Metode Pengukuran Peralatan Localizer Di 697c6bf7
Metode Pengukuran Peralatan Localizer Di 697c6bf7
Feti Fatonah
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug Tangerang
email: feti_fatonah@yahoo.co.id
Histori Artikel: In accordance with the Rules of DGCA number: 83 2005, about the
Diterima: 8 Juli 2014 testing procedures on the ground (ground inspection) equipment
Direvisi: 10 Sept 2014 electronics and electrical facilities, the cost of all existing facilities at
Disetujui: 15 Sept 2014 the airport including ILS localizer testing should be carried out on
land with parameters determined in order to maintain the
Keywords:
operational performance of equipment in accordance with the
ILS, Localizer, Balai Kalibrasi
Penerbangan, ground standards and operational requirements that have been set. And in
inspection, flight inspection accordance with ICAO Annex 10 Document 8071, then to determine
the performance of the localizer equipment mandatory calibration
Kata kunci: flight. This calibration flight periodically for localizer equipment
LS, Localizer, Balai Kalibrasi provisions must be implemented four months in which the airport in
Penerbangan, pemeriksaan, cooperation with the Ministry of Transportation calibration.
inspeksi penerbangan
Sesuai dengan Peraturan dari Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara nomor : 83 tahun 2005, tentang prosedur pengujian di darat (
ground inspection ) peralatan fasilitas elektronika dan listrik
penerbangan maka semua fasilitas yang ada di Bandara termasuk
ILS, Localizer harus dilaksanakan pengujian di darat dengan
parameter yang telah ditentukan guna mempertahankan kinerja
operasional peralatan sesuai dengan standard dan persyaratan
operasional yang telah ditetapkan. Dan sesuai dengan annex 10
Document 8071 ICAO, maka untuk mengetahui kinerja dari
peralatan localizer maka wajib dilakukan penerbangan kalibrasi.
Penerbangan kalibrasi ini berkala untuk peralatan localizer
ketentuannya harus dilaksanakan 4 bulan sekali dimana pihak
Bandar udara bekerja sama dengan Balai kalibrasi Kementerian
Perhubungan.
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
173
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
PENDAHULUAN Jenderal Perhubungan Udara No. 83
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tahun 20005, dan Annex 10 Document
dan peningkatan sumber daya manusia 8071 ICAO, dan juga penelitian ini dapat
yang terdidik dan profesional di bidang menunjang pengembangan bahan ajar di
penerbangan, menurut keputusan Pendidikan Jurusan Teknik Penerbangan
menteri perhubungan No. KM. 64 tahun Program Studi Teknik Telekomunikasi
2000, tanggal 21 Agustus 2000, tentang dan Navigasi Udara.
organisasi dan tata kerja sekolah tinggi Dalam peraturan Direktorat Jenderal
penerbangan indonesia (STPI), sebagai Perhubungan Udara tersebut dinyatakan
sekolah tinggi kedinasan di lingkungan bahwa untuk pengukuran Peralatan
Kementrian perhubungan, STPI Navigasi harus dilaksanakan tidak hanya
mempunyai tugas menyelenggarakan di ground station tetapi juga harus
program pendidikan profesional di dilaksanakan dengan kalibrasi
bidang penerbangan, menyelenggarakan menggunakan penerbangan ( flight
pendidikan yang sejalan dengan calibration ), yang dilaksanakan oleh
pertumbuhan dan perkembangan di Balai Kalibrasi. Tetapi dalam
sektor perhubungan dan sub sektor pelaksanaannya terkadang Balai
perhubungan udara. Kalibrasi ada keterlambatan dalam
Pada era sekarang, perkembangan pelaksanaan kalibrasi sehingga
dunia penerbangan di dalam dan luar pengukuran peralatan ( kalibrasi
negeri cukup pesat, baik itu peralatan ) yang seharusnya telah
perkembangan teknologi pesawat, dilaksanakan tepat waktu, tertunda
teknologi Bandar udara, teknologi pelaksanaannya. Di sini perlunya
pelayanan navigasi udara maupun penelitian ini dilaksanakan apakah
perkembangan manajemen transportasi kalibrasi peralatan navigasi terutama
udara, STPI sebagai penyedia sumber untuk peralatan Localizer harus
daya manusia, dituntut untuk terus dilaksanakan tepat waktu sesuai
berbenah meningkatkan kualitas para peraturan yang ada ataukah
pengajarnya, untuk terus diperbolehkan adanya keterlambatan
mengembangkan diri, sebagai wujud dengan batasan waktu tertentu, dan
pelaksanaan Tridharma Perguruan sambil menunggu pelaksanaan kalibrasi
tinggi. oleh balai kalibrasi, apakah pengukuran
Penelitian yang dilaksanakan di dapat dilaksanakan hanya di ground
Bandar Udara Sam Ratulangi Manado ini station saja.
salah satu bukti nyata bahwa STPI selalu
berupaya untuk memberikan support
TINJAUAN PUSTAKA
kepada para pengajar (dosen) untuk
ILS
mengembangkan diri serta berupaya
ILS singkatan dari Instrument Landing
untuk terus meningkatkan kualitas
System adalah alat bantu navigasi yang
pengajaran, sehingga diharapkan hasil
memberi informasi kepada penerbang
penelitian ini dapat memberikan
untuk pendekatan menuju landasan. ILS
masukan serta menambah wawasan para
dimaksud untuk memudahkan
mahasiswa, pengelola Bandar udara
penerbang mengadakan pendekatan
maupun Direktorat Perhubungan Udara
kelandasan terutama pada waktu c.1uaca
terkait dengan Peraturan Direktorat
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
175
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat hubungan fase dari SBO tersebut:
bahwa posisi pesawat adalah menggeser fase 180° antara sideband 90
berhubungan dengan perbedaan HZ dan sideband 150 HZ.langkah
modulation depth 90 Hz dan 150 Hz. tersebut belum menghasilkan hasil
Pada semua localizer modulasi sinyal radiasi yang dikehendaki karena salah
90 Hz mendominasi sebelah kiri satu sideband SBO akan meanambah
perpanjangan as landasan pendekatan radiasi CSB,sedangkan sideband dari SBO
dan 150 Hz mendominasi sebelah kanan yang lain akan menghilangkan karena
perpanjangan as landasan pendekatan. fase digeser 180° tersebut.Untuk
Karena pancaran frekuensi yang mendapatkan pancaran yang
dipakai localizer terpengaruh terhadap dikehendaki selanjutnya menggeser fase
pantulan pancaran dari bangunan, 180° sinyal SBO pada separo system
gunung-gunung dan lain-lain, maka bila jajaran antenna,sehingga hasilnya
perlu untuk mengurangi pengaruh menjadi:
tersebut dapat menambahkan pancaran Separo dari jajaran antenna akan
sinyal di udara yang disebut Clearence. memancarkan kombinasi sinyal CSB dan
Pancaran Clearence ini mendominasi SBO dimana sideband 90 Hz akan saling
sudut 10° sampai 35° dari perpanjangan menambah (same fase), sedangkan
as pada kedua sisi perpanjangan sideband 150 Hz akan saling
landasan. Sinyal Clearence pada daerah menghilangkan (berbeda fase 180°).
tersebut lebih kuat dan dapat Separo dari jajaran antenna yang
menanggulangi terhadap pantulan sinyal sebaliknya akan memancarkan
yang tidak dikehendaki yang dihasilkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dimana
oleh side lobe dari sinyal Course. 150 Hz akan saling menambah (sama
Localizer mempergunakan jajaran fase), sedangkan sideband 90 Hz akan
antenna multielemen untuk saling menghilangkan (berbeda fase
menghasilkan radiasi sinyal yang 180°).
direncanakan. Sinyal yang dipancarkan Dalam prakteknya antenna diberi
di udara terdiri dari kombinasi sinyal sinyal berpasangan dengan CSB, SBO
CSB (Carrier and Slide Band) dan SBO atau kombinasi dari CSB dan SBO.
(Slide Band Only) yang menghasilkan Biasanya sinyal CSB menghasilkan
pola radiasi gabungan (Composite pancaran yang lebih kuat pada pasangan
radiation pattern). Efek ini disebut Space antenna bagian tengah dan SBO pada
Modulation. pasangan bagian luar (ujung). Hal ini
Besarnya modulasi AM audio mempunyai efek yang relatif
frekuensi (90 Hz atau 150 Hz) pada menghasilkan beam yang sempit (sudut
frekuensi adalah 20%, total modulation course width mengecil) dan sebaliknya.
kedua audio tersebut adalah 40%. Bila sinyal CSB saja yang dipancarkan
Jika dua sinyal (CSB dan SBO) (tanpa SBO) system akan menghasilkan
dipancarkan, hasil kombinasi kedua DDM = 0 pada semua daerah.
sinyal tersebut tidak ada perbedaam
modulation depth, karena kedua sinyal Kategori Peralatan ILS
mempunyai modulation depth yang Kategori peralatan ILS dalam
sama.Supaya menghasilkan radiasi ILS operasionalnya ketika dipasang di setiap
seperti yang diminta perlu merubah
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
177
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
b. Peralatan Fasilitas Navigasi Distance Measuring Equipment,
Penerbangan, meliputi : dilakukan 1 X 4 Minggu;
- Non Directional Beacon (NDB) 3) Untuk peralatan Primary
HR/MR/LR; Surveillance Radar, Secondary
- Very High Frequency Omni Surveillance Radar, Radar Display
Directional Range (VOR); dilakukan 1 X 8 Minggu.
- Distance Measuring Equipment
(DME). Pengujian secara berkala (periodic
test) dilakukan oleh operator (bandara)
c. Peralatan Fasilitas Pengamatan dan Pengujian secara khusus (special
Penerbangan, meliputi : test) dilakukan oleh Direktorat Jenderal
1) Primary Surveillance Radar (PSR); Perhubungan Udara, Pengujian berkala
2) Secondary Surveillance Radar di darat terdiri dari : pengukuran
(SSR); parameter dan pengukuran output.
3) Monopulse Secondary Surveillance Pengujian secara khusus (special test),
Radar (MSSR); dilaksanakan :
4) Radar Display. i. untuk mendapatkan atau
memperpanjang masa berlaku
d. Peralatan Fasilitas Bantu Pendaratan, Sertifikat Peralatan Fasilitas
meliputi : Elektronika dan Listrik Penerbangan
1) Instrument Landing System (ILS): sesuai Peraturan Direktur Jenderal
a) Localizer; tentang Sertifikat Peralatan Fasilitas
b) Glide Path; Elektronika dan Listrik Penerbangan.
c) Middle Marker; ii. Direktur Jenderal menganggap perlu
d) Outer Marker dalam hal :
2) Visual Aids : o terjadinya penggantian suku
a) Approach Lighting System; cadang, relokasi, rekondisi yang
b) Flashing light; dapat mempengaruhi kinerja
c) Threshold light; peralatan;
d) Runway light; o terjadinya accident di bandar
e) PAPI/VASI; udara tersebut;
f) Rotating Beacon o terjadinya bencana alam;
o kalibrasi penerbangan tidak dapat
Pengujian di darat (Ground Inspection) dilaksanakan sesuai dengan jadwal
peralatan fasilitas elektronika dan listrik iii. Atas permintaan operator.
penerbangan dilakukan dengan cara : Sesuai dengan Doc 8071 ICAO yang
a. secara berkala (periodic test), dengan menyatakan bahwa ground inspection
ketentuan: dilakukan oleh seorang teknisi khusus
1) Untuk peralatan VOR, ILS dengan memepergunakan beberapa
(Localizer, Glide Path, Middle test equipment. Pengujian di darat ini
Marker, Outer Marker ) dilakukan tidak membutuhkan biaya yang besar
1 X 2 Minggu; dan juga lebih cepat untuk
2) Untuk peralatan VHF A/G, HF mengetahui kinerja dari fasilitas yang
A/G, Non Directional Beacon, diukur.
Visual Aids (VASIS, PAPI),
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
179
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
mungkin juga dilaksanakan karena inbound di localizer, antara 10 mil hingga
kecurigaan kegagalan pemakaian 3 mil dari antena localizer. Modulasi yang
fasilitas yang dilaporkan oleh teknisi diluar toleransi akan menjadi dasar
pemelihara atau pilot pemakai untuk pembatasan fasilitas terpasang
fasilitas. atau dipasang ulang dengan antena tipe
e. Survaillance baru.
Kalibrasi survaillance bertujuan b. Rasio Power:
untuk mengecek kondisi umum Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
peralatan masih standar atau tidak untuk mengukur rasio power antara
dan sebagai evaluasi selama course dan pemancar clearance dari dual
penerbangan dilakukan dengan tidak frekuensi localizer. Bila pesawat
berjadwal. dilengkapi dengan spektrum analyzer,
posisi pesawat pada localizer on course
Berdasarkan untuk kerja fasilitas, dalam jarak 10 mil dan line of sight dari
inspeksi penerbangan harus menetapkan antenna, membandingkan kekuatan
salah satu dari klasifikasi status berikut: sinyal relatif course dan pemancar
Unrestricted : status atas fasilitas yang clearance dengan daya RF pemancar
memenuhi nilai toleransi course dialarm dan pemancar clearance
yang dipersyaratkan. normal.
Restricted: Status atas fasilitas yang c. Phasing
tidak memenuhi nilai Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
toleransi yang ditentukan untuk menentukan bahwa hubungan fase
berdasarkan standar antara sideband dan carrier energinya
inspeksi (wilayah ruang optimal. Fasilitas ini normalnya diphase
udara yang menggunakan dengan ground prosedur.
fasilitas tersebut harus d. Lebar dan simetri Course Sector
didefinisikan sebagai Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
unusable pada Notam. untuk membangun dan
Unusable : Status atas fasilitas yang mempertahankan lebar dan simetri
tidak aman atau tidak course sector. Prosedur ini berlaku untuk
dapat diandalkan untuk front course, lebar dan simetri course
navigasi (Notam harus diukur antara 4 dan 24 mil dari antena
ditertibkan dengan localizer di lowest coverage altitude.
mendefinisikan bahwa Lebar course sector tiap tiap localizer
fasilitas tersebut diatur berbeda-beda sesuai dengan
unusable). panjang Run Way yang dimiliki oleh
Adapun parameter utama yang diukur bandara.
pada penerbangan kalibrasi e. Course alignment dan struktur
peralatanlocalizer adalah sebagai Pemeriksaan ini untuk mengukur
berikut: kualitas dan alignment sinyal on-course.
a. Level Modulasi Pemeriksaan alignment dan struktur
Pemeriksaan ini mengukur pancaran biasanya dilakukan secara bersamaan.
signal modulasi localizer. Untuk Toleransi untuk course bend untuk zone
prosedur-front course yang 1-2 untuk localizer Cat I adalah 30µA
diperbolehkan, modulasi diukur saat
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
181
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
sebagian dari populasi yang diambil Berdasarkan pengertian diatas, maka
sebagai sumber data dan dapat mewakili penulis menetapkan dua variabel
seluruh populasi.” Karena jumlah independen yang tidak saling
populasi data hasil pengujian didarat mempengaruhi untuk dibandingkan.
jauh lebih banyak dibandingkan dengan
data hasil penerbangan kalibrasi maka Variabel Independen (X1).
penulis mempergunakan teknik sampling Variabel independen (variabel bebas)
Purposive. adalah variabel yang mempengaruhi atau
Teknik Purposive ini memberikan yang menjadi sebab perubahanya atau
kebebasan pada penulis untuk timbulnya variabel terikat (dependen),
menentukan sampel dengan dalam penelitian ini sebagai variabel
pertimbangan tertentu. Adapun independen yang pertamaAdalah data
pertimbangannya adalah penulis ingin hasil pengujian di darat (ground
membandingkan satu data penerbangan isnpection) peralatan Localizer Wilcox
kalibrasi dengan lima data hasil type MK20A bandar udara Sam
pengujian didarat setelah penerbangan Ratulangi.
kalibrasi. a. Definisi Konseptual
Penerbangan kalibrasi peralatan Data hasil Pengujian di darat (ground
Localizer Wilcox type MK20A di bandar inspection) adalah suatudata yang
udara Sam Ratulangi Manado dari bulan diperoleh dari hasil kegiatan pengujian
Februari 2012 sampai dengan bulan dan peneraan yang dilakukan di darat
Agustus 2013 data sekunder yang terhadap peralatan fasilitas elektronika
penulis miliki adalah: dan listrik penerbengan yang digunakan
8 data X 3 parameter = 24 data hasil untuk pelayanan lalu lintas
penerbangan kalibrasi penerbangan4.
b. Definisi Operasional
20 data X 3 parameter = 60 data hasil Penentuan data hasil pengujian
pengujian di darat didarat (ground inspection) peralatan
Localizer type MK20A adalah memiliki
Variabel Penelitian sebuah dimensi yaitu parameter output
Variabel penelitian adalah segala dari peralatan tersebut.
sesuatu yang berbentuk apa saja yang c. Kisi-kisi Instrument Variabel X1
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari Kisi-kisi instrumen untuk data varibel
sehingga diperoleh informasi tentang hal X1 dapt dibuat seperti tampak pada tabel
tersebut, kemudian ditarik 1.
kesimpulannya. Tabel 1. Kisi-kisi instrumen
Secara teoritis variabel dapat variabel data hasil pengujian didarat (X1)
didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau obyek yang mempunyai “variasi” No Dimensi Indicator Keterangan
antara satu orang dengan yang lain atau Modulation
satu obyek dengan obyek yang lain 1 Parameter Course
(Hatch dan Farhady,1981). Variabel alignment
dapat juga merupakan dari bidang Course
keilmuan atau kegiatan tertentu. width
(sumber: Skep Dirjen Hubud No.83 Tahun 2005)
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
183
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
menjadi data ordinal8. Sesuai tabel membandingkannya dengan nilai Ltabel
penggunaan statistik bila data berbentuk dari tabel Liliefors.
data ordinal maka penulis 7. tentukan kriteria pengujian Ha yaitu :
merpegunakan uji Mann-Whitney U-test. Jika L0< Ltabel maka Ha diterima (
Berikut ini penulis berikan teknik berdistribusi normal ).
statistik yang dipergunakan untuk 8. Membuat kesimpulan
menganalisa hasil penelitian ini.
b. Uji Homogenitas.
a. Uji Normalitas Untuk mengetahui data hasil
Untuk mengetahui apakah data hasil penelitian ini apakah datanya homogen
pengujian di darat dan data hasil atau tidak, maka penulis menggunakan
penerbangan kalibrasi Localizer MK20A uji kesamaan dua varians (Homogenitas).
bandar usara Sam Ratulangi Adapun cara pengujian Homogenitas
berdistribusi normal atau tidak, maka yang penulis pakai adalah Varians
penulis menggunakan uji Liliefors untuk terbesar dibandingkan varians terkecil
uji normalitas data. Dasar pemilihan yang langkah penyesuaiannya sebagai
dengan uji Liliefors adalah data yang berikut10:
dimiliki cukup kecil jumlahnya yaitu 1. Pernyataan Hipotesis:
hanya 20 data untuk variabel pengujian Ho : Sampel tidak homogen
di darat dan 8 data untuk variabel Ha : Sampel Homogen
penerbangan kalibrasi. Ada pun urutan
yang harus dilakukan untuk uji Cari Fhitung Dengan menggunakan
normalitas menggunakan uji liefors rumus
adalah. 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F= 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Pernyataan Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi tidak normal
2. Tetapkan (α)
Ha : Sampel berdistribusi normal
3. Cari Ftabel dengan cara :
dk pembilang =n-1 (untuk varians
1. Menentukan taraf significance (α)
terbesar)
2. Mengurutkan data sampel dari kecil
dk penyebut =n-1 (untuk varians
ke besar dan menentukan frekuensi
terkecil)
tiap-tiap data.
4. Dengan menggunakan tabel F didapat
3. Menetukan nilai Z (bilangan baku)
nilai Ftabel
dari tiap-tiap data dengan rumus:
𝑋𝑖−𝑋
5. Tentukan kriteria pengujian H0 yaitu :
Zi = 𝑆 Jika Fhitung < Ftabel maka Ha
4. Menentukan besar peluang untuk diterima (homogen)
masing-masing nilai Z berdasarkan 6. buatlah kesimpulannya.
tabel Z, dan disebut dengan F(Z).
5. Menghitung frekuensi kumulatif dari Pembahasan Hasil Penelitian.
masing-masing nilai Z, dan disebut Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan S(Z) dengan rumus: disebutkan pada analisa data diatas,
𝑓𝑖 serta mengacu kepada standar dan
S (Z) = ∑𝑓
ketentuan yang berlaku dalam dunia
6. Menentukan nilai L0 = [ F (Z) – S (Z) ]
penerbangan antara lain :
yang terbesar yang dipakai dan
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
185
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
perbedaan pada lokasi pengukuran dan 2. Adanya persamaan menurut
alat ukur yang digunakan. pengujian dengan teknik statistik
Sesuai dengan prosedur penerbangan antara data hasil penerbangan
kalibrasi menyatakan bahwa level kalibrasi (flight calibration) dengan
modulation diukur saat pesawat inbound data hasil pengujian di darat (ground
di Localizer antara 10 Nautical Mile – 3 inspection) untuk parameter Course
Nautical Mile, untuk pengukuran Course Width peralatan Localizer Wilcox type
Alignment dilakukan pada masing- MK20A.
masing Zone Localizer dan pengukuran 3. Dari hasil penelitian disimpulkan
Course Width pada jarak 4 – 10 nautical bahwa pelaksanaan pengukuran
Mile. Sedangkan prosedur pengujian di terhadap peralatan Localizer Wilcox
darat dengan menggunakan PIR hanya Type MK20A harus dilaksanakan
300 meter di depan antenna Localizer. tepat waktu, sesuai ketentuan
Seperti yang telah disebutkan pada peraturan yang berlaku, karena
teori dasar Localizer, bahwa faktor pengukuran tidak dapat hanya
propagasi dan lingkungan juga sangat dilaksanakan di ground saja, tetapi
berpengaruh terhadap signal pancaran ada parameter yang memang harus di
localizer sehingga hasil pengukuran ukur dengan menggunakan flight
penerbangan kalibrasi mendapat calibration.
pengaruh yang lebih besar dibandingkan
dengan hasil pengujian di darat. Saran
Demikianlah hasil analisa secara Dari kesimpulan diatas, untuk
teknik statistik data hasil pengujian di meningkatkan keselamatan penerbangan
darat dan data hasil penerbangan dan menambah wawasan tentang ilmu
kalibrasi dimana menghasilkan hipotesis penelitian di bidang teknik navigasi
bahwa data Course Width tidak ada udara, maka penulis menyarankan:
perbedaan tetapi data Modulation dan 1. Direktorat Jenderal Perhubungan
Course Alignment terdapat perbedaan Udara sebagai Regulator, PT. Angkasa
Pura 1 (Persero) sebagai pengelola
KESIMPULAN DAN SARAN Bandara dan Balai Kalibrasi
Kesimpulan. senantiasa bekerja sama agar
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pelaksanaan Kalibrasi dapat berjalan
pembahasan maka dapat ditarik tepat waktu.
kesimpulan sebagai berikut : 2. Perlu adanya pelatihan bagi teknisi
1. Adanya perbedaan menurut navigasi udara agar pelaksanaan
pengujian dengan teknik statistik Penerbangan kalibrasi dan pengujian
antara data hasil pengujian di darat ( di darat bisa terlaksana dengan baik.
ground inspection ) dengan data hasil 3. Penelitian ini dapat dikembangkan
penerbangan kalibrasi (flight oleh para Dosen STPI untuk
calibration) untuk parameter mengambil sampel Peralatan navigasi
Presentase Modulation dan Course di Bandara lain selain Bandara Sam
alignment peralatan Localizer Wilcox Ratulangi Manado, sehingga dapat
type MK20A di Bandar Udara Sam ditarik kesimpulan bahwa semua
Ratulangi Manado. peralatan navigasi di seluruh Bandar
udara di Indonesia dalam
DAFTAR ISTILAH
Metode Pengukuran Peralatan Localizer di Bandar Udara : Studi Kasus Bandar Udara Sam
187
Ratulangi-Manado (Feti Fatonah)
188 Warta Ardhia, Vol. 40 No. 3 September 2014, hal. 173-188