Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua benda yang ada di alam ini adalah materi. Materi adalah segala
sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Materi terdiri dari
makhluk hidup dan makhluk tidak hidup, seperti manusia, tumbuhan, hewan, air,
batu, tanah, angin, dan lain-lain. Materi dapat berubah jika dipengaruhi oleh faktor
luar, baik faktor alami maupun faktor yang disengaja oleh manusia. Ketika terjadi
perubahan, materi mungkin mengalami perubahan bentuk, wujud, atau sifat.
Perubahan yang terjadi pada suatu materi ada yang bersifat permanen dan ada
juga yang dapat dikembalikan ke bentuk asalnya (Rohima & Puspita, 2009).
Materi dan perubahannya merupakan bagian dari IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam) yang mempelajari sifat materi, wujud materi, dan perubahan materi. Secara
garis besar wujud materi dikelompokkan menjadi padat, cair dan gas. Benda-
benda di sekitar kita yang tergolong materi contohnya yaitu kursi, buku, air, awan
dan udara. Benda-benda tersebut tergolong materi karena selain menempati ruang
juga mempunyai massa. Suatu materi memiliki sifat-sifat khas yang
membedakannya dengan materi yang lain. Sifat materi terdiri dari sifat fisika dan
sifat kimia. Sifat fisika mencakup wujud dan tampilan materi, sedangkan sifat
kimia mencakup kecenderungan materi untuk berubah dan menghasilkan materi
baru (Arahim & Zaipudin, 2009).
Salah satu bentuk perubahan materi adalah perubahan fisika dan
perubahan kimia. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan
materi baru, yang berubah hanya bentuk dan wujud materi. Meskipun
materi tersebut mengalami perubahan bentuk dan wujud, tetapi sifat fisikanya
masih dimiliki. Perubahan fisika hanya bersifat sementara karena setelah berubah
dapat dikembalikan ke materi asalnya. Misalnya, perubahan air menjadi es ketika
air tersebut dimasukkan ke dalam lemari es. Dalam hal ini, air hanya mengalami
perubahan wujud saja. Ketika es tersebut dikeluarkan lagi dari lemari es, maka es
tersebut akan berubah wujud kembali menjadi air. Perubahan kimia adalah

1
perubahan yang menghasilkan materi baru dengan sifat yang berbeda dengan
materi semula. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Suatu materi yang
mengalami perubahan kimia tidak dapat dikembalikan lagi kepada keadaan
semula. Misalnya, perubahan dari besi menjadi karat besi, sifat dari karat besi
sangat berbeda dengan sifat besi maka karat besi tersebut tidak dapat
diubah lagi menjadi besi (Wasis & Irianto, 2008).
Suatu campuran disusun oleh materi-materi yang memiliki sifat fisika dan
sifat kimia yang berbeda. Berdasarkan perbedaan sifat-sifat materi yang
menyusunnya, maka suatu campuran dapat dipisahkan dengan cara-cara tertentu.
Beberapa hal yang menjadi dasar metode pemisahan campuran adalah ukuran
partikel, titik didih, kelarutan, dan adsorbsi. Campuran dapat tersusun atas
beberapa unsur ataupun senyawa. Komponen-komponen penyusun suatu
campuran tersebut dapat dipisahkan berdasarkan sifat fisika zat penyusunnya.
Contoh campuran antara lain udara, air laut, dan minyak mentah (Sugiarto &
Ismawati, 2008).
Campuran dapat dibedakan menjadi campuran homogen dikenal dengan
nama larutan dan campuran heterogen yang disebut campuran kasar atau
campuran saja. Garam dapur yang di konsumsi merupakan hasil pemisahan dari
campuran air laut. Hal ini karena air laut sebenarnya tersusun atas air, garam, dan
beberapa mineral. Emas ditemukan sebagai bijih emas yang bercampur dengan
tanah, pasir, dan batuan lain. Oleh karena itu untuk mendapatkan emas murni,
perlu dilakukan pemisahan. Metode yang umum dipergunakan untuk memisahkan
campuran antara lain filtrasi, dekantasi, sentrifugasi, evaporasi, distilasi, corong
pisah, kromatografi, sublimasi, ekstraksi, dan daya tarik magnet (Suhardi, dkk,
2009).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan materi?
1.2.2 Apa saja yang tergolong dalam materi?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan perubahan materi?
1.2.4 Bagaimana perbandingan sifat fisika dan kimia pada materi?

2
1.2.5 Bagaimana dimaksud dengan perubahan fisika dan kimia?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan pemisahan campuran?
1.2.7 Apa saja metode pemisahan campuran?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui materi.
1.3.2 Untuk mengetahui penggolongan materi.
1.3.3 Untuk mengetahui perubahan materi.
1.3.4 Untuk mengetahui perbandingan sifat fisika dan kimia pada materi.
1.3.5 Untuk mengetahui perubahan fisika dan kimia.
1.3.6 Untuk mengetahui pemisahan campuran.
1.3.7 Untuk mengetahui metode pemisahan campuran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Materi
Semua benda yang ada di alam ini adalah materi. Materi adalah segala
sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang (memiliki volume). Materi
terdiri dari makhluk hidup dan makhluk tidak hidup, seperti manusia, tumbuhan,
hewan, air, batu, tanah, angin, dan lain-lain. Sebagai contoh, kayu merupakan
materi. Kita dapat melihat maupun menyentuh kayu dengan tangan. Hal ini
menunjukkan bahwa kayu dapat menempati ruang tertentu di alam ini. Kayu ada
berukuran besar, ada juga berukuran kecil. Perbedaan ukuran ini menunjukkan
bahwa materi mempunyai jumlah tertentu. Ukuran yang menunjukkan jumlah
materi disebut massa (Rohima & Puspita, 2009).
Massa suatu materi tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Oleh
karena itu, massa suatu materi (benda) akan selalu tetap dimana pun tempatnya.
Sebaliknya, berat materi akan berubah-ubah tergantung pada tempatnya. Berat
adalah ukuran yang menyatakan besarnya gaya gravitasi bumi yang dialami oleh
suatu materi. Oleh karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, maka berat
materi akan berubah-ubah tergantung pada kedudukan materi tersebut dari pusat
bumi. Semakin mendekati kutub bumi, semakin besar gaya gravitasi bumi,
sehingga berat materi akan semakin besar. Sebaliknya, semakin mendekati daerah
khatulistiwa semakin kecil gaya gravitasi bumi, sehingga berat materi akan
semakin kecil. Jadi, materi yang sama, jika diletakkan pada tempat yang berbeda
gaya gravitasinya, maka beratnya juga akan berbeda (Chang, 2004).

Gambar 2.1 Jika menimbang suatu benda, biasanya menyebutnya dengan berat,
padahal sesungguhnya sedang menimbang massa benda tersebut.

4
(https://www.google.co.id)
Ilmu kimia banyak berhubungan dengan jumlah materi, yaitu massa.
Massa dinyatakan dengan gram (g) atau dengan kilogram (kg) ( 1 kg = 1000 g).
Akan tetapi, tidak semua materi dapat kita lihat maupun kita sentuh. Sebagai
contoh udara, udara merupakan materi yang berupa gas. Lalu, bagaimana kita
dapat membuktikan keberadaan udara? Saat meniup balon karet, berarti
memasukkan udara ke dalam balon, ukuran balon lama kelamaan akan semakin
besar. Hal ini menunjukkan bahwa udara dapat menempati ruang di dalam balon
(mempunyai volume tertentu). Volume suatu benda diukur dengan satuan militer
(mL) atau liter (L) (1 L = 1 dm3 dan 1 L = 1000 cm3 (Winarsih, dkk, 2008).

Gambar 2.2 Udara merupakan materi. Udara dapat menempati ruang di dalam
balon. (https://www. http://2.bp.blogspot.com).
Pada prinsipnya, semua materi dapat berada dalam tiga wujud yaitu padat,
cair dan gas. Padatan adalah benda yang rigid (kaku) dengan bentuk yang pasti.
Cairan tidak serigid padatan dan bersifat fluida, yaitu dapat mengalir dan
mengambil bentuk sesuai wadahnya. Seperti cairan, gas bersifat fluida, tetapi
tidak seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa batas. Ketiga wujud materi
tersebut dapat berubah dari wujud yang satu menjadi wujud yang lain. Suatu
padatan akan meleleh dan menjadi cair, bila dilakukan dengan pemanasan.
Pemanasan lebih lanjut akan mengubah cairan menadi gas. Sisi lain, pendinginan
gas akan mengembunkannya menjadi cairan. Pendinginan lebih lanjut akan
membuatnya menjadi padat (Chang, 2004).

5
Gambar 2.3 Tiga wuud materi. Lilin memberi suatu pemanasan mengubah es
menjadi air dan uap. (https://rinimoeti.wordpress.com)
Ilmuwan juga menggolongkan materi berdasarkan susunan dan sifatnya.
Materi dapat digolongkan menjadi zat, campuran, unsur dan senyawa.
2.1.1 Zat dan Campuran
Zat (subtance) adalah materi yang memiliki susunan tertentu atau tetap
dan sifat-sifat yang tertentu pula. Contohnya adalah air, perak, etanol, garam
dapur (natrium klorida), dan karbon dioksida. Saat ini telah dikenal lebih dari 13
juta zat, dan jumlahnya terus bertambah dengan cepat. Campuran (mixture) adalah
penggabungan dua atau lebih zat di mana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut
mempertahankan identitasnya masing-masing. Beberapa contoh di antaranya
adalah udara, minuman ringan, susu dan semen. Campuran tidak memiliki
susunan yang tetap. Jadi, sampel-sampel udara yang diperoleh dari kota yang
berbeda bisa berbeda susunannya karena perbedaan ketinggian, pencemaran, dan
lain-lain (Suhardi, dkk, 2009).
Campuran bisa homogen atau heterogen, ketika sesendok gula dilarutkan
dalam air, setelah pengadukan yang cukup lama, susunan dari campurannya di
seluruh bagian larutan akan sama. Larutan ini adalah campuran homogen
(homogeneous mixture). Namun dalam jika pasir dicampurkan dengan serbuk
besi, butir pasir dan serbuk besi akan tetap terlihat dan terpisah. Jenis campuran
ini, di mana susunanya tidak seragam disebut campuran heterogen. Penambahan
minyak ke dalam air juga menghasilkan campuran heterogen karena cairannya
tidak memiliki susunan konstan. Campuran homogen dan heterogen dapat dibuat
dan kemudian dipisahkan dengan cara fisika menjadi komponen-komponen
murninya tanpa mengubah identitas dari setiap komponen (Wasis & Irianto,
2008).
2.1.2 Unsur dan Senyawa
Unsur (element) adalah suatu zat yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi
zat-zat yang lebih sederhana dengan cara kimia. Saat ini, sebanyak 113 unsur
telah diidentifikasi, 83 di antaranya terdapat secara alami di bumi. Sisanya telah
dibuat oleh ilmuwan. Kebanyakan unsur dapat bereaksi dengan satu atau lebih

6
unsur lain untuk membentuk senyawa. Mendefinisikan senyawa (compound)
sebagai suatu zat yang tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih yang
terikat secara kimia dengan perbandingan yang tetap. Sebagai contoh, gas
hidrogen terbakar dalam gas oksigen membentuk air, suatu senyawa yang sifat-
sifatnya sangat berbeda dengan sifat dari unsur-unsur pembentuknya. Air tesusun
atas dua bagian hidrogen dan satu bagian oksigen susunan ini tidak berubah dari
manapun air itu berasal, tidak seperti campuran senyawa hanya dapat dipisahkan
dengan cara kimia menjadi unsur-unsur murninya. Hubungan antara unsur,
senyawa dan berbagai golongan materi lainnya dirangkumkan dalam Gambar 2.4
(Chang, 2004).

Materi

Pemisahan dengan
Campuran Zat Murni
metode fisika

Campuran Campuran Senyawa Unsur


homogen heterogen

Pemisahan dengan metode kimia


Gambar 2.4 Penggolongan materi

2.2 Sifat Fisika dan Kimia Materi


Suatu materi memiliki sifat-sifat khas yang membedakannya dengan
materi yang lain. Sifat materi terdiri dari sifat fisika dan sifat kimia. Sifat fisika
mencakup wujud dan tampilan materi, sedangkan sifat kimia mencakup
kecenderungan materi untuk berubah dan menghasilkan materi baru.
2.2.1 Sifat Fisika Materi
Sifat fisika (physical property) adalah sifat berhubungan dengan
perubahan fisis zat itu yang dapat diukur dan diamati tanpa mengubah susunan
atau identitas suatu zat. Sifat fisika yang dimiliki oleh suatu materi dapat diamati

7
secara langsung oleh alat indera kita. Sifat fisika dari suatu materi meliputi wujud
materi, kekerasan, warna, aroma, kelarutannya dalam materi lain, daya hantar
listrik, suhu, dan titik didihnya. Sebagai contoh, kita dapat mengukur titik leleh es
dengan memanaskan es balok dan mencatat suhunya ketika es berubah menjadi
air. Air berbeda dengan es hanya dari penampilannya dan tidak dari susunannya,
sehingga perubahan itu merupakan perubahan fisika; kita dapat membekukan air
untuk memperoleh esnya kembali. Jadi, titik leleh adalah sifat fisika (Arahim &
Zaipudin, 2009).
Sifat-sifat yang tergolong sifat fisika adalah warna; berhubungan dengan
panjang gelombang yang dipantulkan oleh permukaan zat, bau; berhubungan
dengan gas atau uap yang dikeluarkan, rasa; berhubungan dengan komposisi zat
dalam zat, kerapatan; banyaknya massa per satuan volume dinyatakan dalam
g/mL, titik didih; suhu terendah suatu zat cair ketika mulai mendidih, titik lebur;
suhu terendah suatu zat padat ketika mulai melebur, titik beku; suhu terendah
suatu zat cair ketika mulai membeku, daya hantar; berhubungan dengan
kemampuan suatu zat untuk menghantar panas dan arus listrik, kemagnetan;
berhubungan dengan kemampuan suatu zat (biasanya logam) dipengaruhi oleh
suatu medan magnet, kelarutan; berhubungan dengan kemampuan suatu zat untuk
melarut dalam suatu pelarut, dan kekerasan; berhubungan dengan keras lunaknya
suatu zat (Purjiyanta, dkk, 2013).
Beberapa contoh sifat fisika yang dimiliki oleh suatu materi dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Contoh Sifat Fisika Materi
No Materi Sifat Fisika
Wujudnya cair, tidak berwarna,tidak berbau dan
1. Air murni
dapat melarutkan materi lain.
Wujudnya padat, keras, termasuk logam, dapat
2. Tembaga
menghantarkan listrik dan tidak larut dalam air.
Wujudnya padat, mudah sobek, tidak larut dalam
3. Kertas
air dan tidak menghantarkan listrik.
4. Oksigen Wujudnya gas, tidak berwarna, tidak dapat

8
diraba, dan tidak berbau.
Wujudnya padat, rapuh, berwarna putih, rasanya
5. Garam dapur
asin, dan mudah larut dalam air.
(Rohima & Puspita, 2009)
2.2.2 Sifat Kimia Materi
Sifat kimia (chemical property) adalah sifat menunjukkan kemampuan
suatu zat untuk melakukan reaksi kimia, atau sifat yang menyatakan interaksi
antarzat. Sifat kimia merupakan kesanggupan suatu materi untuk membentuk
materi baru yang sifatnya berbeda dengannya. Sifat kimia dari suatu materi juga
dapat diamati, misalnya mudah atau tidak mudah terbakar, dapat atau tidak dapat
bereaksi dengan air, gas, dan materi lainnya. Sebagai contoh, setiap kali kita
merebus telur kita melakukan perubahan kimia. Ketika dikenakan suhu sekitar
100˚C, putih telur dan kuning telur mengalami reaksi yang tidak hanya mengubah
tampilan fisiknya tetapi juga susunan kimianya. Ketika dimakan, telur itu diubah
lagi oleh zat dalam tubuh yang disebut enzim. Tindakan pencernaan merupakan
contoh lain perubahan kimia, yang terjadi dalam proses ini bergantung pada sifat-
sifat kimia enzimnya dan makanan yang terlibat (Wasis & Irianto, 2008).
Sifat-sifat yang tergolong sifat kimia adalah mudah tidaknya suatu zat
terbakar; contoh alkohol mudah terbakar, mudah tidaknya suatu zat terurai oleh
pengaruh panas (kestabilan); contoh air adalah zat yang cukup stabil air dapat
berubah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen pada suhu 2000˚C, mudah
tidaknya suatu zat untuk bereaksi dengan zat lain (kereaktifan); contoh zat asam
dapat bereaksi dengan zat basa menghasilkan garam, dan mudah tidaknya suatu
zat membentuk karat; contoh besi mudah berkarat pada tempat yang lembab
(Purjiyanta, dkk, 2013).
Beberapa contoh sifat kimia yang dimiliki oleh suatu materi dapat dilihat
dalam tabel berikut:

9
Tabel 2.2 Contoh Sifat Kimia Materi
No Materi Sifat Kimia
Tidak dapat dibakar, tidak bereaksi dengan udara
1. Air
dan minyak.
Tidak dapat dibakar, bereaksi dengan udara
2. Besi
sehingga dapat membentuk karat besi.
3. Kertas Dapat dibakar, tidak bereaksi dengan air.
Dapat membakar materi lain, tidak bereaksi
4. Oksigen
dengan CO2.
5. Garam dapur Tidak dapat dibakar, tidak bereaksi dengan udara.
(Rohima & Puspita, 2009)
Semua sifat materi yang dapat diukur dibagi dalam dua golongan yaitu
sifat ekstensif dan intensif. Nilai ekstensif (extensive property) yang terukur
bergantung pada seberapa banyak materi yang diukur. Contoh massa, panjang,
dan volume adalah sifat-sifat ekstensif. Semakin banyak materi maka semakin
besar pula massanya dan semakin besar ukuran suatu materi maka semakin besar
volume materi tersebut. Misalnya, dua keping uang logam mempunyai massa
gabungan yang merupakan jumlah dari massa masing-masing keping uang itu,
dan volume yang ditempati air dalam dua buah gelas merupakan jumlah dari
volume air di tiap gelas tersebut. Nilai terukur dari suatu sifat intensif (intensive
property) tidak bergantung dari jumlah materi yang diukur, suhu adalah sifat
intensif. Misalnya, memiliki dua gelas air yang suhunnya sama. Jika kita
mencampurkan air itu, maka suhu air akan tetap sama dengan suhunya ketika
masih terpisah. Tidak seperti massa dan volume, suhu dan sifat-sifat intensif
lainnya seperti titik leleh, titik didih, dan kerapatan tidak bersifat aditif (Keenan,
1984).

2.3 Perubahan Materi


Perubahan materi merupakan kajian yang cukup penting di dalam ilmu
kimia. Perubahan dapat diketahui dari perbedaan keadaan awal dan keadaan akhir
materi setelah mengalami perubahan. Keadaan yang dimaksud meliputi sifat-sifat

10
maupun strukturnya. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat dua jenis
perubahan materi, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Hal yang perlu
digaris bawahi adalah perubahan fisika dapat menghasilkan perubahan wujud
materi, tetapi tidak menghasilkan materi baru. Adapun perubahan kimia,
menghasilkan materi baru. Pada kehidupan sehari-hari sering melihat peristiwa
perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa
perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa pembusukan makanan atau
perkaratan besi. Peristiwa perubahan materi dengan disengaja, misalnya kertas
yang dibakar atau lilin yang dibakar. Maka dari itu berikut penjelasan perubahan
materi (Winarsih, dkk, 2008).
2.3.1 Perubahan Fisika
Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan materi baru,
yang berubah hanya bentuk dan wujud materi. Meskipun materi tersebut
mengalami perubahan bentuk dan wujud, tetapi sifat fisikanya masih dimiliki.
Perubahan fisika hanya bersifat sementara karena setelah berubah dapat
dikembalikan ke materi asalnya. Ciri-ciri perubahan fisika yaitu tidak terbentuk
zat jenis baru, zat yang mengalami perubahan dapat kembali ke bentuk semula
dan perubahan yang terjadi hanya diikuti perubahan sifat fisika (Purba, 2006).
Beberapa contoh perubahan fisika dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan Bentuk dan Ukuran
Perubahan bentuk terjadi misalnya beras yang ditumbuk menjadi tepung.
Beras yang ditumbuk menjadi tepung, hanya menunjukkan bentuk dan ukuran
yang berubah, tetapi sifat molekul pada beras dan tepung tetap sama. Batu
dipecahkan dengan palu menjadi kerikil dan kayu dipotong-potong kemudian
dirakit menjadi kursi, perubahan tersebut hanya terjadi perubahan bentuk dan
ukuran tidak terjadi perubahan sifat molekul tersebut (Arahim & Zaipudin, 2009).
b. Perubahan Volume
Contoh: raksa atau alkohol dalam termometer memuai jika menyentuh
permukaan yang panas sehingga dapat digunakan sebagai pengukur suhu. Sifat
raksa dan alkohol tidak berubah meskipun mengalami pemuaian.

11
c. Perubahan Bentuk Energi
Energi tidak dapat dihilangkan dan juga tidak dapat diciptakan. Energi
hanya dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lain. Contoh: lampu pijar menyala
dan kipas angin berputar.
d. Perubahan karena Pelarutan
Jika kita membuat es jeruk, terlebih dahulu memeras jeruk untuk
mengambil sari jeruknya, kemudian melarutkan sari jeruk tersebut ke dalam air
dingin. Rasa jeruk setelah dicampurkan dengan air dingin tetap sama. Oleh karena
itu sifat jeruk tidak berubah setelah dilarutkan dalam air, peristiwa ini tergolong
perubahan fisika karena pelarutan. Contoh lain perubahan fisika karena pelarutan
adalah ketika membuat kopi, rasa kopi setelah dilarutkan dalam air tetap sama
atau tidak berubah (Wasis & Irianto, 2008).
e. Perubahan Wujud
Setiap materi memiliki sifat yang berbeda, ketika sesuatu yang dipanaskan
kemungkinan akan mengalami kenaikan suhu, atau perubahan wujud satu ke
wujud yang lain dapat berubah-ubah, dengan demikian, perubahan wujud ada
enam macam yaitu melebur (mencair), membeku, menguap, mengembun dan
menyublim, sedangkan membeku, mengembun, dan deposisi adalah perubahan
wujud zat yang melepas kalor. Berikut penjelasan dan diagram perubahan wujud
zat (Purjiyanta, dkk, 2013):

Gambar 2.5 Diagram perubahan wujud

12
1. Perubahan wujud dari cair ke padat
Perubahan wujud dari cair ke padat dinamakan pula dengan membeku.
Beberapa contoh proses pembekuan yang sering terjadi di sekitar kita adalah
proses pembekuan yang disebabkan oleh penurunan suhu atau perlepasan panas.
Misalnya pembentukan es didalam lemari es atau freezer, perubahan nira (cairan
yang diambil dari pohon kelapa) menjadi gula jawa, pembuatan gula batu, proses
perubahan wujud dari cair ke padat karena penguapan, pembuatan garam, dan
penguapan larutan sari jahe menjadi serbuk jahe instan.

Gambar 2.6 Air yang membeku


(https://www.mejakita.com)
2. Perubahan wujud dari cair ke uap
Perubahan ini dinamakan menguap, perubahan wujud dari wujud cair
menjadi uap karena materi cair memperoleh energi panas yang besar. Contohnya
air yang dimasak mendidih, air laut menguap karena pemanasan sinar matahari,
pakaian basar dijemur menjadi kering dan parfum minyak wangi menguap.

Gambar 2.7 Air mendidih


(https://www.poincianatoday.com)
3. Perubahan wujud padat menjadi cair
Perubahan wujud padat menjadi cair dinamakan mencair atau melebur.
Perubahan ini terjadi karena bertambahnya panas sampai pada titik lelehnya.
Sehingga perubahan dari wujud padat menjadi cair dapat dilakukan dengan cara
pemanasan. Beberapa contoh perubahan wujud dari padat ke cair antara lain es

13
batu yang mencair, es krim yang meleleh, salju yang mencair di musim semi, dan
sebagainya. (Lutfi, 2007).

Gambar 2.8 Es meleleh


(https://www.21.blogspot.contoh-perubahan-kimia-dan-fisika.co.id)
4. Perubahan wujud dari padat menjadi uap/gas
Perubahan wujud dari padat menjadi uap disebut dengan menyublim.
Beberapa materi dapat berubah dari padat langsung menjadi uap, hal ini terjadi
karena panas yang diserap materi tersebut sangat tinggi sehingga tidak ada
kesempatan menjadi cair, melainkan langsung menjadi uap. Misalnya zat yang
sering disebut dengan dry ice. Dry ice sebenarnya merupakan gas karbon dioksida
(CO2) yang dipadatkan dengan tekanan tinggi, sehingga ketika dikeluarkan dalam
tempatnya langsung berubah menjadi uap. Kapur barus yang diletakkan di lemari
pakaian lama-kelamaan akan habis karena berubah menjadi uap.

Gambar 2.9 Dry ice menyublim


(https://www.kompasiana.com)
5. Perubahan wujud dari uap menjadi cair
Perubahan ini dinamakan dengan mencair atau mengembun untuk istilah
uap air menjadi air. Pada pagi hari tentunya kalian sering melihat kabut yang
merupakan uap-uap air. Kabut sangat banyak terdapat di pegunungan terutama
pada malam dan pagi hari. Sistem penyulingan atau destilasi digunakan untuk
memisahkan minyak wangi pada pembuatan parfum.

14
Gambar 2.10 Kabut merupakan uap air
(https://www.firmanriyadi.wordpress.com)
6. Perubahan wujud dari uap menjadi padat
Perubahan wujud dari uap menjadi padat disebut dengan istilah memadat.
Di alam perubahan ini jarang ditemui, sebagai contoh perubahan dari wujud uap
menjadi padat ditemui ketika melakukan percobaan pemisahan dengan sistem
sublimasi. Percobaan sublimasi, kristal iodium (I2) dipanaskan sehingga
membentuk uap. Kemudian uap tersebut akan mengenai cororng kaca yang
dingin, sehingga uap iodium akan segera berubah menjadi padat kembali berupa
kristal-kristal iodium (Suhardi, dkk, 2009).

Gambar 2.10 Percobaan sublimasi pada iodium


(http://dimsologi.blogspot.menyublim-atau-sublimasi.co.id)
2.3.2 Perubahan Kimia
Perubahan kimia sering disebut rekasi kimia adalah perubahan yang
menghasilkan materi baru dengan sifat yang berbeda dengan materi semula.
Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Suatu materi yang mengalami
perubahan kimia tidak dapat dikembalikan lagi kepada keadaan semula. Pada
perubahan kimia susunan zat yang menyusun materi akan mengalami perubahan,
sehingga komposisi zat penyusun materi awal akan berbeda dengan susunan zat
penyusun materi akhir. Sebagai contoh, kayu ketika dibakar akan berubah menjadi
arang, zat-zat yang menyusun kayu berbeda dengan zat yang menyusun arang.
Perubahan dari besi menjadi karat besi, sifat dari karat besi sangat berbeda dengan

15
sifat besi karat besi tidak dapat diubah lagi menjadi besi (Rohima & Puspita,
2009).
Ciri-ciri perubahan kimia yaitu terbentuk zat jenis baru, zat yang berubah
tidak dapat kembali kebentuk semula, perubahan yang terjadi diikuti oleh
perubahan sifat kimia melalui reaksi kimia, dan selama terjadi perubahan kimia
massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat sesudah reaksi (Puriyanta,
2013).
Perubahan kimia yang terjadi pada suatu materi dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Beberapa contoh proses perubahan kimia dalam kehidupan sehari-
hari adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Kimia karena Pembakaran
Pembakaran merupakan peristiwa perubahan kimia, salah satu perubahan
kimia yang sering kita amati dalam kehidupan sehari-hari adalah peristiwa
pembakaran. Pembakaran adalah reaksi kimia antara materi yang terbakar dengan
oksigen. Oleh karena itu, reaksi pembakaran sering disebut reaksi oksidasi. contoh
peristiwa perubahan kimia karena pembakaran, peristiwa kebakaran hutan
merupakan salah satu contoh perubahan kimia akibat pembakaran. Contoh lainnya
adalah pembakaran kembang api, kertas dibakar menjadi abu, Kayu dibakar
menjadi arang dan sebagainya (Puriyanta, 2013).

Gambar 2.11 Ledakan kembang api merupakan contoh perubahan kimia dengan
proses pembakaran. (http://www.ocregister.com)

16
Gambar 2.12 Kertas dibakar menjadi abu
(http://www.ocregister.com)

Gambar 2.13 Kayu dibakar menjadi arang


(http://www.ocregister.com)
Reaksi pembakaran juga banyak digunakan sebagai sumber energi.
Misalnya, pembakaran bensin di dalam mesin mobil dapat menghasilkan energi
gerak sehingga mobil dapat bergerak. Peristiwa perubahan kimia karena
pembakaran juga terjadi di dalam tubuh. Bahan makanan yang telah di makan
diproses dalam tubuh dengan cara pembakaran sehingga menghasilkan energi
yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Proses
pembakaran kimia dalam tubuh dapat dituliskan sebagai berikut.

B Bahan Makanan + N Karbon dioksida +


Oksigen air + energi

Selanjutnya asap, asap terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna.


Pembakaran tidak sempurna terjadi karena oksigen yang tersedia untuk bereaksi
tidak mencukupi sehingga sebagian karbon tidak terbakar. Pembakaran yang tidak
sempurna dapat menghasilkan gas beracun, yaitu karbon monoksida (CO) (Purba,
2006).

17
b. Perubahan Kimia karena Perkaratan
Oksidasi merupakan peristiwa bereaksinya suatu materi dengan oksigen.
Peristiwa teroksidasinya besi sering disebut perkaratan, perkaratan adalah reaksi
kimia antara logam dengan udara (oksigen) dan air. Perkaratan merupakan
peristiwa perubahan kimia karena menghasilkan zat yang baru. Paku yang terbuat
dari besi jika bereaksi dengan udara dan air, maka besi (Fe) tersebut dapat
berubah menjadi karat besi (Fe2O3.nH2O). Sifat besi dan karat besi sangat berbeda.
Besi mempunyai sifat yang kuat, sedangkan karat besi mempunyai sifat yang
rapuh (Sugiarto & Ismawati, 2008). Beberapa peristiwa oksidasi yang sering kita
alami misalnya, perkaratan logam, peristiwa hilangnya warna oleh bahan pemutih,
berubahnya ketela menjadi tape yang mengandung alkohol sehingga terasa enak
dan manis, dan lain sebagainya.

Gambar 2.14 Besi berkarat


(https://www.informasiana.com)
Berbeda peristiwa pernapasan dalam tubuh, pada pernapasan (respirasi)
peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta
menghembuskan/mengeluarkan udara yang banyak mengandung karbon dioksida
sebagai sisa dari oksidasi yang keluar dari tubuh (Mikarjudin, 2007).

Gambar 2.15 Pernapasan dalam tubuh


(https://www.pinterest.com)

18
Faktor-faktor yang mempercepat proses perkaratan antara lain (Arahim &
Zaipudin, 2009):
1. Adanya uap air (udara yang lembap).
2. Adanya uap garam atau asam di udara.
3. Permukaan logam yang tidak rata.
4. Singgungan dengan logam lain.
Peristiwa perkaratan ini menimbulkan banyak kerugian karena benda-
benda yang terbuat dari besi menjadi rapuh dan cepat rusak. Bagaimana cara
mencegah peristiwa perkaratan pada besi tersebut? Peristiwa perkaratan pada besi
dapat dicegah dengan cara:
1. Menghindarkan kontak langsung antara benda yang terbuat dari besi dengan
oksigen atau air. Ini dapat dilakukan dengan cara mengecat, melumuri besi
dengan oli, membalut besi dengan plastik, atau melapisi besi dengan timah.
2. Memperhalus permukaan logam, misalnya diamplas.
3. Mencegah logam agar tidak terkena uap garam atau asam.
4. Menyimpan logam di tempat kering (Arahim & Zaipudin, 2009).
c. Perubahan Kimia karena Pembusukan
Pembusukan adalah peristiwa perubahan kimia karena mikroorganisme.
Contoh perubahan kimia karena peristiwa pembusukan adalah roti yang berjamur,
nasi yang membusuk bahan makanan yang menjadi busuk tersebut tidak akan
kembali ke asalnya, dan susu yang menjadi asam. Pada apel yang membusuk, apel
berubah menjadi bau, berlendir, dan mengeluarkan gas. Oleh karena sifat apel
setelah membusuk berbeda dengan apel sebelum membusuk, maka peristiwa
pembusukan apel dapat dikatakan sebagai perubahan kimia (Suhardi, dkk, 2009).

Gambar 2.16 Roti yang berjamur peristiwa pembusukan


(http://foodsafety-hygiene.blogspot.co.id)

19
Gambar 2.16 Apel yang membusuk peristiwa pembusukan
(http://foodsafety-hygiene.blogspot.co.id)
Ciri-ciri yang menyertai perubahan kimia:
Dalam perubahan kimia (reaksi kimia) biasanya banyak disertai dengan ciri-ciri
sebagai berikut (Puriyanta, 2013):
1. Terjadi perubahan warna
Contoh :

Gambar 2.17 Perubahan warna pada buah tomat


(http://foodsafety-hygiene.blogspot.co.id)
Buah tomat buah tomat yang belum masak berwarna hijau. Buah ini akan
berubah warna menjadi merah saat sudah masak dan siap dipetik. Perubahan
warna ini menunjukkan adanya perubahan komposisi zat dalam buat tomat yang
masih muda dengan buah tomat yang sudah masak.
2. Terjadi perubahan suhu
Contoh :

Gambar 2.18 Perubahan suhu pada larutan


(http://www.ocregister.com)

20
Jika larutan asam klorida dalam tabung reaksi ditambah larutan natrium
hidroksida, suhu campuran akan naik ditandai dengan tabung reaksi yang menjadi
hangan.
3. Timbul gas
Contoh :

Gambar 2.19 Timbul gelembung gas pada telur berisi cuka


(https://www.kompasiana.com)
Jika sebutir telur kita rendam di dalam gelas berisi cuka, akan timbul
gelembung-gelembung gas. Timbulnya gelembung gas ini menunjukkan
terjadinya perubahan kimia yang terjadi pada telur dan cuka.
4. Terjadi endapan
Contoh :

Gambar 2.20 Terjadi endapan pada larutan


(https://www.kompasiana.com)
Larutan timbal (II) sulfat direaksikan dengan kalium iodida akan
menghasilkan endapan kuning timbel (II) iodida.
Zat atau materi dapat akan mengalami perubahan sifat baik sifat fisika
maupun sifat kimia. Hukum dasar kimia yang mengatur tentang perubahan zat
atau materi adalah hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier). Hukum Lavoisier
atau hukum kekekalan massa berbunyi : massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah tetap. Contoh :

21
Zat A direaksikan dengan zat B menjadi zat C dan D, maka jumlah massa zat
sebelum reaksi sama dengan jumlah massa zat setelah reaksi.
Reaksi : A + B C + D
Berdasarkan reaksi tersebut berlaku :
Massa (A + B) = massa (C + D)
Hukum ini menjelaskan bahwa dalam setiap reaksi kimia, zat-zat hanya berubah
susunannya sedangkan massa atau banyaknya zat adalah tetap. Jadi, tidak ada
massa zat-zat yang hilang atau bertambah (Lutfi, 2007).

2.4 Manfaat Perubahan Materi


Hampir semua industri, mulai dari yang berteknologi sederhana (misalnya
industri tahu) hingga yang berteknologi tinggi (misalnya pembuatan pesawat
terbang) menerapkan prinsip-prinsip perubahan fisika dan perubahan kimia.
Perubahan kimia dan perubahan fisika terkadang terjadi secara bersamaan,
misalnya pada pembakaran lilin. Lilin terbakar menghasilkan nyala dan asap
hitam (karbon). Hal ini menunjukkan terjadinya reaksi kimia. Di sisi lain, terjadi
pula perubahan fisika yaitu lilin meleleh menjadi cair (Wasis & Irianto, 2008).
Perubahan fisika berperan penting dalam industri obat-obatan atau
farmasi, yaitu dalam proses ekstraksi zat-zat aktif yang terkandung dalam bahan
alam. Zat-zat aktif ini berguna untuk bahan baku obat, senyawa yang terkandung
dalam dedaunan atau akar-akaran dikeluarkan menggunakan pelarut tertentu
dalam alat khusus. Contoh lain, menyeduh kopi dengan air panas merupakan
ekstraksi kafein dari kopi agar larut dalam air. Kafein bersifat larut dalam air
panas, seperti halnya perubahan fisika, perubahan kimia pun banyak manfaatnya.
Hampir semua industri yang memproduksi bahan baku menggunakan prinsip-
prinsip perubahan kimia atau reaksi kimia. Dalam industri plastik, zat-zat organik
yang bersumber dari gas alam dan minyak bumi diubah melalui reaksi dan proses
kimia menjadi plastik, misalnya polietilen (PE), polipropilen (PP), dan
polivinilklorida (PVC) (Wasis & Irianto, 2008). Berikut penjelasan yang lebih
jelasnya akan dibahas pada pemisahan suatu campuran.

22
2.5 Pemisahan Campuran
Campuran yang dapat dipisahkan sehingga didapatkan kembali dua atau
lebih zat yang membentuk campuran. Metode yang umum dipergunakan untuk
memisahkan campuran antara lain filtrasi, dekantasi, sentrifugasi, evaporasi,
destilasi, sublimasi, ekstraksi, kromatografi, dan kristalisasi. Agar lebih jelas,
berikut akan dibahas beberapa metode tersebut (Puriyanta, 2013).
2.5.1 Filtrasi (Penyaringan).
Filtrasi adalah suatu metode memisahkan zat padat yang ada pada suatu
campuran baik campuran yang berwujud cair maupun gas dengan menggunakan
suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak
mungkin zat padat halus yang terdapat dalam campuran. Misalnya, pada
pembuatan santan kelapa. Santan kelapa dibuat dengan cara memisahkan
campuran santan, air, dan ampas kelapa dengan menggunakan saringan. Dengan
menggunakan saringan yang berpori-pori kecil, santan kelapa dapat melewati
lubang saringan dan ampas kelapa tertahan dalam saringan (Wasis & Irianto,
2008).
Filtrasi biasa dilakukan pada skala laboratorium sampai skala pilot
plant/industri baik dengan cara batch (bertahap) maupun continue
(berkesinambungan) (Arifah, 2008).
1. Filtrasi Skala Laboratorium
Filtrasi digunakan untuk memisahkan campuran heterogen zat padat yang
tidak larut dalam cairan. Penyaringan menggunakan corong gelas dan kertas
saring dan hasil saringan disebut filtrat.

Gambar 2.21 Filtrasi skala laboratorium

23
2. Filtrasi Skala Industri

Gambar 2.22 Filtrasi skala industri


Peralatan filtrasi digunakan harus diperiksa dahulu supaya tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan pada waktu beroperasi, misalnya penyaring tidak
berfungsi secara optimum.
Daya filtrasi adalah kemampuan jumlah cairan atau gas yang menerobos
per satuan waktu. Daya filtrasi dipengaruhi oleh (Setyawati, 2008):
1. Luas Permukaan Penyaring
Jumlah filtrat (hasil saringan) per satuan waktu berbanding lurus dengan
luas permukaan alat penyaringnya. Artinya Semakin besar luas penyaringnya,
semakin besar pula daya filtrasinya.
2. Perbedaan Tekanan yang diberikan
Perbedaan tekanan adalah berbedanya gaya pendorong yang diberikan oleh
masing-masing zat pada setiap proses filtrasi. Secara teoritis, daya filtrasi
sebanding dengan beda tekanan.
3. Kerapatan Dari Penyaring
Bahan atau media penyaring yang berpori memiliki banyak saluran
(kapiler/ pori). Kerapatan bahan atau media terhadap aliran yang menembusnya
semakin kecil apabila diameter kapiler (pori) semakin besar, yang berarti jumlah
kapiler per satuan luas semakin sedikit. Kerapatan bahan atau medianya juga
semakin kecil jika kapiler semakin pendek. Ini berarti bahwa semakin tipis dan
kasar media filter itu, semakin besar daya filtrasinya.
4. Viskositas (kekentalan) cairan
Semakin kecil tingkat kekentalan suatucairan, semakin besar daya
filtrasinya. Tingkat kekentalan dapat dikurangi dengan cara meningkatkan

24
suhunya, namun sering mengakibatkan menggembung alat penyaringnya,
terjadinya proses korosi yang lebih cepat pada alat penyaringnya atau kristal-
kristal tadi kembali melarut.
Gaya pendorong yang terdapat pada alat penyaring merupakan salah satu
syarat dalam sebuah proses filtrasi. Berdasarkan gaya pendorong ini, penyaring
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam (Arifah, 2008), antara lain :
1. Penyaringan Gravitasi (Gravity Filter)
Penyaring Gravitasi merupakan tipe yang paling tua dan sederhana yang
tersusun atas tangki-tangki yang bagian bawahnya berlubang-lubang dan diisi
dengan pasir-pasir berpori, dimana zat akan mengalir secara laminer (sejajar) dan
digunakan untuk proses dengan zat dalamjumlah yang besar dan mengandung
sedikit padatan. Contohnya : pada pemurnian air. Tangki pada penyaring ini
biasanya terbuat dari kayu, bata atau logam tetapi untuk pengolahan air biasa
digunakan beton. Saluran dibagian bawah yang berlubang mengarah pada filtrate
(hasil saringan), saluran itu dilengkapi dengan pintu atau keran agar
memungkinkan backwashing (membersihkan penyaring dengan sendiri) dari dasar
pasir untuk menghilangkan padatan-padatan yang terakumulasi. Bagian bawah
yang berlubang tertutup oleh batuan atau kerikil setinggi 1 ft atau lebih untuk
menahan pasir. Pasir yang biasa digunakan dalam pengolahan air sebagai alat
penyaring adalah pasir-pasir kuarsa (pasir putih) dalam bentuk yang sama. Kokas
yang dihancurkan biasanya digunakan untuk menyaring asam sulfur. Batu kapur
biasanya digunakan untuk membersihkan cairan organik baik dalam filtrasi
maupun adsorbsi.

Gambar 2.23 Penyaring Gravitasi

25
2. Penyaring Tekanan (Pressure Filters)
Penyaring tekanan merupakan suatu mesin pres bersaringan berisi satu set
plat yang didesain untuk menyediakan serangkaian ruang atau kompartemen yang
di dalamnya terkumpul padatan. Plat-plat tersebut dilapisi medium penyaring
seperti kanvas. Lumpur dapat mencapai tiap-tiap kompartemen dengan tekanan
tertentu. Cairan akan mengalir melalui kanvas dan keluar ke pipa pembuangan,
meninggalkan padatan basah dibelakangnya. Penyaring tekanan terbagi menjadi
Penyaring Plat berongga (recessed plate) dan penyaring plat bingkai (plate and
frame).

Gambar 2.24 Penyaring Tekanan


3. Penyaring vakum (Vacuum filters)
Filtrasi vakum adalah teknik untuk memisahkan produk yang padat dari
campuran reaksi pelarut atau cair. Campuran padat dan cair dituangkan melalui
kertas penyanring dalam corong Buchner. Zat padat akan terperangkap pada
penyaring dan cairan tersebut ditarik melalui corong ke dalam labu di bawah ini,
dengan ruang hampa.
Proses pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan, jika jumlah
partikel padatnya lebih besar dibandingkan dengan cairannya. Penyaring vakum
dipakai untuk suatu ukuran besar, jarang digunakan untuk pengumpulan endapan-
endapan kristal atau penyaring steril. Penyaring vakum kontinu dapat menangani
beban kotoran yang tinggi dan pada suatu basis volume, dalam hal biaya cairan
yang disaring per galon murah. Dalam mengerjakan system penyaring drum
kontinu, vakum dipakai untuk drum (tong) tersebut, dan cairan mengalir melalui
lajur kontinu. Zat padat dikumpulkan pada akhir lajur tersebut (Setyawati, 2008).

26
Gambar 2.25 Penyaring Vakum
4. Penyaring Sentrifugal (Centrifugal filters)
Sentrifugasi adalah suatu proses pemisahan dengan menggunakan gaya
putaran atau gaya sentrifugal. Partikel dipisahkan dari liquid dengan adanya gaya
sentrifugal pada berbagai variasi ukuran dan densitas (massa jenis) campuran
larutan. Sampel dimasukkan ke dalam keranjang berputar yang memiliki dinding
bercelah atau berlubang yang dilapisisuatu medium penyaring seperti kanvas atau
kain logam. Tekanan yang dihasilkan dari gaya sentrifugal memaksa cairan
melewati medium penyaring, meninggalkan padatannya. Jika sampel yang masuk
ke dalam keranjang dihentikan dan padatan bahan berpori diputar untuk waktu
yang singkat, kebanyakan cairan residu di dalam bahan berpori mengalirkan
partikel sehingga padatan lebih kering daripada penyaringan untuk mesin pres
bersaringan (filter press) atau penyaring vakum (vacuum filter). Ketika material
yang tersaring harus dikeringkan secara berurut dengan alat pemanas, pemakaian
penyaring ini dapat dipertimbangkan sebagai langkah yang lebih ekonomis
(Arifah, 2008).

Gambar 2.26 Penyaring Sentrifugal

27
2.5.2 Dekantasi
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alat alternatif selain filtrasi
untuk memisahkan cairan dan padatan. Dekantasi merupakan suatu cara
pemisahan antara cairan dan padatan yang paling sederhana yaitu dengan
menuangkan cairan perahan-lahan sehingga endapan tertinggal dibagian dasar
wadah tersebut.
Metode pemisahan campuran jenis ini memang terbilang lebih cepat
daripada filtrasi, namun hasilnya masih kurang efektif dan sempurna. Hasil akan
menjadi lebih efektif bila ukuran zat padat jauh lebih besar, misalnya campuran
air dengan kerikil atau air dengan pasir. Akan tetapi, jika ukuran partikel zat padat
relatif lebih kecil maka cara dekantasi ini kurang tepat digunakan, karena ada
kemungkinan bahwa zat padat yang diendapkan akan ikut tercampur ketika
dituangkan. Jadi metode yang lebih tepat digunakan pada zat padat yang ukuran
partikelnya relatif lebih rendah yaitu dengan cara penyaringan atau filtrasi
(Setyawati, 2008).

Gambar 2.27 Proses dekantasi. (www.google.com)


Proses pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya untuk memisahkan campuran heterogen antara pasir dan air dilakukan
dengan cara dekantasi yaitu dengan membiarkan pasir mengendap dibawah dan
diperoleh kembali air yang murni dan jernih. Campuran antara air dan pasir dapat
dipisahkan dengan cara diendapkan.
Tabel 2.3 Perbedaan Filtrasi dan Dekantasi
No. Pembeda Filtrasi Dekantasi
1. Teknik Pengerjaan Menggunakan Memisahkan campuran
membran berpori yang tidak bercampur
sebagai filter dengan cara menuang

28
atau memipet
2. Sifat-sifat zat Berdasarkan ukuran Berdasarkan ukuran
partikel partikel
3. Hasil Lebih sempurna Kurang sempurna, karena
terutama dengan hanya menuang masih ada
filtrasi yang kemungkinan tertinggal
dimodifikasi
4. Tingkat Sederhana hingga Sangat sederhana
kerumitan rumit
(Setyawati, 2008).
2.5.3 Sentrifugasi
Cara untuk memisahkan suspensi adalah dengan membiarkannya hingga
mengendap. Setelah beberapa saat, partikelpartikelnya mengendap sehingga
cairannya dapat dituang. Akan tetapi banyak partikel suspensi yang terlalu kecil
untuk disaring tetapi juga tidak dapat mengendap. Hal ini karena partikel- partikel
padatan tersebut dipengaruhi oleh gerakan molekul cairan yang sangat cepat.
Suspensi yang sulit dipisahkan ini dapat dipisahkan dengan sentrifugasi.
Tabung sebagai wadah suspensi dikunci pada gagang atau rotor untuk mengitari
sebuah alat atau mesin pemutar. Batang vertikal di tengahnya diputar dengan
motor listrik. Batang itu berputar dengan sangat cepat. Tabung akan mengayun
dengan cepat tetapi mulut tabung tetap menghadap ke tengah. Sentrifugasi yang
terkecil dapat memutar dengan kecepatan 2.000 putaran/menit (rpm). Sentrifugasi
dapat digunakan untuk memisahkan susu menjadi susu krim dan susu skim.
Sentrifugasi juga dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen darah
(Wasis & Irianto, 2008).

29
Gambar 2.28 (a) Darah sebelum disentrifugasi, (b) darah setelah
sentrifugasi. (c) Komponen penyusun darah terpisah
setelah disentrifugasi. (Wasis & Irianto, 2008)
2.5.4 Evaporasi (Penguapan)
Garam dapat diperoleh dari air laut dengan proses penguapan atau
evaporasi. Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sampai zat pelarutnya (air)
menguap dan meninggalkan zat terlarut (garam). Proses pemisahan dengan cara
penguapan ini dapat terjadi karena zat terlarut (garam) memiliki titik didih yang
lebih tinggi daripada zat pelarutnya (air) (Wasis & Irianto, 2008).

Gambar 2.29 Memisahkan campuran dengan cara evaporasi.


(Wasis & Irianto, 2008)
2.5.5 Destilasi (Penyulingan)
Desain Ar-Razi ini menjadi inspirasi yang memungkinkan rancangan
destilasi skala micro, The Hickman Stillhead, dapat terwujud. Jabir Ibnu hayyan
(721-815 SM) atau yang lebih dikenal dengan ibnu jabir juga turut
mengembangkan berbagai peralatan proses destilasi yang lebih modern dan
lengkap dibandingkan yang disusun oleh Ar-Razi. Peralatan Ibnu Jabir tersebut
yang hingga kini masih dipakai. Kemudian teknik detail diuraikan secara jelas
oleh Al-Kindi (801-873) (Kamilati, 2006).

30
Gambar 2.30 Alembik, alat distilasi pertama kali rancangan Ar-Razi.
(www.google.com)
Penyulingan atau destilasi adalah proses pemisahan campuran zat cair
yang didasarkan pada perbedaan titik didih zat. Proses pemisahan campuran
dengan cara penyulingan dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan
pengembunan. Mula-mula campuran yang akan dipisahkan dipanaskan hingga di
atas titik didih zat yang akan dipisahkan. Oleh karena zat yang akan dipisahkan
memiliki titik didih yang lebih rendah daripada larutan, maka zat tersebut akan
menguap terlebih dahulu. Uap yang terbentuk kemudian didinginkan sehingga
menjadi cairan. Cairan yang dihasilkan selanjutnya ditampung dalam suatu wadah
sebagai distilat (Sugiarto & Ismawati, 2008).
Contoh pemisahan campuran dengan cara destilasi, antara lain:
memperoleh bensin dari campuran antara air dan bensin, memperoleh air murni
dari campuran air yang sudah terkotori zat padat yang larut didalamnya,
memperoleh air dari campuran air dan garam (Wasis & Irianto, 2008). Adapun
pembagian-pembagian dari destilasi adalah :
1. Destilasi Normal
Destilasi Normal atau biasa disebut dengan destilasi sederhana, digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang dapat menguap dibawah 130℃ .
Ketika Tekanan uap dari cairan yang dipanaskan sudah sama dengan tekanan
udara di permukaan cairan, maka pendidihan akan terjadi pada destilasi normal.
Proses destilasi normal ini menggunakan cairan sebagai media panas, cairan yang
akan di destilasi permukaan harus lebih rendah agar pemanasannya merata
sehingga penguapannya akan sempurna (Kamilati, 2006).

Gambar 2.31 Rangkaian alat destilasi normal

31
Berbeda proses destilasi pada minyak atsiri dimana umumnya minyak
atsiri memiliki titik didih yang lebih rendah sehinnga untuk mendestilasikan
minyat atsiri tersebut menggunakan sistem trapping. Dengan sistem trapping uap
yang terbentuk dibiarkan naik selanjutnya didinginkan dengan pendingin tegak
sehingga proses pengembunan yang terjadi lebih banyak hasilnya ditampung
sebagai tetesan dari pendingin. Destilasi ini merupakan modifikasi dari destilasi
normal yang sangat cocok digunakan untuk pengambilan minyak atsiri (Ibrahim
& Marham, 2013).

Gambar 2.32 Peralatan Destilasi Minyak Atsiri dengan pendingin tegak.


(www.google.com)
2. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air
dan titik didihnya cukup tinggi. Jika suatu zat dapat dengan mudah terurai dan
terjadi kerusakan pada titik didihnya, dapat didestilasi dengan menggunakan
destilasi uap. Destilasi uap digunakan dengan cara tekanan uap yang akan
didestilasi ditambah melalui pemberian tekanan uap yang tinggi. Destilasi uap
umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa organik yang terdestilasi uap
(volatile), tidak bercampur dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada
100˚C dan mengandung pengotor yang tidak atsiri (nonvolatile).
Destilasi uap juga bertujuan untuk menyaring serbuk simplisia yang
mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal. Pada proses pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat
aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka pemurnian dilakukan dengan
destilasi uap. Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan
uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian didalam

32
suatu sistem, sehingga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang
mengalir. Contoh dari proses destilasi uap adalah pengekstraksan beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan (Gozan, 2006).

Gambar 2.33 Rangkaian alat destilasi uap. (www.google.com)


3. Destilasi Vakum
Destilasi vakum dapat digunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih tinggi. Proses destilasi ini dapat dilakukan dengan cara
pengurangan tekanan (vakum) sehingga pendidihan terjadi pada tekanan uap yang
rendah atau titik didihnya menjadi turun (rendah).
Contohnya suatu senyawa dengan titik didih 100℃ pada 760 mmHg
(atm), maka pada 40 mmHg menjadi 34℃, pada 17 mmHg sampai 20 mmHg.
Pada12 mmHg menjadi 15℃ dan pada 9 mmHg menjadi 10℃ untuk menentukan
konversi titik didih biasanya dapat diaplikasikan dengan menggunakan tabel
konversi titik didih pada tekanan atsmosfir dan juga pada berbagai takanan yang
biasanya sudah tersedia di laboratorium, sedangkan untuk pengurangan tekanan
atua vakum rangkaian alat distilasi dapat dihubungkan ke pompanya, cara ini
digunakan untuk distilasi kurang dari tiga fraksi (Ibrahim & Marham, 2013).

33
Gambar 2.34 Destilasi Vakum. (www.google.com)
4. Destilasi Bertingkat
Destilasi bertingkat adalah proses pemurnian zat cair dimana zat
pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda
jauh dengan titik didih zat yang akan dimurnikan. Destilasi ini bertujuan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-
komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Contohnya pemisahan
pada campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dan lain-lain.
Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya destilasi ini sama dengan destilasi sederhana, hanya
saja memiliki sedikit perbedaan yaitu adanya kondensor yang lebih banyak
sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih
yang bertekanan. Sehingga pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang
lebih murni, karena melewati kondensor yang banyak. Salah satu contoh
pengaplikasian pemisahan dengan destilasi bertingkat adalah pemisahan minyak
bumi (minyak mentah) (Gozan, 2006).

Gambar 2.35 Rangkaian alat destilasi bertingkat. (www.google.com)


2.5.6 Sublimasi
Salah satu perubahan wujud yang dapat digunakan untuk pemisahan
campuran adalah menyublim atau sublimasi. Sublimasi adalah perubahan wujud
zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat
diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas.
Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan berubah wujudnya
menjadi padat. Peristiwa menyublim sebenarnya sering kita jumpai dalam

34
kehidupan sehari-hari, hanya saja kita menganggapnya sebagai peristiwa biasa
yang barangkali tidak memberikan manfaat apapun. Salah satu peristiwa yang
sering terjadi yaitu proses penguapan pada kapur barus (menyublim). Kapur barus
yang digunakan untuk melindungi pakaian lama kelamaan habis tanpa berubah
menjadi fase cair terlebih dahulu. Senyawa yang sangat mudah menyublim pada
suhu kamar yaitu padatan CO2 dan Iodin, dan beberapa senyawa lainnya akan
menyublim jika suhu dinaikkan (Suhardi, dkk, 2009).
Selain itu sublimasi merupakan teknik pemurnian senyawa yang
didasarkan pada volatilitas suatu zat. Volatilitas adalah kemampuan zat untuk
berubah fase dari padat menjadi gas. Zat-zat yang bersifat volatil akan menguap,
sedangkan yang bersifat nonvolatil tidak akan mengalami sublimasi. Oleh karena
itu, apabila kita ingin memurnikan suatu padatan, maka kita harus mengetahui
terlebih dahulu kandungan padatan tersebut dan volatilitasnya. Sublimasi
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu proses sublimasi alami dan proses sublimasi
secara buatan, antara lain (Arifah, 2008):
1. Sublimasi secara Alami
Proses sublimasi yang terjadi secara natural (alami) akibat dari proses
alam itu sendiri. Misalnya sublimasi belerang yang terjadi pada kawah-kawah
gunung berapi. Kawah tersebut selalu melepaskan gas vulkanik dengan
konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat. Belerang
tersebut dihasilkan dari hasil sublimasi gas-gas belerang yang terdapat dalam asap
solfatara (asap yang berasal dari kawah) yang bersuhu sekitar 200 °C. Ketika asap
tersebut menuju atmosfer maka udara dingin dipegunungan akan mengkondensasi
secara alami gas yang mengandung belerang.

Gambar 2.36 Sublimasi alami. (www.google.com)

35
2. Sublimasi Buatan
Proses ini dapat terjadi pada skala industri dan skala laboratorium.

Gambar 2.37 Sublimasi buatan. (www.google.com)


2.5.7 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan campuran dengan melarutkan
bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah
perbedaan kelarutan bahan dalam pelarut tertentu. Ekstraksi juga merupakan
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari
bahan yang dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa yang aktif
terdapat dalam berbagai simplisia (sampel) yang dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkanoida, flavonoida dan lain-lain (Rohima & Puspita,
2009).
Dalam teknik ekstraksi, perlu diperhatikan jenis-jenis ekstraksi yang akan
dilakukan untuk mendapatkan senyawa organik yang diinginkan. Jenis-jenis
ekstraksi adalah sebagai berikut (Rohima & Puspita, 2009) :
1. Ekstraksi Padat-Cair
Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi padat cair dengan perantara
suatu zat pelarut yang memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan
menggunakan suatu pelarut cair. Proses ini dimaksud untuk mengeluarkan zat
terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang
membuat padatan terkontaminasi. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala
besar terutama di bidang industri bahan alami dan makanan, misalnya untuk
memperoleh bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk
keperluan farmasi. Adapun contoh ekstraksi yang dilakukan pada ekstraksi padat-

36
cair ini, yaitu gula dari umbi, minyak dari biji-bijian, kopi dari biji kopi, dan lain-
lain. Jenis ekstraksi padat-cair terbagi menjadi tiga yaitu (Safrijal & Munandar,
2016) :
a. Maserasi
Maserasi merupakan pemisahan yang sederhana melalui proses
pendinginan, dilakukan dengan cara merendam simplisia (sampel) dalam pelarut.
Sampel yang telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama
beberapa waktu. Kemudian disaring dan hasilnya dapat berupa filtrat. Proses ini
dapat dilakukan dengan dan tanpa pengocokan, pemanasan maupun ultrasonik.

Gambar 2.38 Maserasi. (sumber: Hasil Praktikum)


b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Prinsip
kerjanya sama dengan maserasi yakni dengan melakukan perendaman. Tetapi
dalam perkolasi, waktu yang dipergunakan hanya dalam hitungan jam. Simplisia
(sampel) yang dihaluskan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan
terlindung dari cahaya langsung dan dikocok kembali. Dalam perkolasi terjadi
proses pemanasan, tetapi suhu yang digunakan berada dalam derajat rendah.
Tetapi perkolasi masih termasuk dalam jenis ekstraksi dingin. Pemanasan hanya
dimaksudkan untuk mempercepat terdistribusinya ekstrak kedalam pelarut.

37
Gambar 2.37 Perkolasi (www.google.com)
c. Soxhletasi
Soxhletasi proses ekstraksinya menggunakan ekstraktor atau alat ekstraksi
sokhlet. Pelarut yang digunakan berupa pelarut yang memiliki titik didih yang
rendah (volatil) seperti eter, aseton, metilen klorida dan petroleum eter tergantung
dari bahan yang akan diekstraksi.

Gambar 2.38 Soxhletasi (www.google.com)


2. Ekstraksi Cair-Cair
Proses ekstraksi untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur
dengan menggunakan pelarut lain yang fasanya cair juga. Ekstraksi ini selalu
terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair dengan sempurna. Teknik
ekstraksi ini biasanya dilakukan dengan ekstraksi sederhana yaitu menggunakan
carong pisah (Underwood, 1999).

Gambar 2.39 Prinsip ekstraksi cair-cair. (www.google.com)

38
Gambar 2.40 Ekstraksi sederhana menggunakan corong pisah.
(www.google.com)
2.5.8 Kromatografi
Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan
graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael
Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam
percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain
dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang
diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut (Alimin, 2007).
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak. Fase diam dapat berupa zat padat atau
zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Estien, 2005).
Pengelompokan kromatografi yaitu :
1. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom
sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Metode
pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang cukup banyak
sebagai fasa diam dan fasa bergerak bergantung pada ukuran kolom. Untuk
melakukan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kolom diperlukan
waktu yang cukup lama, bias berjam-jam hanya untuk memisahkan satu
campuran. Fasa diam atau adsorben (penjerap) dalam kromatografi kolom adalah
zat padat. Fasa diam yang paling umum untuk kromatografi kolom adalah silika
gel (Hendayana, 2006).

39
Gambar 2.41 Kromatografi Kolom. (www.google.com)
2. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas adalah metode pemisahan dengan kerja dua fase yaitu
fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa rambatan warna
yamg dapat terlihat pada kertas kromatografi. Apabila noda pada kertas
kromatografi tidak terlihat (tidak berwarna) dapat dilakukan menyemprot kertas
dengan pereaksi penimbul warna seperti ninhidrin dan kalium kromat, menyinari
kertas dengan sinar ultraviolet, menggunakan uap iodium.

Gambar 2.41. (a) Letak cuplikan sebelum pelarut/eluen bergerak naik;


(b) Eluen bergerak naik bersamaan dengan totolancuplikan;
dan (c) penampakan warna noda. (www.google.com)
3. Kromatografi Lapis Tipis
Teknik ini dikembangkan pada tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber.
Tehnik ini dikenal juga sebagai kromotografi kolom terbuka. Metode ini
sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan pada tehnik
ini adalah cepat dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-seyawa yang
terpisahkan. Sekarang ini telah banyak tersedia kromotografi lapisan tipis siap
pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi.

40
Aplikasi kromatografi sangatlah luas, senyawa-senyawa yang tidak mudah
menguap serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis. Kemudian dapat pula untuk memeriksa adanya zat
pengotor dalam pelarut. Ahli kimia forensik menggunakan kromatografi untuk
bermacam-macam pemisahan (Alimin, 2007).

Gambar 2.42 Teknik Penampakan Warna. (www.google.com)


4. Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (HPLC)
HPLC merupakan salah satu teknik pemisahan campuran secara modern.
Prinsip kerja HPLC (Hight Performance Liquid Chromatography) dengan
bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor dengan cara
penyuntikan. HPLC menjadi populer dan banyak digunakan pada masa sekarang
sebagai metode analisis rutin di berbagai bidang seperti farmasi, kedokteran,
industri makanan, dan sebagainya. Jenis kromatografi cairan kinerja tinggi yaitu
(Hendayana, 2006) :
a. Kromatografi Partisi Cair-Cair
Suatu pemisahan yang dipengaruhi oleh distribusi antara fase cair diam
dan fase cair bergerak dengan membatasi kemampuan pencampuran. Salah
satunya dengan melakukan teknik ekstraksi cair-cair secara fraksional dengan
cara mengepak kolom silika gel kemudian meletakkan larutan campurannya pada
kolom dan mengelusinya dengan pelarut tidak bercampur, seperti butanil. Cairan
yang tertahan di dalam kolom adalah fase diam sedangkan cairan yang bergerak
sepanjang kolom adalah fase bergerak. Pemisahan didasarkan pada pemamfaatan
perbedaan koefisien partisi zat terlarut, oleh karena itu teknik ini dikenal sebagai
kromotografi partisi.
b. Kromatografi Fase Terbalik
Sesuai dengan namanya, maka fase yang digunakan dalam kromotografi
partisi cair-cair adalah terbalik. Pada teknik ini, pelarut hidrifobiklah (tidak larut

41
dalal air) yang digunakan sebagai fase diam, sedangkan sebagai fase bergeraknya
adalah hidrofilik (larut dalam air). Keuntungan utama kromotografi fase terbalik
adalah pemanfaatan ekstraksi pelarut untuk mencapai pemisahan-pemisahan baru
yang tidak tercapai dengan cara biasa. Dengan menggunakan kromotografi partisi
fase terbalik, pemisahan-pemisahan ion logam yang tadinya sulit dilakukan, dapat
dilaksanakan dengan mudah.
c. Kromatografi Eksklusi
Dasar pemisahan eksklusi adalah pemisahan berbagai konstituen dengan
meninjau perbedaan ukuran dan geometri molekul.
1. Kromatografi Permeasi Gel atau Filtrasi gel
Filtrasi gel adalah suatu tehknik yang menguraikan campuran zat-zat
sesuai ukuran molekulnya. Teknik ini didasari atas inklusi dan ekslusi suatu zat
terlarut melalui suatu fase diam yang terbuat dari gel polimer yang berikat silang
dan berpori heterogen. Dalam kromatografi elusi cair-padat pemisahan terjadi
antara fase cair di dalam partikel gel dan cairan diluar yang mengelilingi partikel
gel. Pemakaian kromatografi filtrasi gel digunakan untuk analisis campuran
molekul dengan berat molekul yang berbeda seperti pemisahan rafinosa, maltosa,
glukosa serta untuk mengukur berat protein (Hendayana, 2006).

Gambar 2.44 Kromatografi Permeasi Gel atau Filtrasi gel.


(www.google.com)

42
5. Kromatografi Gas Berkemampuan Tinggi
GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi
ini, fasa gerak yang digunakan adalah gas dan fasa diamnya adalah zat cair.
Aplikasi dari kromatografi gas misalnya digunakan untuk menentukan komposisi
kimia dari zat-zat yang tidak kita ketahui, seperti misalnya senyawa berbeda
dalam bensin. Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya adalah
menggunakan kolom lebih panjang untuk mrnghasilkan efesiensi pemisahan yang
tinggi. Kelemahan tekhnik ini adalah terbatas yaitu hanya untuk zat yang mudah
menguap (Hendayana, 2006).

Gambar 2.43 kromatografi gas. (www.google.com)


2.5.9 Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pemisahan campuran yang memisahkan zat
terlarut (solute) dari zat pelarutnya (solvent) dengan cara menguapkan pelarutnya.
Metode kristalisasi digunakan untuk memisahkan campuran yang berbentuk cair
maupun campuran yang sudah sudah berbentuk padatan (menjadi kristal). Metode
kristalisasi ini dilakukan dengan dua kali proses pengkristalan, dimana proses
pengkristalan yang pertama dikenal dengan kristalisasi penguapan (kristalisasi)
sedangkan yang kedua dikenal dengan kristalisasi pengendapan (rekristalisasi).
Rekristalisasi merupakan sebuah proses pengkristalisasian kembali, dengan tujuan
untuk memurnikan kristal yang dihasilkan dari proses kristalisasi. Proses
perlakuan rekristalisasi sama dengan perlakuan pada metode kristalisasi. Namun

43
pada dasarnya proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah sama, karena
rekristalisasi merupakan proses kristalisasi yang diulang kembali. Contoh
campuran yang dapat dipisahkan oleh proses kristalisasi adalah larutan gula dan
larutan garam (Safrijal & Munandar, 2016).

Gambar 2.45 Proses Kristalisasi.(www.google.com)


Contoh Kristalisasi (penguapan) ini, seperti yang dilakukan oleh para petani
garam. Pada saat air pasang, tambak-tambak garam akan terisi dengan air laut,
kemudian pada saat air pasang surut maka air laut yang sudah mengisi tambak
garam akan tetap berada di dalam tambak. Pada saat siang hari, sinar matahari
menyinari tambak garam tersebut, sehingga mengakibatkan komponen air dari air
laut tersebut menguap, dan komponen garamnya akan tetap dalam larutan. Jika
penguapan ini terus berlangsung, maka lama-kelamaan garam tersebut akan
membentuk kristal-kristal garam tanpa harus menunggu sampai airnya habis
(Sugiarto & Ismawati, 2008).

Gambar 2.46 Petani garam yang sedang mengumpulkan garam hasil dari
proses kristalisasi penguapan.(www.google.com)

44
Proses kristalisasi secara alami sudah sering terjadi, di alam proses
kristalisasi ini juga akan membentuk kristal, dimana kristal-kristal ini terbentuk
akibat aktifitas alam secara alami, Contoh proses kristalisasi dialam:
Tabel 2.4 Kristalisasi yang terjadi secara alami
No Kristalisasi di Alam Bentuk Alami

1. Proses pembentukan kristal


mineral-mineral.

2. Pembentukan stalalgtit dan


stalagmit.

3. Pembentukan kristal pada


salju.

4. Pembentukan kristal madu

45
(https://www.kompasiana.com)

46
Beberapa jurnal penelitian yang sudah diteliti yang berhubungan dengan
pemisahan campuran sebagai berikut :
Teknik
Nama Peneliti Pemisahan Judul Jurnal
Campuran
Abas Sato, Adi Pemurnian Ethanol Secara Destilasi
Rahardianto dan Andy Destilasi Dengan Penambahan Garam KCl.
Bagoes Santoso Jurnal IPTEK. Vol.19 No. 2. 2015.
Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut
Safaatul Munawaroh
(Citrus hystrix D.C.) dengan Pelarut
dan Prima Astuti Ekstraksi
Etanol dan N-Heksana. Jurnal
handayani
Kompetensi Teknik. Vol. 2, No.1. 2010.
Penentuan Kadar Kolesterol dengan
Laila Khamsatul dan
Kromatografi Metode Kromatografi Gas. Jurnal.
Muharrami
Agrointek. Vol. 5. No. 1. 2011.
Kajian Metode Filtrasi Sistem Vakum
untuk Proses Penyempurnaan
Anita Pinalia Filtrasi Rekristalisasi Amonium Perklorat.
Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 6. No.
3. 2011.
Proses Dekantasi Minyak Atsiri dengan
M. Rajendra dan I. A. Variasi Plat Interceptor Dalam
Dekantasi
dan Anom Arsani Dekanter. Jurnal Kimia. Vol. 2. No. 3.
2009.
Pemanfaatan Ampas Kelapa Sebagai
Meri Yulvianti1, Widya Bahan Baku Tepung Kelapa Tinggi
Ernayati1, Tarsono1, Sublimasi Serat dengan Metode Freeze Drying.
dan M.Alfian R Jurnal Integrasi Proses. Vol. 5, No. 2.
2015.
Rasyidi Fachry, Juliyadi Kristalisasi Pengaruh Waktu Kristalisasi dengan
Tumanggor, Ni Putu dan Proses Pendinginan Terhadap

47
Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat
Endah Yuni L dari Larutannya. Jurnal Teknik Kimia.
No. 2. Vol. 15. 2008.

48
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati
ruang (memiliki volume).
2. Ilmuwan juga menggolongkan materi berdasarkan susunan dan sifatnya.
Materi dapat digolongkan menjadi zat, campuran, unsur dan senyawa.
3. Perubahan materi merupakan kajian yang cukup penting di dalam ilmu
kimia. Perubahan dapat diketahui dari perbedaan keadaan awal dan
keadaan akhir materi setelah mengalami perubahan.
4. Suatu materi memiliki sifat-sifat khas yang membedakannya dengan
materi yang lain. Sifat materi terdiri dari sifat fisika dan sifat kimia. Sifat
fisika mencakup wujud dan tampilan materi, sedangkan sifat kimia
mencakup kecenderungan materi untuk berubah dan menghasilkan materi
baru.
5. Jenis perubahan materi yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia.
Perubahan fisika dapat menghasilkan perubahan wujud materi, tetapi tidak
menghasilkan materi baru. Adapun perubahan kimia menghasilkan materi
baru.
6. Ciri-ciri perubahan fisika yaitu tidak terbentuk zat jenis baru, zat yang
mengalami perubahan dapat kembali ke bentuk semula dan perubahan
yang terjadi hanya diikuti perubahan sifat fisika.
7. Ciri-ciri perubahan kimia yaitu terbentuk zat jenis baru, zat yang berubah
tidak dapat kembali kebentuk semula, perubahan yang terjadi diikuti oleh
perubahan sifat kimia melalui reaksi kimia, dan selama terjadi perubahan
kimia massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat sesudah reaksi.
8. Manfaat perubahan fisika berperan penting dalam industri obat-obatan
atau farmasi, yaitu dalam proses ekstraksi zat-zat aktif yang terkandung
dalam bahan alam. Perubahan kimia juga banyak manfaatnya, semua

49
industri yang memproduksi bahan baku menggunakan prinsip-prinsip
perubahan kimia atau reaksi kimia.
9. Campuran yang dapat dipisahkan sehingga didapatkan kembali dua atau
lebih zat yang membentuk campuran. Metode yang umum dipergunakan
untuk memisahkan campuran antara lain filtrasi, dekantasi, sentrifugasi,
evaporasi, destilasi, sublimasi, ekstraksi, kromatografi, dan kristalisasi.

3.2 Saran
Saat ini, sudah lebih dari satu macam metode pemisahan campuran,
semoga semakin berkembangnya sains dan teknologi, dapat pula meningkatkan
berbagai metode dalam sains tersebut.

50
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, M.Y dan Irfan, I. 2007. Kimia Analitik. Makassar : Alauddin Press.
Arahim, Z, dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs. Jakarta : Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Arifah, S.A. 2008. Pemisahan Campuran. Jakarta : PT. Intan Pariwara.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Gozan, M. 2006. Absorbsi, Leaching, dan Eksraksi pada Industri Kimia. Jakarta :
UI Press.
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ibrahim, S dan Marham, S. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Kamilati, N. 2006. Mengenal Kimia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Keenan, C.W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta : Erlangga.
Mikarjudin. 2007. IPA Terpadu. Jakarta : ESIS.
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Purjiyanta, dkk. 2013. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
Rohima, L dan Puspita, D. 2009. Alam Sekitar : IPA Terpadu. Jakarta : Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Safrijal dan Munandar, H. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik II. Banda Aceh:
Laboratorium Kimia UIN Ar-Raniry.
Setyawati, A. 2008. Pemisahan Campuran. Jakarta : Erlangga.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Jakarta : Kanisius.
Sugiarto, T dan Ismawati, E. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP dan MTs
Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Suhardi, Suratno dan Hastuti, P.R. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam : Alam
Terpadu dan Kontekstual. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Bina Aksara.

51
Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Wasis dan Irianto, S.Y. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP dan MTs Kelas
VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Yudhistira.
http://www.google.com, diakses 10 November 2017.

52

Anda mungkin juga menyukai