BAB I
PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1
Ramayulis, 1994, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, h. 21.
2
Sugiono 2010, Metode Penelitian Pendidikan :
Pedekatan Kuntitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, hh. 8-9
Longitudinal
3
Ibid, h.10.
4
Sugiono 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, hh.
26-29.
peneliti
supaya terbangun sumber data supaya
dengan yang
obyektivitas memperoleh makna
diteliti
Hubungan Sebab —akibat
Timbal balik/interaktif/
variabel (kausal)
Cenderung Transferability (hanya
Kemungkinan
membuat mungkin dalam ikatan
generalisasi
generalisasi konteks dan waktu)
Terikat nilai-nilai yang
Cenderung bebas
Peranan nilai dibawa peneliti dan
nilai
sumber data
3. Metode Kombinasi
Secara umum metode penelitian kombinasi
digunakan apabila peneliti ingin memperoleh data dan
informasi yang lengkap, valid, reliabel dan obyektif.
Dengan menggunakan metode kombinasi, maka
kelemahan-kelemahan yang ada dalam metode
kuantitatif maupun kualitatif dapat dieliminir.
Selanjutnya secara spesifik metode kombinasi
digunakan jika:
a. Peneliti ingin melengkapi hasil penelitian
kuantitatif yang diperkaya dengan data-data yang
5
Made Wina,
6
Sugiono 2012, 6
BAB II
MEMULAI PROSES PENELITIAN
A. Judul Penelitian
1. Pengertian Judul Penelitian
Semestinya sebelum penetapan judul, didahului
dengan perumusan masalah. Setelah masalah penelitian
dapat ditetapkan atau dipilih, maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah merumuskan atau membuat
judul penelitian. Judul penelitian merupakan identitas
atau cermin jiwa dari sebuah penelitian. Judul
penelitian pada wujudnya merupakan kalimat, dan
hanya satu kalimat pernyataan (bukan kalimat
pertanyaan), yang terdiri dari kata-kata yang kongkrit
(bukan umum), jelas (tidak kabur), singkat (tidak
bertele-tele), deskriptif (berkaitan atau runut), tidak
terlalu puitis.
Judul adalah pernyataan singkat tentang
masalah/variabel, subyek/obyek, tempat dan atau
waktu penelitian sesuai dengan jenis penelitian
(deskriptif atau korelasional. Judul sebaiknya memiliki
kata maksimal 20 kata. Judul semestinya:
a. Tidak boleh memiliki kata bermakna ganda atau
jamak;
b. Aktual dan menarik;
c. Ada konsep teoretiknya;
d. Bisa/mampu diteliti, diukur, dijawab persoalannya.
e. Jelas variabelnya.
Di antara judul-judul yang salah diajukan
mahasiswa seperti:
”Upaya Guru PAI Mengembangkan Bacaan Khusus
Mengantisipasi Kesurupan Massal di SMPN 1 X kecamatan
Q”.
Pada judul tersebut ada kata ”upaya” tidak ada
konsep teorinya dalam buku-buku pembelajaran. Kata
C. Penegasan Istilah
Penegasan istilah sering menjebak mahasiswa salah
paham, sehingga disamakan dengan mengartikan kata
dengan menggunakan kamus. Penegesan istilah adalah
mengemukakan ketegasan peneliti mengenai istilah-
istilah yang terdapat dalam judul. Oleh karena tidak
semua kata yang terdapat dalam judul perlu dijelaskan
pengertiannya. Penegasan istilah tidak diambil dari
kamus. Akan tetapi diambil dari buku-buku yang memuat
konsep teori variabel yang ada pada judul. Ketika
menjelaskan makna suatu istilah, bisa saja terdapat
beberapa pengertian tergantung dari sudut mana ia
dilihat. Dalam hal ini perlu ditegaskan konsep atau
pengertian mana yang peneliti gunakan, terutama
terdapat istilah yang mempunyai makna ganda.
D. Permasalahan
1. Pengertian Masalah Penelitian
Masalah adalah penyimpangan antara yang
diharapkan dengan kejadian atau kenyataan dan dapat
diselesaikan. Masalah timbul karena adanya tantangan,
adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap
suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti
(ambiguity), adanya halangan atau rintangan, adanya
celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena,
baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Masalah penelitian adalah masalah yang akan
menjadi obyek penelitian. Masalah penelitian akan
dipelajari, dikaji dipecahkan atau diselesaikan, lalu
dibuat kesimpulannya sesuai dengan konteks
permasalahan oleh peneliti melalui penelitian. Di
dalam permasalahan ini, diungkapkan keresahan,
kesulitan, dilema, persoalan yang harus diatasi. Ada
sesuatu yang tidak beres, ada penjelasan yang kurang
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah jangan diartikan karena
keterbatasan ilmu yang dimiliki mahasiswa
menyebabkan masalah-masalah yang telah
diidentifikasi tidak dapat diteliti semuanya, sehingga
hanya dibatasi sebagian saja. Pembatasan masalah
mempunyai kaitan erat dengan identifikasi masalah.
Skripsi penelitian kuantitatif dan PTK biasanya
masalahnya bisa diidentifikasi dengan jelas dan
mudah apa masalah utama fokus penelitian. Maka
skripsi penelitian kuantitatif dan PTK cukup dibatasi
satu masalah utama saja. Pada skripsi penelitian
kualitatif memang agak sulit mengidentifikasi
masalah, namun tetap dibatasi pada masalah paling
utama dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Bentuk pembatasan masalah berbentuk kalimat
pernyataan bukan kalimat pertanyaan.
3. Rumusan Masalah
Masalah yang sudah diidentifikasi dan dibatasi,
selanjutnya dibuatkan rumusan masalahnya. Rumusan
masalah sering disebut dengan pernyataan masalah
(statement of problems). Rumusan masalah adalah
pernyataan singkat suatu masalah yang akan diteliti.
BAB III
STUDI KEPUSTAKAAN ATAU KAJIAN TEORI
B. Kajian Teoretik
Kajian teoretik atau studi kepustakaan dilakukan
oleh setiap peneliti dengan tujuan yang utama yaitu
mencari dasar pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan
membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan
menentukan dugaan sementara atau sering pula disebut
sebagai hipotesis penelitian. Para peneliti dapat mengerti,
melokasikan, mengorganisasikan, dan kemudian
menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan
melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai
pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap
masalah yang hendak diteliti. Karena memang studi
kepustakaan mempunyai beberapa manfaat;
3. Mencari pendekatan-pendekatan
baru yang akan digunakan untuk pemecahkan masalah
yang sedang diteliti.
4. Memberikan dasar untuk
pengembangan desain atau rancangan penelitian.
5. Menjadikan sebagai kerangka
berfikir dalam menetapkan instrument dan penafsiran
data yang nantinya akan diperoleh, dan
6. Mendasari analisa data.
Untuk membuat konsep teoritis ada 3 (tiga) langkah
pokok yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Membuat daftar kata-kata, istilah-istilah dan konsep-
konsep kemudian mencari penjelasannya dalam
beberapa refleksi, seperti ensiklopedi, jurnal dan buku-
buku teks.
2. Memberikan kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik
yang dipilih kemudian mencari pendapat-pendapat
pakar tentang topik tersebut terutama yang diambil
dari temuan penelitian yang dilaksanakan sebelumnya.
3. Membaca dan mencatat konsep teoritis yang diambil
dari bahan bacaan yang sudah dipilih (selected
references) untuk dijadikan dasar kerangka berfikir
dalam melaksanakan penelitian yang sedang dijalankan.
4. Menggunakan atau mengutip teori-teori tersebut ketika
menjadikan konsep-konsep yang diperbincangkan, baik
dengan cara mengunakan kata-kata atau kalimat dari
penelitian sendiri (paraphrase) atau mengutip langsung
kata-kata atau kalimat dan penulis atau peneliti
terdahulu (citation).
D. Konsep Operasional
Konsep operasional atau operasional variabel
merupakan operasional dari semua variabel yang dapat diolah
dari definisi konseptual. Disini variabel yang akan diteliti
didefinisikan secara operasional yang
menggambarkan cara mengukur variabel tersebut, dengan
demikian mudah diidentifikasikan dan mudah dikumpulkan
datanya, karena sudah operasional dan dapat diukur atau
diobservasi. Dari konsep operasional dirumuskan indikator-
indikator untuk selanjutnya dirinci lagi pada instrumen
penelitian.
Dengan telah dioperasionalkannya konsep-konsep
yang menjadi objek penelitian diharapkan peneliti dapat
mengidentifikasi dengan jenis poin-poin apa saja yang akan
dikumpulkan datanya di lapangan dan bagaimana cara
mengumpulkan data tersebut.
Cara yang praktis dalam merumuskan konsep teoritis
menjadi konsep operasional ialah dengan mengubah
konsep-konsep yang abstrak yang sulit diidentifikasi atau
diukur menjadi kata-kata operasional yang bisa diidentifikasi
atau diukur. Untuk aspek aktifitas dan perilaku, misalnya,
dapat digunakan kata kerja operasional. Dengan demikian
semua konsep yang abstrak harus diubah menjadi konsep
yang operasional agar semua data yang diinginkan dapat
dikumpulkan dengan baik dan mudah. Konsep operasional
harus diambil dari konsep teoritis. Sebagai contoh konsep
operasional dari konsep teoretik di atas sebagai berikut;
yang akan dikaji jelas, (b) kegiatan peneliti terarah, dan (c)
membantu peneliti menginformasikan teori.
Meskipun jawaban sementara ini dibuat di awal atau
sebelum proses penelitian, namun tidak berarti hipotesis
dapat dirumuskan secara serampangan, karena jawaban
tersebut harus merupakan jawaban bernalar. Cara yang
bijaksana dalam merumuskan hipotesis ialah dirumuskan
dalam kalimat deklaratif, yang menyatakan hubungan dua
variabel atau lebih.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan ketika
membuat hipotesis, ialah sebagai berikut:
1.Hipotesis dinyatakan dalam bentuk hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih.
2. Hipotesis didasarkan atas konsep teoritis tertentu
atau keyakinan (bernalar) sebagai landasan dalam
merumuskan hipotesis yang akan diuji.
3.Hipotesis dapat diuji.
4.Hipotesis jelas dan konsisten dengan apa yang dikaji.
Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang
mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis
dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan
kenyataan yang ada atau fakta, atau kenyataan dengan
teori yang relevan.
Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya
masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data
yang asalnya dari lapangan. Hipotesis juga penting
peranannya karena dapat menunjukkan harapan dari si
peneliti yang direfleksikan dalam hubungan ubahan atau
variabel dalam permasalahan penelitian. Oleh karena itu,
hipotesis dibuat sebaiknya sebelum peneliti terjun ke
lapangan mengumpulkan data yang diperlukan. Mengapa
hipotesis dibuat sebelum peneliti ke lapangan, ada dua
alasan yang mendasarinya, yaitu:
1. Hipotesis yang baik
rnenunjukkan bahwa penelitian mernpunyai ilmu
BAB IV
PEMILIHAN METODE PENELITIAN
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi.
Misalnya, karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dan populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Secara skematis,
teknik macam-macam sampling ditunjukkan pada
gambar 4.1.
Gambar 4.1
Teknik Sampling
Dari gambar tersebut terlihat bahwa teknik
sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu Probability Sampling, dan Nonprobability
Sampling. Probability sampling meliputi, simple random,
proportionate stratified random, disproportionate
stratified random, dan area random. Non-probability
sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota,
sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh,
dan snowball sampling.
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random
sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random, area (cluster)
sampling (sampling menutut daerah).
1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dan populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen.
2) Proportionate Stratified
Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dan latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi
pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai
yang lulus S1 45, S2 = 30, STM = 800, ST 900, SMEA
3) Disproportionate Stratified
Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah
sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya, pegawai dari unit kerja
tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang
lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, dan 700
orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat
orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel.
Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kelompok SI, SMU, dan SMP.
Teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti
atau sumber data sangat luas, misal penduduk
dari suatu negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan. Misalnya, di Indonesia terdapat 30
provinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15
provinsi, maka pengambilan 15 provinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,
karena provinsi-provinsi di Indonesia itu berstrata
(tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling.
Provinsi di Indonesia ada yang penduduknya
padat, ada yang tidak; ada yang mempunyai
hutan banyak, ada yang tidak, ada yang kaya
bahan tambang ada, yang tidak. Karakteristik
semacam ini perlu diperhatikan sehingga
pengambilan sampel menurut strata populasi itu
2. Wa w a nca r a
Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog
secara lisan di mana peneliti mengajukan pertanyaan
kepada responden atau informan dan responden atau
informan juga menjawab secara lisan. Sebagaimana
halnya observasi, dalam desain penelitiannya, peneliti
juga harus menjelaskan siapa yang diwawancarai,
wawancara tentang apa, kapan dan di mana
dilakukan wawancara, apa alat yang digunakan
untuk melakukan wawancara, bisa berupa pedoman
wawancara harus sesuai dengan masalah penelitian
(rumusan masalah) dan indikator-indikator dan konsep
operasional.
3. A ngket
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan atau pernyataan secara tertulis
kepada responden. Pertanyaan dan pernyataan dalam
angket harus merujuk kepada masalah (rumusan
masalah) penelitian dan indikator-indikator dalam
konsep operasional. Sebagaimana hal observasi dan
wawancara, dalam desain penelitiannya, peneliti
harus juga menjelaskan siapa yang diangket, angket
tentang apa, dan bagaimana cara penyebaran angket,
apakah melalui pos atau peneliti langsung
menyebarkannya ke lapangan.
4. Dokument a s i
Cara atau teknik ini dilakukan dengan
mengumpulkan dan menganalisis sejumlah dokumen
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berguna untuk memperoleh data
yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada
langkah pengumpulan informasi di lapangan. Tetapi perlu
disadari bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen yang
hendak digunakan dan item yang perlu dimasukkan sebagai
isi instrumen, seluruhnya dibuat sebelum mereka memasuki
lapangan. Prinsip pembuatan instrumen dalam penelitian
kuantitatif sedikit berbeda dengan penelitian naturalistik
kualitatif, di mana instrumen penelitian dapat dibuat di
lapangan tempat penelitian berlangsung agar sesuai dengan
penelitian di lapangan.
Ada empat media untuk mengumpulkan data dalam
proses penelitian. Keempat media tersebut penggunaannya
dapat dipilih satu macam, atau gabungan antara dua media
tersebut, tergantung macam data yang diharapkan oleh
para peneliti. Keempat media pengumpul data tersebut di
antaranya adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
1. Kuesioner
Salah satu media untuk mengumpulkan data dalam
penelitian pendidikan maupun penelitian sosial yang
paling populer digunakan adalah melalui kuesioner.
Kuesioner ini juga sering disebut sebagai angket di mana
dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam
pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah
penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan
disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi
di lapangan. Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan
kuesioner adalah yang paling sering ditemui karena jika
dibuat secara intensif dan teliti, kuesioner mempunyai
keunggulan jika dibanding dengan alat pengumpul
lainnya. Beberapa keunggulan tersebut di antaranya
dapat dilihat seperti berikut.
a. Dapat mengungkapkan pendapat atau
tanggapan seseorang baik secara individual maupun
kelompok terhadap permasalahan.
b. Dapat disebarkan untuk responden yang
berjumlah besar dengan waktu yang relatif singkat.
c. Tetap terjaganya objektivitas responden
dan pengaruh luar terhadap satu permasalahan yang
diteliti.
d. Tetap terjaganya kerahasiaan responden
untuk menjawab sesuai dengan pendapat pribadi.
e. Karena diformat dalam bentuk surat, maka
biaya lebih murah.
f. Penggunaan waktu yang lebih fleksibel
sesuai dengan waktu yang telah diberikan peneliti.
g. Dapat menjaring informasi dalam skala luas
dengan waktu cepat.
Di samping keunggulan, kuesioner juga
mempunyai beberapa kelemahan yang jika tidak
diperhatikan oleh peneliti dapat menyebabkan
2. Observasi
Observasi adalah instrumen lain yang sering
dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian
kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan
sebagai alat pelengkap instrumen lain, termasuk kuesioner
dan wawancara. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak
menggunakan salah satu dari panca indranya, yaitu indra
penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika
informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta
alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi
alami. Sebaliknya, instrumen observasi mempunyai
keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa
pendapat atau persepsi dan subjek yang diteliti. Untuk
4. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dan responden
adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini,
peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dan
bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada
pada responden atau tempat, di mana responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.
Sumber dokumen yang ada pada umumnya dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumentasi resmi.
termasuk surat keputusan, surat instruksi, dan surat bukti
kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau organisasi yang
bersangkutan dan sumber dokumentasi tidak resmi yang
mungkin berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan
informasi kuat terhadap suatu kejadian. Di samping itu,
dalam penelitian pendidikan, dokumentasi yang ada juga
dapat dibedakan menjadi dokumen primer, sekunder, dan
tersier yang mempunyai nilai keaslian atau autentisitas
berbeda-beda. Dokumen primer biasanya mempunyai nilai
dan bobot Iebih jika dibanding dokumen sekunder.
Sebaliknya, dokumen sekunder juga mempunyai nilai dan
Instrumen Penelitian
Pengaruh Self-efficacy terhadap Motivasi Belajar
Siswa SMA X Kota Q
7
Djaali, 2004, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan,
Jakarta: PPs UNJ, h. 37.
Sangat
JENIS Sangat Tidak
Setuju Netral Tidak
PERNYATAAN Setuju Setuju
Setuju
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
a. Definisi Konseptual
Self-efficacy adalah kepercayaan diri dalam
belajar yang tercermin pada keyakinan, ketegasan, dan
kesediaan mengambil risiko dalam melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran untuk mencapai tujuan dengan
sukses.
b. Definisi Operasional
Operasional variabel self-efficacy adalah persepsi
siswa dalam menilai dirinya untuk melakukan tugas, yang
dapat diukur pada indikatornya; (1) keyakinan pada
kemampuan belajar, (2) keyakinan pada keunggulan
belajar (3) keyakinan pada prestasi belajar, (4)
keyakinan pada suasana belajar, (5) ketegasan
menyampaikan pendapat (6) ketegasan dalam
pengambilan keputusan, (7) ketegasan dalam pendirian,
(8) ketegasan menentukan prioritas, (9) kesediaan
menerima tantangan, (10) kesediaan menerima
perubahan, dan (11) kesediaan menanggung kerugian.
c. Kisi-kisi Instrumen Self-efficacy
Berdasarkan definisi konseptual dan operasional
variabel self-efficacy, maka indikator yang diukur dalam
variabel ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Kuesioner Efficacy-diri
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
17. Saya percaya bahwa tugas belajar yang diberikan guru sesuai
dengan kemampuan saya;
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
18. Saya belum yakin hasil belajar saya lebih baik dari
teman se-kelas;
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
2. Tes Prestasi
Dalam penelitian pendidikan yang berkaitan dengan
efektivitas program, metode pengajaran, dan kegiatan yang
berkaitan dengan proses belajar-mengajar sering
direfleksikan sebagai variabel terikat di antaranya adalah
pencapaian hasil belajar. Untuk mengetahui apakah materi
yang diberikan oleh seorang guru kepada peserta didik
sudah dikuasai mereka, salah satu caranya adalah guru
3. Tes Inteligensi
Jenis tes lainnya yang juga banyak digunakan di
bidang pendidikan adalah tes inteligensi atau tes bakat.
Secara definitif: intelligence is the ability to undertake
activities that are characteristics by: 1) difficulty, 2)
complexity, 3) abstracness, 4) economy, 5) adaptiveness to
a goal, 6) social value, and 7) emergency of originals.
Sedangkan dilihat dari ragamnya, inteligensi
seseorang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
sebagai berikut;
a. Inteligensi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengerti dan bekerja sama dengan orang lain;
b. Inteligensi nyata, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengetahui tingkat kemampuan seseorang dalam
berinteraksi dengan sesuatu yang nyata sebagai
realisasi keterampilan dan penerapan ilmu
pengetahuan.
c. Inteligensi abstrak, yaitu kemampuan seseorang
untuk mengerti dan berinteraksi dengan komunikasi
verbal yang mungkin berupa simbol-simbol seperti
dalam konteks ilmu pengetahuan, matematika,
budaya, dan sebagainya.
Tes inteligensi merupakan tes yang direncanakan
untuk mengukur cakupan khusus, yaitu kemampuan
seseorang dalam kaitannya dengan penggunaan
pengetahuan yang ada ke dalam konteks yang bervariasi.
Tes inteligensi pada prinsipnya tidak mengukur
inteligensi atau bakat yang ada pada seseorang secara
murni, tetapi kemampuan seorang peserta tes dalam
memecahkan permasalahan yang sudah direncanakan oleh
si pembuat tes. Tes semacam ini, banyak digunakan pada
tes yang mempunyai tujuan memprediksi keberhasilan
seseorang ketika mereka masuk di sekolah yang hendak
diikuti, Keberhasilan penampilan dalam tes inteligensi,
pada umumnya tergantung pada latar belakang subjek yang
4. Pengukuran Kepribadian
Kepribadian seseorang ternyata juga menjadi salah
satu garapan penting dalam penelitian pendidikan. Karena
memang sebagian besar penelitian pendidikan mempunyai
subjek garapan adalah manusia, baik itu sebagai siswa,
guru, orang tua maupun masyarakat. Subjek penelitian
pendidikan dapat berupa individual atau kelompok yang
dua-duanya mengandung unsur pribadi sebagai manusia.
Tes kepribadian dapat dibedakan menjadi dua macam yang
pada prinsipnya tergantung dari teknik yang digunakan dan
tinjauan teori yang mendasari pembuatan tes tersebut
teknik inventori dan teknik proyektif.
1. Teknik Inventori
Pada teknik inventori, posisi subjek
direpresentasikan dengan item pertanyaan atau pernyataan
yang menggambarkan bentuk tingkah laku seseorang. Pada
tes inventori ini, subjek diminta untuk menunjukkan apakah
masing-masing pernyataan atau pertanyaan merefleksikan
tingkah laku mereka, dengan menjawab ya atau tidak;
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Jawaban yang mereka berikan kemudian dihitung melalui
angka jawaban yang sesuai dengan sifat-sifat yang peneliti
hendak ukur.
Tes inventori telah digunakan oleh para peneliti
pendidikan guna memperoleh sifat-sifat kelompok tertentu,
misalnya motivasi anak terhadap pilihan sekolah mereka
SMK atau SMU. Minat para siswa SMK kelas tiga dalam
memasuki dan memilih jenis pekerjaan, keadaan para
alumni setelah mereka menyelesaikan pendidikannya, dan
para siswa yang keluar atau drop out karena alasan
tertentu.
Teknik inventori juga digunakan untuk mencari
hubungan antara variabel yang berkaitan dengan kegiatan
dalam pendidikan termasuk, misalnya inteligensi,
2. Teknik Proyektif
Teknik proyektif merupakan teknik pengukuran di
mana individu sebagai sumber informasi ditanya dan
kemudian menjawab stimulus yang disajikan oleh para
peneliti dalam bentuk tes yang diatur secara tidak
terstruktur. Teknik ini disebut teknik proyektif karena
8
Nazir, 2005, Metode Penelitian, Bogor : Ghalia
Indonesia, hh. 328-329.
9
Ibid.
1. Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang banyak digunakan
oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap
seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang
diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden.
Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban
atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan,
misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Sementara
Sukardi membatasi empat pilihan saja; sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Alasan Sukardi karena orang Asia termasuk orang Indonesia
cenderung pilih pertengaan (Netral) dan takut menerima
resiko bila bersikap tegas.10
Skala ukur tersebut pada umumnya ditempatkan
berdampingan dengan pertanyaan atau pernyataan yang
telah direncanakan, dengan tujuan agar responderi
lebih mudah mengecek maupun memberikan pilihan
jawaban yang sesuai dengan pertimbangan mereka.
Responden dianjurkan untuk memilih kategori
jawaban yang telah diatur oleh peneliti, misalnya sangat
setuju (SS), setuju (CS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) dengan memberikan tanda silang (x) pada
jawaban yang dirasa cocok.
Dalam perencanaan penelitian item-item
pertanyaan atau pernyataan pada umumnya telah
dikelompokkan menurut variabel yang hendak menjadi
perhatian peneliti. Dengan cara demikian ini, peneliti atau
pembaca lain dapat dengan mudah mengecek kebulatan
10
Sukardi, 2002, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta: Bumu Aksara , h.147
2. Skala Thurstone
Skala pengukuran jenis kedua ini semula
dikembangakan oleh L.L. Thurstone. Dia mengembangkan
metode pengukuran untuk mengurutkan responden
3. Skala Guttman
Skala Guttman sering pula disebut sebagai teknik
kumulatif. Guttman mengembangkan teknik ini guna
1. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang
digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur, Gay
(1983). Seorang guru hendak melakukan tes untuk
melakukan penilaian apakah para siswa dapat menguasai
pengetahuan yang telah diberikan di kelas. Agar dapat
memperoleh hasil yang baik guru tersebut perlu membuat
atau mengembangkan tes yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, kemudian memanfaatkannya untuk
mengukur peserta didik. Oleh karena guru mengetahui
seluk-beluk siswa yang diajarkannya, mereka dapat
membuat tes yang cocok dengan tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Apakah tes tersebut dapat mengukur
pada siswa lain dalam mata pelajaran sama dan guru yang
berbeda? Pertanyaan tersebut memerlukan kajian yang
cermat untuk menjawabnya.
Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain
adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes
mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah
valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid
2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang
menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk
sementara atau hypotetical construct. Konstruk, secara
definitif, merupakan suatu sifat yang tidak dapat
diobservasi, tetapi para peneliti dapat merasakan
pengaruhnya melalui satu atau dua indranya. Contoh suatu
3. Validitas Konkuren
Validitas konkuren adalah derajat di mana skor
dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah
dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya
diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan kriteria
valid yang sudah ada. Seringkali juga terjadi bahwa tes
dibuat atau dikembangkan untuk pekerjaan sama seperti
beberapa tes lainnya, tetapi dengan cara yang lebih mudah
dan lebih cepat. Validitas konkuren ditentukan dengan
membangun analisis hubungan atau pembedaan. Metode
hubungan pada umumya dilakukan dengan cara melibatkan
antara skor-skor pada tes dengan skor tes yang telah baku
atau kriteria tes yang sudah ada. Cara-cara membuat tes
dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan
beberapa langkah seperti berikut.
a. Administrasikan tes yang baru dilakukan terhadap grup
atau anggota kelompok.
b. Catat tes baku yang ada termasuk berapa koefisien
validitasnya jika ada.
c. Hubungkan atau korelasikan dua tes skor tersebut.
Hasil yang dicapai atau koefisien validitas yang
muncul menunjukkan derajat hubungan validitas tes yang
baru. Jika koefisien tinggi, berarti tes yang baru tersebut
mempunyai validitas konkuren baik. Sebaliknya tes yang
baru dikatakan mempunyai validitas konkuren jelek, jika
koefisien yang dihasilkan rendah.
Metode pembeda (discrimination) merupakan
validitas konkuren yang melibatkan penentuan suatu tes.
Jika skor tes dapat digunakan untuk membedakan antara
orang yang memiliki sifat-sifat tertentu yang diinginkan
dengan seseorang yang tidak memiliki sifat-sifat tersebut.
4. Validitas Prediksi
Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan
suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang
akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang
direncanakan.Tes kemampuan aljabar, sebagai contohnya,
dapat dikatakan mempunyai nilai validasi prediksi, jika tes
tersebut dapat menduga pada seseorang yang memiliki
kemampuan aljabar dengan anak yang tidak memiliki
kemampuan. Tes kemampuan akademik yang sering
diberikan pada mahasiswa yang hendak melanjutkan ke
jenjang pascasarjana juga dikenal mempunyai nilai prediksi
yang baik terhadap calon mahasiswa dalam menyelesaikan
studi di pascasarjana tersebut.
Instrumen validitas prediksi mungkin bervariasi
bentuknya tergantung beberapa faktor, misalnya kurikulum
yang digunakan, buku pegangan yang dipakai, intensitas
mengajar, dan letak geografis atau daerah sekolah. Yang
perlu diperhatikan ketika peneliti akan melakukan tes
prediksi di antaranya adalah perlunya memperhatikan
proses dan cara membandingkan instrumen yang divalidasi
dengan tes yang telah dibakukan. Untuk tes validasi
prediksi, prinsip instrumen umum yang menyatakan bahwa
tidak ada tes yang memiliki tes prediksi sempurna masih
tetap berlaku. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa skor
tes yang dihasilkan juga memiliki sifat ketidaksempurnaan
tersebut. Konsekuensi lain dari prinsip umum tersebut yang
harus selalu diingat oleh para peneliti adalah bahwa
menggunakan kombinasi beberapa kriteria akan lebih tepat
1. Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang
menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke
waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh
dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau
lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata
lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor
seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah
sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes
tersebut. Dengan melakukan tes-retes tersebut peneliti
mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes mengukur
dengan apa yang ingin diukur. Reliabilitas tes-retes ini
penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan
predicktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak
akan bermanfaat,jika ternyata menunjukkan hasil yang
BAB V
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Pengertian Data
Data adalah segala sesuatu yang sudah dicatat.
Segala sesuatu itu bisa berbentuk dokumen, batu-
batuan, air, pohon, manusia. Data digolongkan menjadi
beberapa golongan atau jenis. Dilihat dari sifatnya data
terbagi 2 (dua), yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Dilihat dari sumbernya, data skalanya,
dikenal dengan data nominal, ordinal, interval, ratio.
Dilihat dari sifatnya yang lain, data dikenal dengan data
kontinus dan data kategorikal.
2. Sifat Data
Data dilihat dari sifatnya terdiri dari:
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat
atau non angka. Seperti jenis pekerjaan seseorang
(petani, pedagang, pegawai negeri, ABRI, Wiraswasta,
d11). Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, Perguruan
Tinggi, Diploma). Data kualitatif dapat
dikualifikasikan sesuai dengan kebutuhan.
Penting untuk diperhatikan bahwa data kualitatif
berbeda dari penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif mengacu kepada metodologi penelitian
dengan paradigma yang khas dan berbeda dari
penelitian kuantitatif (nonkualitatif). Sedangkan data
kualitatif mengacu kepada data yang bersifat non-
angka.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-
angka. Misalnya berat badan 56 kg, tinggi badan 165
cm, kecepatan berlari, frekuensi kehadiran kuliah dan
lain-lain.
3. Sumber Data
Dilihat dari sumbernya data terbagi dua, yaitu data,
primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diambil langsung, tanpa perantara dari sumbernya.
Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau
manusia. Misalnya, seorang antroplologi mendapatkan
data primernya dengan cara datang langsung kesuatu desa
untuk mengamati kehidupan suatu suku di desa tersebut.
Sedangkan, data skunder adalah data yang diambil
secara tidak langsung dari sumbernya. Data
sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen
(laporan, karya tulis orang lain, Koran dan Majalah).
4. Penyajian Data
Setiap penelitian harus dapat menyajikan data
sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian
yang diinginkan, baik yang diperoleh melalui observasi,
wawancara, kuesioner (angket) maupun dokumentasi.
Prinsip dasar penyajian data adalah komunikatif dan
lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik
perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah
memahami isinya. Penyajian data kumunikatif dapat di
lakukan dalam bentuk :
a.Teks
Teks (textular) atau dikenal juga dengan narasi.
Penyajian cara textular adalah penyajian data hasil
penelitian dalam bentuk kalimat. Penyajian ini dikenal juga
narasi yakni penyajian data melalui diskripsi dari suatu
kejadiaan atau peristiwa misalnya, menyajikan suatu
5. Analisis Data
Secara umum analisis data meliputi tiga langkah,
yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai
dengan analisis yang digunakan.
a. Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan sebenarnya untuk
menyortir atau memilih data agar data yang akan
digunakan benar-benar data yang memenuhi syarat
penelitian, sehingga dapat dihindari pengunaan data
yang tidak memenuhi syarat. Hal ini tentu dimaksudkan
agar hasil penelitian benar-benar valid dan memperkecil
kemungkinan terjadinya kesalahan pada tahap
pengumpulan data. Oleh karena itu, agar data yang
digunakan benar-benar layak untuk dijadikan sumber
informasi dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam kegiatan persiapan ini adalah:
1) Mengecek kelengkapan nama dan identitas pengisi.
Hal ini dilakukan untuk kepentingan pengolahan Iebih
lanjut.
2) Mengecek kelengkapan data, yakni memeriksa
instrumen pengumpulan data. Bila ternyata ada
kekurangan halaman atau isi instrumen perlu
dilakukan pengembalian atau pengulangan di
kancah.
3) Mengecek isian data. Bila dalam isian instrumen
ternyata ada beberapa item yang di jawaban lain
yang tidak diharapkan oleh peneliti, maka item ini
perlu didrop.
b. Tabulasi
Adapun beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam
proses tabulasi data, antara lain sebagai berikut :
1) Memberikan skor terhadap item-item yang perlu
diberikan skor. Seperti tes, angket bentuk pilihan
ganda, rating scale, dll.
2) Memberi kode terhadap item-item yang tidak diberi
skor. Misalnya, jenis kelamin (pria=1, wanita=0),
tingkat pendidikan (SD=1, SMP=2, SMA=3, PT=4), dll.
3) Mengubah jenis data, disesuaikan dengan teknik
analisis yang akan digunakan. Misalnya, data interval
diubah menjadi data ordinal dengan membuat
tingkatan, data ordinal atau interval diubah menjdai
data diskrit.
4) Memberi kode (coding). Kegiatan ini dilakukan
biasanya untuk pengolahan data dengan
mengunakan computer, misalnya memberi kode
pada sernua variabel, lalu menempatkan di
dalam coing sheet (coding Jot). dalam baris
berapa dan kolom berapa dan seterusnya.
B. Analisis Data
Analisis data penelitian adalah pengelolaan data
dengan menggunakan teknik pengolahan data berupa rumus-
rumus atau aturan-aturan yang sesuai dengan rumusan
masalah dan pendekatan penelitian yang digunakan.
Kegiatan analisis data dalam suatu penelitian dapat
dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu mendeskripsikan
data dan melakukkan uji statistika.
1. Mendeskripsikan Data
Mendiskripsikan data adalah menggambarkan data
yang ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden,
sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain
yang tertarik dengan hasil penelian yang dilakukan.
Mendeskripsikan informasi dari responden ini ada dua
macam. Jika data yang ada adalah data kualitatif, maka
deskripsi data ini dilakukan dengan cara menyusun dan
mengelompokan data yang ada, sehingga memberikan
gambaran nyata terhadap responden.
Jika data tersebut dalam bentuk kuantitatif atau
ditransfer dalam bentuk angka, maka cara mendeskripsikan
data dapat dilakukan dengan mengunakan statistik
deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan
mengunakan teknik statistik adalah untuk meringkas data
agar menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti. Yang
termasuk analisis deskriptif pada umumnya termasuk
mengukur tendency central dan pengukuran variasi
kelompok.
Pertimbangan dalam memilih alat uji statistik adalah
sebagai berikut:
a. Pertanyaan peneliti yang digunakan,
b. Keadaan data yang akan dianalisis, antara lain
distribusi dan penyebaran data, jenis data dll,
c. Pengetahuan statistik,
d. Ketersediaan sumber data.
Tot
Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 al
39 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 70
40 4 4 4 4 3 4 4 4 5 2 2 4 4 2 3 4 4 4 5 4 4 4 82
41 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 3 4 4 89
42 3 2 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 4 2 2 3 71
43 3 4 3 3 4 3 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 76
44 4 5 5 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 102
45 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 71
46 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 55
47 1 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 4 2 3 2 3 4 2 2 3 60
48 1 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 72
49 2 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 5 5 4 86
50 4 5 4 5 4 5 4 3 4 5 5 4 5 4 3 3 4 5 4 4 5 4 93
51 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 73
52 3 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 4 86
53 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 91
54 4 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 3 2 4 3 2 2 3 3 2 74
55 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 106
15 18 19 19 19 19 20 21 19 19 19 19 20 19 20 20 20 21 19 20 18 18 431
Total 8 9 3 2 5 7 3 0 9 4 4 7 1 4 1 0 7 6 6 6 7 4 3
"Rata- 2.8 3.4 3.5 3.4 3.5 3.5 3.6 3.8 3.6 3.5 3.5 3.5 3.6 3.5 3.6 3.6 3.7 3.9 3.5 3.7 3.4 3.3
rata" 7 4 1 9 5 8 9 2 2 3 3 8 5 3 5 4 6 3 6 5 0 5
11 5 4 3 4 5 3 5 2 2 4 5 5 3 5 4 3 4 4 4 74
12 2 3 3 4 3 4 1 3 2 3 4 3 2 4 4 3 4 2 1 55
13 4 3 4 3 4 5 4 3 4 4 2 3 4 4 4 5 3 3 4 70
14 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 3 81
15 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 56
16 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 70
17 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 81
18 1 3 4 4 1 5 3 3 4 1 4 3 3 4 1 3 3 4 3 57
19 3 3 4 3 4 5 4 4 5 3 4 3 4 5 3 4 4 3 4 72
20 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 82
21 1 3 4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 58
22 2 4 4 2 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 2 4 5 4 4 71
23 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 83
24 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 5 5 77
25 4 4 3 3 4 5 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 3 3 4 71
26 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 84
27 4 2 3 4 4 2 4 4 3 2 4 3 4 4 4 2 2 3 2 60
28 4 2 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 72
29 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 77
30 2 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 2 2 60
31 5 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 73
32 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 87
33 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 3 63
34 3 4 4 3 4 2 4 5 5 4 3 4 5 5 4 3 5 3 4 74
35 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 86
36 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 5 3 3 3 4 4 3 4 64
37 2 4 3 4 5 4 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 4 4 2 75
38 3 3 5 4 3 5 3 2 3 4 5 5 3 3 5 3 4 5 4 72
39 3 2 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 5 4 4 3 4 4 2 64
40 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 75
41 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 88
42 3 3 3 3 4 2 3 2 2 4 5 5 3 3 3 3 3 4 4 62
43 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 76
44 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 88
45 5 4 3 4 4 3 3 2 4 3 5 3 3 4 2 3 4 4 2 65
46 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 77
47 5 4 4 3 3 5 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 72
48 4 4 2 3 4 5 2 2 3 4 3 5 4 2 4 4 3 4 4 66
49 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 78
50 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 90
51 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 66
52 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 79
53 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 94
54 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 5 4 3 3 4 4 5 4 4 67
55 4 3 3 3 3 2 3 2 2 4 5 5 3 3 3 3 3 4 3 61
203
204
208
196
206
194
208
197
200
206
218
217
206
215
218
209
208
209
193
Total 3915
3.71
3.56
3.53
3.58
3.75
3.95
3.91
3.80
3.80
3.69
3.78
3.75
3.78
3.64
3.96
3.75
3.96
3.78
3.51
rata"
1) analisis deskripsi
Peneliti diskripsi merupakan peneliti non hipotesis,
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis. Sifat dan analisis data penelitian
deskiptif ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yang
bersifat eksploratif dan bersifat developmental.
a) Penelitian deskiptif yang bersifat eksploratif
Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan keadan fenomena. Jadi,
peneliti hanya ingin mengetahui keadaan
sesuatu. Contoh dari rekap data tersebut
ditabulasi ke dalam tabel frekuensi 5.3,
sebagai berikut.
No SE MO
1 53 68
2 87 65
3 53 48
4 77 68
5 61 80
6 57 53
7 79 68
8 88 69
9 59 54
10 79 69
11 88 74
12 61 55
13 79 70
14 96 81
15 63 56
16 82 70
17 48 81
18 76 57
19 100 72
20 98 82
21 67 58
22 78 71
23 90 83
24 66 77
25 80 71
26 90 84
27 68 60
28 80 72
29 92 77
30 68 60
31 105 73
32 97 87
33 69 63
34 84 74
35 87 86
36 70 64
37 84 75
38 97 72
39 70 64
40 82 75
41 89 88
42 71 62
43 76 76
44 102 88
45 71 65
46 55 77
47 60 72
48 72 66
49 86 78
50 93 90
51 73 66
52 86 79
53 91 94
54 74 67
55 106 61
4313 3915
78.418182 71.181818
2) Analisis Komparasi
Penelitian kompa ra si bias anya dila kuka n
untuk membandingkan dua variabel atau lebih, sehingga
akan diperoleh persamaan atau perbedaan-perbedaan
tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur,
tentang kerja, tentang ide-ide dan lain-lain. Sedangkan
penelitian yang bersifat causal comparative studies
merupakan penelitian komperatif untuk melihat
perbandingan dua kejadian atau lebih, lalu mencari
penyebabnya.
Analisis data yang bersifat komparatif harus dilihat
terlebih dahulu apakah penelitiannya menggunakan
hipotesis atau non hipotesis. Perbedaan penelitian
hipotesis dengan penelitian non hipotesis terletak pada
hipotesis yang digunakan. Penelitian hipotesis rumusan
hipotesis dibuat sebelum analisis data dilakukan,
sedangkan penelitian non hipotesis tidak menggunakan
rumusan hipotesis.
Analisis komparatif dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan. Teknik analisis yang digunakan
antara lain tes "t" chi kuadrat, analisis varian dan lain-
lain. Terdapat dua model komparasi, yaitu komparasi
antara lebih dari dua sampel atau yang dikenal dengan k
sampel (multi variat). Setiap model komparasi,
sampel/variat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampel
yang berkorelasi dan sampel yang tidak berkorelasi
(independent). Sampel yang berkorelasi biasanya
terdapat dalam penelitian eksprimen. Sebagai contoh,
dalam membuat perbandingan kemampuan kerja pegawai
11
Iqbal Hasan. M, 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, h. 100.
3) Analisis Korelasi
Penelitian korelasi adalah penelitian yang di lakukan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua
variabel atau lebih. Jika ada hubungan, seberapa
besar hubungannya. Untuk menyatakan hubungan
digunakan kefiesien korelasi yang besarnya antara 0 sampai
t I.
Hubungan antara dua variabel disebut dengan korelasi
bivariat sedangkan hubungan antara tiga variabel atau lebih
disebut multivariat. Contoh penelitian yang menyatakan
hubungan antara dua variabel adalah korelasi antara
12
ibid.
4) Analisis regresi
Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan
yang sangat erat. Setiap regresi pasti ada korelasinya,
tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.
Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah
korelasi antara dua variabel yang tidak mempunyai
hubungan kausal atau sebab akibat, atau hubungan
furigsional. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua
variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Untuk
menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kausal
atau tidak, maka harus didasarkan pada teori atau
konsep-konsep tentang dua variabel tersebut. Misalnya,
nilai fisika dan nilai matematika, dapat dikatakan sebagai
hubungan kausal, pengaruh antara nilai bahasa arab
dengan nilai tafsir, dan lain-lain. Pengaruh
kepemimpinan dengan kepuasan kerja guru dapat
dikatakan mempunyai hubungan fungsional.
Dalam melakukan analisis korelasi terlebih dahulu
harus diketahui apakah variabel-variabel yang akan
dikorelasikan itu merupakan regresi linier atau regresi
nonlinear, karena hal ini akan menentukan teknik analisis
BAB VI
ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF
A. Pengantar
Data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari
berbagai sumber menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara
terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan
yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data
tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah
data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif),
sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada
polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami
kesulitan dalam melakukan analisis. Melakukan analisis
adalah pekerjaan yang sulit, dan memerlukan kerja keras.
Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan
intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat
untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus
mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat
peneliti. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh
peneliti yaitu berbeda. Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dari temuannya dan
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam
unit-unit tertentu untuk menentukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan diceriterakan kepada orang lain.
Dalam proses penelitian kualitatif, analisis digunakan untuk
memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga
hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Spradley
menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis apapun,
adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
Pengumpula
n Data
Display
Data
Reduksi
Data
Pengumpulan
Data
Gambar 8. 1
Analisis Komponen Model Miles dan Huberman
c. Penarikan Kesimpulan
Analisis Komponen
Mencari
hubungan di antara
domain, dan bagaimana
hubungan dengan
keseluruhan, dan
selanjutnya dinyatakan
ke dalam tema/judul
penelitian.
a. Analisis Domain
Setelah peneliti memasuki obyek penelitian yang
berupa situasi sosial yang terdiri atas, place, actor dan
activity (PAA), selanjutnya melaksanakan observasi
partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara,
melakukan observasi deskriptif, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis domain.
Analisis domain merupakan langkah pertama dalam
penelitian kualitatif. Langkah selanjutnya adalah analisis
b. Analisis Taksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain,
sehingga melakukan domain-domain atau kategori dan
situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang
dipilih oleh peneliti dan selanjutnya ditetapkan sebagai
fokus penelitian, perlu diperdalam lagi melalui
pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan data
dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan,
wawancara mendalam dan argumentasi sehingga data yang
terkumpul menjadi banyak. Oleh karena itu, pada tahap ini
diperlukan analisis lagi yang disebut dengan analisis
taksonomi. Jadi analisis taksonomi adalah analisis terhadap
keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang
telah ditetapkan. Dengan demikian domain yang telah
ditetapkan menjadi cover term peneliti dapat diurai secara
lebih rinci dan mendalam melalui lisis taksonomi ini. Hasil
analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram
kotak (box diagram), diagram garis dan simpul (lines
(node diagram) dan out line.
c. Analisis Komponensial
Dalam analisis taksonomi, yang diuraikan adalah
domain yang telah ditetapkan menjadi fokus. Melalui
analisis taksonomi, setiap domain dicari elemen yang
serupa atau serumpun. Ini diperoleh melalui observasi dan
wawancara serta dokumentasi yang terfokus. Pada analisis
komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam
domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru
yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Data ini dicari
melalul observasi, wawancara dan dokumentasi yang
terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat
triangulasi tersebut, sejumlah dimensi yang spesifik dan
berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan.
Sebagai contoh, dalam analisis taksonomi telah ditemukan
berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan jenjang
dan jenis pendidikan tersebut, selanjutnya dicari elemen
yang spesifik dan kontras pada tujuan sekolah, kurikulum,
peserta didik, tenaga kependidikan dan sistem
manajemennya.
1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan pengamatan
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain, dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatkan ketekunan dalam penelitian, tringulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
member check.
Mengapa dengan perpanjangan pengamatan akan
dapat meningkatkan kepercayaan/kredibitas data? Dengan
perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk
raport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport,
maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di mana
kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang
dipelajari.
b. Meningkatkan Ketekunan
Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat
meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan
itu ibarat kita mengecek pengerjaan soal-soal ujian, atau
meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah
dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah
ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan
ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi
buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
c. Triangulasi
Triangulation is qualitative cross-validation, It
assesses the sufficiency of the data according to the
convergence of multiple data sources or multiple data
collection procedures (Wiliam Wiersma, 1986). Triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dan berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian, terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
kredibilitas data tentang perilaku murid, maka
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh
dapat dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan
dan orang tuanya. Data dan ketiga sumber tersebut, tidak
bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif,
tetapi dideskripsikan, dikategonisasikan, mana pandangan
yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dan tiga
sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chcek)
dengan tiga sumber data tersebut.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data diperoleh
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi
hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak
masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara
mengecek hasil penelitian, dan tim peneliti lain yang diberi
tugas melakukan pengumpulan data.
2. Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam
penelitian. Validitas eksternal menunjukkan derajat
ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke
populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini
berkenaan dengan pertanyaan, sampai dimana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi
lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung
pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut
dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
Peneliti sendiri tidak menjamin “validitas eksternal” ini.
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut
reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila
orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian
tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Sering terjadi, peneliti tidak melakukan
proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan
data. Peneliti seperti ini perlu diuji depenabilitynya. Kalau
proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk
itu pengujian depenability dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan,
menentukan sumber data, melakukan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika
peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak
aktivitas lapangannya”, maka depenabilitas penelitiannya
patut diragukan (Sanafiah Faisal 1990). Pengujian
konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan
uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif
bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam
4. Pengujian Konfirmability
Konfirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil
penelitian merupakan fungsi dan proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai
proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.
BAB VII
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada subbab ini, yang dimaksudkan dengan
kesimpulan penelitian adalah pernyataan singkat tentang
hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang harus
pengetesan hipotesis yang telah dilakukan di bab
sebelumnya. Tujuan penulisan kesimpulan adalah untuk
memberikan kesempatan dan informasi kepada para
pembaca guna mengetahui secara cepat tentang apa hasil
akhir yang diperoleh dan penelitian yang telah dilakukan.
Pada bagian kesimpulan ini, peneliti dapat menyampaikan
ringkasan basil yang dianggap penting, dengan tidak
menggunakan bahasa statistik lagi. Mereka dianjurkan
menguraikan hasil analisis data dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh para pembaca maupun oleh orang-orang
yang berkepentingan. Oleh karena itu, beberapa istilah
seperti misalnya nilai signifikan, kesalahan tipe I dan
kesalahan tipe II, ditolak atau diterimanya suatu analisis
diganti dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga orang
lain termasuk para pembaca, sponsor, dan para
pengambilan keputusan dapat mengerti dan menggunakan
secara tepat.
Kesalahan yang sering ditemui adalah peneliti
membuat kesimpulan yang lain yang bukan dan hasil
analisis data, tetapi memberikan tafsiran mereka menurut
gambaran yang telah ada dalam pikiran peneliti. Sering
B. Implikasi.
Implikasi merupakan akibat dari sebuah kesimpulan
penelitian. Maka rumusannya selalu ” Karena ...........
maka hasil penelitian ini akan berakibat
terhadap ................”.
C. Saran-Saran
Saran yang diberikan kepada para pembaca,
sebaiknya saran-saran yang betul-betul didasarkan atas
hasil temuan dalam studi yang telah dilakukan, dan bukan
berupa pendapat atau tinjauan idealis pribadi peneliti.
Ditambah lagi, saran yang diajukan hendaknya saran yang
konstruktif dengan mengacu kepada terpenuhinya beberapa
persyaratan saran yang baik seperti di bawah ini.
1. Saran sebaiknya diuraikan secara singkat dengan bahasa
yang jelas.
2. Saran mempunyai sasaran subjek yang jelas yang
memiliki otoritas penerapan misalnya kepala sekolah,
guru, atau para penyelenggara pendidikan.
BAB VIII
TEKNIK PENULISAN
A. Aturan Penulisan
Skripsi ditulis dua spasi pada kertas HVS 70 gram,
berukuran A4. Margin penulisan adalah; 4 cm dan tepi kiri
dan tepi atas, 3 cm dan tepi kanan dan tepi bawah.
Paragraf dimulai pada 7 pukulan tik atau spasi “tab” pada
komputer. Jenis dan ukuran huruf adalah Time New Roman
”12” dengan huruf tegak bukan huruf miring kecuali pada
bagian-hagian khusus. Komputer akan mengatur sendiri agar
tepi kiri dan tepi kanan tulisan menjadi rata dan tidak ada
pemotongan kata dengan mengklik ctrl J atau icon Justify.
Huruf atau kata yang dicetak miring (italic) untuk
menuliskan kata dalam bahasa asing dan menulis judul buku
yang ada pada catatan kaki dan pada daftar pustaka. Judul
bab ditulis dengan huruf besar pada halaman baru,
ditempatkan di tengah-tengah secara simetris. Nomor bab
menggunakan angka Romawi besar (I, II, III dst). Sub judul
bab diberi nomor urut alfabetis ditulis dengan huruf besar
(A-B.-C dst), sedangkan unsur-unsur dan setiap sub judul
ditulis dengan angka nomor urut ( 1-2-3 dst). Selanjutnya
pasal dipakai huruf kecil (a, b, c, dst), kemudian ayatnya
ditulis { 1), 2), 3), dst }. Jika ada rinciannya lagi digunakan
{ a), b), c), dst}.
Nomor halaman menggunakan angka ditempatkan
pada sudut kanan atas, kecuali untuk halaman judul bab
ditempatkan di tengah-tengah halaman bagian bawah.
Nomor halaman untuk kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar lampiran, daftar gambar dan lain-Iainnya (jika
ada), menggunakan angka Romawi kecil (i-ii-iii-iv dst)
ditempatkan di tengah-tengah halaman bagian bawah.
Judul tabel, gambar, diagram dan yang sejenisnya diberi
nomor urut dengan angka Arab (biasa) dan ditulis di atas isi
tabel, sedangkan untuk diagram dan gambar diletakan di
bawah. Jika isi tabel diambil dan data pada suatu lembaga,
maka di bawah tabel diberi keterangan yang isinya; sumber
data tersebut misalnya, Sumber: Dinas Pendidikan
Kabupaten Bekasi Tahun 2009. Isi tabel dibuat dalam
kolom-kolom tabel vertikal dan horizontaI, kecuali tabel
yang berisi dua unsur atau dua aspek tidak usah diberi
kolom.
1. Penomoran
Agar mudah bagi para pembaca untuk dapat
mengetahui dengan mudah substansi yang dilaporkan,
peneliti biasanya memberikan penomoran. Penomoran
halaman mungkin diletakkan di sebelah kanan atas,
kanan bawah, atau tengah bawah, dua spasi di atas baris
pertama teks atau 2 cm dan baris terakhir. Bila dilihat
dan tepi atas atau bawah penomoran dapat 3 cm dan
tepi atas dan dan tepi bawah. Nomor-nomor halaman
tersebut biasanya digunakan huruf Arab. Jika
menggunakan penomoran komputer akan mengerjakan
secara otomatis setelah mendapat perintah atau
command yang sesuai. Laporan penelitian yang
menggunakan sejumlah rumus, persamaan matematis,
persamaan aljabar, penomoran dibuat dengan
menggunakan angka Arab yang ditempatkan di batas tepi
di antara dua kurung.
Tata tulis laporan penelitian pada umumnya
mencakup:
1) Kertas naskah dan sampul,
2) Pengetikan,
3) Penomoran,
4) Penyajian tabel dan gambar,
5) Pengutipan, dan
6) Penulisan daftar pustaka.
3. Pengetikan
Naskah laporan pada umumnya diketik dengan
menggunakan huruf pica yang mencakup 10 huruf dalam
1 inchi. Jika diketik menggunakan komputer, laporan
diketik menggunakan kualitas surat (letter quality).
Laporan penelitian biasanya diketik dengan menggunakan
jarak antar baris 2 spasi. Hal yang demikian berbeda jika
seorang peneliti mengetik abstrak penelitian. Abstrak
penelitian biasanya diketik dengan jarak antar baris 1
spasi.
Batas tepi pengetikan naskah pada umumnya
mencakup ketentuan seperti berikut:
a) tepi atas= 4 cm,
b) tepi bawah = 3 cm,
c) tepi kiri= 4 cm,
d) tepi kanan = 3 cm.
Alinea baru dimulai pada huruf keenam dan tepi kiri
atau satu tab ketukan pada mesin ketik atau mesin
komputer. Judul bab diketik dengan huruf kapital
yang penempatannya diatur secara simetris antara
B. Notasi Ilmiah
Dalam laporan penelitian kutipan dibedakan
menjadi kutipan langsung dan tidak langsung. Pengutipan
dikatakan langsung jika substansi ditulis sama persis dengan
sumber aslinya. Cara menulis kutipan langsung adalah
dengan menggunakan dalam satu spasi dimulai dan satu
ketukan tab dan margin kiri.
Kutipan dikatakan tidak langsung, jika peneliti
menulis substansi tidak sama persis dengan aslinya. Untuk
kutipan tidak langsung, maka peneliti dapat menulis dengan
spasi rangkap sama seperti teksnya. Untuk semua kutipan
baik secara langsung maupun tidak langsung, setelah
substansi yang diinginkan ditulis, sebaiknya sumber kutipan
nama pengarang atau pemilik ide, tahun terbitan, dan
nomor halaman.
2. Catatan Kaki
Catatan kaki adalah penyebutan sumber yang
dijadikan kutipan, untuk memberikan penghargaan
3
Peter lauster, 2012, Tes Kepribadian terjemahan D.H.
Gulo, Solo: Sultan Press, h. 27.
4
Mariamis (Ed.), 2012), Kurikulum Pendidikan Budaya
Solo: Sultan Press, hh. 22-23.
4
Ibid., h. 131.
15
Diessel dan Tomasello, loc. cit.
16
Diessel dan Tomasello, op. cit., h.7.
17
Diessel dan Tomasello, 1988, loc.cit.
3. Daftar Pustaka
(CATATAN KAKI)
1
Ronald K. Hambleton, H. Swaminathán dan H. Jane
Rogers, 1991, Fundamentals of Item Response Theory
London: Sage Publications, hh. 12-13.
[DAFTAR PUSTAKA]
[CATATAN KAKI]
2.
John A. R. Wilson et al.,2004, Psychological Foundation of
Learning and Teaching, New York: McGraw-Hill Book
Company, h. 406.
[DAFTARPUSTAKA]
Wilson, John A. R., et al.,2004, Psychological Foundation
of Learning and Teaching. New York: McGraw-Hill
Book Company.
[CATATAN KAKI]
3
Kementerian Pendidikan Nasional, Rencana Strategi
Pendidikan, Jakarta: Dit.Program, h. 32.
[DAFTAR PUSTAKA]
Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Rencana Strategi
Pendidikan. Jakarta:Dit.Program.
Oleh
Arif Susanto
NIM. 10934022685
Skripsi
Ditulis untuk Memenuhi sebahagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Arif Susanto
NIM. 10934022685
PERSETUJUAN
PENGESAHAN
DAFTAR REFERENSI