Anda di halaman 1dari 25

12

III. MATA

3.1. Tinjauan Pustaka

3.1.1. Morfologi Mata Ikan

a. retina mata ikan

Retina merupakan bagian mata ikan yang terletak di bagian bola mata ikan,

bentuk dari retina sendiri seperti kapsul atau mangkok. Letak dari retina berada di

bagian belakang lensa mata dan vitreous humor. Fungsi dari retina yaitu mengubah

cahaya yang datang menjadi sinyal syaraf. Visual sel tersebut merupakan pigmen

yang mempunyai kemampuan menyerap sinar berlebih sebelum mencapai reseptor.

Pada ikan teleostei, umumnya memiliki jenis retina duplek yaitu di dalam retina

terdapat kedua jenis reseptor yaitu sel kon dan sel rod. Perbedaan distribusi kedua

reseptor tersebut pada berbagai jenis ikan erat kaitannya denga pemanfaatan indera

penglihatan dalam lingkungan hidupnya (Syam dan Hendra, 2009).

Retina ikan biasanya terdiri dari dua tipe sel kon dan rod yaitu single cone

dan sel batang. Tidak semua jenis ikan memiliki dua jenis reseptor, seperti pada

ikan tuna (Thunnus sp) yang hanya memiliki sel kon saja, tetapi bagi ikan dasar

yang hidupnya dihabiskan di dasar perairan tanpa cahaya matahari, umumnya

hanya memiliki sel rod saja. Susunan sel reseptor terdiri atas single cone dan twin

cone, sedangkan sel rod tidak ditemukan pada susunan tersebut. Dengan adanya sel

kon (kerucut) ganda ini, maka ikan mempunyai kemampuan dapat membedakkan

warna (Fitri dan Asriyanto, 2009).


13

b. vireous humor

Vireous humor merupakan jaringan yang letaknya di belakang mata yang

berbentuk cairan seperti gel transparan. Jaringan tersebut umumnya disebut

vitreous body, vitreous humor, dan vitreous. Vitreous yang terdapat di dalam mata

diproduksi oleh selaput jala. Komposisi Vireous humor hampir sama dengan kornea

tetapi memiliki sel yang lebih sedikit, tanpa pembuluh darah, dan 98–99% dengan

volume terdiri dari air. Fungsi lainnya yaitu untuk memperkukuh atau

mempertahankan bentuk dari mata.

Vitreous humor adalah cairan seperti jeli transparan yang mengisi ruang

posterior. Tekanan cairan vitreous humor yang membuat lapisan retina dan

menunjang kekokohan lapisan mata. Cairan ini mempunyai fungsi membentuk

mata yang kokoh dan juga berfungsi untuk mempertahankan hubungan antara retina

dengan selaput koroid. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.

Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak tidak dapat lagi menyerap air.

Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk

meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu

jaringan bola mata (Santoso, 2015).

C. lensa mata ikan

Lensa mata ikan berbentuk bulat seperti bola, berwarna putih. Lensa banyak

mengandung pigmen yang berfungsi sebagai penyaring radiasi sinar sekaligus

sebagai penguat ketajaman penglihatan mata ikan. Tekstur lensa agak padat dan

keras sekaligus berfungsi sebagai pembentuk citra penglihatan. Bayangan yang

ditangkap oleh retina lalu diteruskan ke lensa memiliki fungsi utama yaitu
14

membentuk bayangan. Pada kebanyakan ikan daya akomodasinya, untuk mengatur

penglihatan dekat dan jauh merupakan hasil dari perubahan jarak antara lensa dan

retina. Sehingga cara kerjanya mirip dengan pergerakan lensa kamera. Lensa mata

ikan bergerak ke depan menjauhi retina untuk pandangan tertutup atau dekat, begitu

juga sebaliknya.

Lensa merupakan bagian terpenting dalam organ penglihatan, karena

berhubungan dengan pengaturan jarak dekat dan jauh. Jika lensa mata ikan

bergerak ke depan menjauhi retina maka bayangan atau pandangan yang ada

tertutup atau dekat. Lensa mata memiliki kekuatan atau keunggulan dalam

penglihatan. Hal ini terjadi karena pada diameter lensa mata ikan yang ikut

bertambah mengakibatkan gambar pada suatu objek yang melalui lensa mata

menuju retina akan semakin cepat, karena nilai sudut pembeda terkecil semakin

kecil (Fitri dan Asriyanto, 2009).

3.1.2. Analisis penglihatan ikan

a. ketajaman penglihatan (vixual acuity)

Ketajaman penglihatan ikan yaitu kemampuan ikan untuk melihat suatu

objek pada garis lurus yang digambarkan dalam bentuk hubungan timbal balik

yang diistilahkan dengan sudut pembeda terkecil. Fungsi dari sudut pembeda

yaitu membedakkan dua penglihatan yang terdepan dengan menggunakan

pengujian histologi. Ketajaman penglihatan pada ikan bergantung pada dua

faktor, yaitu diameter lensa dan kepadatan sel reseptor kon pada ikan. Dijelaskan

pula bahwa semakin tajam penglihatan karena peningkatan kedudukan jarak

fokus lensa daripada kepadatan sel kon-nya (Fitri, 2008). Ketajaman penglihatan

ikan tergantung dari dua faktor yaitu diameter lensa dan kepadatan sel kon pada
15

retina. Diameter lensa mata ikan berbanding lurus dengan ukuran panjang tubuh

ikan yang artinya semakin panjang tubuh ikan maka diameter lensa mata ikan

akan bertambah (Fitri dan Asriyanto, 2009).

Ketajaman penglihatan ikan tergantung dari dua faktor yaitu diameter

lensa dan kapadatan sel kon pada retina. Diameter lensa mata ikan berbanding

lurus dengan ukuran panjang tubuh ikan yang artinya semakin panjang tubuh

ikan maka diameter lensa mata ikan akan bertambah pula. Hal ini terjadi karena

diameter lensa mata ikan yang ikut bertambah mengakibatkan gambar suatu

objek yang melalui lensa mata menuju retina akan semakin cepat, karena nilai

sudut pembeda terkecil semakin kecil. Analisis data ketajaman penglihatan

(visual acuity) dihitung berdasarkan nilai kepadatan sel kon setiap 0,01 mm²

luasan pada masing-masing bagian dari retina dengan menggunakan rumus sudut

pembeda terkecil (minimum separable angle) sebagai berikut :

1 2x0.1x(1+0.25)
αrad=
F √n

Keterangan :

αrad = Sudut pembeda terkecil dalam satuan derajat

F = Jarak fokus lensa

0,25 = Nilai penyusutan spesimen mata akibat proses histologi

n = Jumlah sel kon terpadat per luasan 0,01 mm2 yang merupakan

hasil pengamatan di bawah mikroskop

Menurut Riyanto et al. (2011), ketajaman penglihatan pada ikan

tergantung pada dua faktor, yaitu diameter lensa mata dan kepadatan sel kon.

Ketajaman penglihatan (visual acuity = VA) merupakan kebalikan dari nilai

sudut pembeda terkecil yang dikonversi dengan rumus sebagai berikut :


16

180
VA = αrad x 60
π

Keterangan :

VA = Ketajaman penglihatan

αrad = Sudut pembeda terkecil dalam satuan derajat

b. jarak pandang maksimum (maximum sighting distance)

Menurut Fitri dan Asriyanto (2009), bahwa jarak pandang maksimum

merupakan kemampuan mata ikan untuk melihat objek pada jarak terjauh

berdasarkan nilai ketajaman yang dimilikinya. Jarak pandang maksimum dapat

meningkat seiring semakin besarnya diameter objek benda yang dilihat dan

semakin meningkatnya ukuran panjang tubuh ikan. Secara sederhana semakin

panjang ukuran tubuh ikan maka penlihatannya pun akan semakin jauh.

Perhitungan jarak pandang masksimum (D) dengan menggunakan rumus

phytagoras adalah sebagai berikut :

(0,5)
D=
tan(0,5)αrad

Keterangan :

D = diameter obyek (mm)

αrad = Sudut pembeda terkecil (rad)

Jarak pandang maksimum ikan akan berbeda seiring perbedaan ukuran

panjang tubuhnya, disebabkan semakin besar tubuh ikan maka mata ikan akan

semakin besar. Jarak pandang maksimum dipengaruhi oleh besarnya diameter

lensa mata ikan. Jarak pandang maksimum ikan kerapu memiliki jangkauan yang

lebih jauh dibandingkan ikan kakap dengan obyek benda yang dilihat berukuran

sama karena indeks ketajaman penglihatan ikan kerapu lebih besar dibandingkan
17

ikan kakap sehingga akan berpengaruh terhadap jangkauan penglihatannya.

Jarak pandang maksimum ikan akan semakin meningkat dengan semakin

besarnya ukuran diameter objek benda yang dilihat.

c. sumbu penglihatan (visual axis)

Sumbu penglihatan (visual axis) merupakan pengidentifikasian

kebiasaan ikan melihat suatu obyek. Sumbu penglihatan dapat diperoleh setelah

mengetahui nilai kepadatan sel kon yang terdapat di retina, caranya menarik

lurus bagian retina yang memiliki sel kon tertinggi ke pusat lensa mata. Sebelum

menarik garis lurus harus terlebih dahulu diketahui bagian dorso-temporal,

temporal, dan ventro-temporal di retina mata ikan. Biasanya sumbu penglihatan

ikan menghadap arah depan menurun, arah depan, dan arah depan naik.

Kepadatan sel kon yang tinggi dimungkinkan untuk mengetahui ketajaman

penglihatan dan sumbu penglihatan (Fitri, 2008).

Sumbu penglihatan masing – masing jenis ikan dapat ditentukan setelah

nilai kepadatan sel kon bagian retina telah diketahui. Sumbu penglihatan ikan

Kakap Putih (Lates calcarifer) adalah kedepan atas, karena kepadatan sel kon

terdapat di ventral. Berbeda dengan ukuran diameter lensa, nilai kepadatan sel kon

akan semakin menurun seiring ukurang panjang tubuh ikan yang bertambah. Hal

ini terjadi karena sel kon tersebut mengalami perbesaran ukuran dengan semakin

bertambahnya ukuran tubuh ikan. Berbeda dengan ukuran diameter lensa, nilai

kepadatan sel kon akan semakin menurun jika ukuran panjang tubuh ikan

bertambah, hal ini terjadi karena sel kon tersebut mengalami perbesaran ukuran

dengan semakin bertambahnya ukuran tubuh ikan (Fitri dan Asriyanto, 2009).
18

3.2. Materi dan Metode

3.2.1. Materi

a. alat

Alat yang digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan Materi Fisiologi

Penglihatan tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan pada Praktikum Tingkah Laku Ikan Fisiologi
Penglihatan.
No Alat Ketelitian Kegunaan
1 Alat bedah - Sebagai alat pembedah ikan
2 Kassa - Sebagai alat pembungkus spesimen
3 Modul - Sebagai alat panduan pengamatan
4 Botol sampel - Sebagai alat meletakkan sampel
5 Penggaris 1 mm Sebagai alat pengukur panjang tubuh ikan
6 Cetakan parafin - Sebagai alat penanaman specimen
7 Alat tulis - Sebagai alat mencatat
8 Benang jahit - Sebagai alat mengikat specimen
9 Jangka sorong 0,01 cm Sebagai alat pengukur diameter lensa ikan
10 Kamera - Sebagai alat dokumentasi
11 Pisau - Sebagai alat pemotong kepala ikan
12 Styrofoam - Sebagai alat untuk tempat ikan
13 Bunsen - Sebagai alat mencairkan paraffin
Sebagai alat penyangga atau alas wadah
14 Kawat kasa -
seperti beaker glass
15 Kaki tiga - Sebagai alat penyangga kawat kassa
16 Cawan - Sebagai alat meletakkan spesimen mata
17 Mikroskop - Sebagai alat mengamati specimen
18 Beaker glass - Sebagai alat tempat mencairkan parafin
Sumber : praktikum tingkah laku ikan, 2018.
19

b. bahan

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan Fisiologi

Penglihatan tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Tingkah Laku Ikan Materi
Fisiologi Penglihatan.
No Bahan Kegunaan

1 Larutan Bouin’s Sebagai larutan untuk merendam sempel mata ikan

2 Parafin Sebagai bahan untuk membekukan sampel ikan

3 Ikan kakap putih Sebagai ikan sampel

(Lates calcarifer)

4 Foto sel kon Sebagai obyek yang diamati

5 Alkohol Sebagai larutan untuk membersihkan sampel ikan

6 Aquadest Sebagai bahan untuk menetralkan alat-alat praktikum

7 Preparat ikan Kakap Sebagai tempat obyek pengamatan

Merah (Lutjanus

campechanus)

Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2018.

3.2.2. Metode

Metode yang digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan Modul

Fisiologi Penglihatan antara lain:

a. Pengambilan sampel

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu :

Spesimen mata ikan harus berasal dari ikan hidup. Sebelum dilakukan

pemotongan terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang total (total length) dan

panjang tubuh (body length) ikan. Pengambilan spesimen dilakukan dengan cara
20

memotong bagian belakang kepala ikan, kemudian kepala dibelah menjadi dua

bagian yang terpisah antara mata kanan dan kiri. Pada saat mengambil matanya,

hendaknya dilakukan secara hati-hati sehingga diperoleh bola mata yang utuh dan

tanpa cacat. Mata ikan yang sudah terpisah, kemudian direndam dalam larutan

Bouin’s selama 24 - 48 jam. Lensa mata diambil dan diukur diameternya (mm).

b. prosedur histologi

Metode yang digunakan dalam prosedur histologi antara lain :

1. Fiksasi

Tahap ini berfungsi agar bentuk sediaan sama dengan kondisi jaringan saat

hidup. Larutan yang digunakan adalah larutan Bouin’s yang merupakan larutan

majemk yang terdiri atas formalin, asam pikrat, dan asam asetat pekat dengan

perbandingan 15 : 5 : 1. Sampel mata ikan yang telah direndam larutan Bouin’s

kemudian direndam dalam alkohol 70.

2. Dehidrasi

Tahap ini berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan. Sebelum

menjalani proses dehidrasi, sampel mata ikan dipotong, diambil lensa matanya

kemudian diukur diameternya. Setelah diketahui posisi optic cleft, maka dapat

ditentukan bagian dorsal, ventral, nasal, dan temporal dari mata ikan tersebut. Bola

mata ikan pada bagian retina dibagi menjadi 24 bagian potongan, kemudian

dimasukkan ke dalam kasa dan direndam alkohol 70% dalam effendort tube.proses

dehidrasi dilakukan dengan merendam sampel retina mata ikan pada alkohol 80%,

alkohol 90%, alkohol 95% masing – masing selama 2 jam secara bergantian.

Kemudian direndam dalam alkohol murni selama 12 jam dan direndam larutan

alkohol murni selama 1 jam.


21

3. Penjernihan (clearing)

Tujuan penjernihan adalah untuk menggantikan tempat alkohol dalam

jaringan setelah proses dehidrasi. Sampel mata ikan dimasukkan ke dalam larutan

xylol-alkohol yaitu campuran antara larutan xylol dengan alkohol 100% dengan

perbandingan 1:1 selama 30 menit. Perendaman yang terlalu lama akan

mengakibatkan jaringan menjadi keras dan rapuh, selain itu kandungan zat-zat

berbahaya dalam larutan xylol dapat meracuni tubuh manusia.

4. Pencucian

Spesimen yang telah mengalami dehidrasi selanjutnya dicuci dengan cara

mencelupkan ke dalam air dalam waktu yang relatif singkat (10-30 detik).

Pencucian berguna untuk membersihkan sisa-sisa larutan dehidran dan fiksatif yang

masih menempel pada spesimen.

5. Infiltrasi

Tahap ini berfungsi untuk mencelupkan media penanaman dalam jaringan.

Media penanaman ini berguna untuk mempermudah proses penyayatan spesimen.

Media yang digunakan adalah parafin. Urutan infiltrasi adalah sebagai berikut:

a. Parafin I dicairkan dahulu sampai bening dengan cara dipanaskan terlebih

pada suhu 700 C, kemudian spesimen direndam kedalam parafin I selama 45

menit;

b. Parafin II dicairkan dengan cara yang sama seperti parafin I kemudian

jaringan direndam ke dalam parafin II selama 45 menit.

c. Parafin III dicairkan dengan cara yang sama seperti parafin I kemudian

jaringan direndam ke dalam parafin III selama 45 menit.


22

d. Parafin IV dicairkan dengan cara yang sama seperti parafin I kemudian

jaringan direndam ke dalam parafin IV selama 45 menit.

6. Penanaman jaringan (embedding)

Tahap ini berfungsi untuk mengeraskan/memadatkan jaringan agar

memudahkan dalam penyayatan. Urutan proses embedding adalah sebagai berikut:

a. Alat blok, cashbath bersuhu 70oC dan parafin dalam wadah parafin yang

telah dicairkan disiapkan.

b. Parafin cair dituangkan sedikit ke tempat pemblokan (cetakan) lalu sampel

retina mata ikan diambil dari kain kasa dan ditata pada cetakan dengan

menggunakan pinset kemudian diberi tanda.

c. Setelah sampel retina mata ikan ditata dan parafin dalam cetakan agak

mengeras, selanjutnya parafin cair dituangkan ke dalam cetakan sampai

penuh.

d. Parafin blok ditempatkan pada cold plate atau bantalan es yang bersuhu 5oC

agar cepat membeku dan padat serta tidak pecah saat dilakukan penyayatan.

7. Pengamatan.
23

Ikan sampel
FIKSASI
Sampel mata ikan

Larutan Bouins (2 jam)

Alkohol 70% (2 jam)

Alkohol 80% (2 jam)


DEHIDRASI
Alkohol 90% (2 jam)

Alkohol 95% (2 jam)

Alkohol absolute I (2 jam)

Alkohol absolute II (2 jam)

Xylol-alkohol 90% (30 menit)

Xylol I (30 menit)


PENJERNIHAN
Xylol II (30 menit)

Xylol III (30 menit)

Parafin I 70° (45 menit)

PENYUSUPAN Parafin II 70° (45 menit)

Parafin III 70° (45 menit)


Isi cetakan dengan parafin setengah penuh

EMBEDDING Masukkan jaringan dan ditata

Tunggu hingga parafin agak mengeras, lalu isi


cetakan

Pengamatan dilakukan dengan


perbesaran 400 x
PENGAMATAN
Jaringan sel kon yang baik
kemudian difoto

Gambar 1. Skema Prosedur Histologi.


(Sumber : Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2018).
24

3.3.1. Struktur mata ikan

Mata merupakan salah satu alat indera terpeting karena merupakan

reseptor penglihatan. Mata memiliki sistem optikal yang berfungsi

mengumpulkan cahaya dan membentuk fokus bayangan untuk dianalisis oleh

retina. Mata ikan sangat membantu dalam keberlangsungan hidup ikan karena

berpengaruh terhadap cara ikan mencari makan, menghindari predator dan alat

tangkap. Mata ikan mempunyai bagian serta fungsi masing – masing. Hasil

pengamatan yang telah dilakukan terhadap struktur ikan kakap putih (Lates

calcarifer) tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Struktur Mata Ikan.


(Sumber : Syam dan Satria, 2009).

Indera penglihatan dapat berfungsi dengan baik bila terdapat cahaya terang

di sekitar lingkungannya, sedangkan dalam kondisi gelap mata kurang berfungsi

karena tiadanya sumber cahaya yang masuk pada mata ikan. Hampir semua

makhluk hidup bergantung pada mata, terutama ikan. Fungsi mata bagi ikan sangat

banyak. beberapa fungsi mata pada ikan yaitu untuk melihat keadaan lingkungan

sekitar yang dapat membantu mencari makan, untuk menghindar dari predator dan
25

sebagai alat untuk melihat alat tangkap, sehingga dapat menghindar dari alat

tangkap. Mata berfungsi optimal tetap dalam keadaan tersedianya cahaya.

Struktur mata ikan terdiri dari kornea, lensa, iris dan aqueous humor. Retina

merupakan bagian terpenting mata yang menutupi sebagian besar mata. Bagian

dalam retina terdapat photoreseptor yaitu bagian sel neural khusus pada retina mata

yang berfungsi menyerap energi cahaya berupa foton yang digunakan untuk proses

penglihatan. Terdapat dua tipe photoreseptor pada ikan yaitu sel kon dan sel rod.

Sel kon dapat berfungsi pada penglihatan dengan cahaya terang, sedangkan sel rod

dapat berfungsi di cahaya samar. Sel kon terdiri sel kon (single cone) dan sel kon

(twin con). Sel kon (single cone) lebih banyak ditemukan pada hewan vertebrata

sedangkan sel kon (twin cone) ditemukan lebih banyak di hewan invertebrata.

Bagian sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada

mata. Lensa mempunyai fungsi memfokuskan bayangan yang jatuh agar tepat ke

retina. Aqueous humor merupakan cairan jernih yang dihasilkan oleh korpus

silindris. Hal ini diperkuat oleh Syam dan Satria (2009), pada kondisi cahaya redup

reseptor rod berperan sebagai scoptic vision dan pada kondisi cahaya terang

reseptor cone berperan sebagai photopic vision.

3.3.2. Ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan mata untuk melihat dua

titik dari suatu objek pada satu garis. Ketajaman penglihatan merupakan faktor

penting dalam penglihatan. Ikan mempunyai ketajaman penglihatan yang berbeda-

beda. Pengamatan terhadap ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) untuk mengetahui

kemampuan ikan dalam melihat objek atau mangsa dengan jelas. Hasil pengamatan

yang telah dilakukan pada analisis hubungan panjang tubuh dengan diameter
26

ketajaman penglihatan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) tersedia pada Gambar

3.

0.14 0.13
0.12
Ketajaman Penglihatan

0.10 0.092

0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
200 220
Panjang Tubuh (mm)
Gambar 3. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Ketajaman
Penglihatan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu

ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) berukuran besar mempunyai ketajaman

penglihatan sebesar 0,13. Ikan Kakap Puth (Lates calcarifer) kecil memiliki

ketajaman penglihatan sebesar 0,092. Fakor penting pada ikan salah satunya

ketajaman penglihatan. Ketajaman penglihatan setiap ikan berbeda – beda, karena

kemampuan mata ikan untuk melihat suatu obyek berbeda – beda. Hubungan timbal

balik dalam penglihatan yang diistilahkan adalah pembeda terkecil atau minimum

separable angle (MSA), untuk membedakan dua sasaran penglihatan terdekat yang

dapat diuji melalui pengujian histologi. Ketajaman penglihatan ikan tergantung dari

dua faktor yaitu diameter lensa dan kepadatan sel kon pada rertina. Hubungan

ketajaman penglihatan dengan diameter lensa dan kepadatan sel kon yaitu

berbanding lurus.
27

Ketajaman penglihatan adalah penilaian seberapa besarnya kemampuan

ikan dalam melihat suatu obyek benda pada dua titik dalam satu garis. Ketajaman

pengliahatan berkaitan erat dengan panjang tubuh, diameter lensa dan kepadatan

sel kon. Semakin panjang tubuh ikan maka berdampak terhadap melebarnya

diameter lensa ikan dan ketajaman penglihatan mata ikan dimana saling

berpengaruh dan berhubungan, hubungan tersebut yaitu berbanding lurus. Hal ini

diperkuat oleh Fitri dan Asriyanto (2009), menyatakan bahwa ketajaman

penglihatan ikan tergantung dari dua faktor yaitu diameter lensa dan kepadatan sel

kon pada retina. Diameter lensa mata ikan berbanding lurus dengan ukuran panjang

tubuh ikan yang artinya semakin panjang tubuh ikan maka diameter lensa mata ikan

akan bertambah besar.

Sudut pembeda terkecil merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

adanya pergerakan gambar obyek dari lensa menuju retina dan sangat

mempengaruhi ketajaman penglihatan ikan. Berdasarkan hasil pengamatan yang

telah dilakukan pada analisis hubungan panjang tubuh dengan sudut pembeda

terkecil ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) tersedia pada Gambar 4.

0.0035 0.00314
Sudut Pembeda Terkecil

0.003
0.0025 0.00217
0.002
(rad)

0.0015
0.001
0.0005
0
200 222
Panjang Tubuh (mm)

Gambar 4. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Sudut Pembeda


Terkecil.
28

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) besar memiliki sudut pembeda terkecil yaitu

2,17 x 10-3 . Nilai sudut pembeda terkecil pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

kecil sebesar 3,14 x 10-3. hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai sudut

pembeda terkecil pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) besar memiliki nilai

lebih kecil dari pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) kecil. Hal ini menunjukkan

bahwa panjang tubuh ikan berbanding terbalik dengan sudut pembeda terkecil.

Sudut pembeda terkceil merupakan salah satu faktor besar kecilnya ketajaman

penglihatan mata ikan. Sudut pembeda tekecil erat kaitannya dengan karakteristik

pemantulan sinar ke lensa dan kecepatan mengenai retina, semakin cepat obyek

yang diterima maka semakin besar pula ketajaman penglihatan ikan tersebut. Nilai

sudut pembeda terkecil berbanding terbalik dengan panjang tubuh dan ketajaman

penglihatan ikan. Semakin besar tubuh ikan semakin tinggu juga nilai ketajaman

nilai ketajaman penglihatan, tetapi sudut pembeda terkecil semakin kecil. Hal ini

diperkuat oleh Fiolita et al. (2017), semakin bertambah panjang tubuh ikan maka

diameter lensa akan meningkat, fokus lensa akan meningkat dan ketajaman

pengelihatan ikan semakin meningkat karena meningkatnya fokus lensa

menyebabkan nilai sudut pembeda terkecil semakin kecil.

Sudut pembeda terkecil akan dipengaruhi oleh ukuran diameter lensa karena

sudut pembeda terkecil ditentukan oleh besar kecilnya ketajaman penglihatan.

Diameter lensa berbanding lurus dengan panjang tubuh ikan namun berbanding

terbalik dengan sudut pembeda terkecil. Berdasarkan hasil pengamatan yang

diperoleh pada analisis hubungan panjang tubuh dengan diameter lensa ikan Kakap

Putih (Lates calcarifer) tersedia pada Gambar 5.


29

12
10
10

Diameter Lensa (mm)


8
8

0
200 222
Panjang Tubuh (mm)

Gambar 5. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Diameter Lensa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil

bahwa ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) besar mempunyai diameter lensa yaitu

10 mm, sementara diameter lensa ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) kecil adalah

8 mm. Diameter pada ikan Kakap Putih (Lates calcafier) besar memiliki diameter

lebih besar daripada diameter lensa pada ikan kakap putih (Lates calcarifer) kecil.

Semakin bertambahnya umur ikan maka semakin besar diameter lensa ikan.

Diameter lensa ikan juga bertambah seiring dengan pertambahan panjang tubuh

ikan. Hal ini membuktikan bahwa umur ikan berbanding lurus dengan diameter

lensa ikan. Diameter lensa mata sangat berpengaruh terhadap ketajaman mata.

Lensa akan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata dan memfokuskanya

ke retina. Lensa terletak di belakang pupil dan membantu memfokuskan cahaya ke

retina. Lensa mata berfungsi untuk membentuk sebuah gambar pada retina, untuk

menjadi bayangan yang tepat terbentuk pada retina sehingga dapat dilihat dengan

jelas. Diameter lensa akan memberi pengaruh terhadap sudut pembeda terkecil,

yang kemudian sudut pembeda terkecil mempengaruhi ketajaman penglihatan ikan.


30

Bertambah besarnya diameter lensa akan meningkatkan focus lensa mata pada ikan

sehingga dengan meningkatnya focus lensa maka ketajaman penglihatan akan

semakin meningkat. Hal ini diperkuat oleh Fitri dan Asriyamto (2009), fisiologi dan

histologi organ penglihatan terutama dari jumlah dan susunan sel reseptor kon

(cone), rod, dan diameter lensa ikan merupakan fenomena yang menarik untuk

dikaji, Ketajaman ikan tergantung dua faktor yaitu dari diameter lensa dan

kepadatan sel kon.

Kepadatan sel kon juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi

ketajaman penglihatan. Hubungan antara panjang total dan kepadatan sel kon

adalah berbanding terbalik, dimana semakin besar ukuran panjang tubuh ikan maka

kepadatan sel konnya akan semakin menurun. Sel kon merupakan sel fotoreseptor

yang sensitive terhadap cahaya terang yang digunakan untuk proes pengelihatan.

Sumbu penglihatan diperoleh setelah nilai kepadatan sel kon tiap bagian dari retina

mata diketahui yaitu dengan cara menarik garis lurus dari bagian retina yang

memiliki nilai kepadatan sel kon tertinggi menuju titik pusat lensa mata. Sumbu

penglihatan masing-masing jenis ikan dapat ditentukan setelah nilai kepadatan sel

kon tiap bagian dari retina mata ikan diketahui, yaitu dengan cara menarik garis

lurus melalui lensa mata. Hasil pengamatan pada analisis hubungan panjang tubuh

dengan kepadatan sel kon ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) tersedia pada Gambar

6.
31

86 85
84
82

Kepadatan Sel Kon


80
78
76 75
74
72
70
200 222
Panjang Tubuh (mm)

Gambar 6. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Kepadatan Sel Kon.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil ikan

Kakap Putih (Lates calcarifer) besar mempunyai kepadatan sel kon tertinggi

sebanyak 85. Kepadatan sel kon ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) kecil

sebanyak 75. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan sel kon yang dimiliki ikan

Kakap Putih (Lates calcarifer) besar lebih banyak dibanding kepadatan sel kon

ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) kecil. Semakin tua umur ikan maka

kepadatan sel kon juga semakin meningkat. Sel kon berpengaruh terhadap

penglihatan mata ikan. Sel kon merupakan sel fotoreseptor yang terdapat pada

retina mata yang mempunyai peranan penting untuk penglihatan. Sel kon

memiliki kemampuan dalam hal kepekaan terhadap cahaya dan ketajaman

penglihatan. Sel kon ganda mempunyai kemampuan yang lebih sensitive

terhadap cahaya di bandingkan sel kon tunggal, karena sel kon tunggal hanya

mampu melihat cahaya putih. Semakin padat sel kon pada mata ikan maka nilai

ketajaman pengihatan ikan semakin tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan

menunjukan bahwa semakin panjang tubuh ikan maka mata ikan semakin besar
32

dan kepadatan sel kon mata semakin tinggi pula. Namun terdapat pendapat yang

mengungkapkan bahwa hubungan panjang tubuh ikan berbanding terbalik

dengan kepadatan sel kon. Hal ini diperkuat oleh pendapat Fiolita et al. (2017),

yang menyatakan bahwa diameter lensa mata ikan berbanding lurus dengan

ukuran panjang tubuh ikan, sedangkan hubungan antara panjang tubuh ikan

dengan kepadatan sel kon berbanding terbalik.

3.3.3. Jarak pandang maksimum

Jarak pandang maksimum (Maximum Sighting Distance) adalah kemampuan

ikan untuk melihat suatu obyek benda dengan jarak terjauh yang didasarkan dari

ketajaman penglihatan yang dimilikinya. Perhitungan tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus phytagoras. Obyek benda yang dianggap dilihat ikan

berukuran 3 mm. Sedangkan penggunaan rumus phytagoras berdasarkan asumsi

bahwa ketajaman penglihatan yang digunakan dalam satuan derajat dan obyek yang

menjadi sasaran penglihatan merupakan diameter dari ukuran obyek benda tersebut

yang dianggap berbentuk dot. Perbedaan jenis ikan apakah juga akan mempunyai

perbedaan dalam hal ketajaman penglihatan dan kemampuan penglihatannya,

demikian pula dengan jarak pandang dan kemampuan membedakan warna jaring

pada contrast background yakni warna biru laut pada bak penelitian. Hal tersebut

juga akan mendukung perkembangan alat tangkap dalam hal desain/rancang

bangun berdasarkan pemilihan warna jaring dalam memperoleh hasil tangkapan

optimal sehingga akan diperoleh suatu pengembangan desain atau metode

pengembangan alat tangkap agar efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Hasil

pengamatan pada analisis hubungan panjang tubuh dengan jarak pandang

maksimum ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) tersedia pada Gambar 7.


33

25.00 Pelampung
PVC
20.00 Pemberat

Jarak Pandang Maksimum (m)


20.00 Timah
Tali PE
15.00
Jaring PA

10.00

5.00

0.00 0.00 0.00 0.05 0.01 0.01 0.00


0.00
200 222
Panjang Tubuh (mm)

Gambar 7. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Jarak


Pandang Maksimum.

Berdasarkan grafik hubungan panjang tubuh dengan jarak pandang

maksimum yang dimiliki ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) terdapat perbedaan

antara yang berukuran besar dengan ikan yang berukuran kecil dalam melihat

ukuran objek yang sama. Hal ini dapat dianalisis berdasarkan nilai jarak maksimum

penglihatan mata ikan Kakap Putih (Lates calcarifer), yaitu pada beberapa objek

antara lain pelampung PVC yang berdiameter 3,52 mm, pemberat timah dengan

diameter 1,01 mm, jaring PA berdiameter 0,02 dan tali PE berdiameter 0,075 mm

terdapat perbedaan. Hasil pengamatan pada jenis ikan Kakap Putih (Lates

calcarifer) yang berukuran besar dengan panjang tubuh 222 mm mampu melihat

objek berupa pemberat timah (Pb) sejauh 0,0133 m, pelampung PVC sejauh 0,0464

m, tali PE sejauh 0,00989 m, dan jaring PA sejauh 0,000263 m. Sedangkan jarak

maksimum penglihatan pada jenis ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang

berukuran kecil dengan panjang tubuh 200 mm dapat melihat objek berupa

pemberat timah (Pb) sejauh 0,000921 m, pelampung PVC sejauh 0,00321 m, tali
34

PE sejauh 0,0000684 m, dan jaring PA sejauh 0,0000182 m. Semakin berambahnya

umur ikan maka semakin jauh juga jarak pandang maksimum ikan. Ikan besar

mempunya jarak pandang maksimum yang lebih jauh daripada ikan kecil.

Ikan akan terus bertambah panjang dan lebar tubuhnya seiring dengan

pertambahan umur ikan. Ikan yang besar mempunyai panjang tubuh yang lebih

panjang daripada ikan kecil. Jarak pandang maksimum juga dipengaruhi oleh

panjangnya tubuh ikan. Semakin bertambahnya panjang ikan maka semakin

bertambah juga jarak pandang maksimum ikan. Menurut Riyanto et al. ( 2011), ikan

kerapu macan dengan ukuran panjang total 200-300 mm dapat melihat obyek

berukuran 20 mm dengan nilai jarak pandang maksimum berkisar 3,93-4,74 m,

untuk obyek berukuran 25 mm jarak pandang maksimum berkisar 4,91-5,92 m, dan

untuk obyek berukuran 30 mm jarak pandang maksimum berkisar 5,89- 7,11 m.

Nilai jarak pandang ikan kerapu macan untuk ukuran panjang total 200-300 mm

adalah relatif sama. Hal ini disebabkan oleh nilai ketajaman penglihatan dan

perbedaan panjang total ikan sampel yang diteliti relatif rendah. Nilai jarak pandang

maksimum ikan kerapu macan ini tergolong rendah, mengingat ikan ini hidup di

habitat terumbu karang yang cenderung pasif bergerak dan menunggu datangnya

mangsa. Pertambahan panjang ikan kerapu menyebabkan pertambahan jarak

pandang maksimum, Pertambahan ukuran objek umpan juga menyebabkan

peningkatan jarak pandang maksimum ikan kerapu.

3.3.4. Sumbu penglihatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa ikan

Kakap Merah (Lutjanus campechanus) besar memiliki nilai kepadatan sel kon

tertinggi yaitu 85 dan nilai kepadatan sel kon tertinggi pada jenis ikan Kakap Merah
35

(Lutjanus campechanus) kecil sebesar 75. Sumbu penglihatan pada jenis Kakap

Merah (Lutjanus campechanus) bersifat upper fore. Upper fore adalah perubahan

arah pada diopter ke arah depan dan ke atas sehingga sumbu penglihatan akan ke

arah depan dan kearah atas. Nilai kepadatan sel kon tertinggi pada jenis Kakap

Merah (Lutjanus campechanus) besar berada di angka dua belas dan nilai kepadatan

sel kon tertinggi ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) kecil berada di angka

sepuluh. Angka dua belas dan sepuluh termasuk kedalam angka yang berada di

bagian bawah, sehingga arah sumbu penglihatannya yaitu arah atas. Hal ini

diperkuat Fitri dan Asriyanto (2009), yang menyatakan bahwa sumbu penglihatan

masing – masing jenis ikan ditentukan setelah nilai kepadatan sel kon tiap bagian

dari retina mata ikan diketahui, yaitu dengan cara menarik garis lurus melalui lensa

mata.

Sumbu penglihatan adalah arah fokus penglihatan utama dari ikan yang

ditentukan dengan cara menarik garis lurus dari lokasi sel kon terpadat melalui

pusat lensa mata ikan. Sumbu penglihatan diidentifikasi untuk mengetahui

kebiasaan ikan dalam melihat makanan atau obyek lain. Menentukan sumbu

penglihatan terlebih dahulu mengetahui kepadatan sel kon yang biasanya terletak

pada dorso-temporal, temporal dan ventro-temporal di retina. Bidang penglihatan

yang dihasilkan dengan menarik garis lurus dari bagian retina menuju ke titik lensa

mata, biasanya menghadap arah depan menurun (lower-fore), arah depan (fore) dan

arah depan naik (upper-fore). Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) besar

memiliki kepadatan sel kon yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan Kakap

Merah (Lutjanus campechanus) kecil. Hal ini membuktikan bahwa semakin

bertambahnya umur ikan yang diikuti dengan pertambahan panjang tubuh ikan,
36

maka semakin bertambah juga kepadatan sel kon. Menurut Riyanto et al. (2011),

hubungan antara panjang total dan kepadatan sel kon adalah berbanding terbalik,

dimana semakin besar ukuran panjang tubuh ikan maka kepadatan sel konnya akan

semakin menurun. setiap pertambahan panjang total sebesar satu satuan maka akan

mengurangi kepadatan sel kon sebesar 0,24 satuan. Nilai korelasi regresi diperoleh

sebesar 0,97, yang berarti bahwa pertambahan panjang total memiliki hubungan

yang sangat erat dengan kepadatan sel kon.

Anda mungkin juga menyukai