Anda di halaman 1dari 21

21

III. MATA

3.1. Tinjauan Pustaka

3.1.1. Morfologi mata ikan

a. retina mata ikan

Retina bagian dari organ penglihatan ini merupakan komponen terpenting

dalam hubungannya dengan cahaya. Pengamatan sel fotoreseptor ikan Kembung

Perempuan (Rastrelliger brachysoma) menggunakan Scanning Elektron

Microscope (SEM) dilihat pada retina. Retina mengandung sel fotoreseptor yang

sensitif terhadap cahaya yang disebut batang dan kerucut. Pengamatan dilakukan

dengan beberapa kali perbesaran agar gambar dapat terlihat lebih jelas. Retina

merupakan bagian dari indera penglihatan yang bertanggung jawab dalam

merespon perubahan cahaya terang kegelap atau sebaliknya. Retina adalah layar

pada mata untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Retina

adalah bagian dari mata yang sensitif terhadap cahaya. Bagian yang terdapat pada

dinding belakang bola mata adalah retina yang merupakan komponen terpenting

dari mata dalam hubungannya dengan cahaya (Fiolita et al., 2017).

Susunan sel reseptor terdiri atas sel kon tunggal (single cone) dan sel kon

ganda (twin cone). Sel kon membentuk susunan mozaik dengan posisi satu sel kon

tunggal dikelilingi oleh empat sel kon ganda. Sel fotoreseptor membentuk mozaik

dengan susunan satu sel kon tunggal dikelilingi oleh empat sel konganda. Ikan-

ikan kelompok teleostei memiliki reseptor penglihatan sel kon. Salah satu ciri ikan

teleostei adalah memiliki sel kon tunggal dan sel kon ganda. Ikan cenderung

menggunakan penglihatannya untuk adaptasi terhadap cahaya pada waktu mencari


22

makanan karena sel kon memiliki kemampuan dalam hal kepekaan terhadap

cahaya dan ketajaman penglihatan dan sel kon ganda mempunyai kemampuan

yang lebih sensitif (peka) terhadap cahaya dibandingkan dengan sel kon tunggal

(single cone) (Fitri dan Asriyanto, 2009).

b. vitreous humor

Vitreous humor adalah suatu cairan kental yang mengandung air dan

inukopolisakarida. Cairan ini bekerja bersama-sama lensa mata untuk

membiaskan cahaya sehingga tepat jatuh pada fofea atau dekat fofea. Vitreous

humor terletak di antara lensa mata dan bagian belakang mata. Cahaya yang

diterima lensa mata akan difokuskan oleh vitreous humor. Cahaya atau objek

apapun yang telah di fokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang dan

kerucut untuk bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke saraf optik, ke otak dan

kemudian otak bekerja untuk member tanggapan sehingga menghasilkan

penglihatan (Haeny, 2009).

Badan vitreous menempati daerah mata di belakang lensa. Struktur ini

merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit

kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous

mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam. Peranannya

mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan

vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan

tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian

retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk

mempertahankan bentuk bola mata (Bastanta, 2010).


23

c. lensa mata ikan

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina.

Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat

pada bintik kuning retina. Hal ini digunakan untuk melihat objek yang jauh

(cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Melihat objek yang dekat

(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. Lensa terletak di antara iris

dan kornea, terpisah oleh aquerus humor. (Haeny, 2009).

Lensa mata yaitu lapisan kompak dengan bola mata transparan yang

terbuat dari protein non kolagen. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan

yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam

bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya atau

transparan berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat

terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di

dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang

membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Bagian sentral lensa merupakan

serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam

kapsul lensa. Lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Bagian

luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks

lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai

korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa

mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.

Bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di

seluruh ekuator badan siliar (Bastanta, 2010).


24

3.1.2. Analisa penglihatan ikan

a. ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan ikan yaitu kemampuan ikan untuk melihat suatu

objek pada garis lurus yang digambarkan dalam bentuk hubungan timbal balik

yang di istilahkan dengan sudut pembeda terkecil. Sudut pembeda terkecil

berfungsi untuk membedakan dua sasaran penglihatan yang terdekat. Untuk

membedakan dua sasaran penglihatan yang terdekat dapat menggunakan

pengujian histologi. Ketajaman penglihatan pada ikan bergantung pada dua faktor,

yaitu diameter lensa dan kepadatan sel reseptor kon pada ikan. Dijelaskan pula

bahwa semakin tajam penglihatan karena peningkatan kedudukan jarak fokus

lensa daripada kepadatan sel kon-nya (Fitri, 2008).

Fitri dan Asriyanto (2009), analisis data ketajaman penglihatan (visual

acuity) dihitung berdasarkan nilai kepadatan sel kon setiap 0,01 mm2 luasan pada

masing-masing bagian dari retina dengan menggunakan rumus sudut pembeda

terkecil (minimum separableangle):

1 2×1×(1+0,25)
αrad = × [ ]
F √n

keterangan :

α rad = Sudut pembeda terkecil (radian)

F = Jarak fokus (berdasarkan formula Matthiensson’s (F=2,55r)

0,25 = Nilai penyusutan spesimen mata akibat proses histologi

n = Jumlah sel kon terpadat per luasan 0,01 mm2

Setelah didapatkan nilai pembeda terkecil (Minimum Separable Angel,

MSA), ketajaman penglihatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


25

-1
180
VA = [αrad× ×60]
π

Keterangan :

VA = ketajaman penglihatan (visual acuity)

α rad = Sudut pembeda terkecil (radian)

b. jarak pandang maksimum

Menurut Fitri dan Asriyanto (2009), jarak pandang maksimum ikan akan

semakin meningkat dengan semakin besarnya ukuran diameter objek benda yang

dilihat. Berbeda dengan ukuran diameter lensa, nilai kepadatan sel kon akan

semakin menurun jika ukuran panjang tubuh ikan bertambah, hal ini terjadi karena

sel kon tersebut mengalami pembesaran ukuran dengan semakin bertambahnya

ukuran tubuh ikan. Perhitungan jarak pandang maksimum (D) dengan

menggunakan rumus phytagoras adalah sebagai berikut :

d(0.5)
D=
tan αrad

Keterangan :

D = Diameter obyek (mm)

αrad = Sudut pembeda terkecil (menit).

Fitri dan Asriyanto (2011), jarak pandang maksimum ikan sebanding

dengan ukuran benda yang diamati. Semakin besar ukuran diameter benda maka

jarak pandang maksimum ikan akan semakin jauh. Jarak pandang maksimum

yang dimiliki ikan akan semakin meningkat dengan semakin besarnya ukuran

diameter obyek benda yang dilihat dan semakin meningkatnya ukuran panjang

tubuh ikan. Artinya, bahwa ukuran panjang tubuh yang semakin besar maka
26

kemampuan ikan untuk dapat mendeteksi adanya benda dihadapannya akan

semakin jauh.

c. sumbu penglihatan

Menurut Fitri (2009), sumbu penglihatan masing-masing jenis ikan dapat

ditentukan setelah nilai kepadatan sel kon tiap bagian dari retina mata ikan

diketahui, yaitu dengan cara menarik garis lurus melalui lensa mata. Sumbu

penglihatan ikan kerapu adalah arah depan atas (upper fore) dengan kepadatan

cell cone terdapat pada daerah ventro temporal. Menentukan sumbu penglihatan

terlebih dahulu mengetahui kepadatan sel kon yang biasanya terletak pada area

dorso-temporal, temporal, dan ventro-temporal di retina mata ikan. Biasanya

sumbu penglihatan ikan menghadap arah depan menurun, arah depan, dan arah

depan naik. Kepadatan sel kon yang tinggi dimungkinkan untuk mengetahui

ketajaman penglihatan dan sumbu penglihatan Ikan kakap merah memiliki sumbu

penglihatan menghadap depan lurus (fore) dengan kepadatan cell cone terletak

pada daerah temporal.

Ketajaman penglihatan ikan tergantung dari dua faktor yaitu diameter

lensa dan kepadatan sel kon pada retina. Diameter lensa mata ikan berbanding

lurus dengan ukuran panjang tubuh ikan. Hubungan antara panjang tubuh ikan

dengan kepadatan sel kon berbanding terbalik. Jarak pandang maksimum ikan

dengan ukuran panjang tubuh yang semakin besar maka kemampuan ikan untuk

dapat mendeteksi adanya benda dihadapannya akan semakin jauh. Sudut pembeda

terkecil berpengaruh terhadap pada penglihatan ikan. Nilai sudut pembeda terkecil

semakin kecil maka penglihtan ikan akan semakin jauh dan terfokus. Sumbu

penglihatan pada ikan dapat ditentukan setelah nilai kepadatan sel kon tiap bagian
27

dari retina mata ikan diketahui, dengan cara menarik garis lurus melalui lensa

mata ( Fiolita et al., 2017).

3.2. Materi dan Metode

3.2.1. Materi

a. alat

Alat yang digunakan dalam praktikum tingkah laku ikan modul fisiologi

Penglihatan tersaji dalam tabel 1.

Tabel Alat yang Digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan Materi
Fisiologi Penglihatan
No Alat Ketelitian Kegunaan
1 Alat bedah - Sebagai alat pembedah ikan
2 Kassa - Sebagai alat pembungkus specimen
3 Modul - Sebagai panduan pengamatan sebagai
alat
4 Botol sampel - Meletakkan sampel
5 Penggaris 1 mm Sebagai alat mengukur panjang tubuh
ikan
6 Pisau dapur - Sebagai alat memotong specimen
7 Cetakan parafin - Sebagai alat penanaman specimen
8 Alat tulis - Sebagai alat mencatat hasil pengamatan
9 Benang jahit - Sebagai alat mengikat specimen
10 Jangka sorong 0.01 mm Sebagai alat mengukur diameter lensa
ikan
11 Kamera - Sebagai alat dokumentasi
12 Pisau - Sebagai alat memotong kepala ikan
13 Styrofoam - Sebagai tempat ikan
14 Bunsen - Sebagai alat mencairkan parafin
Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2018.
28

Lanjutan Tabel Alat yang Digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan
Materi Fisiologi Penglihatan
15 Kawat kasa - Sebagai alat menahan atau alas wadah
seperti beakerglass
16 Kaki tiga - Sebagai alat menyangga kawat kassa
17 Cawan - Sebagai alat meletakkan spesimen mata
18 Mikroskop - Sebagai alat mengamati specimen
Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2018.

b. bahan

Bahan yang digunakan pada Praktikum Tingkah Laku Ikan Materi Fisiologi

Penglihatan adalah tersaji dalam Tabel

Tabel 2.Bahan yang Digunakan pada Praktikum Tingkah Laku Ikan Modul
Fisiologi Penglihatan.
No Bahan Kegunaan

1 Larutan Bouins Sebagai bahan larutan untuk merendam sampel


mata ikan
2 Ikan Kembung Sebagai ikan sampel yang akan diambil
(Rastelliger sp.) matanya

3 Cetakan paraffin Sebagai bahan membekukan sampel ikan

4 Gambar sel kon Sebagai obyek yang diamati

5 Alkohol Sebagai larutan membersihkan sampel mata

6 Aquadest Sebagai penetral alat alat

7 Preparat ikan kakap merah Sebagai tempat obyek pengamatan


(lutjanus campechanus)
Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2018.

3.2.2. Metode

a. pengambilan sampel

Metode dalam pengambilan sampel mata pada ikan adalah sebagai berikut:
29

Spesimen mata ikan harus berasal dari ikan hidup. Sebelum dilakukan

pemotongan terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang total (total length) dan

panjang tubuh (body length) ikan. Pengambilan spesimen dilakukan dengan cara

memotong bagian belakang kepala ikan dengan menggunakan pisau dapur.

Kemudian kepala dibelah menjadi dua bagian yang terpisah antara mata kanan

dan kiri. Saat mengambil matanya, hendaknya dilakukan secara hati-hati sehingga

diperoleh bola mata yang utuh dan tanpa cacat. Mata ikan yang sudah terpisah,

kemudian direndam dalam larutan Bouins selama 24 jam. Lensa mata diambil dan

diukur diameternya (mm). Kemudian catat hasil yang telah didapatkan.

b. prosedur histologi

Metode yang digunakan dalam prosedur histology penglihatan pada ikan

adalah sebagai berikut :

1. Fiksasi

Tahap ini berfungsi agar bentuk sediaan sama dengan kondisi jaringan saat

hidup. Larutan yang digunakan adalah larutan Bouins merupakan larutan

majemuk yang terdiri atas asam pikrat, formalin, dan asam asetat pekat dengan

perbandingan 15:5:1. Sampel mata ikan yang telah direndam larutan Bouins

kemudian direndam dalam alkohol 70%.

2. Dehidrasi

Tahap ini berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan. Sebelum

menjalani proses dehidrasi, sampel mata ikan dipotong, diambil lensa matanya

kemudian diukur diameternya, setelah diketahui posisi optic cleft, maka dapat

ditentukan bagian dorsal, ventral, nasal, dan temporal dari mata ikan tersebut.

Bola mata ikan pada bagian retina dibagi menjadi 24 bagian potongan, kemudian
30

dimasukkan kedalam kasa dan direndam alkohol 70% dalam effendorft tube.

Proses dehidrasi dilakukan dengan merendam sampel retina mata ikan pada

alkohol 80%, alkohol 90% masing-masing selama 2 jam secara bergantian,

kemudian direndam dalam alkohol murni selama 12 jam, setelah itu rendam

larutan alkohol murni selama 1 jam.

3. Penjernihan (clearing)

Tujuan penjernihan adalah untuk menggantikan tempat alkohol dalam

jaringan setelah proses dehidrasi. Sampel mata ikan dimasukkan ke dalam larutan

xylol-alkohol, yaitu campuran antara xylol dengan alkohol 100% dengan

perbandingan 1:1 selama 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan xylol I, xylol II,

dan xylol III selama 30 menit. Perendaman yang terlalu lama akan mengakibatkan

jaringan menjadi keras dan rapuh, selain itu kandungan zat-zat berbahaya dalam

larutan xylol dapat meracuni tubuh manusia.

4. Pencucian

Spesimen yang telah mengalami dehidrasi selanjutnya dicuci dengan cara

mencelupkan kedalam air dalam waktu yang relatif singkat (10-30 detik).

Pencucian berguna untuk membersihkan sisa-sisa larutan dehidran dan fiksatif

yang masih menempel pada spesimen.

5. Infiltrasi

Tahap ini berfungsi untuk mencelupkan media penanaman dalam jaringan.

Media penanaman ini berguna untuk mempermudah proses penyayatan spesimen.

Media yang digunakan adalah parafin. Urutan infiltrasi adalah sebagai berikut :
31

a. Parafin I dicairkan dahulu sampai bening dengan cara dipanaskan terlebih

pada suhu 700C, kemudian spesimen direndam kedalam parafin I selama

45 menit;

b. Parafin II dicairkan dengan cara yang sama seperti parafin I kemudian

jaringan direndam kedalam parafin II selama 45 menit;

c. Parafin III dicairkan dengan cara yang sama seperti parafin I kemudian

jaringan direndam kedalam parafin III selama 45 menit; dan

d. Parafin IV dicairkan dengan cara yang sama seperti parafin I kemudian

jaringan direndam kedalam parafin IV selama 45 menit.

6. Penanaman jaringan (embedding)

Tahap ini berfungsi untuk mengeraskan atau memadatkan jaringan agar

memudahkan dalam penyayatan. Proses embedding adalah sebagai berikut :

a. Alat blok, cashbath bersuhu 700 C dan parafin dalam wadah parafin yang

telah dicairkan disiapkan;

b. Parafin cair dituangkan sedikit ke tempat pemblokan (cetakan) lalu sampel

retina mata ikan diambil dari kain kasa dan ditata pada cetakan dengan

menggunakan pinset kemudian diberi tanda;

c. Setelah sampel retina mata ikan ditata dan parafin dalam cetakan agak

mengeras, selanjutnya parafin cair dituangkan kembali kedalam cetakan

sampai penuh; dan

d. Parafin blok ditempatkan pada coldplate atau bantalan es yang bersuhu 50

C agar cepat membeku dan padat serta tidak pecah saat dilakukan

penyayatan.

7. Pengamatan
32

Ikan sampel

FIKSASI Sampel mata ikan

Larutan buouis (24 jam)

Alkohol 70% (2 jam)

Alkohol 80% (2 jam)

Alkohol 90% (2 jam)


DEHIDRASI
Alkohol 95% (2 jam)

Alkohol absolut I (12 jam)

Alkohol absolut II (1 jam)

Xylol-alkohol 90% (30 menit)

Xylol I (30 menit)


PENJERNIHAN
Xylol II (30 menit)

Xylol III (30 menit)

Parafin I 700 (45 menit)

PENYUSUPAN Parafin II 700 (45 menit)

Parafin III 700 (45 menit)

Isi cetakan dengan parafin


setengah penuh
EMBEDDING Masukkan jaringan dan didata

Tunggu hingga parafin agak mengeras, lalu isi


cetakan sampai penuh

Pengamatan dilakukan dengan perbesaran


400x
PENGAMATAN
Jaringan sel kon yang baik kemudian di foto

Gambar 2. Skema Prosedur Histologi


(Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2018)
33

3.3. Hasil dan Pembahasan

3.3.1. Struktur mata

Mata adalah salah satu indra yang digunakan untuk melihat bayangan

objek yang dipantulkan oleh cahaya. Cahaya tersebut masuk ke mata untuk

diteruska menuju otak. Otak akan merespon cahaya tersebut melalui suatu

tindakan atau tingkah laku. Ikan menggunakan penglihatannya untuk mengenali

mangsanya dalam berburu. Mata ikan juga berperan dalam menentukan

kecenderungan penglihtan pada ikan.

Gambar 3. Struktur Mata Ikan


(Sumber: Syam dan Satria, 2017).

Struktur mata ikan jika dilihat dari atas hanya terlihat dua bagian saja,

yaitu kornea dan lensa. Setelah dilakukan pembedahan mata ikan struktur mata

ikan terdiri otot, kornea, aqueous humor, vitreous humor, lensa, sklera, koroid,

retina, syaraf,bitnik buta dan bitnik kuning. Kornea berfungsi sebagai tempat

masuknya cahaya. Iris dapat memberi warna pada mata ikan karena mengandung

pigmen. Vitreous humor akan membesar dan mengecil tergantung banyak

sedikitnya cahaya yang masuk. Retina terhubung dengan syaraf yangterhubung

dengan otak. Menurut Atta (2013), retina adalah lapisan jaringan indera bagian

dalam (fotosensitif) dari mata yang berkomunikasi dengan otak melalui syaraf

optik.
34

3.3.2. Ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan (visual acuilty) pada ikan adalah kemampuan ikan

untuk melihat dua titik pada satu objek dalam satu garis. Ketajaman penglihatan

sangat diperlukan ikan dalam membantu mendeteksi dan mengenali objek

didepannya, mencari makan, dan navigasi saat berenang. Visual acuity dapat

digunakan untuk menilai kemampuan penglihatan ikan dalam melihat suatu objek.

Ketajaman penglihatan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu tingkat

kejernihan suatu perairan. Ikan yang hidup didaerah karang dapat melihat suatu

objek lebih jelas dibandingkan ikan yang hidup di daerah berlumpur.

Gambar 4. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Ketajaman


Penglihatan

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan didapatkan hasil nilai ketajaman

penglihatan ikan Kembung (Rastrelliger sp.) besar adalah 0,016. Panjang tubuh

ikan besar adalah 0,207 meter. Ketajaman penglihatan ikan Kembung

(Rastrelliger sp.) kecil adalah 0,01. Panjang tubuh ikan ukuran kecil 0,189 meter.

Perbandingan hasil ketajaman penglihatan dapat diketahui bahwa semakin

panjang tubuh maka nilai ketajaman penglihatan ikan akan semakin tinggi.
35

Menurut Lopez et al. (2017), menemukan hubungan positif antara ukuran tubuh

dan ketajaman penglihatan. Perbedaan pada ukuran tubuh dan ukuran mata dapat

meningkatkan jumlah sel fotoreseptor di retina, faktor yang menentukan tingkat

ketajaman penglihatan pada sebagian besar spesies ikan.

Sudut pembeda terkecil dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan pada

mata ikan. Diameter lensa mempengaruhi nilai sudut pembeda pada ikan, yang

akan berpengaruh terhadap ketajaman penglihatan ikan. Nilai sudut pembeda

terkecil memiliki suatu hubungan yang berkebalikan dengan ukuran panjang

tubuh ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan maka nilai sudut pembeda terkecil

akan semakin kecil. Sudut pembeda terkecil dapat mempengaruhi kecepatan

bayangan gambar suatu objek yang ditangkap oleh mata ke retina. Hubungan

antara sudut pembeda terkecil dengan ukuran tubuh Ikan Kembung digambarkan

pada grafik dibawah ini :

Gambar Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Sudut Pembeda Terkecil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan perbandingan

antara sudut pembeda terkecil ikan Kembung (Rastrelliger sp.) yang berukuran

besar dan kecil. Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) besar memiliki nilai MSA 0.018.

ikan Kembung (Rastrelliger sp.) kecil memiliki nilai MSA yang lebih besar, yaitu
36

0,029. Hubungan antara nilai MSA berlawanan dengan panjang tubuh ikan.

Semakin besar ukuran ikan maka akan semakin kecil pula nilai MSA yang

didapatkan. Menurut Fitri dan Asriyanto (2009), ketajaman penglihatan ikan

tergantung dari dua faktor yaitu diameter lensa dan kepadatan sel kon pada retina.

Diameter lensa mata ikan berbanding lurus dengan ukuran panjang tubuh ikan

yang artinya semakin panjang tubuh ikan maka diameter lensa mata ikan akan

bertambah pula. Hal ini terjadi karena diameter lensa mata ikan yang ikut

bertambah mengakibatkan gambar suatu objek yang melalui lensa mata menuju

retina akan semakin cepat, karena nilai sudut pembeda terkecil semakin kecil.

Diameter lensa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketajaman

penglihatan pada mata ikan. Diameter lensa tidak langsung berpengaruh pada

ketajaman penglihatan, namun berpengaruh langsung terhadap nilai sudut

pembeda terkecil. Ukuran tubuh ikan mempunyai suatu korelasi dengan nilai

diameter lensa. Semakin besar ukuran tubuh ikan maka semakin besar dimeter

lensa pada mata ikan. hubungan antar panjang tubuh ikan dengan diameter lensa

pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) digambarkan pada grafik dibawah ini :

Gambar 6. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Diameter Lensa


37

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, mendapatkan hasil bahwa adanya

keterkaitan antara panjang diameter lensa dengan panjang tubuh. Ikan Kembung

(Rastrelliger sp.) yang berukuran besar memiliki diameter lensa 10,75 mm. ikan

Kembung (Rastrelliger sp.) yang berukuran lebih kecil memiliki diameter lensa

7,5 mm. Perbandingan data hasil pengukuran, ikan Kembung (Rastrelliger sp.)

yang berukuran besar memiliki diameter yang lebih besar pula jika dibandingkan

dengan ikan Kembung (Rastrelliger sp.) yang berukuran lebih kecil. Hal tersebut

selaras dengan semakin besar ukuran tubuh maka semakin besar pula ukuran dan

diameter mata ikan. Menurut Caves et al. (2017), salah satu faktor yang

menentukan ketajaman pada mata adalah lebar dari daerah yang terlihat pada tiap

fotoreseptor, yang sama dengan diameter dari fotoreseptor yang terbagi oleh

panjang fokal mata. Diameter lensa mata ikan dan panjang fokal sangat

berhubungan erat, dan mata dengan lensa yang lebih besar memiliki panjang fokal

yang besar pula. Mata yang lebih besar mempunyai hubungan dengan ukuran

tubuh yang menggambarkan penglihatan yang lebih baik dibandingkan ikan yang

ukuran mata-nya lebih kecil.

Kepadatan sel kon merupakan faktor yang mempengaruhi ketajaman

penglihatan pada ikan. Kepadatan sel kon adalah banyaknya jumlah sel kon

terpadat pada retina ikan. Panjang tubuh ikan memiliki hubungan secara terbalik

dengan nilai kepadatan sel kon. Kepadatan sel kon akan menurun nilainya seiring

dengan bertambahnya ukuran tubuh ikan. Hubungan antara panjang tubuh dengan

kepadatan sel kon pada Ikan Kembung digambarkan pada grafik dibawah ini :
38

Gambar 7. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Kepadatan Sel Kon

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa

terdapat perbedaan jumlah sel kon pada kedua ikan Kembung (Rastrelliger sp.)

yang berbeda ukuran. Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) kecil memiliki jumlah sel

kon lebih sedikit dibandingkan dengan ikan Kembung (Rastrelliger sp.) besar.

Menurut Legras et al. (2017), panjang aksial sangat erat hubungannya dengan

kepadatan sel kon jika diekspresikan dalam satuan metrik. Ketika panjang aksial

bertambah 1 mm, kerapatan sel kon akan mengalami penurunan sekitar 1500

kon/mm2. Tingkat korelasinya sangat mirip saat memperhitungkan setiap

eksentrisitas secara terpisah. hubungan antara panjang aksial dan kepadatan sel

kon dinyatakan dalam satuan metrik yang menunjukkan bahwa retina meregang

selama perpanjangan aksial. Akibatnya, jumlah sel kon tetap konstan sementara

area yang dicakup meningkat menghasilkan densitas sel kon yang lebih rendah per

satuan permukaan.

3.3.3. Jarak pandang maksimum

Jarak pandang maksimum adalah kemampuan ikan untuk melihat suatu

objek secara jelas pada jarak tertentu. Nilai ketajaman penglihatan terlebih dulu

diketahui untuk menentukan jarak pandang maksimum ikan Kembung. Ikan dapat

melihat pada siang hari dan pada keadaan gelap sekalipun. Penerangan ikan dalam
39

melihat suatu objek didepannya berhubungan dengan tingkat sensifitas mata ikan.

Kurangnya penerangan dapat menurunkan jarak penglihatan ikan. Objek yang

digunakan dalam menentukan jarak maksimum penglihatan ikan adalah : tali PA,

tali PE, pelampung, dan pemberat.

Gambar 8. Grafik Hubungan Panjang Tubuh dengan Jarak Pandang Maksimum

Berdasarkan pengamatan dan grafik diatas, ukuran tubuh ikan merupakan

faktor yang sangat penting bagi ikan dalam mendeteksi lingkungannya. Jarak

maksimum ikan dalam mendeteksi meningkat sejalan dengan ukuran tubuh ikan

didapatkan hasil bahwa rendahnya kemampuan mendeteksi ikan samar

bergantung pada ukuran mereka. Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) besar

mempunyai jarak pandang maksimum sejauh 5.73 m dengan objek pelampung.

Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) kecil mempunyai jarak pandang maksimum

sejauh 3,8 m. Terdapat hubungan yang antara panjang tubuh dan jarak pandang

mksimum. Semakin besar ukuran tubuh ikan maka semakin besar pula jarak

benda yang dapa dilihat dengan fokus. Menurut Fitri dan Asriyanto (2009), jarak

pandang maksimum yang dimiliki ikan akan semakin meningkat dengan semakin
40

besarnya ukuran diameter obyek benda yang dilihat dan semakin meningkatnya

ukuran panjang tubuh ikan. Artinya, bahwa dengan ukuran panjang tubuh yang

semakin besar maka kemampuan ikan untuk dapat mendeteksi adanya benda di

hadapannya akan semakin jauh.

3.3.4. Sumbu penglihatan

Sumbu penglihatan adalah kecenderungan atau kebiasaan ikan dalam

melihat suatu objek didepannya. Sumbu penglihatan juga berarti arah fokus

penglihatan ikan. Sumbu penglihatan dapat ditentukan dengan menghitung

kepadatan sel kon pada retina. Letak sel kon terpadat ditentukan untuk

mengetahui kearah mana ikan melihat. Arah penglihatan ikan berlawanan dengan

letak sel kon terpadat. Menurut Syam (2017), pada jenis Ikan wolf fish dan

dragonet terdapat peningkatan sel kon yang sangat mencolok pada bagian dorsal

retina mata, oleh karena penglihatannya sering kearah bawah. Pada jenis Ikan

Lebridae dan Gadoidae mempunyai penyebaran kon yang relatif merata pada

seluruh bagian retina matanya atau sedikit terkonsentrasi pada bagian temporal.

Hal ini menunjukkan kebiasaan ikan tersebut memburu mangsanya baik yang

hidup dekat dasar maupun didaerah pelagis, dengan arah penglihatan kedepan.

Kepadatan sel kon tertinggi pada ikan Kembung (Rastrelliger sp.) kecil

terletak pada bagian nomor 1 yang terletak pada kuadran 1 dengan jumlah sel

cone sebanyak 76 buah. Bagian nomor 1 ditarik garis lurus menuju titik tengah.

Garis tersebut memotong bagian kuadran III yang terletak dibagian bawah.

Sehingga, ikan Kembung (Rastrelliger sp.) kecil memiliki kecenderungan untuk

melihat kearah bawah. Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) besar memiliki kepadatan

sel kon terpadat pada bagian nomor 3 dengan jumlah sel kon sebanyak 88. Bagian
41

3 terletak didaerah atas sehingga ditarik garis lurus kearah bawah menuju titik

pusat dan memotong daerah kuadran III. Sama seperti ikan Kembung

(Rastrelliger sp.) kecil, ikan Kembung (Rastrelliger sp.) besar memiliki

kecenderungan melihat kearah bawah. Kecenderungan arah penglihatan tersebut

merupakan ciri dari ikan pelagis. Menurut Fitri dan Asriyanto (2009), jarak

pandang maksimum yang dimiliki ikan akan semakin meningkat dengan semakin

besarnya ukuran diameter obyek benda yang dilihat dan semakin meningkatnya

ukuran panjang tubuh ikan. Artinya, bahwa dengan ukuran panjang tubuh yang

semakin besar maka kemampuan ikan untuk dapat mendeteksi adanya benda di

hadapannya akan semakin jauh.

Anda mungkin juga menyukai