1519 - Mekanika Teknik Statika Dan Kegunaannya 2
1519 - Mekanika Teknik Statika Dan Kegunaannya 2
qk)
1*,
't:
),
i l?t
\!
!
" "*t*rg*i,r,V,:t..i,
Qmr
.fi z-
7*,'
4-
MEKANIKA
TEKNIK 2
STATIKASKEGUNAANNYA
,-i !r
it
BALOK TERUSAN
KONSTBUKSI PORTAL STATIS TIOAK TERTENTU
PERUBAHAN BENTUK EIASTIS'
GARIS PENGARUH
PERBAIKAN
BUKU RUSAK
{trH. l9e7 11995
/'1\
JV)
YJV
PENERBIT KANISIUS lr. HEINZ FRICI(
Mekanika Teknik - Statika dan Kegunaannya 2
02801 8
O Kanisius 1979 Kata pengantar
Jilid kedua buku llmu mekanika teknik * statika dan kegunaannya ini mencakup se-
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI) buah Pengantar ke dalam Metode perhitungan sistim statis tidak tertentu dan sebuah
Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 bab tentang garis pengaruh. Lampirannya dengan jumlah tabel-tabel yang cukup luas
Telepon (0274) 88783, Teleks 25243, Fax (0274) 63349 juga dapat mengisi kekosongan dalam bidang ini di pasaran buku statika. Di samping
Kotak Pos 1125Nk, Yogyakarta 55011 itu tabel-tabel itu akan berguna sekali dalam praktek. Buku ini ditutup dengan daftar
kependekan, daftar istilah penting dan pustaka.
Cetakan perlama 1979 Atas dasar kenyataan, bahwa di lndonesia nilai ukuran-ukuran seperti kg, kgi cm2. t,
Cetakan kedua 1981 tm dsb. masih berlaku, maka tidak digunakan nilai ukuran-ukuran yang baru seperti N
(Newton), KN (Kilonewton) dan MN (Meganewton). Untuk kebutuhan konversi dapat
Cetakan ketiga 1982
Cetakan digunakan petunjuk berikut:
Cetakan Gaya-gaya : dasarnyaialahkN (kilonewton) : 1'000 N :0.001 MN I
2. :l Besaran-besaran lintang M
2. 1. 1 Titik berat pada bidang t'.' 46
2. 1. 2 Momen lembam dan momen sentrifugal pada
bidang 49
2. 1. 3 Momen lemban pada sistim koordinat berpindah 50
2. 1. 4 Momen lembam pada sistim koordinat terputar 52
2. '1. 5 Lingkaran Mohr 55
tv
2. 2 Tegangan normal 57 3. 2. 5 Balok tunggal dengan beban segitiga 113
2. 2. 1 Ketentuan keseimbangan 57 3. 2. 6 Balok tunggal dengan macam-macam beban dan
2. 2. 2 Ketentuan perubahan bentuk 59 gaya 115
2. 2. 3 Hubungan antara masing-masing tegangan 60 3. 2. 7 Contoh-contoh 117
2. 2. 4 Garis sumbu nol 61 3. 3 Konsole 120
2. 2. 5 Gaya tekarr dan gaya tarik 63 3. 3. .1 Konsole
dengan satu gaya pada ujung yang bebas 120
2. 2. 6 Momen lentur 63 3. 3. 2 Konsole dengan beberapa gaya 121
2. 2. 7 Momen tahanan 64 3. 3. 3 Konsole dengan beban merata 121
2. 2. 8 Besaran inti 65 3. 3. 4 Konsole dengan gaya horisontal 121
2, 3 Tegangan geser 69 3. 3. 5 Konsole dengan macam-macam beban dan gaya 122
2. 3. 1 Tegangan geser oleh gaya lintang 69 3. 4 Balok tunggal dengan konsole 123
2. 3. 2 Tegangan geser oleh gaya torsi 72 3. 4. 1 Balok tunggal dengan satu konsole 123
2. 4 Fegangan-tegangan 73 3. 4. 2 Balok tunggal dengan dua konsole 127
2. 8. 4 Contoh-contoh 98
4. 2. 1 Ketentuan statis 178
4. 2. 2 Kestabilan konstruksirangka batang 180
vil
5. Perhitungan alat-aiat sambungan 203 6. 5. 6 Balok terusan dengan ujung padaengsel 290
5. 1 Alat-alat sambungan baja 203
6. 5. 7 Persiapan cara distribusimomen 292
5. 1. 1 Sambungan keling dan baut pada konstruksi baja 6. 5. 8 Cara distribusi momen menurut Cross 292
203
5. 1. 2 Sambungan las
6. 5. I Contoh-contoh 293
207
5. 1. 3 Contohsambungan-sambunganbaja 212
5. 2 Alat-alat sambungan kayu 226 7. Konstruksi portal statis tidak tertentu 304
5. 2. 1 Gigitunggal 226
5.2.2 Paku 227 7. 1 Konstruksi portaldengan titik simpulyang kaku 304
5. 2. 3 Baut dan baut pasak khusus 230 7. 1.'l Pengetahuandasar 304
5. 2. 4 Pasak cincin, bulldog connector dan plat paku 235 7. 1. 2 Cara distribusi momen menurut Cross 304
5. 2. 5 Konstruksi berlapis majemuk dengan perekat 239 7. 1. 3 Contoh-contoh 305
5. 2. 6 Contoh sambungan-sambungan kayu 241 7. 2 Kontruksi portal dengan titik simpulyang goyah 322
7. 2. 1 Penurunan tumpuan pada balok terjepit 322
7. 2. 2 Pengaruh atas titik simpul yang goyah 324
Jilid ll, Halaman: 7. 2.3 Contoh-contoh 326
7. 2. 4 Konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul
6. Balok terusan 253
yang goyah 82
6. 1 Balok terjepit 253
6. 1. 1 Pengetahuan dasar 253 8. Perubahan bentuk elastis u2
6. 1. 2 Gaya-gaya pada balok terjepit 2il 8. 1 Pengetahuan dasar 342
6. 1. 3 Lendutan 262 8. 2 Teoriter,tang kerja virtual 343
6. 1. 4 Balokterjepitsebelah 2U 8. 2. 'l Kerja virtual 343
6. 2 Balok terjepit elastis 265 8. 2. 2 Persamaan kerja pada konstruksibatang 345
6. 2. 1 Pengetahuan dasar 265
8. 2. 3 Persamaan kerja pada konstruksirangka batang 350
6. 2. 2 Sistim titik potong 266
8. 2. 4 Hasil pOng-integral-an pada kerja virtual 351
6. 2. 3 Jarak penting pada titik potong 270
8. 3 Syarat-syarat brikatan pada perubahan bentuk elastis 354
6. 2. 4 Macam-macamjepitan 271
8. 3. 1 Syarat Betti 3il
6. 3 Sistim titik potong pada balok terusan 274
8. 3. 2 Syarat Maxwell 355
6. 3. 1 Pengetahuan dasar 274
8. 3. 3 Syarat Castigliano 356
6. 3. 2 Menentukan titik potong 275
8. 3. 4 Syarat Mohr 357
6. 3. 3 Gaya-gaya pada balok terusan
6. 4 Persamaan tiga momen (Clapeyron)
277
8. 3. 5 Ringkasan 358
282 8. 4 Contoh-contoh 359
6. 5 Sistim Cross pada balok terusan 286 8. 4. 1 Pergeseran dan'perputaran pada konstruksi batang 359
6. 5. 1 Pengetahuan dasar 286
8. 4. 2 Pergeseran pada konstruksi rangka batang 369
6. 5. 2 Perjanjian tanda pada sistim Cros 287
8. 5 Garis elastis pada konstruksi batang 372
6. 5. 3 Momenjepitan 287
8" 5. 1 Pengetahuan dasar 372
6. 5. 4 Momen pada titik simpul 28 8. 5. 2 Penentuan bobot-beban W 372
6. 5. 5 Momen jepitan dan momen distribusi yang disalur- 8. 5. 3 Penentuan garis elastis dengan bobot beban W pada
kan 289 konstruksi batang 374
vil
ix
8. 6 Garis elastis pada konstruksi rangka batang 379 9. 5. 4 Ringkasan 437
8. 6. 1 Pengetahuan dasar 379 9. 5. 5 Contoh-contoh rB8
8. 6. 2 Penentuan garis elastis dengan bobot beban W pada 9. 6 Garis pengaruh pada balok terusan 49
konstruksi rangka batang 379 Pengetahuan dasar 9.6.1 49
8.6.3 Ringkasan 384 9. 6. 2 Garis pengaruh pada reaksi tumpuan yang statis ber-
8.6.4 Contoh 384 lebih 450
9. 6. 3 Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, momen lentur
9. Garis pengaruh dan gaya lintang 452
389
9. 6. 4 Penentuan garis.garis pengaruh secara grafis 452
9. 1 Pengetahuan dasar dan penggunaan garis pengaruh 389
9. 1. 1 Pengetahuan dasar 389
9. 1. 2 Penentuan garis pengaruh 390
Lampiran 459
9. 1. 3 Penggunaangarispengaruh 391
9. 1. 4 Ringkasan 393 l. 1 Rumus-rumus yang penting 459
9. 2 Garis pengaruh pada balok tunggal 393 l. 1. 1 Rumus-rumusyang penting pada bab: Pengetahuan I
xi
l. 2. 7 Penentuan tegangan o maksimal dan lendutan f
maksimal pada konstruksi batang rtg3
l. 2. I Penentuan momen dan reaksi tumpuan pada balok
6. Balok terusan
rusuk Gerber 494
l. 2. I Nilai-nilai alat sambungan besi seperti keling, baut
l. 2.10
dan las
Nilai-nilai alat sambungan kayu seperti paku, baut,
496
6. 1. Balok teriepit
baut pasak khusus, pasak cincin, bulldog connector
dan pelat paku 499 6. 1.1. Pengetahuan dasar
l. 2.11 Penentuan momen jepitan pada balok terjepit dan Jepitan pada suatu balok terjadi kalau sudut putar tumpuan o dan B lebih
pada balok terjepit sebelah 505 kecil daripada balok tunggal garis elastis mengubah lengkungan makin keras pen-
t. 2.12 Penentuan bagian beban pada syarat persamaan jepitan makin lebih dekat pada pertengahan balok terjepit.
tiga momen menurut Clapeyron 509 Jepitan maximal terjadi kalau sudut o dan l) : 6.
t. 2.13 Penentuan momen dan reaksi tumpuan pada balok Oleh karena balok terjepit merupakan tiga kali statis tidak tertentu, maka kita tidak
terusan 512 dapat berhasil menggunakan syarat-syarat perseimbangan.
Yang sebetulnya harus kita cari ialah:
l. 2.'14 Hasil peng-integral-an pada kerja virtual 516
t. 3 Daftar kependekan 518 M,; Mrdan H
t. 4 Daftar istilah penting 520
t. 5 Pustaka
Gambar6. 1. 1. a.
Pada umumnya gaya H boleh dihapuskan, jikalau digunakan sistim tumpuan jepitan
seperti berikut, tinggallah perhitungan M, dan Mr.
Gambar6. 1. 1. b.
xI 253
6.1.2. Gaya-gaya pada balok terjepit
Kita memilih suatu sistim dasar yang serupa dengan sistim yang kita
punyai, kita terapkan untuk balok terjepit dengan panjang (lebar bentang) / kita
memilih satu balok tunggal dengan lebar bentang /.
t, b-asl'[]r-$-Adoz
tYtt-w Mz:
(0
- llol ' at - la - ool' At (6.2.)
or' Dz - 0t' az
Pada sistim dasar ini kita pasang semua gaya dan beban yang ada dengan tam-
bahan momen M, dan Mr.
Dengan menentukan sudut putar tumpuan (pada contoh ini a = D : 0l kita bisa
menentukan syarat-syarat elastis dan selanjutnya dengan superposisi perhitungan Pada contoh di atas dengan sudut putar tumpuan o : [] : o momen jepitan M ,; M,
statika dengan menggunakan persamaan elastis. menjadi:
Mr
rvr: at'P2-
b-3-t-:-a-F^ ' y1. !t-!tl-o-:t
: or'
/ ^
Pl'02 ' 0z - At' az
(6.3. )
olehM,:1 A
dti A1 sudut putar
tumpuan
Diagram momen
\----..-
\ pt,-1
t' Bidang momen yang
dibebani
oleh M, : 1
'l
Dengan superposisi bagian-bagian dari sudut putar tumpuan kita mendapat persa- I
maan elastis seperti berikut:
at: 3Er
[' (6:4. )
e : eo * M.,.a, -f Mr.a,
A=0"+M.,.A1 +M2.A2
(6.1) 0r:#
254 255
I
Untuk mencari M,dan Mryang sebenarnya kita hanya harus mencari ao dan Bo.
ardan l),
Mencari ao dan fi6.
Sebagai dasar dapat dikatakan, bahwa oo dan Bo bisa didapat dengan membebani
sistim dasar dengan M,diagram (bidang) momen yang direduksikan dengan faktor
I / E.tl.
E
tsidang momen yang Diagram momen
I
dibebani
t.l I
Gambar 6. 1 . 2. c.
I I
lJz =
3Et
(6.5.) Bidang momen yang
I I dibebani
a2 =
6Et
Gambar6. 1.2. d.
Ir
Contoh gaya Pusa t: P
Sistim dasar P.a
ao: [Jo: E.l ', P.a a - P.a
0o:fi0: (6.13.
+
E.t z Z.f t(a+c) )
,r4
4, 4z dan untuk M, = Mz
Dlagram momen
=4./ v m,=-lz
lfi u+c) - lfi o*a)
2Et
I
ffi
P' l
P'a (a
Bidang momen yang Mt: Mz - + c) (6.14. )
dibebani
Gambar 6. 1. 2. e.
Contoh dengan beberapa gaya: I
l- P. l1 P.12 (6.11.)
- -a-P'l
qo-Po- oo= fio: 16El
4El 4 16El
Sistim dasar
dan untuk Mt = Mz
P. l' | 2El
M,= -1, +# - 16Et '' t
Mt= Mz= -+ (6.12. )
Diagrap momen
Gambar6. 1.2. g.
Sistim dasar
Mencari bidang M menurut bab. 3. 2.2. Mekanika teknik - Statika dan keguna-
Diagram momen annya jilid l"
Selanjutnya dibebani sistim dasar dengan bidang M"yang dibagi dengan f . /.
Selanjutnya menentukan reaksi tumpuan ao dan Bo.
288 259
Harus memperhatikan tanda (+,-) dari M, dan Mr. Biasanya gaya lintang yang
lebih besar harus berada pada tumpuan dengan momen jepitan yang lebih besar.
Sistim dasar Dengan rumus tentang gaya lintang bisa juga ditentukan reaksi tumpuan seperti
berikut:
I x
I n'll
Diagram momen Rt: Rao Re: Ran + (6.17.
tM' )
I oleh Mo
I
\ l+
I
Contoh-contoh:
uX' Balok terjepit dengan beban merata
Diagram momen oleh
H, ll
lr( , Mt
Diagram momen:
--/1
l'1,
'l
.I
t,,
Diagram momen oleh
M2
L!,
I A q.l?
1T
lt
A
dtiiltY B q.
2l
Gambar 6. 'l .
Momen, gaya lintang, tumpuan: 2. k
Diagram momen
tlt N rt t/2 yang disuperposisi
MF-r, =
q- 12
24
(6.18.)
Gambar6. l.2. h. A : Qokarena M,
tllHl 1 - Mt = A
--t z Mol
Momen pada titik x adalah: Ra: Ra: RAo: R1n
p.l
(perhatikan tanda ( +,
-) pada momen M, dan Mrl T
Untuk menggambar di-
agranr gaya lintang kita P. I
tambah On dari sistim
dasar dengan M, - M,
T
t
Momen, gaya lintang, tumpuan: Gambar6. 1.2. I
Gambar 6. 1. 2. i.
MFmar: !* (6.19)
A= Mr- Mt:0
Rumus untuk menentukan O a:ao+ryiM' (6.16. )
:+ .Mol
Aokarena
260 261
d 1.3. Lendutan Contoh gaya pusat:
ilo
ro: Ratt - 1l' - 4p'P p'P
'?= 4aEt ilEl
, _ P'P
'- 192Et
16.?21
t 5 q'ln
'o-- 384: E.l
g.12 q. 6. 1.4. Balok terjepit sebelah
. l2 lo
- 12. E-l I %.El Seperti pada balok terjepit, kita pilih juga satu sistim dasar, yaitu balok
tunggal.
d
t2tt
Gambar6. 1.3. a'
Gambar6. 1.4. a.
- 5q.lo 4g'lo Q' lo
r= 'naE - 3tqr| = ', - 38/.-Et
(6.21. )
Pada sistim dasar ini kita pasang semua gaya dan beban yang ada dengan tam-
bahan M,.
Kita menentukan selanjutnya, bahwa sudut putar tumpuan o = 0.
Syarat-syaratelastis: q= eo+ M,.a,, = 0 :
q-:o
Mr = (kalau a ) 0) $.24.1
A7
262 263
Contoh beban merata: 6.2. Balok terjepit elastis
q.
Mo*r. -. 8
12
6.2. t. Pengetahuan dasar
q. It
Mri ao= 24.E1
I
or=__TEl_
o.13 3El
Mr=-zlr--t - t
Gambar 6. 2. 1 . a.
(6.25)
E,="#l Suatu ujung balok pada umumnya terjepit elastis jikahu sudut putar tergantung
pada besarnya momen jepitan.
o:= -rr'Mradalah jephan elastis pada tumpuan sebelah kiri. e, adalah ukuran
r:3 jepitan pada tumpuan sebelah kiri dan sudut pada tumpuan yaryg terpotong dari
balok terjepit pada momen M r =
- 1.
llt
I r---;-l
* (6.26.
ll = - e7' M2adalahjepitan elastis pada tumpuan sebelah kanan.
e 2 adalah ukuran jepitan pada tumpuan sebelah kanan.
elastis. Atas rfasar ini kita juga bisa menggunakan sebagian dari persamaan elastis
yang sudah ditentukan pada bab 6. 1. Balok terjepit.
Hanya pada tumpuan dengan
catatan: persamaan elastis hanya boleh digunakan untuk konstruksi balok di atas
Gambar6. 1,4. b. momen M -- 0. tiang yang kaku dan bukan di atas tiang yang goyah atau tumpuan yang bisa
mengalami penurunan.
Persamaan elastis yang baru adalah:
Atas dasar persamaan elastis ini kita bisa mencari momen jepitan M, dan M,
(6.28.)
Mt= fio'az- o61fi, + e
rr:3# (a1 * e1) (82+ e2l - o2 (6. 29.)
2U 265
Mr. llt + Mrlp, + er) = O
ao' Dt - Be (a1 + e1)
Mz= (a1 * e1) lB, + erl az' ( 6.29. )
alau,
M'=- Dt
- Dt
Mt fiz* ez
M2 b
6.2.2. Sistim titik potong Mr -_ l-b
Kita memilih satu balok terjepit sebelah tanpa gaya dan tanpa beban,
hanya dengan momen sebelah tumpuan sendi. Atas dasar ini balok akan atau: A' - b
lJt* tz l-b
melengkung dan kita bisa menggambar diagram momen.
Gambar 6.2.2.b.
\ n, ,, Dengan persamaan elastis atas
\ dasar ao : o kita boleh ber-
' katat
b: Dt'l
dan selanlutnya: B1+p2+e2 (6.31.l
M{a1 *ql+Mr'qz=0
Dengan perhitungan ini kita mempelajari bahwa: Jarak titik potong a.dan b tidak
atau:
#: -;i, bergantung pada besarnya momen M,dan Mr.
Dengan menggunakan pengetahuan ini kita bisa mencari M,dan Mrseperti berikut:
ar + et= o, I-Z-
az -a
?
ar+Er =l-l-a
Gambar6.2.2. a.
o, : b- lt2+Ez:
t_b
llt t
Oleh karena diagram momen adalah satu garis lurus, kita bisa menghitung tempat Az*ez l-b
titik potong J. Boleh dikatakan jarak a untuk titik potong J adalah suatu per-
Menurut rumus (6.29. ) kita boleh menghitung M1 dan M2*bagai;
bandingan dengan momen M,dan Mr'.
Mz=
a 'a'B-lJo(l*a)b
a.' I o2' d' I
dan selanjutnya: (6.30 )
ot+ a2+ e1
Kalau kita menarik garis siku-siku dengan balok pada titik potong J dan titik potong
K (garis titik potong). garis titik potong itu menentukan momen titik potong sebesar
Pada bagian kanan kita bisa menggunakan perhitungan yang sama dengan hasil M,dan M*. Keuntungan pada M,dan Mradalah bahwa mereka dapat dihitung lebih
seperti berikut: mudah daripada M, dan Mz dan pada bagian besar M, dan Mrbisa juga ditentukan
(K menjadi titik potong sebelah kanan dengan jarak bl secara grafis:
266 267
Jarak titik potong untuk / tetap menurut rumus (6' 30.) dan (6. 31. ):
I
,,1 '= t.
az'I
I
aet
"f
d1 + aZ+ t1 I I (6.35.)
r'
,*ry
t1
I -+
3Et 6fl+ b=
I
Mi=Mr'+.urI
---] o"**,u .2.2.c.
M*= Mt
1* *, Lf Momen pada titik potong untuk / tetap menurut rumus (6. 33. )
Mx:-y!+ru
Hasil ini berdasarkan pada konstruksi sederhana yang dinamakan garis bersilang
dan potongan garis bersilang:
Contoh beban merata:
^tK'=M, b at
IK-Mx
I
M,.t a ao.l
atau: K't- ''' -
a I a2a
Mt
t--
q'a'l
dan selanjutnya: K':-'o
a2l0tI x=--o (6.34.)
Gambar 6. 2. 2. d. c'b'l
Dengan pengetahuan tentang titik potong dan garis bersilang dan pada balok
dengan momen lembam / tetap kita bisa menentukan garis penutup pada segala Bukti dari gambar:
diagram momen pada balok terjepit dan balok terusan secara grafis. o'a'l
Mi '
Untuk balok dengan momen lembam / yang tetap adalah beberapa hubungan yang
q.t2:, J tvt, --
I
memudahkan perhitungan jarak titik potong dan momen titik potong seperti 82
berikut: (sama juga untuk M*)
268 269
Contoh gaya P dengan jarak c dan c': Jarak titik potong pada balok tunggal:
I oz' I (6.39.)
a1+d2+81
I
@
Gambar 6. 2. 3. b.
garis penutup
6. 2. 4. Macam-macam iepitan
Pada suatu titik simpul kita bisa menerangkan persoalan:
.\.-.\.
Gambar 6. 2. 2. e.
M,-
'
_a_:u'.t-! p.c/!j c') 4
l2 6.l.El
Qo
Mi:
' -
p.u."J--!!L-!'
tt
,r= _ P.b ,:_J!l_9)
Bukti dari gambar: Gambar 6. 2. 4. a.
a
K'I=u.
Mi :u(l:"')
Mo Mi= P'a
12 Batang 1 yang dihubungkan dengan kaku pada batang-batang2s/d 4 menerima
momen M.
Y!- t P.c.c' Kejadian ini menimbulkan dua pertanyaan:
K' i+c' 1. Bagaimasna besarnya bagian momen M padabatang-batang2s/ d 4.?
2. Berapa besarnya ukuran jepitan batang 1 terhadap batang-batang2s/d4?
6.2.3. Jarak penting pada titik potong Di bawah akibat momen M semua batang-batang memutar dengan sudut a karena
hubungannya yang kaku. Kita mengambil salah satu batang, umpamanya batang 2,
Jarak titik potong pada balok ter.iepit kaku:
dan memperhatikan kejadian itu dengan teliti:
Andaikata sudut putar a - E' M' alau dengan kata lain, sudut putar a adalah
olehkarenaa : 0 - El = €2 :'0 perbandingan dengan bagian momen pada batang 2. Ukuran jepitan e ' adalah sudut
pada ujung atas 2 atas momen M' : 1.
Pendapat ini bisa digunakan juga pada batang-batang lainnya. Ukuran jepitan
a= az'l
' |I b: llr't (6.37.) menentukan daya pencegah terhadap putaran oleh momen pada batang 1.
Gambar 6. 2. 3. a. at+q2 I ^_ fir+Az Ukuran dan besarnya ukuran jepitan pada hal ini hanya tergantung pada momen
lembam /, modul elastis E dan macam tumpuan pada ujung bawah. Atas dasar ini
maka disebut ukuran jepitan sendiri.
Kebalikan dengan ukuran jepitan pada batang 1 yang hanya tergantung pada
6-E.l :b (6.38.) momen lembam /, modul elastis Edan macam tumpuan pada ujung bawah batang-
bagi / tetap ,
d-
lt 1_ batang 2 sld 4, dan bukan pada momen lembam / dan modul elastis Fsendiri. Atas
3.E.t ' 6.E.t dasar ini maka disebut ukuran jepitan asing.
270 271
Perhitungan ukuran jepitan sendiri I I
l. Jqitan pada ujung bwah yang sudah diketahui: Az= 3Et ',
0,': att dan selanjutnya: (6.43.)
a- pada ujung bawah sebagaijepitan elastis berhku p€rsamaan elastis berikut:
11, a=My|ar*M2'a2 1.
lal * I 2b -3a
,, : dan selanjutnya:
fr = Mt'h + Mz'h= -,82.M2 2.
3 Et t_i Alt ' 6El t-a (6.44.)
dari2 : Mt' h = b. pada ujung bawah sebgai jepitan yang kaku berlakrr persamaan elastis berikut:
- M2lE2 + lt2) I
fl
diisi dalam 1. :
et.= oz-f;.a, o - h .o - h h3h
tt= 3Er-
t'2'3El,Pr-6El
o:Mt'ot-Mt.A'az t- -3t'aCt
'llz+q t
I
beban)
1_1_1- 1
(6.45)
Gambar 6. 2. 4. c. Mz: -1;Mr= t a- ra.ner: -fi €1 t t t
272
273
Hasil ini melihatkan, bahwa kebalikan ukuran iepntan asing ialah jumlah kebalikan
ukuran jepitan sendiri.
M' : M' il t' dan M' = M' 4/ e"
Kita tadi sudah melihat bahwa
Bisa dikatakan bagian momsn M', M" dsb. bisa ditentukan dengan momen yang
dikalikan dengan satu perbandingan. Perbandingan ini kita tentukan dengan pr
Gambar6.3. 1. a.
( koef isien distribusi).
Artinya: ukuran jepitan asing pada batang yang dibebani dibandingkan dengan Sebagai sistim dasar kita memi!ih beberapa balok tunggal dengan momen tumpuan
ukuran jepitan sendiri pada batang yang tidak dibebani. yang disuperposisi pada sistim dasar.
Pada dua batang selalu ada dua perbandingan 1r (koefisien distribusi), dengan Persamaan elastis dengan pengertian bahwa garis elastis berjalan harmonis,
memperhatikan batang yang mana yang dibebani. Sebagai keterangan, koefisien adalah:
distribusi p selalu diberi tanda panah seperti terlihat pada contoh berikut.
[]:-o' A':-o"
Contoh perhitungan koefisien distribusi ir.
Atas dasar pengetahuan ini kita langsung bisa menentukan sebagai persamaan
elastis syarat persamaan tiga momen (lihat bab. 6. 4.)secara analitis atau bisa juga
rt= + (batanglyang menggunakan cara graf is.
dibebani)
Kita memikirkan balok terusan hanya menerima beban pada satu bagian antara dua
Gambar6.2.4. d.
tumpuan sebagai balok terjepit elastis dengan:
Dengan rumus yang tadi (6.45.) digunakan untuk menghitung ukuran jepitan a:*tr.M, D:*cz.Mz
asing, kita bisa menentukan p hanya dengan menggunakan ukuran jepitan sendiri
Sekarang semua bagian balok terusan sebelah kiri dari bagian yang kita
seperti terlihat pada rumus berikut:
memperhatikan adalah suatu sistim yang terjepit sebelah kiri dengan momen
Ez' El
_ : ------ : E3 sebelah kanan seperti dibicarakan pada bab 6. 1. 4. (balok terjepit sebelah).
E2l.- L3 lt2
a1
E2* E3 Titik momen nol ada pada titik potong J"
Pada bagian balok terusan yang sebelah kanan dari bagian yang kita
- memperhatikan adalah suatu sistim yang terjepit sebelah kanan dengan momen
6. 3. Sistim titik potong pada balok terusan sebelah kiri dan titik momen nol ada pada titk potong K.
Dengan cara ini ditentukan bagian per bagian dari balok terusan yang diper-
hitungkan. Sesudah ditentukan semua diagram momen pada semua bagian balok
6. 3. 1. Pengetahuan dasar terusan tinggal disuperposisi saja.
Sistim atau konstruksi balok terusan terjadi kalau suatu balok lurus
menumpu tiga kali atau lebih. Balok terusan di atas tumpuan itu boleh berputar 6. 3.2. Menentukan tatik potong
bebas akan tetapi tumpuan itu menjadi kaku, dengan maksud agar tidak bisa turun
atau naik tempatnya. Lihat juga bab7.2.'l . (penurunan tumpuan pada balok Penentuan secara analitis:
terjepit). Pada konstruksi bangunan rumah syarat atau ketentuan ini biasanya boleh Ukuran iarak a dan b untuk titik potong J dan K pada balok dengan
digunakan. momen lembam / tetap, telah kita tentukdn pada bab 6. 2. 2. dan 6. 2. 3.
274 275
I
3+ 6El'ez r f
3
Penentuan secara graf is:
Cara grafis hanya boleh dilakukan pada balok dengan momen lembam / tetap.
3. pada balok tunggal dengan tumpuan yang bebas pada putaran: ? - jJ
Ukuran jarak a'dan b' untuk titik potong berikutnya J' dan K'pada balok dengan
momen lembam /tetap, kita menentukan atas dasar rumus (6.30.) rumus-rumus
berikut:
Gambar 6. 3. 2. a.
/
Yan9 diperhatikan
lebar bentang bagian kiri
t*+tz--:rl 8.5t/m ditentukan momen-momen dan diagram masing-masing momen dengan
superposisinya.
dari l' ( 6.46. )
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.3.3.c.) dengan beban merata g =
5.2.t/m dan gaya-gaya Pt : 15.0 t dan Pz = 20.0 r ditentukan motnen-momen
dengan masing-masing diagram momen dan superposisinya dan diagram gaya
lintang dan reaksi pada masing-masing tumpuan.
Gambar 6.3.3.c
E
s
rl
N C-D
iagram momen
- -\- ;5
Gambar 6.3.3.d
o
p t 279
I
F.
u \t "2 2-o
o'
ol
;t
Menentukan masing-masing reaksi tumpuan secara grafis:
*--/
Gambar gaya (1 cm : 10 t)
Gambar 6.3.3.f .
-BiBt
280
6. 4. Syarat persamaan tiga momen (Clapeyron). Untuk memudahkan perhitungan, maka biasanya digunakan kependekan-
kependekan berikut:
Kita perhatikan dua bagian I dan l'yang berturut-turut pada suatu balok 6E 'ao
terusan: lc sebagai l.+ I Seoagar f
6E
sebagai , n sebagai , ' lJ,
4 +
Persamaan tiga momen menurut Clapeyron kemudian kita tentukan sebagai:
Pada persamaan elastis ini ada tiga nilai yang belum diketahui, yaitu tiga momen
pada tiga tumpuan yang berturut-turut. Oleh karena itu persamaan elastis ini boleh
dinamakan persamaan tiga momen atau dalil tiga momen, ditemukan oleh
Clapeyron pada tahun 1857.
Gambar6.4. b.
Persamaan tiga momen ini berlaku untuk semua kemungkinan seperti momen
lembam / tidak tetap, macam-macam gaya dan beban dan macam-macam lebar
q' 13
bentang (l dan l'tidak sama).
ao: Do= Zq.et
Pada balok terusan dengan / tetap, dan dengan menggunakan nilai sudut putar
tumpuan o dan B yang sudah diketahui dapat kita tentukan: dan kemudian dapat kita tentukan bagian beban sebagai:
M,.
+H * M/+ * #, * *,.*-: * oo'
- fio
e =sF"6=#
atau pada balok terusan dengan momen lembam / tidak tetap: n =+0,=+
2. Balok terusan dengan gaYa Pusat:
w' + + 2Mz. rr. l+ r lt+ M,t'+ :- 6Eoo'
? - u*, ? P P
Kita melihat, bahwa perbandingan momen lembam harus ditentukan demikian
rupa, sehingga /" menjadi momen lembam suatu bagian sembarang pada balok \-1J \- I
terusan ini dan / menjadi momen lembam bagian balok terusan yang lain masing-
masing.
Ltz I V. !t" t!/,
I I
Dalam persamaan tiga momen ini bagian kanan menjadi bagian beban oleh karena Il
t
hanya bagian ini yang mengalami perubahan oleh beban pada balok terusan. Gambar 6. 4. c.
282 283
P. 12 Menerrtukan mcxren:
oo: Ilo= dan kemudian
lAf t o' 12 6.5. 4.22
Mor=Li= :14.3tm
t: f,.e'. r dan r:* -P.1. ,
o' 12 6.5 . 5.32
:22.8tm
M*=-;= ,
3. Balok terusan dengan satu gaya sembarang:
4. Balok terusan dengan bentuk beban yang lain bisa dilihat pada tabel l. 2. 12.
Menentukan masing-masing reaksi tumpuan:
pada lampiran
RA q I MB 6.5' 4.2_n=
Contoh:
^ =t_i=-__, ' 19.0
e.2t
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.4. e.) dengan beban merata q =
^ q' I MB 6.5'4.2 19.0 r
6. 5 t/m ditentukan momen tumpuan I dengan bantuan syarat persamaan tiga
momen menurut Clapeyron. Selanjutnya kita menentukan tumpuan masing-masing
untuk menggambar diagram gaya lintang. (Momen lembam / tetap). ^ l' + MB= 6.5' 5.3* 19.0= 20.8
q' I t
RBkun"n =f -t ', S:
^ q't' ue :6.5:! _ I: = 13,6 t
Hs=2-r:2-53:'
Rs = Re*iri * RBk"rrn = 18'2 + 20'8 = 39'0 t
284 285
6.5.2. Perjanjian tanda pada sistam Cross
Perjanjian tanda pada sistim Cross hanya digunakan untuk melakukan
distribusi momen. Pada semua perhitungan dan penentuan yang lain kita meng-
gunakan perjanjian tanda yang sudah diketahui dan yang ditentukan pada bab
1.6.3.
Perjanjian tanda pada sistim Cross adalah:
,,' : Ro : y
Gambar 6. 4. g.
Pada tempat gaya lintang menjadi nol {x1 dan x2) kita bisa menentukan momen
Misalnya:
# trL
= :+
6.5 + 1.42m; - 2q =
'r'xt = Y +
ffi * [
q Mxr - 6.5 tm
13.0
x, = R^ - -:--
13.6
: + Z.O9m; MxZ =
R", 13.62
+ 14.2 tm
'q6.5 2q 13.0
-
6. 5. Sistim Cross pada balok terusan
6. 5. 1. Pengetahuan dasar \
Jikalau pada suatu balok terjepit elastis kita mengetahui nilai momen
jepitan. Kita dengan mudah bisa menghitung gaya-gaya yang timbul, menurut
- Gambar 6.5.2.a.
rumus (6. 15.) dan (6.16.) misalnya:
Dengan menggunakan perjanjian tanda pada sistim Cross ini, pada balok terusan
M= Mo+Mt-l**r-1 misalnya momen pada satu tumpuan sebelah kiri dan sebelah kanan tidak mem-
punyai tanda yang sama, melainkan mereka bertanda ( + ) dan (- ). Oleh karena itu
L1: tl^-i- . Mr-M, cara distribusi momen baru mungkin kalau jumlah momen suatu titik simpul men-
"t jadi nol.
Padahal jepitan kaku momen jepitan dapat dihitung dengan cepat atau dapat di- Akan tetapi untuk menentukan diagram momen misalnya. kita harus melakukan
- perjanjian tanda dari bab 1.6.3.
ambil dari tabel-tabel (lihat lampiran 9.2.6.).
Sistim Cross menggunakan keuntungan ini dengan ketentuan. bahwa pada suatu
balok terusan yang semua bagian-bagian berada dalam keadaan terjepit kaku 6.5.3. Momen jepitan
sebelah-menyebelah. Momen jepitan yang akan timbul pada tumpuan-tumpuan Pada balok terusan dengan lembam /tetap dan dengan beban sembarang
pada umumnya bukan menjadi nol, melainkan timbul suatu momen jepitan pada momen jepitan boleh ditentukan seperti berikut:
tiap jepitan yang ditentukan. Dengan sistim Cross kita sekarang melepaskan satu
demi satu jepitan dan momen jepitan yang timbul akan disalurkan pada balok Mt: -l2ao-lrrrT'
terusan.
Cara ini dapat dilakukan sampai pada tiap-tiap titik simpul atau tumpuan momen
jepitan menjadi nol, atau hampir nol (distribusi momen). Mz: -(2Ao-.rrT'
286 2a7
Sesudah sudut putar tumpuan oo dan fi,, ditentukan, momen jepitan pada balok ter-
atau:
jepit kaku bisa dihitung atau diambil pada tabel-tabel {lihat lampiran 9.2.6.).
!+t oF,'' ' 4El! ,............4Eb
Mr: M2: Ms:............ Mn:
"tt lt lz l, ' ""' ' ln
Momen pada titik simpul
.6.5.4.
Jikalau kita menjumlahkan semua momen jepitan pada suatu titik simpul. ketentuan ini boleh diperpendek lagi dengan 4 E dengan penentuan /< sebagai angka
jumlah momen jepitan tidak menjadi nol. melainkan jumlah itu menjadi resultante kekakuan batang seperti berikut
momen jepitan (momen residu). Selanjutnya kita melepaskan titik simpul yang kita
perhatikan dengan jepitan kaku pada titik simpul sekeliling. Sebagai keseimhangan l, ln
- u
pada titik simpul yang kita perhatikan kita pasang sekarang salu momen distribusi
dengan nilai yang sama dengan resultante momen jepitan tetapi dengan tanda ( + )
h=x' t:r' (6.50.)
atau (-)terbalik. Oleh akibat ini momen distribusi (M,ratau M) titik simpul akan
boleh kita katakan:
berputar dengan sudut o seperti sudah ditentukan pada bab 6.2.4. (macam-macam
jepitan). Mr: M2: M, = ........ 1y1n =
atau:
.........-
-:
€1 €2 €3 En {6.52.}
Ukuran jepitan c, s/d e, pada momen lembam / yang tetap.dan dengan ujung balok
terjepit menjadi'
ln
4Eln Gambar6.5.5.a.
288
289
Pada umumnya M', boleh diperhitungkan menurut bab 6.1.4. (balok terjepit Akan tetapi momen jepitan pada balok terjepit sebelah bisa juga dihitung dengan
sebela h) seperti berikut: menggunakarr ketentuan tentang balok terjepit, misalnya:
lZ
M'n: -
Ir
30
a1
Gambar 6"5.5.c
N
jikalau momen lembam I tetap pada baloknya:
I Hr Hrh
: I
M.:- lto k' 0.75 ' -7 (6.55.)
' fi,
290 291
Oleh karena tumpuan ro{ atau engsel tidak bisa menyalurkan momen apa pun koefi- 6.5.9. Contoh-contoh
sien induksi y menjadi nol.
Contoh 1:
Pada balok terusan menurut gambar berikut (6.5.9.a.) dengan &ban merara I t/m
(6.56.)
dan dengan momen lembam / yang tetap, ditentukan momen-mornen maximal
pada tumpuan dan pada bagian masing-masing. (oleh karena nilai I jikalau momen
lembam / tetap, tidak penting, karena sebenarnya hanya perbandingan, kita boleh
menggunakan nilai / = 1.)
6.5.7. Persiapan cara distribusi momen
l. Menentukan nilai-nilai bagi batang masing-masing:
Q. l+/m
ln
kn .... pada tbptiap batang
ln
Semua nilai ini kita isi pada gambar (lihat contoh-contoh bab 6.5.9.). 0.?08 .0.75 - 0.167 . 07s *
Perbedaan antara sistim titik potong dengan cara distribusi momen menurut Cross 0.t56 0. r39 0.1?5
adalah, bahwa dengan sistim Cross bisa digunakan momen lembam / yang berbeda
pada tiap-tiap bagian balok terusan.
IK 0. 95 0. G4
k
2. Menentukan momen jepitan: 0.529 0.471 o.527 0.473
{x
Kita menentukan momen jepitan pada balok terjepit atau balok terjepit sebelah Y
pada tiap-tiap bagian balok terusan yang dibebani dan mengisi hasil juga bersama
tanda ( + , - ) pada gambar (iihat contoh-contoh pada bab 6.5.9. ) -2.88 +4.32 -4.32 + 4.50
@ -0.76 -0.68 -0.34
+0.M +0.08 +0.6 o
6. 5. 8. Cara distribusi momen menurut Cross
Cara distribusi momen mulai dengan resultante momen jepitan (momen
residu) terbesar. Selanjutnya momen distribusi yang sama besarnya dengan
resultante momen jepitan tetapi dengan tanda (+,-) terbalik disalurkan pada
batang-batang yang dihubungkan pada titik simpul itu, dan kepada titik simpul
berikutnya. Momen yang disalurkan harus diperhatikan pada perhitung€n momen
distribusi pada titik simpul berikutnya menurut koefisien induksi. Dengan meng-
gunakan begitu persiapan pada titik simpul itu pada permulaan tidak seimbang dan
harus dikoreksi dengan perobahan momen distribusi sampai perhitungan ini cukup
teliti. (Jikalau dihitung dengan tm sampai satu angka sesudah koma).
Momen pada ujung batang masing-masing sekarang boleh digunakan untuk meng-
gambar diagram momen dengan perhatian pada perjanjian tanda yang lama (lihat
bab 1.6.3.).
292 293
Perhitungan momen Mmax BC pada bidang 8C:
Perhitungan momen jepitan Mo: kita boleh menggunakan rumus yang baru seperti berikut:
(lihat juga pada tabel-tabel bab 9.2.6.)
Momen A -0
M.u,: 1t _ *, (6.57)
Momen D
RB : Rao* M,: M, : +3.6 3.66 + 4.58
= +4.06t
I
Distribusi rnomen menurut Cross:
I (k') 0.150
Perhitungan momen MmaxcD pada bidang CD.' k= 7 (k')0.167 0.167 0.500
menurut perhitungan momen Mmax Co kita tentukan: :k = 0.667
k
RD =,;' -ry= T-T:1224' Y: rtk 0.500 0.500 0.250 0.750 0.769 231
2.242
Mmax CD - ryp'
2q
--{ : + 2"50 tm
294 295
25.50 - 25.W + 2.83 - 2.83 + 26.56 Momen C6r", _ g.l' =
8.5-2.0'
- 21.25 12 12
- 9.12 - - 18.25 - 5.48
3.92 * + 7.95 + 23.4 - + 11.92
2.83tm
- 9.17 2,!5 @
Momen 017 MomenC : -2.83tm
0.57 * + 1.14 + 1.72
4.37 * - 2.18 g.12 8.5 . 5.02
* + 0.4 Momen Dpru,
+ 0.55 1.6i 8
0.98 - 26.ffitm
1
-
0.12 * + 0.25 0.73 * + 0.37
@* o.2o 0.20 * - 0.10 0.14 * -- 0.28 0.11 Momen E = 0
Momen/ 0
o LMo + 11.92tm
LMo *iri LMo' y- -'11.92.0.769 : - 9.17 tm
MomenB*i,i--+=-!.5#g - 11.92 tm
LMD kurr, = LMo. t, = - 'l
1 .52 .A.231 : - 2.75 tm
=- 21.25tm
LMc 4.58 tm
@ -
aMc xi, LMc'y = +4.58.0.750= +3.4tm
: LM"' t, : + 4.58. 0.250 = + 1.14 tm + 4.58 tm
LMc k"nrn
296 297
Menentukan masing-masing reaksi tumpuan: Menentukan momen maximal pada rnasing-masing bagian balok:
l'
q' Ab 19.13 5.76 = 13.371 MntaxAts:*=+10.521m
R"
RA = 211 - - t*as - -; = 1,57 m)
R c *iri - Q.tz
2
_ ryE--itc : 25.s0 - 1.3b :24.1st
l, MmaxcD : rf, *Ma :+ 4.18 - 17.60: + 13.45tm
I 32.75t
Rckrru, -- Q.lt
2 *ryL--n4,
' lz
: a.n + o.1o = 8.60t I Dengan hasil ini kita bisa menggambar diagram momen:
Gambar 6. 5. 9. d
+
Dengan hasil ini kita menggambar diagram gaya lintang:
Pada contoh 2 ini kita perlu memperhatikan dengan khusus momen maximal pada
tumpuan I yang dengon -25.85 tm jauh lehih besar daripada momen terbesar
berikutnya (bidang DE, + 19.74 tm.) Kemungkinan untuk mengawasi kejadian ini
tergantung pada bahan bangunan yang dipilih:
1. Konstruksi beton bertulang:
Pada konstruksi beton bertulang ada dua kemungkinan:
a. dengan merendahkan ketinggian puncak momen pada tumpuan I jikalau tiang
beton bertulang yang menjadi tumpuan I cukup lebar, kita boleh mengguna-
kan rumus berikut:
ms-4LAt
Ms':Ms* 2
298 299
Perhitungan momen jepitan Mo:
dsb...... ......
Momen C6r* *
_ ___tg' 12 5.2. 7.02
=__/__= --21 .23 tm
Menggambar diagram momen dan diagaram gaya rintang bisa rihat pada
bab 6.3.3. (gaya-gaya dan momen pada balok terusan).
contoh 2
Momen C6n.n
- t10.82 tm
302
303
selanjutnya melepaskan satu per satu titik simpul sampai semua momen pada satu
titik simpul menjadi seimbang. atau boleh dikatakan resultantenya menjadi nol.
Semua batang harus dihitung sebagai balok terjepit atau terjepit sebelah. Selama
7. Konstruksi Portal statis tidak pada satu titik simpul resultante momen belum menjadi nol kita harus memasang
satu momen distribusi seperti pada balok terusan.
tertentu Perhitungan momen boleh digunakan menurut urutan berikut:
1. Perhitungan momen iepitan pada ujung kiri dan kanan batang masing-masing
sebagai balok terjepit atau balok terjepit sebelah'
2. Menentukan resultante momen jepitan lLMl pada titik simpul masing-masing'
7.1. Konstruksi portal dengan titik simpul yang 3. Membagi momen distribusi menurut angka kekakuan batang pada batang
masing-masing
kaku 4. Menyalurkan momen jepitan (momen residu) menurut koefisien induksi
(zt) ke
titik simpul berikutnya.
7. 1. 1. Pengetahuan dasar 5. Menentukan resultante momen jepitan (AlV) pada titik simpul berikut dan
sistim cross yang digunakan untuk perhitungan statika pada balok seterusnYa menurut 2' s/d 4'
pada sudut Memperhatikan perjanjian tanda ( + - ) pada sistim Cross seperti dibicarakan pada
terusan pada bab 6 juga dapat digunakan untuk menentukan momen ,
pada konstruksi porral, jikalau titik simpul tidak bisa bergerak, walaupun boleh bab 6. 5. 2.
memutar.
Titik simpul atau titik sudut pada konstruksi portal menjadi kaku
(tidak bisa 7.1.3. Contoh-contoh
bergerak), iikalau misalnya konstruksi portal itu bisa menyalurkan
gaya horisontal contoh 1: Konstruksi portal dengan titik simpul yang kaku, lihat Gambar 7. 1. 3. a.
kepadalotengbetonatausuaianginhorisontaldankepadadindingbangunanyang berikut.
kaku. Akan tstapi hafrls dikatakan bahwa pada banyak konstruksi portal titik sim- Dicari: Mirmen-momen pada tumpuan. titik simpul dan pada batang, reaksi tum-
pul tidak boleh dinilai sebagai kaku. puan-tumpuan dan diagram gaya normal dan gaya lintang'
Misalnya pada konstruksi portal dua ruas dengan Fo 2
- 1G33 tcm
batang3 - 4 k..
batang4 - 5 = 981 cm3
#Mqs=M?.q=" - 1633 tcm
ko.,
batang3 - 6
= 832 cm3
kr" =
I[]
320.cm3
981 -6
L" = . 981 cm3 batang 3.-4 -, yrn: 1469.75
= 0.667 +1
t.J0t GamLrar 7. 1. 3. b.
320
Lr.u = 320 cm3 batang 3-6 -. pr3_u:
raogTs =
0.218
168.75 L2261
\n 168.75 cm3 batang 4-2 -, yo_r=
zooo7s =
0.065
'I
. Kita mulai dengan distribusi momen pada titik simpul dengan resultante momen
Titik simpul 5: koefisien distribusi p: jepitan aM yang terbesar, pada contoh I ini, dengan titik simpul 3. Resurtante
jepitan LMrpada titik simpul 3 ini nrenjadi + 1,633.tcm, yang akan
832 Tomen
k4€ = &12 cm3 [ratang 5-4 -, p5-o=
u57 = 0.570 dibagi sebagai momen distribusi kepada batang 1 _ 3, batang 3 _ 4 dan
batang 3 6 menurut koefisien distribusi g:
625 -
Lr{ = 625 cm3 batang 5-8 -,g5"=
1457
= 0.€0 AM3= + 1633tcm.
:lq = 1'457 cm3
AM31 ..
- 1633 0. 115 : - 188tcm
LMro- -- 15i!3.ttE7 - -108gtcm
&s = I.000
AMs'= -1633.0,218= - 356tcm
l - ^M.=-1633tcm
J
306
307
Momen distribusi ini .akan disalurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang 5. Disitribusi momen berikut dilakukan pada titik simpul 3 dengan AM, : 1 214
berikut menurut koefisien induksi y:
- 216 : + 168 tcm dsb. sampai distribusi momen kesepuluh (sampai semua
kepadatitiksimpul 1:- 188.0.5= - 94tcm resultante momen jepitan pada titik simpul masing-masing menjadi nol).
kepada titik simpul4 : - 1089 . 0.5 : - 545 tcm
Menggambar diagram momen :
kepadatitiksimpul6 : - 356. 0.5 : - 178tcm
Pertama kita tentukan tanda (+,-) dari momen-momen yang baru diteniukan
dengan sistim Cross.
2. AMq = - 1633 - 545 + 10210 =- 1138tcm
LMq,s = + 1138' 0,376 = + 428tcm Momen pada batang-batang yang horisontal adalah positif ( + )jikalau ada
AMq,z= + 1138'0,065 = + 74tcm t
LMq,s = + 1138' 0,319 = + 363tcm - AMq =* 1138rtcm gaya tarik pada sisi bawah dari batang horisontal itu, dan menjadi negatif
(- ) sebaliknya.
AMqt = + 1138'0,240 = + 273tcm I Momen pada batang-batang yang berdiri adalah posisif (+ ) jikalau ada
gaya tarik pada sisi dalam (pada portal) atau sisi kanan (pada tiang tengah)
Momen distribusi ini akan disalurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang dari batang vertikal itu, dan menjadi negatif (- ) sebaliknya.
berikut menurut koefisien induksi y:
kepada titik simpul 3 '. + 428. 0.5 : + 214 tcm Atas dasar perjanjian tanda (+,-! ini kita boleh menentukan tanda-tanda momen
kepada titik simpul 2 : + 74 .0.5 : + 37 tcm seperti berikut:
kepadatitiksimpul 5:+ 363.0.5 =+ 182tcm
kepada titik simpul 7 : + 273. 0.5
Pada titik simpul 3:
=+ 137 tcm
batang3-4=-6.02tm Pada titik simpul 5:
batang3-1: +2.O8tm batang5 - 4 : - 3.83tm
3. AM5- - 1040 + 182: - 858tcm ) batang3-6= -3.96tm batangS*8: -3.83tm
LMs,o: +858.0,57: +489tcm l -L Mu = + 858tcm
LMs,= +858.0,43: +369tcm t Pada titik simpul4: Padatumpuanl = -1.04tm
batang4-3*-18.82tm Pddatumpuan2: - 1.30tm
Momen distribusi ini akan disalurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang ber- batang4-2= - 0.61 tm Padatumpuan6: + 1.98tm
ikut menurut koefisien induksi y: batang4-5=-15.95tm PadatumpuanT
: + 245tcm =- 1.13tm
kepadatitiksimpul4 : + 489. 0.5 batang4-7 = + 2.26tm PadatumpuanS: + 1.92tm
kepadatitiksimpul 8: + 369.0.5: + 185tcm
-1,04
4. Distribusi momen sekarang mulai lagi pada titik simpul dengan resultante
momen jepitan yang terbesar. pada contoh 1 ini, pada titik simpul 4:
LMA: + 245tcm
LM^.s: -- 245 .0,376 : - 92 tcm
AMo.z= *245.0,065: - 16tcm - ^M4=
AMq,s : * 245.0,319 : - 78tcm
I
-245tcm
AMo., : * 245. 0,240 : - 59tcm I
Momen distribusi ini akan di5alurkan kepada tiap-tiap titik simpul yang ber-
ikut menurut koefisien induksi y:
kepada titik simpul 3:
- 92. 0.5 : - 46 tcm 3,04
+1,98 Mpn
308 309
(Penentuan momen maksimal pada bidang masing-masing lihat selanjutnya Rs,q=-14.92+5,0'5,0 = 10,08 tl AsA= - 10'08t
sesudah penentuan reaksi tumpuan dengan gambarT. 1. 3. h.).
. GambarT. 1.3. d.
Untuk perhitungan gaya lintang pada batang yang vertikal dan yang tanpa beban
kita hanya perlu menentukan reaksi pada tumpuan dengan hasil berikut: .l.3.
PrQm 2s=1.1s GambarT. e.
310 311
a78I
Gambar 7. 1. 3. g.
Pada gambar diagram gaya normal kita perhatikan ketentuan-ketentuan berikut: GambarT. 1.3. h.
Pada batang yang horisontal gaya normal yang positif (+ ) digambar sebelah bawah
dari batang itu, dan yang negatif (- ) sebaliknya.
Menentukan momen maximal lMrdan M*l:
Pada batang yang berdiri gaya normal yang positif (+ ) digambar pada sisi dalam
(pada portal) atau sisi kanan (pada tiang tengah) dari batang vertikal itu, dan yang Momen maximal bisa ditentukan seperti pada
negatif (- ) sebaliknya. t!fr balok terusan pada rumus (6. 57):
312 313
rumus (6.57.)i M^r,
R-2 Angka kekakuan batang f:
i--Mc !]- = 3 lgp
14h,45O0
yaitu: 12.172
batans't -2' ki,r= = 240cm3
Mx
Z.q.O-6.02:+12.5tm
- 4t
1073P :
batang3 ki," = 14hr4m
-b'!- =g' 201 cm3
M,,
*#-3.&l- + 6.32tm
Ukuran x dan xr dapat ditentukan pada tempat gaya lintang menjadi nol:
batans2-3* k;r=+ = #=?fficnf
Koefisien distribusi p:
A, 12.17-4.0'x:0
titik simpul 2: koefisien distrilcusi p:
kr,z : batang 1 - 2- ur,., =ffi=0.095
or' = -10;G . t'-; 24O cm3
t6 =,.:],",",2eemdaritianstensah) kz.r
= 2'?fscm3 batang 2-3*ur.r:ffi:qS
Ekz = 2'520 cm3 ZPz = 1'000
x dan x,dapat diukur dari tumpuan dengan reaksi iumpuan verfikal yang terkecil titik simpul 3: koefisien distribusi p:
(lihat gambar 7. 1. 3. h. dan diagram momen 7. 1. 3. c. ).
Contoh 2: Konstruksi portal dua ruas. Dengan suai angin konstruksi menjadi kaku
kr.r = 2,2&) cm3 batang 2 - 3* nr., :#=0.920
pada titik simpul (sudut). Menentukan momen jepitan untuk beban konstruksi atap ke,r
(loteng) dan untuk beban horisontal oleh tekanan angin. = 2OI cm3 batans3-4*r.,.=ffi=o-.P
Ik, : &s: 1'000
"* '
2'431
Gambar 7. 1. 3. i.
oooo@@
6 Ed66rbNr6brcoi**lJo]
:BEESIPTF\I I IISI
I *1'1*,1* ,l* ,l* 'l*,lL!
lEllrotq qts *rs qrsqET
-296 l{t t\Eh6N5tqsts. 1.r71
Momen lembam /: 15il I I tNNN+tqr
I rll+ rl+ rl+ rl+ rl+ rl+
l;m
_lJ
'batangl-2 - /: 1e_l{' : 't6,00 dma = 16O(XX) cma
---J
-t
eocooe ;-5
12 trT7d @
34it4'
batang2 -3 /=
12
= 182,@dma = 1822000cma
batang3 -4 l: 3,0:ry'
12
: 10,72dma = 10710 cma GambarT. 1.3. k.
3t4 315
Menggambar diagram momen: Pada permulaan contoh 2 ini kita menentukan bahwa konstruksi portal dua ruas ini
dengan memperhatikan perjanjian tanda kita bisa menggambar diagram momen boleh dihitung dengan titik simpul sebagai kaku oleh konstruksi suai angin.
oleh beban merata (konstruksi atap) o= 4.0 tl m seperti berikut: Sekarang kita harus memeriksa, apakah suai angin betul cukup kuat untuk
menerima gaya horisontal oleh tekanan angin.
ZMz= o = Rn's.oo +
12'!t * m"
Gambar7.1.3.1.
Rtt = -*(1!_!g + M2l =-3,0+ tf = * z,ut -01
Perhitungan jepitan momen jepitan: 1.2'5.02 0+3.29
-
xzl=
momen jepitan oleh beban (tekanan) adgin w = 1.2t/ m z - s.o = + 3.66 1 =42
M2= -ry{ = -12y = _3,75tm ^ Mz- Mz - 3,29 - 0,18
n2'3=- 8po =- 8po
=+0'431
=Q2's
Rs,z = + 0.43t
)
^ -375
(l)+ =11
36 -J
- - Mz 0,1R
+--2
r--2.
E,!J ^Re,q: - ?, = -rn = -o,ost I
l-d291
Distribusi momen menurut Cross: = o,,o
fiqA= -o.ost I
Gaya pengikat horisontal pada titik simgul2lF):
Dengan memperhatikan catatan di bawah gambar 7. 1.3. n. reaksi gaya pengikat
horisontal F, harus disalurkan oleh suai angin: (pada perhitungan kita memilih
Gambar 7. 1. 3. m. jurusan F, dari kirl ke kanan)
Menggambar diagram momen:
dengan memperhatikan perjanjian tanda kita bisa menggambar diagram momen Fz: R2,., * Be,o =- 3,66 1- 0.05 1 =- 3.71 t
oleh beban (tekanan) angin w = 1 .2t/ m seperti berikut:
Tanda minus (-) menentukan bahwa pilihan jurusan F, dari kiri ke kanan
sebetulnya salah, dan F, berjurusan dari kanan ke xiri, yaitu gaya tarik.
Menentukan gaya normal (y't/):
kt, = 474crr?
lz,z: ls,a=25'a603 =450000crd Ik = 1'725"*r
batans4._S - Fr,s = # = 0.552
25 - 353
batans4 -7' ret = ffi =-!.ns
= 1'([0
'+4
25.46 titik simpul 5: koefisien dbtribusi p:
It" = -4 + rr.o= #
953 cnr3
batanss =0.32i!
La - 444cnf
/a,z = 189600 cma |!* = 900crYf
batanss -2 + ,r.r= # =o.ru,
q" = 651 cnf
/s,s : 260000 crna :\ = 2'e+z cnf batang 5 - 6 - F5,6= # =0.*
Angka kekakuan batang k:
batang4-5 + ko,u
batang 5 - 8 * P5,8=ffi=o.u
batangl-2 kr,, t I :- s7?W
600
:953cms IPs = l'GD
koefisien distribusi p:
batang2 - 3danbatang5 - 6 kr,rdanks,o:900cms titik simpul6:
batang 1 - 4 dan batang 3 - 6 k,.o dan k..u -- 298 cm3
ku = So"t batans6-5 + ,.,u= # -O.V2
batang2-5 kz_s=444cm3 L, = Ecrnr
batang4-7 ko,:474cnf
k'u-e = 250 cnr3
batang6*3 + r.,.= ffi =0.Z)6
:\ = 1',r148 cnf
batangS-8 ks.s =650cm3 batans6-9 4 ,r,r=ffi =-o.y
batango-e ,'o, : 1_ffi = 25ocm3 i :+t6 = 1'000
318 319
--\
-303
:rra +180
;Ti|
+21 +78
-, +8
+41
_Jl
ft-rTit
l-12d ;t0
+l
fiia
Enil,
-o
+12
oo Pl o@o
GTBa-l
-1
-10
-291 +210
-t 52 +00
-463 lEll'9sEle* *lB*i
l-uitr*qrqqs +175
=-0
-1
+l
I rl+r
lPll rl+ lsllr +l+ +
lLl
@
Lltr+ r
oo
r
l-4731
@oo
I
Gambar 7. 1 . 3. p.
jepitan yang mempunyai ukuran dan tanda (+,-) yang sama sebelah kiri dan
sebelah kanan. Besarnya ukuran tergantung pada ukuran penurunan tumpuan d batang 1 -- 2dan batang2 - 3 , ='u;:" : ffi000 cm{
(yang selanjutnya dinamakan sebagai koefisien pergoyangan) dan pada angka
kekakuan batang. Pada balok terjepit dengan momen lembam / tetap, momen Angka kekakuan batang k'.'
jepitan (Mn) menjadi: 3 880000 :
batangl-2 k'tz: 4 825 cm3
800
Koefisien distribusi:
dan pada balok terjepit sebelah momen jepitan (M,rl menjadi:
titik simpul 2: koefisien distribusi:
Mi*: +
3E. l.d 4E'd
--tk' dgn. k' =
3t 0.2.t k'r-t = 825 cm3 batangl -2 Ft.z*
825
= A,4fr3
1925
1t 4l
100
- 3
1
ki-: = 1'100 crn3 batang2 Fz,t= =__qtr
1925
Sesudah momen jepitan (M,rl oleh ukuran penurunan tumpuan d pada balok terjepit
ditentukan, kita selanjutnya bisa mencari momen masing-masing pada balok
Ik, : 1'925.'n' Zp, - 1,000
terusan misalnya atau konstruksi portal menurut sistim Cross.
Perhitungan momen koreksi pergoyangan (M4):
Gambar balok terjepit
dengan penurunan tumpuan
Mi*z,t = !:f*! k,t.z : 4-?1#ryj B2s = 2600000 kscm = 26,00 tm
322 323
,/
7.2.2. Berpengaruh atas titik simpul yang goyah Momen jepitan Mopada konstruksi portal yang terjepit dan dengan titik simpul yang
Seperti berulang kali ditentukan sistim cross sampai sekarang hanya kaku adalah:
boleh dilakukan kalau titik simpul pada waktu mendistribusi momen menjadi kaku. Mo.r: * 2.69tm
Ketentuan ini pada banyak hal tidak betul. Tanpa misalnya loteng dari beton ber- Mo., -* * 5.38 tm
tulang atau konstruksi suai angin yang khusus, hampir semua konstruksi portal Mo,z = 4.22tm
menjadi goyah. -
Mo,t- * 2.11tm
contoh: Konstruksi portal yang terjepit. Untuk memudahkan perhitungan ini kita Momen jepitan dengan tanda (index) Mo menentukan, bahwa momen jepitan itu
tentukan, bahwa angka kekakuan batang k : 1 untuk semua batang. Atas dasar ditentukan pada konstruksi portal dengan titik simpul yang kaku. lni hanya mungkin
itu, koefisien distribusi F : o.s untuk semua batang. Harus diperhatikan, bahwa oleh gaya Fyang menerima gaya horisontal pada batang 2 3. -
koefisien induksijuga menjadi y: 0.5 seperti biasa.
Suatu gaya pengikat horisontal (F) menjadi positif (+ ) jikalau jurusannya
ke kanan, dan menjadi negatif (- ) sebaliknya.
Untuk menerangkan momen jepitan pada tiap-tiap ujung batang pada perhitungan
gaya pengikat horisontal (fl kita menggambar sistim konstruksi portal yang rer.jepit
dengan masing-masing momen.
Gambar7.2.2. a
Gambar-l .2.2. c
P' a' bz 12,0:?,9_-:,0' _ _
Mt,z : - 8 64 t_
t? 9,0, Perhitungan gaya pengikat horisontal F0:
Mt,z : *
P' a2' b ,3t;_9.4=_5,76tm Gaya pengikat horisontal Fo = gaya lintang A.,., * ArA
t,
ZMt = Q = Qr,z' 4,0 + Msj + Ms,2
Distribusi momen menurut Cross: At.z: -114(Mo,j+ Ms,2l: -114 (2,69 + 5,38) = -2,02r
ocoe
BBlagRe**tm
ZM4 = 0 = O:,q' 4,0 - Mo,s
- Mo,q
As,q: 1/4(MsB + Mo,ql = 114A,22 + 2,11r,: 1.58t
6+R I ldl
* ' + r+ r+ rll il
Fo= -2,02+1,58: -0,44t
Atas dasar perhitungan ini kita lihat, bahwa gaya pengikat (Fo)jurusannya ke kiri.
Tanpa gaya pengikat horisontal (Fo) konstruksi portal yang terjepit bergerak ke
kanan dan perlu diperhitungkan lagi sebagai konstruksi portal dengan titik simpul
yang goyah dengan koefisien pergoyangan d. Koefisien pergoyangan d mengaki-
batkan momen jepitan M,* sebagai tambahan bagi momen jepitan Mo yang bisa kita
Gamt:ar7.2.2.tt tentukan dengan cara distribusi momen menurut Cross. t
324
325
Jalan lain sebotulnya lebih berguna. Kita memilih suatu koefisien pergoyangan J Perhitungan gaya pengikat horisontal (F;1i;
(ukuran bergerak) dan menentukan momen jepitan M;p menurul bab 7. 2. 1. Oleh
momen jepitan Mp pada batang vertikal kita mendapat suatu gaya pengikat
3,00tm 2M.r:0
horisontal F;1
r\ 400 tm
Oleh karena gaya pengikat horisontal Fo pada konstruksi portal dengan titik simpul
yang goyah harus menjadi nol kita memilih koefisien pergoyangan J {ukuran
bergerak ) begitu, supaya :
1l- I Fik' 4,0 + 3,0 + 4,0 + 3,0 + 4,0 = 0
- = 3,0+4,0+3,0+40
t* q,o = 3.5t
Fo-i'F*=O atau n=- F9
Fik
(7.3.)
Lebih mudah lagi momen jepitan M bisa kita tentukan jikalau kha tidak memilih
koef isien pergoyangan
J, rtelainkan langsung memilih momen jepitan /1,f1.
menurut rumus (7. 4.) kita boleh menentukan momen jepitan M seprti berikut (Mo
lihat di bawah gambar 7. 2.2. b.l:
7.2.3. Contoh-contoh
Contoh 1: Konstruksi portal vang terjepit, lihat gambar 1.2.2. a. mengalami M : Mo + i' M, = Mo* 0,126 tm
pergerakan sebesar d (koefisien pergoyangan). Pergerakan d menjadikan momen Mt: Mo,t+ y'Mr,, : + 2,69 -0,126'4,0 : + 2,'l9tm
Mp.1 ,2danM;p43sebesar + Stmpadabatang 1-2dan mornen M,y1,1 danMp3.4 Mz: Mo,z+i'Mt,z: - 5,38+0,126'3,0 : - 5.00 tm
sebesar "+ 5 tm pada hratang 3-4. Mz: Mo,z+y'Mt,t - - 4,22-0,126'3.0 : - 4,60tm
Ma : Mo,o + y' Mr,o = + 2,11 + 0,126' 4,0 : + 2,6'l tm
Contoh 2: Konstruksi portal yang terjepit seperti pada contoh 1, tetapi dibebani
oleh gaya horisontal P = 3.0 t pada tiang 1-2.
Angka kekakuan batang * = 1 untuk semua batang. Atas dasar ini koefisien
distribusi g = 0.5 untuk semua batang.
Gambar 7. 2. 3. a
326 321
Perhitungan momen jepitan :
Catatan: Pada contoh 1 dan 2 momen Mp oleh pergerakan d (koefisien per-
M, " : M,. = - P' h goyarrgan) adalah simetris (panjangnya dan momen lembam yang sama pada dua
88 = -3-.9_-4'0 = - 1,Stm
kaki konstruksi portal, batang 1-2 dan batang 3-4) oleh karena itu angka kekakuan
Distribusi momen menurut Cross: batang k1.2dan k3-a menjadi sama juga.
s .. b,i<- Tetapi misalnya pada contoh konstruksi portal dua ruas dengan tumpuan berengsel
';',i -l: atau terjepit menurut gambar 7.2.3 g. dan h. momen M;pberlainan pada batang
t5a Hasil momen jepitan Mo adalah: 1-2dan batang 3-4.
t5- Mo.r = - 1.9tm
"a:a Mo.z = -0.7tm
Mo,r = +0'2tm
Mo,a : - 0.1tm
Gambar 7. 2. 3- e.
A7 tm A2 tm
Menurut rumus (7. 1.) kita boleh menentukan momen jepitan Mpseperti berikut:
lMro-g (lihat gambar 7. 2. 3. h)
co
s 6!:!Ld :61'
P 3t N'
i
I
oleh karena d parla titik simpul 2 dan d pada titik simpul 3 harus sama. kita boleh
1,9tm Ql tm Gambar 7. 2. 3. f
menulis:
Perhitungan momen lMipl seperti pada contoh 1 oleh d-:
Yu h, = Y-t&t:L
Mrk,l -. 4.0 rm 6E.kt 68.k,
Mir.,z : +3.0tm
Atas dasar pengetahuan ini, kita bisa menentukan perbandingan antara Mik,l
Mtr,r : -3.0tm (momen jepitan sebelah kiri) dan M6., (momen jepitan sebelah kanan) seperti
Mit,q : +4'0tm berikut:
Perhitungan gaya pengikat horisontal (Fa)seperti pada contoh 'l : F;1 = 3.51.
W-kr.k, (7.5.)
Menurut rumus (7. 3. ) kita boleh menentukan Mi*., ht ' h,
! dengan:
pada konstruksi portal dengan dua ruas dengan tumpuan berengsel lihat pada gam-
Fo + y. F,k - 1,275 + t1 3,5 = 0 F=1ff =0,3M
bar7.2.3. g. kita menentukan:
Menurut rumus (7. 4. ) kita boleh menentukan momen jepitan M seperli berikut:
M - Mo + 0,364 Ml w=ki.k"
Mi*,, ht h,
(7.6. )
328 329
Gaya pengikat horisontal Fo* bagi tekanan angin sudah ditentukan di muka dengan
i:2 .,. 3.71 t.
w:3kt.2k,'
Mi*,, ' 17.7.t
hr h, c '^ tm
9.37 gBTtm
'i*- ( .\_
+1000
ss
I'l 7 GambarT" 2.3.
Momen M,radalah:
m.
Mix.z: + 9.37tm
Gambar7.2.3. n.
Garnbar 7.2"3.
Garflbar 7.2" k.
3. k
Ti J
i_l* M*.s:-9.87tm
Gaya pengikat horisontal F,1 oleh momen Mik:
Ukuran konstruksi portal, beban merata, tekanan angin, angka-angka kekakuan u -- - F./Ft^
batang dan koefislen distribusi dsb. diambil dari contoh 2, bab7. 1.3.
,t=- 0.03
4,U =-0,0069=0
Momen Mo adalah: 3.75tm
-Mo.z: - Oleh karena r: (hampir) nol pergoyangan pada konstruksi porta{ dua ruas ini ka-
Mo.s = - 3. 13 tm (lihat gambar 7.3.2. l.l
rena beban merata (konstruksi atap) boleh dikata.kan tidak ada.
Gaya pengikat horisontal Fobagibeban merata: Akan tetapi pergogyangan ada oleh beban (tekanan) angin. Menurtrt rumus (7. 3.)
_ 3,75
Fa:-. _-_ *
3,13 kita blsa menentukan pr:
" 5,0 4,0- =-0,75+0,78=+0,03t -
u=-
(-3.7)
454 ==+0,85
330
3['1
E
Momen Mo sudah ditentukan pada gambar 7. 1. 3. m. dan 7. 1. 3. n. dengan: 'tr.t
Mo,z= -3,29tm
Mo,t= + 0,18tm FI
Menurut rumus (7. 4. ) kita bisa menentukan momen M2dan M, seperti berikut:
M = Mo+ l'Mix
Mt= -3,29+ 9.37'0,85: -3,29 + 7,96: + 4,67tm
Mt: + 0.18-9,87'0.85: +0,18-8,39= -8,21tm Gambar7.2.4. a. Gambar 7. 2. 4. b.
Dengan memperhatikan perhitungan secara ini, kita boleh memenuhi rumus (7.3.)
Perhatikan perobahan besar bagi momen ini kalau dibandingkan dengan momen
dan rumus (7. 4. ) seperti berikut:
Modari portal dua ruas dengan titik simpul yang kaku.
Menggambar diagram momen-(Mo + y.Mll oleh tekanan angin:
Ft,o t lrt' Ft,, + w' Ft,z : 0 (7.8. )
dengan faktor pergoyangan I-r1 dan p, kita boleh menentukan M seperti berikut:
N
b
+ M = Mo + yi Mt + yz'Mz (7.10.)
Contoh: Pada contoh 3, konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul yang kaku,
Iihat gambar 7. 1. 3. o., kita tidak mempunyai lagi gaya pengikat horisontal Fo.1 dan
Fo,11 melainkan suatu tekanan angin W, ..- 1.5 t dan Wo: 3.5 t.
Ukuran portal, beban merata dsb., angka kekakuan batang dan koefisien distribusi
masing-masing diambil juga pada contoh 3 bab 7. 1. 3. Gambar situasi dan gambar
Gambar 7. 2.3. o dengan momen masing-masing diperingatkan sebelah bawah:
428 7.38 2,48
w7
lt< |
3,00 -
iil l;-'1,-
,l*- q95 *
7.2.4. Konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul yang
goyah o
c)
<!)'
11- I'
,u
437 tm 2,80
iW+
..l+ Gambar7.2.4. d.
Sistim perhitungan pada konstruksi portal dengan titik simpul yang goyah t3,5 t
menjadi lebih sulit jikalau ada beberapa gaya pengikat horisontal (Fo). Misalnya 4, /J a52 1,75
o +,.\- t,
pada konstruksi portat bertingkat pertama kita menggerakkan tingkat satu dengan
it' Fto 14
ls- lo
l,* l'*
koefisien pergoyangan d-1. Selanjutnya kita memperhatikan tingkat satu sebagai I
kaku dan menggerakkan tingkat dua dengan koefisien pergoyangan J,, dsb. Pada J-- I
prakteknya kita mulai perhitungan pada tingkat teratas dan menurun tingkat demi
tingkat ke bawah. 5,00, ?,37
J,._
tm 0,26
Gambar7.2.4. c Gambar7.2.4. e.
333
332
Gaya pengikat horisontal F1,o dan Fs1.o oleh gaya dan beban yang vertikal menjadi: Distribusi momen M11 menurut Cross:
F;1,o oleh momen jepitan dari batang 1-4,2-5 dan 3-6 menurut Gamhrar 7.2. 4. d.
o(9o eo@
Fu,o - 4,28 * 4,37 + 1,8 + 0,95 + 2*9t 39
-,-- =- *0,vl7t sRtB;t*lisl *l3gP-llpl
3,00--:*- ll+ rl+lLIl rlt +r I+lLrl
Fq,o oleh momen jepitan dari batang 4-7 ,5-B dan 6-9 menurut gambar 7 .2. 4. e.
konstruksi portal bertingkat ini, kita juga harus mencari koefisien pergoyangan ,11 CIo@
untuk tingkat dua untuk menentukan momen Mldan Mupada akhirnya.
Setindak demi setindak kita bisa menghitung seperti berikut:
@
-96
Penentuan momen Mil:
Koefisien pergoyangan d', sembarang pada titik simpul 1 rnengakibatkan pada
Garnbar 7. 2. 4. f.
batang 1-4 suatu momen M6,rdan Mi*,. : + '10 tm.
Menurut rumus (7. S.)tita boleh menghitung: Atas dasar distribusi momen menurut Cross momen-momen Mn rneniadi:
Mir.r-&;-.lu- pada titik simpul 1: batang 1 - 2l
Mix., hz,s hr,o
batang 1 - 4l
7.54tm
pada titik simpul2: batang 2 6.37 tm
oleh karena h2 5 soma dengan hj_4 kita menentukan: - 1
batang 2
- 3 6.13 tm
W --
kz s tvtik'2. -= M.1.. !-]-L
batang 2 - 5 12.50 tm
Miu,, - kr,.o -M, 'vt*'r k* pada titik simpul3: batang 3 2\ 7.34tm
batans3-6t
Menurut contoh 3 pada bab 7 . 1 . 3. angka kekakuan batang kr-r : 298 dan kr-, = pada titik simpul 4: batang 4 7.78tm
zlzl.t[, s6l66jrr16ya kita menentu kan
- 1
batang 4 + 5.72 tm
- 5
batang 4 - 7 tm
Mi*,r: Mix,, = 10.0. 444/298 : 14,90 tm
pada titik simpul 5: batang 5
2.06
- 4 5.17 tm
Oleh karena angka kekakUan batang 3-6 sama dengan batang 1-4 kita boleh menen- batang 5 - 2 12.6'l tm
tukan, bahwa Mi*,. = M;1,6 juga menjadi 10 tm seperti juga Mip,rdan M;p.0. batang 5 - 6 + 5.30 tm
batang 5 - 8 2.14tm
pada titik simpul 6: batang 6 6.19 tm
- 5
batang 6 - 3 + 7.49 tm
batang 6 - 9 + 1.30 tm
334
335
-v
rumpuan 7: : + 1.03tm Distribusi momen M7 menurut Cross:
\r6a rumpuan 8: : + 1'07 tm
\ad' @eo o@e
F1,2oleh My:
* ctr do cJls-l
Nq t$l sr-:t**li{l
+1 I r1+ rll +t
, oengikat horisontal Fx,2dan +|lr.lrqt+l
Gay'"'
-41 12.5 734 2,06 2,14 1,30
i\-
4'li-\-\2- tr
Ft,,
z 3'oo - e@oo +7
[.r r;al
337
pada tumpuan 7: : 8.85 tm Mornen pada titik simpul 1:
pada tumpuan 8: : 12.59 trn bratang 1-2 =- 4,28+0,1094'(* 0,57) +0,0282'(+ 7,54l= 4,',r3 tm
batang 1*4:* 4,28 +0,1094'(- 0,57) +0,0282'(+ 7,541 - 4,13 tm
Gaya pengikat horisontal F11.1 clan F1,1 oleh Mp
338 339
Gambar diagram momen oleh gaya dan beban vertkal: Momen pada titik simpul 4:
batang4-1:0,479'l+ 1,35) + 0,123.1* 7,781 = -0,31 tm
batang4- 5 = 0,479.(+ 6.35) +lO,tZS.l+ 5.721 = + 3,74tm
s
batang4-7:0,479'(+ 7,70t. +0,123.(- 2,06) = +3.2t4tm
r'
6
t\
lo
3's{'
Momen pada titik simpul 5:
batang 5- 4 = 0,479' (- 5,84) + o,'t23 . (- 5,17) = - 3,42 tm
batang 5- 2: 0,479 . (+ 1,6 ) + 0,123 . (- 12,61 ) = - 0,78 tm
batang 5- 6 : 0,479 . (+ 3,94) + 0,123 . (+ 5,3 ) : + z,il tm
batang 5- 8 = 0.479' (+ 11,38) + 0.123 l- 2,141 = + 5.18 tm
Momen pada titik simpul 6:
batang 6- 5= 0,479 . l- 2,831 + 0,123 . (- 6,19) : - 2,"12 tm
Ir;ii batang 6- 3= 0,479 . l- 0,35) + 0,123 . l+ 7,491 = + 0,75 tm
6- I = . (- + 0,123 . (+ '1.3 ) =
batang 0,479 3,18)
- 1,S tm
Momen pada tumpuan 7:
Mz = 0,479 (- 8,85) + 0,123 ' (+ 1,03) : - 4,10 tm
_ Gambar7.2.4.m.
Momen-momen oleh tekanan angin yang sebetulnya bisa ditentukan juga menurut
rumus (7. 10). perlu hanya diperhatikan. bahwa Mo : O.
Pada konstruksi batang dan rangka batang momen torsi tidak timbul, karena itu trr-o tr*r* t*r=o
selanjutnya kita membatasi diri pada pembicaraan tentang pemutaran. Juga pada Dalam rumus ini ry menjadi jarak siku-siku dari gaya Ppdan suatu titik kutub sem-
bab 2. (llrnu inersia dan ketahanan), kita telah mempelajari, bahwa pengaruh gaya barang. Perubahan bentuk pada konstruksi batang atau rangka batang mengaki-
lintang pada lebar bentang dan ukuran balok yang biasa, pada umumnya kecil batkan pergeseran d dan perputaran (p, pergeseran titik simpul k yang bertepatan
sekali. Karona itu selanjutnya kita juga mernbatasi diri pada pembicaraan tentang dengan jurusan gaya-gaya P1 disebtltkan sebagai d1.
hal itu dalam buku ini. Fada umumnya kita hanya memperhatikan gaya normal, Selanjutnya kita membayangkan beban konstruksi batang atau rangka batang oleh
momen lentur dan perbedaan suhu untuk menentukan perubahan bentuk, dan suatu kumpulan gaya virtual. Untuk gaya-gaya virtual dan momen-momen virtual
terutarna yang harus diperhatikan ialah lendutan. ini kita boleh juga mengatakan:
342 343
4F* = o itrrrr * |Mx: O
Jikalau gaya virtual dan pergeseran berjurusan sama atau momen virtual
Selanjutnya kita menyebutkan sernua g6ya, mom€n, ukuran atau nilai yang dan perputaran jurusannya sama, kerja virtual menjadi positif (+ ) jikalau
berhubungan dengan kumpulan gaya virtual dengan garis melintang di atas huruf- krorlawanan menjadi negatif (-).
nya. oleh kumpulan gaya virtual titik simpul k mengalami suatu pergeseran virtual
d1. Tergantung pada bentuk dan cara konstruksi batang atau rangka batang dan Rumus (8. I.) menentukan, bahwa jumlah semua kerja virtual menjadi nol, atau
menurut besarnya kumpulan gaya virtual, pergeseran virtual bisa amat kecil. dengan kata-kata lain:
Batasan ini sebetulnya suatu keharusan supaya jurusan gaya-gaya p1 tidak meng-
alami perubahan. Jikalau suatu konstruksi batang atau rangka batang yang menerima
Pada gambar (8.2. 1. a.) berikut kita melihat suatu titik simpul pada suatu k beban. gaya dan momen menjadi seimbang, seharusnya jumlah pergeser-
konstruksi batang atau rangka batang dikenai gaya-gaya p1 (resultante). oleh an oleh kerja virtual yang amat kecil (jumlah gaya virtual dan jumlah
beban kumpulan gaya virtual titik simpul k mengalami pergeseran ke k-. Karena momen virtual) menjadi nol.
penggeseran lurus v1 menjadi amat kecil kita juga boleh mengatakan, bahwa peng-
geseran itu menjadi satu sektor lingkaran dengan jari-jari ek, atau dengan kata-kata
Antara gaya-gaya P1 dan momen-momen Mkyang diterima oleh konstruksi batang
lain, tiap pergeseran yang amat kecil boleh juga ditentukan sebagai suatu putaran O
atau rangka batang, dan gaya virtual P1 dan momen virtual Mptidak ada hubungan.
pada suatu titik kutub O.
Hanya dasar-dasarnya yang sama yang menentukan bahwa jumlahnya harus seim-
bang.
Giliran ini boleh juga dibalik, sehingga pertama kumpulan kerja virtual meng,enai
konstruksi batang atau rangka batang, dan pergeseran diakibatkan oleh kumpulan
gaya Ppdan momen M1. Ketentuannya tidak diubah, dan hasilnya seperti berkut:
\ iPkdk
+
lMr*=s (8.2.)
, Gambar8.2.1.a. Rumus (8. 2.) boleh digunakan untuk menentukan konponen perubahan bentuk
Pada persarnaan keseimbangan di atas titik kutub masih sembarang. oleh suatu kejadian perubahan bentuk yang tertentu dan oleh suatu kefadian
Pada gambar 8.2. 1. a. dipilih titik kutub O dan boleh dikatakan:
perubahan bentuk sembarang. lsi rumus ini dinamakan sebagai asas kerja virtual.
Rumus ini menjadi dasar $erhitungan-perhitungan perubahan bentuk pada sistim
tr : so<p
statis tidak tertentu.
d1-vlcosW Sebagai kebalikan dari dasar itu kita bisa mengatakan selanjutnya:
&: qrcosV
6] = p^a*cos V= r*tp Jikalau pada suatu pergeseran virtual sembarang pada suatu konstruksi
batang atau rangka batang jumlah semua pekerjaan dan junrlah semua
rk= {r gaya menjadi nol, gaya-gaya itu berarti dalam keseimbangan.
=
q
hasil-hasil ini bisa diiskan pada rumus ZM * 0 tadi, maka rerdapat rumus (8. l.):
n n 8.2.2. Persamaan keria pada konstruksibatang
2Ppi 1+ \Mptp = g (8.1.1
1 1 Pandangan-pandangan dari bab 8. 2. 1. yang umum kita lanjltkan pada
konstruksi batang. Pada bab 8.2.'l . ditentukan, bahwa jumlah gaya dalam dan
Menurut ketentuan ilmu alam suatu hasil kali di bawah satu angka jumlah r adalah gaya luar seimbang. Juga pada konstruksi batang jumlah kerja virtual harus men-
suatu kerja. Oleh karena kerja ini diakibatkan oleh suatu kumpulan gaya virtual kita jadi nol. lni berarti, bahwa kerja virtual luar 4, menjadi sama dengan kerfa virtual
menamakan kerja ini kerja virtual. dahmA;.
344
345
selalriutnya kita perhatikan kerja virtual luar. sampai pada saat ini belum ada keten- 2. lVlomen lentur
tuan apa pun bagi gaya virtual baik banyaknya maupun ukurannya. sebetutnya
srr€ttu gaya Fatau yang berhubungan dengan satu mo{yleR &ddengan reaksi-reaksi
Oleh pembebanan dengan momen lentur maka batang akan melengkung.
tumpuannya sudah mencukupi untuk penentuan nihi beban virtual. pada umurn- Perubanan J:entuk oleh sudut putar rp pada garis elastis boleh ditentukan seperti
berikut:
nya dianggap F = 1.0 atau M = 1.0 maka kita katakan:
Aa = t,Oa* + ZCc: Ai
dengan Pk = 1,0 !=A.].Y.'rq--M
- Et 'G--E/ ,^- q--) (
oan M
A:,J"'-i -ds
EI
Aa = f,O,px + ZCc: Ao, dengan Mk : 1,0 keria virtual dalam oleh momen lentur boleh kita tentukan sebagai berikut:
Nilai dpada penentuan ini meniadi reaksi tumpuan oleh beban virtual dan c meniadi
pergeaeran tumpuan pada arah (jurusan) reaksi tumpuan. Penentuan ini b&h
iuga
Aiw = rMM o" (8.4.)
dirrbah dengan hail berkut: ) -pT
1,0 dk : 41- 2Cc = Ai
1,4 qk
- tCc
Pergeseran pada titik simpul k sebetulnya adalah kerja virtual dalam, dikurangi 3. Perubahan suhu seragam (t"l
dengan kerja virtual tumpuannya. Kemudian kita harus menentukan kerja virtual Perubahan paniangnya batang oleh perubahan suhu seragam adalah:
dalam. oleh karena kerja virtual luar menjadi hasil kali gaya virtual luar dan peng-
geseran yang sebenarnya. Atas dasar ini boleh kita katakan, bahwa kerja virtual t'
dalam seharusnya hasil kali beban virtual dan perubahan bentik yang sebenarnya.
As - 4/ss atau: As - J or'rds
Selanjutnya kita menentukan kerja virtual dalam oleh pengaruh masing-masing.
kerfa virtual dalam oleh perubahan suhu seragam boleh kita tentukan sebagai
berkut:
1. Gaya normal
Ao,: J
r rly'a,tds (8.5.)
Perubahan memanjang pada suatu batang oleh gaya normal dapat ditentukan
dengan:
N
As= 4. Suhu yang berbeda.pada sisi atas dan sisi bawah pada konstruksi
EF'
betang (Atl
Baiklah kita meneliti rumus ini obh karena mernilng mungkin gaya normal (rv) atau
Oleh suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi bawah maka batang akan
luas batang (F) tidak menjadi tetap pada selr.rruh paniang (s) dari batarlg itu, rnaka p
melengkung. Perubahan bentuk oleh sudut putar pada garis elastis boleh diten-
kita menulis: tukan sebagai berikut:
8rro,
o,r= f (8. 3.)
a,o,= { nff a' (8.6.)
346
347
5. Gaya lintang Dengan bantuan rumus (8.8.)kita bisa menentukan pergeseran d* pada suatu titik
Walaupun kita menentukan atas dasar bab 8. 1., bahwa pengaruh gaya lintang k pada satu konstruksi batang di bawah pengaruh momen lentur, gaya normal,
terlalu kecil dan boleh diabaikan, kita menentukan selanjutnya kerja virtual dalam. gaya lintang dan perubahan suhu. Selanjutnya kita menentukan masing-masing
Pergeseran pada garis sumbu oleh gaya lintang adalah: diagram gaya lintang, gaya normal dan momen oleh beban sebenarnya (dasar) dan
selanjutnya kita tentukan diagram masing-masing tsb. oleh gaya virtual Fr = 1.0.
(xA Pada waktu itu gaya virtual F1 = 1.0 bekerja pada titik dan jurusan pergeseran d1
w= ) ds
* yang dicari.
Jikalau kita mencari perputaran 91 garis sumbu batang pada titik k kita juga boleh
kerja virtual dalam oleh gaya lintang boleh kita tentukan sebagai berikur:
menggunakan rumus (8.8.). Sekarang hanya kita pasang momen virtual ilr = l.g
pada titik dan jurusan putaran yang dicari. Bagi beban ini kita menentukan diagram
a,o-Jffa" (8.7.)
masing-masing tersebut.
Momen, gaya normal dan gaya lintang berhubungan dengan suatu bagian batang
yang amat kecil (ds) pada suatu titik sembaran S. M, N, Q dan il, y'rl, O menentukan
nilai-nilai pada titik x pada suatu konstruksi batang. Pada perhitungan integral
Dengan begitu kita sudah mengetahui masing-masing bagian dari kerja virtual fungsi-fungsi pada tiap-tiap gaya harus dikalikan sebelum diintegralkan. Penginte-
dalam. Persamaan kerja pada konstruksi batang dibaca seperti berikut: gralan berhubungan dengan seluruh panjangnya konstruksi batang. Pengintegralan
itu mula-mula kita rasa agak sulit. Akan tetapi pada pembebanan yang biasa timbul,
kita mempunyai tabel-tabel yang sudah diintegralkan pada lampiran l. 2. dan peng-
t,odr= I#a"+ J !, o,: I# a"-- f N,s,a,+ J u ff a,->cc gunaannya dapat diterangkan pada bab 8. 2. 4. (Hasil pengintegralan pada kerja
virtual).
(8.8.) Persamaan kerja pada konstruksi batang (8. 8. ) diisi semua kemungkinan
pembebanan pada konstruksi batang dalam bidang. Suatu perubahan tumpuan
'l
Sebetulnya faktor. .O pada sebelah kiri boleh dihapuskan oleh karena tidak ada tidak terjadi selalu, dan pengaruh pada .suatu perubahan suhu biasanya
pengaruh atas hasil persamaan kerja ini, walaupun kita tidak boleh lupa, bahwa diperhitungkan terpisah. Pengaruh pada gaya normal dan gaya lintang, seperti
faktor il6 sebelah kiri menjadi kerja virtual luar. sudah dikatakan pada bab 8. 1. (Pengetahuan dasar) blasanya boleh diabaikan.
Pada persamaan kerja pada konstruksi batang ini masing-masing bagian berarti: Atas dasar ini, selanjutnya tinggallah suatu rumus yang jauh lebih sederhana:
M, N, Q Momen. gaya normal. gaya lintang pada titik x oleh beban yang
sebenarnya f uart
M, N, A Momen, gaya normal, gaya lintang pada titik x oleh beban virtual Fp 1,Odk: ) :; a"
= 1.O atau M* = 1.Q pada titik ke arah d1 atau dengan sudut p1
d Reaksi tumpuan oleh beban virtual
c Pergeseran sebenarnya dari titik tumpuan dalam jurusan reaksi tum- Jikalau kita perhatikan momen lembam / yang tidak tetap, kita isikan suatu per-
puan (pada umumnya menjadi nol) bandingan momen lembam l./ I ke dalam rumus yang tadi seperti pada syarat per-
t
Af
Perubahan suhu seragam
Perbedaan suhu antara sisi atas dan sisi bawah pada suatu batang
samaan tiga momen (Clapeyron) (6. zl9.) atau pada bab 2. 8. (Perhitungan lendutan
dan garis elastis) dan menghasilkan:
h Tinggi balok (batang)
s Panjangnya balok (batang)
ft
ds Sebagian dari batang yang amat kecil l,oEtcau: )uula" {8.9.}
I, F, E, Momen lqpbam, iuas batang dan modul elastis pada batang
G Modul pergeseran (lihat bab 2. 3. 1.)
at 1 /oC angka penguluran suhu Biasanya digunakan hanya persamaan kerja pada konstruksi batang ini untuk
x faktor koreksi (kappa) bagi gaya lintang, oleh karena gaya lintang menentukan pergeseran pada konstruksi batang. Pada bab8.4. 1. (Pergeseran dan
sebetulnya tidak tetap pada tingginya bentuk batang. Nilai tergantung perputaran pada konstruksi batang) kita mendapatkan beberapa contoh yang
pada bentuk (m,isalnya bagi bentuk segiempat sejajar x = 1.2) menggunakan persamaan kerja pada konstruksi batang (8. 8) dan (8: 9.).
348
8.2.3. Persamaan kerja pada konstruksi rangka batang 8.2.4. Hasil pengintegralan pada keria virtual
Atas dasar pengetahuan persamaan kerja pada konstruksi batang kita Pertama kita menghitrng pergeseran dengan bantuan persamaan kerja
bisa dengan mudah menentukan persamaan kerja pada konstruksi rangka batang. pada konstruksi batang pada suatu contoh sederhana. Kita akan menentukan len-
Pada konstrukei rangka batang tidak ada momen lentur dan gaya lintang. Gaya nor- dutan pada pertengahan suatu balok tunggal dengan momen lembam / tetap dan
mal, pada konstruksi rangka batang ditentukan sebagai gaya batang S dan .S men- beban merata S. (lihat gambar 8. 2. 4. a.l .
jadi tetap pada seluruh panjangnya batang s, dan oleh karena itu tidak perlu lagi Pada contoh ini kita mendapat momen lentur dan gaya lintang, yang pada contoh
menghitung dengan integral. Selanjutnya cukup jikalau dihitung dengan I (jumlah) ini kita abaikan. oleh karena pada contoh ini tidak ada perubahan suhu atau
batang dan beban. penurunan tumpuan kita boleh menggunakan persamaan kerja pada konstruksi
Maka persamaan kerja pada konstruksi rangka batang dibaca sebagai berikut: batang {8. 9.). Gaya virtual P = 1.0 kita tempatkan pada tempat dan jurusan
pergeseran yang dicari.
Contoh:
Loa* =:H "
+ :s-a,rp- Ic" (8. 10.)
Beban yang sebenarnya Bebanvirtual P= t.O
dengan bidang momen M dengan bidang momen lk?
Pada persamaan kerja pada konstruksi rangka batang ini masing-masing bagian
berarti:
S gaya normal pada batang vang sebenarnya
W
5 gaya normal pada batang oleh beban virtual P1 = I.0 pada titik simpul t pada
W
jurusan pergeseran d1
s panjangnya batang masing-masing
Bagien-bagian yang lain sama seperti pada bab 8. 2.. 2. Persamaan kerja pa(a
konstruksi batang (8. 8.). Oleh karena sekarang kita memperhatikan konstruksi
rangka batang kita lmrus mengawasi, bahwa gaya virtual P : 1.0 tidak bekerja lagi Gambar 8. 2. 4. a Garnbar 8. 2. 4. b.
pada suatu titik k sembarang, melainkan pada suatu titik simpul *.
*
q:
]rl* -ull
g!2,
Untuk menentukan pergeseran dp, kita pertama-tama dengan bantuan Cremona oleh M, - *.
*, oler,F =1,0, fr, -
atau Cullmann-Ritter mencari gaya batang S masing-masing yang se[enarnya.
Selanjutnya sekali lagi untuk mencari gaya batang S masing-masing oleh gaya vir- oleh karena batang pada contoh ini menjadi lurus dengan morlen lembom / tetap
tual P: 1.0 pada titik simpul k, yaitu pada titik simpul yang akan kita cari perge- kita boleh mengatakan, bahwa ds = dx dan kemudian I = lcdan l"/t
- 1.
serannya d1. Kemudian kita meng-superposisikan-kan dua hasil ini pada batang t/2
masing-masing.
Seperti sudah ditentukan pada bab 8. 2. 2. (Persamaan kerja pada konstruksi
Etd:2[(qrr- *,) la^ 4
batang) kita boleh menyederhanakan persamaan kerja pada konstruksi rangka t/2
batang (8. 10.) Eeperti berikut:
(* - *,1 a, = *1, - iL;
_ _E
Et6 = * ! €
1,OEFc6k: ).SS
;: s (8. 11.)
Et6=*('rz-"1 :# denoan
- 6 =5
wEt
3!:-
Hasil ini sudah kita ketahui dari bab 2. 8. (Perhitungan lendutan dan garis elastis)
Pada bab 8. 4.2. (Pergeseran pada konstruksi rangka batang) kita mendapat con- hanya penentuannya dengan cara ini lebih sulit. Akan tetapi hasil ini boleh kita ubah
toh yang menggunakan persamaan kerla pada konstruksi rangka batang (8. 10.) lagi seperti berikut:
dan(8. 11.).
Etd-*r,= fr+[r="unrr
350
351
r
Perhitungan f./.d pasti akan lebih sederhana lagi jikalau kita m€ngetahui nilai c. M 3. Trapesium - bidang segiempat:
dan M menjadi ukuran momen maximal yang sebenarnya dan oleh beban virtual F Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejadian
: 1.0. c menentukan bentuk-bentuk dari tiap-tiap bidang (diagram) momen yang ke2dengan kt - k2 -- k.
akan dikalikan.
Selanjutnya kita menentukan beberapa persamasn untuk kombinasi b€ntuk bidang Eldik - {r,a* + ir3kl
momen masing-masing. Ordinat-ordinat bagi bidang momefl kemudian ditentukan Ul
dengan i dan k dengan s sebagai panjangnya batang. Pada persamaan berikut kita
litrat, bahwa E/.d,1 meniadi sama dengan integral JMi M* ds oleh bidang momen
M;dan Mppda paniangnya batang s. Etr);p:)t,,*,.t*, c=11
(8. 14.)
Etdip=)Utr*o,:
0
*lr*'**
00
gf un*a, Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejaCian
ke 3 dengan i1 = i2 = i.
Gambar 8. 2. 4. c.
lntegral pada rumus ini berarti momen pada bidang motren M1 dibandingkan pada Eld,r = ;11" c= l (8. 15. )
ordinat sisi kanan fi) dan ordinat sisi kiri (77i. Selanjutnya dapat kita katakan:
k,'k
] *, f"t .''flffilffirm**,,-,
El6ik = | Wr*, + irk, + i2& + 2i2k2l tt,:,r:Iifs c:1 1
(8. 16.)
*rt
El6ik=
f t,;fr*,+k2) + irlkr+2k)l (8.13.)
Gambar8.2.4. g
Gambar8.2.4. d
FUI''ilGAS
352 353
T. A.
t9,.'7 I i*98
6. Bidang segitiga
- segitiga searah:
Kejadian ini merupakan suatu kelanjutan dari kejadian
ke2 dengan it = i: iz - O; kt : k dan kz : O
o,: JN * i'r r I, u o *, - In , o;,
Et(tik=f,t**oi
(8.19. )
'P.d:>P,F
tu,r : !o i*s c= 1
6
(8. 18. )
Syarat ini juga boleh digunakan jikalau tidak ada gaya P dan gaya virtual P,
melainkan momen M dan momen virtual M. Pergeseran d dapat diganti dengan
Gambar 8. 2. 4. i. sudut putaran rp dan Jdengan 9.
Pada semua kemungkinan yang lain bisa digunakan tabel-tabel 1.2. 14. (Tabel-tabel
hasil pengintegralan pada kerja virtual) pada lampiran buku ini. Biasanya hanya
dikerjakan dengan menggunakan tabel-tabel itu. Harus dipe;hatikan, bahwa tabel-
8. 3. 2. Syaratdari Maxwell
tabel itu hanya boleh digunakan jikalau momen lembam / tetap. Contoh-contoh Maxwell menentukan pada tahun '1864 tentang keterikatan pada per-
pada bab 8.4. 1. (Pergeseran dan perputaran pada konstruksi batang) menerang- ubahan bentuk elastis sesuatu yang sebetulnya menjadi suatu kelanjutan dari syarat
kan penggunaan tabel-tabel itu. dari Betti.
Jikalau kita menentukan, bahwa:
d1o menjadi pergeseran titik k pada jurusan gaya Pp ,= 1.0 oleh beban yang
8.3. Syarat-syarat berikatan pada perubahan sebenarnya.
dri menjadi pergeseran titik k pada jurusan gaya Pp: 1.0 oleh gaya Pi : 1.0
bentuk elastis pada titik L
dir menjadi pergeseran titik i pada jurusan gaya P; = 1.0 oleh gaya P1 : 1.0
8.3. 1. Syarat dari Betti pada titik k.
Betti menentukan pada tahun 1872 tentang ikatan pada perubahan dsb. . ....
bentuk elastis: Selanjutnya bidang momen yang akan diintegralkan mendapat indizes yang sama
Kita perhatikan hasil kerja virtual dalam oleh suatu gaya normal N, gaya lintang O seperti d, maka misalnya:
dan momen M dengan gaya-gaya virtual oleh Pyang menjadi N; A dan ili. Menurut
rM M, rM, M
rumus (8.3.); (8.4.)dan (8.7.)kita boleh berkata: ,
rlIX
J
I - "
EI
ds atau ,\*o: ) -ff dt
354
355
r
Pada rumus ini bagian masing-masing berarti:
Sebagai fungsi dari Pi kita tentukan:
Mi = bidang momen oleh gaya P : 1.0 pada titik i
Mr : bidang momen oleh gaya P : 1.0 pada titik k . 1^. 1 Pi
Ar:iPi6ir:Z (kerja pada jurusan pergeseran)
Mo : bidang momen oleh beban yang sebenarnya c
Untuk menentukan d,1 kita mencari bidang momen oleh gaya pr : 1.0 dan oleh dan A1x = Pld1n (kerja tidak pada jurusan pergeseran)
gaya virtual Pi = 1.0
Selanjutnya diintegralkan.
Untuk menentukan misalnya d1; bidang momen yang harus kita cari sebetulnya lo?
sama jalannya seperti tadi (gaya Pi : 1.0 dan gaya virtual e* : 1.91
kemudian A": i a* *o, 1P;,\,,1
Kemudian seharusnya hasil masing-masing menjadi sama, atau dengan kata-kata
lain syarat dari Maxwellberbunyi: dengan memperhatikan, bahwa P;tidak terganrung dari Ax boleh kita tentukan:
Syarat ini boleh dilakukan pada konstruksi batang maupun konstruksi rangka
batang.
8. 3.4. Syarat dari Mohr
8. 3. 3. Syarat dari Castigliano Syarat yang ditemukan Mohr pada tahun 1868 menentukan perubahan
bentuk. oleh karena mudah digunakan, syarat Mohr pada umumnya paling disukai.
Syarat yang ditentukan Castigliano pada tahun 1879 tentang perubahan Penggunaannya terbatas pada balok tunggal.
bentuk elastis sebetulnya bisa berguna pada konstruksi batang dan konstruksi
rangka batang tetapi syarat dari castigliano jauh lebih rumit daripada sistim yang Atas dasar lengkungan k pada suatu balok boleh kita tentukan:
lain yang lebih mudah dan merupakan kelanjutan pada praktek. lf ..-# *
Oleh karena itu kita selanjutnya boleh menentukan untuk suatu potongan balok
yang melengkung menurut gambar 8. 3. 4. a.:
k-it--f::- lr+tr)
ds = 1161q= jy
356
357
a
Jikalau kita menrbandingkan persamaan (8. 23.) dan (8. 24"1 kita bisa melihat,
bahwa mereka beiarti berkeluarga. 8. 4. Contoh-contoh
'\
,l M d2M 8.4.1. Pergeseran dan perputaran pada konstruksi batang
dx'
I -
Ll
dall ;;-
(, x'
q
Dasar perhitungan adalah rumus (8.8.) dan yang dipersingkat (8.9.).
Persamaan ini menjadi dasar syarat Mohr yang bisa selanjutnya digunakan secara Rumus (8. 8.) kita tambah dengan perbandingan momen lembam /. dan tiap-tiap
grafis atau secara analitis seperti sudah diterangkan pada bab 2. 8. (perhitungan bagian dengan perbandingan luas batang F" seperti berikut:
lendutan dan garis elastis).
Contoh 1: Pada konstruksi portal dua ruas dengan momen lembam / tetap (lihat Fertanyaan 1: Pada tempat dan jurusan d6 kita menempatkan gaya virtual P = 1.0
gambar Lrerikut) dicari: dan menentukan diagram momen M berikut:
t-
E;
300'000 cma diagram M
El 200 cm2 (nilai dalam t)
2'1OO tlcm2
:P
E
w -1.0t/ n
46- 1,0 t
I
MS Gambar 8. 4. 1 . c.
Gambar 8. 4- 1 . a
Momen-momen digambarkan pada sisi yang menerima gaya tarik. Penentuan tan-
1. Pergeseran tumpuan b oleh beban angin w : 1.0 t/m dengan memperhatikan da (+,-) sebetulnya tidak perlu, yang penting hanya penentuan ordinat masing-
pengaruh momen lentur. masing dan bentuk bidang (diagram) momen.
2. Pergeseran titik simpul (sudut) c oleh beban angin w dengan memperhatikan Selanjutnya kita dapat menghitung dengan urutan kaki kiri, batang horisontal, kaki
pengaruh momen lentur dan gaya normal. kanan:
3. sudut perputaran garis elastis kaki a-c pada tumpuan a dengan perhatian 1l
pengaruh-pengaruh seperti pada titik 2. 1,0 Et)t,o i24,0 6,0 ' 6,0 r 4,Ol2' 24,0' 6,0 ' 24,0'4,0 ' 8,0 . 6,0 '
U
-q,o 148,0.4,0
Penyelesaian: 2 4,ot . 4.0
Menurut ketentuan untuk perhitungan titik 1 s/d 6 kita sudah mengetahui titik 1,
sistim statis. Titik 2 dan 3 tidak perlu diperhatikan oleh karena momen lembam I
1,0 Ehbo = 650,67 t2nrl
sudah diketahui dan menjadi tetap. Akan tetapi kita harus menentukan diagram
momen Mo dan diagram gaya normal y'y'o menurut ketentuah pada bab 7. (Kons- El(\ bo . 650,67 tmr
truksi portal statis tidak tqrtentu) kita mendapat hasil berikut: 650,67
tJbo
2,1 . 101 . 3,0' 10-3
- 0,0103 m
,\
tt - 1,03 cm
diagram M diagram y'V
Pada perhitungan ini pada kaki kiri kita mengintegralkan segitiga-segitiga, pada
(nilai dalam tm) (nilaidalam t)
batang horisontal trapesium-trapesium, dan pada kaki kanan parabol segitiga. -
Jikalau dua bidang (diagram) momen berada pada sisi batang yang sama,
hasil pengintegralan menjadi positif ( + ), jikalau tidak hasilnya menjadi
negatif ( - ).
Jikalau hasil pengintegralan men.jadi positif ( + ), maka jurusan gaya virtual P men-
jadi sarna dengan jurusan rj.
Pada pertanyaan2: Pada tempat dan jurusan d. kita menempatkan gaya virtual P =
Gambar 8 4.1 b 1.0 dan menentukan diagrarn momen dan diagram gaya normal
36C)
361
P =10
diagram M diagram rV
diagram fr diagram fi
lu
Tl,5 GambarS. 4. 1. d. Gambar 8. 4. 1 . e
dcrvr = 0,814 cm
b) pengaruh olch gaya normal (lihat gambar 8. 4. 1. b. dan e. ):
b) pengaruh oleh gaya normal (lihat gambar8. 4. 'l . b. dan d.):
EFgpuu - -i,0' 4,0' 0,25' 6.0-1,0' 4,0' 0,25. 4,0,. -10,0t
EFdcN = 1,0' 4,0' 1,5'6,0' : 0 - 1,0'4,0"1,5' 4,0 , 10,0
,paN =,
EFI"N = 36.0+24,0= 60,0tm 1 . 10?. ) o. 1,,,2= -0,00002
. 60,0
c)
d"N = ,j. ,pa:10,: o,ooo14m perputaran gs, diterima oleh superposisi:
s_ 11,78 . 105
Penyelesaian: vm| - z,t .ror.s3. to, = 0,572 cm
Diagram momen Mo sudah ditentukan pada gambar 8. 4. 1. f. Oleh karena dengan
menggunakan tabel-tabel hasil pengintegralan kita dengan bidang momen Mo ini Contoh 2 ini menerangkan, bahwa pada diagram (bidang) momen agak rumit kita
tidak dapat ditemukan, kita akan membagi diagram momen pada empat bebanan boleh membagi diagram momen itu ke dalam beberapa diagram momen yang agak
dasar, yaitu: momen pada bagian balok yang tergantung, gaya pada engsel, sederhana supaya kita bisa menggunakan tabel-tabel hasil pengintegralan pada ker-
momen pada konsole dan momen pada balok ,4
-I seperti berikut: ja virtual {r1.2. 14.1.
1
diagram momen oleh beban merata Contoh3: Pada konstruksi portal berikutdengan dt : 12' 10-6Srd ;
364 365
P=fit dicari:
1. Pergeseran vertikal pada engsel c oleh beban angin w.
2. Pergeseran vertikal pada engsel c oleh perubahan suhu pada sisi atas batang
horisontal dengan tr : 40o dan pada sisi bawah tZ : 10".
3. Perputaran garis sumbu pada tumpuan b oleh perubahan suhu seperti
diterangkan pada titik 2.
diagram momen Mo
Penyelesaian:
Gambar8.4. 1. k. Penentuan bidang momen oleh beban angin w pada batang (kaki) kiri:
Pada pertanyaan 1:
Pada pertanyaan 2: Atas dasar rumus (8. 8.) dan rumus (8. 25.) kita dapat menen-
tukan pergeseran oleh perbedaan suhu seperti berikut:
Gambar8.4. 1. m.
o,= Init":H Jno" Untuk telitinya pengertian kita menggambar pada batang vertikal sebelah kiri
diagram momen oleh beban angin w, dan diagram momen oleh reaksi tumpuan a
lntegral ini menentukan bidang momen M oleh gaya virtual P.
yang horisontal sebelah kanan. Selanjutnya kita tentukan momen lembam perban-
,
ot 12.10'6.20 'l
= O, + 4,0) : 0,0096m dingan seperti berikut:
Z4,O(10,4
drr = 0,96 cm l" = l" th : tn : u,o
1-3i1910,
= 7,2 m
k
Hasil integral f Mlf ds menjadi positif (+ ) jikatau pembengkokan garis sumbu
oleh perbedaan suhu berjurusan sama dengan beban virtual P yang dipilih sem- 4:L+= 5,0 m
barang, dan bagian konstruksi batang yang lebih panas adalah juga pada sisi yang
menerima beban virtual. Pada pertanyaan 1: Pada tempat dan jurusan d" kita menempatkan gaya virtual P:
1.0 dan menentukan diagram momen, dan untuk penyelesaian pertanyaan 2 juga
contoh 4: Pada konstruksi portal tiga ruas menurut gambar berikut dengan s langsung diagram gaya normal.
sebagai tiang (batang) yang vertikal dan rg sebagai batang yang horisontal dengan
nilai-nilai berikut /n = 100'000 cma; /" = 120'000 cma; f = 2'1@ tlm2; hs: 50 cm;
h" = 60 cm dan at = 12.10-6/grd.
diagram momen M
q
I
I
1,, diagram gaya normal ff(= tt
t,ut l. Gambar8.4. 1. n.
ltoo Gambar 8. 4. l.
366
367
r
Selanjutnya hasil pengintegralan menjadi: Oleh karena bidang momen pada batang yang horisontal sebelah kiri dan kanan dari
engsel meniadi sama besarnya dengran tanda (+,-) berlawarian, maka jumlah
Et"6"s: 11
412,5.1,5.5,0 - 5 18,75.1,5.5,0 +- 3
1
6,25. 1,5.5,0 bidsng momen itu meniadi nol. Selaniutnya kita hanya perlu memperhatikan
diagram gaya normal untuk menentukan rp61"
Oleh karena hasil menjadi negatif (-) maka kita ketahui, bahwa jurusan d"oter- 8.4.2. Fergeseran pada konstruksi rangka batang
hadapjurusan gaya virtual P, atau dengan kata lain, berjurusan dari bawah ke atas.
Pada pertanyaan 2: Perubahan suhu itu kita bagi atas: a) Perubahan suhu seragam Daaarnya pacJa perhiturrgan adalah rumus {8. 10.}dan rumus (8. 11.). Un-
ts : 10o dan b) Perbedaan suhu pada sisi atas dan sisi bawah batang sebesar At tuk mencari hasilnya kita bekerja setapak demi setapak seperti berikut:
= 30o. 1. Fenentuan paniangnya s dan luas batang Fbagi tiap-tiap batang. Pengurangan
Menurut rumus (8.25.)kita dapat menentukan: luas bateng oteh lobang baut atau alat sambungan lain tidak usah diperhatikan.
2. Penentuan gaya batang masing-masirrg oleh beban sebenarnya dengan
a,= f No,t,arn I nrffa, 3.
meGggiunaka n cara Cremona atau Cu Jlman- R itter.
Penentuan gaya batang Smasing-masing oleh beban virtual P * 1.0 denE;an
Oleh karena perubahansuhu ini hanya dialami batangyang horisontal (R) kita dapat cara grafis (Cremona) atau analitis (Cultrnann-Bitter).
menentukan bagi ts dan At masing-masing d",. dan d"41 berikut: 4. Mencari haeil dengon menggunakan persamaar'! kerja pada konstruk$i rangka
batang. Perhitungan oleh beban atau perutlahan suhu iebih baik dilaksanakan
, (*
dcts : qt t" f ruAs
J - dan 6rar:a,LtT ) Mds masing-masing tersendiri.
5. Menjumlal*an hasil pada semua batang pada konstruksi rangka hatang'
lntegral ini menentukan diagram (bidang) momen M dan diagrarn gaya normal ly' Perhiturygan ini pada umumnya dilalwanakan dengan beban dalam f dan ukuran
oleh gaya virtual P(lihat juga gambar8.4. 1. n.). dalarn cm sebagai tabel seperti terlihat pada eontoh-contoh berikut. Pada
prakteknya persamaan kerja pada konstruksi rangka batang digunakan dalarn ben-
dcrs : - 12' 10 9' 10'0,3'600 : - 0,02cm tuk berikut:
, = 12. 10 6.30 22 - 1 150.300
._-
: + 0,27 cm
dcLt
6d( : :SSi- (8.26")
368 369
Penyelesaian:
Pada titik simpul dan jurusan d- kita tempatkan suatu gaya virtual P = 1 ,0 seperti
terlihat pada gambar 8. 4.2. b. berikut.
At- 15,0 t
GambarB.4.2. c.
Penyelesaian:
Padatitiksimpul sdan jurusandskitaternpatkansuatugayavirtual P = l.0seperti
Gambar8.6.4. b
terlihat pada gambar 8. 4.2. d. berikut.
Dengan mengunakan sistim Cremona atau Cullmann-Ritter kita menentukan gaya Pada beban ini batang 5 dan 6 menjadi batang nol, dan t =S dan .93 : fi:
batang S oleh beban sebenarnya dan gaya batang S-oleh beban virtual, dan meng-
isi hasilnya pada tabel berikut.
Perlu diperhatikan, bahwa pada jumlahan batang 1 sld 4 bersifat ganda (kiri dan
kanan) maka batang 5 hanya timbul satu kali.
.
d*o= u,9 d",=ffi:o,76cm
,Oa =0,85cm Pada pertanyaan 2: Perubahan suhu hanya dialami batang 1 dan 2, dan oleh karena
Oleh karena tiap batang yang tidak punya gaya batang (batang nol) tidak ikut dalam
itu persanraan kerja pada konstruksi rangka batang hanya perlu pada dua batang
perhitungan, kita bisa memudahkan perhitungan dengan menentukan pertama itu. Oleh karena batang'l dan2 nrempunyai beban Syang sama, perhitungan dr,
semua batang nol.
kemudian menjadi:
d"1 : sa1f"s : 1,8-12. 10 6 .20 .720 = 0,31 cm
Contoh 2: Pada konstruksi rangka batang berikutnya dicari penurunan titik simpul s Fada pertanyaan 3: Pergeseran ca pada tumpuan a berjurusan ke kanan. Oleh
dengan E - 2'100t/ cm2, a1: 12.10-6 grd'1 , F1 = Fz:24.6cm2, Ft: Fq: 38.4 karena reaksi tumpuan A6oleh beban virtual F - l.O berjurusan ke kiri, kerja virtual
cm2, F7: 13.8 cm2, oleh: menjadi negatif (* ):
1. Gaya P = 10 t pada titik simpul s
2. Perubahan suhu t : 20" pada batang 1 dan2
An = 1,gr cu = 1,0cm
3. Pergeseran tumpuan a sebesar ca : 1.0 cm ke kanan e, =- 1,5.1,0= -1,5tcm
t,od. = ->Ci ds: + 1.5cm
370 371
8.5. Garis elastis pada konstruksi batang
372 ?B ----
Pada tumpuan sebelah kiri dapat kita katakan, bahwa ,( = 0 dan ,l* : 0 dan karena
itu ,\1* 1 : ,tr. Bobot-beban Wo menjadi pada titik itu:
,\i
Elcwo = 12Mo + Mrl (8.28.)
6
diagram gaya lintang O
Sebaliknya pada tumpuan sebelah kanan kita tentukan k = nl ,lr* r = o dan 11 =
,1, dengan bobot-beban W,: Au= Qu-i- Px.t
Jikalau misalnya semua bagian dari suatu bidang momen sama lebarnya dan
momen lembam / dari balok tunggal menjadi tetap kita bisa menyederhanakan
M*= Mx, + O1l1
rumus (8. 27.) seperti berikut:
Gambar8.5.3. a.
Persamaan kedua tentang diagram momen bisa kita tentukan juga dengn kata-kata
Selanjutnya pada tumpuan kiri bobot-beban Wo menjadi: berikut:
Etwo:IOmo*u,t (8. 3'r.) Momen lenlur Mp pada suatu titik sembarang k pada suatu balok tunggal
menjadi sama dengan momen lentur M2-1 pada titik k-l sebelah kiri, di-
tambah dengan hasil kali gaya lintang Oft antara titik k dan titik k-l
dengan jarak 11.
dan kemudian pada tumpuan kanan bobot-beban W, menjadi:
Contoh 1: Pada balok tunggal A-B berikut dicari garis elastis dengan meng-
Etwn: tr*,,,+2M,) (8. s2.) gunakan bobot-beban W. lo : 24'0O0 cma; l, = 4,W cma dan E = 2'100 t/ cm2.
20 t/m
Pada bab 8.5.2. tadi kita rentukan persarnaan yang membantu kita pada Gambar8.5.3. b.
perhitungan pembebanan oleh diagram mornen dengan gaya-gaya yang dikalikan
dengan E.l. Pada bab ini kita mencari jalan untuk menentukan garis elastis dengan
Penyelesaian:
cara yang paling mudah. Kita ingat konstruksi diagram gaya lintang dan diagram
Beban merata dibagi sembarang seperti misalnya pada gambar berikut8.5.3' c.,
momen, dengan ketentuan seperti berikut:
dan reaksi tumpuan Radan R6dapat ditentukan sebagai:
374 375
uo = 5,10. 7,6b = 7.65t
i_ror,oo.
8-
lrl
1l'
I
eIE
co
aN
I
Gambar8.5.3. c.
t\
Sebagai perbandingan momen lemban kita memilih /1 oleh karena /1 sudah berada rl
ro
pada bagian besar pada balok tunggal ini. Selanjutnya ditentukan: o
lc:lt l: =r t^ ltl1300
= 1,*5
l1 i- 24000
Pada perhitungan ini kita menggunakan suatu tabel seperti berikut. Baris 1 s/d 6
berisikan data-data dari beban yang sebenarnya. baris 7 s/d 1'l berisikan data-data
untuk penentuan bobot-beban W, baris '12 dan 13 brerisikan data-data yang
diperlukan untuk reaksi tumpuan R; dan fr6 yang rnenjadi sudut putar tu{tlFxren o,
B dikalikan dengan E.l dan baris 14 sld 17 berisikan data-data dari beban oleh
bobot-beban W"
1r'
(o
ti
I
376 E
o l- l.
Bobot-beban Wditentukan menurut rumus (8. 27.):
8.6. Garis elastis pada konstruksi
6 ElcWk : lMr-, + 2 Mkl lk + Q Mk + Mp11l ),iaa1 rangka batang
6 ElcWk: mk + nk
Elcwk = + npl
*,-r 8. 6. 1. Pengetahuan dasar
Misalnya pada titik 4:
Pada konstruksi batang garis elastis menjadi garis surnbu batang yang
6ElcW4: lMt+2M4ll'4+ (2M4+ Msli's: m4+ n4 melengkung. Pada konstruksi rangka batang ketentuan ini tidak lagi benar, oleh
karena perubahan bentuk berasal dari perubahan panjangnya batang masing-
mq : {'12,N + 2' 14,361.' 0.90 = 37,2tm2 masing, dan pergeseran titik simpul masing-masing selanjutnya.
Pada konstruksi rangka batang kita menentukan suatu garis elastis pada batang
na = 12' 14,36 + 14,50)'0,90 : 38,9tm2 tepi bawah. Garis elastis ini tidak merupakan suatu garis melengkung, melainkan
suatu poligon. Semua batang pada suatu konstruksi rangka batang harus tetap
ElcW4:
1
+ 38,9) :12,7 1m2 menjadi lurus, karen mereka menerima gaya normal saja dan bukan momen lentur.
6137,2 Garis elastis pada suatu batang tepi menjadi tentu sesudah pergeseran masing-
masing titik simpul rnenjadi tetap.
Penentuan R a dan 196 seperti berikut: Dengan diagram pergeseran Williot kita mengetahui secara grafis untuk menen-
1 tukan pergeseran titik simpul pada konstruksi rangka batang, walaupun dalam
Rr=
+ElZW4;: Et">wi + rangka buku ini, kita tidak bisa mempelajari diagram pergeseran Williot tsb. di atas.
Pada konstruksi rangka batang dengan hanya beberapa titik simpul dan bentuknya
Ra = E l"LWi - Re = ElcZWi - E t">Wi I; simetris kita bisa menggunakan rumus jumlahan, yang akan diterangkan pada bab
Hasil masing-masing boleh digambar seperti berikut sampai kita mendapat garis ini. Hanya jarrglan meremehkan keluasan kumpulan angka-angka.
elastis: Pada konstruksi rangka batang dengan banyak titik simpul kita selanjutnya menen-
tukan suatu perhitungan atas dasar perhitungan garis elastis pada konstruksi
diagram momen lentur (tm) batang.
378 379
Selanjutnye kltaraenentulan bobot-bebon W pada konstnlksi rangka bat4: tr**,
l6p - 6p.) = {d,+r - d1) + Wrl**,
11
d* - 6x-, dx-, - d*
T':-^i;;;-"**
wk:6\y,-dq# (8.33.)
Pada rumus (8. 33.) ini hubungan antara bobot-beban W dengan orclinat garis
elastis sudah ada, walaupun rumu6 ini belum dapat digunakan untuk p€rhitungan
nilai bobot-beban Wp.
Selanjutnya kita mengubah rumus (8. 33. ) sebagai berkut:
dkn,
wk:i d1,- 6* . , dk
&-ln_rt,rn--
wx : * lr or,+ (
* +
r**1,)
a* -,r,**1,d**,
Rumus ini terdiri dari hasil kali faktornya yang meniadi pergmeran sebenarnYa.
Kalau kita mengetahui 1ii1 dan 1/11*1 sebagai beban virtual dengan haEilnya,
bahwa bobot-beban Wsebetulnya menjadi kerja virtual luar. Pada bab 8. 2. 2. lPer-
samaan kerja pada konstruksi batang) kita sudah menentukan, bahwa keria virtual
luar lA,l meniadi sama dengan keria virtual dalam (,4/.
Gambar8.6.2. a.
Atas dasar pengetahuan ini kita boleh menentukan bobot-beban yy sebagai:
Pada gambar 8. 6.2. a. teb. di atas kha lihat suatu bagian konstruksi rangka batang
dengan garis elastb pada batang tepi bawah. Garis elastis dapat ditentukan dengan (8.34.)
gambar poligon batang iarlk oleh bobot-beban W. Atas dasar pengertian konstruk-
si grafis ini kita boleh menentukan perbandingan-perbandingan berikut: Dalam rumus (8. 34.) ini As menjadi perubahan panisngnya batang s oleh bebon
yang sebenarnya. S menjadi gaya oleh beban virtual 1/i1 dan 1l)q*1. Padegnm-
€tk _ lk -lk*r_--o**'
ak"Fr-- l--
oki bar 8. 6. 2. b. kita melihat beban keria virtual yang harus kita pasang pada titik sim-
pul k untuk menentukan bobot-beban W. kita juga melihat, bahwa jurnlah beban
dan selaniutnya: menjadi seimbang. Harus dikatakan di sini, bahwa beban virtual tidak selalu harus
menjadi P-: 1 .0 t.
a*: dx-6x-, dk+t: dk+r: 6**r- dp * bpal
Gambar8.2.6. c.
Gambar 8. 2. 6. b
Jikalau kita kemudian membandingkan segitiga yang diarsir pada gambar situasi
dan gambar gaya (lihat gambar 8.6.2. a.). Oleh karena semua tiga sisi meniadi se-
jajar kita boleh mengatakan segitiga-segitiga itu menjadi sebangun dan per-
bandingan dibaca seperti berikut:
bu-, : W,
't' b*+t: W*l*n, jikalauH =
:^*'
Ak+t 17
dan 1
Kita selaniutnya mengisi hasil a1; a1 11d6r1 bpl1 ke dalam rumus tsb. di atas
dengan tujuan menentukan hubungan antara bobot-beban Wdengnn ordinat garis
elastis:
380
r?,-**,, 381
I
Oleh karena kumpulan beban virtual menjadi seimbang mereka tidak menyebabkan
reaksi-reaksi tumpuan. Oleh karena itu hanya batang-batang antara titik simpul +,L)av*
k- 1 dan k + I menerima beban S. Tanda I dalam rumus (8. 34. ) selanjutnya hanya
+
|tnur
+ Auk+r) - #-*rw.,Mr_ nr"#.,^dk+l +
Ak+1
berisi bagian konstruksi rangka batang tsb. di atas. Jikalau kita pada kumpulan
gaya virtual menentukan dimensi sebagai (1/dimensi panjangnya) kita mendapat
(8.36.)
bobot-beban W tanpa dimensi.
Bobot-beban W pada konstruksi rangka batang pada umumnya ditentukan menu-
Dengan rumus (8.35.)dan rumus (8.36.)ini kita bisa menentukan bobot-beban W
rut gambar 8. 2" 6. b. dan c. seperti berikut: pada konstruksi rangka batang. Harus diperhatikan tanda ( + , - ) pada perobahan
Gaya virtual S menurut gambar 8. 2. 6. b.: panjangnya As pada batang masing-masing.
Pada konstruksi rangka batang dengan batang tepi atas dan bawah sejajar dan
*' masing-masing bagian dengan ukuran yang sama kita boleh menentukan:
Op = Oo*, =.
hpcosy p
U*:U*+r:0
y*:0 gt: tpr+1: q: konstanttetap)
Dr= + D*,t= * o**;, It:lr+t:,\=konstant
rkr ht: h = konstant
ur,:-* vr=o v*+t=**,
Gaya virtual S menurut gambar 8. 2. 6. c.:
,|
U* = U**t ht
Op:Qo*.'t=g
^ h pcos
Dqx*t: *
<p p.1 hpcostPpll
GEmbar 8. 2. 6. d. GambarS. 2. 6. e.
Vqa:0 Vk=
11 vqt*t -* o
lp lq**r Selanjutnya pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang naik (gambar 8.
2.6. d.), kita boleh menentukan bobot-beban Wsebagai:
Selanjutnya pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang naik (gambar 8.
2.6. b.), kita boleh menentukan bobot-beban Wsebagai:
-;Avk1-i-Ayr,.t
Ak Ak+1 dan pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang turun (gambar 8.2.6. e. ),
bobot-beban Wmeniadi:
(8.35.)
dan pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang turun (gambar 8. 2. 6. *r = + tLup + - fi*toru + adp,"1l * | or* (8.38. )
^uk+1t
c. ), bobot-beban I4lmenjadi:
382 383
Ssudah kita menentdRafi bobot.beban W kita membebani suatu balok tunggal Penyelesaian:
sebagai rbJim dasar dengan bobot-beban Witu dan mendapat garis elastis dengan Pada pertanyaan 1: Karena sistim menjadi simetris kita hanya harus menentukan
orclinat yang di*alikan derqnn F. beban pada batang masing-masing yang sebenarnya So dan beban oleh gaya vir-
tual P = 1.0 pada titik simpul 1,2dan 3 pada batang masing-masing (51, 52 dan
se).
8.6.3. Ringkastrt Penentuan ini boleh dilakukan dengan empat kali menggunakan cara grafis
(Cremonalatau cara analitis (Cullmann-Ritter). Oleh karena Oz = Ozdan O'2: g',
1. Sebagai goris elastis pada konstruksi rangka batang pada umumnya kita dan U1 = Uzdan U's = U3,dan U'2 = U'lmempunyai gaya yang masing-masing
tentukan garis eta'stie pada batang tepi bavrmh. Garis elastis menjadi suatu sama, tabel 1 dijadikan satu batang dengan panjangnya s misalnya 02 + 03 dsb.
poligon bukan garis lengkung, oleh karena batang masing-masing tidak me- a) Beban virtual P : 1 .O pada titik simul 1 (nilaiSl ):
bngd<ung, hanya berubah panjangnya. Oleh perubahan pada titik simpul ma- Ukuran dan sebagainya seperti pada gambarS.6.4. a.
sing-masing kita tentukan gario elastis itu.
2. Pada konstruksi rangka batang dengan beberapa titik simpul saja kita boleh
menggunakan rumus jumlahan yang berulang kali digunakan.
3. Pada konstruksi rangka batang dengan banyak titk simpul kita menentukan
gnrie elastis dengan bmntuan bobot-beban W.
4. Kita nnenentukan bobot-beban wmenurut rumus (8.35.) s/d rumus (8.38.).
Untuk itu kita memerlukan peru.lcahan panjangnya batang masing-masing oleh
beben yang sebenarnYa.
5. Dengnn bobot-beban w kita membebani sistim dasar - suatu balok tunggal -- Gambar 8. 6. 4. b
dan menerima garis elastis sebagai diagram rnomen'
b) Beban virtual P = 1.0 pada titik simpul2 (nilai52):
8.6.4. Contoh
Pada ksnstruksi rangka batang berikut dengan beban yarq tentu dan
dengran E : 2'lC{Jllem2 harus ditentukan garis elastis menurut/dengan:
1 . bantuan rumus iurnlahan
2. bafiuanbobot-beban W
I A';',- qtost
I Gambar 8. 6. 4. c.
Gambar 8. 6. 4. a. Gambar8.6.4. d.
384 385
Tabel 1: Pergeseran vertikal pada titik simpul 1 s/d 3 menurut rumus jumlahan moniadi:
Baris 1 s/d 4 berisikan data-data konstruksi rangka batang, baris 5 s/d 8 berisikan
gaya batang masing-masing oleh beban sebenarnya dan oleh beban virtual dan
: 1?J g:0,725cm
,i.'
baris9s/d 1l menjadi hasil rumus jumlahan, yaitu SoSl s/F: E. d1 dan SoS2s/F 2100
: E.dzdan SoS3s/F = E.6t.
3172,1
r].: =1.51 Cm
' 2'too
gaya batang
tang s F s/F E. d, E. 6, E' dt ,\- :34].2 = 1 8o cm
so sr s2 sr ' 21ffi
lcm) lcn|) (cm tl It) (t) (t) Itl (t/cm) (t/cm) (t/cm)
Pada pertanyaan 2'. Pada penentuan garis elastis dengan bobot-beban W kita
2 3 4 5 6 7 I 9 10 l1 menentukan pertama perobahan paniangnya batang masing-masing As = So s/F.
Karena itu kita tentukan gaya batang So oleh beban sebenarnya. Semua dihitung
oI 424 60,0 7,07 ,1,000 + 233,0 + 188,5 + 133, I sebagai tabel pada tabel 2 yang berikut. Karena konstruksi rangka batang pada con-
-26,7 -1,237 -0,701
o ,o, 912 70,0 13,03 + 226,5 + 529,0 + 373,5 toh ini menjadi simetris kita hanya memperhatikan satu bagian saia.
-29,6 -0.587 -1,370 -0.968
Penentuan E. W1 dan E. W3 leriadilah dengan rumus (8. 36.) dan E. Wz dengan
o io; 912 70,0 13.03 -29,6 -o,242
*0,562
-0,968 + 93,2 + 217,0 + 373 5 rumus (8.35.). Sebagai pendahuluan kita menentukan beberapa nilai yang akan
oI 424 60,0 7,07 + 33,4 + 77,3 + 133, 3 diperlukan.untuk menentukan E. W1 sl d E. W3:
-26.7 -0.177 -0,410 -o,707
U ,U, 700 20,2 34,65 + 18,9 + 0.875 + 0,708 + 0.500 + 573.5 + 463.0 + 327, 5 1',| 'l
" = 0,00333
1
= 0,00222
U,ui 1000 24.6 N,70 +28,8 + 0,333 +0,778 + 1,333 + 390,0 + 912,0 + 1563, 0 i,, aOO i- 4rlo
U ;U; 7N 20,2 34.65 + 18.9 +0.125 + 0,290 + 0,500 + 81,8 + 189,8 + 327, 5 'l 1
0,0[,0472
1 1
- 0.00276
hrcosyl 300'0,707 -- h2cosy2 367'0,987
D s(n 12,63 39,65 + 12,9 -0,309 + 0.800 + 0.569 - 188.8 + 410,0 + 291,0
_ 19. 2 11 : 11
D3 673 9.67 70,00 + 0,54 + 0.332 + 0,772
-0.509 + 12,5 + 29,2 0,00417
hrcos rp2
0.00341
h, cos rp1 300 ' C),800 367 ' 0,800
D: 673 9,67 70.00 + 0,54 -0,128 -0,301 -0,509 4,8 11,4 - 19. 2
11 :
+ + + 0,00367
D 500 12,63 39,65 + 12,9 +0,141 + 0.328 + 0.569 72,1 167,7 291,0 h2cos tp, 367 '0,743
300 9.60 31.25 0,0 + 1,00 0,00 0,00 0 0 0 1',I =
ircot,4r, -
0.00299
2 367 31,0 11 ,82 - 8,1 0,00 0.00 0,00 0 0 0 4so:0,743
450 9.60 0,0 0,00 0,00 1.000 0 0 0
3
't6,90
Misalnya penentuan W, menurut rumus (8.35.):
V"7 367 31.0 11,U - 8,1 0,00 0,00 0,00 0 0 0
dan selanjutnya:
386 3Bl
Tabel 2:
untuk menentukan garis pengaruh kita menggulingkan suatu gaya p pada seluruh
panjangnya konstruksi batang dan menentukan pada tiap-tiap titik tangkap
pengaruhnya atas reaksi tumpuan atau gaya dalam.
sebagai keterangan kita perhatikan gambar g. l. 2. a. di atas. Gaya p pada bagian Ordinat 4' A untuk gaya P' 1,0 pada
kiri dari balok terusan itu menyebabkan reaksi tumpuan A yang positif (+ ). Reaksi titik tangkap A' P1q1 * P242 + Ptnt Gambar 9. 1.3. a.
tumpuan 4 ini makin besar makin dekat gaya ppada tumpuan,4. Jikalau gaya p
misalnya bekerja pada bagian kanan, maka reaksi tumpuan.4 menjadi negatif (-).
Suatu gaya P = 1 .0 (t) mengakibatkan pada tumpuan 4 suatu gaya (reaksi tum-
Nilai reaksi tumpuan A oleh gaya P yang bergerak kita tentukan sebagai ordinat
4 puan) sebesar (1. 0) 4. Oleh karena itu, satu gaya sebesar Pmengakibatkan suatu
pada titik tangkap masing-masing. Hubungannya dapat kita lihat pada gambar
reaksi tumpuan sebesar P. 4 .
9. 1.2. a. Garis itu sebetulnya sudah menjadi suatu garis pengaruh pada reaksi Jikalau pada konstruksi batang di atas bekerja suatu kumpulan gaya dengan n gaYa
tumpuan 4.
P, tiap-tiap gaya P; mengakibatkan reaksi tumpuan Pi.ei.
390 391
Reaksi tumpuan dapat kita tentukan:
9. 1.4. Ringkasan
Ra = t
l=n
Fini
1. Garis pengaruh kita gunakan untuk penentuan nilai maksimal dan minimal pada
{9. 1.} reaksi tr-rmpuan dan gaya dalam pada beban yang bergerak.
i+1 I
I 2. Dengan mernperhatikan bentuk garis pengaruh dapat kita menentukan cara
Sebagai penentuan reaksi tumpuan Fa dengan bantuan garis pengaruh kita dapat I
pembebanan pada suatu konstruksi batang atau rangka batang supaya beban
menentukan: tiap=tiap gaya P1 harus dikalikan dengan ordinatnya 4i dengan l
l
itu mengakibatkan reaksi tumpuan atau gaya dalam yang maksirnal atau yang
memperhatikan tanda (+, -)kemudian hasil kali masing-masing dijumlahkan. Fa mimimal.
maksimal kita dapatkan dengan memasang kumpulan gaya itu pada bagian dengon 3. Garis pengaruh dapat kita gambar dengan satu gaya P = 1 .0 (t) yang kita gu-
ordinat garis pengaruh 4 yang positif, dan Ra minimal dengan memasang kumpulan lingkan pada seluruh panjangnya konstruksi batang atau rangka batang.
gqya itu pada bagian konstruksi batang dengan ordinat garis pengaruh 4 yang 4. Pada penggunaan garis pengaruh kita membebani hanya bagian-bagian dengan
negatif . Gambar garis pengaruh membantu kita dalam pencarian titik-titik yang pa- ordinat 4 yang positif atau yang negatif saja. Pada beban merata kita me-
ling jelek dan yang paling ideal. ngalikan beban dengan bidang pengaruh. Pada gaya atau kumpulan gaya kita
mengalikan gaya masing-masing dengan ordinatnya 4 dan menjumlahkan hasil
Nilai maksimal kita dapatkan dengan memasang gaya-gaya yang terbesar kali itu.
pada tempat dengan ordinat garis pengaruh 4 yang terbesar. Nilai maksimal kita dapatkan dengnn memasang gaya-gaya yang terbesar padg
tempat, yang ordinat garis pengaruhnya 4 terbesar.
Jikalau kita atas dasar ketentuan ini belum dapat menentukan titik-titik tangkap
kumpulan gaya, kita harus mendorong kumpulan gaya itu demikian rupa, eehingga
gaya berikut bekerja pada titik dengan 4r"r. 9.2. Garis pengaruh pada balok tunggal
d,
9.2. 1. Garis pengaruh pada roaksitumpuan
Seperti telah dibicarakan pada bab 9. 'l . 2. garis pengaruh pada misalnya
tumpuan .4 dapat kita tentukan dengan menggulingkan suatu gaya P = 1,0 (t) pada
seluruh panjangnyo lebar bentang 1 pada balok tunggal yang diperhatikan. Pada
tumpuan A gaya P = 1,0 mengakibatkan suatu reaksi tumpuan sebesar I a = 1,0
yang menentukan ordinat 4 garis pengaruh sebagai n = 1 ,0.' Jikalau gaya P = 1,0
bekerja pada tumpuan I reaksi tumpuan pada tumpuan 4 menjadi nol (Ro = 91.
Gambar 9.1.3. b. Oleh karena itu, ordinat 4 garis pengaruh pada tumpuan I menjadi n : 0 juga.
Jikalau gaya P: 1.0 bekerja pada titik tangkap sembarang dapat kita tentukan
Beban merata akan kita bagi atas potongan dx yang kecil. sehingga beban itu
reaksi tumpuan 4 sebagai Fn = 1,0 . z'/l dengan ordinat 11 garis pengaruh sebagai
bekerja sebagai satu gaya P. Hasilnya dapat diringkaskan menurut rumus (9. 1.)
dan gambar 9. 1. 3. b. di atas sebagai: 4= z'/l' 1,0.
nn
Hasil ini menjadi persamaan suatu garis lurus, dan berarti, bahwa kita b&h meng-
rr
Ra = ) Q dx 4 = s) n dx :
hubungkan titik ordinat 4 = 1,0 pada tumpuan / dengan titik ordindt 4 = 0 pada
mm
eF(m.n) I
tumpuan seperti terlihat pada gambar 9.2. 1. a. berikut:
Nilai lntegral ini menjadi luasnya bidang pengaruh antara titik m dan titik n..
t9.2.t DAI
Pada beban merata kita harus mengalikan ordinat g dari beban merata dengan
--i Garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4
395
Cara lain dapat iuga kita lakukan dengon nrenggenrbar ukuran x di banreh tunpuan Pada beban yang tidak langsung garis pengaruh harus menjadi suatu garis
,4 dan ukuran x'
di bawah tumpuaR 8, hubungkan titik-titik ini dengan titik tum- lurus.
puan yang di depan, dua garis lurus ini harus rnerptrn1lai tit& potoflg cli bawah
potongan cdan ordinatnya harus n - x. x'/1. Selanjutnya kita perhatikan satu balok tunggal dengan beban yang tidak langsung
menurut gambar 9.2. 4. c. berikut. Dicari: garis pengaruh pada tumpuan A, pada
9.2.4. Beban yang tidak langsung gaya lintang O dan momen lentur M.
Pada penyelesaiannya gaya Psebenarnya harus menjadi sama dengan jurntah gaya
is
P, dan P.-1 dan kita dapat menentukan: I
L--
h = P-:t4m-1 *Pm4m
Sebagai keterangan bisa dilihat gambar 9. 2. 4. b. berikut: Kita dapat menggambar garis pengaruh masing-masing pada beban yang tidak
langsung seperti garis pengaruh biasa. Kemudian kita menggambar garis hubungan
yang lurus antara ordinat 4 pada titik rn dan 4 pada titik rr-1, seperti terlihat pada
gambar 9. 2.4. c. di atas.
Dengan menggunakan cara ini kita dapat melihat, bahwa pada garis pengaruh pada
reaksi tumpuan tidak ada perubahan. Pada garis pengaruh'pada gaya lintang kita
dapatkan suatu garis penghubung miring dan pada garis pengaruh pada momen
lentur dapat kita potong titik puncak di bawah gaya P.
Pada penyelesaian penentuan ordinat-ordinat pada beban yang tidak langsung
sebaiknya kita menghitung dengan perbandingan-perbandingan berikut.
Gambar9.2.4. b Pada beban merata yang tidak langsung garis pengaruh pada gaya lintang menjadi
agak sulit karena titik n = 0 tidak sama dengan titik potong c.
Ordinat 4 di bawah gaya P sebenarnya terdiri dari dua komponen 4o dan 4r.
Nilainya ditentukan dengan garis hubungan ordinat garis pengaruh 4* dan 4._1 . Untuk memudahkan perhitungan kita menentukan luasnya bidang ( + , - ) fi dan F2
Hasil ini dapat kita tulis sebagai: dari bidang pengaruh dan luasnya bidang pengaruh seluruhnya'F seperti berikut:
396 397
2-1 Dengan superposisi pengaruh masing-masing kita dapatkan:
I
I
hl (n : 1,0) drs: Pir + P2dD + Prdr, + ... + Pndrn
Atau menurut syarat dari Maxwell llihat bab 8. 3. 2. ) dapat kita tentukan:
lh
I dn: P.f... + Pr6r, + 13d31 + ... + Pndnl
L
I., Gambar9.2.4. d.
Hasil ini berarti, bahwa d4menjadi lendutan atau dengan kata lain ordinat garis
elastis pada titik 1,2,3, ....., n oleh gaya P : 1.0 pada titik 1. Ordinat garis elastis
ini kita kalikan dengan nilai gaya P sebenarnya. Jumlah hasil kali masing-masing
Ft:-ln,t"+r,t q, P2, P3, . .. .. . . , Pn
menjadi lendutan pada titik 1 oleh gaya
h,=h1 h,:h! Karena ketentuan ini menjadi sama dengan ketentuan garis pengaruh pada len-
dutan, dapat kita tentukan:
a
clic=hr:lhr+hrl cr - " a+b
Garis pengaruh pada lendutan titik k sembarang menjadi sama seperti
1 a2 a+b+c = titik
F,- -!nll,""*l ,!
2" I a+b
_-- -
-Z
ha2
"+b
garis elastis oleh gaya P 1 .0 pada rt sembarang.
398 399
Contoh 2: Suatu balok tunggal {jembatan} dengan lebar bentang / = 25'00 m Karena kita tidak tahu apakah ini betul-betul men.iadi momen Mp maksimal, kita
dengan balok melintang dengan jarak = 5.00 m dibebani secara tidak langsung harus juga memeriksa kemungkinan gerbong sebelah kiri dan sebelah kanan dari
oleh kumpulan gaya (kereta api) atau kumpulan gaya (gerbong). Berat sendiri kereta api itu (lihat gambar 9.2,7.2. d.) dan mendapatkan nilai yang sedikit lebih
'konstruksi batangini menjadi g=1.5tlm, lihatjugagambar9.2.7.2'a,berikut. tinggi dari nilai yang tadi:
Tempat kereta api dan gerbong menjadi sembarang. Nilai-nilai yang dicari: Mp:10,0 (0,60 + 1,50 + 4,2o + 5,10 + 6.00 + 5.40 + 4,80
1. Reaksi tumpuan ,4 maksimal + 4,20 + 2,N + 1,80 + 0,20) : 10,0.36.20 = 362.0tm
2. Momen maksimal pada titik potong c dengan iarak x = 10.0 m
3. Pada titik potong c itu ditentukan gaya lintang 3, Penentuan gaya lintang atas dasar beban tadi pada titik potong c dengan jarak
4. Gaya lintang yang maksimal dan yang minimal pada titik potong c'dengan x= 10.0 m:
jarakx = 6.00m.
Karena titik potong c dengan jarak x : 10.0 m menjadi sama dengan titik tumpuan
Penyelesaian: balok melintang (tiap-tiap 5.0 m) kita hanya dapat menentukan gaya lintang
1. Penentuan reaksi tumpuan ,A maksimal: sebelah kiri (/) dan sebelah. kanan(r) dari titik potong c itu. Karena garis pengaruh
pada beban yang tidak langsung rnenjadi suatu ganis lurus, hasil gaya lintang pada
Roda pertama dari kumpulan gaya (kereta api) kita pasang tepat di atas tumpuan A potongan kiri atau kanan dari titik potong c harus menjadi sama (lihat gambar 9. 2.
dan kereta api kedua kita pasang sedekat mungkin (lihat gambar 9.2.7.2. b.l. 7.2. e. dan f . berikut). Pembebanan harus sama seperti ditentukan pada gambar L
Penyelesaian kita pisahkan atas berat sendiri (g) dan kumpulan gaya (P seperti 2.7.2. d"
berikut:
Selanjutnya kita dapatkan hasil gaya lintang sebagai:
1
Rnc: gF:1,521,0.25,0 = 18,75t
anr : t,s1) tl5,0 - 5,0) = 7,s t
Rap = 10,0(1.00 + 0.94 + 0,88 + 0,88 + 0,82 + 0,76 + 0,70 + 0,46
+ 0,210 + 0,34 + 0,28 + 0,22 + 0,161
:
as,= 1,5Tn o,o - 1o,o) = o
Re p - 1A,0. 6,96 69,6 t
= 1Q,Q(*0,04 - 0,10 + 0,12 + 0,36 + 0,60 + 0,54 + 0,48 + 0,42
2. Penentuan momen maksimal pada titik potong c dengan x = 10.0 m:
Qp1
+ 0,24 + 0,18 + 0,021
Karena kita pasang kumpulan gaya demikian rupa, sehingga salah satu gaya P
bekerja pada titik potong c kita tidak usah memotong puncak garis pengaruh pada Ap1: 10,0.2,82 = 28,2t
momen lentur dan ordinat 4 pada titik potong c dengan jarak x = 10.0 m dapat kita
tentukan sebagai: Oo, :10,0{- 0,04 - 0,10 - 0,28* 0,34 - 0,40 * 0,16 + 0.08 + 0,32
+ 0,24 + 0,18 +
n= xx'
0,02)
r :
10,0.15,9_
2ro - = 6,00
=o'(ru
Ao, = 10,4 {-- 0,48} = - 4,80 t
Selanjutnya kita pasang kumpulan gayd (kereta api) demikian rupa, sehingga
bekerja pada titik potong c dengan jarak x = 10.0 m. Sebelah kanan kita tempatkan
suatu kereta api lagi dan sebelah kirl suatu gerbong sedekat mungkin (lihat gambar
9.2.7.2. c. berikut) dan terdapat nilai-nilai seperti berikut:
Ms : 1
6,0. 1,5 : 112,5tm
225,O.
Mp= 10,0(0,60 + 1,il + 4,20 + 5,10 + 6,0 + 5,40
+ 4,80 + 4,2O + 1,80 + 0,60)
Mp = 10,0 .35,40 = 354,0 tm Gambar situasi Gambar 9. 2.7.2. a.
402 403
tso t50 150 t'o
%tm_ 150
-,150,t50,150 ts7 150
s)
c) |
l
----
_-r- l
t0 t50 t50
__
Garis pengaruh pada momenlentur M" 2000
i--r-
h)
450 100
--.J:.1 - -1
d)
404 405
Perlu diperhatkan, bahwa tempat tumpu'an menentukan tanda
(+.-) garis
Selanjutnya menurut gambar 9.2.7 .2. h. kita dapatkan Ar,
-6 dengan memasang
pengaruh pada gaya lintang domikian rupa, sehingga gaya lintang menjadi positif
sebagian dari kereta api pada bagian garis pengaruh yang negatif. Kiu men- jikalu tumpuan
dapatkan hasil: iit.t", tr.puan konsole berada di sebelah kiri dan menjadi negatif
konaole berada di sebelah kanan.
Qpmin = 10,0 (- -
0,020 0,080 - 0,140 - 0,200)
= 10,0 (-0,440) =- 4,40 t
9.3. Garis pengaruh pada konsole, pada balok 9.3.2. Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole
: 1'0 bergprak
tunggal dengan konsole dan pada balok Jikalau pada suatu balok tunggal dengan konsole gaya P
pengaruh
antara tumpuan.4 dan 8, konsole itu tidak mempengaruhi bentuk garis
rusuk Gerber atau dengan kata-kata lain: garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole an-
tara tumpuan A dan B harus sama seperti garis pengaruh pada balok tunggal.
9.3. 1. Garis pengaruh pada konsole Jikalau gaya F: 1.0 bergerak pada konsole yang sebelah kiri, reaksi tumpuan R1
Penentuan garis pengaruh pada konsole sebenarnya tidak ada kesulitan- akan.tumbuh linearsampai gaya P = 1.0 bekeria pada ujung konsoleyang bebas
nya. dengan nilai:
Jikalau gaya P = 1.0 bekerja pada suatu titik sembarang reaksi tumpuan juga men- a.+l
jadi Ra: 1.0, dan garis pengaruh pada $uatu titik sembarang juga harus mem- RA: 1,0--!
t-
punyai ordinat n : 1.0 maka garis pengaruh ini menjadi suatu segiempat menurut
gambar 9. 3. 1. b.
Jikalau gaya P = 1.0 bergerak pada konsole yang sebelah kanan, reaksi tumpuan
Gaya lintang hanya timbul jikalau P : I.0 bekerja pada ujung konsole yang bebas,
86 akan tumbuh linear juga dan kita dapat menentukan pengaruh atas tumpuan ll
yaitu pada gambar 9. 3. 1. a. sebelah kanan dari potongan sembarang z'. Gaya lin-
sebagai:
tang selalu menjadi O = 1.0 tidak terikat pada titik tangkap gaya P: 1.0 selama
titik tangkap itu berada antara potongan yang kita perhatikan dan ujung konsole a.
yang bebas. Garis pengaruh pada gaya lintang juga menjadi suatu segiempat antara
RA : - 1,0;
potongan z'yang diperhatikan dan ujung konsole yang bebas, seperti terlihat pada
pada
garnbar9.3. 1. c. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4 berbentuk selanjutnya seperti terlihat
Garis pengaruh pada momen lentur hanya timbul jikalau gaya P = 'l .0 bekeria an- gambar 9. 3. 2. b. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan I kita dapatkan secara
tara titik potong z'yang kita perhatikan dan ujung konsole yang bebas. Antara tum- kiasan (lihat gambar 9. 3' 2. c.).
puan dan titik potong z'orclinat n garis pengaruh menjadi n : 0. Dari titik potong z; Gayalintang-padatitikpotongcmenjadi samapadaP= l.0sebelahkiri dari titik
ke kanan ordinat 4 tumbuh linear sampai gaya P = 1.0 bekerja pada titik ujung kon- poiong c, dengan reaksi tumpuan RB yang negatif' Pada P : 1 '0 sebelah kanan
garis
sole yang bebas dan mengakibatkan suatu mornon sebeear M -= 1,0. z dengran or- dari titik porong c sama dengan reaksi tumpuan Ba' Kejadian ini menentukan
dinat 4 : z, seperti terlihat pada gambar 9. 3. 1. d. berikut: pengaruh pada gaya lintang O" seperti terlihat pada gambar 9 '3'2"d' berikut'
Moien lentur pada titik potong c menjadi negatif jikalau gaya : 1 .0 bekerja pada
p
al salah satu konsole. Hasil atau ordinat 4 dapat kita tentukan sebagai:
Gambar9.3. 1. a. s/d d.
A
-t-
M: - R4x: - ?, pada konsole sebelah kanan.
at
-4, Garis pengaruh pada momen lentw M,.
407
406
--1-)
Gambar 9. 3. 2. a. s/d g. Garis pengaruh oleh gaya P = 1.0 terhadap potongan z, atau 2,, sem-
barang pada bagian konsole dapat kita tentukan seperti pada konsole
Lriasa pada bab 9. 3. 1. (Garis pengaruh pada konsole).
il',
Pada balok rusuk Gerber dengan beban yang tidak langsung. ketentuan-ketentuan
dapat kita lihat pada bab 9. 2. 4. (Beban yang tidak langsung).
Garis pengaruh pada Akhirnya dapat kita tentukan:
el momen lenlur Mz,dan Mz
1. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, pada gaya lintang dan pada momen
Atas dasar gambar 9. 3.2. b. s/d e. dapat kita tentukan: lentur terdiri dari garis-garis yang lurus.
Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, pada gaya lintang dan pada momen
2. Garis pengaruh pada semua tumpuan mendapat ordinat n : 0 dengan
fentur pada suatu potongan c antara tumpuan A dan B kita dapatkan de-
kekecualian misalnya tumpuan A pada garis pengaruh pada reaksi tumpuan ,4
dsb.
ngan garis pengaruh pada balok tunggal yang diperpanjang lurus sampai
ujung konsole masing-masing.
Garis p,engaruh pada tiap-tiap titik engsel mengubah jurusan (titik engsel : titik
patahan garis pengaruh).
408
409
Gambar 9. 3. 3. a' 3 2. Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole pada reaksi tumpuan, pada
s/d h. gaya lintang dan pada momen lentur pada suatu potongan sembarang antara
dua tumpuan balok tunggal ini kita dapatkan dengan memperpanjangkan lurus
Garis pengaruh garis pengaruh pada balok tunggal sampai ujung konsole masing-masing.
pada reaksi tum- Garis pengaruh pada balok tunggal dengan konsole pada reaksi tumpuan, pada
puan.4 gaya lintang dan pada momen lentur pada suatu potongan sembarang pada
bagian konsole, dapat kita tentukan seperti pada konsole biasa.
4. Garis pengaruh pada bagian balok rusuk Gerber yang bergantung, dapat kita
Garis pengaruh
pada reaksi tum- tentukan seperti pada balok tunggal biasa.
puan I Garis pengaruh pada bagian balok rusuk Gerber di antara dua engsel, dapat kita
tentukan seperti pada balok tunggal dengan konsole dan kemudian meng-
hubungkan titik ujung garis pengaruh pada engsel dengan titik tumpuan berikut
Garis pengaruh dengan ordinat 4 = 0 dengan garis lurus.
pada gaya lin- Garis pengaruh pada reaksi tumpuan, pada gaya lintang dan pada momen
tang O1 lentur terdiri.dari garis-garis yang lurus (pada semua konstruksi batang yang
statis tertentu) dan selalu mengubah jurusan pada suatu titik engsel. Garis
Garis pengaruh pengaruh kemudian mendapatkan pada semua tumpuan ordinat 4 = 0 kecuali
pada momen pada tumpuan yang ditentukan dengan garis pengaruh pada reaksi tumpuan
lentur M1 itu.
Garie pengnruh
pada momen
lentur M1
Gambar9.3.5. a.
9.3.4. Ringkasan Penyelesaian:
1. Garis pengaruh pada konsole membentuk pada reaksi tumpuan dan pada gaya
lintang suatu persegi empat dan pada momen lentur suatu segitiga dengan titik 1. Penentuan reaksi tumpuan Ra, Rsdan Rg;
puncak di atas ujung konsole yang bebas dan titik ordinat4 = 0 pada potongan Garis pengaruh pada reaksi tumpuan masing-masing yang maksimal dan yang
yang diPerhatikan' minimal dapat dilihat pada gambar 9. 3. 5. b. berikut.
410 411
Pada tumpuan,4 kita dapatkan nilai maksimal dan minimal seperti tergambar pada 2. Penentuan momen lentur pada pertengahan bagian A_ B:
gambar9. 3. 5. b. sebagai: Kita menentukan ordinat 4 garis pengaruh pada titik potong di pertengahan bagian
RA*", = 10,0(1,075 + O,U2l + 14,0$,741 + 0,4751 :36,2t ,4
-I sebagai:
RA-i,: 10,0 (- 0,100 - 0,333) + 14,0 (-0,300 0,211) = - - 11,51 xx' 6,0'6,0
Pada tumpuan I kita dapatkan nilai maksimal dengan memasang dua derek ini
' I 12,0
pada tempat dengan ordinat 4 : maksimal dan kemudian dapat ditentukan: Kemudian dapat kita gambar garis pengaruh seperti terlihat pada gambar 9. 3. 5. c.
: berikut. Nilai-nilai Mmax A_B dan M*;n 4-s kita dapat kita tentukan sebagai:
RB-u* 10,0 (1,000 + 1.233) + 14,0 (1,333 + 0,9fl7l = 54,7 t
Nilai minimal kita dapati dengan memasang derek pada bagian garis pengaruh yang Mmax : A_B 10.0(1,000 +2,4ol0) + 14,0(3,000+ 1,4O0) : 95,6tm
negatif karena pada derek kiri satu roda masih berdiri pada bagian garis pengaruh Mmin A-B : 10,0(-0,600-2,000) + 14,0(-1,800-"t,2671:
yang positif (lihat gambar 9. 3. 5. b. ), maka kita menentukan, bahwa derek itu men- -69,0tm
jadi kosong (tidak bekerja) dan yang diperhatikan hanya berat sendiri. Nilai minimal 2W 2M t20 3m Garis pengaruh pada momen lenlur M^.r4_s
selanjutnya menjadi:
RB
-in = 5,0 (-0.075 + 0,158) + 14,0 (0,033 - 0,3221 : - 3,635 t
Pada tumpuan C kita hanya dapat menentukan nilai maksimal. karena tidak ada
pengaruh yang negatif dan yang bisa menentukan nilai minimql. Selanjutnya nilai
maksimal menjadi:
Rc-"r= 10,0Q,ilz + 0,876) + 14,0 (0,975 + 1,2421 : 46,2t
Rc-in=o
Garis pengaruh
pada reaksi tum- Gambar9.5.3. c. Garis pengaruh pada momen lentur Mm6A-B
puan 4-r,
3. Penentuan momen lentur pada pertengahan bagian g-C..
Garis pengaruh Garis pengaruh dapat kita tentukan seperti pada titik 2. dan seperti terlihat pada
pada reaksi tum- gambar 9. 5. 3. d. berikut. Pada penentu an M^lng-c kita mendorong satu derek ke
puan.4n.';n bagian kiri yang tidak mempengaruhi bagian g-i. Kemudian dapat kita tentukan
nilai M^rr*g dan M^inn-6 seperti berikut:
Garis pengaruh
Garis pengaruh pada
pada reaksi tum-
momen lentur M.;nn_g
puan Cr*
Gambar9.3.5. b. Gambar 9. 3. 5. d.
4't2 413
4. Penentuan momen tumpuan 8:
Kita menggambar garis pengaruh pada momen tumpuan I pada bagian konsole
s€belah kanan dari tumpuan L Ujung konsole (engsel g) kita hubungkan dengan
garis lurus dengan tumpuan C fi - O) dan sampai ujung konsole yang di sebelah
kanan dari tumpuan C, seperti terlihat pada gambar 9. 3. 5. e. berikut. Nilai-nilai
M^r* gdan M,6n Bdapal kita tentukan sebagai:
MtmxB = 10,0(-1,200-4,m0) + 14,0(-3,600-2,533) = -137,8tm
M.n a = 14,0(-0,100 + 0,967) = 12,15tm
Amin =
Bt 10,6'0,4@-0,63A + 14,0(-0,733-l,m) = -34,6t
Amax Br = 5,0(+0,075-0,158) + 14,0(-0,088+0,081) = +0,6t
9.4. Garis pengaruh pada busur tiga ruas
Amax B, = 10,0(1,000+1,000) + 14,0(1,000+0,733) = +4,25t
Amin Br = 14,01+0,025-0,242) = -3,04t 9. 4. 1. Perhitungan dengan beban yang tetap
' Sebagai dasar pada penentuan konstruksi busur tiga ruas dengan beban
yang tetap kita perhatikan penentuan-penentuan bab 3. 7. 3. 2. (Konstruksi busur
tiga ruas dengan gaya-gaya pada dua bagian busur), terutama penyelesaian secara
analitis (lihat gambar 3.7 . 3. f . pada jilid satu buku ini).
Atas dasar ketentuan-ketentuan itu dapat juga kita tentukan garis pengaruh pada
beban yang tetap.
414 4't5
Dangan v7 sebagni resultante semua gaya yang vertikal pada bagian konstruksi
busur tiga ruas yang sebelah kiri dari potongan $crnbarang x. y menjadi positif
iikalau berjurusan ke atas.
Hl rneniadi resultante semua gaya yang horisontal pada bagian konstruksi busur
tiga rllas yang sebelah kiri dari potongan sembarang x. l/ menjadi positif
iikalau ber-
jurusan ke kanan.
Rurnus (9. 5.) dan rumus (9. 6.) hanya dapat digunakan pada konstruksri busur tiga
ruas dengan beban yang tetap.
Dengan M* sebagaimomen lentur pada sistim dasar pada titik engsel g dan de-
ngan fsebagai tingginya engsel dari garis penghubung tumpuan 4 dan tumpuan 8.
Momen lentur pada potongan sembarang x dapat kita tentukan sebagai:
(9.5.)
- N, = IVTsin <p + ZHlcostp
Garis pengaruh oleh
Ax - 2Vtcos <p 2H1sin (9.6.)
- <p komponen horisontal H
416 417
Gambar9.4.3. a. s/d e.
Mr: Mor- HY 9.4.4. Garis pengaruh pada gaya normal'dan gaya Iantang
seperti pada garis pengaruh pada reaksi tumpuan, garis pengaruh pada momen
lentur terdiri dari suatu kombinasi dua garis pengaruh .yang sudah kita ketahui. Kita memperhatikan rumus (9.5.) gaya normal pada titik x pada
Garis pengaruh pertama ialah garis pengaruh pada momen lentur pada suatu titik konstruksi busur tiga ruas dengan beban tetap yang berbunyi:
sembarang x pada sistim dasar (lihat juga bab 9. 2. 3. ) dengan ordinatnya:
xx' - N, = IVTsin <p * ZHlcosQ
n: l
Karena sebenarnya Hr : H dapat kita tulis:
garis pengaruh kedua ialah garis pengaruh oleh komponen horisontal H yang
negatif dan yang dikalikan dengan ukuran y. Y ialah tingginya busur pada titik sem-
barang x ilihat gambar 9. 4. 3. a. berikut). ordinat 4s di bawah titik engsel I kemu-
- Nr= (Ra*2P7)sinP + Hcosp
dian menjadi: Menurut bab 9. 4. 2. dapatkita tentukan. bahwa
lrl,
n= tf Y RA : Ra, + //tan a
Jikalau kita men-superposisi-kan dua garis pengaruh ini kita dapatkan garis dan kemudian:
pengaruh pada momen lentur seperti terlihat pada gambar 9. 4. 3. d. berikut
(bidang yang diarsir). Boleh juga menggambar garis pengaruh pada momen lentur :
- N, (Ra, + Htana - ZP/sinq + H cosP
ini seperti terlihat pada gambar 9. 4. 3. e. berikut.
I
419
418
Pada rumus ini R4,
- EPt meniadi gaya lintang Oq, pada suatu balok tunggal Garis pengaruh oleh kompo-
dengan lebar bentang = I oprda titik sembarang x:
nen horisontal l/ yang dikali-
- Nr= Osrsinrp + Htanasinrp + Hcostp kan dengan faktor sin (rp-o)
COs o
H -'l Garis pengaruh pada gaya lin-
- N, = Osrsin 9 * ;;; (sino sin rr * cosa cosp) t tang O, yang disuperposisi-
kan
* N. = Qorsing * , cos(P * o)
Garis pengaruh pada gaya lin-
(9.7.) e)
COs a tang Oor yang dikalikan
\ de-
E ngon sin <p
Penentuan gaya lintang atas dasar rumus (9. 6.) pada titik x ssmbararp pada
Garb pengaruh oleh kompo-
konstruksi hrsur tiga ruas dengan bebon tetap kha lakukan demikian ruia.
f) nen horisontal H yang dikali-
sehingga:
kan dengan f6119; coe(r+r'o)
cos o
Or=IYTcoeq-ZH1sin9
Garis pengaruh @a gaya nor-
Ox = Oorcos q + Htanoc,osg - Hsinq mal fl, yang di-zuperposisi-kan
9.4.5. Ringkasan
a, = aorcosp -,
sinlq - o), (9.8.) Penentuan garis pengaruh pada konstruksi busur tiga ruas berdasarkan
cos a
rumus-rumus penentuan reaksi tumpuan, !'nomen lentur, gaya norrnal dan gaya lin-
tang pada konstruksi busur tiga ruas dengan beban tetap.
Jikalau tumpuan A dan B berada dalam satu dataran, maka a = 0.
Kita dapot menggambar garis pongaruh pada konstruksi busur tiga ruas selalu
Rurnus (9. 7.) dan rumus (9. 8.) dapat kita tulis seperti berikut:
dengan men-superposisi-kan dua komponen dengan garis pengaruhnya yang
dikalikan dengan satu faktor.
- N, = Osrsinrp + Hcos<p
Q, = Aorcosp - Hsinq 9.4.6. Contoh
Suatu konstruksi busur tiga ruas yang berbentuk parabol menurut gambar
9. 4. 6. a. berikut. Dengan bantuan garis pengaruh masing-masing kita cari: reaksi
tumpuan, momen lentur, gaya lintang dan gaya normal pada titik x oleh berat sen-
Gambar9.4.4. a. dan b. diri gr = 1.0 1/mdanbobanq = 3.0t/m.
\--------L- 1,
Gambar 9. 4. 6. e.
- N, = Osrsinrp + HcosrpPadax:3.0m
Garis pengaruh pada reaksi
tumpuan i9a dengan 4, : t,@
oleh Oo, sinp * nr: l,Osine = 0.555
oleh Hcos q * Hg: 0,750.0,t1i]2 = 0,@4
Garis pengaruh oleh komponen
horisontal H dengan
Hasil oleh penentuan garis pengaruh:
lrl, Pada reaksi tumpuan masing-masing:
nc: -V =ffi:0,7506,0.6,0
1
RA-"r= T 1,0.12,0(1,0+3,0) =24,0t
Garis pengaruh pada momen lentur
M, = Mo, H.y pada x = 3.0 m
- H-a, =
1
0,75.12,0 (1,0 + 3,0) = 18,0t
2
xx' 3,0.9,0
4ox: ,:6=2,250
Pada momen lentur:
t.l. Titik dengan momen nol kita dapatkan pada titik 4.&) m dari tumpuan ,4 menurut
ns = iv: 0,750.3,00 = 2,2fi gambar 9. 4. 6. c. di atas. Luasnya bidang momen yang negatif dan yang positif
selanjutnya meniadi:
1
F1: ,4,ffi.125: +2,70
422 423
1 [rarang merurrut A. Ritter). Persamaan-petsarnaan itu memperlihatkan. bottwa
r_ = z 7,2O.0,7W= _2,70 gayi, hdt,fitng dapat ditentukan dengan molnen lentur dan gaya lintang pada suatu
F =F++F =0 srstirn d{}s,ar (balok tunggal} dengan suatu faktor menurut bentuk korxstruksi rangka
batang rrnaring-masing. Karena itu garis pengaruh pada gaya batang {unpa faltor-
Karena beban oleh berat sendiri selalu ada pada seluruh konstruksi busur tiga ruas
faktor itu) biasanya meniadi sanxr saperti garis pengaruh pada ggya lintang dan
yang pada contoh ini meniadi simetris dengan garis / -- 8 yang horisontal dapat kita
mornen lentur pada balok tunggal. Kadang-kadang garis perqaruh hanrs di-
tentukan: Ms = A.
sup6rp(,sisi-kan seperti pada konstruksi busur tiga rua$.
iJntuk menentukan nilai batasan pada momen lentur oleh beban q kita membetrani
Pada dasar-dasar konstruksi rangka batang telah kita tentukan, bahwa gaya-gsy8
hanya bagian dengan bidang pongaruh yang positif atau yang negatff, yaitu:
hanya dapar bekerja mda titik simpul masing-masing. Jikalau kernudian timbul
Mpma' = + 2,70.3,00 = 8,10tm gaya-gaya yang bekerja antara dua titik simpul, kita harus memperhatikan
Mpn* = pengotahuan tentang beban yang tidak langsung {lihat bab 9. 2. 4. ).
- 2,70.3.00 = - 8,10tm
Pada penentuan garis pengaruh pada konstrukai rangka baung harue kita
Pada gaya lintang: pertrotikan batang tepi yang menerima beban. Pada umumnya batang topi itu ditan-
Os=0 dai dengan garis putus.
Aon,,, =* 0,416.3,0.3,0 * 't,87 t 9.5.2. Konstruksi rangka batang dengon batang tepi ceisiar
Ool-iri= *- 1,87 1 Fersarnaan gaya batang pada konstruksi rangka batang dengan batang
tepi seiajar menurut pengotahusn dacar A. Bitter (lihat bab 4. 3. 3.) dapat kita to{t-
Pada gaya normal: tukan:
Pada batang tepi atas (O) dan bawah (U):
= --1,0 r+ 12,0.0,6a4 -*a,o.o,rss *
Ns
]s,o.o+ror
Ns= - 1,0.5408 = -5,408t
(9.9.1
Mrma = -- 3,0.5,rm = - 16,224t Nrr*o = O
N min= -21,53t
ParJa batang diagonal (O):
(ita akan membatasi diri pada beberapa macam konstruksi rangka batang yang
psnting. Ketentuan-ketentuan pada konstruksi rangka batang itu iuga dapat
digunakan pada konstruksi rangka batang yang lain. Garis pengaruh pada gaya batang tepi dapat i(ita gambat dengan penentuan geris
Reaksi tumpuan pacia suatu konstruksi rangka batng biasa menjadi sama seperti pengaruh pada momen lentur lxda sistim dasar (balok tunggal) dengan ordinatnya
pada suatu balok tunggal dengan lebar bentang yang sama. Oleh karena itu juga n yang dibagi atas ketinggian h konstruksi rangka batang itri (lihat iuga gambar
garis pengaruh menjadi sanra dan kita mengabaikan konstruksi garis pengaruh pada 9. 5. 2. a. s/dc").
reaksi tumpuan pada konstruksi rangka batang selan.iutnya.
Pada pener"ltuan garis pengaruh pada gaya batang kita menggunakan gmrsamaan Garis pengaruh pada gaya batang diagonal dapat kita gambat dengan penentuan
pada beban yang tetap yang telah kita pelajari pada bab 4. 3. 3. (Ferhitungan gaya garis pengaruh pada gaya lintang pada sistim dasar dengan ordinatnya 4 yang
424 425
dibagi atas sin g (dengan 9 sebagai miringnya diagonal menurut gambar 9. 5.2. a., Pada garis pengaruh pada gaya batang diagonal kita pertama menentukan garis
d.dane.) 4 = l.0menjadi 4 = 1/sin<p. pengaruh pada gaya lintang dengan ordinat n : 1/sin rp.
Garis pengaruh pada gaya batang vertikal tergantung pada cara pemasangan Dua titik ujung diagonal yang diperhatikan kita hubungkan dengan dua garis
diagonal sebelah kiri dan sebelah kanan. Bisa garis pengaruh pada gaya batang ver- pengaruh itu (lihat gambar 9. 5. 2. d. dan e. di atas), Pada penentuan garis
tikal seluas satu bagian sebelah kiri dan sebelah kanan dari titik simpul yang pengaruh pada konstruksi rangka batang dengan beban yang tidak langsung kita
diperhatikan, atau menjadi nol (lihat juga gambar 9. 5. 2. a. dan f.), atau garis perhatikan rumus (9. 3.)dan rumus (9, 4.). Tanda (+,-) pada garis pengaruh pada
pengaruh pada gaya batang vertikal menjadi sama dengan garis pengaruh pada gaya batang diagonal menentukan juga tanda gaya batang masing-masing.
gaya lintang (lihat juga gambar9. 5.2.5.,l. dan m. berikut). Pada penentuan garis pengaruh pada gaya batang vertikal kita pasang ordinat 4 =
Sebagai keterangan kita perhatikan pertama suatu konstruksi rangka batang 1.0 di bawah batang vertikal itu (lihat juga gambar 9. 5. 2. f. di atas). Jikalau gava p
dengan batang tepi sejajar dengan diagonal yang turun naik seperti terlihat pada = 1.0 bekerja pada suatu titik simpul pada samping batang vertikal V1 yang kita
gambar 9. 5. 2. a. berikut: perhatikan, maka tidak ada gaya batang dan karena itu ordinat 4 = Q.
Pada konstruksi rangka batang dengan batang tepi bawah yang dibebani seperti
misalnya dapat dilihat pada gambar 9. 5. 2. a. di atas batang vertikal V6 dan Vp*1
Gambar9.5.2.a.sldl. menjadi batang tanpa gsya (batang noll dan karena itu juga ordinat goris pengaruh
4:0'
Sebagei kamungkinan keduc klta perhatikan suatu kon8trukei rangka batang
dengan diagonalnya naik (atau turun) semuanya, menurut gambar g. 5. 2. g.
berikut:
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi ba-
wah U1 Gambar9. 5.2. g. s/d l.
,7 /'fL,-.;E-
gaya batang tepi atas
Garis pengaruh pada la# O1
gaya batang diagonal
Dk*t Garis pengaruh pada
gaya batang diagonal
Dp
Garis pengaruh pada
gaya batang vertikal
Garis pengaruh pada
V* gaya batang vertikal
Vp dengan batang
Garis pengaruh pada gaya batang tepi dapat kita gambar rnenurut ketentuan tadi tepi bawah yang me-
(lihat gambar 9. 5. 2. b. dan c.). Karena titik k yang kita perhatikan menjadi juga nerima beban atau
suatu titik simpul, garis pengaruh menjadi suatu garis lurus sebelah kiri dan sebelah
kanan dari titik k itu. Tanda (+,-) pada garis pengaruh pada gaya batang tepi
- pada V*-'r dengan ba-
tang tepi atas yang
menentukan juga tanda gaya patang masing-masing. menerima beban
426
427
, //t
sama timbul pada u,iung masing-masinS pada konstruksi rangka batang ini yang
Garis pengaruh pada
dapat kita lihat pada gambar 9. 5. 2. a. di atas.
E.l gaya batang vertikal
Sebagai kemungkinan ketiga perhatikan suatu konstruksi rangka batang dengan
Vp dengan batang batarrg tepi sejajar dan dengan diagonal saja seperti terlihat pada gambar 9. 5. 2. p.
tepi atas yang mene-
berikut:
rima beban atau pada
V1*1 dengan batang
Gambar 9. 5. 2. p. s/d s.
tepi bawah yang me-
nerima beban
o/
IN gaya batang vertikal
Vo dengan batang
Garis pengaruh pada
gaya batang tepi atas
Q*
Gambor 9. 5. 2. m. e/d o tepi atas Yang mene-
rima beban , D----
i;.,,
*2[-]-----.__,!
Garis pengaruh paoa
Penentuan garis pengaruh pada batang tepi dan pada gaya batang diagonal V- I
,rrerrurut gambar 9. 5. 2. h. s/d k. di atas tidak mengalarni kesulitan dan dapat
fr I
___J gaYa batang diagonal
Dk
dilakukan seperti pada contoh konstruksi rangka batang dengan diagonal yang
turun naik pada gambar 9. 5. 2. a. dsb. Pada penentuan garis pengaruh pada batang tepi bawah pada konstruksi rangka
Penentuan garis pengaruh pada gaya baung vertikal harus seimbang dengan gaya batang ini harus diperhatikan pengaruh oleh beban yang tidak langsung, seperti
lintang Oseperti ditentukan pada rumus (9. 11.). Batang vertikal Vsekarang berdiri dibicarakan pada bab 9.2."4. Atas dasar ketentuan itu garis pengaruh antara titik
pada suatu titik simpul yang fuga menerirna beban. Fada titik itu gaya lintang O iuga
sirnpul k- 1 dan k + t harus menjadi garis lurus, seperti terlihat pada gambar 9. 5. 2.
mengubah nilainya. Timbul sekarang pertanyaan apakah pilai gaya lintang sebelah q. di atas.
kiri atau sebelah kanan dari tltik itu berpengaruh. Jawaban pertanyaan ini pada Pada penentuan garis pengaruh pada gaya batang diagonal O1 kita juga
konstruksi rangka batang dengan semua diagonal turun atau naik menjadi penting menghubungkan dengan garis lurus suatu bagian yang ada antara dua titik simpul
setali dan hanya mungkin jikalau batang tepi yang menerima beban sudah diten- pada batang tepi bawah. Karena itu garis pengaruh pada gaya batang diagonal
tukan. Dp* 1 menjadi sama dengan tanda ( +, - ) berlawanan.
Pada penentuan kita perhatikan potongan l-l menurut A. Ritter seperti digambar
pada gpmbor 9. 5. 2. g. di atas. Potongan l-l itu kena batang vertikal V1. Gaya lin-
tsng yanq borpengaruh ada pada bagian yang potongannya l-l dikenai batang tepi 9.5.3. Konstruksi rangka batang dengan batang tepi tidak
yang mone.fona beban. seiajar
Jikalau batang tefi yang menerima beban menjadi batang tepi bawah. maka garis
Penentuan garis-garis pengaruh pada konstruksi rangka batang dengan
pongaruh pada gaya batang vertikal Vs dapat dilihat pada gambar 9. 5,2. 1. di atas.
batang tepi tidak sejajar berdasarkan atas persamaan-persamaan penentuan gaya
Garis penganrh ini menjadi sama dengan garis pengaruh pada gaya batang vertikal
batang oleh beban yang vertikal dan yang tetap (mati).
Vpl pada batang tepi atas yang menerima beban.
Kemudian kita perhatikan suatu bagian konstruksi rangka batang dengan batang
Pada keiadian yang berlawanan kita perhatikan gambar 9. 5. 2. m. Pada batang ver-
tepi tidak sejajar seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. a. berikut. tlagian konstruksi
tikal V1*2 yeng di tengah-tengah konstruksi rangka batang ini kita perhatikan
rangka batang kita potong menurut potongan yang ditentukan dalam gambar 9. 5.
ketentuan-ketentuan pada konstruksi rangka batang dengan diagonal yang naik
3. a. dan perhatikan bagian sebelah kiri potongan itu.
turun dan mendapat hsil seperti terlihat pada gambar 9. 5. 2. n. Pendapatan yang
429
428
-r;-t., menurut rumus (9. 12.) dapat kita tentukan:
/ U cos0 --
ff o^" ocosy = -+
dan kemudian kita dapatkan:
Mo M,
Dcosy +
ho hu
Gambar9.5.3. a
Kita tentukan gaya batang tepi dengan syarat keseimbangan 2M : 0 dan sebagai
titik kutub kita pilih titik potong dua gaya batang yang lain seperti telah ditentukan
o: i* (eo, - *l (9.13.)
pada bab 4. 3. 3. Jumlah momen semua gaya luar selanjutnya kita tentukan sebagai
Atas dasar rumus (9. 13.) kita lihat, bahwa garis pengaruh pada gaya batang
M dengan index , pada batang tepi atas dan dengan index , pada batang tepi diagonal menjadi suatu superposisi atas dua garis pengaruh yang sudah diketahui
bawah. seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. e. berikut.
Kita dapat menentukan: Karena penentuan dan gambaran garis pengaruh ini menjadi agak rumit, maka
dapat kita hitung gaya batang diagonal dengan cara lain juga.
Mo-Uro:Q Mr+ Orr=g Kita memperhatikan gambar 9. 5. 3. b. berikut dengan potongan yang telah diten-
tukan. Dengan titik potong i bagi dua batang tepi konstruksi rangka batang ini
rodan rrdapat kita tukar dengan: sebagai titik kutub kita menentukan syarat keseimbangan ZM, : g.
Jikalau sekarang suatu gaya P: 1.0 membebani bagian konstruksi rangka batang
ro = hocosA r,, = hucosy yang sebelah kanan dari potongan kita dapat menentukan syarat keseimbangan
pada bagian kiri (tanpa beban) konstruksi rangka batang ini sebagai:
kemudian persamaan pada gaya batang tepi dapat ditulis demikian rupa, sehingga:
tepi pada konstruksi rangka batang dengan tepi yang sejajar dan dengan tepi yang yang menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan RB Yang dikalikan dengan
tidak sejajar menjadi sama, hanya dengan memperhatikan jarak r yang menggan- bp/r6p, seperti terlihat pada gambar 9. 5. 3. f. berikut. Pada bagian beban yang
tikan ketinggian konstruksi rangka batang h. tidak langsung kita hubungkan garis pengaruh dengan suatu garis lurus.
Gaya batang diagonal dapat kita tentukan dengan syarat keseimbangan ZH : 0 Konstruksi garis pengaruh pada gaya batang diagonal Dp dapat diperiksa karena
dengan hasil seperti berikut: dua garis miring dari garis pengaruh harus mempunyai titik potong pada titik kutub i
dengan bukti seperti berikut:
Dcos<p+Ucosfi+Ocosy=Q dp : ak: bp
Dk
fa* fa*
430 -: 431
Sedang pers{rmaan penentuan gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang Pada penentuan gaya batang yang vertikal, sebagai keterangan kita perhatikan per-
dengan batang tepi seiaiar berbeda menurut benruk diagonalnya maka penentuan tama suatu konstruksi rangka batang dengan diagonal yang turun naik rnenurut
gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengnn batang tepi tidak seja- Gambar 9. 5. 3. S. berikut:
jar menjadi lebih rumit lagi. Biasanya gaya batang vertikal hanya dapat ditentukan
dengan suatu potongan lingkaran, keliling tilik simpul yang diperhatikan, seperti
terlihat pada gambar 9. 5. 3. g. berikut. Persamaan percntuan gaya batang vertikal
terdiri dari beberapa bagian yang berarti, bahwa garis pengaruhnya kita dapatkan
dengan superposisi.
i---#-
\:-
v;t/'
Gambar 9. 5. 3. g
Vx
- P* - U1 sin A* + U**rsin p1*, : 0
dua kemungkinan
e) - Vx., - -P*-, A*.rsin y1-, + Olsin 7* = g
menggambar garis Vkl + Pk-l f 01-1 CoS),1-1
- tan y1-1 - O1 cos yk tanyk = 0
pengaruh pada gaya
batang diagonal D o1-1 cosy/<.r = -- +*-
h*-, Op cos yk : -!&'L
l.hr'w1q h*-,
Dr
,a
Jikalau tidak ada gaya yang bekerja pada titik simpul yang kita perhatikan P = 0
rumus (9. 14.)dan (9. 15.)menjadi rumus (9. 11.)jikalau batang tepi menjadi seja-
Gambar9. 5. 3. b. s/d f. jar, karena Dr = O, |x-r : 0,/t-r : 0 dan y1 = 0. Ketentuan ini mernbuktikan,
432 433
r
bahwa garis pengaruh pada gaya batang vertikal betul-betul menjadi suatu super-
posisi dari dua garis pengaruh yang sudah diketahui. R.q-lPx t A*nrsinyl*, + U1 sin Dr- V* =0
Jikalau kita perhatikan kemudian suatu konstruksi rangka batang dengan diagonal
berarah sama seperti terlihat pada gambar g. s. 3. h. berikut dan dengan batang
or - &o t6n ytr*1 * ff rrnr1x - vt : o
k
RA- Z Pp + opsinyp * Uk*rsinpl*, + Vk:O
1
Gambar 9. 5. 3^ i.
Jikalau batang tepi atas menerima beban, maka kita harus memperhatikan gaya lin-
tang 01*1 pada bagian kanan konstruksi rafigka batang yang terpotong. persa-
maan gaya batang vertikal V1 kemudian dapat kita tentukan seperti berikut:
Gambar9.5.3. h.
Sistim dasar
Batang tepi bawah
yang menerima beban: V1 = . (tan y1 Garis pengaruh pada
- ak *, + - tan B1., 1)
gaya batang vertikal
(9. 16.
Batang tepi atas
)
iantt,.,1 V1 menurut rumus-
: - At + Mk -fftorD, rumus:
yang menerima beban: V* (tany1 tanBl*1)
hk -
(9.14.)
Jikalau kita memperhatikan selaniutnya suatu konstruksi rangka batang dengan
diagonal berarah sesama seperti terlihat pada gambar g. S. 3. i. berikut dan dengan
batang tepi bawah yang menerima beban, dapat kita tentukan: (9. 15.1
434
435
r
(9. 16.1 0,!
dengan batang tepi
At
,* EI
bawah yang meneri-
ma beban
---.*.--J Garis pengaruh pada gaya batang vertikal V1
(9. 16.) dengan batang tepi bawah yang menerima
beban
dengan batang tepi
Itan 7, - tan Br-r)
atas yang menerima
beban
437
436
r
diagonal. Pada konstruksi rangka batang dengan diagonal saja kita harus 1. Penentuan garis-garis pengaruh pada gaya batang tepi bawah (lihat gambar
memperhatikan beban yang tidak langsung. Garis pengaruh menjadi suatu garis 9. 5. 5. 'l . b. s/d e. berikut):
lurus antara dua titik simpul.
4. Pada konstruksi rangka batang dengan tepi tidak sejajar dapat kita tentukan: Batang Uldan U7 menjadi batang nol. Pada U2dan U3 momen pada tumpuan ,4
Garis pengaruh pada gaya batang tepi kita dapatkan dengan membagi garis yang berpengaruh. Garis pengaruh pada gaya batang Uq, Usdan U6 berdasarkan
pengaruh pada momen lentur dengan ordinatnya 4 dengan jarak r yang siku- pada momen lentur pada sistim dasar pada titik simpul yang berhadapan. Juga
siku antara titik simpul (kutub) dan batang tepi berhadapan. Garis pengaruh pada batang Uc, Us dan U6 harus kita perhatikan pengetahuan tentang beban
pada batang diagonal kita dapatkan dengan superposisi dua garis pengaruh yang tidak langsung.
yang sudah diketahui atau dengan bantuan penentuan gaya batang menurut A.
Ritter. batang Uz = Ut:
Penentuan garis pengaruh pada gaya batang vertikal menjadi beraneka warna
menurut cara pemasangan diagonal-diagonal, menurut batang tepi yang mana 4o: -
a1
n,
= _:j = _2,000
yang rnenerima beban dsb. Hanya pada konstruksi rangka batang dengan
diagonalnya yang turun semua atau naik semua, dapat kita menggunakan
pengetahuan penentuan gaya batang menurut A. Ritter.
batang Uo :
xqX'q 6.0.15.0
9.5..5. Contoh-contoh lh
=
21,0.3.0
= 1,428
Contoh 1: Pada suatu derek berkonstruksi rangka batang portal menurut gambar
9. 5. 5. 1. a. berikut dicari garis-garis pengaruh pada gaya batang masing- 4o = - 4a: - 1,428 tto: -1,428#: -0,286
masing.
h: 1,428ffi : o,zr+ ns: 1,428H: 't,141
batang Ur:
qe :-ifx{'a =ffi
12,0.9.0
=1,714
batang Ur:
Gambar 9. 5. 5. 1 . a. x{'a
th
= #f,:f, = 0,8s8
Penyelesaian:
Karena kita hanya memperhatikan gaya-gaya yang sejajar anting, reaksi tumpuan
masing-masing menjadi vertikal dan reaksi tumpuan H = O dan karena itu gaya
4o= -0,*#= -0,286 4ro =- 0,858
batang D : Ojuga.
438
439
b) Garis pengaruh pada gaya batang lJz = lJi
n,.-ry:;*=1,0s2 4r=0
batang O2:
n,=+=#=1.ooo 4r=0
c) Garis pengaruh pada gaya batang Ua:
batang Ot = 0e:
4r=- *=-HH:-o,Bse
batang Os = Ao:
n,n=f=*3 =t,*
e) Garis pengaruh pada gaya batang U6:
Gambar9.5. 5. l. b. s/d e.
g) Garis pengaruh pada gaya batang 02:
rll
?. Penentuan garis-garis pengaruh pada gaya batang tepi atas (lihat gambar
9. 5. 5. f. s/d l. berikut):
I
Pada batang O1 dan O2\ang berpengaruh adalah momen lentur pada titik simpul 1
pada konsole. Garis pengaruh pada gaya batang O3 s/d 06 berdasarkan pada h) Garis pengaruh pada gaya batang 03 = Oa,:
momen lentur pada sistim dasar, dan batang O9 dan 01g kita perhatikan momen
pada tumpuan 8.
batang Or:
3.0
COSY = = 0,95 r = hcosy:3,0.0.95 :2,85
/tot+ 1,o- Gambar9.5.5.1. f. s/d h.
440 441
i) Garis pengaruh pada gaya batang 05 = 06: batang D2:
D=
srn (p
= stn
-l! g = 1,414 4o: 4t = 1,414 4r : o
=:=
Antara titik simpul 1 dan titik simpul 2 harus kita perhatikan beban yang tidak
langsung.
1,0
4a = - 4r:;;; *- r/T: t,+t+ cp = 45o
,,:nol=1,414ffi=o,4o4
batang D1:
1 I M,
o= cos(p Mo I r____v
hu - ho
' '
1 = \raTi@-:1,2o o) Garis pengaruh pada gaya batang D3:
---;
cos g 3,0 R
:r
karena mornen lentur Mo = 0 dapat kita tentukan:
M2 443
p) Garis pengaruh pada gaya batang -Dt = Dd Karena batang tepi atas tidak menerima beba'n, rnaka Pl = 0 dan kemudian iuga
Iz=0danselanjutnYa:
vr=
:l
e ffant, tanrr = $ = O,aSa
r) Garis pengaruh pada gaya batang - Da = Ds: t) Garis pengaruh pada gaya tratang V 1:
444 M5
2. Penentuan garis pengaruh pada gaya batang O:
hs : 7,56 + 12 (8,0
- 7,56) : 7,78m
Karena pada batang u harus kita perhatikan pengaruh oleh beban yang tidak
langsung, maka kita tentukan:
t/m
nt: r,arffi= 1,058
5.?0
n5= 1,41ffi='t,ztz
Selanjutnya kita harus mencari penempatan kereta api yang paling tidak mengun-
tungkan sistimnya. Kita memilih jarak-jarak tsb. seperti terlihat pada gambar g. 5. 5.
2. b. berikut.
Garis pengaruh pada gaya batang O Gambarg.5. S.2. c.
-1
Uo= 2,01
712,0.
1,058 + 8,0,11fi,058 + i2i2t + ,28,0.1,232t 3. Penentuan garis pengaruh pada gaya batang D (lihat juga gambar
9. 5. 5. 2. d. sld f. berikut):
Uc = 2.0 (6,35 + 9,16 + 17,24t = 2,0.32,75: 65,6t
Kita tentukan pertama titik potong batang tepi bawah dan batang tepi atas dan
Up : 12,5(0,352 + 0.49t + 0.635 + 0J76 + 0,917) + 5,2(9,16 + jarak siku-siku titik potong itu ke batang diagonal D yang kita perhatikan.
17,241
Up = 12,5.3,174 + 5,2. 26,4 = 39,6 + i37,2 = 176,8 t
hoA
a::ho= la1 +ll:h, di =
hr- ho
4.
hz : ho * lt;!t rr*z: 4,0 +
4.O
48fr,
8,0'210,0 : 6,22m
4,0.8,0 :14,4m :
Garis pengaruh pada gaya batang U ai=
2,22
bi ai + I = 14,4 + €,0 + uE,0:62,4m
Gambar9.5.5.2. b.
446 M7
Jarak 16 dapat kita tentukan dengan mudah karena dua segitiga yang di-arsir pada
gambar 9. 5. 5. 2. d. menjadi sebangun. Karena itu r4 rnenjadi 15.5 m. Ordinat-
9.6. Garis pengaruh pada balok terusan
ordinat 4 pada reaksi tumpuan masing-masing kemudian menjadi: Pengetahuan dasar
9.6. 1.
14'4 Sampai saat ini kita hanya memperhatikan dan menentukan garis
qo= d;
a= 15,5
= o.g3o n,=*=W=4,02 pengaruh pada sistim statis tertentu. Sesudah kita ketahui beberapa ordinat 4 yang
penting, maka garis pengaruh sudah dapat digambar.
Penentuan penempatan kereta api yang paling tidak menguntungkan sistimnya
Garis pengaruh pada sistim statis tidak tertentu menjadi bukan garis lurus, melain-
dapat kita lihat pada gaya batang D maksimal (gambar 9, 5. 5. 2' e. ) dan pada gaya
kan garis bengkok. Penentuan ordinat-ordinat 4 pada urnumnya nremerlukan
batang D minimal (gambar 9. 5. 5. 2. f . )
banyak pekerjaan dan perhitungan sampai garis pengaruh itu dapat digambar.
Pada gambar9.6. 1. a. berikut dapat dilihat garis-garis pengaruh pada suatu balok
Ds = z,o( o,sss ' 6.ao
| -:-
} o,osz ' 41,60} - *26,84 t
terusan. Kita melihat, bahwa terutama pada bagian balok terusan dengan nilai yang
kita cari, bentuk garis pengaruh, walaupun melengkung, meniadi sebangun dengan
Dpnnx = 12,5(0,067 + 0,201 + 0,335 + 0,1121 = +8,941 garis-garis pengaruh pada balok tunggal. Oleh karena itu, pengetahuan garis-garis
pengaruh pada balok tunggal dapat membantu tanggapan kita pada penentuan
Dpmin = -12,51O,4g7 + 0,697
+ 0,666 + 0,636 + 0,605) garis pengaruh pada balok terqsan.
1
e)
Garis pengaruh pada
momen lentur M pa-
da titik sembarang m
48 449
Garis pengaruh pada
momen pada tumpu-
anB
450 451
Atas dasar penentuan-penentuan di atas dapat kita menentukan garis elastis pada bab 6. 3. 3. contoh 2 (lihat gambar 6. 3. 3. f. dan 9. 6. 4. 1. d.) dan dengan hasil
reaksi tumpuan yang statis berlebih X t , X z , - . X n ' Tinggallah kemudian penen- reaksi tumpuan masing-masing dapat digambar diagram gaya lintang (lihat gambar
tuan garis pengaruh pada reaksi tumpuan, momen lentur dan gaya lintang. 6. 3. 3. g. dan 9. 6. 4. 1. e. berikut):
Pada penentuan garis-garis pengaruh kita gunakan cara yang sama. Garis pengaruh
pada reaksi tumpuan ,4 kita dapatkan oleh superposisi ordinat garis pengaruh ,94p.
dengan Ra1, \anQ dikalikan dengan ordinat garis pengaruh pada X1, dengan Ra2
yang dikalikan dengan ordinat garis pengaruh pada X2 dsb. Pada penentuan ini Ra7
menjadi reaksi tumpuan oleh X7 -- 1.0, Rnz menjadi reaksi tumpuan oleh X2 : 1'0
dsb. Sebagai ringkasan dapat kita katakan, bahwa garis-garis pengaruh pada balok
terusan atau pada sistim statis tidak tertentu yang lain terdiri dari bagian-bagian
seperti berikut: /-J
1. ordinat garis pengaruh pada sistim dasar (balok tunggal dsb.) dengan nilai r=r:1"
Ra6, Asdan Ms.
2. Ordinat garis pengaruh pada reaksi tumpuan yang statis berlebih Xt, Xz
.. . Xndanyangdiakibatkan olehXT = 1'0, Xz: 1.0, .'..' Xn : 1'0pada
titik yang kita perhatikan dan yang harus dikalikan dengan Rnr, Raz, ..."
R4naldu Mr, Mz, . Mnatau Q1, Qz, ..... Qu'
Kita melihat bahwa pemborosan perhitungan untuk penentuan garis-garis
"l':
Hfr,
-: Yz'
pengaruh pada sistim yang statis tidak tertentu menjadi besar sekali. a
$
Akan tetapi kalau kita memperhatikan cara perhitungan ini kita dapat melihat,
bahwa caranya menjadi sebetulnya sama seperti pada perhitungan balok terusan
secara grafis dengan menggunakan slstim titik potong (lihat bab 6.3.).
/t -1,_l
453
452
2. Penentuan garis-garis pengaruh pada balok terusan dengan beban yang a/
tadak tetap (bergerak):
Supaya penentuan garis-garis pengaruh yang menjadi garis lerigkung menjadi
AQ2-auqk0r
I
J',6
Qz-+ utk0u H7
y'
Q2:a'utl.<
6'
Ht-
bt S,
/Q2:a'utk0r
J"'4' J, K
H r
seteliti mungkin, biasanya bagian balok terusan masing-masing dibagi sepuluh. rlJ 7
Pada contoh berikut, lihat gambar 9. 6. 4. 3. a. s/d g. kita hanya membagi empat 4 1t3'utk llt Ia
n2-4 ct'qr:r,utk ll,
supaya gambar tidak menjadi terlalu rumit.
Seperti pada beban tetap kita pertama menentukan titik potong J, J', J'dsb. dan
K, K', K'dsb. (lihat garnbar9.6.4. 1. b.). Kemudian kita menggulingkarr suatu
gaya P - 1.0 pada seluruh panjangnya balok terusan ini. Gaya P = 1.0 selalu
berhenti sebentar pada msing-masing titik yang kita tentukan tadi. Pada tiap-tiap
perhentian ini kita menggambar diagram momen Mo (lihat gambar 9. 6. 4. 3. a. dan
b.). Diagram momen itu dapat digambar dengan bantuan potongan garis ber-
silang, lihat juga gambar 6.2.2. c. pada bab 6. 2. 2.
/Qsts'utkQ5
Karena contoh ini menjadi simetris, cukup jikalau digambar garis pengaruh pada
15'-n,utkl,ft
\
bagian pertama dan kedua.
3. Garis pengaruh pada mornen lentur: Z'
Jikalau kita mau menggambar garis pengaruh pada momen lentur pada titik sem- tl zioislo'
45:-s'utk ll7 utk l/3
barang 3 (M3) kita rnengukur dari diagram momen pada titik 3 semua nilai42sld4a
yang sebagai ordinat garis pengaruh kita gambar pada tiap-tiap titik. misalnya 42 knt4e-eutku'
pada titik 2, 16 pada titik 3 dsb. Ujung-ujung ordinat ini dihubungkan dengan garis
lengkung dan mendapat garis pengaruh pada momen lentw M3 (lihat gambar 9. 6.
4. 3. a. dan c.)
Cara ini berlaku pada bagian balok terusan yang diperhatikan. Pada bagian-bagian
yang lain kita mengukur nilai ordinat 46 si d 49 antara garis sumbu balok terusan dan
garis penutup dari diagram momen (lihat gambar 9. 6. 4. 3, b. dan c.). Karena balok
terusan pada contoh ini menjadi simetris nilai ordinat 42'sld
'.i4'dan 46's/d 49'
il,S*,s s
dapat diambil pada titik 3'sebelah kanan (lihat gambar 9. 6. 4. 3. a. dan b.).
'S-s +x:
Maka dapat kita lakukan penentuan garis pehgaruh pada momen lentur M7.
Kita lihat, bahwa penentuan momen maksimal kita dapatkan jikalau semua beban
Garis pengaruh pada momen lentur M3
berada pada satu bagian dari balok terusan, dan bagian sebelah kiri sena bagian
sebelah kanan tinggal kosong. Pengaruh suatu gaya atau beban atas bagian ketiga
sudah hampir menjadi nol.
Yang harus kita perhatikan dengan khusus ialah suatu titik sembarang (9) yang
berada antara suatu titik potong (K) dan suatu tumpuan (C2l seperti terlihat garis
pengaruhnya pada gambar S. 6. 4. 3. a. berikut. Nilai momen maksimal kita
dapatkan pada suatu beban merata terbatas. Sebagai garis putus pada gambar itu
Garis pengraruh pada mornen lentur lVfi
dapat dilihat garis pengaruh pada momen lentur pada titik potong K'.
Pada penentuan garis pengaruh pada momen tumpuan Mlkita dapat mengukur 42'
s/d qa' dan 46' s/d qe' pada C3 (lihat gambar 9. 6. 4. 3. f.). Pada penentuan garis
pengaruh pada momen tumpuan Mil kita dapat mengukur semua ordinat 4 pada
tumpuan C2 (lihat gambar9. 6.4. 3. a., b. dan g.).
Kita lihat. bahwa penentuan momen maksimal kita dapatkan iikalau semua beban
berada pada bagian sebelah kiri dan kanan pada tumpuan yang kita perhatikan.
Bagian-hagian sesudahnya sebaiknya ditinggalkan kosong. Garis pengaruh pada momen lentur M9
454 455
7
89t0g',g',
' ./;
Garis pengaruh pada momen tumpuan Mg
+
+
\ s
RS
\
4. Garis pengaruh pada gaya lintang: R-'
Re
Pada penentuarr garis pengaruh pada gaya lintang (lihat gambar 9. 6. 4. 4. a. s/d f
berikut) kita sebaiknya mernperhatikan suatu balok tunggal (lihat bab 9. 2. 2.1 dan
.
\
s.
mengingat, bahwa dua momen tumpuan menurut perbandingan nilainya dan tanda Garis pengaruh pada gaya lintang 07
(+,-) mengakibatkan suatu tambahan atau kurangan pada gaya lintang atau -t/
reaksi tumpuan menurut rumus (6. 16.) dan (6. 17.) yang kemudian dapat ditulis
seperti berikut:
456 457
I
5. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan:
Penentuan garis pengaruh pada reaksi tumpuan menjadi sebetulnya suatu garis
pengaruh pada gaya lintang pada suatu titik tumpuan. Garis pengaruh pada reaksi
tumpuan sebetulnya juga dapat ditentukan dengan melankaui tumpuan yang
[*ampiran
diperhatikan, dan memasang suatu gaya P = 1.0 yang membebani balok terusan
pada titik tumpuan itu. Sekarang kita tentukan garis elastis pada balok terusan itu
dan garis elastis ini menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan itu. (Syarat dari
Land. ). l. 1. Rumus-rumus yang penting
1.1.1. Rumus-rumus yang penting pada bab 1. Penge
I Garis pengaruh pada reaksi tumpuan,4
tahuan dasar
Nomor: Uraian rumus: Halaman:
8 Garis pengaruh pada reaksi tumpuan Cr
(1.1.) Penghubung antara tegangan yang timbul dan tegangan yang
diperbolehkan 20
11.2.1 Syarat Hook 20
I Garis pengaruh pada reaksi tumpuan C2
(1. 3.) Penentuan dasar suatu gaya P 22
(1.4.) Penentuan dasarsuatu gaya P 22
Gambar9.6.4.5. a.
(1.5.) Hubungan antara nilai dari ilmu ukur dan nilai dari mekanika teknik
(statika) 22
(1. 6.) Penentuan resultante pada dua gaya 24
(1. 7.) Penentuan resultante pada dua gaya 25
(1. 8.) Syarat tangkai pengungkit 30
(1. 9. ) Fersamaan momen pada gaya yang sejajar 30
(1 . 0. )
1 Penentuan resultante pada beberapa gaya yang tidak sejajar 32
(1.11.) Tiga persamaan untuk membagi suatu resultante r9 atas tiga garis
kerja 33
11 . 12.1 Syarat persantaan momen Ritter v
(1. 13.l Momen dari satu gaya 35
(1. 14. ) Momen dari kumpulan gaya 36
(1. 15.) Syarat-syarat keseimbangan gaya 38
(1. 16.) Syarat-syarat keseimbangan momen 39
11 . 17.1 Syarat-syarat keseimbangan gaya dan molnen 39
458
r
(2. 6. ) Momen lembam pada sistim koordinat berpindah 50
t2. M.t Penentuan ),iapada topang ganda konstruksi baja 88
Q.7.1 Momen lembam pada sistim koordinat pada titik berat 51
Q.49.1 Penentuan t4pada topang ganda konstruksi kayu 90
(2.8.\ Momen lembam pada segiempat pada titik berat (x, y) 5'l (2.50.) Penentuan tegangan omax pada tiang terbengkok 92
(2. 9. ) Momen lembam pada segiempat pada sisi-sisi (x', y') 51
Q.5"t.l Hubungan antata a* yang sebenarnya dan orft yang diperbolehkan
(2. 10.) Momen lembam pada segitiga 51 pada tiang terbengkok 92
Q.'11 .l Momen lembam pada trapesium pada sisi bawah
(x1 52 t2.52.t Hubungan antara o,1 yang sebenarnya dan or1 yang diperbolehkan
12. 12.1 Momen lembam pada trapesium pada titik berat
(x) 52 pada tiang yang tertekan eksentris o2
(u, v) 53 (2.53.) Hubungan antara o6 yang sebenarnya dan or1 yang diperbolehkan
12. 13.1 Koordinat u dan v pada sistim koordinat terputar
12. 14.1 Momen lembam pada sistim koordinat terputar (u, v) 53 pada tiang dengan beban lintang 95
(2. 15. ) Momen lembam pada sistim koordinat terputar (u, v) il
(2. 16. ) Sudut putar a pada sistim koordinat terputar il
12. 17.1 Momen lembam utama /1 dan /2
55
(2. 18.) Syarat-syarat perseimbangan gaya luar dan gaya dalam 58
t.1.3. Rumus-rumus yang penting pada bab 3.
(2. 19.) Persamaan penguluran pada potongan yang datar 59
Konstruksi batang
12.2O.l Tegangan o pada penguluran yang datar dan Etetap 60
461
460
1.1.4. Rumus-rumus yang penting pada bab 4. (6. 16.) Balok terjepit: menentukan gaya lintang 2@
Konstruksi rangka batang (6. 17. )Balok terjepit: menentukan reaksi pada tumpuan 261
(6. 18.) Balok teriepit dengan beban merata: momen maximal 261
(4. 1.) (6. 19. )Balok terjepit derorgan gaya pusat: mo{nen maximal 261
Persamaan keseimbangan pada rangka batang 179
14.2.t Penentuan konstruksi rangka batang yang statis tertentu
(6. 20. )Balok terjepit: menentukan lendutan f b2
179
(4.3.) Penentuan gaya batang tepi atas O menurut Rhter 187
(6. 21 .)Balok terjepit dengan beban merata: lendutan maxirnal 2f,2
(4.4.) Penentuan gaya batang tepi bawah U menurut Rifter {'6.22.1 Balok terjepit dengan gaya pusat: lendutanmaxirnal 263
187
(4.5.) Penentuan gaya batang diagonal D menurut Ritter 188
(6. 23. )Balok terjepit sebelah: momen jepitan kalau a = 0 263
i6.24.1 Balok terjepit sebelah: momen jepitair kalau a ) 0 243
(6. 25. )Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
momen jepitan 2U
!.1.5. Rumus-rumus yang penting pada bab 5. (6. 26. ) Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
Alat-alat sambungan momen maximal 2U
i.6.27.1 Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
(5. 1.) Beban yang diperkenankan satu keling atau baut terhadap tegangan gaya lintang 2M
geser 204 (6. 28. ) Balok terjepit sebelah dengan beban merata:
(5.2.) Beban yang diperkenankan satu keling atau baut terhadap tekanan reaksi pada tumpuan 2U
(5.3.)
dinding lobang 204 (6.29.) jepitan
Balok terjepit elastis: momen 265
Gaya lintang A6pada topang ganda dari baja 223 (6.30.) Jarak titik potong a ffi
(5.4.) Gaya pergeseran fpada topang ganda dari baja ?23 (6.31.) Jarak titik potong b 267
{5. 5. ) Momen M pada topang ganda dari baja 224 (6.32.) Perhitungan momen jepitan dengan jarak titik potong 267
(5. 6. ) Tegangan normal o6 pada gigi tunggal 227 (6.33.) Perhitungan momen pada titik potong J dan K 28
(5.7.) Tegangan geser r pada gigi tunggal 227 (6.34.) Potongan K dan K' pada garis bersilang 268
(6. 35. ) Jaraktitikpotong adanb dengan/tetap 269
(6.36.) Perhitungan momen pada titik potong dengan /tetap 269
t. 1.6. Rumus-rumus yang penting pada bab 6. (6. 37. ) Jarak titik potong pada balok teriepit 270
Balok terusan (6.38.) Jarak titik potong pada balok terjepit dengan / tetap 270
t6.39.) Jarak titik potong pada balok tunggal 271
Nomor: Uraian rumus: halaman: (6.40.) Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan elastis 272
(6.1.) Balok terjepit: persamaan elastis 2il (6.41.) Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan yang kaku 272
(6. 2. ) Balok terjepit: momen jepitan 255 $.42.t Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada engsel 272
(6.3.) Balokterjepit: momenjepitan o = D : 0 255 (6.43.) Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan elastis 273
(6.4.) Perhitungan sudut tumpuan oleh Mt : 1 255 (6. 44. ) Perhitungan ukuran jepitan sendiri pada jepitan elastis 273
(6. 5. ) Perhitungan sudut tumpuan oleh M2 =l 256 (6. 45. ) Perhitungan ukuran jepitan asing 273
(6. 6. ) Persamaan sudut tumpuan 256 (6.46.) Jarak titik potong a' dan b' pada balok terjepit elastis 276
(6.7.) Balok terjepit: momen jepitan 256 $.47.t Jarak titik potong a' dan b' pada balok terjepit 277
(6.8.) Balokterjepit: momenjepitan a = 0 = 0 256 (6. 48. ) Jarak titik potonq a' dan b' pada balok tunggal 277
(6.9.) Balok terjepit dengan beban merata: sudut tumpuan 257 (6. 49. ) syarat persamaan rrga mornen (clapeyron) 283
(6. 10.) Balok terjepirdengan beban merata: momen jepitan 257 (6. s0.) Penentuan angka kekakuan batang k 289
(6. 11.) Balok terjepit dengan gaya pusat: sudut tumpuan 258 (6. 51.) Perhubungan antara momen distribusi dan angka kekakuan batang 289
(6.12.) Balok terjepit dengan gaya pusat: momen jepitan 258 (6.52.) Penentuan koefisien induksi y 289
(6. 13. ) Balok terjepit dengan dua gaya: sudut tumpuan 259 (6. s3.) Penentuan koefisien induksi y pada balok dengan /tetap 290
(6. 14.) Balok terjepit dengan dua gaya: momen jepitan 259 (6. s.) Perhitungan momen jepitan pada balok terjepit sebelah 291
(6.15.) Balok terjepit: menentukan momen pada titik x 2ffi (6. 55. ) Penentuan angka kekakuan batang k' pada balok terjepit sebelah 291
462 463
r-
(6.56.) Penentuan koefisien induksi y pada balok terjepit sebelah 292 Hasil pengintegralan pada kerja virtual:
(6.57.) Balok terusan dengan beban merata: momen maksimal pada satu 18.12.t Bidang limas - bidang sembarang 352
295 (8. 13.) Bidang limas - bidang limas 352
bagian
(8. 14.) Bidang limas - bidang segiempat 353
(6.58.) Merendahkan ketinggian puncak momen pada momen yang negatif
299 (8.15.) Bidang segiempat - bidang segiempat 353
(
- ) di atas tumpuan pada konstruksi beton bertulang. (8.16.) Bidang segitiga - bidang segiempat 353
(8.17.) Bidang segitiga * bidang segitiga sejajar 354
1.1.7. Rumus-rumus yang penting pada bab 7. (8. 18.) Bidang segitiga bidang segitiga tidak sejajar 3il
Konstruksi portal -
(8. 19.) Syaratdari Betti 355
17. 1.1 Momen jepitan M;ppada penurunan tumpuan pada balok terjepit 322 (8.20.) Syaratdari Maxwell 356
17.2.1 Momenjepitan Mppadatumpuanpadabalokterjepitsebelah 322 (8.21.) Syaratdari Castigliano 357
(7.3.) Faktor pengikat t' pada gaya pengikat horisontal pada konstruksi 8.22.1 Syaratdari Mohr tentang lengkungan k 357
yang goyah 326 (8.23.) Syaratdari Mohr tentang persamaan garis lengkung 357
17. 4.1 Momen jepitan pada konstruksi yang goyah dengan perhatikan faktor t8.24.t Syaratdari Mohr 358
pengikat! 326 (8.25.) Pergeseran dan perputaran pada konstruksi batang 3s9
(7.5.) Perbandingan antara momen jepitan pada konstruksi portal dengan (8.26.) Persamaan kerja pada konstruksi rangka batang pada prakteknya 369
panjangnya kaki berbeda dan yang terjepit pada tumpuannya 329 t8.27.t Penentuan bobot-beban W I pada konstruksi batang 373
(7.6.) Perbandingan antara momen jepitan pada konstruksi portal dengan (8.28.) Bobot-beban Wopada tumpuan kiri 374
panjangnya kaki berbeda dan yang berengsel pada tumpuannya 329 (8.29.) Bobot-beban Wnpada tumpuan kanan 374
(7.7.1 Perbandingan antara momen jepitan pada konstruksi portal dengan (8.30.) Bobot-beban Wppada momen lembam /tetap 374
panjangnya kaki berbeda dan yang terjepit sebelah dan (8.31.) Bobot-beban Wopada /tetap, pada tumpuan kiri 374
berengsel menYebelah 330 (8.32.) Bobot-beban Wrpada /tetap, pada tumpuart kanan 374
(7.8.) Penentuan gaya pengikat horisontal rl = 0 pada konstruksi portal (8.33.) Bobot-beban Wppada konstruksi rangka batang 381
bertingkat pada tingkatsatu 333 (8.34.) Bobot-beban W p pada konstruksi rangka.batang 381
(7.9.) Penentuan gaya pengikat horisontal Frr : 0 pada konstruksi portal (8.35.) Bobot-bieban Wppada diagonal yang naik 382
bertingkat pada tingkat dua 333 (8" 36.) Bobot-beban Wppada diagonal yang turun 383
(7. 10.) Penentuan momen M pada konstruksi portal bertingkat 333 (8.37.) Bobot-beban Wp pada diagonal yang naik pada konstruksi rangka
batang dengan tepi sejaiar 383
(8.38.) Bobot-beban Wp pada diagonal yang turun pada konstruksi rangka
r. 1.8. Rurnus-rumus yang pentang pada bab 8.
batang dengan tepi sejajar 383
Perubahan bentuk elastis
(8. )
1. Persamaan keseimbangan kerja virtual 344
(8. 2. ) Persamaan keseimbangan kerja virtual dengan giliran terbalik 345
r. 1. 9. Rumus-rumus yang penting pada bdb 9.
(8. 3. ) Kerja virtual dalam oleh gaya normal 346
Garis pengaruh
(8.4.) Kerja virtual dalam oleh momen lentur u7
(8. 5. ) Kerja virtual dalam oleh perubahan suhu seragam u7
(8. 6) Kerja virtual dalam oleh suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi (9.1.) Reaksi tumpuan oleh kumpulan gaya P dengan garis pengaruh 392
bawah u7 (9.2.) Reaksi tumpuan oleh beban merata g dengan bidang pengaruh 392
(8. 7) Kerja virtual dalam oleh gaya lintang 3A ((9.3.) Luasnya bagian (+)atau bagian (-) pada bidang pengaruh pada
(8. 8) Persamaan kerja pada konstruksi batang w beban yang tidak langsung 398
(8.9.) Persamaan kerja yang diperpendekkan pada konstruksi batang 349 (9.4.) Luasnya bidang pengaruh seluruhnya pada beban yang tidak
(8. 10.) Persamaan kerja pada konstruksi rangka batang 350 langsung 398
(8.11.) Persamaan kerja yang diperpendekkan pada konstruksi rangka (9.5.) Gaya normal pada titik x pada konstruksi busur tiga ruas dengan
batang 350 beban tetap 416
465
M
(9.6.) Gaya lintang pada titik x pada konstruksi busur tiga ruas dengan t.2. 1. Penentuan titik berat pada bidang yang datar
bebasan tetap 416
(9.7.) Gaya normal pada titik x pada konstruksi busur tiga ruas dengan
beban tetap 420
(9.8.) luasnya F jarak titik berat e
Gaya lintang pada titik x pada konstruksi busur tiga ruas dengan Bentuk
beban tetap 420
) Gaya batang tepi pada konstruksi rangka batang dengan tepi sejajar
(9. 9. 421 Persegi-empat
ESH
(9. 10.) Gaya batang diagonal pada konstruksi rangka batang dengan tepi F:a'b
sejajar 425 dengan sama sisi: e:,
(9.11.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan tepi F=a2
,ffi
sejajar 425
1.9.12.1 Gaya batang tepi pada konstruksi rangka batang dengan tepi tidak
seja.jar 430 Jajaran
(9. 13.) Gaya batang diagonal pada konstruksi rangka batang dengan tepi F:a'h h
tidak sejajar 431
n : /6t-.t "= i
(9. 14.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan diagonal
turun naik dan tepi tidak sejajar 433
(9. 15.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan diagonal
*ffi
turun naik dan tepi tidak sejajar 433
Trapesiurn
(9. 16.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua
h a+2b
diagonal berarah sesama dan tepi tidak sejaiar 434
F: a+b.
_ n:m.n -
A-:--
3 a+b
(9. 17.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua 2
diagonal berarah sesama dan tepi tidak se.iaiar 435
(9. 18.) Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua
diagonal naik atau turun dan tepi tidak seiajar 436
Segiempat sembarang S pada titik F"rotong garis
(9.19.)
.d1\
Gaya batang vertikal pada konstruksi rangka batang dengan semua FJ dan Glt, F dan G
diagonal naik atau turun dan tepi tidat< sejajar 436 h'+h"
: ---z men jadi titik tengah
r --'s diagonal ,a,C dan BD,
,/\ Segitiga
.e /,{,f"\ I
"//\ \ i :' l-:lu
r,{flfl
I h
F=, 9-:I'
ti
h = b.siny
L-:_rl
467
466
Bentuk iarak titik berat e
Eentuk jarak titik berat
Segi-banyak sama sisi -
u U_--
360
0o :180-,,
e
n
n' R2 seperempat lingkaran
p; __qi64 R=- r
€r::_l'
JN
4
e2: 3n-4
^-r
Jtr
2 180 180
^u cos lstn- F=r2'n = 0,4244 r
= n.r..tg I -n n 4 = 0,5756 r
'10*.3r
: - r,: 2 R "in
2vrR'?
180 2
= n'S2 u S e," =--r e' =
o_ "rn,
n
luasnya F': 12-3n' 12inr
n : banyaknya sudut
- cos180
=H s
n =2 ctg
180
: rz(1-
= 0,2234? = 0.7766 r
n F,
it: o,urcr,
1.132 2r
Sektor lingkaran 2s 2 sino
3
4 1.414
R
R
3,4M
2r
r 0,5774s
0.7071s o,414r
0.2887s
0,5 s
0,5
0,7071
0,4330s'
1s?
1,299R,
2F'2
5,1961
412
3
4 r b : t2 n'ao
"3b - 3 ' arc,
-t =
5 r,176
1R
R 1,453 r 0,8506s
'ls
1 .1 55r 0.6882s 0,8090 1,772 s1 2,378R1 3,633r? 5 2 360- =o'0a87266' qo' 12
=3.F
12' s
6 1t 1 ,'l 55r 0,8660s 0.8600 2,598 s' 2.599R' 3,4&r2 6
. 2'F = roo'n :0,017453 . (
o =; -180- qo
7 0.8678R 0,9631 r 1 .152 s 1,038 s 0,9010 3,634 s2 2.736R' 3,371rt 1
I 0,7654R 0,8284r 1.307 s 1,207 s 0,9239 4,828 sl 2.82tiqt 3,314tt 8 _ 8t-s ) co < 900 sektor 600 sektor 900
9 0,6840R 0,7279r 1,462 s 1,374 s 0.9397 6,182 s? 2.893R' 3,27612
q - 3 le(1500
'to 0,6180R 0.6498r 1,6',t8 s 1,539 s 0,9511 7.694 s'] 2,939R' 3,24612 10
e' :# = s7,2s69
e =-2n r
4\[2
8:-^- I
Jn
0,5635R 0.5873r 1.775 s 1,O42r 1,703 s 0.9595 9,366 s' 2,974R7 3.23012 = 0,6366 t :0,6002 r
0.51 76R 0,5359r 1.932 s 1.035r 1,866 s 0,9659 11,20 sz 3R, 3,215t
0,39028 0,3979r 2.563 s 1,O20r 2,514 s 0.9809 20,11 s2 3,061R' 3,1831 segmen lingkaran
0.3129R 0.3'r67r 2.563 s 2.563r '1,012 s 0,9877 31 ,57 s1 3.090R1 3.1 681
- rz,qo'n r{b-s, +s.h sl 2 r3 ' sin3 o
' 2'180 2 "- l2r 3
contohl;n -5 s =30 mm conloh2: n 12 R 75 rnrn
R -- 0.8506 30 = 25.52 mm r = 0,9659 '15 = 72,44 mm s2h
r - 0,6882 30 . 20.65 mm ' s =0,5176 75 =.38,82 mm th2+-
F -1.72A 30, = 1548 mm, F ,3. 75'? ..16875 mnr'l r'ao'n
b : -- 0,017453r.q00
186-
s = 2. r. sn = uzr-nl
Lingkaran f zr/
468
469
1.2.2. Penentuan momen lembam dan mornen tahanan
Mornen I Momen Momen momen lembam / momen tahanan t/l/
tahanan Ut/
h2 6b2+6b_b1+b12
fid1 !dt
64 32 6bllJrirlb-" 12 3b+2br
2b * br h 3b+2bl
: !-l 4
: flt'
4
e:---
3 2b+bl
b trl : :
lx: 0,7854 ra 0,7854 r3
J * 0,05 d. - 0,1 d3
H4
-h4
tt 5H
A- 19t-a:y -n
D4
-d1
64 D
lt
4
R4
-ra -n-hl
H1
_ ha h".
t/. _H4 : 0.1179 I: -
ltz 12H H
Pada pipa dengan dinding yang tipis:
H
e: ll t
2- t'
_Ii
w:T- q.[,.(+)']
n,
17 l:W'R
- 0,1'1785 hr
-BI! :--!
j1 : Bll3-bh3
"- lrfr
w -;.H
Wt - 0,2587 rr 17
w2 : 0,1908 r!
0,1098 ra
et :0,4244 r
bh2 ez :0,5756 r
qn!{, + g}1 w: B-[ -t ! !1
2 12 6H
3
ls : 0,0549 rr
a
l))* o'"" " et: 0.42:44 r
er :0,5756 r .l:- Be,3-bh3+ae23
I lxy : 0,125r{ 3 e1
st/t
a:rvi ez: H -et
r ls : 0,0075 rr
16 - 0,865
:
F :
0,5413 ra
2,598 rz
5vl
-J-- r3
l))- o,'' " et :
:
0,2234 r
16 ez 0,7766 r
lxy : 0,125 11
: 0,54'13 rr
l5s s Q,@{'( ;a
1+2]/2
___-_ r.
6
: 0,5381 r'. 0,6906 rr
L b^, Lb
4 4 ",
- 0,8758 er : 0,8758 c: :
: 0,0547 a{ : 0,1095 a3
- 0,7854 b a: 0,7854 b a,
e :0,974 r 471
1.2.3. Tabel nilai-nilai pada bahan baja profilmasing-masing
1. 2. 3. 1. Tabelnilai-nilaiprofilbaja I NP
-_-
a
1
S,. = {i jarak titik berat pada bagian ta!'ik dan tekan
., -- l, --
ux
momen lembam
^,
Jx momen statis pada sayap
Bentuk ukuran-ukuran berat garis sumbu x-x garis sumbu y-y lobang bentuk
ry I wy'l Sxls*ls', w
h
lo
lmm mm
t
mm
r2
cm2
lx
cm4 cmalcmll.-
iy
cm3 l.-1.- cm4
l1
ldrmax
mmlmm
h1
mm
U
mzlm I
41lt 35 7,1 4,7 3,7 15,3 6,8 '1,8 3,6 2,0 0,87 4,73 3,67 3,94 0,488 78 0,210 4112
6 60 40 3,75 5,9 4,6 34,1 11,4 7,4 5,9 3,0 0,96 6,79 5,02 5,68 0,552 4'l 0,2s7 5
I 80 42 3,9 qg 7,3 7,58 5,95 77,8 19,5 3,20 6,29 3,00 0.91 11,4 6,84 6,93 0,928 27 59 0,304 I
t0 100 50 4,5 5,8 )1 10,6 8,32 34,2 4,O1 12,2 4,88 1,07 19,9 o<? '10,2 1,72 76 75 0,370 !0
12 170 58 5,1 14,2 11,7 328 54,7 4i81 I t,) 7,41 't,23 '10,3 17,4 30 92 o,439 l2
14 11+O 66 8,6 3,4 '18,3 14,4 573 81,9 5,61 35,2 10,7 't,40 47,7 12,0 14,6 4,66 34 11 109 0,502 l4
l5 qq
160 74 6,3 72,8 't7,9 935 117 6,40 54,7 14,8 1,55 68,0
q?1
13,7 16,8 7,08 38 14 125 0,575 l6
t8 o. )
180 87 6,9 10,4 4,1 77,9 21,9 1 450 161 7,20 19,8 'l,v1 15,5 19,1 10,3 44 14 142 0,640 l8
20 200 90 11 ,3 4,5 33,5 26,3 2 140 214 8,00 117 26,0 1,87 125 17,7 21.1 14,6 46 17 159 0,709 20
2t 770 9B 8,1 12,2 4,9 39,5 31,1 3 060 278 8,80 162 JJ, I ana 162 18,9 23.4 20,1 57 17 175 o,775 22
24
25
740
750
106
1'10
8,7 13,1
13,6
46,1 36,7 4 750 354 9,59 221
756
41,7 2,20 706 20,6 2:t,o 56 17 19?. o,844 u
9 5,4 49,7 39,0 4 970 397 10,0 46,5 2,27 231 21,5 16,t 31,3 17 200 o,877 23
76 260 113 1tt,1 5,6 q?Z 41,9 5740 442 10,4 288 51,0 2,37 ?57 27,8 36,1 20
58 208 0,906 26
2A 280 119 14,1 15,2 6,1 61,1 48,O 7 590 't1,1 364 61,7 2.45 316 14,U 30,1 47,8 62 20 715 0,966 28
30 300 125 10,8 16,2 6,5 69,1 54,2 9 800 653 11,9 451 72,2 7,56 481 1E 7 32,4 61,2 64 20 241 1,03 30
32 320 131 '1
1,5 17,3 6,9 77,8 61,1 12 510 782 12,7 s55 2,67 457 27,4 34,6 78,2 70 2A 257 '1,09 t2
34 340 137 18,3 ?? 86,8 68,1 15 700 923 13,5 674 98,4 2,80 540 29,1 36,9 97,5 74 20 274 't,15 ?t
36 360 143 13 19,5 7,8 97,1 76,2 19 610 1090 't4,2 818 114 2.90 638 -?0,7 39,1 173 74 23 290 1,21 36
3B 380 149 20,5 8,2 107 81r,0 24 010 1160 15,0 975 't31 3,02 74',1 3?,4 41,4 150 80 1? 305 1,27 38
a0 400 155 14,4 71,6 8,6 1't8 92,6 79 210 1460 15,7 r1 60 149 3,1 3 857 34,1 43,6 183 84 23 373 1,33 40
4211t 42'5 163 15,3 23 132 104 35 970 1740 16,7 1440 176 3,30 1020 36,2 46,5 233 86 26 343 't,41 4211t
45 454 170 16,) 24,3 9,7 147 45 850 7040 17,7 r 730 203 3,43 1 200 49,1 288 92 26 363 1,48 1.5
tt?1lt 4t5 118 17,1 25,6 10,3 56 480 2380 18,6 2090
2090 235 3,50 1m 40,4 52,1 354 96 16 384 1,55 47112
50 500 185 1B 27,0 10,8 180 141 68 740 2750 19,6 7480
2480 768 3,72 1670 42,4 54,6 449 100 76 404 1,63 50
55 550 200 '19 30 41 0 713 167 99 180 361 0 ?1,6 .490 349 4,07 2120 46,8 60,0 618 110 26 444 1,80 55
60 600 215 21,6 32,4 13 754 199 1 39 000 4630 23,4 4674 434 4.30 2730 50,9 66,5 875 120 26 485 't,92 50
472 473
1.2.3.2. Tabel nilai-nilai profil baia U NP
Sx = momen statis pada separuh luasnya profil
I
S, : * jarak titik berat pada bagian tarik dan tekan
Jx
'.l'l
I
E mmmm] mm mm cm2 o"'I ::l :l- cm3 cm4 cm3 i cm .*r | .- cm cm4
1.. l-.i.,,:"J
mA:
mm m2/m
8
t0
-
'. T-.;
lool rot
i 6
6
8
8,5
4
4,5
11,0
13,5
a,s+ | t,+s
I
10,511,ss1206
13,4 1 1,60 364
106 26,5
41,2
3,10
3,91
19,4
29,1
6,36
8,49
1,33
1"47
15,9
24,5
6,65
8,42
7,41
9,61
2,74
t,Y6
zB
ttL
I - I,zslt+
42l',to4 130114
s51120i30117
64
+o o,312
o,377
8
t0
12 120 I 55 7 9 4,5 17,0 60,7 4,62 43,2 11 ,1 1 ,59 36,3 10,0 '12,0 4,30 s2 0,434 12
l4 l4oleol 20,4 ta.o : t;ts I 605 86,4 5,45 14,8 41< 51,4 11,8 14,1 6,02 70 I 14A I 3s I 17 I 98 a,489 t4
tt 10
7 5 62.,7
16 '160 I es 7q 10,5 5,5 24,O 18,8 I 1,84 | 92s '115 6,2',1 813 16,3 't,89 r'r8,8 13,3 16,4 7,81 8211s6135120111s o,546 16
lsol rol zz.o 't t,gz J I :so
I
t8 8 11 5,5 28,0 150 6,95 114 2?-,4 v,o? dl,6 r3,r 18,8 9,98 96t174'401201133 0,6't1 i8
20 200 7s 8,5 11 ,5 6 32,2 25,3 2,0',1 1910 191 1,70 148 2'1,0 7,14 11.',l 16,8 21,3 12,6 io8 I rqo +o I z: I rsr 0,661 zo
27 220 9 17,5 6.5 37,4 245 8,48 197 33,6 2,30 18,5 23,5 17,0 0,718 22
24 240 I ,, 9,5 13 6,5 47,3 37,2 2,73 | 3600 300 9,22 248 39,6 7,42 179 24,1 75,9 20,8 134 i 724 I 45 I 26 )184 o.775 24
76 2601 901
I
10 14 7 48,3 37,9 2,35 i 4870 37'.i. 9.,99 317 47,7 2,56 221 21,8 28,2 23,7 146121+olsol26i200 0,834 26
B 2Boj gsl 10 15 41.8 \ 2.53 I 6280 448 10,9 399 57,7 2,74 266 23.6 30,2 33,2 160 I 262 I 50 26 I 716 0,890 28
30 3oo I roo I 10 16 8 s8.8 46,2 z,to | 8o3o s35 11,7 495 67,8 2,90 316 75,4 32,3 40,6 174 I 282 | ss ) ?6 1232 0,950 30
12 320 100 14 17,5 8,75 75,8 s9,5 I 2,50 I 10 870 679 12,1 597 80,6 2,81 413 7'6,3 35,4 69,2 182 I 286 5s I 26 I 246 0,982 t2
35 350 100 14 16 o 77,3 60,6 2,40 | 17840 734 1?,9 570 75,0 2,77 459 ?.8,6 40,2 63,2 204 | 300 I ss I 26 1282 1,05 35
38 381 102 13,3 '16 11,2 79,7 ez,o i z,ts I rsz:o 826 14,1 613 78,4 7,78 505 3't,1 45,9 67,1 230 I 324 I s5 | 26 1312 1,11 38
40 400 1'10 14 18 9 91,5 zr,alz,eslzotso 1 020 14,9 846 102 3,04 618 32,9 46,9 85.2 240 I 346 I 60 I 26 1324 1,18 40
474 475
T
1.2. 3.3. Tabel nilai-nilai profil baja L
-11
12 =,
t5.'4
15.3 3,5 0,82 0,48 0,67 0,t5 0,15 o,43 115 3,06 29,6 1,55 42,7 2,57 20 80. 80. 8
1,05 0.51 0,73 0,19 0,19 o,42 35,9 1,54 4,95 23 l0
139 3,03 51,6
161 3,00 43,0 1,53 59,0 8,44 23 12
20. 20' 3 1,12 0,60 1 ,41 0,85 0,39 0,28 0,59
181 2,96 48,6 1,54 66,4 13,2 23 14
4 1,45 o,64 0,90 0.48 0,35 0,58
25.25.3 3,5 1,42 1,12 0,73 1,77 1,03 o.79 u,45 0,75 184 3,45 47,8 68,2 23 0"351 t0. 90. I
I 1,85 1,45 0,76 1,08 1,O1 0,58 o,74 218 3,4',1 57,1 1,75 80,9 ?3 ii
5 2,26 1,77 0,80 1,'13 1,1I 0,69 o,77 250 3,39 55,9 1,7 4 92,1 26 t3
30. t0. 3 1,74 't,36 0,84 1,18 1,41 0,65 0,90 280 3,82 'l ,95 23 0,390 100. t00. t0
4 2,27 1,78 0,89 1.24 1,8'l 0,86 0,89 328 3,80 86,7 1,95 10,7 23 72
5 2.75 2,18 0,92 1.30 2.16 1,O4 0,88
372 3,77 98,3 1,94 16,8 76 '14
35.35.{ 2,67 ajo 1,00 2,47 1,42 7,96 1,18 1,05
379 4,73 98,6 2.,16 140 6,93 23 0,430 rr0. tt0. 10
6 3,87 3,04 1,08 1,53 4,14 't,71 1,O4
444 4,21 116 2,15 164 11,9 )3 17
14
10. 40. { 3,08 2,42 1,12 2,83 1,58 4.48 't,56 s05 4,',l8 133 2,14 186 18,7 76
5 3,79 2,97 1,16 1,64 5,43 1,91
a 4,48 3,52 '1,20 't,70 6,33 2,2e 541 4,62 140 2.35 701 10,1 23 0,469 t20. t20' t!
675 4qq 162 232 16,5 26 t3
45.15.5 4,30 3,38 't,28 3,18 1,8',1 7,43 2,43 1,35 705 4,56 186 7,34 264 25,1 26 t5
, 5,86 4,60 1,36 1,97 't0,4 3,31 1,33
750 5,00 194 2,54 278 14,1 23 0,508 t30. t30. 12
1o,50.5 4,80 3,Tt 1,40 3,54 1,98 't1,o
,t2,8
3,05 1,51
857 4,97 223 2,51 11 1 26 l4
6 5,69 4,47 1,45 7,O4 3,6'l 1,50
2,t2 354 31,0 76 !6
, 6,56 5,15 1,49 7,1',| 14,6 4,15 1,49 959 4,94 751
) 8.24 6,47 1,56 2,2',1 17,9 5,20 1,47
10',10 5,38 262 2,74 376 19,4 76 o,547 t&0. tgo. t3
53'tt.6 6,31 4,95 1.56 2,71 17,3 4.& 1,66 1150 5,36 298 2,73 475 79,5
8 8,23 6,46 1,64 2,32 22,1 5.72 '1,64 1 280 5,33 334 2,72 42,6
t0 10,1 7,90 1,72 2.,43 25,3 6,97 1,62
1340 5,77 347 2,94 498 25,9 0,586
40. 60. a 6,91 5,42 1,69 2,39 22,8 5,29 1,82 2,93 558 38,4 t6
1510 5,74 391
t 9,03 7,@ 1.77 2,50 79,1 6,88 1,80
1,78 1670 5,70 438 I q? 617 54,3 t8
t0 1',t,1 8,69 1,85 2,62 34,9 8,4',1
, 11,0 8,62 1,93 2,73 4',1,3 9,W 1,94 1950 5,13 506 3,13
211
722 49,1 11
l9
fi 13,2 10,3 2,@ 2,83 48,8 '10,8 1.91 2140 6,10 558 791 68,1
1o.70 -, 9,40 7,38 1,97 2,79 42.4 8,43 2,'t2 2690 6,96 619 3,50 46,5 0,705 180. t80. t6
) 11,9 9,34 2,05 2,90 52,6 '1o,6 2,10 )970 6,93 757 3,49 65.8 18
tl 14,3 11,2 2,11 3,0'1 61,8 12,7 2,C8
3260 6,90 830 3,49 89,8 20
477
476
bentuk
Bentuk garis sumbu x-x dan Y-Y
rf
e -t if tn -rl1l
wllwrldr
L
a.a.s
1,,
I
a. a. S
lxlWt ix
cm4 cm cm4 I .. mmlmmlmm mm
mm cm cm{ I .-' crh
4t9
478
U
1.2.3.4. Tabel momen lembam I dari bagian badan dari profil baja ,t
1.2.3.5. Tabel nilai-nilai pipa air
I
i E c
sc',
i G o
o-
Momen lembam / pada badan dengan tebalnya f tidak ada 1
a
f G
CD
c 'o
dalam tabel berikut dapat kita menggunakan nilai t = 10 mm
!
E
o
o
!
o
o)
T
G
o)
E
=
c J- -o
gE
o
f
o.
'd. o
G
-o
c
.g
.o
6 ls,
.a laq
saja, yang dikalikan seperlunya. c c o 93
:
G
f
o
.9.
o
o)
.9.
G
E
-o
o
C:
69 Poo6'
o
co
G
G
C
o
o
e l:s
€ 8lE E
o
=)
o) o) -oE -Oo > o-lj:.o nilai-nilai sta trs
tx-
th3
1D inch ar)
mm
dii)
mm mm
s g2)
kg/m
er)
ke/m cm2
F
cm2 dm3/m
olr I
6275 | cm.
wl,
.-, I cm
h /, (cma) dengan t (mm): h /, (cma) dengan t(mm):
mm 8 10 12 15 mm 8 10 l2 15
tlt 10.2
13,6
6,2
8,9
2
2,35
0,410
0,654
0,407
0,650
0,515
0,831
0,302
o,622
0.0302
o,0622
o"o:zol o.o<l
o,uttl o.'nt I
.;l
o.zozl
.; o.qoo
tls' 17,1 17,4 2,35 0,858 0,8s2 1,@ '1,21 o,121 o.os:rl o.ro+l o.:ssl o.sze
t lz' v,4 16,1 2,65 1,43 1,22 1,56 2,M o.oezzl o,zool o.esal o.eeg
50 8,&t
14,4
10,4
18,0
12,5
21,6
15,6
27,0
500 83&! 10/.17 12500 15625 ,ll 46,9 21,6 2,65 1,59 1,58 2,O2 3,66
0,204
0,366 o,os4sl i,so I r,rz I o.aoz
60 550 11092 13865 16538 20797 ttt
70 22,5 28,6 34,3 42,9 600 14400 18000 21600 27000 33,8 27,2 3,25 2,46 2,44 3.1',1 5,83 0,583 o.roel r.eol z.rzlr.oe
80 34,1 42,7, 51,2 64,0 650 18i,08 22885 27463 u328 1tL' 42,4 36,0 3.25 3,17 3,14 4,00 '1o,2 1,02 o:ttz I t.tt, | :,es I r.rs
90 48,6 60,8 72,9 9'1,1 700 22ffi7 28s8tit 34300 42875 11lt' 48.4 41,8 3.25 3,65 3,61 4,& 13,8 1,38 o.rszlrr.a I a.ezlr.oo
100 66,7 8it,3 100 125 750 28125 35r56 12188 5273/
60,2 53,O 3.65 5,17 5,10 6,49 27,O 2,20 ojag lzai I s.eo I z.or
21lz' o,z:r s+,:
lt+,2 | z,se
76,O 68,6 3,65 6,63 6,51 8,29 37,0 3,70
110 88,7 111 133 166 800 34r38 42667 51200 64000 I
120 115 144 173 216 850 40942 tr1177 61413 76766 88.8 80,6 4,05 8,64 8,47 10,8 51,1 5,'11 o,ztglso,s lzr,e l:.oo
130 147 1 Stit 220 275 900 48600 60750 72900 91 125 114 105 4,50 12,4 12,',| 15,5 86,7 8,67 o,:sglz:: l+o,a lr,ee
140 1&t 229 274 343 950 57158 71448 8s738 101172 1@ 130 4,85 't6,7 't6,2 20,s 133 13,3 0,43e 467 i se,r I o,tt
165 156 4,85 19,8 19,2 24.4 190 19,0 0,s1e
i785 | es.2 | s,67
1000 06067 83i|33 1 00000 12s000
150 225 281 &t8 422
1050 77175 96469 1 1 576:l 114704
160 273 341 410 512
170
180
328
389
409
486
491
583
614
729
11 00
1 150
1200
8873ii
't 01392
1 I 5200
1 1001 7
126740
144000
133100
152088
172800
166375
190109
216000
1.2.3.6. Tabel besi beton
,@
190 457 572 686 857
r250 130208 162760 195313 244141 Banyaknya besi beton
200 533 667 800 1000 1300 146467 1830&t 219700 274625
210
220
230
617
710
811
772
887
1014
926
1065
1217
1158
1331
1521
1350
1400
1450
164025
182933
203242
205031
22ffi67
254052
246038
274400
304863
307547
343000
38t078 dlc
1I :__ i-l _l ' 1_-.__ | r _l :_ l l_tl
24A 922 1152 1382 1728
mm I kg/m
luasnya dalam cm2 total
1 500 225000 281250 337500 42',1875
2fi 1042 1302 1563 1954 1550 248258 310323 372388 465484
s6 I o,rsl o.r, i o,rr, | 0,78s, 0,e82
1600 273066 341333 409600 512000 1,57 1,71 1,964
260 1172 1 465 1758 2197 o,s6s o.a+a r,r: i r,+r
7 II o,nol1.1s )I
374344 449212 5615'.16 0,222 2,26 2.54 2,827
270 1312 1640 1968 2460 1650 299475
1 700 327534 40941 7 491 300 614125
0.302 1,s4 | 1,e2 3,08 l
3,46 3,848
280 146it 1829 2't 95 2744
i,or l r,r.r lr,o, l r.r.,
I
290 1626 2032 2439 3048 I 750 357292 440615 535938 869922 8 0,395 4,02
I
4,52 5,O21
1800 388800 486000 583200 729000 9 o.499 'r,zt I t,gt Iz,sl I :.ra 5,09 5,73 6,362
300
310
1800
1986
2250
24A3
2700
2979
3375
3724 1850 422108 527635 633163 791453 to o,617 t,st i z,to I t:rt 3,e3 6,28 7,O7 7,8s4
320 2185 2731 3277 4096 1900 457266 571583 685900 857375
l2 0,888 ,,r, l r,r, lo,r, lr.r, 6,79 7,92 9,05 10,1 11,31
330 2396 2995 3594 4492 1950 494325 617906 741482 926859 ll 1,71 :,ooln,ez{r,rslz,zo 9,24 '10,8 '12,3 13.9 1 5,39
340 2620 3275 3930 4913 2000 533331 666667 800000 1000000 t6 1,58 4,02 | 6,03 I 8,04 ilo.l 12,"1 14,1 16,',| 18,1 20.11
22,0
20,4
25,1
27,9
28,3
25,45
31,42
360 3110 3888 4666 5832 2150 662558 8281 98 993838 1242297 t 2,98 7,60 11',1,4 115,2 119.0 22,8 26,6 30,4 14,2 38.01
370 3377 4221 5065 632 2200 709867 8873i13 1064800 1331000
x
'to,6 1113,6 118,1 122,6
380 3658 4573 5487 6859 1423828 3,55 9,O5 17,1 31,7 35,2 44,7 45,24
390 3955 4943 5932 7415
2230
2W0
795375 949219
101391 7
39062
1 1
1216700 1520875
u 4,17 15,9 171,7 1 26,5 31,9 37.2 41,5 47,8 53,09
81 1 133
1297784 1622234
B 4,83 12,3 118,s 124,6 l:O,s 36,9 43,1 49,! 55,4 61,58
400 4267 5333 6400 8000 2350 8651 92 I 081 490
425 5118 6397 7677 9596 2400 921600 1 152000 1382400 I 728000 30 5,55 14,1 12',t,2 128,3 135,3 4L,4 49,5 56,5 63,6 70,69
450 6075 7594 9113 1 1391 2450 980408 1225510 't470613 18it8266 t2
g 6,3'l 16,1 i74.1 132,2 14o,2 48,3 56,3 64,3 72,4 80,42
475 7145 8931 10717 13396 2500 1041667 1302083 1562500 r953125 7.13 18,2 :l17,2 136,3 l+S,q 54,5 63,6 72,6 81,7 90,79
*
38
7,99
8,90
10,2
11,3
|,r,o | I ,,r *., L.,
I 22.7 I 34,0 | ts,e I| ss.z
i 6',1,'l
68,0
71,3
79,4
81,4
90,7
91,6
102
101,8
1',13,4
480 0 9,86 12,6 12s.1 137.7 1s0.3 67,a
I
-+- -
I
l00x50x20 2.3
3.2
4.0
4.5
5.17i 4.06 1.86 80.7 16.1 3.95 19.01 6.06 | 1.92
7.01 I 5.50 1.86 107 21.3 3.90 24.51 7.81 | 1.87
8.551 6.71
9.4t1 7.43
1.86
1.86
121
135
25.4 3.85
27.7 3.82
28.71 9.131 1.83
3o.el 9.82 | 1.81
i
125x50x20 2.3 5.75 4.51 1_69 I 137 21.9 4.88 6.22 1.89
7.81 6.13 1.68 I 181 29.0 4.U 8.02 1.85 Ukuran-ukuran garis sumbu x-x garis sumbu y-y
3.2
4.0 9.55 7.50 1.ffi| 217 34.7 4.77 33.1 9.38 1.81 hbc s ty I wri i
I 38.0 4.74 33.5 10.0 1.78
4.5 a.32 1.68 238
mm mm mm mm
125 x 50 2.3 6.32 4.9s 11.s5 1379 21.9 4.88 20.6 6.22 1.89
3.2 8.61 6.76 I 1.54 181 29.0 4.82 26.6 8.02 1.85 100x100x 20 2.3 10.34 8.12 161 32.2 3.95 140 28.0 3.68
4.0 9.55 7.s0 | 1.86 217 34.7 4.71 33.1 9.38 1.81 3.2 't4.01 11.0 214 42.8 3.90 187 37.4 3.65
4.5 10.6 8.32 I 1.86 38.0 4.74 33 10.0 1.78
6.321 rq6 6.33 l 1.86 125x100x 20 2.3 11.rNl 9.02 274 43.8 4.88 167 33.4 3.81
50 x20 2.J I
J 55I
|
483
482
b h F lsa wx ly ly wv^ tY V
CM CM cm2 cm4 cm3 cm cm4 cmJ cm m3/m
I 4
5
18
8
72
40
1925
213
214
53
5.20
2.31
96
83
4t]
33
1.16
1.M
0.c072
0.0040
I
hb3 8 24 't92 9216 768 6,93 1024 2fi 2,31 0,0192
'Y 12
10 10 100 833 166 2,89 833 166 2,89 0,0100
bh' 10 12 120 144o 2N 3,46 1000 200 2,89 0,0120
Mom.en penahan W, = 10 14 140 2286 326 4,U 1 166 233 2,89 0,0140
6
*rY 10
10
10
16
't8
20
'160
180
2@
3413
4860
6666
426
540
666
4,62
5,20
5,77
1333
1500
1666
26
300
333
2,W
2,89
2,89
0,0160
0,0180
0.0200
10 22 220 8873 806 6,35 1833 366 2,89 0,0220
Jari-jari lembam i, : rf +F = 0,289 h 10 24 2N 1 1520 960 6,93 2000 400 2,89 0,0240
't0 26 260 14646 1126 7,51 2166 433 2,89 0,0260
1..:/i
YF : 0,289 b
10 28 284 18293 1306 8,08 2333 466 2,89 0.0280
4U
I
l. 2.5. Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk baia ST 37
lx wx tX ly wY^ ty V
b h F
a
crn cm4 CMJ CM m3/m'
CM cnl crn2 cm4 CMJ
m
14
+I
256 5461 682 4,62 5461 682 4,62 | 0,0256
16 t6
288 7116 BM 5,20 6144 768 4.62 I 0,0288
16 t8 kelanosrnoan |
)n L roooo 066 5,7V 6826 853 4.62 lo.032o ^-- " '
regangan vang diizinkan dalam kg/cm2
16 320 1
q,oz lo,ozsz ;; I "
It) 22 1) I rargz 1290 6,35 7509 838
-
tusz 1024 4,62 | 0,0384 't340
16 24 384 Il2uu 1 536
1 802
6,93
1,51
B
8874
192
1 109 4,62 10,0416
10
20
1400
I 330
1400
1320
1 390
1 320
1380
I 310
1380
1 300
1370
1290
'r360
1 280
1350
1280 1270
'1340
1260
16 26 416 1200 1190
M8 I zszos 2090 8.08 9557 1 194. 4.62 | a,o448 30 't2& 1250 124o 1230 1720 't220 1210 1200
16 /o
I
1170 60 1't60 1150 1140 1140 1130 120 't110
40 1180 1't
1040 '1040
't8 324 8748 o)a 5,20 I 8748 all 5,20 0,4324 50 11m 1100 1090 1080 1080 1070 1060 1050
9'n
ro
18
20 360 i2000 1200 sr I stzo r 080 5,20 0,0360
0,0396
60 1030 1020 1020 1010 1000 992 985 1970 962
,18 15972 1452 6.35 I 10692 1 18B 5,20 947 9Q ,32 925 g'.t7 910 n2 895 887
?2 396 70 955
1728 6,s3 I I r6M r296 5,20 0,0432 80 880 872 855 857 850 842 835 827 820 812
18 20136
5,20 0,M68 797 790 782 Tt5 767 760 752 745 737
26 468 26364 2028 t ,51 | 12636 1404 90 805
18
2352 e,oe I rs6o8 1512 5,24 0,0504
1B 2A 504 32928 100 730 722 715 707 700 692 685 6n 670 662
1r0 655 649 I 637 626 61s | 604 594 584 564
20 20 400 I JJJJ
17746
1
1613
333 5,77
6,35
1 3333
1 4666
333
1466
5,77
5,71
0.0400
0,0440
120
130
555
473
546
456
I| s:z
4s8
528
452
s20 I
41,6 I
512
+ra
503
432
496
426
488
420
480
414
20 22 MO Raa
16000 t600 0,0480 140 408 k max Pa( ,a
jembata kereta at
2A 24 480 23040 1 920 6,93
an(c 1 7333 r 733 5,77 0,0520
20 26 520 29293 7,51 '140 40713971391
t$7 I 397 391 386 380 375 370 365 360
20 AQ 560 36586 2613 8,08 1 8666 r866 5,17 0.0560
150
160
35s
312
3s1
,tk max pada
l:+e lur
iembatan lalu linta
337 333 329 324 320 316
6,35 0,04&l
aa 1') M 19521 1114 6,35 19521 1714
150 309 I 304 301 797 293 2X) 286 ?83 280
22 528 25344 2112 6,93 21296 1936 6,35 0,0528 170 776 273 I 270 267 2& 261 258 255 E2 249
2478 7,51 23070 2097 6,35 0,0572 180 746 244 | 241 238 236 233 231 229 D6 224
22 26 572 32222
248M alaQ 6,35 0.0616 190 LZ1 219 I 217 214 a1a vo 208 206 2U NI
22 28 616 40245 2874 8,08
m 2m ,t1 max pada bangunan
menurut Euler =
2l L 0.7 L 0.5 t
488 ZE9
T\
Faktor tekuk Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan
kelas kuat:
kelas kuat;
lr trtt Faktor tekuk
G) I il ilt IV
(, I il lll IV
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kglcm2
31 1,26 103 67 48 36
71 1,90 69 45 32 24
32 1,27 102 67 47 35
72 1,92 68 44 31 23
33
u
1,28
1,29
102
101
66
66
47
47
35
35
73 1,95 67 4 31 23
74 1,97 66 43 30 23
35 1,30 100 65 46 35
2,N 43 23
36 1,32 99 u 46 u 75
re
65
42
30
30 22
37 1,33 98 u 45 u 2,O3 64
38 1,4 97 63 45 v 77 2,05
2,08
63
63
42
41
29
29
22
22
39 1,35 96 63 4 33
78
2,11 62 N 28 21
40 1,36 95 62 4 33
79
80 2,14 q 28 21
41 1,38 94 62 4 33
81 2,17
61
60 39 28 21
42 1,39 gt 61 43 32
82 2,21 59 39 27 20
43 1,40 93 61 43 32
83 2,24 58 38 27 20
44 1,42 92 60 42 32
84 2,27 5l 37 26 20
45 1,43 91 59 42 31
85 2,31 56 37 26 20
46 1,4 90 59 42 31
86 2,v 56 36 26 19
47 1,46 89 58 41 31
19
87 2,38 55 36 25
B 1,47 88 58 41 31
88 2,42 54 35 25 19
49 1,49 87 57 40 30 .35
89 2,46 53 24 18
50
51
1,50
1,52
86
85
57,
56
40
39
30
30
90 2,fi 52 v 24 18
29
91 2,9 5'r 33 24 18
52 1,53 85 56 39
92 2,8 50 33 23 17
53 1,55 u 55 39 29
93 2,63 49 32 22 17
u 1,56 83 55 38 29 gl 2.68 49 32 22 17
55 1,58 82 il 38 28
95 2,73 I 3'r 22 17
56 1,60 81 53 38 28 16
96 2,78 47 31 22
57 1,61 81 53 37 28
97 2,83 46 30 21 16
't,63 80 52 37 28
58 2,8 45
'16
98 30 21
59 1,65 79 52 36 27
99 2,91 44 29 20 15
60 1,67 78 51 36 27
100 3,00 43 28 20 15
61 1,69 77 50 36 27
101 3,07 42 28 20 15
62 1,70 77 50 35 26 14
102 3,14 41 27 19
63 1,72 76 49 35 26 14
103 3,21 41 26 19
&l 1,74 75 49 35 26
N
65 1,76 74 B v 26
104 3,28
3,35
26
25
18
18
14
'r3
66 1,79 73 I u 25
105
106 3,43
39
38 25 18 13
67 1,81 72 47 33 25
107 3,50 37 24 17 13
68 1,83 71 46 33 25
108 3,57 36 24 17 13
69 1,85 70 46 32 24 'r09 3,65 36 23 16 12
1,87 70 45 a, 24
110 3"73 35 23 16 12
Tegangan tekuk yang diperkenankan untuk kayu dengan 4.2.7. Penentuan tegangan omax pada konstruksi batang
kelas kuat: Gaya luar seperti P dan Q diisi dalam f
,Itr Faktor tekuk Panjangnya /, ukuran c dan x, tingginya batang h dan lendutan /diisi dalam cm.
(n I il ilt IV Tegangan o,r dan modul elastis Ediisi dalam t/cm2,lpadabaja E : 2' 100t/ cmzl,
kg/cm2 kglcm2 kg/cm2 kg/cm2 momen lembam / : cma dan momen tahanan W : cm3
1t1 3,81 u 22 16 12
112 3,89 33 22 15 12
'113
3,97 33 21 15 11
114 4,05 9I"t l'
32 '11
21 15 Pl! :
115 4,13 32 21 15 't1 iel 3,17 r1
116 4,21 31 20 14 11
117 4,29 30 20 14 11
118 4,38 30 19 14 10 qt1 : 2,3s
q.3r r1
119 4,46 29 19
8EI '1
13 10
120 4,55 29 19 13 't0
121 4,U 28 18 13 10
122 4,73
Pt3 o-Y 12
,;
28 18 13 10 aEt - 9,794
123 4,82 27 18 12 9
124 4,91 27 17 12 I
125 5,00 26 17 12 9
126 5,09 26 17 12 I
127 5,19 25 16 12 I : 3,r7 9M cr cr r;
128 5,28 25 't1
16 9
129 5,38 24 16 11 8
130 5,48 24 16 11 I
i
t"il :r,rgd'1*r'')
131 5,57 23 '15 11 a I 8Et h
I
1y 5,88 22 15 10 8
135 5,98 22 14 10 8 Ol sQl3
o,ee2
qIgI-I1 !)
136 6,08 21 14 10 7 8W 384Et h
137 6.19 21 14 10 7
138 6,29 21 14 r0 7 Pada c. o pada
139 6,40 20 9
A'B 2w'r I -L lor, 1s 5c +5 3/
140 6,51 20
13
13 I
7
7
'
^ ,.
.1,;(.-.) ' I lzaerlre-zr (;)i.(;) -( :)']
141 6,62 20 13 9 7 lvv \ 4 , i
142 6.73 19 13 o 7
I
144 6,95 19 12 I 6
145 7,07 18 12 9 6 Pada,a j paOa, x:0,447t
146 7,18 18 12 I 6 3pr I ,,, o:!11P- 1)
16W s,473
A = 11 p/16';'t: t rl1, |
I
147 7,30 18 12 8 b +e[s'tt h
14€! 7,41 18 8 6
149 7,53 17
1',I
'11
I 6 pada,i I p.dr,,:or;
150 7,65 17 8 6 QI I QI' g.a12 9-u !
11
8w I raser h
1)
A:5Q/8; B::Q/a
'1- I t- l-ll-
:i+i o+-{fl.^.
5 i- fl l-
i'ti-
(0
5 n[ffi1.
NE
+JLr-
IH 't-i-iti
"lr' o-
@o,
!,0) !q. =
Oa
tlt il n I l CL
0) =3
9-o .o.o I 9 9 -o P @ 9e
J=
NOO !
@ o c trf
83 ooo o ola
-- --- c J
r a
o qr' l
o o> @ooo>
o a(o
q, 6'
nil il il I lt ., ET
[[nnil O@ l o x;
O@ o@ o@ O@
-o--o:r-o In >o ot
il ill o6!or [il ilil ll 3)
JO JO J
:--.o ;388S -o
'oL --o '-$
88& 6+ BS 8r F
1l
Gt^
DOOOO th
8Bd ES 9* ?Y
ooD 1: AO lo !l c-&
Oo
o 0r_
gN-
<<<3<<
ooSoNJ
<i
il:
*o
ol I -O
o3
nIn lt ill ilil| ilx @>
f,nrrrr fe
| !++++ l++ 1++ l++ l+ *6
LA
oooooo ooo ooo -o.o.o - !O
[ il11 b'o
b60@ 888 B8 f ul -t
l++ 8888S8
tuNON-O gsE HEH
oo! gsg ss 36 Blo Sl-
oo!or@ ml--
-o -o.o
tac
!40000 DDO o:o ooo oo o
8 88 3 -t -t
oo! N,NNNNN NNN NNN NNN NN
o aD CL T T
N J\,N
o -o
-o
N
€
@ {€
N il tr E< 3 lq lq
ll il ll il
ll I Ill q -l c-3 o
! ! .'^81-;g : ,llt!l ,lll3
.
! B @ @ Ir,
Bs EE a\ o lx
3 ! L* g-
oJ N o6
9i Y 3
- '1
&
*Pt'|l )
Aaratrdrdt6rc,l t.+'i' x1 = 0,1250 / A.=B =0,4375q/ Ml =+0,0951 q 2
!CEJ IJXUX 6xil! x2 . 0,1465 / Cr = 1,0625 q'/ M2 =+0,o625"q 2 t2=1,66M2/
r€ElrH *cl I C2 =1.0000q/ Mc1 2= -0,0625 q P
x1 0.2035 /
- A=B=0,4142q./ M1 = +0,@58 q 2
x2= A,1570 / cr =r,1o9o a / M2 = +0.051 t q 2 It = 1,79 Ml /
X3 .01465 / c2 =0,9768q/ M3 = +0.0625q ( 13 = 1,66 M3 /
c3 =l,ooooq/ Mcl =-0,0858q/2
Mc2-3=-0'0625qP
Elqra bqlaH qN]t! A.B 0,4375 q. / M1 =+0,0957'q 2 I1 = 1,90 M1 /
, l.FgtH r,Rr g 1,0625 q / M2 =M3=+0,0625q I
))= o,*u , Cl
C2 1,0000 q / Mcl 3 =-0p625q n 13 = 1,66 M3 i
pada bangunan 11 I,rlnL,'t 23l' zsl za 10 o,'t91 0,ru 0,zts 0,r80 0,1636 0,142 o,1xt7
dengan: kg/cm2 MnlMelMrclM20 M22lM25lM27 1t 0,r85 0,280 0,227 0,165 0,1 51 5 0,1im 0, I 139
12 o,4B 0,239 0,212 0,153 0,1410 0,120 0,1058
gaya batang S 13 0,4,8 0,qcl 0,r98 0,1t12 0, t3t9 0,111 0,09*r
14 0,371 0,208 0,1 86 0,1ait 0,1338 0,103 0,0929
atas dasar beban
4850 5820 6870 8620 15 0,350 0.r93 0,175 0,124 0,1 167 0,097 0,0€r/6
tetap (induk) H 1ut00 1330 1858 3180
r6 0,331 0,181 0,165 0,1 17 0.1 103 0,00'l 0.0827
17 0,3'14 0,171 0,157 0,11 1 0,1048 0,@ o,glu
gaya batang S
18 0,296 0,162 0,1 4t) 0,1 06 0,@94 0,81 0,0746
atas dasar beban 19 0,284 0,154 o,142 0,t00 0,@47 a,on 0,071 1
tekanan dinding lobang pada plat baja setebal 10 mm: B 0,29, 0,1 28 0,120 0,0&, 0,crc, 0,044 0,0598
24 0.230 0,1D. 0,1 r5 0,m 0,0m7 0,06'l 0,0sr5
25 o,)., 0.1 l8 0,111 0,0n 0,onts 0,0s 0,0584
o lobang (keling) dan o baut dalam mm
gaya batang .S
5. Daftar bataesn togangan pada bahan baia:
atas dasar beban
tetap (induk) H 2800 3080 3@0 4760 5880 6/40 7000 7UO Jenis baja
Tegangan
gaya batang .S
sT37 I Sr52
atas dasar beban o dan t/7 + "r!, masing-masing 950 kg/cm2 l2([ kg/cm2
tetap dan hidup
6720 7360 8000 8960 o+ 1350 kg/cm2 1700 kg/cm?
(angin dsb. ) HZ 3200 3520 4160 54/;0
'/7+4
496 497
!.2. 10. Nilai-nilaialat sambungan kayu
6. Daftar tegangan-tegangan yang diperbolehkan pada bahan baia:
1. Daftar beban yang diperkenankan per paku untuk kayu dengan berat ienis
rata-rata 0.5 gr/cm3 kering udara:
Pada bahan baja ST 37 dan ST 52
Ukuran paku 2Yz" BWG 11 3"BWG 10 3%" BWG I 4".BWG I 4%" BWG 6 5" BWG 6
gaya batang S gaya batang S @
Paku garis tengah mm 3.05 3.40 3.76 4.19 5.20 5.20
Bentuk Jenis atas dasar beban atas dasar beban Panjangnya paku mm 63 73 89 102 114 130
sambungan las tegangan tetap (induk) H tetap dan hiduP HZ
Dapat digunakan untuk
papan tebalnya sampai mm 20 25 30 35 40 40
Tekanan dan ST 37 ST 37
tekanan 1600 kg/cmz 1800 kg/cm2 Kekuatan 1 paku
lentur tampang satu kg 31 40 50 61 94 94
tampang dua kg 62 80 100 122 188 r88
ST 52 ST 52
2400 kg/cm2 2700kglcmz keperluan ukuran sam-
bungan per paku min. cm2 6.2 8.0 10.0 12.2 18.8 18.8
Tarikan dan ST 37 ST 37
*) *) Jumlah paku kira-kira
1600 kg/cm2 1800 kg/cm2
tarikan per kgpaku ptg 2W 185 r30 93 53 47
lentur siku
1r I
5'/ dengan jurusan ST 52 ST 52
nn 2.
kg/cm2 *)
il
sambungan 22100 27C/:.kglcm2*l Daftar beban yang diperkenankan per baut untuk k6yu dengan beral
jenis rata-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
Semua Pergeseran ST 37 ST 37
'1350 kg/cmz 1500 kg/cmz Kekuatan 1 baut
tampangsatu g =0o kg 308 384 463 il4 626 t11 856
ST 52 ST 52
Kekuatan 1 baut
1700 kg/cm2 1900 kg/cm2
tampangdua 9 = 0' kg 615 768 925 1088 1253 1422 1713
9=45( kg 538 672 809 952 1096 1244 1499
9=90' kg 461 576 694 816 940 1067 1285
*) Sambungan las sudut K bersela, jikalau mungkin diabaikan
Kekualan I baut untuk
498 gaya tarik kg 625 850 12m l5@ 2W 2500 3200
3.Daftarbebanyangdiperkenankanperbautpasakkhususuntukkayu tampang satu
berat.ienis rata-rata 0.5 grlcm3 kering udara: tebal kayu a dalam cl n
d
d pada batang tengah 8 128 147 147 147 147 147 147 147
10 340 5lo 510 510 510 510 510 5ro t4 224 3i:16 44 450 450 450 450 450
12 4(}8 612 7U 7v 7v 7U 7y ?vl l6 266 384 512 589 589 589 589 589
r020 13fl) 17m 2M 2fiO 2(XO 2Dt() 22 352 52f3 7M 880 r056 r 113 1113 tlt3
20 680
x2 78 tlzt t4$ 187O 2,24,4. 2& 2468 2tm 24 384 576 768 960 1 152 r325 1 325 1325
24 816 1224 1632 20{0 24{/8 2456 2938 2938 1555 555
x) 416 624 832 lorto 124a 1456 1
501
500
4. Daftar beban yang diperkenankan pada pasak cincin untuk kayu dettgm 5. Daftar beban yang diperkenankan per Bulldog Connector untuk kayu
berat jenis rata-rata 0.5 grlcm3'kering udara: dengan berat ienis rata-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
Kekuatan 1 Bulldog
Jarak antara baut dan ujur rg
9=0o kg 350 550 7W 1000 1350 17fl 24C0
v
kayu (kayu muka) cm I
I 12 15 18 21 24 27 30
9:45' kg 300 475 650 875 1175 1525 21n
Jarak antara dua baut i ? =96o kg 2N 400 550 750 1000 1300 1800
cm t2 16 .n 24 28 32 36 40
Jarak antara pinggir i
Diperkecilnya luas
kayu tanpa baut cm? 4.3 7.1 1'-t.2 't5.6 22.3 28.4 37.3 45.0
Kekuatan 1 pasak
9:0o kg 420 7W 1140 1620 2m 2880 3780 4600
9:45o kg 315 585 855 1215 1695 21ffi 2835 3450
9:9go kg 210 3m 570 810 1 130 1M 1890 2m
502 503
6. Oaftbr beban yang diperlenankan per plat paku-paku untuk kayu 1.2. 11. 1. Tabel untuk monentukan iepitan pada bolok tar-
dengan berat jenis rota-rata 0.5 grlcm3 kering udara:
iopit sebelah
Pelat paku-paku
let'arnya
paniangnya
cm
cm
'l
1
5
5
5
10
10
10
r.-l
Momen japitan
Kekuatan tampang
u,= *l; - *l "
ffi
satu 9 = 0o kg 10 250 5m lm
i=90o kg 7.5 r88 375 760
Kekuatan tampang
*,= 1k* iln
dua ?= lm m
ffi
0o kg Xt 6m
9=30o kg 18.5 $2 925 1850
9=69o kg 17 4N 8S0 1700
?=90o kg 15 3E l6m
750
*r**L,
Mr=t#s
"ffi
w
Momen jepitan
,f
ffi
Momen jepitan
W ,,=+(r-+l
L,*L-,, J
M^=#
ffi (r*f)'
w
qc''
Ma=
8 Ma=Ma=prlr-+l
u,=*k-+l t
IP IP IP
"l**'u ,
I
t*,**i Ma - Ma =
ffi t
tu
Momen jepitan
Persamaan tiga momen menurut Clapeyron:
Mtlc + 2Mzltc + l'"1 + Mzl'c: -9 ' l" * 8' l'"
M1= ft4, = s!:
12 Bidangmomen M = i M,' x' dx
fuw
l-r_-l-.J
un=#tBc'2+4cc'+c)
*, = #(4cc'+ c2)
I
Beban:
r-+r:.-
l-o*--b--1
l--z ---_-{
M
tub
[tm2]
? ffo
8 ttml
*,t ffo+n
n ltml
fuw
2
H1
mn=Sot I f,n $a
l-i .l i-t u,**0,,
3
tult - al
ffu*"t
3+v
-,1
tn
4
nL'.1
',nw Ma=Me*#t ,-# b- |t)
tL.P
Hh- *l nil, - |,1 nil, - )l
Tl,.*l nih. *l
U".,rqrffnff,n,*.,l
M4=Mr=
* 0,,
9
d*ffi a ih.';Fl
D
i u'- c'l {u,-,'t {v,-",t
M^=* *r=# t0
ffi
la*-b-4
b_ L-------4
,{ro- ll 'fro l,'-o'- f", ' ,?'"
(u-"- f
"'
"r)
5@
* hanyapadan = godil
M [tm!l s ltml n ttml
beban M ttmrl B ttml n ltml beban:
tt 1t lz p4l1
a5
pflltnud? pl' 0,,
3
g2 u'
^r2
P12
p4 f*uz-lttz-l 32 *
l---:- L -
---{
l,
ar. za ,rtz - El et - ct' fr :,*
$ # czl
$' or*,r ffw-"t lZJ - al
pl'3
I
r3
* ,,, 64 Pl'
24
t,
of,l''-o' *{)
!) s, * o,t #,*r, + 37 p2l
*..r*
t1 DC
'
24
. l3ab- c'l 4 'f,("*u'- "')
4
r5 pc
28 p
It3 -21a2 + a3l
L h'-u * i) L
4
(,,
-2a2 .+t
pc
(3/2 c2) l3lt - czl -P" lgl'_ 12 4
24 - 8l at "l
t2
19 l3 (7P, + 8Pr)
13 lP' + fit o,*ros *
r6 13
Dl5
13
108'
Dlt
108'
Dl. u Pzl
--324' - -
17 ffiilflll fiilfltte
?w*us*wi
F-! ------r
L
162',
ot3
Lor
*'
ail
il'
9 .eL
15
)D pt' +*
'f ff w'-
r8 3r M M r'r
ffe,-*t $,n-*' 2t
l3l - 2al
, \a-b\ v ll2 - 3b2\
pcl pcz
2l !:' l2l - cl
6012
(10/2
- 3c2)
ffi12
(frt2 -15ic +3c l+
q(6n)xt !, ,01, n ,rt zMr + Mz M, + 2M,
24
-l--, ----l
2i, P"'
24
l4t - g"l
ffil*,-.ou,*,ri SG,-' ";r r 35 ffi;;
rgElro
6Et
V (vz- vi
6El (Y,
l7 - Yrl
I
f
z3
0,, *0,, t '
rrubahan suhu
*,,, * ,il ,( SElo,Lt 3ElarLt
A TP
$(,.f) G-t'oi fft,.11t,-'S
ruH -htb h h
Lo*-t--l
l-- t -----l ffv'+aot 511
510
2. Balok terusan dengan gaya pusat
l. e" 13. Pensntran rekei t mpuan dan momen pada belok
torusan
lvluatan Momenmax.=MPl Tumpuan P
Momnmor - Mql2
rft'; ). l55i ),1562 - 0,1875 0,312t
0,6875
0,6875
0,3125
-+- 115i.
- 0.0750 - 0,0750 - 0.075r
0,0750
0,5000
0,5000
0,0750 - 0,0750
*
.L-J_ ,2W ),183( - 0.0804 * 0.0536 - 0,@0 0_419(
0,5801
0,0268
0,0268
0,4732
0,5268
0.0804 - o,Bot
512 513
\
I
3. Balok terusan dengan dua gaya yang simetris 4. Belok terusan dengan beban merata dengan jarak tumpuan yang
berlainan
Muatan Momnmax.=MPl Tumpuan = ... P
M, M2 Mg M4 Md MC
I riri D tia
MD
B c D E
kanan kanan kaMn
1,1667
"$- ),2771 - 0,r667 0_83r
0,r667 - 0,1667
514
515
-'(r'
'1 | .2.14, Tabel-taber hasil peng-integrat-an pada kerja virtual Trapisium Parabol Parabol
-4
Parabol
#
Segitiga
Parabel
'' 13
-
Mr, + 5 Mprl
lrsM;Mr' *'u'*r #,,,r
4ffffn, lsu;rttp ftsu;tvrl ,1sts- 0-0\tt,rttr 1'
|'ut
$Mp + 3Mpl
ftsuu2 nsMiM* #*,'r
Parabel
,&tlliT,nrr* a-o2tM1Mp
lsm1u1, f,suiup *Ou- I
i"Mi lsu;rttp ftsu1up {su1u1
lms + 3 Mp2l
Parabel
{ urura, sMpMp
lsupup lstaeup 517
l. 3. Daftar kependekan A delta diferensi
T_ sigma jumlah
D batang diagonal pada konstruksi rangka batang q- alpha sudut putar tumpuan
E
F
modul elastis
gaya pengikat horisontal
a- beta sudut putar tumpuan
G modul pergeseran
v* gamma koefisien induksi
H gaya horisontal
6- delta pergeseran
ukuran penurunan tumpuan
penentuan beban atas dasar beban tetap (induk)
lendutan pada batang atau konstruksi rangka batang.
HZ penentuan beban atas dasar beban tetap dan hidup (angin
dsb. ) € epsilon ukuran jepitan. ukuran penguluran
l- momsn lembam
4 eta ordinat garis pengaruh
titik potong pada sistim titik potong x, kappa faktor koreksi pada gaya lintang
K titik potong pada siatim titik potong I lambda angka kelangsingan
N gaya normal jarak balok melintang pada beban yang tidak langsung
M momen lentur, momen jepitan my koefisien distribusi
o batang tepi atas pada konstruksi rangka batang faktor pergoyangan
P gaya, gaya pusat, gaya tekan, gaya tarik pi faktor3. 14159
o gaya lintang 'l-
R reEultante
a- rho jarr-jari lingkaran pada kerja virtual
o- sigma tegangan normal
s gaya batang pada konstruksi rangka batang
T_ tau tegangan geser
T momen torsi q phi sudut antara dua batang
U batang tepi bawah pada konstruksi rangka batang
w psi sudut pada penentuan kerja virtual
V gaya vertikal, batang vertikal pada konstruksi rangka batang
@ omega faktor tekuk
w momen tahanan, bobot-beban
z momen sentrifugal
a- farak titk potong J
b- jarak titik potong K
d dalamnya gigi tunggal, garis tenEah paku, baut, pasak dsb., suatu
potongan yang sangat kecil, muatan gempa
f- lendutan
9- berat atau bobot sendiri
h- tingginya batang atau konstruksi rangka batang
i- besaran inti
k- angka kekakuan
t- panjangnya batang, lebar batang
g- beban merata. beban berguna
s- panjangnya batang pada konstruksi rangka batang
u- sistim koordinat terputar
v- sistim koordinat terputar
tekanan angin
x- koordinat yang horisontal
Y_ koordinat yang vertikal
lsndutan ke samping pada tiang teklk
518
519
-' ,( :
520 521
t:/
522
E-I
{l 'lB.
I I
I
I lCNtrM, Arlrcitslyr;rnci,,s.,l-raf
I
lirr r[rs Holz t Dokunrerftation Holz
Jilid 2 dan 3 (hiiau), Ztirich .1960
17. Mriller_Breslau, H. .
Die graphische Statik t
edisi ke-6, Leibzig,rrl"'',rronstruktionen
18. Salinger, R.
Praktische.Sfatlk, Wien g5l
19. Soemono. B. I
Statika I
edisi pertama, Bandung
20. St0ssi, F. 1g77
Baustatik I
edisi ke-3, Basel 1962
21 . Wagner/Erlhof
Praktische Baustatik
Jilid 1, edisi ke-16, Stuttga
rt1975
Piaktische Baustatik
Jilid2, edisi ke_12, Sturtga rt1977
Praktrbche Baustatik {
Jilid 3, edisi ke_6. Stuttgart
22. Wendehorst/Muth 1977
B a.u te ch n is c h e Za h le
nta feln
eorsr ke-19, Stuttgart 1976
23. Yayasan Dana Normalisasi
tndonesia P::?.tr:gl Konstruksi Kayu tndonesia,
P! K /. I 96 t, Nt-i
ke_8, Bandung 1 976
Pe:a.t:tra n M-edisi
ua ta n t ndo nesia, Nl_1g
edisi ke-2, Bandung ,l976
x _:- I
{
I
t'
I
I
522 (
i