0,074 k

 Benang kawat

P0 = 1 atm T0 = 273,15 K P = 14,016 atm

H fus T
P = P0 +  ln
Vm fus T0

14,016 atm - 1 atm =

Jadi penurunan pada titik leleh = 273,15 k – 273,076 k

= 0,074 k

3. a. Dibawah gelas piala mengeluarkan gas uap I2 berwarna ungu

b. Pada bagian bawah cawan petri terbentuk seperti kristal dan menempel pada cawan
tersebut

c. Jelaskan menggunakan diagram fase !


Dapat dijelaskan pada diagram diatas bahwa Pada awal mulanya iodium berada di fase padat.
iodium dipanaskan sehingga suhu dan tekanan akan naik berpindah dalam fase gas. Pada fase
gas tersebut iodium yang awalnya padat berubah menjadi gas berwarna ungu. Setelah sampai
pada atas gelas beaker ( pada bagian bawah cawan petri ), iodium tersebut berubah menjadi
kristal hal tersebut dikarenakan diatas cawan terdapat es batu dimana iodium akan mengalami
penurunan suhu sekaligus tekanan. Iodium akan berubah menjadi fase padat kembali (kristal).

4. a. Adanya kenaikan suhu dan menunjukkan bahwa titik beku hyppo lebih besar dari
suhu ruangan sekitar, sehingga hyppo membeku justru saat suhu naik.

b. Karena titik beku cairan hyppo lebih besar dar ipada tekanan pada suhu ruangan,
sehingga untuk menaikkan suhu cairan hyppo perlu ditambahkan kristal hyppo

c. Jelaskan dengan menggunakan diagram fase !

Suhu awal dari larutan hyppo yang kami dapat 32 dibawah dari titik lebur hyppo tersebut
sehingga dapat di jelaskan bahwa suhu yang berada di bawah titik beku hyppo sehingga
hyppo pada keadaan ini tidak membeku. Dan saat dimasukkan kristal hyppo suhu akan
meningkat dan akan berubah menjadi padatan. Dalam hal ini volume molar padatan lebih
kecil daripada volume molar cairan. Sehingga titik beku hyppo Tb akan naik menjadi Tb’
5. a. Pada saat air yang sudah dipanaskan kemudian dibalik labunya dan diberi lap
basah diatasnya

b.Saat pemanasan terdapat uap panas dari pemanasan air tersebut , kemudian saat
diberi kain lap basah maka akan terjadi proses pengembunan setelah pengembunan
maka akan kembali menjadi panas dalam labunya sehingga menimbulkan
gelembung-gelembung di dalam labu tersebut

c. Pada awalnya air merupakan fase cair, kemudian saat dipanaskan maka tekanan dan
suhunya akan meningkat sehingga menjadi fase gas. Kemudian setelah labu dibalik,
maka tekanan diatas air dan suhunya semakin meningkat. Sehingga tidak terjadi
perubahan fase.

d. Pada percobaan ini air dapat dikatakan mendidih pada suhu kurang dari suhu didih
air. Karena air dapat dikatakan mendidih jika tekanan di atas cairan sama dengan
tekanan uap jenuh. Namun pada percobaan tekanan kesetimbangan dalam cairan
lebih kecil daripada tekanan luar, maka cairan dapat mendidih di bawah titk
didihnya (100C).

6. a. Karena es tersebut dapat melebur jika diberi oleh energi kalor ( proses pemanasan )
maka suhu pada es tersebut semakin naik sehingga es mencair atau melebur
menjadi air

b. Keadaan tersebut tidak mungkin diwakili dalam sebuah diagram fase

7. a.Ketika kaca dipanaskan, maka kaca dengan mudah dapat dibengkokan maupun
dibentuk-bentuk hal tersebut dikarenakan saat dipanaskan kaca memiliki struktur
molekul cair. Namun pada saat disuhu ruangan, kaca akan kembali mengeras.

b.Saat kaca dipanaskan akan melebur menjadi cair dan mudah dibentuk.meskipun cair
tapi sifat lelehan kaca atau gelas tidak secair air , jadi sifatnya mengental . Jika
ditiup lelehan pada kaca tersebut mengembang dan berisi dengan udara didalamnya
sehingga kaca maupun gelas dapat terbentuk dengan teknik tiup.

8. . a.

Pada

. = 19,4 cm
15,6 cm 0,156 m

⁄ ⁄

⁄ ⁄

Hitung P udara dalam kapiler pada T2 dan T3 !

dari atas = 35 cm – 18,9 cm

0,161 m

= 100969,422

P udara pada

= 16,5 cm dari atas = 35 cm – 16,5 cm

= 18,5 cm

= 103043,443
c. Hitung tekanan uap jenuh pada T2 dan T3 !

Rumus :

= –p

= 96,258 –P

Pada T2 = 28

= 96,258 - 100,969

= -4,711

Pada T3 = 80

= 96,258 - 103,043

= -6,785

d. P= ( )

-0,3648 =


=

-6203,614 ⁄ =

= -62,036 ⁄

9. Rumusnya :

2
h=
gh
Keterangan :
h = ketinggian pada sampel
p = kerapatan pada sampel
g = gaya gravitasi ( 981 ⁄ )

=½ghr
A.
A. d Kapiler = 0,4 mm ( 4 x 10 -4 ) r= 2 x 10 -4 m ∆h = 3,9.10-2 m
y = 1/2 . p.g.h.r
y = 1/2 . 1000 kg/m-3 . 9,8 m/s2 . 3,9 .10-2 m .2.10-4 m
y = 3,82 x 10-2 n/m

B. d Kapiler = 0,5 mm ( 5 x 10 -4 ) r= 2 ,5 x 10 -4 m ∆h = 3,5.10-2 m


y = 1/2 . p.g.h.r
y = 1/2 . 1000 kg/m-3 . 9,8 m/s2 . 3,5..10-2 m .2,5.10-4 m
y = 4,82 x 10-2 n/m

C. d Kapiler = 1,5 mm ( 1,5 x 10 -4 ) r= 7,5 x 10 -4 m ∆h = 2,3 .10-2 m


y = 1/2 . p.g.h.r
y = 1/2 . 1000 kg/m-3 . 9,8 m/s2 . 2,3 .10-2 m .7,5 .10-4 m
y = 8,45 x 10-2 n/m

D. d Kapiler = 1,7 mm ( 1,7 x 10 -4 ) r= 8,5 x 10 -4 m ∆h = 1,7.10-2 m


y = 1/2 . p.g.h.r
y = 1/2 . 1000 kg/m-3 . 9,8 m/s2 . 1,7.10-2 m .8,5.10-4 m
y = 7,08 x 10-2 n/m

E. d Kapiler = 1,9 mm ( 1,9 x 10 -4 ) r= 9,5 x 10 -4 m ∆h = 1,4.10-2 m


y = 1/2 . p.g.h.r
y = 1/2 . 1000 kg/m-3 . 1,4 m/s2 . 9,5 .10-2 m .2.10-4 m
y = 6,51 x 10-2 n/m
F. d Kapiler = 2,3 mm ( 4 x 10 -4 ) r= 11,5 x 10 -4 m ∆h = 0,7.10-2 m
y = 1/2 . p.g.h.r
y = 1/2 . 1000 kg/m-3 . 9,8 m/s2 . 0,7 .10-2 m .11,5.10-4 m
y = 3,94 x 10-2 n/m

B. Dapat dilihat secara literatur bahwa nilai tegangannya terdapat perbedaan pada hasil
perhitungannya karena perbedaan suhu air yang pada saat kita ukur yaitu 280C
VIII.KESIMPULAN

1. Percobaan kualitatif memiliki tujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang


terdapat dalam uji sampel,sedangkan percobaan semi kuantitatif percobaan untuk
mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel dengan membutuhkan ketelitian yang
tinggi karena apabila tidak teliti maka meyebabkan kesalahan data penelitiannya
2. Perubahan wujudnya bergantung pada perubahan suhu dan tekanan lingkungan zat
tersebut dan juga dapat dilihat pada dengan diagram fase pada setiap zat tersebut
3. Sublimasi terjadi karena apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu rendah untuk
mencegah molekul-molekul ini melepaskan diri dari wujud padat
4. Cairan terlalu dingin apabila zat membeku di bawah titik bekunya sedangkan cairan
dikatakan cairan terlalu panas jika titik zat mendidih di atas suhu titik didih mula-
mula .
5. Pada zat amorf didefinisikan sebagai padatan yang tidak memiliki struktur yang
teratur , karena jika dipanaskan tidak mempunyai bentuk tertentu sehingga akan
mudah dibentuk ke bentuk yang lain
6. Puap air jenuh dan Pudara yang dihitung dari percobaan berbeda cukup jauh dari literatur.
Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa kesalahan yaitu:
kesalahan pada saat praktikum saat menutup ujung kapiler A dengan silicone rubber
ternyata kurang rapat, sehingga ada rongga-rongga yang membuat udara dapat keluar
dan masuk ke dalam kapiler tersebut.
7. Semakin kecil diamater pipa kapiler, maka  h semakin tinggi
8. Tegangan permukaan air pada kapiler :
( 0,4 mm , 0,5 mm , 1,5 mm , 1,7 mm , 1,4 mm , 0,7 mm )
3,82.10-2 N/m , 4,28.10-2 N/m , 8,45.10-2 N/m, 7,06.10-2 N/m,6,51.10-2 N/m,3,94.10-2
N/m
IX.DAFTAR PUSTAKA

Any Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Baharuddin, dkk.1.Kimia Dasar 1. Makassar: UIN Alauddin. 2013

Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti jilid 1. Terj. Suminar Setiati
Achmadi. Jakarta: Erlangga. 2005.

Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti jilid 2. Terj. Suminar Setiati
Achmadi. Jakarta: Erlangga. 2005.

Drake.1973.Kimia fisika dasar.Canada : Elsevier

X. LAMPIRAN

Tugas awal

Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai