UNIVERSITAS HASANUDDIN
EDEMA PARU
Oleh:
ANILDHAH WAHAB
C 111 14 359
Pembimbing Residen:
dr. Ade Malikul Alim N
dr. Rahmi Utami
Pembimbing Supervisor:
dr. Rahmawaty, M.Kes Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………….…………………………………………….1
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………….……………………………3
2.1 Definisi…………….……………….………………………………………………………….3
2.3 Patogenesis………………………………………………………………………………….....5
2.4 Patofisiologi……………………………………………………………………………………7
2.6 Diagnosis………………………………………………………………………………………13
2.7 Tatalaksana…………………………………………………………………………………….15
2.8. Prognosis……………………………………………………………………………………...18
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………....20
BAB 1 PENDAHULUAN
Edema paru adalah kondisi dimana terjadi akumulasi cairan yang berlebihan di dalam sel,
ruang antar sel, dan rongga alveoli pada paru. Menurut Huldani edema paru secara klasik
dikategorikan berdasarkan patofisiologinya, yaitu edema paru hidrostatik dan edema paru
permeabilitas. Pada keadaan normal, cairan pada kapiler paru berada dalam keadaan seimbang
dengan cairan yang berada di ruang interstisial. Sejumlah kecil plasma kapiler (air dan sedikit zat
terlarut) terus-menerus memasuki ruang interstisial, yang kemudian dialirkan melalui saluran limfe
Berdasarkan etiologinya 65% daripada edema paru adalah disebabkan oleh peningkatan
tekanan hidrostatik kapiler paru, penurunan tekanan osmotik plasma yang disebabkan oleh penyakit
hati yang berat, hipoproteinemia berat, gagal ginjal dan penyakit ginjal lainnya. Seterusnya, edema
paru juga disebabkan oleh obstuksi sistem limfatik, yaitu pada kelainan refluks limfatik.2
Tambahan dari itu, 20% daripada edema paru pula adalah diakibatkan oleh peningkatan
permeabilitas kapiler paru kausa kerusakan endotel kapiler, endotoksin, inhalasi gas yang
mengandung konsentrasi oksigen atau zat toksik lainnya yang tinggi. Menurut Saguii A, pada
pasien anak yang dirawat di unit perawatan intensif, terjadi peningkatan insiden edema paru akibat
dari peningkatan kejadian sindrom distress pernapasan akut yang dipicu oleh penggunaan ventilasi
mekanikak. Mortilitas hospital terkait kondisi ini adalah 34-35%, dengan kematian kausa kegagalan
multi organ.3
Disamping itu, 10% dari edema paru pula disebabkan oleh peningkatan ketegangan
permukaan paru pada anak-anak dengan kurangnya surfaktan paru. Diikuti dengan 5% seterusny,
yaitu kelainan neurogenik yang diakibatkan oleh trauma kepala atau lesi pada otak. 2
1
Umumnya, edema paru pada bayi dan anak-anak lebih adalah jarang dibanding panderita
dewasa, dengan insidensi 1: 1000 pada bayi dan anak-anak. Menurut Uejima T insidensi kejadian
edema paru akut pada pasien anak adalah disebabkan tidak adanya penyakit arteri koroner. 2 a
Edema paru akut adalah kondisi dimana terjadinya kumulasi cairan yang berlebihan pada paru yang
terjadi secara mendadak, apabila pada kondisi ini turut disertai komplikasi lainnya ianya merupakan
suatu keadaan gawat darurat dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi.
2
BAB 2 PEMBAHASAN
2. 1 Definisi
Edema paru adalah kondisi dimana terdapat akumulasi cairan yang berlebihan di dalam sel,
ruang interstitial dan rongga alveoli pada paru. Edema paru dapat dikategorikan sebagai edema paru
hidrostatik dan edema paru permeabilitas. Edema paru hidrostatik ( tekanan tinggi, transudatif, atau
transudasi cairan melalui endotel ke ruang antar sel paru dan kemudian ke ruang alveolar. Pada
edema paru permeabilitas ( tekanan-rendah, eksudatif, atau nonkardiogenik), trauma pada endotel
mikrovaskular memungkinkan cairan yang tinggi dengan protein untuk memasuki ruang
ekstravaskular.4
1) Vaskular
Bagian ini terdiri dari pembuluh darah yang turut aktif dalam pertukaran cairan dengan ruanh
interstitial. Bagian vaskular dibatasi oleh endotel. Kebocoran vaskular bisa diakibatkan oleh
Ruang ini terletak di antara vaskular dan alveolar. Cairan dari vaskular dikumpulkan terlebih
3) Membran alveoli
Membran ini terdiri dari sel epitelial tipe 1 dan 2. Sel ini turut aktif pada perpindahan cairan
Merupakan rangkaian jarinhan limfatik paru yang mengalirkan cairan berlebih ke sirkulasi
sistemik. Apabila jumlah cairan melebihi kapasitasnya, maka terjadi penumpukan cairan. 4
Secara fisiologis, cairan pada kapiler paru berada dalam keadaan seimbang dengan zat cairan
yang berada di ruang interstitial. Sejumlah kecil plasma kapiler akan terus menerus memasuki
ruang interstial dan seterusnya dialirkan melalui saluran limfe menuju sirkulasi vena
sistemik.Faktor yang menentukan keseimbangan cairan di kapiler dan ruang interstitial adalah
tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik. Tekanan hidrostatik merupakan tekanan intravaskular
yang mendorong cairan keluar dari kapiler paru. Manakala tekanan onkotik mempertahankan cairan
4
2.3 Patogenesis
Edema paru terjadi apabila volume plasma berlebihan memasuki ruang insterstitial dan alveoli.
Edema paru merupakan suatu keadaan klinis akut yang ditandai dengan gejala distres pernapasan
Kenaikan tekanan mikrovaskular paru dapat dikarenakan pemberian cairan intravena yang
berlebihan, dan defek-defek kardiak seperti shunt kiri-ke-kanan, obstruksi vena paru dan atrium
Terjadi akibat kadar protein yang rendah. Biasanya terjadi pada malnutrisi berat, enteropati
Penurunan nilai tekanan interstitial terjadi karena keadaan seperti penurunan tekanan
pleura.4
jumlah total poros dan pelebaran diameter poros. Keadaan ini dapat disebabkan oleh lepasnya
Merupakan salah satunya edema paru yang sejauh ini tidak dideskripsikan dalam persamaan
starling. kontribusi relatif dari faktor-faktor di dalam sistem limfatik, seperti valvula limfatik dan
otot polos, yaitu berkerja sebagai pompa untuk mengatasi peningkatan tekanan vena sistemik,
masih diperdebatkan. 4
Area permukaan vaskular yang berisi darah lebih luas pada bayi dan anak dibanding dewasa.
Oleh karena itu, keadaan tersebut mempermudah terjadinya perpindahan cairan paru. 4
2.4 Patofisiologi
Edema paru akan mempengaruhi kemampuan mekanik dan pertukaran gas di paru. Produksi
lapisan surfaktan terganggu karena alveoli terendam cairan, serta adanya protein dan sel debris.
Keadaan ini menyebabkan peningkatsn tegangan permukaan pada alveoli, sehingga memudahkan
terjadi kolaps (atelektasis). Adanya penumpukan cairan berlebihan di ruang interstitial juga
mengurangi kelenturan paru dan mempermudah kolaps alveoli dan saluran respiratorik kecil. 4
Resistensi jalan napas juga meningkat akibat kompresi saluran respiratorik kecil oleh cairan dan
penumpukan cairan di interstitial peribronkial. Efek ini bersama-sama mengurangi komplians paru
dan meningkatkan resistensi jalan napas yang meningkatkan kerja pernapasan, akhirnya terjadi
6
Pada edema paru, terjadi gangguan pertukaran gas. Pada edema interstitial pertukaran gas hanya
sedikit terganggu karena membran kapiler mencegah penumpukan cairan, tetapi pada edema alveoli
pertukaran gas sangat terganggu kerana terjadi ketidakseimbangan ventilasi-perfusi akibat dari unit
paru yang tidak mengembang akibat terendam cairan, atau karena obstruksi saluran respiratorik,
sehingga aliran darah ke unit paru yang tidak mengembang akan berkurang karena vasokonstriksi
akibat hipoksia. 4
Hiperventilasi dengan hipokapnia merupakan keadaan yang sering muncul pada awal edema
paru. Hiperventilasi terjadi akibat keadaan seperti kompensasi adanya hipoksemia arteri, ansietas,
Hipertensi arteri pulmonal merupakan keadaan yang juga sering ditemukan pada edema paru,
pada edema paru yang berat. Hipertensi arteri pulmonal adalah akibat dari vasokonstriksi hipoksia
pada unit paru yang mempunyai ventilasi buruk dan juga kompresi vaskular langsung oleh edema
peribronkial. 4
Kecepatan resolusi pada edema paru berlangsung bergantung pada mekanisme yang
mendasarinya. Jika terletak di ruang interstitial, cairan dapat menghilang dalam beberapa jam,
1) kardiogenik
Peningkatan tekanan yang terjadi akan menyebabkan pengeluaran cairan dari mikrovaskular.
Edema paru kardiogenik akan berkembang jika Pcap sangat tinggi, melebihi kemampuan sistem
7
Lesi obstruktif pada jantung seperti kor triatum, stenosis mitral dan obstruksi vena pulmonal
kongenital secara langsung menimbulkan hipertensi vena pulmonal. Berbeda pada koartasio aorta
dan stenosis aorta, edema paru muncul apabils telah terjadi gagal jantung kiri. 4
Hipertensi sistemik akibat retensi cairan pada gagal ginjal akut akan menyebabkan peningkatan
volume cairan intravaskular. Peningkatan aliran darah dan tekanan vaskular pulmonal dapat terjadi
pada kelainan jantung bawaan seperti Ventricle Septal Defect (VSD) atau Patent Ductus Arteriosus
(PDA). 4
Penambahan cairan yang berlebihan juga menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
dilusi protein plasma, seperti pemberian cairan pada diare dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Selain itu keadaan ini juga dapat disebabkan oleh sekresj hormon ADH yang berlebihan yang
2) Permeabilitas kapiler
Trauma difus pada unit-unit alveokapiler akan meningkatkan permeabilitas endotel kapiler dan
epitel alveolar terhadap molekul-molekul besar saperti protein. Keadaan ini menyertai kondisi-
kondisi berbagai penyakit seperti sepsis dan aspirasi cairan lambung. Secara klinis trauma paru akut
bermanifestasi sebagai rangkaian gejala dan tanda yang seringkali disebut sebagai acute respiratory
distress syndrome (ARDS). Sebuah kaskade kompleks dari mediator-mediator inflamasi yang
dipicu oleh serangan akut menyebabkan aktivasi dan penggunaan makrofag, neutrofil, dan limfosit.
arakidonat dilepaskan, menyebabkan kerusakan sel-sel endotel dan epitel. Hasilnya adalah
8
Edema paru pascaobstruksi jalan napas dikenal dengan nama edema paru tekanan negatif. Pada
keadaan obstruksi jalan napas, seperti asma, maka akan terdapat peningkatan tekanan negatif
intratorakal, sehingga terjadi peningkatan tekanan arteri pulmonal dan menyebabkan perpindahan
cairan ke interstitial. 4
4) Re-ekspansi paru
Keadaan ini terjadi pada pasien yang mengalami pengembangan paru yang cepat setelah
pemasangan water sealed drainage (WSD) pada pneumotoraks atau efusi pleura. Sindrom ini
Starling karena pembentukan tekanan negatif intratoraks yang tinggi selama penyedotan eksternal
5) Uremia
mikrovaskular paru disertai dengan anemia dan penurunan tekanan koloid osmotik . Permeabilitas
kapiler paru juga dapat berubah akibat meningkatnya produk metabolik uremia. 4
6) Neurogenik
Dapat terjadi setelah trauma kepala, perdarahan sub arakhnoid, tumor otak, dan meningitis.
mengaktivasi saraf simpatik, yang mengakibatkan peningkatan volume afterload ventrikel kiri
jantung. Selanjutnya, akibat peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru. Edema paru pada
7) Dataran tinggi
9
Edema paru pada keadaan ini diduga akibat hipoksia lama yanh menyebabkan hipertensi
individu terhadap hipertensi paru dengan hipoksia, kenaikan yang tidak sama dalam resistensi
prekapiler bertanggungjawab terhadap tekanan yang sangat tinggi dan terlihat dalam beberapa
kapiler paru. 4
Gas toksik pada paru yang paling sering adalah asap api kebakaran, dengan toksisitasnya
9) Obat-obatan
Ditemukan bahwa setelah penyuntikan paraldehid atau heroin (narkotik), terjadi edema paru
secara klinis dan radiologis. Edema paru juga dapat terjadi sebagai komplikasi lambat dari
keracunan salisilat yang berat. Keadaan ini adalah disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
vaskular karena perubahan fungsi platelet dan inhibisi sintesis prostaglandin. Pemakaian zat
intravena juga beresiko terhadap terjadinya mikroemboli di pembuluh darah paru yang
Terjadi akibat kelebihan cairan paru janin pada masa lahir. Tekanan dan aliran darah yang
tinggi pada arteri pulmonal, tekanan ruang interstitial yang rendah, konsentrasi protein plasma yang
rendah, peningkatan permeabilitas kapiler, kerusakan endotel paru akibat inflamasi, tekanan jalan
10
2.6 Diagnosis
1) Gejala klinis
Bergantung pada mekanisme terjadinya edem paru. Edema interstitial dan alveoli menghambat
penurunan produksi surfaktan. Akibatnya, komplians paru dan volume tidal berkurang. Sebagai
usaha agar ventilasi semenit tetap adekuat. Secara klinis dapat timbul gejala sesak napas, retraksi
interkostal pada saat inspirasi, dan perubahan berat badan. Suara merintih dapat dijumpai, yang
2) Pemeriksaan fisis
Beberapa derajat distress pernapasan dan penyebab dasar dari edema. Secara umum, beberapa
derajat distres pernapasan bermanifestasi dalam bentuk peningkatan laju pernapasan, retraksi
interkostal, dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan. Sianosis dapat terlihat dan mungkin
terdengar hantaran pada aukultasi. Khususnya pada lapangan paru yang terkena. Peningkatan P2
dan S3 dan "aliran" bising dapat terdengar bersamaan dengan distensi vena jugularis dan
hepatomegali. Sputum yang sangat berbuih dan berwarna merah muda terlihat hampir pada semua
Krepitasi tidak selalu ditemukan, kecuali bila sudah terjadi perpindahan cairan alveoli ke
bronkhiolus terminal. Bila penumpukan cairan sudah sampai ke saluran respiratorik besar, maka
kiri mengarah kepada diagnosis edema pru hidrostatik, sedangkan riwayat aspirasi cairan lambung
dan respons kardiovaskular hiperdinamik mengarah kepada diagnosis edema paru permeabilitas. 4
11
2.7 Tatalaksana
1) Terapi awal
Terapi awal adalah pemberian oksigen, jika perlu dengan ventilasi mekanik. Pemberian
ventilasi mekanik bertujuan tidak hanya untuk mengurangi kerja pernapasan saja, tetapi juga
pressure (PEEP) . Peningkatan oksigenasi menyebabkan cairan keluar ke interstitial sehingga tidak
Fungsi ventrikel kiri diperbaiki dengan menurunkan preload dan afterload, juga dengan
stimulasi langsung kontraktilitas miokard. Perbaikan fungsi jantung juga dapat diperbaiki dengan
a) Preload
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah dengan pemberian morfin untuk mengurangi preload dan
afterload dengan cara menurunkan ansietas, memperbaiki posisi duduk dan pemberian ventilasi
tekanan positif. 4
b) Afterload
Aminofilin dapat diberikan bagi menurunkan afterload, disamping memperbaiki kontraktilitas dan
menyebabkan bronkodilatasi. 4
Stimulasi adrenergik dengan obat-obat inotropik seperti dopamin, dobutamin, atau isoproterenol
12
d) Pemberian duretik
Untuk mengurangi volume plasma dan pengisian atrium kiri, juga untuk meningkatkan tekanan
koloid osmotik. Duretik mengatasi edema paru dengan meningkatkan kapasitas vena dan
meningkatkan ekskresi garam dan air sehingga mengurangi pengeluaran cairan dari mikrovaskular
paru. 4
d) Terapi suportif
Pemberian cairan dengan memberikan cairan pengganti dehidrasi, koreksi asam basa dan kemudian
Furosemid dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-2 mg/KgBB. Dosis ini menghasilkab
diuresis nyata yang menurunkan tekanan mikrovaskular paru dan meningkatkan konsentrasi protein
di dalam plasma. Dua perubahan ini menghambat filtrasi cairan ke dalam paru dan mempercepat
masuknya air ke dalam mikrosirkulasi paru dari interstitial. Terapi berkelanjutan dengan furosemid
dengan atau tanpa disertai penggunaan duretik lain seperti tiazid dan spironolakton juga digunakan.
Terapinjangka panjang dengan duretik sering terjadi kehilangan sejumlah bersar kalium klorida.
Deplesi elektrolit ini dapat dicegah dengan pemberian suplementasi kalkum klorida 3-5 mEq/kgBB
setiap hari. 4
Dapat diberikan zat inotropik seperti dopamin dan dobutamin. Jika terdapat resistensi vaskular yang
tinggi, maka dobutamin lebih efektif karena dapat meningkatkan voleme jantung semenit tanpa
13
Dapat diberikan albumin intravena bagi mencegah penumpukan cairan sementara. Pemberiannya
harus lambat dan disertai duretuk. Pada bayi serta anak-anak dengan edema paru berat, infus
albumin atau plasma biasanya tidak memberikan keuntungan. Malah cenderung menigkatkan
tekanan mikrovskular paru sebagai usaha mengimbangi efek peningkatan tekanan osmotik protein
intravaskular. Selanjutnya protein yang diberikan dapat bocor ke interstitial paru sehingga
memperberat edema. 4
Pada pasien ARDS, dapat ditambahkan steroid dan nonsteroid antiinflammatory drugs( NSAID)
dosis tinggi. Jika disebabkan oleh disseminated intravascular coagulation (DIC), maka dapat
diberikan heparin dan dekstran. Pemberian antioksidan dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus
Jika anemia dan edema paru berat terjadi bersamaan, bisa diberikan transfusi pengganti dengan
packed red blood cells (PRC) akan lebih aman dan memberikan keuntungan yang lebih besar. 4
Jika tindakan-tindakan ini tidak berhasil mengurangi edema, perlu diberikan dukungan ventilator
dengan PEEP dan continuous positive airway pressure (CPAP). PEEP dapat mengurangi
penumpukan cairan di paru sedangkan CPAP dapat mencegah terjadinya kolaps unit alveoli dan
membuka kembali unit alveoli yang sudah kolaps. Keadaan ini akan meningkatkan kapasitas residu
fungsional (Functional residual capacity, FRC). Peningkatan FRC akan memperbaiki komplians
paru, meningkatkan produksi surfaktan dan menurunkan resistensi vaskular. Hasil akhirnya adalah
2.8 Prognosis
14
Menurut IDAI setelah memantau 94 pasien dengan edema paru hidrostatik, Goldberger dkk
melaporkan mortalitas di RS sebesar 17% dan data selama satu tahun adalah 51.2% . Pada pasien
dengan edema paru kardiogenik yang membutuhkan ventilator mekanik pula, Feddulo dkk
melaporkan angka mortalitas sebesar 56% dan menemukan bahwa derajat penurunan fungsi
Pasien-pasien dengan edema paru permeabilitas memiliki prognosis keseluruhan yang buruk,
terutama pada pasien dengan ARDS dengan angka mortalitas sebesar 68%, diikuti dengan 16%
yang disebabkan oleh kegagalan respirasi yang irreversible. Sebahagian besar kematian tersebut
terjadi pada tiga hari pertama karena penyakit atau trauma yang mendasarinya.4
15
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulannya adalah :
- edema paru edema paru dapat dikategorikan sebagai edema paru hidrostatik dan edema
paru permeabilitas.
- Edema paru hidrostatik ( tekanan tinggi, transudatif, atau kardiogenik) ditandai dengan
- Gambaran klinis yang didapat pada edema paru dapat berupa kesulitan bernapas atau
perasaan tertekan atau perasaan nyeri pada dada. Biasanya terdapat batuk yang sering
menghasilkan riak berbusa dan berwarna merah muda. Terdapat takipneu serta denyut
nadi yang cepat dan lemah, biasanya penderita tampak sangat pucat dan mungkin
sianosis.
- Pada pemeriksaan fisik, pada perkusi terdengar keredupan dan pada pemeriksaan
auskultasi di dapat ronki basah dan bergelembung pada bagian bawah dada Pada
- Pengobatan edema paru aadalah berdasarkan mekanisme terjadinya edema paru tersebut
16
DAFTAR PUSTAKA
1
Huldani, 2014. Edem Paru Akut.Universitas Lambung Mangkurat: Fakultas Kedokteran
banjar Masin
2
Uejima T, 2001. General Pediatric Emergencies: Acute Pulmonary Edema. Anesthesiology
3
389Saguii A, 2012. Acute Respiratory Distress Syndrome : Diagnosis and Management.
4
.Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta.
17